Anda di halaman 1dari 37

TUGAS

PROGRAM KERJA PHC

NAMA : FLAVIANA DAFROSA


BANUNG

NIM : PO.530320219904

TINGKA : III A

KEMENTRIAN KESEHATAN REPOLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN ENDE


2021

A. Program Kerja PHC


Program kerja PHC terdiri dari 8 program kerja yaitu :
1. Pendidikan, pencegahan dan penanganan peyakit
2. Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi
3. Penyediaa air bersih dan sanitasi dasar
4. KIA dan KB
5. Imunsasi terhadap penyakit infeksi utama
6. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemik
7. Pengobatan penyakit umum
8. Penyediaan program kerja

Program kerja harus berdasarkan pada TOR sedangkan TOR terdiri dari

1. Latar belakang (why)


2. Kegiataan yang dilaksanakan (what)
3. Maksud dan tujuan (why)
4. Indikator keluaran dan keluaran
5. Cara pelaksanaan kegiatan (who)
6. Tempat pelaksaan kegiatan (where)
7. Pelaksanaan dan penanggung jawaban kegiatan
B. Program kerja berdasarkan TOR
1. Pendidikan, Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
a. Latar belakang
Pendidikan yaitu suatu proses pembelajaran
pengetahuan, kemampuan serta keterampilan yang dilihat
dari kebiasaan setiap orang, yang menjadi warisan orang
sebelumnya hingga sekarang. Pencegahan adalah proses
mencegah suatuu hal yang terjadi pengendalian adalah
suatu proses penjaminan dimana perusahaan dan orang-
orang yang berada di dalam perusahaan tesrsebut dapat
mencapai tujuan yang telah di tetapkan.
Penyakit adalah kondisi abnormal tertentu yang secara
negatif mempengaruhi struktur atau fungsi sebagian atau
seluruh tubuh suatu makhluk hidup, dan bukan diakibatkan
oleh cedera eskternal apapun.
Maka pendidikan, pencegahan dan pengendalian
penyakit adalah proses untuk mempelajari dan mengetahui
penyakit tersebut, saat sudah pelajari mengenai penyakitnya
maka akan dapat cara pencegahan yang efektif dan penyakit
tersebut dapat dikendalikan setiap penyakit yang sudah
dikendalikan maupun dicegah akan mengurangi kejadian
terjangkit penyakit bahkan penyakit tersebut dapat
dihilangkan
Kegiataan ini dilaksanakan dapat mengurangi angka
penyebaran penyakit dan mengetahui pencegahan dan
pengendaliannya.
b. Kegiatan Yang Dilaksankan
Kegiataan yang akan dilaksanakan pada pendidikan,
pencegahan dan pengendalian penyakit yaitu mendidik atau
mengajari setiap individu atau keluarga untuk melakukan
pencegahan terhadap suatu penyakit agar penyakit tersebut
dapat dikendalikan oleh tenaga medis dan tidak merugikan
banyak orang. Dalam pencegahaannya akan memaparkan
cara-cara yang baik agar tidak terpapar atau terkena
penyakit tersebut. Pengendalian penyakit akan ditangani
oleh para medis untuk pengobatan dan pemeliharaannya.
Kegiatan ini akan dilaksanakan oleh pemerintah atau tenaga
medis daerah.
c. Tujuan Kegiataan
Kegiatan ini bertujuan untuk menanggulangi terjadinya
banyak orang dengan penyakit yang sama untuk
memeprkenalkan kepada masyarakat mengenai satu
penyakit, sebab akibat terjadinya penyakit tersebut
pencegahan dan cara menanganinya.
d. Indikator Pengeluaran
Keluaranj dari kegiatan ini yaitu sosialisasi terhadap
penyakit pada masyarakat sekitar.
e. Cara Pelaksanaan Kegiatan
Dalam pelaksanaan kegiatan ini, tim saya akan
melakukan penyusunan rencana metode yang akan
dilakukan selama proses awal sosialisasi dan rencana
selama kegiatan berlangsung. Adapun kegiatan dalam
sosialisasi awal saya telah terlebih dahulu mengundang
kepala keluarga atau perwakilan keluarga untuk mengikuti
sosialiasi yang saya buat. Dalam sosialisasi awal, saya
memiliki tujuan agar terjadi komunikasi timbal balik
tentang program pencegahan penyakit serta untuk
mengetahui karakteristik tanggapan para masyarakat
mengenai penyakit tersebut kegiatan ini akan dilaksankan
dengan ceramah dan tanya jawab. Cara ini di anggap efektif
karena transfer pengetahuan yang diperoleh selama
pelatihan akan lebih tersampaikan dengan baik.
Rencana kegiataannya yaitu :
1) Ceramah mengenai penyakit A (ceramah) 1x30
menit
2) Ceramah mengenai kegiataan penyakit dan
dampaknya (ceramah) 1x30 menit
3) Tanya jawab audiensi 1x20 menit
4) Evaluasi atau penyampaian ulang oleh audiensi
selama 1x20 menit
f. Tempat Pelaksanaan
Puskesmas atau kantor desa setempat
g. Pelaksanaan Dan Penanggung Jawab Kegiataan
Kegiataan ini akan dilaksankan oleh kepala puskesmas dan
lurah sebagai penanggung jawab
2. Peningkatan Dan Penyediaan Makanan Dan Perbaikan Gizi
a. Latar belakang
Berdasarkan fisik pembangunan nasional melalui
pembangunan kesehatan yang ingin dicapai untuk
mewujudkan indonesia sehat. Visi pembangunan gizi
