A. Pendahuluan
Kinerja tenaga kesehatan yang baik akan berdampak pada kualitas
pelayanan pemeriksaan pada ibu hamil, termasuk kinerja bidansebagai penyedia
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Dengan kualitas antenatal care
(ANC) mobile yang baik maka ibu dan keluarga siap menjadi orang tua dan
juga melalui proses persalinan dengan aman. Apabila proseskehamilan, persalinan
dan nifas dilalui dengan aman, maka AKI akan menurun. Pelayanan antenatal care
(ANC) mobile merupakan pelayanan antenatal komprehensif dan terpadu,
mencakup upaya promotive, preventif sekaligus kuratif dan rehabilitative yang
meliputi pelayanan KIA, gizi, pengendalian penyakit menular ( imunisasi, HIV/AIDS,
malaria, PMS ), penangan penyakit tidak menular serta beberapa program local dan
spesifik lainnya sesuai dengan kebutuhan program. Dalam antenatal care (ANC)
Mobile, tenaga kesehatan harus dapat memastikan bahwa kehamilan berlangsung
normal, mampu mendeteksi dini masalah dan penyakit yang dialami ibu hamil,
melakukan intervensi secara adekuat sehingga ibu hamil siap untuk menjalani
persalinan normal. Berkenan dengan hal tersebut maka pelayanan antenatal
terpadu dianggap perlu untuk dilaksanakan kepada seluruh ibu hamil di setiap
jajaran fasilitas kesehatan terutama FKTP.
B. Latar Belakang
Secara nasional, akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ibu
cenderung membaik. Dimana tren Angka Kematian Ibu (AKI) di saat ini telah
berhasil diturunkan dari 390/100.0000 kelahiran hidup (data SDKI tahun 1990)
menjadi 359/100.000 kelahiran hidup (data SDKI tahun 2012). Namun demikian,
jika dibandingkan dengan target Millenium Indonesia memerlukan upaya dan kerja
keras untuk pencapainya.
Faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu, secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi penyebab langsung dan penyebab tidak langsung.
Penyebab langsung kematian ibu adalah factor yang berhubungan dengan
komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas seperti perdarahan, pre eklampsia/
eklampsia, infeksi, persalinan macet dan abortus. Penyebab tidak langsung
kematian ibu adalah factor-faktor yang memperberat keadaan ibu hamil seperti
EMPAT TERLALU (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan, dan terlalu
dekat jarak kelahiran). Menurut data SDKI tahun 2002 sebanyak 22,5%, maupun
yang mempersulit proses penanganan kedaruratan kehamilan, persalinan, dan
nifas seperti TIGA TERLAMBAT (terlambat mengenali tanda bahaya dan
mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat dalam
penanganan kegawat daruratan). Factor lain yang berpengaruh adalah ibu hamil
yang menderita penyakit menular seperti malaria, HIV/ AIDS, tuberculosis, sifilis.
Penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes mellitus, jantung, gangguan jiwa,
maupun yang mengalami kekurangan gizi .Pembangunan kesehatan diarahkan
untuk meningkatkan kesadaran,kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup
sehat secara mandiri agar pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya dapat terwujud. Dalam pelaksanaannya, pembangunan
kesehatan diselenggarakan berdasarkan azas perikemanusiaan, pemberdayaan
dan kemandirian serta adil dan merata dengan mengutamakan aspek
manfaat utamanya bagikelompok rentan seperti ibu, bayi, anak, usia lanjut dan
keluarga tidak mampu. Upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi dan balita,
meningkatkan status gizi masyarakat serta pencegahan dan
penanggulangan penyakitmenular masih menjadi prioritas utama dalam
pembangunan nasional bidang kesehatan sebagaimana tercantum dalam dokumen
Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun
2010-2014.
Untuk meningkatkan status kesehatan ibu, puskesmas dan jaringannyaserta
rumah sakit rujukan menyelenggarakan berbagai upaya kesehatan, baik yang
bersifat promotif, preventif, maupun kuratif dan rehabilitatif. Upaya tersebut
berupa pelayanan kesehatan pada ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan, penanganan komplikasi, pelayanan KB dan kesehatan reproduksi.
Setiap ibu hamil diharapkan dapat menjalankan kehamilannya dengan sehat,
bersalin dengan selamat serta melahirkan bayi yang sehat. Oleh karenaitu, setiap
ibu hamil harus dapat dengan mudah mengakses fasilitas kesehatan untuk
mendapat pelayanan sesuai standar, termasuk deteksi kemungkinan adanya
masalah/penyakit yang dapat berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan
janinnya. Ada beberapa masalah/penyakit yang dapat mempengaruhi kehamilan,
pertumbuhan janin dan bahkan dapat menimbulkan komplikasi kehamilan dan
persalinan yang kelak dapat mengancam kehidupan ibu dan bayi serta
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin seperti kurang energikronis,
anemia gizi besi, kurang yodium, HIV/AIDS, Malaria, TB dan lain sebagainya.
Melihat kenyataan tersebut, maka pelayanan antenatal harus
dilaksanakan secara komprehensif, terpadu dan berkualitas agar adanya
masalah/penyakit tersebut dapat dideteksi dan ditangani secara dini. Melalui
pelayanan antenatal yang terpadu, ibu hamil akan mendapatkan pelayanan yang
lebih menyeluruh dan terpadu, sehingga hak reproduksinya dapat
terpenuhi. .Untuk itu sosialisasi Antenatal terpadu di masyarakat perlu di
laksanakan baik di polindes , posyandu, maupun kelas ibu hamil. Dari data
Puskemas Tanjung dalam kurun waktu 2 tahun ini angka kematian ibu tahun
2015: 1orang ,tahun 2016: 2 dengan penyebab partus kasep, PE, Dan morbili ,
sedangkan angka kematian bayi terjadi peningkatan. Pada tahun 2014 sebanyak 11
kasus 2015 sebanyak 8 tahun 2016 : 10 orang yg di sebabkan oleh Aspiksia,
BBLR, Kelainan kongenital, infeksi. Untuk itu perlu di adakan AMP ( Audit Maternal
Perinatal ) untuk mengetahui dan menggali permasalahan yang berperan atas
kejadian kematian ibu dan bayi. Peran keluaga ,masyarakat , petugas kesehatan,
manajemen pelayanan, serta kebijakan pelayanan. Melalui Mobile intergrate ANC
di harapkan menemukan intervensi yang dapat menurukan angka kematian ibu dan
bayi.
F. SASARAN
Semua ibu hamil yang ada 9 desa wilayah puskesmas kedungdung
Mengetahui
Kepala UPTDPuskesmas Kedungdung Kedungdung, 20 Januari 2023
PJ Program KIA –KB