Anda di halaman 1dari 70

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN

KASUS LOW BACK PAIN PADA GURU DI SMAN 21


TAMALANREA MAKASSAR

PROPOSAL PENELITIAN

SRI ASTUTI
C041171707

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami persembahkan kehadirat Tuhan Yang Esa, karena berkat

rahmat dan karunia-Nya semata sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan

laporan proposal penelitian dengan judul “Hubungan antara Indeks Massa Tubuh

dengan kejadian Low Back Pain pada guru di SMAN 21 Makassar “.

Penyusunan laporan proposal penelitian ini adalah untuk memenuhi salah satu

persyaratan kelulusan pada Universitas Hasanuddin Fakultas Keperawatan.

Penyusunannya dapat terlaksana dengan baik berkat dukungan dari banyak pihak.

Untuk itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr.H. Djohan Aras, S.ft, Physo, M.pd, M.Kes, Kepala Program Studi

Fisioterapi Fakultas Keperawatn Universitas Hasanuddin

2. Melda Putri,S.Ft, Physio,M.Kes dan Aco Tang,SKM,SS.T,M.Kes , selaku

dosen pembimbing.

3. Suami tersayang Brigpol Asran, SH, yang telah memberikan ijin untuk

melanjutkan pendidikan sarjana saya, terimakasih banyak atas do’a dan

dukungannya.

4. Orang tua dan keluarga tercinta yang telah memberikan nasihat, do’a, dan

dukungan moril maupun materil untuk penulis dalam menuntut ilmu, sehingga

penyusunan proposal penelitian ini dapat terselesaikan.

5. Teman – teman Fisio B yang selalu memberikan motivasi, dukungan, dan

semangat,

ii
6. Adik satu bimbingan (Ririn, Ainun, Desri,Novi) yang selalu berbagi waktu

dalam peneyelesain proposal penelitian ini.

7. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu – persatu yang telah

membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung dalam

menyelesaikan laporan penelitian ini.

Walaupun demikian, dalam proposal penelitian ini, peneliti menyadari masih belum

sempurna. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik demi

kesempurnaan penelitian ini. Namun demikian adanya, semoga proposal penelitian

ini dapat dijadikan acuan tindak lanjut penelitian selanjutnya dan bermanfaat bagi kita

semua terutama bagi ilmu fisioterapi.

Makassar, Februari 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….. i

HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………….. ii

KATA PENGANTAR…………………………………………………………… iii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. v

DAFTAR TABEL……………………………………………………………….. vii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….. viii

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………….. ix

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN……………………………… x

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah………………………………………………… .. 5

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 7

A. Tinjauan Umum Indeks Massa Tubuh……………………. ............. 7

B. Tinjauan Umum Low Back Pain…………………………… ............ 15

C. Tinjauan Umum Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Low Back

Pain………………………………………………………………... 39

D. Kerangka Teori ................................................................................... 41

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS .......................................... 42

iv
A. Kerangka konsep ............................................................................... 42

B. Hipotesis .................................................................................... ........ 42

BAB IV METODE PENELITIAN ...................................................................... 43

A. Rancangan Penelitian ........................................................................ 43

B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 43

C. Populasi dan Sampel ......................................................................... 43

D. Alur Penelitian ................................................................................... 44

E. Variabel Penelitian ............................................................................ 45

F. Definisi Operasional Variabel ........................................................... 45

G. Prosedur Penelitian ............................................................................ 46

H. Rencana Pengolahan dan Analisis Data……………………………. 47

I. Masalah Etika .................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA

v
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 1. Kategori ambang batas IMT wilayah Asia Pasifik …………………….. 8

Tabel 2. Klasifikasi IMT Dewasa menurut Kemenkes RI (2003)….……………. 9

vi
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Gambar 1. Stuktur Tulang Vertebra Lumbal…………………………………. 28

Gambar 2. Diskus Intervertebralis……………………………………………. 30

Gambar 3. Sendi Facet………………………………………………………... 31

Gambar 4. Otot Abdominal…………………………………………………… 32

Gambar 5. Bagian Tubuh Utama……………………………………………… 33

Kerangka Teori………………………………………………………………... 36

Kerangka konsep……….……………………………………………………… 37

Alur Penelitian………………………………………………………………….. 40

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Lampiran 1. Permintaan menjadi responden….……………………………... 46

Lampiran 2. Persetujuan menjadi responden………………………………… 47

Lampiran 3. Kuisioner ODI………………..………………………………… 48

Lampiran 4. Formulir Penelitian……..………………………………………. 49

Lampiran 4. Surat Observasi Penelitian……………………………………… 50

viii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

Lambang / Singkatan Arti dan keterangan

BB Berat badan

TB Tinggi badan

m2 meter kuadrat

Kg Kilogram

IMT Indeks Massa Tubuh

WHO Word Health Organization

et al. et alii, dan kawan-kawan

dkk dan kawan-kawan

LBP Low Back Pain

IASP International Association

for the Study of Pain

IGF Insulin-like growth factor

FGF Fibroblast growth factor

TGFβ Transforming growth factor

beta

ix
10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Low back pain atau yang biasa juga dikenal sebagai nyeri pinggang bawah

merupakan suatu sensasi subyektif yang merupakan respons tubuh terhadap

rangsangan nyeri yang bersifat kompleks yang berasal dari berbagai macam

penyebab dan merupakan keluhan yang sering dijumpai pada siapa saja. Biasanya

sebagai besar keluhan ini dapat sembuh dalam waktu singkat sehingga sering

dianggap sebagai gangguan yang tidak serius. Postur tubuh merupakan salah satu

faktor pendukung low back pain. Adanya kesalahan postur seperti pada orang

yang mempunyai berat badan berlebih dapat menyebabkan spasme pada otot atau

ketegangan otot. Faktor ini merupakan penyebab terbanyak dari low back pain

(Isnain, 2013)

Low back pain bukan merupakan penyakit ataupun diagnosis untuk suatu

penyakit namun merupakan istilah untuk sindrom nyeri yang dirasakan di area

anatomi yang terkena dengan berbagai variasi lama terjadinya nyeri. Hal ini

meliputi proses degeneratif, infeksi, neoplasma dan trauma pada tulang belakang.

Beberapa penyebab utama LBP adalah faktor mekanis meliputi tarikan dan

regangan mekanis yang terjadi pada aktivitas berat dan berulang terkait pekerjaan

serta lumbar spondylosis, hernia diskus intervetebralis dan stenosis spinalis.

Dalam banyak kasus sangat sulit menegakkan diagnosis mekanis secara spesifik

yang disebabkan oleh gangguan non mekanis seperti inflamasi dan infeksi,

1
diantaranya ankylosing spondylisitis, neoplasma primer dan sekunder serta

gangguan metabolic tulang seperti osteoporosis. Faktor risiko penting yang terkait

dengan kejadian LBP yaitu faktor individu, faktor pekerjaan dan faktor

lingkungan. Faktor individu terdiri dari usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh,

masa kerja, kebiasaan merokok, riwayat pendidikan, tingkat pendapatan, aktivitas

fisik dan riwayat trauma.Untuk faktor pekerjaan yaitu beban kerja, posisi kerja,

gerakan repetisi dan durasi. Sedangkan faktor lingkungan yaitu getaran dan

kebisingan (Andini, 2015)

Faktor resiko low back pain salah satunya adalah berat badan berlebih,

dimana berat badan berlebih ini merupakan ekspresi dari gaya hidup. Gaya hidup

diantaranya berupa perubahan pola konsumsi yang tidak terkontrol, hal ini terjadi

baik di negara maju maupun negara berkembang, terutama di daerah perkotaan

dan pada golongan sosial ekonomi tertentu, yaitu adanya kecenderungan untuk

mengkonsumsi makanan dengan kalori berlebihan disertai dengan kurangnya

aktivitas fisik sehingga meningkatkan kejadian kelebihan berat badan dan

obesitas. Hal ini membawa konsekuensi akan meningkatnya resiko terkena

berbagai penyakit termasuk penyakit LBP (Fitriyani et al., 2017).

Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan

cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang

berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang

dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih

akan meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif. Oleh karena itu,

mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai

usia harapan hidup yang lebih panjang.(Depkes RI,2011). Indeks massa tubuh ini

2
ditemukan oleh Quetelet ahli statistik Belgia dari perhitungan secara konvensional

yaitu dengan membagi berat badan (dalam kilogram) dengan kuadrat dari tinggi

badan (dalam meter). Indeks massa tubuh diklasifikasikan menjadi underweight,

normal, overweight dan obesitas. Overweight menurut Departemen Kesehatan

Republik Indonesia adalah jika kelebihan berat badan jika IMT 25-27 kg/m2,

sedangkan obesitas diklasifikasikan dengan IMT >27 kg/m (Lailani, 2013).

Penelitian yang dilakukan di Australia terhadap 135 responden berusia 25-

62 tahun menyatakan bahwa semakin meningkatnya berat badan khususnya

kategori overweight dan obesitas maka durasi timbulnya gejala LBP juga

semakin meningkat dimana setiap peningkatan 5 kg massa tubuh akan

menyebabkan terjadinya peningkatan intensitas nyeri hingga 19%. (Urquhart et

al., 2011).

Low Back Pain merupakan penyebab utama berkurangnya aktivitas dan

absen kerja di seluruh dunia, yang menggambarkan beban ekonomi pada individu,

keluarga, komunitas, industri, dan pemerintah. Pada kategori negara pendapatan

rendah dan pendapatan tinggi, tingkat LBP bervariasi dua kali lipat atau lebih.

