Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN TAHUNAN

PROGRAM ISPA
TAHUN 2019

Disusunoleh:
WAHYU DWI PRASETYO, S.KEP., NS
NRPTT. 08.7.2015.2.4.03

PUSKESMAS PUGAAN
DINAS KESEHATAN KABUPATEN TABALONG
PEMERINTAH KABUPATEN TABALONG
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Latar Belakang Pembangunan dibidang kesehatan sebagai bagian
daripembangunan nasional yang ditata dalam Sistem Kesehatan Nasional
diarahkanuntuk mencapai derajat kesehatan yang optimal dan produktif
sebagaiperwujudan dari kesejahteraan umum seperti yang dimaksud
dalampembukaan undang-undang dasar 1945 dan undang-undang nomor 36
tahun2009 tentang kesehatan. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal
bagisetiap penduduk, pelayanan kesehatan harus dilaksanakan secara
menyeluruhdan terpadu dalam pelayanan kesehatan perorangan, pelayanan
kesehatankeluaraga maupun pelayanan kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2006).
Usahapeningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah mudah
sepertimembalikkan telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah
kompleks,dimana penyakit yang terbanyak diderita oleh masyarakat terutama pada
yangpaling rawan yaitu ibu dan anak, ibu hamil dan ibu meneteki serta anak
bawahlima tahun (Rasmaliah, 2008: ). Sebagai upaya mewujudkan Visi Indonesia
Sehat2010, pemerintah telah menyusun berbagai program pembangunan
dalambidang kesehatan antara lain kegiatan Pemberantasan Penyakit Menular
(P2M)baik yang bersifat promotif preventif, kuratif dan rehabilatif di semua
aspeklingkungan kegiatan pelayanan kesehatan (WHO, 2003).
Infeksi SaluranPernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab
kematian yang palingbanyak terjadi pada anak di negara sedang berkembang.
Infeksi SaluranPernafasan Akut ini menyebabkan 4 dari 15 juta perkiraan
kematian pada anakberusia di bawah 5 tahun pada setiap tahunnya sebanyak dua
pertiga kematiantersebut adalah bayi (WHO, 2003). Penyakit saluran pernapasan
pada masa bayidan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa
dewasa.dimana ditemukan adanya hubungan dengan terjadinya Chronic
obstructivepulmonary disease (WHO, 2003). Infeksi saluran Pernapasan Atas
(ISPA) dapatmenyebabkan demam, batuk, pilek dan sakit tenggorokan (Bidulh,
2002). Salahsatu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA
(InfeksiSaluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran pernapasan
bagianatas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah
suatupenyakit yang terbanyak diderita oleh anak- anak, baik dinegara berkembang
maupun di Negara maju (WHO, 2003 ).
Di Indonesia terjadi lima kasus diantara 1000 bayi atau Balita,
ISPAmengakibatkan 150.000 bayi atau Balita meninggal tiap tahun atau
12.500korban perbulan atau 416 kasus perhari, atau 17 anak perjam atau seorang

