Anda di halaman 1dari 11

PEMERINTAH KABUPATEN MOROWALI

DINAS KESEHATAN, PENGENDALIAN PENDUDUK


DAN KELUARGA BERENCANA DAERAH
UPT PUSKESMAS BUNGKU
KECAMATAN BUNGKU TENGAH
Alamat : Jl. Bandeng No. 32, Kel. Matano, Kec. Bungku Tengah
E-mail: pkm.bungku@gmail.com, Kode Pos 94973

Nomor : 440/ /PKM-BK/I/2020


Lampiran : 1 (satu) rangkap
Hal : Inovasi Program/Upaya Kesehatan Puskesmas

Kepada Yth.
Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk
Dan Keluarga Berencana Daerah
Di_
Tempat

Dengan hormat,
Sesuai dengan Rencana Tindak Lanjut evaluasi Program/Upaya
Puskesmas Tahun 2019 yang mengharapkan adanya inovasi program/upaya
kesehatan pada tahun berikutnya untuk meningkatkan capaian kegiatan
khususnya program kesehatan prioritas nasional, maka dengan ini kami
sampaikan Inovasi Program UPT Puskesmas Bungku tahun 2020. Dukungan
untuk kegiatan inovasi tersebut sangat kami harapkan, baik berupa perbaikan
konsep maupun dalam pelaksanaannya nanti.
Demikian penyampaian kami, atas perhatian dan kerjasamanya kami
ucapkan terima kasih.
.
Bungku, 6 Januari 2020
Plt. Kepala UPT Puskesmas Bungku

Dr. Supardi
NIP. 198109112015031001
INOVASI PROGRAM/UPAYA KESEHATAN
UPT PUSKESMAS BUNGKU
TAHUN 2020

I. MERANGKIA
(Mari mEnuRungkan ANGka Kematian Ibu Anak)

Pendahuluan
Keberhasilan upaya kesehatan ibu, di antaranya dapat dilihat dari indikator Angka Kematian
Ibu (AKI). AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang
disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena
sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran hidup. Indikator
ini tidak hanya mampu menilai program kesehatan ibu, tetapi juga mampu menilai derajat
kesehatan masyarakat, karena sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari
sisi aksesibilitas maupun kualitas.
Berbagai uapaya telah dilakukan untuk menurunkan AKI dan AKN diantaranya meningkatkan
kualitas pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru lahir, memperkuat sistem rujukan yang
efisien dan efektif antar puskesmas dan rumah sakit.

Latar belakang
Analisis kematian ibu yang dilakukan Direktorat Bina Kesehatan Ibu pada tahun 2010
membuktikan bahwa kematian ibu terkait erat dengan penolong persalinan dan tempat/fasilitas
persalinan. Persalinan yang ditolong tenaga kesehatan terbukti berkontribusi terhadap turunnya
risiko kematian ibu. Demikian pula dengan tempat/fasilitas, jika persalinan dilakukan di
fasilitas pelayanan kesehatan, juga akan semakin menekan risiko kematian ibu.
Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin agar setiap ibu mampu
mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti pelayanan kesehatan ibu hamil,
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan,
perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi
komplikasi, kemudahan mendapatkan cuti hamil dan melahirkan, dan pelayanan keluarga
berencana.
Di wilayah kecamatan Bungku Tengah tahun 2019 terdapat 3 kasus kematian ibu hamil, 9 kasus
kematian neonatal, masih ada persalinan oleh bukan tenaga kesehatan serta persalinan non
fasilitas kesehatan.
UPT Puskesmas Bungku mengupayakan memenuhi pelayanan kesehatan ibu tersebut diatas
dalam suatu rangkaian kegiatan yang bernama “MERANGKIA”, kata yang berasal dari Bahasa
Bungku, yang artinya merangkul, dapat dimaknai sebagai upaya puskesmas untuk merangkul
ibu dan bayi baru lahir untuk mendapatkan layanan kesehatan yang berkualitas.

