PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional. Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan dan harus
diperhitungkan secara seksama dengan berbagai dampak positif maupun negatif
dari setiap kegiatan terhadap kesehatan masyarakat. Pembangunan kesehatan
diarahkan untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia yang sehat, cerdas dan
produktif, serta mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat
dengan komitmen yang tinggi terhadap kemanusiaan dan etika, yang dilaksanakan
dengan semangat pemberdayaan serta kemitraan yang tinggi.
Pembangunan kesehatan di Indonesia terus ditingkatkan dengan
melaksanakan berbagai upaya dalam rangka meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat. Reformasi bidang kesehatan terus digalakkan untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, efektif, efisien dan terjangkau
masyarakat. Berbagai terobosan baru dilaksanakan pemerintah baik di pusat
maupun daerah dengan mengarahkan pembangunan kesehatan yang langsung
mendidik sasaran yang menjadi permasalahan kesehatan. Pelayanan langsung
yang menyentuh kebutuhan masyarakat menjadi perhatian utama.
Hal ini dapat kita lihat dengan program-program pemerintah yang
memberi jaminan pelayanan kesehatan kepada semua lapisan masyarakat,
khususnya masyarakat dengan kemampuan ekonomi kurang mampu dengan
sistem asuransi kesehatan masyarakat miskin yang saat ini namanya menjadi
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Begitu juga Pemerintah Kota Tanjungpinang
yang memberikan pelayanan kesehatan gratis yang dinamakan Jaminan Kesehatan
Daerah (Jamkesda) yang terintegrasi BPJS bagi masyarakat miskin yang tidak
dicakup oleh PBI APBN sebagai bukti kepedulian pemerintah dalam menyediakan
pelayanan kesehatan yang terjangkau.
Namun demikian, walaupun sudah banyak kemajuan yang dicapai tetapi
bila dibandingkan dengan beberapa negara tetangga, keadaan kesehatan
masyarakat Indonesia masih tertinggal. Angka kematian ibu dan anak misalnya,
Indonesia berada diurutan atas diantara negara-negara anggota South East Asia
Medical Information Center (SEAMIC). Indikator yang digunakan dalam menilai
pencapaian Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkadilan di Kota
PEMBAHASAN
PENUTUP
A. Kesimpulan
Status gizi anak balita di Indonesia saat ini masih
memprihatinkan.Beberapa penelitian telah menyatakan bahwa status gizi anak
Indonesia masih jauh dari harapan. Masalah gizi buruk dan gizi kurang
nampaknya belum bisateratasi dengan baik dalam skala internasional maupun
nasional, tercatat 101 juta anak di dunia dibawah lima tahun menderita
kekurangan gizi, Balita yangtermasuk gizi kurang mempunyai resiko meninggal
lebih tinggi dibandingkan balita yang gizinya baik.Gizi kurang merupakan kondisi
dimana seseorang tidak memiliki nutrienyang dibutuhkan tubuh akibat kesalahan
atau kekurangan asupan makanan.Secara sederhana kondisi ini terjadia kibat
kekurangan zat gizi secara terusmenerus dan menumpuk dalam derajat
ketidakseimbangan yang absolute dan bersif atimmaterial. Ketidakseimbangan
tersebut menyebabkan terjadinyadefisiensi atau defisit energi dan protein dan
sering disebut dengan KKP (kekurangan Kalori Protein)
B. Saran
Diharapkan pihak Puskesmas dapat lebih efektif melakukan
penyuluhandan pemberian pendidikan kesehatan di Posyandu-posyandu kepada
ibu hamildan kepada ibu yang mempunyai anak balita tentang pentingnya
pemberianasupan gizi pada ibu hamil dan pada anak balita, melakukan imunisasi
dasarlengkap, dan pentingnya pemberian ASI secara eksklusif terutama selama 6
bulan pertama dalam kehidupan bayi setelah lahir agar tumbuh kembang
anakmenjadi optimaldan dapat meminimalkan jumlah balita yang mengalami gizi
kurang
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/profil/
PROFIL_KAB_KOTA_2014/2172_Kepri_Kota_Tanjung_Pinang_2014.pdf