2
bayitiap lima menit (Siswono, 2007). Faktor-faktor yang bisa menjadi
penyebabpenyakit ISPA yaitu antara lain: Umur, Jenis Kelamin, Keadaan Gizi,
Kekebalan,Lingkungan, Imunisasi Yang Tidak Lengkap dan Pemberian Asi
Ekslusif yang tidaksesuai (Depkes, 2002). Kurangnya pengetahuan ibu tentang
Imunisasi pertussis menyebapkan banyaknya balita terkena ISPA, Imunisasi
pertusis yakni imunisasiyang diberikan agar balita tidak rentan terkena Infeksi
Saluran Pernapasan.Diperkirakan kasus pertusis sejumlah 51 juta dengan kematian
lebih dari600.000 orang, namun hanya 1,1 juta penderita dilaporkan dari 163
negaradalam tahun 1983. Hampir 80 % anak- anak yang tidak di imunisasi
menderitasakit pertusis sebelum umur 5 tahun. Kematian karena pertusis, 50 %
terjadipada bayi (umur < 1 tahun). Anak berumur di bawah 2 tahun mempunyai
risikoterserang Infeksi Saluran Pernafasan Akut lebih besar dari pada anak di atas
2tahun sampai 5 tahun, keadaan ini karena pada anak di bawah umur 2
tahunimunitasnya belum sempurna dan lumen saluran nafasnya relatif
sempit(Daulay, 2008).
Program P2 Ispa bertujuan untuk menurukan angka kesakitan dankematian
yang disebabkan oleh penyakit pneumonia.Strategi dalampenanggulangan
pneumonia adalah penemuan dini dan tatalaksana anak batukdan atau kesukaran
bernafas yang tepat.
Sejak 1990 Departemen Kesehatan telah mengadaptasi, menggunakandan
menyebarluaskan pedoman tatalaksana pneumonia balita yang bertujuanuntuk
menurunkan angka kematian balita karena pneumonia. Saat inipelaksanaan
program P2 Ispa dalam upaya penanggulangan pneumonia akanlebih ditingkatkan
sehingga cakupan penemuan dini dan tatalaksana pneumoniabalita akan lebih
dapat berhasil mencapai sasarannya.
Puskesmas merupakan pusat pengembangan pembinaan danpelayanan
kesehatan masyarakat dan merupakan pos terdepan dalampembangunan kesehatan
masyarakat.
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh
Puskesmasadalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan
nasional, yaknimeningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup
sehat bagisetiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya agar terwujud
derajatkesehatan yang setinggi-tingginya.
Untuk melihat sejauh mana upaya yang dilaksanakan Puskesmas
dalammemberikan pelayanan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya dan
tingkatkeberhasilan program-program kegiatan puskesmas, maka diperlukan
evaluasiatas kegiatan setiap bulan.

B. TUJUAN

3
1. Tujuan Umum
Untuk memeperoleh gamabaran dan mengevaluasi sejauh mana program P2
ISPA yang dilaksanakan di Puskesmas Pugaan dapat berjalan sesuai target yang
telah ditetapkan pada tahun 2019.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengevaluasi angka kematian pneumonia balita di Puskesmas Pugaan
b. Untuk mengevaluasi angka kesakitan pneumonia balita di Puskesmas
Pugaan
c. Untuk mengetahui faktor penghambat dan penunjang dari program ISPA
d. di Puskesmas Pugaan
e. Untuk mengetahui permasalahan yang ada di Puskesmas Pugaan tahun 2019
dan untuk perbaikan di tahun berikutnya
f. Mengetahui sasaran desa yang sudah mencapai target
g. Untuk melaksanakan pertanggung jawaban di bidang administrasi dalam
bentukpencatatan dan pelaporan hasil kegiatan

C. SASARAN
Sasaran kegiatan program ISPA ditujukan pada kelompok usia balita yaitu bayi( 0
- <1 tahun) dan anak balita ( 1 - < 5 tahun) dengan fokus penanggulangan
padapenyakit Pneumonia

D. KEBIJAKAN
1. Melaksanakan promosi penanggulangan pneumonia balita sehingga
masyarakat,mitra kerja terkait dan penganbil keputusan mendukung
pelaksanaan penanggulangan pneumonia balita.
2. Melaksanakan penemuan penderita melalui sarana kesehatan dasar
(pelayanankesehatan di desa, puskesmas pembantu, puskesmas dan sarana
rawat jalan RS)dibantu oleh kegiatan posyandu dan kader posyandu.
3. Melaksanakan tatalaksana standar penderita ISPA dengan deteksi dini
pengobatanyang tepat dan segera pencegahan komplikasi dan rujukan ke sarana
kesehatanyang lebih memadai.
4. Melaksanakan survelen kesakitan dan kematian pneumonia balita serta faktor
risikonya termasuk faktor risiko lingkungan dan kependudukan.