Secara keseluruhan, LBP lebih tinggi pada populasi umum pada beberapa Negara

dengan pendapatan tinggi dibanding daerah dengan pendapatan rendah, secara

spesifik 2-4 kali lebih tinggi pada populasi Negara maju seperti Swedia, Jerman,

Belgia dibandingkan dengan Negara petani seperti Nigeria, Cina Selatan,

Indonesia, dan Filipina (Haumahu et al., 2016).

Salah satu profesi yang rentan terkena nyeri punggung adalah guru. Hasil

penelitian yang dilakukan pada guru di cina menunjukkan angka kejadian LBP

3
sebanyak 45,6%, dan salah satu penyebab utama guru pensiun adalah keluhan

musculoskeletal, dimana LBP merupakan keluhan yang paling sering terjadi di

kalangan guru (Yue, Liu, & Li, 2012). Studi cross sectional dilakukan di sembilan

sekolah dasar di Lembah Klang malaysia. Dimana sekolah-sekolah tersebut

dipilih secara acak dari daftar yang diperoleh dari Departemen Pendidikan

Malaysia bahwa prevalensi LBP adalah 40,4% dari 272 responden (Nurul et al.,

2010). Hasil penelitian di sekolah dasar di kecamatan tuminting propinsi Sulawesi

utara juga menunjukkan bahwa prevalensi LBP pada guru sekitar 81% (Haumahu

et al., 2016).

Guru Sekolah saat ini cenderung memiliki aktivitas yang meningkat

dimana guru bekerja selama 40 jam dalam seminggu, dengan jadwal mengajar

selama 24 jam dalam satu minggu. Duduk dan berdiri yang lama, bekerja dengan

menggunakan komputer, serta mengoreksi kertas ujian adalah faktor yang paling

memberatkan terjadinya LBP. Prevalensi LBP lebih tinggi pada guru sekolah

menengah daripada guru sekolah dasar, hasil penelitian yang dilakukan di Iran

dari 9 sekolah dasar dengan 286 guru diperoleh prevalensi LBP sekitar 11,9%-

18,9% sementara 13 guru sekolah menengah dengan 364 guru diperoleh hasil

31,66%-54,23%, sehingga guru sekolah menengah lebih beresiko LBP

dibandingkan dengan guru sekolah dasar (Bandpei et al., 2014).

Dari hasil observasi di SMAN 21 Tamalanrea Makassar terdapat 75 orang

guru, yang terdiri dari 55 guru berstatus ASN dan 20 orang berstatus guru tidak

tetap, dan dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap 7 orang guru didapatkan

3 diantaranya mengalami Low Back Pain. Untuk itu peneliti tertarik melakukan

4
penelitian terkait hubungan antara IMT terhadap kasus low back pain pada guru di

SMAN 21 Tamalanrea Makassar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut diatas,sehingga menjadi

landasan bagi peneliti untuk melakukan penelitian tersebut maka dapat

dirumuskan masalah penelitian ini yaitu :Apakah ada hubungan antara Indeks

Massa Tubuh dengan kasus low back pain pada guru di SMAN 21 Tamalanrea

Makassar ?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara Indeks Massa Tubuh terhadap kasus

low back pain pada guru di SMAN 21 Tamalanrea Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi indeks massa tubuh berdasarkan jenis kelamin

pada guru di SMAN 21 Tamalanrea Makassar.

b. Mengetahui distribusi Low Back Pain pada guru di SMAN 21

Tamalanrea Makassar.

c. Mengetahui distribusi Low Back Pain berdasarkan usia pada guru di

SMAN 21 Tamalanrea Makassar.

d. Mengetahui distribusi Low Back Pain berdasarkan masa kerja pada

guru di SMAN 21 Tamalanrea Makassar.

5
e. Mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh dengan Low Back

Pain pada guru di SMU Neg.21 Tamalanrea Makassar.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat aplikatif secara klinis

Diharapkan penelitian ini menjadi salah satu sumber informasi bagi

lembaga terkait dalam penentuan kebijakan pembangunan kesehatan

dalam hal ini Indeks massa tubuh hubungannya dengan kasus Low Back

Pain.

2. Manfaat pengembangan ilmu

Hasil penelitian ini diharapkan mampu mengkaji hubungan antara indeks

massa tubuh dengan Low Back Pain pada guru di SMU Neg 21

Tamalanrea Makassar.

3. Manfaat bagi peneliti

Bagi peneliti sendiri merupakan pengalaman berharga dalam rangka

menambah wawasan keilmuan serta pengembangan diri melalui penelitian

lapangan.

6
7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Indeks Massa Tubuh

1. Defenisi Indeks Massa Tubuh

Indeks massa tubuh didefenisikan sebagai berat badan (BB) dalam kg

dibagi dengan tinggi badan (TB) dalam m2 (kg/m2). Indeks massa tubuh

(IMT) merupakan indeks sederhana yang sering digunakan untuk

mengklasifikasikan obesitas pada anak dan dewasa dan merupakan acuan

baku yang telah direkomendasikan oleh World Health Organization

(WHO)(Haris & Tambunan, 2016)

Penggunaan rumus indeks massa tubuh ini hanya dapat diterapkan pada

seseorang yang berusia antara 19 hingga 70 tahun, dengan beberapa syarat

antara lain memiliki struktur tulang belakang yang normal, tidak melakukan

olahraga pembentukan tubuh seperti binaragawan ataupun atlet, dan bagi

perempuan tidak dalam kondisi hamil ataupun menyusui. Pengukuran IMT

ini dapat digunakan terutama jika pengukuran tebal lipatan kulit tidak dapat

dilakukan atau nilai bakunya tidak tersedia (Pradana, Seno, & Puruhita,

2014) . Di Indonesia IMT dikategorikan menjadi 4 tingkatan yaitu kurus,

normal, gemuk dan obesitas (Putra, 2018)

Menurut Lisbet dalam (Rakhmawati, 2009), Indeks massa tubuh atau

Quetelet’s Index merupakan cara untuk memperkirakan obesitas yang

berkorelasi tinggi dengan massa lemak tubuh. Pengukuran ini dinilai paling

7
baik untuk populasi dewasa karena memiliki tingkat kesalahan yang kecil

dan mudah pelaksanaanya,bahkan bila dilakukan oleh tenaga yang sedikit

terlatih. Hanya saja penggunaan IMT ini tidak menunjukkan presentasi

lemak tubuh seseorang. IMT dapat digunakan untuk menentukan seberapa

besar seseorang dapat terkena resiko penyakit tertentu yang disebabkan

karena berat badannya termasuk diantaranya low back pain.

Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:

Berat badan (Kg)


IMT = [ Tinggi Badan (m)]2

Presentasi lemak tubuh berbeda berdasarkan Negara, budaya dan ras

sehingga WHO menetapkan klasifikasi IMT berdasarkan populasi yaitu

populasi eropa dan asia, Hal ini disebabkan karena presentasi lemak tubuh

untuk populasi Asia lebih tinggi dari populasi eropa, yang menunjukkan

adanya nilai cut off IMT untuk obesitas yang spesifik untuk populasi

tertentu, oleh karena itu untuk Klasifikasi IMT populasi asia pasifik WHO

menetapkan jika ≥25 kg/m2 dikelompokkan ke dalam obesitas sedangkan di

indonesia, dikatakan obesitas bila memiliki IMT >27 kg/m2.(Rakhmawati,

2009)

Tabel 1. Kategori IMT wilayah Asia Pasifik

No. Klasifikasi IMT ( kg/m2)

1. Berat badan kurang < 18,5

2. Berat badan normal 18,5-22,9

3. Berat badan lebih > 23

8
4. - Overweight 1 23-24,9

5. - Overweight 2 25-29,9

6. - Obesitas > 30

Sumber : Rakhmawati,2009

Tabel 2. Klasifikasi IMT Dewasa menurut Kemenkes RI (2003)

Kategori IMT ( kg/m2)

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0

Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4

Normal 18,5 – 25,0

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0

Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0

Sumber : Gizi Depkes.go.id

2. Komponen Indeks Massa Tubuh

a. Tinggi Badan

Menurut Arisman dalam (Pradana et al., 2014) Pengukuran tinggi

badan dilakukan dalam keadaan berdiri tegak lurus,tanpa menggunakan

alas kaki, kedua tangan merapat ke badan, punggung dan bokong

menempel pada dinding serta pandangan di arahkan ke depan. Kedua

lengan tergantung relaks di samping badan. Bagian pengukur yang dapat

bergerak disejajarkan dengan bagian teratas kepala (vertex) dan harus

diperkuat pada rambut kepala yang tebal.

9
b. Berat badan

Menurut Arisman dalam (Pradana et al., 2014). Berat badan

sebaiknya diukur pada pagi hari saat bangun tidur sebelum makan pagi.

Timbangan badan perlu dikalibrasi pada angka nol sebagai permulaan dan

memiliki ketelitian 0,1kg. Berat badan dapat dijadikan sebagai ukuran

yang reliable dengan mengkombinasikan dan mempertimbangkannya

terhadap parameter lain seperti tinggi badan, dimensi kerangka tubuh,

proporsi lemak, otot, tulang dan komponen berat patologis seperti edema

dan splenomegaly.