adalah mewujudkan keluarga mandiri sadar gizi untuk
mencapai status gizi keluarga yang optimal. Keadaan gizi
dapat dipengaruhi oleh keadaan fisiologis, dan juga oleh
keadaan ekonomi, sosial, politik, dan budaya.
Pada saat ini, selain dampak dari ekonomi yang masih
terasa, juga keadaan dari bencana nasional mempengaruhi
suatu kesehatan pada umumnya dan status gizi khusunya.
Keadaan gizi meliputi proses penyediaan dan penggunaan
gizi untuk pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan, dan
aktivitas. Kurang gizi dapat terjadi dari beberapa akibat,
yaitu ketidakseimbangan asupan zat-zat gizi, faktor
pencegah pencernaan, absorbsi dan penyakit infeksi.
Sejalan dengan sasaran global dan perkembangan keadan
gizi masyarakat.
Rumusan tujuan umum program pangan dan gizi yaitu
menjamin ketahanan pangan tingkat keluarga mencegah
dan menurunkan masalah gizi, mewujudkan hidup sehat
dan status gizi yang optimal. Menyadari faktor penyebab
masalah gizi yang sangat komplek dan arah kebijakan
desenhalisasi, maka perlu dirumuskan strategi program gizi
khususnya pada program perbaikan gizi makro, sesuai
dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor :
1277MenKes/SK/02001 Tentang organisasi dan tata cara
kerja Departemen Kesehatan .
b. Kegiatan Yang Dilaksanakan
1) Mempertinggi tingkat gizi penduduk terutama
golongan rawan melalui berbagai kegiatan yang
bertujuan memperbaiki kualitas makanan keluarga,
pemanfaatan air susu ibu (ASI) secara tepat,
menanamkan rasa sadar gizi pada setiap anggota
dan sebagainya.
2) Memberikan perlindungan khusus terhadap
kemungkinan terjadinya gangguan gizi tertentu
seperti kekurangan vitamin A, anemia gizi, dan
penyakit gondok. Kepada semua anak dibawah usia
5 tahun diberikan Vitamin A dosis tinggi sekali
setiap 6 bulan guna melindungi anak terhadap
kemungkinan menderita defisiensi vitamin A,
memberikan suntikan larutan Iodium kepada
penduduk yang tinggal didaerah endemik penyakit
gondok, memberikan tablet besi kepada setiap ibu
hamil.
3) Melakukan pengamatan dini terhadap penyakit ,
gangguan gizi dan melakukan usaha
penanggulangan secara tepat dan cepat. Kegiatan ini
dapat dilakukan secara berkala berupa pengawasan
pertumbuhan anak melalui penimbangan berat
badan sekali sebulan dengan menggunakan Kartu
Menuju Sehat (KMS).
4) Mengatasi akibat yang mungkin timbul dengan jalan
memberikan perawatan yang intensif. Penderita
gangguan gizi yang dalam keadaan berat harus
segera dikirim ke Rumah Sakit untuk mendapatkan
perawatan dan pengobatan yang lebih baik sehingga
akibat yang ditimbulkan gangguan gizi ini dapat
dibatasi seminimal mungkin.
c. Tujuan Kegiatan
Tujuan dari kegiatan ini adalah mendorong perubahan
sikap dan perilaku yang mendukung perbaikan gizi anak
balita dan keluarga melalui peningkatan pengertian ,
partisiasi dan pemerataan hasil kegiatan untuk mencapai
keluarga sadar gizi menuju terjadinya manusia berkualitas.
d. Indikator Keluaran
Dalam peningkatan keadaan gizi balita dan ibu hamil
subsidi dapat diberikan dalam bentuk paket dana untuk
pembelian makanan tambahan udan penyuluhan kepada
balita gizi buruk dan wanita usia subur kurang energi
kronis. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah :
1) Identifikasi sarsaran yang perlu disubsidi (Target
Sasaran)
Target sasaran ditentukan berdasarkan hasil
antropometri yang dilaksanakan langsung
dilapangan dengan beberapa tambahan kriteria
antara lain : balita dan ibu hamil tergolong miskin,
jumlah anggota keluarga lebih dari 3, kondisi dan
sarana air bersih kurang memadai.
2) Distribusi Dana supsidi secara langsung ke keluarga
melalui bidan di desa.
Bidan didesa menjelaskan cara penggunaan
dana dan mekanisme PMT ( Sesuai pedoman
tatalaksana gizi buruk di Rumah Tangga).
3) Evaluasi PMT : Penggunaan dana proses PMT dan
perubahan status gizi.
e. Cara pelaksanaan kegiatan
1) Penyiapan masyarakat dan sarana pelaksanaan
kegiatan
Oleh karena kegiatan ini memerlukan
keterlibatan aktif masyarakat maka sebelum
memulai kegiatan perlu dilakukan kegiatan untuk
mempersiapkan masyarakat sehingga mereka
mengambil bagian dan turut bertanggung jawab
dalam pelaksanaan berbagai kegiatan yang
dilakukan.
2) Tatacara pelaksanaan kegiatan di panti gizi desa
atau pos penimbangan.
Pelayanan gizi di pos penimbangan dan di panti
gzi desa dilakukan dengan cara yang disebut jalur
pelayanan 4 meja. Anak balita yang dibawa oleh
ibunya ke pos pelayanan gizilpos penimbangan di
meja I. Setelah selesai maka anak akan ditimbang
berat badannya oleh petugas pelaksana meja II.
Setelah selesai penimbangan, maka pelayanan