E. STRATEGI
1. Promosi penanggulangan pneumonia balita melalui advokasi bina suasana
dangerakan masyarakat.

4
2. Penurunan angka kesakitan dilakukan dengan upaya pencegahan atau
penanggulangan faktor risiko melalui kerjasama lintas program dan lintas
sektor,seperti melalui kerja sama dengan program imunisasi program bina
kesehatanbalita, program gizi dan program kesling.
3. Peningkatan penemuan melalui upaya peningkatan prilaku masyarakat
dalampencaharian pengobatan yang tepat.
4. Malaksanakan tatalaksana kasus melalui pendekatan MTBS dan audit kasus
untukpeningkatan kualitas tatalaksana kasus ISPA
5. Peningkatan surveilen ISPA melalui kegiatan surveilen rutin, autopsi verbal
danpengembangan informasi kesehatan serta audit manajemen program.

BAB II
GAMBARAN UMUM

5
A. GEOGRAFI
Wilayah kerja UPT Puskesmas Pugaan meliputi seluruh dari wilayah
Administrasi Kecamatan Pugaan, yang merupakan bagian dari Kabupaten
Tabalong dengan luas wilayah 64,06 Km2, yang terdiri dari 7 Desa (Desa Sei
Rukam I, Sei Rukam II, Halangan, Pugaan, Tamunti, Jirak dan Pampanan). Batas
wilayah kerja UPT Puskesmas Pugaan adalah sebagai berikut :
1) Sebelah Utara : Kecamatan Kelua dan Muara Harus
2) Sebelah Timur : Kecamatan Lampihong Kab. Balangan
3) Sebelah Selatan : Kecamatan Amuntai Utara Kab. HSU
4) Sebelah Barat : Kecamatan Banua Lawas
Keadaan geografi terdiri atas tanah perkampungan, rawa-rawa dan
persawahan. Ketinggian berada 8 – 13 M dari permukaan laut.

B. PENDIDIKAN (JUMLAH SARANA DAN TINGKAT PENDIDIKAN)


Wilayah kerja UPT Puskesmas Pugaan terdapat beberapa sarana pendidikan,
terdiri dari : PAUD 2 buah, TK 9 buah, SDN 9 buah, MIN 2 buah, MIS 1 buah,
SMPN 2 buah, MTSN 1 buah, MAN 1 buah, SMKN 1 buah.

C. KEADAAN EKONOMI
Mata pencaharian penduduk adalah pedagang, petani, pegawai
Negeri/ABRI/POLRI, buruh, pensiunan dan lain-lain.

D. SARANA/TENAGA KESEHATAN.
Sarana pelayanan kesehatan di wilayah kerja UPT Puskesmas Pugaan dapat
dilihat pada tabel I.1 berikut:
Tabel II.1Data Sarana Pelayanan Kesehatan UPT Puskesmas Pugaan Tahun 2019
No Sarana Jumlah Ket.
1 Puskesmas 1 buah
2 Puskesmas Pembantu 1 buah
3 Poskesdes 6 buah
4 Puskesmas Keliling 1unit R4
Jumlah 9 buah/unit

Ketenagaan yang ada di UPT Puskesmas Pugaan berjumlah 49orang dengan


rincian pada tabel I.2 berikut:
Tabel II.2Data Tenaga Kesehatan di UPT Puskesmas Pugaan Tahun 2019
No Tenaga Kesehatan Jumlah (orang)
1 Pimpinan Puskesmas 1
2 Kasubag Tata Usaha 1

6
3 Dokter Umum (PNS: 1) 1
4 Dokter Gigi (PNS: 1) 1
5 Perawat (PNS : 6, PTT : 2, TKS : 4) 12
6 Bidan (PNS : 7, PTT: 2, TKS: 5) 14
7 Nutrisionis (PNS: 1, PTT: 2) 3
8 Sanitarian (PNS: 3, TKS : 2) 5
9 Analis (PNS: 1, TKS: 2) 2
10 Perawat gigi -
11 Asisten apoteker (PNS: 1) 2
12 Pengadministrasi umum (PNS ; 1, TKS : 2) 3
13 Honor APBD (Sopir : 1), CS : 1, Wakar : 1, 4
Pramubakti ; 1)
JUMLAH 49

BAB III
HASIL KEGIATAN

A. PENGERTIAN ISPA
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut
yangmenyerang pernapasan mulai dari hidung hingga alveoli. Penyakit ISPA

7
yangmenjadi masalah dan masuk dalam program penanggulangan penyakit adalah
pneumonia karena merupakan salah satu penyebab kematian anak. Pneumonia
adalahinfeksi akut yang menyerang jaringan paru (alveoli). Infeksi ini bisa
disebabkan oleh bakteri, jamur, virus atau kecelakaan karena menghirup cairan
atau bahan kimia.Populasi rentan yang terserang pneumonia adalah anak umur < 2
tahun.

B. UPAYA KEGIATAN PROGRAM ISPA


1. Pencegahan ISPA
PencegahanISPA yang dilakukan adalah upaya yang dimaksudkan agar
seseorang terutama anak-anak dapat terhindar baik itu infeksinya, maupun
melawan dengan sistem kekebalan tubuh, karena vektor penyakit ISPA telah
sangat meluas di dunia, sehingga perlu kewaspadaan diri untuk menghadapi
serangan infeksi, bukan hanya dalam hal pengobatan ISPA.
Sebagaimana yang telah di sebutkan tadi, hal-hal yang dapat kita lakukan
untuk melindungi diri dalam rangka pencegahan ISPA adalah dengan
mempertahankan sistem kekebalan tubuh. Hal ini menjadi sangat sulit bagi
anak-anak karena perlu pengawasan yang baik serta memberikan kesadaran
kepada mereka. Keadaan gizi dan keadaan lingkungan merupakan hal yang
penting bagi pencegahan penyakit ISPA. Beberapa hal yang perlu dilakukan
untuk mencegah ISPA antara lain dengan memberikan gizi yang cukup kepada
anak atau dapat juga dengan melakukan imunisasi untuk menjaga kekebalan
tubuh.
Usaha untuk memberikan gizi yang baik mungkin akan mudah bagi orang
dewasa yang telah mengerti, namun bagi bayi yang masih dalam kontrol orang
tua harus disusui sampai usia dua tahun karena ASI adalah makanan yang
paling baik untuk bayi. Berikan anak makanan padat sesuai kebutuhannya. Bayi
dan balita hendaknya secara teratur ditimbang untuk mengetahui apakah
beratnya sesuai dengan umurnya dan perlu diperiksa apakah ada penyakit yang
menghambat pertumbuhan.
Agar anak memperoleh kekebalan dalam tubuhnya anak perlu
mendapatkan yang dimaksudkan untuk mencegah penyakit Pertusis yang salah
satu gejalanya adalah infeksi saluran nafas. Selain itu, perilaku hidup bersih dan
sehat merupakan modal utama bagi pencegahan ISPA, sebaliknya perilaku yang
tidak mencerminkan hidup sehat akan menimbulkan berbagai penyakit.
Selain dengan mempertahankan sistem kekebalan tubuh dari puskesmas
purabaya juga melakukan pencegahan terhadap penyakit ISPA yaitu dengan
melakukan Penyuluhan ISPA di posyandu-posyandu yang ada di wilayah kerja

8
Puskesmas Pugaan serta melakukan sosialisasi kepada kader kesehatan tentang
penyakit Ispa.

2. Pengobatan ISPA
Pengobatan ISPA biasanya di fokuskan kepada mereka yang memiliki
sistem kekebalan tubuh yang rendah. ISPA atau Infeksi Saluran Pernapasan
Akut sangat rentan kepada anak-anak, itulah mengapa kasus ISPA sebagai
penyakit dengan prevalensi sangat tinggi di dunia juga menunjukkan angka
kematian anak yang sangat tinggi dibandingkan penyakit lainnya. Berdasarkan
jenisnya pengobatan ISPA dapat diklasifikasikan berdasarkan :
a. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral,
oksigendan sebagainya.
b. Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita
tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian
kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik
pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.
c. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan
di rumah,  untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat
batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti
kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam diberikan obat
penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila
pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat)
disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang
tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik
(penisilin) selama 10 hari.

