Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL KEGIATAN PROGRAM INOVASI UKM

DEDI GENTING SERBU HARIMAU


(DETEKSI DINI CEGAH STUNTING PADA SERIBU HARI PERTAMA
KEHIDUPAN)

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN


DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS BATUMARMAR
TAHUN 2022
PROPOSAL
INOVASI DEDI GANTING SERBU HARIMAU

I. Bidang Inovasi
Inovasi ini merupakan gerakan baru dari Program Gizi dalam rangka mencegah
dan menurunkan stunting di wilayah Puskesmas Batumarmar
II. Judul Inovasi
DEDI GANTING SERBU HARIMAU (DEteksi DIni ceGAh stuNTING pada SERiBU
HARI pertaMA kehidUpan)
III. Tanggal, Bulan dan Tahun Pengembangan Inovasi

BULAN
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

DEDI GANTING SERBU v v v v


HARIMAU (DEteksi DIni
ceGAh stuNTING pada
SERiBU HARI pertaMA
kehidUpan)

IV. Inovator
Inovasi ini disusun oleh tim yang terdiri dari :
Pembina : H.Abdurasid,S.Kep.Ns,MM
Pengarah : dr. Suaydiy Okdianzah
Koordinator : Nurul Widayana,S.Gz
Anggota :
1. Agustin Nur Wulandari, S.Gz
2. Rahayu Fuji Lestari, Amd. Keb
Pelaksana :
1. Dr. Puteri
2. Fauziyah, SST
3. Ferike Herdianawati, Amd. Keb
4. Seluruh Penanggung Jawab Desa (Bidan/Perawat)
V. Organisasi Perangkat Daerah Inovator
UPT Puskesmas Batumarmar