dilanjutkan di meja III. Di meja itu diteraapkan pada
KMS yang dibawa oleh ibu. Di meja IV akan
diberikan bimbingan dan penyuluhan kepada ibu
dari anak balita tersebut, baik berkaitan dengan berat
badan anak, laju pertumbuhan anak, pengaturan
makanan anak, maupun berkaitan dengan kesehatan
umum anak dan ibu, pemberian vitamin A sosis
tinggi, dan sebagainya.
3) Pelayanan Kesehatan Terpadu
Program –program elayanan kesehatan itu :
Program kebaikan gizi (UPGK), Program
pemeliharaan kesehatan ibu dan anak (KIA),
program imunisasi, program penanggulangan diare
pada anak-anak, program keluarga berencana (KB),
dan sebagainya.
Jadi seorang anak yang dibawa oleh ibunya ke
panti gizi atau pos penimbangan selain memperoleh
pelayanan gizi (Penimbangan, Penyuluhan,
Pemberian-pemberian pertolongan gizi makanan
tambahan) dan juga sekaligus memperoleh layanan
imunisasi, pemeriksaan kesehatan, jika anak mencret
maka kepada anak tersebut akan diberikan oralit dan
obat, dan ibu akan memperoleh mengenai cara
perawatan kesehatan keluarga.
Selain itu ibu yang memerlukan layanan KB juga
sekaligus dapat dilayani di pos penimbangan atau
panti gizi. Pelayanan seperti inilah yang disebut
pelayanan kesehatan terpadu yang dikembangkan
oleh departemen kesehatan di desa desa diseluruh
Indonesia. Bagi keluarga sendiri pelayanan
kesehatan terpadu itu sangat menguntungkan karena
ibu tidak perlu berkali-kali datang ke pos
penimbangan, ke pos KB, ke pos kesehatan yang
sering kali letaknya terpisah-pisah dan jauh.
f. Tempat pelaksanaan
Pelaksanaan berbagai kegiatan ibni dipusatkan dii panti
gizi desa. Bangunan untuk panti gizi desa dapat
menggunakan ruangan yang ada dibalai desa atau dapat
juga dirumah pendududk yang bersedia meminjamkannya.
Apabila penduduk desa cukup banyak dan desa itu besar,
maka panti gizi desa dapat diperluas jangkauaannya dengan
mendirikan pos penimbangan/pos pelayanan gizi. Dengan
demikian jangkauan kegiatan juga dapat diperluas sehingga
lebih banyak anak balita yang dapat dicakup oleh kegiatan
tersebut.
g. Pelaksana dan penanggung jawab
1) Kelompok yang mempunyai pengaruh dan
menentukan dalam proses pengambilan keputusan
misalnya: pemuka masyarakat baik formal maupun
informal (pemuka agama,kepala adat dan lain-lain).
2) Kelompok/institusi masyarakat ditingkat
desa,KPD,KWT,PKK, Pramuka,Karang
taruna,LSM, LKMD,Kelembaga agama kader dan
lain sebagainya
3) Kelompok petugas KIE dari sektor-sektor yang
terkait dalam berbagai tingkat daerah, meliputi:
4) Sektor kesehatan(Petugas rumah sakit,petugas
puskesmas dan lain-lain)
5) Sektor keagamaan(Petugas KUA,Motivator UPGK
jalur agama,penyuluh agama
6) Sektor pertanian
7) Sektor BKKBM
8) Sektor pendidikan
3. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar
a. Latar belakang
Dalam kehidupan sekarang banyak sekali masyarakat
yang tidak menyerapkan hidup sehat. Hal tersebut bisa
disebabkan karena masyarakat indonesia yang tidak
mengerti bagaimana menerapkan hidup sehat atau bahkan
ada yang mengerti tetapi tidak menerapkannya karena suatu
alasan tertentu,misalnya masalah ekonomi keluarga. Dalam
menerapkan hidup sehat, harusnya masyarakat memulainya
dari kebersihan lingkungan terlebih dahulu.
Di Indonesia, masih banyak sekali penduduk yang
tinggal ditempat-tempat kumuh karena kekurangan,
sulitnya mendapatkan biaya untuk menghidupi dirinya dan
keluarganya. Akhirnya mereka menyewa rumah dengan
harga yang terjangkau. Biasanya karena harganya murah
dan terjangkau lingkungan yang ditinggali jauh dari kata
bersih. Mulai dari pembuangan kotorannya hingga
penyediaan air bersih, penyediaan air bersih untuk
masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting dalam
meningkatkan kesehatan lingkungan dan masyarakat. Yakni
mempunyai peranan dalam menurunkan angka penderita
penyakit. Khususnya yang berhubungan dengan air,dan
berperan dalam meningkatkan standar atau taraf/kualitas
hidup masyarakat. Sampai saat ini ,penyediaan air bersih
untuk masyarakat indonesia masih dihadapkan pada
beberapa masalah yang cukup kompleks dan sampai saat
ini belum dapat diatasi keseluruhan. Salah satu masalah
yang dihadapi sampai saat ini adalah masih rendahnya
pelayanan air b ersih untuk masyarakat
b. Kegiatan yang dilakukan
Ruang lingkup kegiatan ini mencakup 5 komponen
proyek yaitu:
1) Pemberdayaan masyarakat dan pengembangan
kelembagaan lokal
2) Peningkatan kesehtan dan perilaku higienis dan
pelayanan sanitasi
3) Penyediaan sarana air minum dan sanitasi umum
4) Insentif untuk desa/kelurahan dan kabupaten/kota
dan
5) dukungan pelaksanaan dan manajemen proyek

