Anda di halaman 1dari 6

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

Nama Kegiatan : KEGIATAN PEMBERIAN OBAT PENCEGAHAN MASSAL


(POPM) UNTUK PENCEGAHAN PENYAKIT KECACINGAN
Bulan : JUNI 2022
Nama Program : POPM KECACINGAN
Nama Puskesmas : UPT PUSKESMAS NOEMUKE
Penanggung Jawab Kegiatan : Yaya B. Kay Blegur, S.Kep., Ns
Pembebanan Biaya : DAK Non Fisik BOK 2022
Jumlah Dana : Rp.3.400.000,-

I. LATAR BELAKANG
Kecacingan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat diberbagai belahan
dunia termasuk di Indonesia. Kecacingan menggambarkan masalah kesehatan masyarakat
khususnya di daerah tropis dimana kondisi sanitasi masih belum memadai. Ada tiga jenis
cacing yang umumnya menginfeksi anak-anak, khususnya usia prasekolah dan memberikan
dampak yaitu: Ascaris Lumbricoides (Cacing Gelang), Ancylostoma Duodenale (Cacing
Tambang) dan Trichiuris Trichiura (Cacing Cambuk).
Cacingan secara umum mengakibatkan kerugian langsung oleh karena adanya
gangguan pada intake makanan, pencernaan, penyerapan serta metabolismenya. Secara
kumulatif, infeksi cacing atau cacingan dapat menimbulkan kerugian gizi berupa kekurangan
kalori dan protein serta kehilangan darah. Hal ini akan mengakibatkan hambatan
perkembangan fisik, kecerdasan dan produktifitas kerja, dapat menurunkan ketahanan tubuh
sehingga mudah terkena penyakit lainnya. Kecacingan terbukti memberikan dampak yang
sangat nyata bagi kesehatan anak. Infeksi cacing berhubungan erat dengan kehilangan
mikronutrien, malabsorbsi vitamin A pada anak prasekolah yang mengakibatkan malnutrisi,
anemia dan retardasi pertumbuhan (Stunting).
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah usia lima
tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Di
Indonesia ada sekitar 37% atau hampir 9 juta anak balita mengalami stunting (Riset
Kesehatan Dasar, 2013) sedangkan di dunia Indonesia adalah negara dengan prevalensi
stunting kelima terbesar. Balita atau Baduta (bayi di bawah usia dua tahun) yang mengalami
stunting akan memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal dan lebih rentan terhadap penyakit.
Stunting juga akan menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan
memperlebar ketimpangan.
Kerangka Intervensi Stunting yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia terbagi
menjadi dua yaitu Intervensi Gizi Spesifik dan Intervensi Gizi Sensitif. Kerangka pertama
adalah Intervensi Gizi Spesifik yakni intervensi yang ditujukan kepada anak dalam 1.000
Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan berkontribusi pada 30% penurunan Stunting. Kerangka
kegiatan Intervensi Gizi Spesifik umumnya dilakukan pada sektor kesehatan. Intervensi ini
juga bersifat jangka pendek dimana hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek.
Kegiatan yang idealnya dilakukan untuk melaksanakan Intervensi Gizi Spesifik dapat dibagi
menjadi beberapa intervensi utama yang dimulai dari masa kehamilan ibu hingga melahirkan
balita yaitu meliputi:
1. Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaran Ibu Hamil. Intervensi ini meliputi kegiatan
memberikan makanan tambahan (PMT) pada ibu hamil untuk mengatasi kekurangan
energi dan protein kronis,mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat, mengatasi
kekurangan iodium, menanggulangi kecacingan pada ibu hamil serta melindungi ibu
hamil dari Malaria.
2. Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 0-6 Bulan.
Intervensi ini dilakukan melalui beberapa kegiatan yang mendorong Inisiasi
Menyusui Dini (IMD) terutama melalui pemberian ASI pertama (Solostrums) serta
mendorong pemberian ASI eksklusif.
3. Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 7-23 bulan.
Intervensi ini meliputi kegiatan untuk mendorong penerusan pemberian ASI hingga
anak/bayi berusia 23 bulan. Kemudian, setelah bayi berusia diatas 6 bulan didampingi
oleh pemberian MP-ASI, menyediakan obat cacing, menyediakan suplementasi zink,
melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan, memberikan perlindungan terhadap
malaria, memberikan imunisasi lengkap, serta melakukan pencegahan dan
pengobatan diare.
Sebagai salah satu upaya intervensi spesifik pemerintah dalam menetapkan target
program penanggulangan cacingan berupa reduksi cacingan pada tahun 2019 yaitu berupa
berupa penurunan prevalensi cacingan sampai dengan di bawah 10% disetiap daerah
kabupaten/kota, dengan demikian diperlukan upaya sistematis dan terpadu untuk mencapai
reduksi sesuai target yang telah ditetapkan.
Prevalensi cacingan di Indonesia pada umumnya masih tinggi, terutama pada
golongan penduduk dengan ekonomi rendah, sanitasi yang buruk, akses air bersih yang
rendah dan perilaku hidup yang tidak sehat. Hal-hal tersebut menjadi faktor pendukung
timbulnya angka cacingan yang tinggi karena memudahkan parasit cacing untuk berkembang
biak dengan pesat dan menjakit ke masyarakat. Secara nasional, prevalensi cacingan per
kabupaten/kota sangat bervariasi dari 2.5%-62% dengan kisaran pervalensi nasional di
Indonesia adalah sebesar 28,1%.
Berdasarkan data prevalensi tersebut, dilaksanakan upaya pengobatan untuk
pencegahan melalui Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Kecacingan. POPM perlu
diberikan pada penduduk sasaran di seluruh kabupaten/kota di Indonesia. POPM Kecacingan
dapat dilaksanakan secara terintegrasi dengan program POPM Filariasis, penjaringan anak
sekolah, usaha kesehatan sekolah, pemberian vitamin A di posyandu, Pemberian Makanan
Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) serta program kesehatan lainnya.
Kegiatan POPM Kecacingan harus diikuti dengan kegiatan penyuluhan tentang hidup
bersih dan memperbaiki sanitasi lingkungan di wilayah tersebut. Mengingat penularan
cacingan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor maka diperlukan upaya dan peran seluruh
pihak baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, lintas program dan lintas sektor dalam
penanggulangannya sesuai tugas dan fungsi masing-masing dalam mendukung tercapainya
target penurunan prevalensi kecacingan.
Upaya-upaya tersebut dapat diwujudkan yaitu dengan meningkatkan koordinasi lintas
program, lintas sektor, dan peran serta masyarakat, mendorong program penanggulangan
cacingan masuk dalam rencana perbaikan kualitas air, berkoordinasi dengan kementerian
yang bertanggung jawab dalam penyediaan sarana air bersih; melakukan sosialisasi perilaku
hidup bersih dan sehat di pendidikan anak usia dini dan sekolah dasar atau serta kegiatan-
kegiatan lainnya sebagaimana terlampir pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun
2017 (hal. 34-38).

II. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setiap anak usia sekolah di TK, PAUD, SD serta anak balita terbebas dari infeksi
kecacingan
2. Tujuan khusus
a. Menginformasikan kebijakan teknis tentang penanggulangan kecacingan
terintegrasi dengan intervensi stunting;
b. Menginformasikan kebijakan teknis tentang intervensi gizi spesifik pada
penanggulangan stuntin;
c. Menginformasikan kebijakan teknis tentang intervensi gizi sensitif pada
penanggulangan stunting;
d. Meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menerima pelaksanan kegiatan pemberian
obat kecacingan;
e. Meningkatkan cakupan pemberian obat cacing pada usia 12 bl-12 tahun.
f. Menurunkan angka kesakitan penyakit kecacingan.
III. HASIL YANG DIHARAPKAN
a. Semua sasaran usia 12 bulan-12 tahun dapat memperoleh pelayanan obat kecacingan
sesuai jadwal yang sudah di tentukan
b. Semua pihak yang terkait (orang tua sasaran,kader posyandu dan pihak sekolah) dapat
berperan serta dalam menyukseskan kegiatan pemberian obat kecacingan.

IV. SASARAN
Sasaran pelaksanaan kegiatan pelayanan pemberian obat kecacingan adalah seluruh anak
berusia 12 bulan-12 tahun di seluruh wilayah Indonesia.

V. PELAKSANA

Tenaga Kesehatan UPT Puskesmas Noemuke.

VI. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN


Jadwal Terlampir

VII. PEMBIAYAAN
Total dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan ini dibebankan pada bantuan
Operasional Kesehatan (BOK) sebanyak Rp. 3.400.000, dengan perincian biaya
terlampir.

VIII. PELAPORAN
Laporan pelaksanaan kegiatan dan keuangan akan dibuat oleh Puskesmas Kuanfatu
dengan menyertakan dokumen- dokumen pendukung sesuai dengan ketentuan yang
disepakati, dokumen yang dilaporkan meliputi:
1. Kerangka acuan (TOR)
2. Rekapan Hasil kegiatan
3. Surat Tugas
4. Laporan perjalanan Dinas
5. Dokumentasi
IX. PENUTUP
Demikian kerangka Acuan ini dibuat sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan dan
sebagai dasar untuk mengajukan dana kegiatan.

Mengetahui Noemuke, 3 September 2022


Kepala UPT Puskesmas Noemuke Pengelola Program,

Yahuda Tse, A. Md Yaya B.Kay Blegur, S.Kep., Ns


NIP. 19731126 199603 1 004 NIP. 19920214 202203 2 008

Menyetujui
An. Kepala Dinas Kesehatan Kab. TTS
Kepala Bidang P2P

Elisabeth Pah, SST., M.Kes


NIP. 19700605 198902 2 002
LAMPIRAN:

PERINCIAN BIAYA UNTUK PELAKSANAAN KEGIATAN DALAM RANGKA


PEMBERIAN OBAT PENCEGAHAN MASAL ( POPM) KECACINGAN

Uang Transport : Transport 5 Orang X 1 lks X Rp.170.000;- = Rp.3.400.000;-


===========================================================
Jumlah Rp.3.400.000,-

Noemuke, September 2022


Mengetahui Pengelola Keuangan BOK,
Kepala UPT Puskesmas Noemuke

Yahuda Tse, A. Md Yuliana M. Selan, S.KM


NIP. 19731126 199603 1 004 NIP. 19830603 200903 2 006

Anda mungkin juga menyukai