3. Kelebihan dan Kekurangan Indeks Massa Tubuh

a. Kelebihan Indeks Massa Tubuh

Indeks massa tubuh memiliki kelebihan yaitu biaya yang dibutuhkan

temasuk murah, pengambilan data yang diperlukan hanya berupa hasil

pengukuran berat badan dan tinggi badan sehingga memudahkan

dalam membaca hasilnya yang disesuaikan dengan nilai standar yang

telah dinyatakan dalam table IMT, sehingga siapapun mudah

melakukannya bahkan dengan pelatihan yang sedikit (Pradana et al.,

2014).

b. Kelemahan Indeks Massa Tubuh

Indeks massa tubuh tidak dapat diterapkan diantaranya pada :

1) Olahragawan

Seseorang yang sering berolahraga ataupun yang terlatih

berolahraga memiliki massa otot yang tinggi dan cenderung

10
memiliki kategori obesitas meskipun kadar lemak tubuh mereka

rendah, terutama pada binaragawan.

2) Anak-anak dan remaja

Pengukuran IMT pada anak-anak dan remaja baiknya menggunakan

nilai persentil yang dibedakan antara usia dan jenis kelamin karena

kecepatan pertambahan berat badan dan tinggi badan pada anak dan

remaja tidak berlangsung dalam waktu yang sama, jumlah lemak

tubuh pun berubah seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan

seseorang yang dibedakan pula berdasarkan jenis kelaminnya.

3) Bangsa yang berbeda

IMT Tidak akurat pada bangsa tertentu karena perbedaan komposisi

tubuh yang berbeda sehingga memerlukan beberapa modifikasi

untuk IMT. Bangsa barat seperti negara di benua Eropa dengan IMT

24.9 kg/m2 termasuk dalam kategori normal, namun bagi bangsa

Asia dengan IMT 24.9 kg/m2 sudah masuk dalam kategori BB lebih

(Pradana et al., 2014).

4. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan IMT

a. Usia

Indeks massa tubuh lebih (obesitas) beresiko terjadi pada umur

40-60 tahun di banding umur 40 tahun kebawah. Dan akan menurun

atau menetap setelah usia 60 tahun. Keadaan ini disebabkan karena

11
lambatnya proses metabolisme, berkurangnya aktivitas fisik, dan

frekuensi konsumsi pangan yang lebih sering (Pradana et al., 2014).

b. Jenis Kelamin

Menurut Hill dalam (Kusuma & Pinandita, 2011) menyatakan

bahwa laki-laki lebih banyak yang termasuk dalam kategori berat

badan lebih dibandingkan perempuan, tetapi kategori obesitas lebih

tinggi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini

disebabkan oleh distribusi lemak tubuh yang berbeda berdasarkan jenis

kelamin. Laki-laki cenderung mengalami obesitas visceral (abdominal)

dan pada perempuan tempat penyimpanan lemak banyak pada area

gluteal femoral. Terjadinya proses fisiologis dipercaya dapat

berkontribusi terhadap meningkatnya simpanan lemak pada

perempuan. Umumnya wanita memiliki presentase lemak tubuh yang

lebih tinggi dari pria. Hal ini disebabkan oleh perbedaan hormonal

pada pria dan wanita.

c. Genetik

Menurut Hill dalam (Kusuma & Pinandita, 2011)menyatakan

bahwa terdapat beberapa bukti yang menunjukkan bahwa faktor

genetik dapat mempengaruhi berat badan seseorang. Biasanya

berhubungan erat dengan generasi pertama dan diperkirakan lebih dari

40% variasi IMT disebabkan oleh faktor genetik. Orangtua obesitas

berpeluang 80% menghasilkan proporsi anak-anak obesitas dan kurang

dari 10% memiliki berat badan normal.

d. Pola Makan

12
Menurut Abramovitz dalam (Kusuma & Pinandita, 2011)

menyatakan bahwa pola makan adalah pengulangan susunan makanan

yang dapat dilihat ketika makanan itu dimakan.Terutama sekali

berkenaan dengan jenis dan proposinya, dan atau kombinasi makanan

yang dimakan oleh individu, masyarakat atau sekelompok populasi.

Kenyamanan modern dan makanan siap saji juga berkontribusi

terhadap epidemi obesitas. Banyak keluarga yang mengkonsumsi

makanan siap saji yang mengandung tinggi lemak dan tinggi gula.

Alasan lain yang meningkatkan kejadian obesitas yaitu peningkatan

porsi makan. Hal ini terjadi di rumah makan, restoran siap saji dan

rumah. Penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang

mengkonsumsi makanan tinggi lemak lebih cepat mengalami

peningkatan berat badan dibanding mereka yang mengkonsumsi

makanan tinggi karbohidrat dengan jumlah kalori yang sama. Ukuran

dan frekuensi asupan makanan juga mempengaruhi peningkatan berat

badan dan lemak tubuh.

e. Kebiasaan Merokok

Data Riskesdas dalam (Kusuma & Pinandita, 2011) menyatakan

bahwa kecenderungan seseorang untuk mengalami peningkatan berat

badan dapat diakibatkan oleh beberapa faktor misalnya berhenti

merokok. Merokok menyebabkan peningkatan rasio metabolism dan

cenderung untuk menurunkan intake makanan dibandingkan dengan

orang yang tidak merokok. Prevalensi penduduk merokok setiap hari

tinggi pada kelompok usia produktif (25-64 tahun). Pada saat ini

13
prevalensi perokok pada laki-laki 11 kali lebih tinggi dibandingkan

dengan perempuan, tetapi rerata rokok dihisap oleh perokok

perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki (16 batang dan

12 batang).

f. Aktifitas Fisik.

Menurut Wardlaw dalam (Kusuma & Pinandita, 2011)

menyatakan bahwa Aktifitas fisik mencerminkan gerakan tubuh yang

disebabkan oleh kontraksi otot menghasilkan energy ekspenditur.

Berjalan kaki, bertanam, menaiki tangga, bermain bola, menari,

merupakan aktifitas fisik yang baik untuk dilakukan. Untuk

kepentingan kesehatan, aktifitas fisik haruslah sedang atau bertenaga

serta dilakukan kurang lebih 20 menit setiap harinya setiap minggu.

Untuk penurunan berat badan atau mencegah peningkatan berat badan,

dibutuhkan aktifitas fisik sekitar 60 menit dalam sehari. Pada masa

sekarang level aktifitas fisk telah menurun secara drastis dalam 50

tahun terakhir, seiring dengan pengalihan buruh manual dengan mesin

dan peningkatan penggunaan alat bantu di rumah tangga, transportasi

dan leisure (rekreasi). Rendahnya aktifitas fisik merupakan faktor

risiko untuk peningkatan berat badan dan sekali atau dua kali jalan-

jalan pendek setiap hari minggu tidak cukup untuk

mengompensasinya. Sebagai contoh, latihan fisik selama 30 menit per

hari yang dianjurkan oleh American Heart Foundation dan WHO tidak

cukup untuk mencegah peningkatan berat badan dan obesitas. Latihan

fisik yang dibutuhkan ialah selama 45-60 menit per hari.

14
g. Berat Badan Ideal

Menurut Poedyasmoro dalam (Kusuma & Pinandita, 2011)

menyatakan bahwa penampilan seseorang sangat di tentukan oleh

bentuk tubuhnya sendiri yang merupakan perbandingan antara tinggi

badan dengan berat badan. Perbandingan yangideal akan menghasilkan

postur tubuh yang ideal pula. Tinggi badan seseorang pada umur

tertentu tidak akan berubah lagi, sedangkan berat badan masih besar

kemungkinan untuk berubah. Oleh karena itu berat badan ideal akan

menentukan penampilan seseorang. Yang lebih penting adalah dari sisi

kesehatan. Kelebihan berat badan akan membawa resiko munculnya

penyakit seperti tekanan darah tinggi, gangguan pernafasan, jantung

koroner, gangguan pernafasan, diabetes, stroke dan lain sebagainya.

B. Tinjauan Umum Low Back Pain

1. Defenisi Low Back Pain

Low back pain adalah suatu periode nyeri di punggung bawah yang

berlangsung lebih dari 24 jam, yang didahului dan diikuti oleh 1 bulan atau

lebih tanpa nyeri punggung bawah. Disebutkan pula bahwa LBP adalah

nyeri dan ketidak nyamanan yang terlokalisasi di bawah sudut iga terakhir

(costal margin) dan diatas lipat bokong bawah dengan atau tanpa nyeri pada

daerah tungkai. LBP termasuk salah satu dari gangguan akibat dari

mobilisasi yang salah. Penyebab umum yang sering terjadi adalah regangan

otot serta bertambahnya usia yang menyebabkan intensitas berolahraga dan

intensitas bergerak semakin berkurang sehingga otot- otot pada punggung

15
dan perut yang berfungsi mendukung tulang belakang menjadi lemah

(Tanderi et al., 2017).

Nyeri yang dirasakan pada LBP bisa tumpul atau tajam, tersebar atau

terlokalisir. Bila nyeri bersifat akut dan berat disebut lumbago. Bila nyeri

menjalar ke pantat sampai paha belakang dan kaki disebut sciatica.

Umumnya episode LBP berlangsung singkat, namun resiko kekambuhanya

sangat tinggi (Ramadhani & Wahyudati, 2015)

Menurut Yuliana (2011) Low back pain berdasarkan International

Association for the Study of Pain (IASP) terdiri dari :

a. Lumbar Spinal Pain yaitu nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh

garis transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus dari

vertebra thorakal terakhir, inferior oleh garis transversal imajiner yang

melalui ujung prosesus spinosus dari vertebra sakralis pertama dan lateral

oleh garis vertikal tangensial terhadap batas lateral spina lumbalis.

b. Sacral Spinal Pain yaitu nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh garis

transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus vertebra

sakralis pertama, inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui

sendi sakrokoksigeal posterior dan lateral oleh garis imajiner melalui

spina iliaka superior posterior dan inferior.

c. Lumbosacral Pain yaitu nyeri di daerah 1/3 bawah daerah lumbar spinal

pain dan1/3 atas daerah sacral spinal pain (Yuliana,2011).

