PROGRAM ISPA
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunianya
bagi kita semua. Pneumonia adalah merupakan penyakit saluran pernafasan yang gejalanya mirip
dengan covid. Pada masa Pandemi ini kita harus mencegah penyebaran COVID-19 namun tetap
memperhatikan upaya-upaya menurunkan Angka Kematian Bayi akibat pneumonia. Diperlukan
pendekatan yang berbeda untuk mengupayakan kelangsungan pelayanan kesehatan anak. Kita
memiliki peluang untuk bersinergi dengan seluruh pihak baik lintas program dan juga lintas
sektor. Bersama mengupayakan pencegahan penularan COVID-19 pada kelompok usia bayi
balita, memenuhi pelayanan kesehatan esensial dan mengupayakan perlindungan anak.
Terimakasih kepada semua pihak yang membantu penyusunan dan menerapkan Panduan
Pelayanan ispa pada Masa Pandemi COVID-19. Saya berharap kepada semua pihak untuk
memfasilitasi penerapan panduan ini dengan menyesuaikan analisis situasi di wilayah kerja.
Lakukan sosialisasi, koordinasi dan fasilitasi pelayanan kesehatan anak terintegrasi di FKTP.
Kerjasama dengan Organisasi Profesi Dokter, Bidan, Perawat, Ahli Gizi, Mitra Pembangunan
juga Lembaga PKK untuk mencegah penularan COVID-19 dan mengupayakan kelangsungan
kegiatan pencegahan kematian bayi dan balita dengan menerapkan prinsip pencegahan
pengendalian infeksi termasuk penggunaan alat pelindung diri yang sesuai.
Pelayanan kesehatan program ISPA merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang
harus dilaksanakan yang bertujuan untuk mencegah angka kesakitan dan kematian pada
penderita baik dewasa terutama pada anak – anak untuk melasanakan program ispa sangat di
perlukan suatu pedoman internal supaya dalam pelayanan sesuai dengan yang di harapkan.
Dimana penderita ispa menyebabkan angka kesakitan bahkan kematian terutam pada anak – anak
usia balita sehingga perlu di waspadai dan harus mendapatkan penanganan yang cepat untuk
mencegah terjadinya kematian. Puskesmas merupakan ujung tombak untuk mendeteksi sedini
mungkin pada penderita ispa.
Pada kesempatan ini perkenankan kami menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi
kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan pedoman ini. Semoga pedoman ini dapat
dipergunakan dan dapat mempermudah dalam pelayanan kesehatan pada penderita ispa pada
masa pandemi covid 19.
Mengetahui Puyung, Januari 2020
Pimpinan UPT BLUD Puskesmas Puyung Pelaksana program ISPA
A. Latar Belakang
Infeksi Saluran Pernapasan Akut ( ISPA ) adalah penyakit yang sering terjadi pada
anak. Insiden menurut kelompok umur balita diperkirakan 0.29 % episode per anak/tahun di
Negara berkembang dan 0,56 % episode per anak/tahun di Negara maju. Ini menunjukkan
bahwa terdapat 156 juta episode baru di dunia pertahun dimana 151 juta episode (96,7 %)
terjadi di Negara berkembang. Kasus terbanyak terjadi di India ( 43 Juta ), Cina ( 21 Juta 0,
dan Pakistan ( 10 Juta ) dan Bangladesh, Indonesia,Nigeria masing – masing 6 juta episode.
Dari semua kasus yang terjadi di masyarakat 7-13 % kasus berat yang memerlukan
perawatan rumah sakit. Episode batuk pilek pada balita di Indonesia di Perkirakan 2-3 kali
pertahun ( Ruden et al Bulletin WHO 2008 ). Ispa merupakan salah satu penyebab utama
kunjungan pasien di Puskesmas ( 40-60 %) dan rumah sakit ( 15 – 30 % ).
Pneumonia adalah pembunuh utama balita di dunia lebih banyak di bandingkan
dengan gabungan penyakit AIDS, malaria dan campak. Di dunia setiap tahun di perkirakan
lebih dari 2 juta balita meninggal Karena pneumonia ( 1 balita/20 Detik ) dari 9 juta total
kematian balita. Di antara 5 kematian balita 1 di antaranya disebabkan oleh pneumonia.
Bahkan karena besarnya kematian pneumonia ini, pneumonia disebut sebagai “ Pandemik
yang terlupakan “ atau The Forgetten Pandemik “, namun tidak banyak perhatian terhadap
penyakit ini, sehingga pneumonia di sebut juga pembunuh balita yang terlupakan atau “the
forgetten Killer of Children “ ( Unicef, WHO 2006 WPD 2011 ). Di Negara berkembang 60
% kasus pneumonia disebabkan oleh bakteri, menurut hasil Riskesdes 2007proporsi
kematian balita karena pneumonia menempati urutan kedua ( 13,2 % ) setelah diare,
sedangkan SKRT 2004 proporsi kematian baita karena pneumonia menempat urutan
pertama sementar di Negara maju umumnya disebabkan oleh Virus.
Angka kejadian pneumonia dipuskesmas puyung tahun 2018 adalah 64 kasus yang
terdiri dari kasus pneumonia 58 kasus balita dan pneumoni berat 6 kasus dimana kasus
pneumonia berat dirujuk ke rumah sakit. Pada tahun 2019 kasus pneumonia turun menjadi
32 kasus dimana pneumonia 25 kasus balita dan pneumoni berat 7 kasus.