Suatu program penyediaan air minum, sanitasi,dan


kesehatan akan efektif dan berkelanjutan bila berbasis pada
masyarakat melalui perlibatan seluruh
masyarakat( perempuan,laki-laki,kaya dan miskin) dan
dilakukan melalui pendekatan yang tanggap terhedap
kebutuhan masyarakat(demand responsive approach).
Proyek yang tanggap terhadap keburuhan berarti bahwa
proyek menyediakan sarana dan kegiatan-kegiatan yang
masyarakat inginkan, bersedia untuk berkontribusi dan
membiayai dan dapat mengelola dan memelihara sehingga
terbentuk rasa memiliki(sense of ownership) terhadap
kegiatan yang dilakukan dan mengelola secara sukarela.
Untuk itu perlu dilakukan suatu usaha pemberdayaan
masyarakat,agar masyarakat berpartisipasi secara aktif
dalam menyiapkan,melaksanakan, mengoperasionalkan dan
memelihara saran yang telah dibangun serta melanjutkan
kegiatan peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan
lingkungan sekolah

c. Tujuan program
Tujuan program pamsimas adalah untuk meningkatkan
akses layanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat
miskin perdesaan khususnya masyarakat didesa teringga
dan masyarakat dipinggiran kota(peri-urban). Secara lebih
rinci program pamsimas bertujuan untuk:
1) Meningkatkan praktik hidup bersih dan sehat di
masyarakat
2) Meningkatkan jumlah masyarakat yang memiliki akses
air minum dan sanitasi yang berkelanjutan
3) Meningkatkan kapasitas masyarakat dan kelembagaan
lokal (pemerintah daerah maupun masyarakat) dalam
menyelenggarakan layanan air minum dan sanitasi
berbasis masyarakat
4) Meningkatkan efektifitas dan bersinambungan jangka
panjang pembangunan sarana dan prasarana air minum
dan sanitasi berbasis masyarakat

Sasaran program ini adalah kelompok miskin


diperdesaan dan inggiran kota( peri-urban) yang memiliki
prevalensi penyakit terkait air yang tinggi dan belum
mendapat akses layanan air minum dan sanitasi
d. Indokator kegiatan
1) Presentase rumah tangga yang memiliki akses
terhadap layanan sumber air minum layak
2) Penambahan kapasitas air baku
3) Presentasi rumah tangga yang memiliki akses
terhadap layanan sanitasi layak
4) Jumlah kabupten/kota yang terbangun istruksi air
limbah dan sistem terpusat skala kota, kawasan dan
komunal
5) Kualitas air sungai sebagaia air baku/index kuakitas
air sungai
6) Jumlah kelompok masyarakat sekitar sungai yang
berpartisipasi dalampengelolaan sungai
e. Cara Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan penyedian sarana air minum dan sanitasi
program pamsimas di sautu desa akan berbeda tergantung
kondisi yang akan mengikuti program, dimana terdapat tiga
jenis pilihan penangana SPAMS, sebagai berikut:
1) Kegiatan perluasan,yaitu kegiatan pembangunan
untuk menanbah pemanfaat sistem air minum dan
sanitasi rendah
2) Kegiatan pengembangan, yaitu kegitan untuk
menambah pemanfaat sistem air minum dan sanitasi
yang ada melalui pengembangan sarana dan kinerja
BP-SPAMS.
3) Kegiatan optimalisasi, yaitu kegitan yang
diperuntukan bagi desa yang sudah mempunyai
sistem tidak berfungsi atau berfungsi sebagian
f. Tempat Pelaksanaan
Di desa dan puskesmas setempat
g. Pelaksanaan Dan Penanggung Jawab
Kegiatan ini akan dilaksanakan oleh kepala desa dan
kepala puskesmas sebagai penanggung jawab
4. KIA dan KB
a. Latar belakang
Bidang adalah salah satu kategori tenaga kesehatan
yang sangat berperan dalam upaya penurunan AKI dan oleh
karena itu perluh disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu visi
indonesia sehat 2010 adalah tersedianya tenaga kesehatan
profesional dalam jumlah yang cukup untuk mebmberikan
pelayanan di setiap jenjang pelayanan kesehatan. Salah satu
dari tenaga tersebut adalah bidan yang profesional. Profesi
bidan saat in mempunyai tantanan yang berat, dan
menumtut masing masing bidan harus memiliki juwa
pengapdian danprofesionalisme yang tinggi, bidan
mempunyai tugas utama sebagai ujung tombak.
Berdasarkan survei demokrafi kesehatan
indoesia( SDKI) 2002/2003, AKI di indonesia sebesar 307
per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKI di negara
maju hanya sekitar 10 per 100.000 kelahiran hidup denagn
demikian diperkirakan 13.778 ibu meninggal setiap tahun
karena kehamilan dan persalinan jika diakulasikan dalam
hitungan hari, berarti 38 ibu yang meninggal atau kedua ibu
setiap jam nya
Salah satu sasaran yang ditetapkan untuk tahun 2010
adalah menurunkan angka kematian ibu menjadi 125 per
100.000 kelahiran hidup, dan angka kematian neonatal 16
per 1000 kelahiran hidup. Namun sampai saat ini sasaran
tersebut belum tercapai.
Menurut data survei demokrasi dan kesehatan Indonesia
tahun 2007 :
1) Angka kematian neonatal di Indonesia sebesar 19
kematian/1000 kelahiran hidup
2) Angka kematian bayi 26,9 kematian/1000 kematian
hidup
3) Angka kematian balita 44 kematian/ 1000 kelahiran
hidup
4) Angka kematian ibu hamil dan saat melahirkan
masih mencapai 228/100.000 kelahiran hidup

Pada hal sasaran pembangunan menetapkan 2015 angka


tersebut harus ditekan hingga mencapai 102
kematian/100.000 kelahiran hidup. Oleh karena itu,
program kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
dilaksanakan secara berkesinambungan dan terpadu untuk
mempercepat penurunan AKI, AKN, AKB, dan AKBAL.