Tujuan umum
Meningkatkan Akses pelayanan kesehatan Ibu Anak yang berkualitas di wilayah kecamatan
Bungku Tengah
Tujuan Khusus
1. Meningkatan parsalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Meningkatkan persalinan di Fasilitas Kesehatan
3. Menurunkan angka kematian Ibu
4. Menurunkan angka kematian Bayi baru lahir

Kegiatan
Dalam “MERANGKIA” ini kegiatan yang dilakukan adalah :
1. Pelayanan Pemeriksaan Ibu Hamil/ANC dengan elemen layanan 10 T, serta frekuensi
layanan yang sesuai standar;
2. Layanan antar jemput ibu hamil;
3. In House Training ; Asuhan persalinan dan pertolongan bayi baru lahir;
4. Pemenuhan sarana dan prasarana ruang bersalin yang nyaman dan sesuai standar;
5. Pemberian bingkisan Tas Cantik bagi Ibu yang bersalin di Faskes;
6. Memperkuat system rujukan

Sasaran
Semua ibu hamil di wilayah Kecamatan Bungku Tengah
II. POT BUNGA
(Pelayanan kesehatan bagi Orang dengan baTuk lama di wilayah BUngku teNGAh)

Pendahuluan
Tuberkulosis sampai saat ini masih merupakan permasalahan kesehatan di masyarakat, bukan
hanya karena TB adalah penyakit menular, namun ada hubungan TB dengan penyakit tidak
menular lainnya seperti pada Diabetes Melitus,Penyakit akibat rokok,alkohol, pengguna
narkoba dan malnutrisi. TB sebagian besar menyerang pada usia produktif dan masyarakat
dengan sosial ekonomi yang kurang. TB menjadi penyebab tersering untuk kesakitan dan
kematian pada ODHA, TB sering dihubungkan dengan kemiskinan, lingkungan yang kumuh,
padat dan terbatasnya akses untuk perilaku hidup bersih dan sehat.
Sebanyak 1/3 kasus TB masih belum terakses atau dilaporkan. Bahkan sebagian besar kasus
TB terlambat ditemukan sehingga saat diagnosa ditegakkan mereka sudah dalam tahap lanjut
bahkan kuman telah resisten obat sehingga penyembuhan menjadi sulit. Keterlambatan
pengobatan ini bermakna karena menunjukkan lebih banyak lagi penduduk yang sudah terpapar
TB.

Latar belakang
Di Kecamatan Bungku Tengah tahun 2019 dengan jumlah penduduk 22.127 jiwa diperkiran
jumlah jiwa yang terduga terinfeksi TBC sebannyak 410 dan dari jumlah suspek tersebut
diharapkan 71 orang ditemukan sebagai kasus TB baru. Monotoring dan evaluasi capaian
program triwulan III tahun 2019 didapatkan pemeriksaan terduga TB mencapai 48.2 % serta
penemuan penderita TB mencapi 81 %, masih jauh dari target. Terbatasnya kemampuan
penjaringan dan penemuan kasus TB paru di masyarakat disebabkan oleh karena beberapa hal
seperti kunjungan dalam gedung kurang atau penemuan hanya terbatas pada penemuan pasif.
Sehingga perlu diupayakan sebuah gagasan yang kegiatannya bersifat aktif dapat berlangsung
kontinyu. Upaya yang paling mungkin adalah dengan kunjungan ke sasaran, mengintegrasikan
program penanggulangan penyakit TB-Paru ini ke kegiatan bersumber daya masyarakat.
Oleh karena itu Puskesmas Bungku pada kesempatan ini akan melakukan suatu kegiatan
sebagai model upaya meningkatkan penemuan kasus TB-Paru didusun dengan nama “POT
BUNGA”

Tujuan Umum :
Menurunkan angka kesakitan, kematian dan penularan TB dengan memutus rantai penularan
sehingga penyakit TB tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Tujuan Khusus :
a. Meningkatkan penemuan kasus TB BTA positif yang ada di wilayah kerja
b. Menyembuhkan penderita baru TB BTA positif yang ditemukan
c. Tercapainya cakupan penemuan penderita hingga 100% dari semua penderita TB
d. Mencegah timbulnya resistensi obat TB di masyarakat
e. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya penemuan kasus TB yang ada di
masyarakat.