Berdasarkan bukti factor resiko pneumonia adalah kurangnya pemberian ASI
eksklusif, gizi buruk,polusi udara dalam ruangan ( indoor air pollution ), BBLR, kepadatan
penduduk dan kurangnya imunisasi campak. Kematian balita karena pneumonia mencakup
19 % dari keseluruhan mati balita dimana sekitar 70 % terjadi di Subsaha afrika dan Asia
Tenggara. Walaupun data yang tersedia terbatas, studi terkini masih menunjukan
Streptococcus Pneumonia. Aspekyang di kelola dengan baik dari aspek manajemen di
tingkat puskesmas maupun aspek pelayanan kesehatan pada masyarakat yang mencakup
promotif, preventif dan kuratif maka diperlukan suatu pedoman pelayanan kesehatan ISPA
di Puskesmas.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Sebagai acuan dalam melaksanakan program P2 ISPA di puskesmas
2. Tujuan khusus
- Mampu melakukan screening pada penderita ISPA khususnya pneumonia
- Melakukan tatalaksana ISPA sesuai standar
C. Sasaran
a. Sasaran Primer
Balita < 5 tahun
Kelompok umur > 5 tahun di fasilitas kesehatan
b. Sasaran skunder
Tenaga kesehatan
Kader
Tokoh masyarakat, dll
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengendalian ISPA pada awalnya focus pad pengendalian pneumonia
balita. Dalam beberapa tahun terakhir telah mengalami pengembangan sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat yaitu;
1. Pengendalian pneumonia balita
2. Pengendalian ISPA umur > 5 tahun
3. Kesiapsiagaan dan respon terhadap penderita influenza serta menyakiti saluran
pernapasan lain yang berpotensi wabah.
4. Factor resiko ISPA
E. Batasan Operasional
- ISPA adalah infeksi akut yang menyerang salah satu bagian/ lebih dari saluran nafas
mulai dari hidung sampai alveoli termasuk adneksanya
- Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli), pneumonia
balita ditandai dengan adanya batuk atau kesukaran bernafas seperti nafas cepat, adanya
tarikan dinding dada kedalam (TDDK) atau adanya gambaran radiologi foto thoraks
menunjukkan infiltrate pada paru.
- Care seeking adalah kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran keluarga
balita pneumonia dalam pencarian pelayanan kesehatan.
F. Landasan Hukum
1. Undang – undang nommor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
2. Undang – undang Nomor 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular
3. Undang – undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah sebagaimana telah
dirubah dengan undang-undang nomor 8 tahun 2005 tentang penetapan peraturan
pemerintah penganti Udang – undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang perubahan Undang
– undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan.
4. Undang – undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang penanggulangan Wabah Penyakit
Menular.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2006 tentang pengelolaan barang milik
Negara/Daerah.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010 Tentang
Organisasi dan tata Kerja Kementerian Kesehatan.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 Tentang Jenis
Penyakit Menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah dan upaya penanggulangan.
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1537/MENKES/SK/XII/2002 tentang pedoman
pemberantasan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut Penanggulangan Pneumonia
pada Balita.
10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 021/MENKES/SK/I/2011 tentang Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Kepala Puskesmas menugaskan kepada petugas/progremer kesehatan ISPA untuk
melaksanakan kegiatan program kesehatan ISPA.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Standar Fasilitas
1. Ruangan untuk konseling yang terintegrasi dengan layanan konseling lain
2. Daftar pertanyaan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan
3. Peralatan yang dibutuhkan dalam intervensi kesehatan kerja
4. Media komunikasi informasi dan edukasi.
B. Standar peralatan
a. Stetoskop
b. Thermometer
c. Timer atau jam tangan
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Manajemen Logistik
Pelaksana Program merencanakan logistik kebutuhan kegiatan meliputi jenis dan jumlah
yang diperlukan. Di dalam merencanakan logistik penanggung jawab bisa merencanakan
bersama sama dengan pelaksana upaya dan diusulkan pada tim perencana puskesmas.
B. Jenis-Jenis Logistik
1. Alat tulis
2. Alat kesehatan
3. Bahan habis pakai
4. Materi kegiatan : brosur, liflet, lembar balik, lembar kuesioner dan handout
5. LCD dan Laptop
6. Makan minum untuk kegiatan kelas
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN/PASIEN
III. Tujuan
a. TujuanUmum
Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) dan Pneumonia dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan kesehatan
untuk meningkatkan drajat kesehatan masyarakat.
b. TujuanKhusus
1. Menyembuhkan penderita
2. Mencegah kematian
3. Mencegah kekambuhan
4. Menurunkan tingkat penularan
IV. Kegiatan
1. Melakukan promosi kesehatan untuk pengendalian infeksi saluaran pernafasan akut
2. Menemukan kasus infeksi saluaran pernafasan akut di puskesmas
3. Memberikan pengobatan pada kasus infeksi saluaran pernafasan akut yang dilakukan
oleh dokter atau tenaga perawat
4. Melakukan penjaringan kasus diposyandu
5. Melakukan Care seeking/kunjungan rumah penderita pneumionia
6. Mengembangkan kemitraan dengan masyarakat dan pihak-pihak terkait lainnya
dalam pengendalian ISPA.
V. Sasaran
1. Pasien kunjungan Poli, semua umur, jenis kelamin, luar ataupun dalam wilayah kerja
puskesmas
2. Pasien bayi balita diposyandu
Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan lintas program / lintas sektoral
terkait dalam pelaksanaan program kesehatan ISPA di puskesmas. Keberhasilan program
kesehatan ISPA tergantung pada komitmen yang kuat dari semua pihak sehingga tercapai target
dengan meningkatkanya kesadaran, sikap dan perilaku masyarakat untuk memelihara kesehatan
dalam menanggulangi penyakit ISPA.