b. Kegiatan Yang di Lakukan


1) Program KIA
a) Kunjungan rumah bumil, bulin, bunfas, dan
neonatus resti
Kegiatan dilakukan setiap bulan dan
sasaran kurang lebih 10 bumil, bulin, bunfas
dan neonatus kunjungan ini sebagai upaya
untuk melakuka pendampingan dalam
mengatasi masalah yang terjadi pada bumil,
bulin, bunfas dan neonatal.
b) Kelompok ibu hamil resti
Kegiatan ini dilakukan dua kali dalam
setahun kegiatan ini sebagai upaya untuk
melakukan komunikasi dan konseling secara
efektif bersama kelompok ibu hamil
beresiko dengan harapan ibu hamil tau
tentang masalah dan ada upaya yang akan
dilakukan dalam menghadapi kehamilan dan
persalinan. Upaya ini juga bisa menjadi
syarat untuk saling bertukar pengalaman
sebagai ibu hamil beresiko
c) KIE kesehatan reproduksi saten
Kegiatan ini dilakukan dua kali dalam
satu tahun. Kegiatan ini dilakukan sebagai
upaya awal bahwa setiap caln manten akan
menghadapai masalah mengenai
reproduksinya walaupun itu sangat
tergantung dengan individunya. Teapi di
kelas ini kita bisa memberikan memberikan
informasi mengenai reproduksi sehat pria
dan wanita, serta memberikan infromasi
tentang keperawatan organ reproduksi yangs
sehat sebagai upaya untuk menekan kejadian
penularan penyakit hubungan seksual seperti
syphilis, GO, dan HIV/AIDS.
d) Gamet Berlin
Kegiatan ini dilakukan dalam sekali
dalam dua kali dalam satu tahun. Kegiatan
ini dilaksankan sebagai upaya untuk
meningkatkan persan serta keluarga (suami
dan istri) dalam merencanakan reproduksi
produksinya dengan sebagai upaya
melaksanakan KB pasca salin, sehingga
diharapkan tidak ada kasus empat T (terlalu
mudah, terlalu tua, terlalu dekat, terlalu
banyak).
e) DTKB bayi dan balita
Kegiatan ini dilakukan empat kali dalam
satu tahun. Kegiatan ini dilaksanakan
sebagai upaya langkah awal untuk
mendeteksi secara dini aspek tumbuh
kembang bayi dan balita. Dengan kegiatan
ini diharapkan jika ada
masalah/penyimpangan dalam tumbuh
kembang segera mendapatkan intervensi
yang baik sehingga tumbuh kembang baik
dan balita bisa optimal
f) Kebugaran kelas ibu hamil
Kegiatan ini dilaksanakan setiap bulan.
Dengan kegiatan ini diharapkan semua ibu
hamil dapat menggunakan fasilitas ini untuk
mendorong ibu hamil dalam memanfaatkan
fasilitas kesehatan puskesmas dan
menginfektifkan pemanfaatan buku KIA,
sehingga setiap ibu hamil bisa secara
mandiri mendeteksi tanda bahaya
kehamilan, persalinan dan nifas serta
mengoptimalkan P4K (perencanaan
persalinan dan pencegahan perubahan
komplikasi
g) Kemitraan dukun bayi kegiatan ini
dilaksanakan setiap bulan.
Dengan kegiatan ini diharapkan semua
ibu hamil dapat menggunakan fasilitas untuk
mendorong ibu hamil dalam memanfaatkan
fasilitas kesehatan puskesmas dan
mengefektifkan pemanfaatan buku KIA,
sehingga setiap ibu hamil bisa secara
mandiri mendeteksi tanda bahaya
kehamilan, persalinan dan nifas serta
mengoptimalkan P4K (perencanaan
persalinan dan pencegahan komplikasi)
h) Safari KB
Kegiatan ini dilaksanakan dua kali dalam
setahun kegiatan ini sebagai langkah
mengenalkan dan membudaykan kepada
pasangan usia subur (PUS) mengenai alat
kontrasepsi jangka menengah, panjang dan
selamanya. Kegiataan ini sebagai upaya juga
untuk mengjarangkan dan mengakhiri
kehamilannya
2) Program KB1
a) Bina keluarga balita (BKB)
Kelompok ini adalah upaya peningkatan
pengetahuan keterampilan dan kesadaran ibu
serta anggota keluarga lain dalam membina
tumbuh kembang balita. Berbagai kegiatan
dilakukan rangsangan fisik, motorik
kecerdasan, sosial, emosional, serta moral
yang berlangsung dalam proses interaksi
antara ibu atau anggota keluarga lain dengan
balita
b) Bina keluarga remaja (BKR)
Ini merupakan program strategi dimana
dilakukan upaya mempersiapkan SDM
berkualitas dalam keluarga masyarakat.
Program BKR meliputi kegiatan upaya yang
meningkatkan pengetahuan sikap, dan
keterampilan orang tua dan anggota keluarga
lainnya dalam membina tumbuh kembang
anak dan remaja secara seimbang melalui
komunikasi efektif antara orangtua dan
remaja. Baik secara fisik, intekletual,
kesehatan reproduksi, mental emosional,
sosia, moral dan spiritual.
c) Bina Keluarga Lansia (BKL)
Tak hanyaberfokus pada balita dan
remaja. Para lansia juga perluh dibina lewat
bina keluarga lansia. Ini adalah kelompok
dimana serangkaian kegiatan untuk
meninkatkan pengetahuan, dan
keterampilankeluarga yang
lanjutusiadalampengasuhan, perawatan,
sertapemberdayaanlansia agar
kesejahteraannyameningkat.
Tujuan dari BKL ini untuk
mewujudakan kesejahteraan lansia yang
bertakwakepada Tuhan Yang Maha Esa,
mandiri, produktif dan bermanfaat.
 Kelompok Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga Sejahterah
(UPPKS)
Kelompok iniadalah usaha ekonomi
produktif yang beranggotakan
sekumpulan anggota keluarga yang
berinteraksi dan terdiri dari berbagai
sekmen, seperti keluarga sejahtera,
baik PUS yang ber-KB maupun
