Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH STUNTING

Dosen Pengampu :ustadzah Sri Setiasih S.SiT M.KES

Disusun oleh :

Nirra Ratih Pratmono

Nur Azizah

AKADEMI KEBIDANANKABUPATEN KENDAL

Jl.Laut No.21 A Kendal-Kode Pos 51311

TAHUN PELAJARAN 2015/2016


BAB I

PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Perkembangan masalah gizi di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi
3, yaitu: Masalah gizi yang secara public health sudah terkendali; Masalah yang
belum dapat diselesaikan (un-finished); dan Masalah gizi yang sudah meningkat
dan mengancam kesehatan masyarakat (emerging). Masalah gizi lain yang juga
mulai teridentifikasi dan perlu diperhatikan adalah defisiensi vitamin D.
Masalah gizi yang sudah dapat dikendalikan meliputi kekurangan
Vitamin A pada anak Balita, Gangguan Akibat Kurang Iodium dan Anemia Gizi
pada anak 2-5 tahun. Penanggulangan masalah Kurang Vitamin A (KVA) pada
anak Balita sudah dilaksanakan secara intensif sejak tahun 1970-an, melalui
distribusi kapsul vitamin A setiap 6 bulan, dan peningkatan promosi konsumsi
makanan sumber vitamin A. Dua survei terakhir tahun 2007 dan 2011
menunjukkan, secara nasional proporsi anak dengan serum retinol kurang dari
20 ug sudah di bawah batas masalah kesehatan masyarakat, artinya masalah
kurang vitamin A secara nasional tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Penanggulangan GAKI dilakukan sejak tahun 1994 dengan mewajibkan
semua garam yang beredar harus mengandung iodium sekurangnya 30 ppm.
Data status Iodium pada anak sekolah sebagai indikator gangguan akibat kurang
Iodium selama 10 tahun terakhir menunjukkan hasil yang konsisten. Median
Ekskresi Iodium dalam Urin (EIU) dari tiga survai terakhir berkisar antara 200-
230 g/L, dan proporsi anak dengan EIU <100 g/L di bawah 20%. Secara
nasional masalah gangguan akibat kekurangan Iodium tidak lagi menjadi
masalah kesehatan masyarakat.
Masalah gizi ketiga yang sudah bisa dikendalikan adalah anemia gizi
pada anak 2-5 tahun. Prevalensi anemia pada anak mengalami penurunan, yakni
51,5% (1995) menjadi 25,0% (2006) dan 17,6% (2011).
Masalah gizi yang belum selesai adalah masalah gizi kurang dan pendek
(stunting). Pada tahun 2010 prevalensi anak stunting 35.6 %, artinya 1 diantara
tiga anak kita kemungkinan besar pendek. Sementara prevalensi gizi kurang
telah turun dari 31% (1989), menjadi 17.9% (2010). Dengan capaian ini target
MDGs sasaran 1 yaitu menurunnya prevalensi gizi kurang menjadi 15.5% pada
tahun 2015 diperkirakan dapat dicapai.
Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa 35,6% anak Indonesia stunted.
Sebagai akibatnya, produktivitas individu menurun dan masyarakat harus hidup
dengan penghasilan yang rendah.Stunting atau penurunan tingkat pertumbuhan
pada manusia utamanya disebabkan oleh kekurangan gizi. Lebih jauh lagi,
kekurangan gizi ini disebabkan oleh rusaknya mukosa usus oleh
bakteri fecal yang mengakibatkan terjadinya gangguan absorbsi zat gizi.
Dengan demikian, peningkatan cakupan sanitasi dan perilaku hygiene sebesar
99% dapat membantu menurunkan insiden diare sebesar 30% dan menurunkan
prevalensi stuntingsebesar 2,4%.
Sudah bukan rahasia lagi bahwa sanitasi buruk mengakibatkan beragam
dampak negatif, baik bagi kesehatan, ekonomi maupun lingkungan. Saat ini,
tantangan pembangunan sanitasi semakin berat dengan adanya temuan bahwa
sanitasi buruk mengakibatkan sebagian besar generasi penerus bangsa
terdiagnosa stunted. Sanitasi buruk dan air minum yang terkontaminasi
mengakibatkan diare yang mengganggu penyerapan zat-zat gizi dalam tubuh.
Akibatnya, anak-anak tidak mendapatkan zat gizi yang memadai sehingga
pertumbuhannya terhambat.
2. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan stunting ?
b. Apa penyebab stunting?
c. Apa saja faktor yang mempengaruhi stunting?