3. Pelacakan kasus, PemantauanKasus, serta Kujungan Rumah Penderita


ISPA/Pneumonia
Untuk kegiatan Pemantauan kasus Pneumonia, Pelacakan kasus Pneumonia
dan Kunjungan rumah Pneumonia yaitu dilaksanakan di 7 desa yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Pugaan.
Tabel III.1 Data Perkiraan Penderita Pneumonia
Jlh Penduduk
Perkiraan
No Usia Balita
Nama Desa Jlh Penduduk Pneumonia
. (10% dari jlh
Balita
Penduduk)
1 Pampanan 1.313 131 84
2 Tamunti 943 94 60
3 Pugaan 1.278 128 84

9
4 Halangan 1.029 103 72
5 Sei Rukam 1 907 91 60
6 Sei Rukam 2 665 67 48
7 Jirak 1.099 110 72
Jumlah 7234 724 480

Jumlah kunjungan balita batuk dan kesukaran bernapas pada tahun 2019
berjumlah 867 balita sedangkan penemuan penderita pneumonia balita desa
Pampananditemukan 4 kasus dengan persentasi, desa Tamunti 6 kasus, desa
Pugaan 6 kasus, desa Halangan 2 kasus, desa Sei Rukam 1 ditemukan 6 kasus,
desa Sei Rukam 2 nihil, desa Jirak 7 kasus, dan dari Luar wilayah/Sumber lain 3
kasus.

Grafik III.1 Penyuluhan Informasi Tentang Penyakit Menular ISPA Di Posyandu


Kegiatan Penyuluhan dilaksaknakan di 17 Posyandu yang tersebar di 7 desa di
wilayah kerja Puskesmas Pugaan dengan capaian 100 %

Penyuluhan Penyakit Menular ISPA


Target (%) Capaian (%)

100
100 100 100
100 100

100 50 100

100 100
0

100 100

100 100

100 100
100 100

Grafik III.2 Capaian Kegiatan Kunjungan Rumah Penderita ISPA Berpotensi


Pneumonia
Melakukan Kunjungan Rumah Penderita ISPA yang Terindikasi Pneumonia
Bersama Bidan Desa dengan Target 50 kasus di wilayah kerja Puskesmas Pugaan
dengan capaian 100 %