16
Menurut Amigoro (2014) membagi low back pain berdasarkan

perjalanan kliniknya yaitu :

1) Low back pain Akut

Rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba, rentang waktunya

hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri

ini dapat hilang atau sembuh. low back pain akut dapat disebabkan karena

luka traumatic seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat

hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan,

juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih

serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh

sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri pinggang acute

terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik.

2) Low back pain Kronik

Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 6 bulan atau rasa nyeri yang

berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset

yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. low back pain

kronik dapat terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses

degenerasi discus intervertebralis dan tumor (Amigoro, Santoso, S Fis, &

Wahyuni, 2014).

2. Klasifikasi Low Back Pain

Berdasarkan struktur anatomisnya LBP terdiri dari beberapa tingkatan

yaitu :

a. Low Back Pain Primer

17
Nyeri yang disebabkan oleh adanya kelainan pada struktur di sekitar

lumbal yang meliputi kelainan atau cedera pada ligament, otot, pesendian,

maupun persarafannya.

b. Low Back Pain Sekunder

Nyeri yang disebabkan oleh kelainan pada struktur di luar lumbal.

c. Low Back Pain Referal

Nyeri yang disebabkan oleh struktur lain diluar sendi lumbal yang

menjalar hingga ke lumbal (Wibowo, 2017) .

3. Etiologi Low Back Pain

Menurut Fauci AS Low back pain dapat disebabkan oleh berbagai

kelainan yang terjadi pada tulang belakang, otot, diskus intervertebralis,

sendi, maupun struktur lain yang menyokong tulang belakang. Kelainan

tersebut antara lain kelainan kongenital atau kelainan perkembangan yang

terdiri dari spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis, spina bifida,

gangguan korda spinalis, trauma minor yaitu regangan dan cedera whiplash,

fraktur atau traumatik yaitu jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor,

atraumatik yaitu osteoporosis, infiltrasi neoplastik, steroid eksogen, herniasi

diskus intervertebral, degeneratif: kompleks diskus-osteofit, gangguan

diskus internal, stenosis spinalis dengan klaudikasio neurogenik, gangguan

sendi vertebral, gangguan sendi atlantoaksial (misalnya arthritis reumatoid),

arthritis: spondilosis, artropati facet atau sakroiliaka, autoimun (misalnya

ankylosing spondilitis, sindrom reiter), neoplasma: metastasis, hematologic,

tumor tulang primer, infeksi/inflamasi: osteomyelitis vertebral, abses

epidural, sepsis diskus, meningitis, arachnoiditis lumbalis, metabolik:

18
osteoporosis, hiperparatiroid, imobilitas, osteosklerosis (misalnya penyakit

paget), vaskular: aneurisma aorta abdominal, diseksi arteri vertebral , dan

lainnya seperti nyeri alih dari gangguan visceral, sikap tubuh, psikiatrik,

pura-pura sakit serta sindrom nyeri kronik (Andini, 2015).

Penyebab LBP yang paling banyak adalah sistem neuromuskuloskeletal.

LBP dapat pula merupakan nyeri rujukan dari gangguan sistem

gastrointestinal, sistem genitorinaria atau sistem kardiovaskuler. Proses

infeksi, neoplasma dan inflasi daerah panggul dapat juga menimbulkan LBP.

Penyebab sistem neuromuskuloskeletal dapat diakibatkan beberapa faktor,

antara lain otot, discus intervertebralis, sendi apofiseal anterior dan

sakroiliaka, kompresi saraf / radiks, metabolik, psikogenik, dan umur

(Dachlan, 2009).

Menurut Borrenstein factor penyebab LBP utamanya berasal dari faktor

mekanik yang diklasifikasikan menjadi 2 kategori yaitu :

a. Faktor mekanik static yang merupakan deviasi sikap atau postur tubuh

yang menyebabkan peningkatan sudut lumbosakral (sudut antara segmen

Vertebra L5 dan Vertebra S1) yang normalnya 30°-34°, atau peningkatan

lengkung lordotik lumbal dalam waktu yang cukup lama, serta

menyebabkan pergeseran titik pusat berat badan (center of gravity/CoG),

yang normalnya berada di garis tengah sekitar 2,5 cm di depan segmen

Vertebra S2. Peningkatan sudut lumbosakral dan pergeseran CoG tersebut

akan menyebabkan peregangan pada ligamen dan berkontraksinya otot-

otot yang berusaha untuk mempertahankan postur tubuh yang normal,

19
akibatnya dapat terjadi sprain atau strain pada ligamen atau otot-otot

sekitar punggung bawah yang menimbulkan nyeri. Kemudian sikap tubuh

atau postur yang jelek adalah adalah sikap berdiri membungkuk ke depan,

tidak tegak, kepala menunduk, dada datar, dinding abdomen menonjol

dan punggung bawah sangat lordotik. Keadaan ini akan membuat titik

berat badan akan jatuh ke depan. Sebagai kompensasi punggung harus

ditarik kebelakang dan akan menimbulkan hiperlordosis lumbal. Hal ini

bila berlangsung lama akan menimbulkan kelelahan otot dan rangsangan

pada ligamen-ligamen yang akan dapat menimbulkan rasa nyeri.

b. Faktor mekanik dinamik atau kinetik yaitu terjadinya stress atau beban

mekanik abnormal pada struktur jaringan (ligamen atau otot) di daerah

punggung bawah saat melakukan gerakan. Stress atau beban mekanik

tersebut melebihi kapasitas fisiologis atau toleransi otot maupun ligamen

di daerah punggung bawah. Gerakan yang potensial menimbulkan nyeri

punggung bawah muskuloskeletal adalah gerakan kombinasi terutama

fleksi dan rotasi, dan bersifat repetitif, apalagi disertai dengan beban,

misalnya ketika sedang mengangkat beban yang berat (Fatoni & Swasti,

2009),.

4. Patofisiologi Low Back Pain

Penyebab low back pain secara mekanik sangat beragam

diantaranya struktur anatomi dan elemen dari vertebra lumbal seperti otot,

tulang , tendon, ligament dan diskus yang memiliki peranan dalam

menyebabkan LBP. Pergerakan dari vertebra lumbal secara biomekanik

yang menjadi faktor terbesar dari risiko terjadinya LBP adalah ketika

20
menekuk ke depan, memutar, dan ketika mengangkat beban berat tanpa

melebarkan kedua lengan. Beban dalam durasi singkat dikompensasikan

oleh serat kolagen annulus di diskus. Sedang pembebanan yang terus

meneru terjadi pada diskus meningkatkan tekanan pada annulus fibrosus

dan meningkatkan tekanan pada end plate diskus. Ketika annulus dan end

plate intak gaya yang diberikan oleh beban dapat ditahan dengan baik, hal

ini desebabkan oleh gaya tekanan dari otot yang bersamaan dengan gaya

beban dapat meningkatkan tekana intra diskus yang akan melebihi

kekuatan serat annulus.(Hills, 2012)

Faktor penyebab terjadinya nyeri pada tulang belakang salah

satunya disebabkan oleh gangguan biomekanik pada diskus

intervertebralis, terjadi sensitasi pada nerve ending oleh pelepasan

mediator kimia, dan pertumbuhan neurovascular pada diskus yang

mengalami degenerasi. Diskus yang mengalami degenerasi ditandai

dengan pertumbuhan serabut saraf dan vascular di dalam annulus

fibrosus. Struktur diskus yang berkurang menggagu system penahan

beban diskus dan kemiringan kolumna spinalis, termasuk sendi facet,

ligament, dan otot paraspinal menyebabkan nyeri meningkat (Biyani &

Andersson, 2004).

Nyeri pada tulang belakang maupun pada akar saraf dapat terjadi

walaupun tidak ada perubahan morfologi. Seseorang bahkan tidak

mengeluhkan rasa nyeri ketika sudah terdapat tanda degenerasi. bahkan

nucleus pulposus mengalami inflamasi dan perubahan degenerative

dengan kerusakan akar saraf tanpa kompresi mekanik. Saat ini, teori yang

21
umum digunakan yaitu konsep nyeri oleh mediator kimia local dari

jaringan yang mengalami cedera. Mediator kimia yang berperan terhadap

nyeri adalah Fosfolipase A2, nitrit oksida, matrikx metalloproteinase, IL-

1, TNF-α, Prostaglandin E2, CGRP (calcitonin-gene related peptide),

glutamate, substansi P, IL-6, TIMP-1 (Tissue Inhibitor

Metalloproteinase), Superfamily TGF-β, IGF-1, PDGF. Bersama dengan

inhibitor dari sitokin terisolasi ,sehingga fungsi inhibisi terhadap sitokin

berkurang Proliferasi vascular dan sensory nerve yang mengandung

CGRP terdapat di bagian end plate dan korpus vertebra yang berdekatan

dengan diskus yang mengalami degenerasi. Peningkatan densitas dari end

plate dan korpus vertebra berfungsi sebagai pain generator pada pasien

yang mengalami degenerasi pada diskus intervertebralis (Biyani &

Andersson, 2004).