Kegiatan
Kegiatan dalam POT BUNGA Puskesmas meliputi :
1. Pembentukan Tim Puskesmas Penanggulangan TB
2. Sosialisasi kegiatan lintas program dan lintas sektor
3. Peningkatan Jejaring dengan Pembentukan POS TB di setiap desa/kelurahan
4. Peningkatan peran serta Bidan, Kader Kesehatan, Kepala Desa sebagai Juru Pantau Batuk
(Grup WA JUMANTUK)
5. Pelayanan dengan kunjungan rumah, pelayanan rawat jalan, pengambilan spesimen
dahak, pengobatan serta konseling, edukasi
6. Pemberian rujukan yang tepat

Sasaran
Seluruh masyarakat yang ada di Wilayah Kecamatan Bungku Tengah
III. BAYI BERSERI
(BAyi BERSERtifikat Imunisasi)

Pendahuluan
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu penyakit tertentu, sehingga bila suatu saat terpapar dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Beberapa penyakit menular yang
termasuk ke dalam Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) antara lain TBC,
difteri, tetanus, hepatitis B, pertusis, campak, rubella, polio, radang selaput otak, dan radang
paru-paru. Anak yang telah diberi imunisasi akan terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya
tersebut, yang dapat menimbulkan kecacatan atau kematian. Imunisasi merupakan salah satu
intervensi kesehatan yang
Imunisasi Program terdiri atas imunisasi rutin, imunisasi tambahan, dan imunisasi khusus.
Imunisasi rutin terdiri atas imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan. Imunisasi dasar diberikan
pada bayi sebelum berusia satu tahun, sedangkan imunisasi lanjutan diberikan pada anak usia
bawah dua
tahun (Baduta), anak usia sekolah dasar dan wanita usia subur (WUS). Penentuan jenis
imunisasi didasarkan atas kajian ahli dan analisis epidemiologi atas penyakit-penyakit yang
timbul. Di Indonesia, setiap bayi (usia 0-11 bulan) diwajibkan mendapatkan imunisasi dasar
lengkap yang terdiri dari 1 dosis Hepatitis B, 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-HB-HiB, 4 dosis polio
tetes, dan 1 dosis campak/MR.

Latar belakang
Penyelenggaran program imunisasi di UPT Puskesmas Bungku harus dimaksimalkan karena
cakupan imunisasi yang tinggi dapat memberikan gambaran status kekebalan bayi terhadap
penyakit yang merupakan salah satu gambaran status kelangsungan hidup disamping cakupan
dan angka-angka kematian ibu, bayi dan status gizi yaitu dapat memberikan gambaran
keberhasilan pembangunan kesehatan kedepan terhadap kelangsungan hidup anak atau generasi
yang akan datang di suatu wilayah. Jadi apabila cakupan imunisasi rendah misalnya hanya
mencapai 60% dengan tingkat kekebalan yang didapat hanya 85 % ini artinya hanya sekitar 50
% anak balita dalam suatu wilayah yang mempunyai kekebalan comunitas/populasi, 50 % anak
balita yang tidak kebal akan beresiko untuk menderita penyakit-penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi, disamping itu juga penyakit-penyakit lainnya misalnya diare, ISPA akan
dengan mudah menjangkiti anak-anak balita. Imunisasi dasar pada bayi seharusnya diberikan
pada anak sesuai dengan umurnya sebelum anak berusia satu tahun. Pada kondisi ini,
diharapkan sistem kekebalan tubuh dapat bekerja secara optimal. Namun demikian, pada
kondisi tertentu beberapa bayi tidak mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap. Kelompok
inilah yang disebut dengan drop out (DO) imunisasi.
Data capaian imunisasi dasar lengkap di Puskesmas Bungku sudah mencapai sasaran. Untuk
memberikan aprsiasi dan motivasi kepada masyarakat untuk tetap melakukan imunisasi,
puskesmas akan memberikan sertifikat imunisasi pada bayi yang telah imunisasi dasar lengkap.
Kegiatan ini dinamai “BAYI BERSERI” Bayi bersetifikat imunisasi.

Tujuan Umum
Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi
Tujuan Khusus
1. Meningkatkan capaian imunisai Hepatitis
2. Meningkatkan Capaian imunisasi BCG
3. Meningkatkan capaian imunisasi DPT-HB-HiB
4. Meningkatkan capaian imunisasi Polio
5. Meningkatkan capaian imunisasi campak/MR
6. Menurunkan angka DO imunisasi

Kegiatan
Dalam dalam “BAYI BERSERI” adalah sebagai berikut :
1. Pelayanan imunisasi dasar rutin pada bayi baik di Posyandu
2. Sweeping Imunisasi
3. Identifikasi Bayi dengan imunisasi dasar lengkap
4. Pemberian Sertifikat Imunisasi di Hari Ulang Ulang Tahun ke-1 disertai dengan kado ulang
tahun dari Puskesmas
5. Adavokasi ke lintas sektor/Sekolah agar Sertifikat Imunisasi Dasar Lengkap menjadi syarat
untuk masuk sekolah