belum kelompok ini bertujuan untuk
jenis usaha yang dilakukan Bersama.
c. Tujuan Kegiatan
1) Tujuan KIA
a) Tujuan Umum
Tujuan program Kesehatan ibu dan anak
adalah tercapainya kemampuan hidup sehat
melalui peningkatan derajat Kesehatan yang
optimal bagi ibu dan keluarganya untuk atau
mempercepat pencapean target
Pembangunan Kesehatan Indonesia yaitu
Indonesia sehat, serta meningkatkan derajat
Kesehatan anak untuk menjamin proses
tumbuh kembang optimal yang merupakan
landasan bagi peningkatan kualitas manusia
seutuhnya.
b) Tujuan Khusus
 Meningkatnya kemampuan ibu
(pengetahuan, sikap dan perilaku)
dalam mengatasi Kesehatan diri dan
keluarganya dengan menggunakan
teknologi tepat guna dalam upaya
pembinaan Kesehatan keluarga,
penyelenggaraan posyandu dan
sebagainya.
 Meningkatnya upaya pembinaan
Kesehatan balita dan anak prasekolah
secara mandiri di dalam lingkungan
keluarga, posyandu, karang balita,
serta di sekolah TK.
 Meningkatnya jangkauan pelayanan
Kesehatan bayi, anak balita, ibu
hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan ibu
menyusui.
 Meningkatnya mutu pelayanan
Kesehatan, bagi ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, ibu menyusui,
bayi dan anak balita
 Meningkatnya kemampuan dan
peran serta masyarakat, keluarga dan
seluruh anggotanya untuk mengatasi
masalah Kesehatan ibu, balita, anak
prasekolah, terutama melalui
peningkatan peran ibu dalam
keluarganya.
2) Tujuan Keluarga Berencana
Meninkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam
rangka mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar
terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan
mengendalikan kelahiran sekaligus mejamin
terkendalinya pertambahan penduduk
d. Indikator Kegiatan
1) Pada KIA
Beberapa indicator pemantauan KIA yang
dipakai untuk PWS KIS meliputi indicator yang
dapat menggambarkan keadaan dalam program
pokok KIA antara lain:
a) Akses pelayanan antenatal (K1), Cakupan
ibu hamil yang pertama kali mendapat
pelayanan antenatal oleh tenaga Kesehatan
di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu. Indicator akses ini digunakan untuk
mengetahui jangkauan pelayanan antenatal
serta kemampuan program dalam
menggerakan masyarakat.
b) Cakupan pelayanan ibu hamil (K4), cakupan
ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan
antenatal sesuai dengan standar, paling
sedikit 4 kali dengan distribusi waktu 1 kali
pada trimester ke-1, 1 kali pada trimester ke-
2, dan 2 kali pada trimester ke-3 di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indicator ini dapat dikeahui cakupan
pelayanan antenatal secara lengkap
(memenuhi standar pelayanan dan menepati
waktu yang telah ditetapkan), yang
menggambarkan tingkat perlindungan ibu
hamil di suatu wilayah, di samping
menggambarkan kemampuan manajemen
ataupun kelanngsung program KIA.
c) Cakupan persalian oleh tenaga Kesehatan
(PN), cakupan ibu bersalin yang mendapat
pertolongan persalinan oleh tenaga
Kesehatan yang memiliki kompetensi
kebidanan, di suatu wilayah kerja dalam
kurun waktu tertentu. Dengan indicator ini
dapat di perkirakan proporsi persalinan yang
ditangani oleh tenaga Kesehatan dan ini
menggambarkan kemampuan manajemen
program KIA dalam pertolongan persalinan
sesuai standar.
d) Cakupan pelayan nifas oleh tenaga
Kesehatan (KF3), cakupan pelayanan
kepada ibu pada masa 6 jam sampai dengan
42 hari pasca bersalin sesuai standar paling
sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 6 jam-
3 hari, 8-14 hari dan 36-42 hari setelah
bersalin di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu. Dengan menggunkan
indicator tersebut dapat diketahui cakupan
pelayanan nifas secara lengkap (memenuhi
standar pelayanan dan menepati waktu yang
ditetapkan), yang menggambarkan jangkuan
dan kualitas pelayanan Kesehatan ibu nifas,
disamping menggambarkan kemampuan
manajemen ataupun kelangsungan program
KIA.
e) Cakupan pelayanan neonates pertama (KN
1), cakupan neonatus yang mendapatkan
pelayanan sesuai standar pada 6-48 jam
setelah lahir di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu. Dengan indicator ini
dapat diketahui akses/jangkauan pelayanan
Kesehatan neonatal.
f) Cakupan pelayanan neonates lengkap (KN
lengkap), cakupan neonatus yang
mendapatkan pelayanan sesuai standar
sedikitnya tiga kali yaitu 1 kali pada 6-48
jam, 1 kali pada hari ke 3, 1 kali pada hari ke
7, 1 hari pada hari ke 8, 1 kali pada hari ke
28 setelah lahir di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu. Dengan indicator ini
dapat diketahui efektifitas dan kualitas
pelayan neonatal.
g) Deteksi factor resiko dan komplikasi oleh
masyarakat, cakupan ibu hamil dengan
factor resiko atau komplikasi yang
ditemukan oleh kader atau dukun bayi, atau
masyarakat serta dirujuk ke tenaga
Kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu. Indicator ini
menggambarkan peran serta keterlibatan