Nyeri dapat pula terjadi jika saraf sensoris perifer atau nociceptor

dipicu oleh rangsangan mekanik kimiawi dan thermal sehingga impuls

nyeri dihantarkan ke serabut afferent cabang spinal dari medula spinalis

impuls diteruskan ke otak melalui traktus spinotalamikus kolateral.

Selanjutnya akan memberikan respon terhadap impuls saraf tersebut.

Respon tersebut berupa upaya untuk menghambat atau mensupresi nyeri

dengan pengeluaran substansi peptide endogen yang mempunyai sifat

analgesik yaitu endorphin. Disamping itu impuls nyeri yang mencapai

medulla spinalis, akan memicu respon reflek spinal segmental yang

menyebabkan spasme otot dan vasokonstriksi. Spasme otot yang terjadi

disini adalah merupakan suatu mekanisme proteksi, karena adanya

22
spasme otot akan membatasi gerakan sehingga dapat mencegah kerusakan

lebih berat, namun dengan adanya spasme otot, juga terjadi

vasokonstriksi pembuluh darah yang menyebabkan ischemia dan

sekaligus menjadi titik picu terjadinya nyeri (Meliala & Pinzon, 2004).

Ischemia terjadi akibat dari penimbunan asam laktat berlebih

didalam jaringan, sebagai konsekuensi dari metabolism anaerobic. Dan

kemungkinan adanya keterlibatan unsur kimiawi lain seperti bradykinin

dan enzim proteolytic terbentuk dalam jaringan karena kerusakan sel.

Kedua enzim yang terlibat dan akumulasi asam laktat dalam jaringan

dapat merangsang ujung-ujung saraf nyeri (reseptor nyeri) (Hall, 2015).

Spasme otot merangsang reseptor nyeri mechanosensitive,

mengompresi pembuluh darah sehingga menyebabkan ischemia. Hal ini

akan menciptakan pelepasan substance kimiawi penyebab nyeri. Adanya

spasme otot menyebabkan ketidakseimbangan otot abdominal dan

paravertebrae, maka akan membatasi mobilitas lumbal terutama untuk

gerakan membungkuk(fleksi) dan memutar(rotasi). Nyeri dan spasme otot

seringkali membuat individu takut menggunakan otot-otot punggungnya

untuk melakukan gerakan lumbal, selanjutnya akan menyebabkan

perubahan fisiologi pada otot tersebut yaitu berkurangnya massa otot dan

penurunan kekuatan otot, akhirnya menimbulkan gangguan aktivitas

fungsionalnya (Hall, 2015).

23
5. Faktor Resiko Low Back Pain

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya low back pain antara lain

adalah faktor individu, faktor pekerjaan dan faktor lingkungan. Faktor

individu dapat dilihat berdasarkan faktor-faktor berikut yaitu :

a. Usia

Keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja 25-65 tahun.

Insiden LBP tertinggi pada umur 35-55 tahun, tingkat keluhan akan

terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini terjadi

karena pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai

menurun, sehingga resiko terjadi keluhan otot meningkat. dan semakin

meningkat dengan bertambahnya umur. Sejalan dengan meningkatnya

usia akan terjadi degenerasi pada tulang dan keadaan ini mulai terjadi

disaat seseorang berusia 30 tahun (Ramadhani & Wahyudati, 2015)

Menurut (Lailani, 2013) meningkatnya usia maka risiko untuk

mengalami LBP juga semakin meningkat dikarenakan adanya

hubungan dari penurunan fungsi diskus intervertebralis dan penurunan

dari fungsi kondrosit. Proses penuaan menyebabkan terjadinya

penurunan kemampuan dalam aktivitas sintesis sel yang baru,

penurunan kemampuan pembentukan matriks dan penurunan

penyampaian sinyal faktor pertumbuhan seperti IGF, FGF dan TGF-β.

Selain itu proses penuaan juga menyebabkan terjadi peningkatan

denaturasi dari kolagen sehingga mengakibatkan berkurangnya

elastisitas kondrosit. Perubahan pada tulang rawan ini akan

menyebabkan perubahan pada tulang subkondral berupa penebalan,

24
peningkatan densitas mineral tulang dan kemudian mengalami

pengapuran sehingga menyebabkan risiko seseorang mengalami nyeri

lebih mudah terjadi.

b. Jenis kelamin

Laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama terhadap

keluhan nyeri punggung, namun pada kenyatannya jenis kelamin

seseorang dapat mempengaruhi timbulnya keluhan LBP, utamanya

pada wanita karena adanya faktor dari hormon, penggunaan

kontrasepsi dan menopause yang terjadi pada perempuan

mempengaruhi peningkatan dan penurunan dari kadar estrogen.

Peningkatan estrogen pada proses kehamilan dan penggunaan

kontrasepsi menyebabkan terjadinya peningkatan hormon relaxin.

Meningkatnya kadar hormon relaxin dapat menyebabkan terjadinya

kelemahan pada sendi dan ligamen khususnya pada daerah pinggang.

Selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan kepadatan

tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen sehingga

memungkinkan terjadinya LBP (Lailani, 2013)

Low back pain pada wanita juga dipengaruhi oleh tingkat risiko

keluhan otot rangka. Hal ini terjadi karena secara fisiologis,

kemampuan otot wanita lebih rendah daripada pria (Andini, 2015).

Wanita usia diatas 60 tahun mempunyai resiko Low back pain yang

lebih besar karena cenderung terjadinya osteoporosis. Walaupun masih

ada pebedaan pendapat dari beberapa ahli tentang pengaruh jenis

kelamin terhadap resiko keluhan otot skeletal, namun beberapa hasil

25
penelitian secara signifikan menunjukan bahwa jenis kelamin sangat

mempengaruhi tingkat resiko keluhan otot.(Ramadhani & Wahyudati,

2015)

c. Indeks Massa Tubuh

Indeks Massa Tubuh yang meningkat dapat menyebabkan tonus

otot abdomen melemah, sehingga pusat gravitasi akan terdorong ke

depan tubuh dan menyebabkan lordosis lumbalis akan bertambah,

yang kemudian menimbulkan kelelahan pada otot paravertebra. Ketika

berat badan semakin bertambah, tulang belakang akan tertekan untuk

menerima beban sehingga mengakibatkan timbulnya stres mekanis

pada punggung bawah (Lailani, 2013). Daerah yang paling berbahaya

untuk menerima beban adalah daerah vertebra lumbal (Purnamasari et

al., 2010).

d. Masa Kerja

Low Back pain merupakan penyakit kronis yang membutuhkan

waktu yang lama untuk berkembang dan bermanifestasi. Semakin lama

waktu bekerja atau semakin lama seseorang terpajan faktor resiko

maka semakin besar pula risiko mengalami LBP (Putri, 2014). Pekerja

yang paling banyak mengalami keluhan LBP adalah pekerja yang

memiliki masa kerja >10 tahun dibandingkan dengan mereka dengan

masa kerja < 5 tahun ataupun 5-10 tahun (Umami et al., 2014).

e. Kebiasaan merokok

Kebiasaan Merokok dengan keluhan LBP disebabkan oleh

penurunan pasokan oksigen yang diikat oleh hemoglobin dan

26
berkurangnya oksigen darah akibat nikotin terhadap penyempitan

pembuluh darah arteri. Merokok dapat menurunkan kapasitas paru-

paru yang diakibatkan adanya kandungan karbonmonoksida sehingga

kemampuan untuk mengkonsumsi oksigen menurun dan sebagai

akibatnya tingkat kesegaran menurun. Apabila yang bersangkutan

melakukan tugas yang menuntut pengerahan tenaga maka akan mudah

lelah karena kandungan oksigen dalam darah rendah, pembakaran

karbohidrat terhambat, terjadinya penumpukan asam laktat, dan

akhirnya timbul nyeri (Ramadhani & Wahyudati, 2015).

f. Riwayat pendidikan

Pendidikan terakhir seseorang menunjukkan pengetahuannya

dalam melakukan pekerjaan dengan postur yang tepat. Pendidikan

seseorang juga menunjukkan tingkat pengetahuan yang diterima oleh

orang tersebut. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin

banyak pengetahuan yang didapatkan (Andini, 2015).

g. Aktifitas Fisik

Saat beraktivitas terjadi perubahan pada otot skeletal, yaitu adanya

peningkatan kekuatan otot termasuk pada komponen neural maupun

muskular. Peningkatan kekuatan otot juga diakibatkan oleh

meningkatnya massa otot, sehingga sistem muskuloskeletal mengalami

perubahan fisiologis, selain penambahan massa dan kekuatan otot

terdapat juga perubahan pada sendi dimana sendi tubuh dapat bergerak

lebih dinamis. Perubahan dari otot dan sendi ini menyebabkan tubuh

lebih tahan terhadap stress mekanik, sehingga orang dengan aktivitas

27
fisik sedang hingga tinggi diharapkan tidak mengalami nyeri punggung

bawah. Kurangnya aktivitas fisik memberikan kontribusi untuk nyeri

otot tulang kronis, yang mempengaruhi otot-otot, ligamen, tendon dan

tulang (Nur, 2016).

6. Anatomi Vertebra Lumbal

a. Columna vertebralis

Columna vertebralis atau rangkaian tulang belakang adalah struktur

lentur sejumlah tulang yang disebut vertebra atau ruas tulang belakang.

Diantara tiap dua ruas tulang pada tulang belakang terdapat bantalan

tulang rawan (Evelyn, 2009).