Sasaran
Bayi 0-11 bulan
IV. CINTA KELUARGA
(CEK RUTIN TEKANAN DARAH KELUARGA)

Pendahuluan
Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit kronis yang tidak ditularkan dari orang ke
orang. PTM diantaranya adalah penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes, dan Penyakit Paru
Obstruktif Kronis (PPOK). PTM merupakan penyebab kematian hampir 70% di dunia. PTM
menunjukkan adanya kecenderungan semakin meningkat dari waktu ke waktu. Menurut hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan 2013, tampak kecenderungan peningkatan
prevalensi PTM seperti diabetes, hipertensi, stroke, dan penyakit sendi/rematik/encok.
Fenomena ini diprediksi akan terus berlanjut.
Berbagai faktor risiko PTM diantaranya adalah merokok dan keterpaparan terhadap asap rokok,
diet/pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, konsumsi minuman beralkohol, dan riwayat
keluarga (keturunan). Adapun faktor risiko antara terjadinya PTM adalah obesitas, tekanan
darah tinggi, gula darah tinggi, dan kolesterol tinggi. Program pada prinsip mengutamakan
upaya pencegahan karena lebih baik dari pada pengobatan. Upaya pencegahan penyakit tidak
menular ebih ditujukan kepada faktor risiko yang telah diidentifikasi.

Latar belakang
Upaya pengendalian faktor risiko PTM yang telah dilakukan berupa promosi Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat melalui perilaku CERDIK, yaitu Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan
asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet sehat seimbang, Istirahat yang cukup, dan Kelola stres.
Deteksi dini harus dilakukan secara proaktif mendatangi sasaran, karena sebagian besar tidak
mengetahui bahwa dirinya menderita penyakit tidak menular. Cek kesehatan secara berkala
yaitu pemeriksaan faktor risiko PTM dapat dilakukan melalui Pos Pembinaan Terpadu
(Posbindu) PTM yang ada di desa/ kelurahan, dan di Puskesmas.
Tahun 2019 Di Wilayah Kecamatan Bungku Tengah dengan jumlah penduduk 25.477 jiwa,
target untuk kegiatan skrining factor risiko PTM pada usia produktif 16.573 Jiwa, serta target
penemuan penderita tekanan darah tinggi/Hipertensi sebesar 5.820 jiwa. Namun hingga akhir
tahun target tersebut belum tercapai.
Salah satu penyakit tidak menular yang cukup penting dalam Pendekatan Keluarga adalah
hipertensi (tekanan darah tinggi). Prevalensi hipertensi pada orang dewasa menurut Riskesdas
tahun 2013 adalah 25,8% atau sama dengan 42,1 juta jiwa. Dari sejumlah itu baru 36,8% yang
telah kontak dengan petugas kesehatan, sementara sisanya sekitar 2/3 tidak tahu kalau dirinya
menderita
hipertensi. Hal ini menunjukkan bahwa bila tidak menggunakan pendekatan keluarga, 2/3
bagian atau sekitar 28 juta penderita hipertensi tidak akan tertangani. Sekali lagi, hal ini
menunjukkan bahwa pendekatan keluarga mutlak harus dilakukan bila kita ingin pengendalian
penyakit hipertensi berhasil. Oleh karena itu, Puskesmas Bungku dalam pelaksanaan PIS- PK,
intervensi pada indikator Penderita Hiperetensi melakukan pengobatan teratur
mengembangkan suatu kegiatan yang diberi nama “CINTA KELUARGA” .

Tujuan Umum
Meningkatkan upaya pengendalian faktor risiko penyakit tidak menular
Tujuan Khusus
1. Meningkatakan pelayanan skrining penyakit tidak menular (PTM)
2. Meningkatakan penemuan pendirita Hipertensi
3. Meningkatkan cakupan Penderita Hipertensi yang berobat secara teratur

Kegiatan
Kegiatan dalam “CINTA KELUARGA” adalah sebagai berikut :
1. Melakukan skrining factor risiko PTM dengan layanan Cinta Keluarga
2. Kunjungan rumah update Profil Kesehatan Keluarga, Pengukuran Tekanan Darah, serta
pemasangan Stiker Program Keluarga Sehat
3. Kunjungan rumah penderita Hipertensi, pengkuran tekanan darah, pengobatan dan
konseling

Sasaran
Masyarakat wilayah Kecamatan Bungku Tengah
V. Menuku, MOIKO…!
(Menuku, Mongka Ika Ole Oleo)