d. Penilaian stunting secara antopometri ?

e. Cara mencegah stunting ?

f. Zat gizi mikro yang berperan untuk menghindari stunting (pendek)?

g. Dampak stuntig?

3. Tujuan Umum
Untuk membrikan pengetahuan kepada sasaran mengenai cara mencegah
stunting pada balita.

4. Tujuan Khusus
Memberikan informasi mengenai stunting yang terdiri dari :

a. Defenisi Stunting

b. Penyebab stunting

c. Faktor yang mempengaruhi trjadinya stunting

d. Penilaian stunting secara antopometri

e. penanggulangan

f. Cara mencegah stunting

g. Zat gizi mikro yang berperan untuk menghindari stunting (pendek)

h. Dampak stuntig
BAB II

Tinjauan Teori

A. Definisi Stunting
Senbanjo et al (2011) mendefinisikan stunting adalah keadaan status
giziseseorang berdasarkan z-skor tinggi badan (TB) terhadap umur (U) dimana
terletak pada <-2 SD. Indeks TB/U merupakan indeks antropometri yang
menggambarkan keadaan gizi pada masa lalu dan berhubungan dengan kondisi
lingkungan dan sosial ekonomi. SK Menkes (2010) menyatakan pendek dan
sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Panjang Badan
menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang
merupakan pada nan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat
pendek). Pengaruhkekurangan zat gizi terhadap tinggi badan dapat dilihat dalam
waktu yang relatif lama (Gibson, 2005).Tinggi badan dalam keadaan normal
akan bertambah seiring dengan bertambahnya umur. Pertumbuhan tinggi badan
tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan
gizi dalam waktu yang pendek.Pengaruh kekurangan zat gizi terhadap tinggi
badan akan tampak dalam waktuyang relatif lama sehingga indeks ini dapat
digunakan untuk menggambarkan status gizi pada masa lalu (Supariasa, 2001).

B. Penyebab
Teori Teori Penyebab Gizi Kurang dan Tumbuh Kembang Anak
Terdapat sebuah model yang dikembangkan Unicef tahun 1992, untuk mengurai
faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak . Dengan model
tersebut, penyebab masalah gizi dibagi dalam tiga tahap, yaitu penyebab
langsung, penyebab tidak langsung dan penyebab mendasar.
(Soetjiningsih,2000).

1. Terdapat dua penyebab langsung gizi buruk, yaitu asupan gizi yang
kurangdan penyakit infeksi.
2. Terdapat 3 faktor pada penyebab tidak langsung, yaitu tidak cukup
pangan,pola asuh yang tidak memadai, dan sanitasi, air bersih/ pelayanan
kesehatandasar yang tidak memadai.
3. Penyebab mendasar/akar masalah gizi buruk adalah terjadinya krisis
ekonomi, politik dan sosial termasuk bencana alam, yang mempengaruhi
Ketersediaan pangan, pola asuh dalam keluarga dan pelayanan kesehatan
serta sanitasi yang memadai, yang pada akhirnya mempengaruhi status
gizi balita.

Unicef pada tahun 1998 telah merumuskan faktor yang menyebabkan gizi
kurang yaitu:
1. Penyebab langsung kejadian gizi kurang, yaitu asupan makanan yang
kurang dan penyakit infeksi.
2. Terdapat 3 faktor penyebab tidak langsung, yaitu persedian makanan di
rumah yang kurang memadai, perawatan anak dan ibu hamil yang kurang,
dan pelayanan kesehatan yang tidak memadai.
3. Terdapat pokok masalah yaitu kemiskinan kurangnya pendidikan, kurang
keterampilan.
4. Akar masalah yaitu krisis ekonomi.