VI. Latar Belakang Permasalahan

Stunting merupakan kondisi kekurangan gizi kronis yang terjadi pada saat
periode kritis dari proses tumbuh dan kembang mulai janin, dimana hasil
pengukuran panjang/tinggi badan menurut umur (TB/U atau PB/U) menunjukkan
<-2 SD s.d. <-3 SD dari standar WHO (Permenkes RI, 2020). Stunting pada anak
merupakan masalah yang cukup serius karena berkaitan dengan resiko terjadinya
kesakitan di masa yang akan datang serta sulitnya untuk mencapai
perkembangan fisik dan kognitif yang optimal. Menurut UNICEF masalah stunting
disebabkan oleh dua penyebab langsung yaitu asupan makan dan penyakit
infeksi. Penyebab langsung tersebut berhubungan dengan pola asuh, ketahanan
pangan, akses terhadap pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan. Namun,
akar masalah dari faktor-faktor tersebut terdapat pada level individu dan rumah
tangga seperti tingkat pendidikan, pendapatan rumah tangga, sosial budaya,
ekonomi, dan politik (Rahayu et al., 2018; Kemenkes RI, 2018)
Faktor asupan makanan yang berhubungan langsung dengan status gizi
pada balita dapat dipengaruhi oleh pola asuh yang baik serta kondisi ketahanan
pangan, kualitas dan kuantitas pangan, seta cara pemberian makan pada balita
(Faiqoh et al.,2018; Arlius et al., 2017)
Ketahanan pangan adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
pangan anggota rumah tangga, baik dari segi jumlah, mutu, dan ragamnya sesuai
dengan sosial budaya setempat (Faiqoh et al.,2017)
Faktor ketersediaan pangan dapat mewujudkan ketahanan pangan rumah
tangga dan induvidu (Rahayu et al.,2020). Penyediaan pangan yang cukup
menjadi salah satu upaya untuk mencapai status gizi yang baik, dimana semakin
tinggi ketersediaan pangan keluarga maka kecukupan zat gizi keluarga akan
semakin meningkat (Faiqoh et al., 2018). Selain faktor ketersediaan pangan,
menurut BAPPENAS (2018) faktor ketahanan pangan yang berpengaruh terhadap
kondisi stunting berkaitan dengan akses masyarakat terhadap pangan yang
bergizi. Apabila akses pangan ditingkat rumah tangga terganggu, terutama akibat
kemiskinan, maka penyakit kurang gizi (malnutrisi) seperti stunting pasti akan
terjadi (Wahyuni dan Fitrayuna, 2020). Berdasarkan hal tersebut ketersediaan dan
akses terhadap pangan dapat mempengaruhi status gizi pada balita.
Pada masa balita, anak sudah tidak mendapatkan ASI dan mulai memilih
makanan yang ingin dikonsumsi. Hal tersebut harus menjadi perhatian orang tua
terutama pada proses pemberian makan agar kebutuhan zat gizi anak tetap
terpenuhi. Pada penelitian (Widyaningsih et al., 2018) aspek pola asuh makan
meliputi riwayat pemberian ASI dan MP-ASI serta praktik pemberian makan
berpengaruh terhadap kejadian stunting. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa
balita yang memiliki riwayat pola asuh kurang beresiko 2,4 kali lebih besar untuk
mengalami stunting dibandingkan dengan balita dengan riwayat pola asuh yang
baik.
Pola asuh pemberian makan merupakan faktor dominan yang
mempengaruhi stunting pada balita dibandingkan dengan kebiasaan pengasuhan,
kebiasaan kebersihan dan kebiasaan mendapat pelayanan kesehatan (Bella et el.,
2020). Ibu yang memiliki anak stunting cenderung memiliki kebiasaan menunda
memberikan makan pada balita serta tidak memperhatikan kebutuhan zat gizinya
Menurut United Nation Children’s Fund (2019) pada tahun 2018 hampir 200
juta anak dibawah 5 tahun menderita stunting (pendek) atau wasting.
Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG) selama tahun 2015-2017, balita
pendek memiliki prevalensi tertinggi dibandingkan dengan masalah gizi lainnya
(gizi kurang, kurus, dan gemuk) yaitu sebesar 29,6% (Kemenkes RI, 2018). Hasil
Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) Tahun 2019 menunjukkan telah terjadi
penurunan prevalensi stunting dari 30,8 % di tahun 2018 menjadi 27,67% di
tahun 2019 (Kemenkes RI, 2018). Akan tetapi, angka tersebut masih lebih besar
dari target WHO yakni sebesar 20%.
Berdasarkan hasil bulan timbang di wilayah Puskesmas Batumarmar pada
bulan februari 2020 prevalensi stunting sebesar 18.6%, pada bulan agustus 2020
sebesar 10.3%, pada bulan februari 2021 sebesar 9.6% dan pada bulan agustus
2021 sebesar 5.1%. setiap periode bulan timbang memang hasil yang didapat
adalah penurunan angka stunting. Akan tetapi Puskesmas Batumarmar perlu
mempertahankan angka tersebut maka diperlukan deteksi dini khususnya pada
periode seribu hari pertama kehidupan. Mulai dari konsepsi yaitu pada ibu hamil
sampai balita tersebut berumur 2 tahun. Maka dari itu Puskesmas Batumarmar
menciptakan inovasi untuk mendeteksi hal tersulit. Oleh karena itu dalam inovasi
ini, Puskesmas Batumarmar melakukan kegiatan dengan memperhatikan berbagai
aspek yaitu pemeriksaan kehamilan, memperbaiki cara mengukur PB/TB yang
benar, sampai masalah pangan karena berhubungan dengan PMBA.
Dampak yang timbul pada anak yang mengalami stunting sejak dini dapat
beresiko mengalami gangguan akibat malnutrisi berkepanjangan seperti
gangguan mental, psikomotor, dan kecerdasan. Malnutrisi menjadi salah satu
penyebab rendahnya kualitas SDM di Indonesia, dimana malnutrisi kronis ditandai
dengan stunting dan fungsi kognitif yang rendah (kemenkes RI, 2018). Oleh
karena itu masalah stunting merupakan masalah yang penting yang perlu segera
diatasi.

VII. Tujuan Melakukan Inovasi


a. Tujuan Umum
Menanggulangi masalah perbaikan gizi masyarakat di wilayah kerja Unit
Pelaksana Teknis Puskesmas Batumarmar.
b. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan
seluruh anggota untuk mewujudkan perilaku gizi yang baik dan benar
2. Mengetahui permasalah dan hambatan serta stategi dalam mengatasi
hambatan dan permasalah dalam mencapai cakupan program.
3. Mengevaluasi dan menganalisa kegiatan yang akan dilakukan dalam
mencapai cakupan program.
4. Meningkatkan kemampuan petugas gizi dalam merencanakan,
melaksanakan, membina, memantau dan mengevaluasi upaya perbaikan
gizi masyarakat.
5. Terwujudnya rangkaian kegiatan, pencatatan dan pelaporan gizi dan
tersedianya situasi pangan gizi