Pendahuluan
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang
kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur dengan panjang atau tinggi
badan yang lebih dari minus dua standar deviasi median standar pertumbuhan anak dari
WHO. Balita stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor
seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya
asupan gizi pada bayi. Balita stunting di masa yang akan datang akan mengalami kesulitan
dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal.
Kondisi kesehatan dan gizi ibu sebelum dan saat kehamilan serta setelah persalinan
mempengaruhi pertumbuhan janin dan risiko terjadinya stunting. Faktor lainnya pada ibu
yang mempengaruhi adalah postur tubuh ibu (pendek), jarak kehamilan yang terlalu dekat,
ibu yang masih remaja, serta asupan nutrisi yang kurang pada saat kehamilan. Kondisi ibu
sebelum masa kehamilan baik postur tubuh (berat badan dan tinggi badan) dan gizi
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting. Remaja putri sebagai
calon ibu di masa depan seharusnya memiliki status gizi yang baik.
Nutrisi yang diperoleh sejak bayi lahir tentunya sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhannya termasuk risiko terjadinya stunting. Tidak terlaksananya inisiasi menyusu
dini (IMD), gagalnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, dan proses penyapihan dini
dapat menjadi salah satu faktor terjadinya stunting. Sedangkan dari sisi pemberian makanan
pendamping ASI (MP ASI), hal yang perlu diperhatikan adalah kuantitas, kualitas, dan
keamanan pangan yang diberikan.

Latar belakang
Data RISKESDAS menunjukkan bahwa prevalensi balita stunting pada 2018 mencapai
30,8 persen. Itu artinya, satu dari tiga balita mengalami perawakan pendek akibat
malanutrisi kronis.
Masalah stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan dari segi jumlah dan
kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam. Selanjutnya, dipengaruhi juga oleh pola asuh
yang kurang baik terutama pada aspek perilaku, terutama pada praktek pemberian makan
bagi bayi dan Balita. Selain itu, stunting juga dipengaruhi dengan rendahnya akses terhadap
pelayanan kesehatan, termasuk di dalamnya adalah akses sanitasi dan air bersih. Pola asuh
dan status gizi sangat dipengaruhi oleh pemahaman orang tua (seorang ibu) maka, dalam
mengatur kesehatan dan gizi di keluarganya. Karena itu, edukasi diperlukan agar dapat
mengubah perilaku yang bisa mengarahkan pada peningkatan kesehatan gizi atau ibu dan
anaknya.
Protein ikan sebagai bagian zat gizi makro yang 100 % local content dan memiliki TKDN
tinggi. Menggeser dan atau melengkapi sumber protein kedelai dan susu yang lebih banyak
impor serta kacang hijau dan susu yang selama ini digunakan dalam program pencegahan
stunting. Hasil uji klinis juga menyatakan protein ikan lebih baik dan lebih cepat diserap
oleh tubuh dibandingkan protein lainnya. Zat gizi tambahan dari ikan berupa taurin
berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel otak balita yang lebih tinggi dari protein
serealia dan kacang-kacangan (Kemenkes, 2019), selain itu EPA dan DHA meningkatkan
pertumbuhan sel otak anak. Oleh karena itu, diperlukan suatau upaya untuk menyebarkan
informasi ini, suatu gerakan agar ikan ini menjadi menu kegemaran khususnya pada remaja
putri, ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui serta balita.

Tujuan umum
Meningkatakan pemahaman pencegahan stunting dengan pemebrian makanan yang tepat
Tujuan khusus
1. Meningkatkan pemahaman konsumsi ikan pada remaja putri
2. Meningkatkan pemahaman konsumsi ikan pada ibu hamil
3. Meningkatkan pemahaman konsumsi ikan pada ibu menyusui
4. Meningkatan pemahaman Ibu dalam memberikan menu ikan pada Balita

Kegiatan
Menuku, Moiko…!suatu Gerakan untuk memasyarakat konsumsi ikan dalam pencegahan
stunting dengan kegiatan :
1. Penyuluhan
2. Edukasi PMBA dengan menu bahan dasar ikan
3. Sarapan bersama
Sasaran
Remaja putri, Ibu Hamil, Ibu Menyusui, Ibu dan Balita, Anak Sekolah

Bungku, 6 Januari 2020

Plt. Kepala UPT Puskesmas Bungku

Dr. Supardi
NIP. 198109112015031001

Anda mungkin juga menyukai