Columna vertebralis pada orang dewasa secara khas terdiri dari 33

vertebra yang tersusun dalam 5 regio yaitu 7 vertebra cervical,12

vertebra thoracicae, 5 vertebra lumbal, 5 vertebra sacrales, dan 4

vertebra coccygae. Columna vertebra dewasa memiliki panjang 72-75

cm,sekitar seperempatnya terbentuk oleh discus intervertebralis yang

memisahkan dan mengikat vertebra bersama-sama (Moore et al.,

2013).

Vertebra lumbal terletak diantara thoracal dan sacrum. Secara

umum terdiri dari corpus vertebra, arcus vertebra dan tujuh prosesus.

Corpus vertebra merupakan bagian anterior yang lebih masif, secara kasar

berbentuk silindris yang memberikan kekuatan pada collumna vertebralis

dan menopang berat tubuh (Moore et al., 2013).

28
Gambar 1. Struktur tulang vertebra lumbal

Sumber : Moore et al. 2013

Arcus vertebralis terletak di sebelah posterior corpus vertebra,

tersusun oleh dua (kanan dan kiri) pedikel dan lamina. Arcus vertebralis

dan permukaan posterior corpus vertebra membentuk foramen vertebralis.

Rangkaian foramina vertebralis yang berartikulasi membentuk kanalis

spinalis yang berisi medulla spinalis dan akar saraf spinalis (Moore et al.,

2013).

Susunan anatomis dan fungsi pada regio lumbal, terbagi dalam

segmentasi regional sebagai berikut :

a. Thoracolumbal Junction Merupakan daerah perbatasan fungsi antara

lumbar dengan thorac spine dimana th12 arah superior facet geraknya

terbatas, sedangkan arah inferior facet pada bidang sagital gerakan

utamanya flexion-extension luas. Pada gerak lumbal spine ‘memaksa’

th12 hingga Th10 mengikutinya.

b. Lumbal Spine

29
Vertebra lumbalis lebih besar dan tebal membentuk kurva lordosis

dengan puncak L3 c. Lumbosacral Joint sebesar 2–4 cm, menerima

beban sangat besar dalam bentuk kompresi maupun gerakan . Stabilitas

dan gerakannya ditentukan oleh facet, diskus, ligament dan otot

disamping corpus itu sendiri. Berdasarkan arah permukaan facet joint

maka facet joint cenderung dalam posisi bidang sagital sehingga pada

regio lumbal menghasilkan dominan gerak yang luas yaitu fleksi -

ekstensi lumbal.

c. Lumbosacral joint

L5-S1 merupakan daerah yg menerima beban sangat berat mengingat

lumbal mempunyai gerak yang luas sementara sacrum rigid (kaku).

Akibatnya lumbosacral joint menerima beban gerakan dan berat badan

paling besar pada regio lumbal.

d. Diskus Intervertebralis

Diskus intervertebralis pada orang dewasa memberikan kontribusi

sekitar ¼ dari tinggi spine. Diskus juga dapat memungkinkan gerak

yang luas pada vertebra. Setiap diskus terdiri atas 2 komponen yaitu :

1) Nukleus pulposus merupakan substansia gelatinosa yang berbentuk

jelly transparan, mengandung 90% air, dan sisanya adalah collagen

dan proteoglycans yang merupakan unsur-unsur khusus yang

bersifat mengikat atau menarik air. Nukleus pulposus tidak

mempunyai pembuluh darah dan saraf. Nukleus pulposus

mempunyai kandungan cairan yang sangat tinggi maka dia dapat

30
menahan beban kompresi serta berfungsi untuk mentransmisikan

beberapa gaya ke annulus & sebagai shock absorber.

2) Annulus fibrosus tersusun oleh sekitar 90 serabut konsentrik

jaringan collagen, serabutnya saling menyilang secara vertikal

sekitar 30o Diskus intervetebralis akan mengalami pembebanan

pada setiap perubahan postur tubuh. Tekanan yang timbul pada

pembebanan diskus intervertebralis disebut tekanan intradiskal

(Matondang & Sinaga,2013).

Gambar 2. Discus intervertebralis

Sumber : Moore et al. 2013.

3) Facet Joint

Facet joint dibentuk oleh processus articularis superior dari

vertebra bawah dengan processus articularis inferior dari vertebra atas.

Facet joint termasuk dalam non-axial diarthrodial joint. Setiap sendi

facet mempunyai cavitas articular dan terbungkus oleh sebuah kapsul.

31
(Matondang & Sinaga). Kapsul pada bagian ventral memiliki struktur

yang tipis dan terhubung dengan ligamentum flavum. Sepanjang

bagian superior dan inferior kapsul sendi dibentuk oleh resus yang

terisi dengan villi synovial ataupun bantalan lemak. Jaringan lemak

pada resus superior terhubung dengan jaringan lemak di saraf spinalis

(Peh, 2011).

Gambar 3. Facet Joint


Sumber : Moore et al., 2013

b. Otot-otot penggerak lumbal

a. Otot errector Spine

Merupakan group otot yang luas dan terletak dalam pada facia

lumbodorsal, serta muncul dari suatu aponeurosis pada sacrum,

cristailliaca dan procesus spinosus thoraco lumbal. Otot terdiri atas

: m.tranverso spinalis, m.longissimus, m.iliocostalis, m.spinalis,

m.paravertebral. Group otot ini merupakan penggerak utama pada

gerakan extensi lumbal dan sebagai stabilisator vertebra lumbal saat

tubuh dalam keadaan tegak.

b. Otot abdominal

32
Merupakan group otot ekstrinsik yang membentuk dan memperkuat

dinding abdominal. Pada group otot ini ada 4 otot abdominal yang

penting dalam fungsi spine, yaitu m.rectus abdominis, m.obliqus

external, m.obliqus internal dan m.transversalis abdominis. Group

otot ini merupakan fleksor trunk yang sangat kuat dan berperan

dalam mendatarkan kurva lumbal. Di samping itu m.obliqus internal

dan external berperan pada rotasi trunk.

Gambar 4. Otot Abdominal


Sumber : Moore et al.,2013.

c. Deep lateral muscle

Merupakan group otot intrinstik pada bagian lateral lumbal yang

terdiri dari m.quadratus Lumborum, m.Psoas, Group otot ini

berperan pada gerakan lateral fleksi dan rotasi lumbal (Matondang

& Sinaga,2013).

7. Nordic Body Map ( NBM )

Nordic body Map adalah salah satu metode pengukuran yang

bersifat subjektif untuk mengukur nyeri pada otot pekerja. Kuesioner

33
Nordic Body Map merupakan salah satu kuesioner checklist ergonomi

yang paling sering digunakan untuk mengertahui ketidaknyamanan pada

para pekerja karena telah terstandarisasi dan tersusun rapi (Aghnia,2017).

Kuesioner Nordic Body Map menggunakan gambar tubuh manusia

yang dibagi menjadi 9 bagian utama, yaitu :

a. Leher (bagian tubuh nomor 0 dan 1)

b. Bahu (bagian tubuh nomor 2 dan 3)

c. Punggung bagian atas (bagian tubuh nomor 5)

d. Siku (bagian tubuh nomor 10 dan 11)

e. Punggung bagian bawah (bagian tubuh nomor 7 dan 8)

f. Pergelangan tangan/tangan (bagian tubuh nomor 14,15,16,dan 17)

g. Pinggul/paha (bagian nomor 9,18, dan 19)

h. Lutut (bagian tubuh nomor20,21,22, dan 23)

i. Tumit/kaki (bagian tubuh nomor 24,25,26, dan 27)

Gambar 5: Bagian Tubuh Utama


Sumber : Aghnia,2017

34
Responden diminta untuk mengisi kolom kuesioner yang telah

disediakan berdasarkan ada atau tidaknya gangguan pada daerah tersebut

dan menetukan tingkat keluhan yang dirasakan, kemudian dilakukan

scoring berdasarkan tingkat keluhan yang dirasakan. Scoring keluhan atau

nyeri dikategorikan menjadi 4 yaitu tidak sakit bernilai 0, agak sakit

bernilai 1, sakit bernilai 2, dan sangat sakit bernilai 3. Dalam penelitian ini

menggunakan gambar bagian tubuh nomor 7 dan 8 yang menunjukkan

nyeri pada punggung bawah.

C. Tinjauan Umum tentang Hubungan Indeks Massa Tubuh Terhadap


Kejadian Low Back Pain.

Faktor penyebab terjadinya Low back pain diantaranya adalah Indeks massa

tubuh yang merupakan hasil dari berat badan dibagi dengan kuadrat tinggi badan.

Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih risiko timbulnya nyeri

pinggang lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat badan akan

meningkat yang memungkinkan terjadinya low back pain (Fatoni & Swasti,

2009).

Overweight dan obesitas adalah salah satu penyebab utama LBP. Overweight

didefinisikan sebagai berat badan yang melebihi berat badan normal, dengan

status Indeks Massa Tubuh (IMT) >25 kg/m2 pada orang dewasa, sedang obesitas

merupakan peningkatan berat badan melampaui batas kebutuhan fisik dan

skeletal, akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Overweight dan

35
obesitas sendiri merupakan suatu kondisi dimana perbandingan berat badan dan

tinggi badan melebihi standar yang ditentukan secara universal, namun

merupakan dua hal yang berbeda. Obesitas terjadi apabila besar dan jumlah sel

lemak bertambah pada tubuh. Faktor genetik berperan besar dalam terjadinya

obesitas, disamping dengan faktor risiko lain yang dapat dimodifikasi. Hubungan

antara lemak tubuh dan IMT ditentukan oleh bentuk tubuh dan proporsi tubuh.