VIII. Manfaat Inovasi


1. Mencegah stunting dengan edukasi dan emo demo makanan bersumber
daya lokal.
2. Dapat memberikan informasi mengenai kesehatan ibu hamil dan balita.
3. Meningkatkan kreatifitas ibu hamil dan ibu balita dalam menciptakan
makanan selingan berbahan lokal.
IX. Rancang Bangun atau Desain Inovasi

REGULASI KOORDINASI STAKEHOLDER MONITORING EVALUASI

Menetapkan Lintas Persiapan


Pelaksanaan Pencapaian
Kebijakan Program dan Tempat dan
Inovasi Program
Lintas Sektor Sasaran

X. Kebaruan atau Keunikan atau Keaslian


Inovasi ini terbentuk pada tahun 2022 sehingga dapat di kategorikan sebagai
inovasi baru dari Puskesmas Batumarmar. Adapun dari segi keunikan, inovasi ini
mampu memberikan ide bagi Ibu Balita tentang Menu Camilan yang sehat dan
bervarian. Akan tetapi tetap dengan tujuan kami yaitu mencegah stunting,
sehingga menu yang di demo kan yaitu camilan Tinggi Protein. Inovasi ini
memiliki keaslian dikarenakan seluruh gagasan di keluarkan oleh tim dan di
laksanakan di wilayah kerja Puskesmas Batumarmar.

XI. Data Potensi Inovasi Daerah


NO INDIKATOR KETERANGAN INFORMASI DATA PENDUKUNG
INOVASI
1. Regulasi Regulasi/Kebijakan SK Kepala SK Kepala Puskesmas
Inovasi yang di tetapkan
Puskesmas
Daerah untuk mendukung
Inovasi Daerah
2. Ketersediaan Jumlah SDM yang 1-50 Orang -
SDM Inovasi melaksanakan
inovasi daerah
3. Dukungan Anggaran untuk Terdapat -
Anggaran inovasi daerah anggaran dana
dituangkan dalam dari BLUD
APBD
4. Penggunaan Penggunaan alat - -
IT elektronik dalam
inovasi daerah
5. Sosialisasi Penyebarluasan Sosialisasi di Foto Kegiatan
Kebijakan informasi sampaikan
kebijakan inovasi pada saat loka
daerah dari karya mini
pemerntahan
daerah kepada tribulanan
masyarakat
6. Bimtek Suatu Kegiatan Bimtek Foto Kegiatan
Inovasi dimana peserta di bersama kader
berikan pelatihan kesehatan
yang bermanfaat desa
dalam
meningkatkan
inovasi daerah
7. Program dan Proses pemerintah Belum -
Kegiatan di darah dalam menuangkan
Renstra OPD menentukan dalam renstra
strategi atau
inovasi daerah
8. Jejaring Interaksi antar Terintergrasi Lintas sektor :
Inovasi pelaku inovasi dengan lintas a. Kader Kesehatan
daerah sektor b. Pemerintah Desa
9. Replikasi Inovasi daerah Belum di -
yang telah replikasikan
berhasil di
replikasikan ke
daerah lain
10 Kualitas Inovasi daerah Ada Kebaharuannya adalah
. Inovasi yang diterapkan Kebaharuan a. Gagasan di dapatkan
Daerah mengandung pada tahun 2022
unsur kebaruan b. Melakukan Demo
sesuai Masak Camilan Tinggi
kewenangan dan Protein dalam
dapat di pencegahan stunting
replikasikan
11 Pedoman Ketentuan dasar Sudah ada SOP Sudah ada SOP sebagai
. Teknis yang memberi sebagai pedoman teknis
arah bagaimana pedoman
inovasi daerah teknis
harus di lakukan
12 Pengelola Pengelola inovasi Ada Tim Sudah ada tim pengelola
. Inovasi di tetapkan Pengelola
dengan surat
keputusan
13 Ketersediaan Kesiapan informasi Informasi Hotline telepon
. Informasi layanan untuk layanan
Layanan dapat di gunakan dilakukan
melalui telepon
atau whatsapp
14 Penyelesaian Penyelesaian Pengaduan Menggunakan buku
. Layanan informasi/ masyarakat di keluhan dan umpan
Pengaduan pemberitahuan respon balik
yang disampaikan
oleh pengguna
tentang inovasi
daerah
15 Tingkat Tindakan pihak Stakeholder Dokumentasi kegiatan
. Partisipasi tertentu dalam memberikan
Stakeholder mengambil bagian komitmen
pada kegiatan tertulis dan
inovasi daerah mendukung
kegiatan
dengan
mengumpulkan
sasaran
16 Kemudahan Tidak memerlukan Layanan telpon Hotline telpon
. Informasi banyak tenaga atau whatsapp
Layanan untuk memperoleh
informasi layanan
17 Kemudahan Tidak banyak sederhana Dengan memberikan
. proses memerlukan Menu Inovasi Tinggi
inovasi yang banyak tenaga Protein
di hasilkan untuk melakukan
inovasi