masyarakat dalam mendukung upaya
peningkatan keseahtan ibu hamil, bersalin
dan nifas.
h) Cakupan penangana komplikasi obstetri
(PK), cakupan ibu dengan komplikasi
kebidan di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu yang ditangani secara
definitive sesuai dengan standar oleh tenaga
kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan
rujukan. Penanganan defenitif adalah
penanganan/memperian Tindakan terakhir
untuk menyelesaikan permasalahan setiap
kasus komplikasi kebidanan. Indicator ini
mengatur kemampuan manajemen program
KIA dalam menyelenggarakan pelayan
Kesehatan secara profesinal kepada ibu
hamil, bersalin, dan nifas dengan
komplikasi.
i) Neonatus dengan komplikasi yang ditangani,
cakupan neonates dengan komplikasi yang
ditangani secara defenitif oleh tenaga
Kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan
dasar dan rujukan di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu. Penanganan
defenitif adalah pemberian Tindakan akhir
pada setiap kasus komplikasi neonatus yang
pelaporannya dihitung 1 kali pada masa
neonatal.
Kasus komplikasi yang ditangani adalah
seluruh kasus yang ditangani tanpa melihat
hasilnya hitung atau mati. Indicator ini
menunjukan kemampuan sarana pelayanan
Kesehatan dalam menangani kasus-kasus
kegawat daruratan neonatal, yang kemudian
ditindak lanjuti sesuai dengan kewenangnya,
atau dapat di rujuk ketingkat pelayanan yang
lebih tinggi.
j) Cakupan kunjungan bayi (29 hari-11 bulan),
cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan
paripurna minimal 4 kali yaitu 1 kali pada
umur 29 hari-2 bulan, 1kali pada umur 3
bulan, dan 1 kali pada umur 6-8 bulan, dan 1
kali pada umur 9-11 bulan sesuai standar di
suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu. Dengan indicator ini dapat di
ketahui efektifitas dan kualitas pelayanan
Kesehatan bayi.
k) Cakupan pelayanan anak balita (12-59
bulan), cakupan anak balita (12-59 bulan)
yang memperoleh pelayan sesuai standar,
meliputi pemantuan pertumbuhan minimal 8
kali setahun, pemantuan perkembangan
minimal 2 kali setahun, dan pemebrian
vitamin A 2 kali setahun.
2) Pada KB
a) Cakupan peserta KB aktif (CPR)
b) Cakupan peserta baru
c) Cakupan komplikasi KB
d) Kegagalan KB
e) Drop out KB
f) PUS miskin ber KB
g) PUS 4 T ber KB
e. Cara Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan dilakukan di luar gedung maupun
didalam gedung, kegiatan di luar gedung dilakukan saat
pengumpulan data sasaran WUS dan PUS. Bekerja sama
dengan kader Kesehatan dan perangkatdesa. Kegiatan
dalam Gedung dilakukan di ruang KIA, baik di puskesmas
induk maupun di puskesmas pembantu oleh tenaga yang
berkompeten.
f. Tempat Pelaksanaan Kegiatan
Puskesmas setempat
g. Pelaksanaan Dan Penanggung Jawab
Kegiatan ini dilaksanakan oleh kepala puskesmas selaku
penanggung jawab.
5. Imunisasi Terhadap Penyakit Infeksi Utama
a. Latar Belakang
Imunisasi adalah proses untuk membuat seseorang
kebal terhadap suatu penyakit. Sedangkan penyakit infeksi
adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya bibit
penyakit (bakteri, firus dan jamur) yang dapat menular dari
satu orang ke orang lain.
Maka pengertian imunisasi terhadap penyakit infeksi
utama adalah proses membuat seseorang kebal terhadap
penyakit infeksi yang dapat menimbulkan gangguan
Kesehatan bahkan berpotensi kematian. Kegiatan ini untuk
mengurangi angka penularan penyakit.
b. Kegiatan Yang Dilakukan
Kegiatan yang akan dilaksanakan pada imunisasi
terhadap penyak infeksi yaitu memberikan imunisasi setiap
individu untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi.
Kegiatan ini dilakukan oleh tenaga medis setempat.
c. Tujuan Kegiatan
Kegiatan ini bertujuan untuk menguragni angka
terjadinya penyakit infeksi utama yang disebabkan oleh
bakteri, virus maupun jamur.
d. Indikator Kegiatan
Keluaran dari kegitan ini adalah imunisasi terhadap
infeksi penyakit pada masyarakat setempat.
e. Cara Pelaksanaan Kegiatan
Dalam pelaksanaan kegiatan ini saya telah menyusun
rencana kegiatan yang akan dilaksanakan selama kegiatan
ini berlangsung. Adapun dalam imunisasi dilakukan secara
tertib yaitu terdapat 3 barisan antrian agar memudahkan
keberlangsungan kegitan.
f. Tempat Pelaksanaan
Puskesmas setempat
g. Pelaksana dan penanggung jawab kegiatan
Kegiatan ini akan dilaksanakan oleh kepala puskesmas
sebagai penanggung jawab
6. Pencegahan Dan PengendalianPenyakitEndemic
a. Latar Belakang
Pencegahan adalah proses mencegah sesuatu hal terjadi.
Pengendalian adalah suatu proses penjaminan di dalam
perusaan tersebut dapat mencapai tujuan yang telah
ditetapakan. Penyakit endemic adalah suatu penyakit yang
menyerang wilayah geografis atau kelompok populasi
tertentu. Jadi, pencegahan dan pengendalian penyakit
endemic adalah proses untuk mempelajari dimana akan
didapatkan cara pencegahan efektif serta pengendaliannya