C. Faktor- Faktor yang Memengaruhi Kesehatan

Menurut Hendrik L Blum dalam (Notoatmodjo S. 2011) ada 4 faktor


yangmempengaruhi derajat kesehatan masyarakat atau perorangan. Faktor-
faktortersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Lingkungan
Lingkungan memiliki pengaruh yang dan peranan terbesar diikuti perilaku,
fasilitas kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat bervariasi,
umumnyadigolongkan menjadi tiga kategori, yaitu yang berhubungan dengan
aspek fisik dan sosial. Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik
contohnya sampah, air, udara, tanah, ilkim, perumahan, dan sebagainya.
Sedangkan lingkungan sosial merupakan hasil interaksi antar manusia seperti
kebudayaan,pendidikan, ekonomi, dan sebagainya.

2. Perilaku
Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat
kesehatanmasyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan kesehatan
individu,keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu
sendiri.Di samping itu, juga dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat,
kebiasaan,kepercayaan, pendidikan sosial ekonomi, dan perilaku-perilaku lain
yangmelekat pada dirinya.
3. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan
dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit,
pengobatan dan keperawatan serta kelompok dan masyarakat yangmemerlukan
pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi, apakah
dapat dijangkau atau tidak. Yang kedua adalah tenaga kesehatan pemberi
pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam
memperoleh pelayanan serta program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah
sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang memerlukan.
4. Keturunan
Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia yang
dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit keturunan seperti diabetes
melitus dan asma bronehial.

Tabel 2.1. Klasifikasi Status Gizi berdasarkan PB/U atau TB/U Anak Umur
0-60 Bulan

indeks Status gizi Ambang batas


Panjang Badan Sangat Pendek < -3 SD
menurut Pendek -3 SD sampai < -2 SD
Umur (PB/U) atau
Tinggi Normal
Badan menurut Umur -2 SD sampai 2 SD

(TB/U) Tinggi > 2 SD

Sumber : SK Menkes 2010

D. Penilaian Status Gizi Pada Balita

Penilaian status gizi merupakan pemeriksaan keadaan gizi individu dengan cara
mengumpulkan data dan membandingkan data dengan standar yang ditetapkan
(Arisman, 2009). Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan
tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung melalui antropometri,
klinis, biokimia dan biofisik sedangkan penilaian status gizi secara tidak
langsung melalui survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi
(Supariasa, 2001).
Metode penilaian status gizi yang paling sering digunakan yaitu antropometri.
Antropometri dapat diartikan sebagai ukuran tubuh manusia.Antropometri gizi
berhubungan dengan pengukuran dimensi dan komposisi tubuh dengan berbagai
tingkat umur dan keadaan gizi. Indeks antropometri yang sering digunakan
adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U),
berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB) dan lingkar lengan atas(LILA)

E. Penanggulangan Stunting pada Bayi:

Penanggulangan stunting yang paling efektif dilakukan pada seribu hari


pertama kehidupan, yaitu:

1. Pada ibu hamil


Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara terbaikdalam
mengatasi stunting. Ibu hamil perlu mendapat makanan yang baik,
sehingga apabila ibu hamil dalam keadaan sangat kurus atau telah
mengalami Kurang EnergiKronis (KEK), maka perlu diberikan
makanan tambahan kepada ibu hamil tersebut. Setiap ibu hamil perlu
mendapat tablet tambah darah, minimal 90 tablet selama kehamilan.
Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakit.
2. Pada saat bayi lahir
Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi lahir
melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Bayi sampai dengan usia 6
bulan diberi Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI Eksklusif).
3. Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun
Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI). Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun
atau lebih. Bayi dan anak memperoleh kapsul vitamin A, taburia,
imunisasi dasar lengkap.
4. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harus diupayakan oleh setiap
rumah tangga.
F. Pencegahan stunting pada pertumbuhan bayi

a.Kebutuhan gizi masa hamil

Pada Seorang wanita dewasa yang sedang hamil, kebutuhan gizinya


dipergunakan untuk kegiatan rutin dalam proses metabolisme tubuh, aktivitas
fisik, serta menjaga keseimbangan segala proses dalam tubuh. Di samping
proses yang rutin juga diperlukan energi dan gizi tambahan untuk pembentukan
jaringan baru, yaitu janin, plasenta, uterus serta kelenjar mamae. Ibu hamil
dianjurkan makan secukupnya saja, bervariasi sehingga kebutuhan akan aneka
macam zat gizi bisa terpenuhi. Makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan
adalah makanan yang mengandung zat pertumbuhan atau pembangun yaitu
protein, selama itu juga perlu tambahan vitamin dan mineral untuk membantu
proses pertumbuhan itu.

c.Kebutuhan Gizi Ibu saat Menyusui

Jumlah makanan untuk ibu yang sedang menyusui lebih besar dibanding
dengan ibu hamil, akan tetapi kualitasnya tetap sama. Pada ibu menyusui
diharapkan mengkonsumsi makanan yang bergizi dan berenergi tinggi, seperti
diisarankan untuk minum susu sapi, yang bermanfaat untuk mencegah
kerusakan gigi serta tulang. Susu untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan
flour dalam ASI. Jika kekurangan unsur ini maka terjadi pembongkaran dari
jaringan (deposit) dalam tubuh tadi, akibatnya ibu akan mengalami kerusakan
gigi. Kadar air dalam ASI sekitr 88 gr %. Maka ibu yang sedang menyusui
dianjurkan untuk minum sebanyak 22,5 liter (8-10 gelas) air sehari, di
samping bisa juga ditambah dengan minum air buah.

d.Kebutuhan Gizi Bayi 0 12 bulan

Pada usia 0 6 bulan sebaiknya bayi cukup diberi Air Susu Ibu (ASI).
ASI adalah makanan terbaik bagi bayi mulai dari lahir sampai kurang lebih
umur 6 bulan. Menyusui sebaiknya dilakukan sesegara mungkin setelah
melahirkan. Pada usia ini sebaiknya bayi disusui selama minimal 20 menit
pada masing-masing payudara hingga payudara benar-benar kosong. Apabila
hal ini dilakukan tanpa membatasi waktu dan frekuensi menyusui,maka
payudara akan memproduksi ASI sebanyak 800 ml bahkan hingga 1,5 2 liter
perhari.
e.Kebutuhan Gizi Anak 1 2 tahun

Ketika memasuki usia 1 tahun, laju pertumbuhan mulai melambat tetapi


perkembangan motorik meningkat, anak mulai mengeksplorasi lingkungan
sekitar dengan cara berjalan kesana kemari, lompat, lari dan sebagainya.
Namun pada usia ini anak juga mulai sering mengalami gangguan kesehatan
dan rentan terhadap penyakit infeks seperti ISPA dan diare sehingga anak butuh
zat gizi tinggi dan gizi seimbang agar tumbuh kembangnya optimal. Pada usia
ini ASI tetap diberikan. Pada masa ini berikan juga makanan keluarga secara
bertahap sesuai kemampuan anak. Variasi makanan harus diperhatikan.
Makanan yang diberikan tidak menggunakan penyedap, bumbu yang tajam, zat
pengawet dan pewarna. dari asi karena saat ini hanya asi yang terbaik untuk
buah hati anda tanpa efek samping

G. Zat Gizi Mikro yang Berperan untuk Menghindari Stunting (Pendek)

a.Kalsium

Kalsium berfungsi dalam pembentukan tulang serta gigi, pembekuan


darah dan kontraksi otot. Bahan makanan sumber kalsium antara lain : ikan teri
kering, belut, susu, keju, kacang-kacangan.
Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat dalam tubuh.
Sekitar 99% total kalsium dalam tubuh ditemukan dalam jaringan keras yaitu
tulang dan gigi terutama dalam bentuk hidroksiapatit, hanya sebagian kecil
dalam plasma dan cairan ekstravaskular (Almatsier, 2002).17 Plasma darah
mengandung 10 mg/dl. Di plasma (9-11 mg/dl) unsur kalsium 40% terikat pada
protein, 60% sebagai kalsium bebas dan unsur fosfor
terdapat dalam konsentrasi 4 mg setiap 100 ml darah lengkap, sebagian besar
terdapat di bagian seluler darah tersebut (Sediaoetama, 2000). Kalsium di dalam
tulang mudah dimobilisasikan ke dalam cairan tubuh dan darah, bila diperlukan
untuk diteruskan ke sel-sel jaringan yang lebih memerlukannya terutama
trabecule dari struktur tulang merupakan tempat penimbunan kalsium yang
mudah sekali melepaskan kalsium untuk dipergunakan ke dalam kebutuhan lain
(Sediaoetama, 2000).
Kalsium mengatur pekerjaan hormon-hormon dan faktor pertumbuhan.
Kekurangan konsumsi kalsium untuk jangka panjang menyebabkan struktur
tulang yang tidak sempurna. Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan
dapatmenyebabkan gangguan pertumbuhan. Tulang kurang kuat, mudah
bengkok dan
rapuh (Almatsier, 2001).
Asupan kalsium yang kurang menyebabkan rendahnya kepadatan tulang. Hal ini
dapat memicu terhadap terjadinya stunted (NUPA, 2013). Kalsiummempunyai
peran vital pada tulang sehingga dapat mencegah timbulnya osteoporosis.
Namun kalsium yang berada di luar tulang pun mempunyai perananyang besar,
antara lain mendukung kegiatan enzim, hormon, saraf dan darah.Manfaat
kalsium bagi tubuh : mengaktifkan saraf; melancarkan peredaran
darah;melenturkan otot; menormalkan tekanan darah; menyeimbangkan
keasaman/kebasaan darah; menjaga keseimbangan cairan tubuh;
mencegahosteoporosis/keropos tulang; mencegah penyakit jantung;
menurunkan risiko 18 kanker usus; mengatasi kram, sakit pinggang, wasir dan
rematik; meminimalkan penyusutan tulang selama hamil dan menyusui;
membantu mineralisasi gigi dan mencegah pendarahan akar gigi; mengatasi
kaki tangan kering dan pecah-pecah; memulihkan gairah seks yang menurun
atau melemah mengatasi kencing manis.
b. Yodium

Yodium sangat berguna bagi hormon tiroid dimana hormon tiroid


mengatur metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Yodium juga
penting untuk mencegah gondok dan kekerdilan. Bahan makanan sumber
yodium : ikan laut, udang, dan kerang.

c. Zink

Zink berfungsi dalam metabolisme tulang, penyembuhan luka, fungsi


kekebalan dan pengembangan fungsi reproduksi laki-laki. Bahan makanan
sumber zink : hati, kerang, telur dan kacang-kacangan.
Asupan Seng (Zn)
Zinc merupakan zat gizi yang esensial dan telah mendapat perhatian yang
cukup besar akhir-akhir ini. Kehadiran zinc dalam tubuh akan sangat
memengaruhi fungsi kekebalan tubuh sehingga berperan penting dalam
pencegahan infeksi oleh berbagai jenis bakteri patogen. Berdasarkan penelitian
19 yang sudah ada, kekurangan zinc pada saat anak-anak dapat menyebabkan
stunting dan terlambatnya kematangan fungsi seksual. Akibat lain dari
kekurangan zinc adalah meningkatkan resiko diare dan infeksi saluran nafas.
Anak-anak yang kurang mendapat asupan zinc dalam diet mereka, dapat
berisiko mengalami terhambatnya pertumbuhan. Karena salah satu fungsi zinc
dalam tubuh berperan dalam pertumbuhan tulang dan tinggi badan. Kebutuhan
akan zinc pada anak usia 1 sampai 3 tahun : 3 mg zinc per hari dan pada anak
usia 4 sampai 8 tahun : 5 mg zinc per hari (Merryana,dkk 2014). Mineral sangat
berperan penting terhadap gizi dan kesehatan anak. Hasil penelitian Hidayati,
dkk (2010) mengemukakan bahwa anak yang kekurangan asupan Fe dan Zn
memiliki risiko menjadi anak stunting. Anak yang kekurangan asupan Fe
cenderung 3,25 kali menjadi stunting, dan memiliki kecenderungan 2,67 kali
menjadi stunting jika kekurangan asupan Zn. Kekurangan asupan kalsium juga
merupakan faktor risiko terjadinya stunting pada anak-anak. Hasil penelitian
Mikhail et al (2013) menyatakan bahwa kekurangan asupan kalsium merupakan
salah satu penyebab terjadinya anak stunting di Mesir.
d. Zat Besi

Zat besi berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan otak, dan
metabolisme energi. Sumber zat besi antara lain: hati, telur, ikan, kacang-
kacangan, sayuran hijau dan buah-buahan.
Zat besi (Fe) diperlukan tubuh untuk membuat protein hemoglobin dan
mioglobin. Hemoglobin ditemukan di dalam sel darah merah dan mioglobin
ditemukan di dalam otot. Kekurangan zat besi menyebabkan anemia defisiensi
besi. Pada anemia defisiensi besi, tubuh tidak dapat memproduksi hemoglobin
dalam jumlah yang cukup, sementara hemoglobin diperlukan untuk membawa
oksigen ke seluruh tubuh, akibatnya penderita anemia defisiensi besi sering
merasa lelah dan sesak nafas. Kelebihan zat besi dalam tubuh juga tidak baik
bagi kesehatan. Zat besi yang berlebihan di dalam tubuh dapat meningkatkan
risiko penyakit hati (sirosis, kanker).Zat besi berperan dalam transpor oksigen,
pengaturan metabolisme energi,fungsi otot, koenzim dalam tubuh. Zat besi
berperan penting dalam fungsi kekebalan tubuh. Kekurangan zat besi semakin
memperbesar risiko tubuh mudah terserang penyakit (Almatsier, 2001).
e. Asam Folat

Asam folat terutama berfungsi pada periode pembelahan dan


pertumbuhan sel, memproduksi sel darah merah dan mencegah anemia.
Sumber asam folat antara lain : bayam, lobak, kacang-kacangan, serealia dan
sayur-sayuran.
F. Asupan Vitamin
Vitamin A merupakan vitamin yang pertama kali diidentifikasi
bermanfaat untuk kehidupan manusia. Vitamin A bukan merupakan senyawa
tunggal tetapi ditemukan dalam berbagai bentuk dan terdapat pada berbagai
jenis makanan seperti hati hewan dan sayuran berwarna (Berdanier, 1998).
Vitamin A merupakan substansi yang larut di dalam air, dan disimpan di dalam
tubuh terutama di hati dan dilepas ke dalam aliran darah untuk kemudian
digunakan oleh seluruh sel epitel tubuh, termasuk mata dan sel-sel benih
fotoreseptor mata. Suplementasi secara berkala vitamin A dosis tinggi ditujukan
untuk mencegah defisiensi vitamin A beserta akibatnya selama masa tertentu
dengan membangun cadangan vitamin tersebut di dalam hati. Asupan vitamin A
yang kurang dapat menyebabkan terjadi penyakit sistemik yang merusak sel
danorgan tubuh, menyebabkan metaplasi keratinisasi pada epitel saluran,
pernafasan,saluran kemih dan saluran pencernaan (Arisman, 2009).Vitamin A
membantu terjadinya sintesis protein.dan pertumbuhan sel.Vitamin A
dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel epitel. Jika seorang anak
mengalami defisiensi vitamin A maka pertumbuhan tulang terhambat dan16
bentuk tulang tidak normal atau mengalami kegagalan pertumbuhan (Almatsier,
2001).
Kiman-Murage et al (2012) mengemukakan bahwa ada hubungan antara
vitamin A dengan kejadian stunting pada anak. Anak- anak yang tidak diberikan
suplementasi vitamin A mengalami stunting 1,5 kali dibandingkan anak-anak
yang diberikan suplementasi vitamin A. Hal yang sama juga dikemukakan oleh
Hadi et al (2000), bahwa suplementasi vitamin A berpengaruh terhadap
pertumbuhan linier anak. Anak yang diberikan suplementasi vitami A ternyata
dapat menambah tinggi badan anak sebesar 0,16 cm dalam 4 bulan
dibandingkan dengan anak yang tidak diberikan suplementasi vitamin A.
G.Asupan Mineral
Mineral merupakan elemen anorganik yang banyak terdapat di alam,
diklasifikasikan menjadi mineral makro dan mineral mikro. Perbedaan dari
kedua
jenis mineral ini adalah jumlah asupan sehari-hari. Mineral makro diperlukan
tubuh lebih dari 100 mg/hari sedangkan mineral mikro diperlukan tubuh < 100
mg/hari. Yang termasuk dalam mineral makro adalah kalsium, magnesium,
fosfor,kalium, natrium dan flour sedangkan yang termasuk mineral mikro
adalahkromium, tembaga, iodium, besi, flour, mangan, selenium, dan seng (Zn).

H. Dampak stunting

Berat Lahir Bayi


Awwal et al (2004) mengemukakan bahwa berat lahir dapat dijadikan
sebagai indikator untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan, kesehatan jangka
panjang, dan pengembangan psikososial. Berat lahir mencerminkan kualitas
perkembangan intra uterin dan pemeliharaan kesehatan mencakup pelayanan
kesehatan yang diterima oleh ibu selama kehamilannya. Bayi dengan berat lahir
rendah memiliki risiko tinggi terhadap morbiditas, kematian, penyakit infeksi,
kekurangan berat badan, stunting di awal periode neonatal sampai masa kanak-
kanak.Hasil penelitian Fitri (2012), ada hubungan yang signifikan antara berat
bayi lahir dengan stunting. Balita yang mempunya berat lahir rendah, memiliki
risiko menjadi stunting sebesar 1,7 kali dibandingkan dengan balita yang
mempunyai berat lahir normal sementara Abuya, Ciera, Kimane-Murage (2012)
menjelaskan bahwa risiko stunting akan meningkat 3 kali pada anak yang
dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2500 gram.
Tinggi Badan Orang Tua
Stunting pada masa balita akan berakibat buruk pada kehidupan
berikutnya yang sulit diperbaiki. Pertumbuhan fisik berhubungan dengan
genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik meliputi tinggi badan orang tua
dan jenis kelamin. Tinggi badan ayah dan ibu yang pendek merupakan risiko
terjadinya stunting. Kejadian stunting pada balita usia 6-12 bulan dan usia 3-4
tahun secarasignifikan berhubungan dengan tinggi badan ayah dan ibu. Hasil
penelitianRahayu (2012) ada hubungan antara tinggi badan ayah dan ibu
terhadap kejadian stunting pada balita. Jesmin et al (2011) mengemukakan
bahwa tinggi badan ibu merupakan faktor yang berpengaruh langsung terhadap
anak yang stunting. Penelitian Candra, dkk (2011) juga mengemukakan bahwa
tingga badan ayahmemberikan pengaruh yang signifikan terhadap stunting pada
anak usia 1-2 tahun. Anak yang memiliki tinggi badan ayah < 162 cm memiliki
kecenderungan untuk menjadi pendek sebesar 2,7 kali.
Faktor Ekonomi
Azwar (2000), yang dikutip oleh Manurung (2009), mengatakan
pendapatan keluarga adalah jumlah uang yang dihasilkan dan jumlah uang yang
akan dikeluarkan untuk membiayai keperluan rumah tangga selama satu bulan.
Pendapat keluarga yang memadai akan menunjang perilaku anggota keluarga
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan keluarga yang lebih memadai.
Beberapa faktor penyebab masalah gizi adalah kemiskinan. Kemiskinan dinilai
mempunyai peran penting yang bersifat timbal balik sebagai sumber
permasalahan gizi yakni kemiskinan menyebabkan kekurangan gizi sebaliknya
individu yang kurang gizi akan memperlambat pertumbuhan ekonomi dan
mendorong proses kemiskinan. Hal ini disebabkan apabila seseorang
mengalami kurang gizi maka secara
langsung akan menyebabkan hilangnya produktifitas kerja karena kekurang
fisik, menurunnya fungsi kognitif yang akan mempengaruhi tingkat pendidikan
dantingkat ekonomi keluarga. Dalam mengatasi masalah kelaparan dan
kekurangan gizi, tantangan yang dihadapi adalah mengusahakan masyarakat
miskin, terutama ibu dan anak balita memperoleh bahan pangan yang cukup dan
gizi yang seimbang dan harga yang terjangkau (BAPPENAS, 2007).
Standar kemiskinan yang digunakan BPS (2011) bersifat dinamis,
disesuaikan dengan perubahan/pergeseran pola konsumsi agar realitas yaitu
Ukuran Garis Kemiskinan Nasional adalah jumlah rupiah yang diperlukan oleh
setiap individu untuk makanan setara 2.100 Kilo kalori perorang perhari dan
untuk memenuhi kebutuhan nonmakan berupa perumahan, pakaian,
kesehatan,pendidikan, transportasi, dan aneka barang/jasa lainnya
BAB III
PENUTUP
1.KESIMPULAN
Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah,
atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak anak
lain seusianya (MCN, 2009).
Stunted adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai
dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam
mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted merupakan
kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan
sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak.
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak
langsung yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan
janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami
intrauterine growth retardation (IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi,
dan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.Beberapa faktor yang
terkait dengan kejadian stunted antara lain kekurangan energi dan protein, sering
mengalami penyakit kronis, praktek pemberian makan yang tidak sesuai dan faktor
kemiskinan.
Untuk menentukan stunted pada anak dilakukan dengan cara pengukuran.
Pengukuran tinggi badan menurut umur dilakukan pada anak usia di atas 2 tahun.
Antropometri merupakan ukuran dari tubuh, sedangkan antropometri gizi adalah
jenis pengukuran dari beberapa bentuk tubuh dan komposisi tubuh menurut umur
dan tingkatan gizi, yang digunakan untuk mengetahui ketidakseimbangan protein
dan energi. Anak yang menderita stunting berdampak tidak hanya pada fisik yang
lebih pendek saja, tetapi juga pada kecerdasan, produktivitas dan prestasinya kelak
setelah dewasa, sehingga akan menjadi beban negara. Selain itu dari aspek estetika,
seseorang yang tumbuh proporsional akan kelihatan lebih menarik dari yang
tubuhnya pendek.
Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam
kandungan dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil,
artinya setiap ibu hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi, mendapatkan
suplementasi zat gizi (tablet Fe), dan terpantau kesehatannya. Selain itu setiap bayi
baru lahir hanya mendapat ASI saja sampai umur 6 bulan (eksklusif) dan setelah
umur 6 bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan
kualitasnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/57127/4/Chapter
Laporan Tahuna Unicef Indonesia. 2012. Ringkasan Kajian Kesehatan Unicef
Indonesia.Oktober 2012.
Laporan Tahunan Indonesia. 2013. Penyajian Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan
Dasar 2013.

Anda mungkin juga menyukai