10
Follow Up Penderita ISPA Berpotensi Pneumonia
Target (%) Capaian (%)
Pampanan
100
100

Jirak Tamunti
100 100
50

SR 2100 100Pugaan

100 100
SR 1 Halangan

Grafik III.3 Cakupan Penemuan Kasus Pneumonia Puskesmas Pugaan Tahun 2019

Cakupan Target

PAMPANAN
200.00
PUSKESMAS TAMUNTI

100.00 115.06
77.49 41.32

JIRAK 98.73 0.00 0.00 84.90 PUGAAN

52.72

79.75

SUNGAI RUKAM II HALANGAN

SUNGAI RUKAM I

Grafik III.4Kasus Pneumonia Per Desa Tahun 2019

11
≥ 5 Tahun Bayi Balita
5

3
4
2
3 2
1 2
1

0 0

3
1

2 2

Grafik III.5 Kasus ISPA Dengan Usia ≥ 5 Tahun

Bukan Pneumonia Pneumonia

200

100
46 63
35
70 0 143

41
71

122

12
RENCANA USULAN KEGIATAN (RUK) PUSKESMAS
PROGRAM P2 ISPA TAHUN 2021

KEBUTUHAN
UPAYA TARGET PENAGGUNG MITRA WAKTU KEBUTUHAN INDIKATOR SUMBER
NO KEGIATAN TUJUAN SASARAN SUMBER
KESEHATAN SASARAN JAWAB KERJA PELAKSANAAN ANGGARAN KINERJA PEMBIAYAAN
DAYA
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
UKM
ESENSIAL                        
Penyuluhan
Informasi Memberikan
Terhadap pengetahuan Ibu yang
Pengelola Januari s/d
Penyakit tentang Memiliki 17 Perawat/ Terget
1 P2 ISPA Program P2 Leaflet Nopember 765.000 APBN (BOK)
Menular ISPA kesehatan Anak Balita Posyandu dokter tercapai
ISPA 2021
( 1org x 17 Posy kepada diPosyandu
x 1 kl x 45.000 = masyarakat
765.000 )
2 P2 ISPA Kegiatan Ketuk Menekan Keluarga & 7 Desa Pengelola Petugas Perawat Januari s/d 3.600.000 Terget APBN (BOK)
Pintu Penemuan Angka Penderita Program P2 Kesehatan / Bidan / Nopember tercapai
dan Follow Up Kematian dengan ISPA Perawat, Dokter 2021
Penatalaksanaan akibat Kasus Bidan, atau
Penderita ISPA Penyakit ISPA / Dokter
berpotensi Pneumonia Pneumonia
Pneumonia 2org Pada Balita
x 40 kss x 1kl x dan
45.000 = Menekan
3.600.000 Angka
Kesakitan
ISPA pada

13
Balita
 
Jumlah      
        4.365.000    

Mengetahui, Pengelola Program


Kepala Puskesmas Pugaan P2 ISPA

Jayosno, S.Kep., MM Wahyu Dwi Prasetyo, S.Kep., Ns


NIP 19701002 199002 1 001 NRPTT 08.7.2015.2.4.03

14
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Laporan tahunan P2 ISPA ini dirasakan sangat bermanfaat bagi Puskesmas,
khusunya dalam rangka mewujudkan “Akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah/puskesmas” kepada masyarakat, dimana laporan tahunan P2 ISPA
ini dapat dijadikan pedoman dan acuan kerja bagi puskesmas dalam
menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pos terdepan dalam system pelayanan
yang prima kepada masyarakat yang dilayani.
2. Keberhasilan sesuatu kegiatan atau program tergantung dari bagaimana
perencanaan suatu kegiatan atau program itu dibuat, karena sangat terkait
dengan fungsi – fungsinya manajemen selanjutnya.
3. Tingkat kepedulian masyarakat kepada masalah kesehatan yang sangat
bervariasi antara satu kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat lain.
4. Penyakit ISPA adalah salah satu penyakit yang banyak diderita bayi dan anak-
anak, penyebab kematian dari ISPA yang terbanyak karena Pneumonia.
Klasifikasi penyakit ISPA tergantung kepada pemeriksaan dan tanda-tanda
bahaya yang diperlihatkan penderita.

B. SARAN
1. Karena yang terbanyak penyebab kematian dari ISPA adalah karena
pneumonia, maka diharapkan penyakit saluran pernapasan penanganannya
dapat diprioritaskan.
2. Disamping itu penyuluhan kepada ibu-ibu tentang penyakit ISPA perlu
ditingkatkan dan dilaksanakan secara berkesinambungan, serta penatalaksanaan
dan pemberantasan kasus ISPA yang sudah dilaksanakan sekarang ini,
diharapkan lebih ditingkatkan lagi.
3. Perlunya kesadaran dan adanya kerjasama antar warga serta lintas sektor terkait
dalam upaya mencegah dan menanggulangi kejadian penyakit menular ISPA.
4. Dimasa yang akan datang hendaknya waktu yang digunakan atau yang
diberikan Puskesmas dalam penyusunan laporan Tahunan P2 ISPA ini lebih
banyak lagi, oleh karena mencari data dan informasi dilapangan sangat sulit dan
perlu waktu yang lama karena petugas merangkap program lain.

15

Anda mungkin juga menyukai