yang mana akan mengurangi angka kejadian terjangkit.
b. Kegiatan Yang Dilakukan
Kegitan yang akan dilakukan pada pencegahan dan
pengendalian penyakit endemic yaitu memberikan
pengajaran kepada individu, keluarga dan masyarakat untuk
melakukan pencegahan terhadap penyakit endemic agar
dapat dikendalikan oleh tenaga terlatih bagaimana
penanganannya.
c. Tujuan Kegiatan
Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan pada
masyarakat mengenai pencegahan, sebab akibat terjadinya
penyakit endemic beserta cara menanginya agar dapat
mencegah terjadinya banyak orang tidak terjangkit penyakit
endemic.
d. Indicator Kegiatan
Keluaran dari kegiatan ini yaitu sosiali terhadap
penyakit endemic
e. Cara Pelaksanaan Kegiatan
Dalam pelaksanaan kegiatan ini,saya telah Menyusun
rencana metode yang telah dilakukan selama proses
sosialisasi berlangsung. Kegiatan sosialisasi ini
dilaksanakan dengan ceramah dan Tanya jawab agar
pengetahuan tersampaikan dengan baik.
1) Ceramah mengenai tema (1x 60 menit)
2) Tanya jawab audience (1x30 menit)
3) Evaluasi (1x15 menit)
f. Tempat Pelaksanaan
Kantor desa setempat
g. Pelaksanaan dan Penganggung jawab kegiatan
Kegiatan ini akan dilaksanakan oleh kepala desa sebagai
penanggung jawab
7. Pengobatan Penyakit Umum
a. Latar Belakang
Pengobatan adalah ilmu dan seni penyembuhan. Bidang
keilmuan ini mencakup berbagai praktek perawatan
Kesehatan yang secara kontinu terus berubah untuk
mempertahankan dan memulihkan kesehatan dengan cara
pencegahan dan pengobatan penyakit. Pengobatan
memberikan pasien kesempatan lebih besar untuk
memahami dan terlihat dalam pelayanan kesehatannya dan
memahami obat-obat yang dikonsumsi.
Pelayanan ini memungkinkan bagi mereka untuk
menggunakan pengetahuannya untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien dan memperbesar efek obat-obatan
untuk memberikan hasil pengobatan yang optimal.
b. Kegiatan yang dilakukan
1) Poli
Pelayan ini meyediakan pemeriksaan,
konsultasi, dan pengobatan untuk keluhan
Kesehatan secara umum selain kondisi gawat
darurat.
2) Pelayanan rawat inap
Merupakan pelayanan Kesehatan perseorangan yang
meliputi observasi, diagnosis, pengobatan,
perawatan, rehabilitasi medis dengan menginap di
ruang rawat inap, bertujuan melakukan perawatan
pasien yang dengan penyakitnya harus menginap
dan menolong persalinan normal dengan rata-rata 3-
5 hari perawatan , merawat sementara penderita
gawatdaruratan untuk observasi penderita,
melakukan pertolongan sementara untuk pengiriman
penderita ke rumah sakit.
3) Pelayan 24 jam terbatas
Pelayanan 24 jam terbatas merupakan salah satu
bagian pelayanan yang bertugas untuk melaukan
Tindakan medis dan terapi untuk mencegah
kematian dan kecacatan akibat kecelakaan atau
penyakit tertentu. Pelayanan yang dilakukan
meliputi observasi,diagnosis,pengobatan,dan
Tindakan medis secara cepat terhadap kondisi gawat
darurat.
c. Tujuan kegiatan
Tujuan kegiatan pengobatan penyakit umum adalah
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan
meningkatkan status Kesehatan masyarakat.
d. Cara pelaksaan kegiatan
Dalam pelaksanaan kegiatan ini, kami telah Menyusun
prosedur kegiatan yaitu dengan memeriksa pasien dan
memberinya obat sesuai dengan indikasi pasien, apabila
pasien memerlukan perawatan intensif atau observasi ketat
karena penyakitnya maka disarankan untuk rawa inap.
e. Tempat Pelaksaan
Puskesmas dan rumah sakit setempat
f. Pelaksana Dan Penanggung jawab kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan oleh kepala puskesmas dan
rumah sakit
8. Penyediaan Obat Esensial
a. Latar belakang
Penyediaan adalah proses cara, perbuatan menyediakan.
Sedangkan obat esensial adalah obat yang paling banyak
dibutuhkan untuk layanan Kesehatan masyarakat dan
tercantum dalam daftar obat esensial nasional.
Maka penyediaan obat esensial adalah suatu proses atau
cara menyelesaikan obat yang paling banyak dibutuhkan
untuk layanan Kesehatan guna meningkatkan mutu layanan
Kesehatan pada masyarakat.
Kegiatan ini juga meningkatkan layanan guna dan hasil
guna biaya yang tersedia sebagai Salah satu langka untuk
memperluas dan meningktkan pelayanan Kesehatan pada
masyarakat. Kegiatan Yang Dilaksanakan Menambah
jumlah stok obat dasar di daerah yang kekurangan
penyedian obat.
b. Tujuan Kegiatan
Tujuan dari kegiatan penyediaan obat esensial adalah
untuk menjamin ketersediaan obat dengan harga ekonomis
dan terjangkau guna meningkatkan ketetapan, keamanan
dan penggunaan obat oleh tenaga Kesehatan bagi individu
c. Indikator Keluaran Kegiatan
Penyediaan obat bagi daerah yang kekurangan atau dalam
bencana
d. Cara Pelaksanaan Kegiatan
Penyaluran obat langsung kepada puskesmas setempat
e. Tempat Pelaksanaan Kegiatan
Puskesmas dan kantor instansi terkait
f. Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan oleh kepala rumah sakit dan
kepala puskesmas sebagai penanggung jawab

Anda mungkin juga menyukai