18 Online sistem Jaringan prosedur - -


. yang di buat
secara daring
19 Kecepatan Proses yang Lambat Lambat karena masih
Inovasi digunakan untuk menggunakan manual
mengakses inovasi
daerah dalam
satuan waktu
20 Kemanfaatan Inovasi daerah Sangat Terdapat menu inovasi
. Inovasi yang di hasilkan bermanfaat local yang tinggi protein
bermanfaat dan
tidak
menimbulkan
pembenaan
daerah
21 Tingkat Ketersediaan Pengukuran -
. Kepuasan tingkat kepuasan kepuasan
Penggunaan inovasi daerah belum ada
Inovasi dapat dirasakan
Daerah sesuai dengan
yang di harapkan
pengguna

XII. Daftar Lampiran


DUKUNGAN LINTAS SEKTOR KEPALA DESA BUJUR TIMUR DAN TIM
PENGGERAK PKK DESA BUJUR TIMUR

DUKUNGAN LINTAS PROGRAM KIA


DUKUNGAN LINTAS PROGRAM IMUNISASI

DUKUNGAN LINTAS PROGRAM GIZI

DEMO MASAK INOVASI MENU GIZI


NUGGET IKAN TONGKOL

Bahan :
50 gram ikan tongkol fillet atau ambil dagingnya
1 buah wortel, diparut halus
10 lembar daun sawi, blender hingga halus
½ sdt ketumbar bubuk
½ sdm gula
5 butir telur
60 gram tepung tapioka
100 gram tepung terigu
250 gram tepung panir
Langkah membuat :
1. Haluskan ikan, campurkan wortel,sawi garam dan gula. Aduk atau uleni hingga
tercampur rata.
2. Masukkan tepung tapioka, 3 butir telur dan bahan lainnya, kecuali tepung panir.
3. Masukkan dalam cetakan dan kukus selama 20 menit
4. Dinginkan, lalu potong sesuai ukuran.
5. Kocok 2 buah telur dan celupakan potongan nugget lalu gulingkan pada tepung
panir.
6. Untuk mendapatkan hasil yang krispi, bisa didinginkan dahulu di lemari
pendingin atau freezer.
7. Terakhir, goreng dan siap disajikan
PUDING JAGUNG PADAT GIZI

Bahan :
30 gram jagung manis
15 gram susu skim bubuk
15 gram gula pasir
6 ml minyak
100 cc air
3,5 gram bubuk agar (1/2 bungkus)
½ sdt vanila
2 Cup (wadah)
Langkah Membuat :
1. Serut jagung manis
2. Campur semua bahan (blender agar tercampur rata/homogen)
3. Saring bahan yang sudah di blender
4. Tambahkan Agar-agar
5. Masak adonan puding hingga mendidih (±20 menit)
6. Tuang adonan puding ke dalam cap yang sudah di sediakan dan tunggu sampai
dingin.
7. Setelah dingin, bisa dimasukkan ke dalam lemari es selama beberapa waktu
SARKOYO PISANG RAJA

Bahan
50 gram kacang hijau kupas
1 Buah pisang raja
3 Lembar roti tawar
1 butir telur
½ sdt garam
65 ml Santan kara + 250 ml air
5 sdm gula pasir
1 lembar daun pandan
Langkah membuat :
1. Kukus kacang hijau kupas selama 20 menit lalu haluskan
2. Kocok telur dan gula pasir serta garam hingga larut
3. Tuang santan, aduk hingga rata
4. Potong roti tawar dan pisang sesuai selera,tata dalam wadah tuang larutan
santan dan telur, beri potongan daun pandan kemudian kukus hingga matang
(± 25 menit)
5. Angkat dan dinginkan, sarkoyo siap dinikmati

Anda mungkin juga menyukai