Dari IMT dapat diketahui klasifikasi tiap populasi terhadap overweight maupun

obesitas (Utami et al., 2017).

Penelitian yang telah dilakukan pada 90 pasien Poliklinik Saraf di

RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto selama bulan Mei dari 90

responden yang diteliti diperoleh data tentang status gizi responden yang

overweight yaitu sebanyak 65,6%. Berdasarkan hasil uji chi-square pada analisis

adanya hubungan overweight dengan Low Back Pain menyatakan terdapat

hubungan antara overweight dengan Low Back Pain.(Purnamasari et al., 2010)

Berat badan berlebih dapat meningkatkan beban pada tulang belakang dan

tekanan pada diskus, struktur tulang belakang, serta herniasi pada diskus lumbalis.

Terdapat hubungan yang signifikan antara lama duduk dengan LBP. Kelebihan

berat badan akan disalurkan pada daerah perut yang menyebabkan penambahan

kerja tulang lumbal. Ketika berat badan bertambah, tulang belakang akan tertekan

untuk menerima beban yang membebani tersebut sehingga mengaki batkan

mudahnya terjadi kerusakan dan bahaya pada stuktur tulang belakang utamanya

verterba lumbal (Purnamasari et al., 2010).

36
Menurut Roland dalam (Lailani, 2013) peningkatan IMT dapat menyebabkan

tonus otot abdomen melemah yang menyebabkan pusat gravitasi akan terdorong

ke depan tubuh sehingga lordosis lumbalis akan bertambah, yang menimbulkan

kelelahan pada otot paravertebra. Ketika berat badan semakin bertambah, tulang

belakang akan tertekan untuk menerima beban yang membebani tersebut sehingga

mengakibatkan timbulnya stres mekanis pada punggung bawah.

37
D. Kerangka teori

Faktor
Individu

Usia Jenis Indeks Massa Masa Kerja


Kelamin Tubuh

↓Ketahanan Fisiologi ↑ Adiposit Mekanisme


Otot kemampuan otot tubuh
abdomen

Degenerasi Diskus Penekanan


Intervertebralis disc.intervertebralis

LBP

38
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel antara Variabel dependen


IMT - Stres mekanik pada LBP
punggung
(Indeks Massa - Kelemahan otot (Low Back Pain)
Tubuh) abdomen
- Peningkatan lordosis
lumbal
- Kelelahan otot
paravertebral
- Pembebanan
disc.intervertebralis

Variabel kontrol Variabel perancu


- Kriteria inklusi - Aktifitas fisik
dan eksklusi - Usia
Variabei Independen

Ket : = diteliti

= tidak diteliti

B. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka hipotesis penelitian sebagai berikut :

”Ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan kejadian Low back pain pada guru di

SMU Neg. 21 Tamalanrea Makassar”.

38
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian korelasional

dengan menggunakan pendekatan cross cectional, yang bertujuan menilai adanya

hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan Low Back pain Pada Guru di SMAN

21 Makassar.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SMAN 21 Tamalanrea Makassar pada bulan

Februari-Maret 2019

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua Guru yang ada di SMAN 21

Tamalanrea Makassar

2. Sampel

Sampel penelitian adalah Guru yang ada di SMAN 21 Tamalanrea Makassar

Tahun 2019, yang berjumlah 75 orang.

3. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampel jenuh atau total

sampling, dimana teknik pengambilan sampel sama dengan jumlah populasi. Hal

ini disebabkan karena jumlah populasi kurang dari 100 sehingga seluruh populasi

dijadikan sampel penelitian (Sugiyono,2011).

39
Peneliti menetapkan Kriteria sampel mencakup kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

a. Kreteria inklusi

1) Semua Guru yang mengajar di SMAN 21 Tamalanrea Makassar Tahun

2019.

2) Kooperatif dan bersedia mengikuti penelitian.

b. Kreteria eksklusi.

1) Menjalani program penurunan berat badan.

2) Menjalani program olahraga pembentukan tubuh.

3) Memiliki riwayat kelainan tulang belakang.

D. Alur penelitian

1. Berat badan responden diukur dalam kilogram (kg) menggunakan timbangan

berat badan digital.

2. Ukuran tinggi badan dinyatakan dalam sentimeter (cm). Responden diukur tinggi

badannya tetap menggunakan pakaian kerja dan melepaskan alas kaki.

3. Hasil pengukuran tersebut lalu dihitung indeks massa tubuhnya dengan rumus

berat badan (kg)/ tinggi badan² (m²). Lalu dikategorikan menjadi Kurus (<17,0),

Normal (18,5-25,0) dan Gemuk (>25,1).

4. Penyebaran kuisioner Nordic Body Map kepada responden yang memenuhi

kriteria inklusi.

40
Penelitian ini akan berlangsung dengan perencanaan sebagai berikut :

Persiapan kuisioner

Persiapan Penelitian
Persiapan alat ukur

Menentukan sampel
penelitian

Informed consent

Tidak Ya

Pengukuran IMT dan


pengisian kuisioner

Kriteria eksklusi Kriteria inklusi

Analisis dan pengolahan


data

41
E. Variabel Penelitian

Variabel Independen : Indeks massa tubuh

Variabel Dependen : Low Back Pain

F. Definisi Operasional

1. Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah berat badan dalam kilogram (diukur

dengan timbangan digital) dibagi dengan tinggi badan kuadrat dalam meter

(diukur dengan microtoise). Dengan Kriteria :

a. Kurus : <17,0

b. Normal : 18,5-25,0

c. Gemuk : >25,1

G. Low Back Pain adalah nyeri dan ketidak nyamanan yang terlokalisasi di

daerah punggung bawah dengan atau tanpa nyeri pada daerah tungkai

yang di nilai berdasarkan Nordic Body Map yang di tunjukkan oleh

gambar nomor 7 dan 8.

Kriteria penilaian tingkat keluhan :

a. Rendah : Total skor NBM 28-49

b. Sedang : Total skor NBM 50-70

c. Tinggi : Total skor NBM 71-91

d. Sangat tinggi : Total skor NBM 91-112

H. Prosedur penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer

diperoleh dengan cara mengukur berat badan dan tinggi badan serta memasukkan

dalam tabel IMT, Penyebaran Kuisioner, dan wawancara.

1. Pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT)

42
Tujuan: untuk menentukan IMT.

Alat dan bahan: timbangan digital, microtois, dan alat tulis.

Pelaksanaan:

a. Subjek diukur berat badannya dengan menggunakan timbangan yang telah

disediakan. Timbangan yang digunakan adalah timbangan manual.

b. Selanjutnya subjek diukur tinggi badannya dengan menggunakan

microtois.

c. Nilai berat dan tinggi badannya kemudian dicatat, untuk selanjutnya dicari

nilai indeks massa tubuhnya.

2. Low Back pain diukur dengan Nordic Body Map (NBM)

I. Rencana Pengolahan dan Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

Korelasional, Data yang diperoleh diolah dengan program komputer SPSS 16.0 for

Windows. Hubungan kausal didapat dengan menghitung Odd Ratio dari faktor

risiko dengan data. Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara

variable independen dengan variable dependen. Uji Chi Square untuk hipotesis satu

sisi dan mengetahui besar risiko (odd ratio) paparan terhadap kasus pada tingkat

kepercayaan 95% dengan menggunakan tabel 2x2. Nilai besarnya odd ratio

ditentukan dengan rumus PR= ad/bc, dimana nilai probabilitas dihitung dengan

cara p = OR/(1+OR).Penyajian data dilakukan setelah data diolah dan disajikan

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi serta tabel analisis pengaruh antara variabel

disertai narasi.

J. Masalah Etika

Dalam mengambil data sampel, peneliti memiliki beberapa aturan mengenai

masalah etika, antara lain :

a. Informed consent

43
Informed consent merupakan surat ‘kontrak’ antara peneliti dengan

responden, dan menjadi bukti atas kesediaan seseorang menjadi responden.

b. Anonymous

Anonymous berarti kesediaan peneliti untuk merahasiakan nama responden,

terkait dengan faktor-faktor tertentu.

c. Confidentiality

Untuk menjaga kerahasiaan dari sampel penelitian, peneliti hanya

menggunakan data yang tercantum di dalam kuisioner baik identitas maupun

jawaban dari pertanyaan kuisioner sebagai data primer penelitian. segala hal

yang tidak terkait dengan penelitian dirahasiakan sesuai kesepakatan antara

responden dan peneliti.

