Anda di halaman 1dari 8

TUGAS DASAR ILMU GIZI

OLEH :

NAMA : Timora Toriana Rifran Boik (2107010206)

KELAS / SEMESTER : IKM B / 2

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2022
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama
pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)1. Kondisi gagal tumbuh pada anak balita disebabkan
oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu lama serta terjadinya infeksi berulang, dan kedua faktor
penyebab ini dipengaruhi oleh pola asuh yang tidak memadai terutama dalam 1.000 HPK2. Anak
tergolong stunting apabila panjang atau tinggi badan menurut umurnya lebih rendah dari standar
nasional yang berlaku. Standar dimaksud terdapat pada buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan
beberapa dokumen lainnya

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa sejak
2007 - 2013, angka prevalensi stunting tetap tinggi dan terjadi lintas kelompok pendapatan. Data
Riskesdas 2013 menemukan 37,2% atau sekitar 9 juta anak balita mengalami stunting. Pada
2018, Riskesdas mencatat penurunan prevalensi stunting pada balita ke 30,8%. Namun demikian,
angka ini masih tergolong tinggi.

Angka Prevalensi Stunting Berdasarkan Kelompok Pendapatan, Tahun 2007-20013 (persen)


KONVERGENSI UPAYA PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING

Pencegahan stunting dilakukan melalui intervensi gizi yang terpadu, mencakup intervensi gizi
spesifik dan gizi sensitif. Pengalaman global menunjukkan bahwa penyelenggaraan intervensi
yang terpadu untuk menyasar kelompok prioritas di lokasi prioritas merupakan kunci
keberhasilan perbaikan gizi, tumbuh kembang anak, dan pencegahan stunting.

Intervensi gizi spesifik (Tabel 1.1.) menyasar penyebab stunting yang meliputi (i) kecukupan
asupan makanan dan gizi, (ii) pemberian makan, perawatan dan pola asuh, dan (iii) pengobatan
infeksi/penyakit. Terdapat tiga kelompok intervensi gizi spesifik1, yaitu:

1. Intervensi prioritas, yaitu intervensi yang diidentifikasi sebagai paling berdampak pada
pencegahan stunting dan ditujukan untuk menjangkau semua sasaran prioritas.

2. Intervensi pendukung, yaitu intervensi yang berdampak pada masalah gizi dan kesehatan lain
yang terkait stunting dan dilakukan setelah intervensi prioritas terpenuhi.

3. Intervensi prioritas sesuai kondisi, yaitu intervensi yang dilakukan sesuai dengan kondisi
tertentu, termasuk untuk kondisi darurat bencana (program gizi darurat).
Tabel 1.1. Interview Gizi Spesifik Pencegahan Stunting
Intervensi gizi sensitif (Tabel 1.2.) mencakup: (i) peningkatan akses pangan bergizi; (ii)
peningkatan kesadaran, komitmen dan praktik pengasuhan gizi ibu dan anak; (iii) peningkatan
akses dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan; dan (iv) peningkatan penyediaan air bersih dan
sarana sanitasi. Intervensi gizi sensitif umumnya dilaksanakan di luar Kementerian Kesehatan.
Sasaran intervensi gizi sensitif adalah keluarga dan masyarakat umum. Program/kegiatan
intervensi gizi sensitif dapat ditambah dan disesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat.
Upaya percepatan pencegahan stunting akan lebih efektif apabila intervensi gizi spesifik dan
intervensi gizi sensitif dilakukan secara konvergen. Konvergensi penyampaian layanan
membutuhkan keterpaduan proses perencanaan, penganggaran, dan pemantauan
program/kegiatan pemerintah secara lintas sektor untuk memastikan tersedianya setiap layanan
intervensi gizi spesifik kepada keluarga sasaran prioritas dan intervensi gizi sensitif untuk semua
kelompok masyarakat, terutama masyarakat miskin

.Dengan kata lain, konvergensi didefinisikan sebagai sebuah pendekatan intervensi yang
dilakukan secara terkoordinir, terpadu, dan bersama-sama pada target sasaran wilayah geografis
dan rumah tangga prioritas untuk mencegah stunting. Penyelenggaraan intervensi secara
konvergen dilakukan dengan menggabungkan atau mengintegrasikan berbagai sumber daya
untuk mencapai tujuan bersama.

Upaya konvergensi akan terwujud apabila:

1. Program/kegiatan Nasional, daerah, dan desa sebagai penyedia layanan intervensi gizi
spesifik dan gizi sensitif dilaksanakan secara terpadu dan terintegrasi sesuai kewenangan.

2. Layanan dari setiap intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif tersedia dan dapat diakses bagi
kelompok masyarakat yang membutuhkan, terutama rumah tangga 1.000 HPK (ibu hamil, ibu
menyusui dan anak usia 0-23 bulan).

3. Kelompok sasaran prioritas menggunakan dan mendapatkan manfaat dari layanan tersebut.

Upaya konvergensi percepatan pecegahan stunting dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi program/kegiatan.

Pada tahap perencanaan, konvergensi diarahkan pada upaya penajaman proses perencanaan dan
penganggaran regular yang berbasis data dan informasi faktual agar program dan kegiatan yang
disusun lebih tepat sasaran melalui: (i) pelaksanaan analisis situasi awal; (ii) pelaksanaan rembuk
stunting; dan (iii) penyusunan rencana kerja. Analisis situasi awal dan rembuk stunting dilakukan
untuk mengetahui kondisi stunting di wilayah kabupaten/kota, penyebab utama, dan identifikasi
program/kegiatan yang selama ini sudah dilakukan. Dari analisis ini diharapkan dapat
menentukan program/kegiatan, kelompok sasaran, sumber pendanaan2 dan lokasi upaya
percepatan pencegahan stunting di daerah, yang kemudian diterjemahkan dalam Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD), Rencana Kerja Organisasi Perangkat daerah (OPD) dan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Pada tahap pelaksanaan, konvergensi diarahkan pada upaya untuk melaksanakan intervensi gizi
spesifik dan sensitif secara bersama dan terpadu di lokasi yang telah disepakati bersama,
termasuk didalamnya mendorong penggunaan dana desa untuk percepatan pencegahan stunting
dan mobilisasi Kader Pembangunan Manusia (KPM).

Sedangkan pada tahap pemantauan dan evaluasi, konvergensi dilakukan melalui pelaksanaan
pemantauan yang dilakukan bersama dengan menggunakan mekanisme dan indikator yang
terkoordinasikan dengan baik secara berkelanjutan. Sehingga hasil pemantauan dan evaluasi
dapat dijadikan acuan bagi semua pihak yang terkait untuk mengetahui perkembangan
pelaksanaan upaya percepatan pencegahan stunting dan memberikan masukan bagi tahap
perencanaan dan penganggaran selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai