I. Bidang Inovasi
Inovasi ini merupakan gerakan baru dari Program Gizi dalam rangka mencegah
dan menurunkan stunting di wilayah Puskesmas Batumarmar
II. Judul Inovasi
DEDI GANTING SERBU HARIMAU (DEteksi DIni ceGAh stuNTING pada SERiBU
HARI pertaMA kehidUpan)
III. Tanggal, Bulan dan Tahun Pengembangan Inovasi
BULAN
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
IV. Inovator
Inovasi ini disusun oleh tim yang terdiri dari :
Pembina : H.Abdurasid,S.Kep.Ns,MM
Pengarah : dr. Suaydiy Okdianzah
Koordinator : Nurul Widayana,S.Gz
Anggota :
1. Agustin Nur Wulandari, S.Gz
2. Rahayu Fuji Lestari, Amd. Keb
Pelaksana :
1. Dr. Puteri
2. Fauziyah, SST
3. Ferike Herdianawati, Amd. Keb
4. Seluruh Penanggung Jawab Desa (Bidan/Perawat)
V. Organisasi Perangkat Daerah Inovator
UPT Puskesmas Batumarmar
Stunting merupakan kondisi kekurangan gizi kronis yang terjadi pada saat
periode kritis dari proses tumbuh dan kembang mulai janin, dimana hasil
pengukuran panjang/tinggi badan menurut umur (TB/U atau PB/U) menunjukkan
<-2 SD s.d. <-3 SD dari standar WHO (Permenkes RI, 2020). Stunting pada anak
merupakan masalah yang cukup serius karena berkaitan dengan resiko terjadinya
kesakitan di masa yang akan datang serta sulitnya untuk mencapai
perkembangan fisik dan kognitif yang optimal. Menurut UNICEF masalah stunting
disebabkan oleh dua penyebab langsung yaitu asupan makan dan penyakit
infeksi. Penyebab langsung tersebut berhubungan dengan pola asuh, ketahanan
pangan, akses terhadap pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan. Namun,
akar masalah dari faktor-faktor tersebut terdapat pada level individu dan rumah
tangga seperti tingkat pendidikan, pendapatan rumah tangga, sosial budaya,
ekonomi, dan politik (Rahayu et al., 2018; Kemenkes RI, 2018)
Faktor asupan makanan yang berhubungan langsung dengan status gizi
pada balita dapat dipengaruhi oleh pola asuh yang baik serta kondisi ketahanan
pangan, kualitas dan kuantitas pangan, seta cara pemberian makan pada balita
(Faiqoh et al.,2018; Arlius et al., 2017)
Ketahanan pangan adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
pangan anggota rumah tangga, baik dari segi jumlah, mutu, dan ragamnya sesuai
dengan sosial budaya setempat (Faiqoh et al.,2017)
Faktor ketersediaan pangan dapat mewujudkan ketahanan pangan rumah
tangga dan induvidu (Rahayu et al.,2020). Penyediaan pangan yang cukup
menjadi salah satu upaya untuk mencapai status gizi yang baik, dimana semakin
tinggi ketersediaan pangan keluarga maka kecukupan zat gizi keluarga akan
semakin meningkat (Faiqoh et al., 2018). Selain faktor ketersediaan pangan,
menurut BAPPENAS (2018) faktor ketahanan pangan yang berpengaruh terhadap
kondisi stunting berkaitan dengan akses masyarakat terhadap pangan yang
bergizi. Apabila akses pangan ditingkat rumah tangga terganggu, terutama akibat
kemiskinan, maka penyakit kurang gizi (malnutrisi) seperti stunting pasti akan
terjadi (Wahyuni dan Fitrayuna, 2020). Berdasarkan hal tersebut ketersediaan dan
akses terhadap pangan dapat mempengaruhi status gizi pada balita.
Pada masa balita, anak sudah tidak mendapatkan ASI dan mulai memilih
makanan yang ingin dikonsumsi. Hal tersebut harus menjadi perhatian orang tua
terutama pada proses pemberian makan agar kebutuhan zat gizi anak tetap
terpenuhi. Pada penelitian (Widyaningsih et al., 2018) aspek pola asuh makan
meliputi riwayat pemberian ASI dan MP-ASI serta praktik pemberian makan
berpengaruh terhadap kejadian stunting. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa
balita yang memiliki riwayat pola asuh kurang beresiko 2,4 kali lebih besar untuk
mengalami stunting dibandingkan dengan balita dengan riwayat pola asuh yang
baik.
Pola asuh pemberian makan merupakan faktor dominan yang
mempengaruhi stunting pada balita dibandingkan dengan kebiasaan pengasuhan,
kebiasaan kebersihan dan kebiasaan mendapat pelayanan kesehatan (Bella et el.,
2020). Ibu yang memiliki anak stunting cenderung memiliki kebiasaan menunda
memberikan makan pada balita serta tidak memperhatikan kebutuhan zat gizinya
Menurut United Nation Children’s Fund (2019) pada tahun 2018 hampir 200
juta anak dibawah 5 tahun menderita stunting (pendek) atau wasting.
Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG) selama tahun 2015-2017, balita
pendek memiliki prevalensi tertinggi dibandingkan dengan masalah gizi lainnya
(gizi kurang, kurus, dan gemuk) yaitu sebesar 29,6% (Kemenkes RI, 2018). Hasil
Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) Tahun 2019 menunjukkan telah terjadi
penurunan prevalensi stunting dari 30,8 % di tahun 2018 menjadi 27,67% di
tahun 2019 (Kemenkes RI, 2018). Akan tetapi, angka tersebut masih lebih besar
dari target WHO yakni sebesar 20%.
Berdasarkan hasil bulan timbang di wilayah Puskesmas Batumarmar pada
bulan februari 2020 prevalensi stunting sebesar 18.6%, pada bulan agustus 2020
sebesar 10.3%, pada bulan februari 2021 sebesar 9.6% dan pada bulan agustus
2021 sebesar 5.1%. setiap periode bulan timbang memang hasil yang didapat
adalah penurunan angka stunting. Akan tetapi Puskesmas Batumarmar perlu
mempertahankan angka tersebut maka diperlukan deteksi dini khususnya pada
periode seribu hari pertama kehidupan. Mulai dari konsepsi yaitu pada ibu hamil
sampai balita tersebut berumur 2 tahun. Maka dari itu Puskesmas Batumarmar
menciptakan inovasi untuk mendeteksi hal tersulit. Oleh karena itu dalam inovasi
ini, Puskesmas Batumarmar melakukan kegiatan dengan memperhatikan berbagai
aspek yaitu pemeriksaan kehamilan, memperbaiki cara mengukur PB/TB yang
benar, sampai masalah pangan karena berhubungan dengan PMBA.
Dampak yang timbul pada anak yang mengalami stunting sejak dini dapat
beresiko mengalami gangguan akibat malnutrisi berkepanjangan seperti
gangguan mental, psikomotor, dan kecerdasan. Malnutrisi menjadi salah satu
penyebab rendahnya kualitas SDM di Indonesia, dimana malnutrisi kronis ditandai
dengan stunting dan fungsi kognitif yang rendah (kemenkes RI, 2018). Oleh
karena itu masalah stunting merupakan masalah yang penting yang perlu segera
diatasi.
Bahan :
50 gram ikan tongkol fillet atau ambil dagingnya
1 buah wortel, diparut halus
10 lembar daun sawi, blender hingga halus
½ sdt ketumbar bubuk
½ sdm gula
5 butir telur
60 gram tepung tapioka
100 gram tepung terigu
250 gram tepung panir
Langkah membuat :
1. Haluskan ikan, campurkan wortel,sawi garam dan gula. Aduk atau uleni hingga
tercampur rata.
2. Masukkan tepung tapioka, 3 butir telur dan bahan lainnya, kecuali tepung panir.
3. Masukkan dalam cetakan dan kukus selama 20 menit
4. Dinginkan, lalu potong sesuai ukuran.
5. Kocok 2 buah telur dan celupakan potongan nugget lalu gulingkan pada tepung
panir.
6. Untuk mendapatkan hasil yang krispi, bisa didinginkan dahulu di lemari
pendingin atau freezer.
7. Terakhir, goreng dan siap disajikan
PUDING JAGUNG PADAT GIZI
Bahan :
30 gram jagung manis
15 gram susu skim bubuk
15 gram gula pasir
6 ml minyak
100 cc air
3,5 gram bubuk agar (1/2 bungkus)
½ sdt vanila
2 Cup (wadah)
Langkah Membuat :
1. Serut jagung manis
2. Campur semua bahan (blender agar tercampur rata/homogen)
3. Saring bahan yang sudah di blender
4. Tambahkan Agar-agar
5. Masak adonan puding hingga mendidih (±20 menit)
6. Tuang adonan puding ke dalam cap yang sudah di sediakan dan tunggu sampai
dingin.
7. Setelah dingin, bisa dimasukkan ke dalam lemari es selama beberapa waktu
SARKOYO PISANG RAJA
Bahan
50 gram kacang hijau kupas
1 Buah pisang raja
3 Lembar roti tawar
1 butir telur
½ sdt garam
65 ml Santan kara + 250 ml air
5 sdm gula pasir
1 lembar daun pandan
Langkah membuat :
1. Kukus kacang hijau kupas selama 20 menit lalu haluskan
2. Kocok telur dan gula pasir serta garam hingga larut
3. Tuang santan, aduk hingga rata
4. Potong roti tawar dan pisang sesuai selera,tata dalam wadah tuang larutan
santan dan telur, beri potongan daun pandan kemudian kukus hingga matang
(± 25 menit)
5. Angkat dan dinginkan, sarkoyo siap dinikmati