44
DAFTAR PUSTAKA

Aghnia, A. D. Pemetaan Keluhan Muskuloskeletal Disorders Berdasarkan Faktor


Risiko Pekerjaan Pekerja Produksi Bakso CV Unique Mandiri Perkasa
Bekasi Tahun 2017. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan, 2017,
Amigoro, S., Santoso, T. B., S Fis, M., & Wahyuni, S. (2014). Pengaruh
Besarnya Frekuensi Electromyostimulation Dan Exercise Terhadap Low
Back Pain (LBP) Pada Pengrajin Batik Di Surakarta. Universitas
Muhammadiyah Surakarta,
Andini, F. (2015). Risk factors of low back pain in workers. Jurnal Majority, 4(1).
Bandpei, M. A. M., Ehsani, F., Behtash, H., & Ghanipour, M. (2014).
Occupational low back pain in primary and high school teachers:
prevalence and associated factors. Journal of manipulative and
physiological therapeutics, 37(9), 702-708.
Biyani, A., & Andersson, G. B. (2004). Low back pain: pathophysiology and
management. JAAOS-Journal of the American Academy of Orthopaedic
Surgeons, 12(2), 106-115.
Dachlan, L. M. (2009). Pengaruh back exercise pada nyeri punggung bawah.
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Fatoni, H., & Swasti, K. G. (2009). Hubungan Sikap dan Posisi Kerja dengan Low
Back Pain pada Perawat Di RSUD Purbalingga. Jurnal Keperawatan
Soedirman, 4(3), 131-139.
Fitriyani, N. A., Febri, E., & Andari, D. (2017). HUBUNGAN ANTARA
OVERWEIGHT DENGAN NYERI PUNGGUNG BAWAH DI RSUD
KANJURUHAN KEPANJEN PERIODE JANUARI-DESEMBER
TAHUN 2013. Saintika Medika, 11(1), 39-44.
Hall, J. E. (2015). Guyton and Hall textbook of medical physiology e-Book:
Elsevier Health Sciences.
Haris, S., & Tambunan, T. (2016). Hipertensi pada sindrom metabolik. Sari
pediatri, 11(4), 257-263.
Haumahu, Y., Doda, D. V., & Marunduh, S. R. (2016). Faktor risiko yang
berhubungan dengan timbulnya nyeri punggung bawah pada guru SD di
Kecamatan Tuminting. Jurnal e-Biomedik, 4(2).
Hills, E. C. (2012). Mechanical lower back pain. In.
Isnain, M. (2013). HubunganAntaraTinggiHak Sepatu DanIndeks Massa Tubuh
(IMT) DenganKeluhanNyeriPinggangBawahpada Sales Promotion Girl
(SPG) Ramayana Salatiga. Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas
Diponegoro, 2(1).
Kusuma, B. J., & Pinandita, T. (2011). Rancang Bangun Aplikasi Mobile
Perhitungan Indeks Massa Tubuh dan Berat Badan Ideal. JUITA: Jurnal
Informatika, 1(4).
Lailani, T. M. (2013). Hubungan antara peningkatan indeks massa tubuh dengan
kejadian nyeri punggung bawah pada pasien rawat jalan di poliklinik saraf

45
RSUD Dokter Soedarso Pontianak. Jurnal Mahasiswa PSPD FK
Universitas Tanjungpura, 3(1).
Matondang, A. R., & Sinaga, M. Pengaruh Back Exercise terhadap Pengurangan
Nyeri Punggung Bawah Petugas Instalasi Rekam Medik RSUP H. Adam
Malik Medan Tahun 2013.
Meliala, L., & Pinzon, R. (2004). Patofisiologi dan Penatalaksanaan nyeri
punggung bawah. Paper presented at the Dalam: Meliala L, Rusdi I, Gofir
A, editor. Pain Symposium: Towards Mechanim Based Treatment,
Jogjakarta, hal.
Moore, K. L., Dalley, A. F., & Agur, A. M. (2013). Clinically oriented anatomy:
Lippincott Williams & Wilkins.
Nur, F. H. (2016). Hubungan Lama Duduk Saat Jam Kerja Dan Aktivitas Fisik
Dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) Pada
Karyawan Kantor Terpadu Pontianak Tahun 2014. Jurnal Mahasiswa
PSPD FK Universitas Tanjungpura, 3(1).
Nurul, I., Haslinda, A., Saidi, M., Shamsul, B., & Zailina, H. (2010). Prevalence
of low back pain and its risk factors among school teachers. American
Journal of Applied Sciences, 7(5), 634-639.
Peh, W. (2011). Image-guided facet joint injection. Biomedical imaging and
intervention journal, 7(1).
Pradana, A., Seno, K., & Puruhita, N. (2014). Hubungan Antara Indeks Massa
Tubuh (Imt) Dengan Nilai Lemak Viseral (Studi Kasus Pada Mahasiswa
Kedokteran Undip). Faculty of Medicine Diponegoro University,
Purnamasari, H., Gunarso, U., & Rujito, L. (2010). Overweight sebagai faktor
resiko low back pain pada pasien Poli Saraf RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto. Mandala of Health, 4(1), 26-32.
Putra, Y. W. (2018). INDEX MASSA TUBUH (IMT) MEMPENGARUHI
AKTIVITAS REMAJA PUTRI SMP NEGERI 1 SUMBERLAWANG.
Gaster| Jurnal Ilmu Kesehatan, 16(1), 105-115.
Putri, A. S. (2014). Hubungan Masa Kerja dan Posisi Kerja dengan Kejadian Low
Back Pain (LBP) pada Pekerja Pembersih Kulit Bawang di Unit Dagang
(UD) Bawang Lanang Kelurahan Iringmulyo Kota Metro.
Rakhmawati, A. (2009). Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh dengan Usia
Awal Andropause. Universitas Sebelas Maret,
Ramadhani, A. E., & Wahyudati, S. (2015). Gambaran Gangguan Fungsional Dan
Kualitas Hidup Pada Pasien Low Back Pain Mekanik. Jurnal Kedokteran
Diponegoro, 4(4), 264-272.
Tanderi, E. A., Kusuma, T. A., & Hendrianingtyas, M. (2017). Hubungan
Kemampuan Fungsional Dan Derajat Nyeri Pada Pasien Low Back Pain
Mekanik Di Instalasi Rehabilitasi Medik Rsup Dr. Kariadi Semarang.
Jurnal Kedokteran Diponegoro, 6(1), 63-72.
Umami, A. R., Hartanti, R. I., & Sujoso, A. D. P. (2014). Hubungan antara
Karakteristik Responden dan Sikap Kerja Duduk dengan Keluhan Nyeri
Punggung Bawah (Low Back Pain) Pada Pekerja Batik Tulis (The
Relationship Among Respondent Characteristic and Awkward Posture
with Low Back Pain in Batik Workers). Pustaka Kesehatan, 2(1), 72-78.
Urquhart, D. M., Berry, P., Wluka, A. E., Strauss, B. J., Wang, Y., Proietto, J., . . .
Cicuttini, F. M. (2011). 2011 Young Investigator Award winner: Increased

46
fat mass is associated with high levels of low back pain intensity and
disability. Spine, 36(16), 1320-1325.
Utami, N. A., Seno, K., & Panunggal, B. (2017). HUBUNGAN POLA MAKAN
DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OVERWEIGHT DAN
OBESITAS PADA REMAJA. Faculty of Medicine,
Wibowo, A. T. (2017). HUBUNGAN MASA KERJA, SIKAP KERJA DAN
INDEKS MASA TUBUH (IMT) DENGAN KEJADIAN LOW BACK PAIN
(LBP) PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT (TKBM)(Studi Pada
Pekerja TKBM di Pelabuhan Tanjung Emas). Universitas Muhammadiyah
Semarang,
Yue, P., Liu, F., & Li, L. (2012). Neck/shoulder pain and low back pain among
school teachers in China, prevalence and risk factors. BMC public health,
12(1), 789.

47
Lampiran 1.

LEMBARAN PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada

Yth. Calon Responden

Dengan Hormat

Saya, yang bertanda tangan di bawa ini:

Nama : Sri Astuti

Nim : C041171707

Alamat : Jln. Politeknik, Tamalanrea Makassar

Bermaksud akan mengadakan penelitian dengan judul ‟ Hubungan Indeks


massa tubuh dengan kejadian Low Back pain Pada Guru di SMAN 21 Tamalanrea
Makasssar”.

Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat bagi saudara(i) sebagai


responden, kerahasiaan semua informasi yang diterima merupakan tanggung
jawab saya untuk menjaganya. Jika saudara(i) bersedia atupun menolak untuk
menjadi responden maka tidak ada ancaman apapun. Jika selama menjadi
responden saudara(i) merasa merugikan maka diperbolehkan untuk
mengundurkan diri dan tidak berpartisipasi pada penelitian ini.

Demikian surat permintaan ini saya buat, jika telah menyetujui permintaan
saya untuk menjadi responden, maka saya sebagai peneliti sangat mengharapkan
kesediaan saudara(i) untuk menandatangani lembar persetujuan untuk menjadi
responden dan menjawab segala pertanyaan yang saya berikan baik melalui
kuesioner atau wawancara.

Atas perhatian dan persetujuan dari ibu dan bapak saya ucapkan terima
kasih.

Makassar,

Peneliti

48
Sri Astuti

Lampiran 2.

LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh


Mahasiswa Program Studi Fisioterapi Fakultas Keperawatan Universitas
Hasanuddin Makassar yang bernama SRI ASTUTI (C041171707) dengan judul ‟
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEJADIAN LOW BACK
PAIN PADA GURU DI SMAN 21 TAMALANREA MAKASSAR”

` Saya memahami penelitian ini dimakasud dalam rangka penyusunan


skripsi yang dilakukan oleh peneliti demi kepentingan ilmiah dan penelitian tidak
merugikan bagi saya serta indentitas dan data yang saya berikan akan dijaga
kerahasiaannya. Dengan demikian secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan
dari siapapun saya siap berpartisipasi dalam penelitian ini.

Makassar, 2019

Responden

( )

49
Lampiran 3. Kuisioner NBM

50
Lampiran 4. Formulir Identitas Pasien

51
FORMULIR PENELITIAN

A. Identitas Responden
1. Kode Responden :
2. Nama :
3. Berat Badan :
4. Tinggi Badan :
5. Jenis Kelamin :
6. Tempat, Tanggal Lahir :
7. Agama :
8. Umur :
9. Alamat :
10. No. Telepon :
11. Pekerjaan :
12. Status Pernikahan :
13. Masa Kerja :
14. Jam kerja : /minggu

52
53
54
55
56
57

Anda mungkin juga menyukai