Adriadhie Selanno
PO715241202001
ADRIADHIE SELANNO
PO715241202001
Dengan Judul :
Makassar, ……………………….
Clinical Educator,
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Polineuropathy’’.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan klinik ini masih jauh
dari kata sempurna, maka dari itu penulis menerima segala saran dan kritik yang
membangun, agar dalam penyusunan laporan ini selanjutnya dapat lebih baik dan
mudah-mudahan laporan kasus ini dapat berguna bagi kemajuan ilmu fisioterapi.
4
DAFTAR ISI
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Polyneuropathy adalah lesi difus dari saraf perifer, tidak terbatas pada
keterlibatan salah satu saraf atau satu anggota badan. Tes elektrodiagnostik
heterogen yang ditandai dengan kerusakan sistemik pada saraf perifer ( poli -
tubuh adalah salah satu gejala permanen penyakit ini. Saat ini, sekitar 100
penyebab bentuk patologi ini diketahui. Namun, gagasan yang cukup jelas
terdeteksi sekitar 2,4%, dan pada kelompok usia yang lebih tua - hampir 8%
Dalam praktik klinis, kata-kata "polineuropati dari genesis yang tidak jelas"
sangat umum, yang pada kenyataannya dalam kebanyakan kasus memiliki asal
gen autoimun atau keturunan. 10% dari semua polineuropati yang tidak
6
Kejadian polineuropati turun-temurun adalah 10-30 per 100.000 penduduk.
Tipe NMSH IA yang paling umum (60-80% neuropati herediter) dan jenis
NMSM tipe II (tipe aksonal) (22%). X-linked HMSN dan IBMS type IB
jarang terdeteksi. IA tipe IAH terdeteksi sama di kalangan pria dan wanita;
Pada 75% kasus, penyakit ini dimulai sebelum 10 tahun, dalam 10% - sampai
20 tahun. NMSH tipe II dimulai paling sering di dekade kedua kehidupan, tapi
per 100.000 penduduk, penyakit ini paling sering dimulai pada dekade ke 5-6,
walaupun dapat terjadi pada usia berapa pun, termasuk pada anak-anak. Pria
sakit dua kali lebih sering seperti wanita. Kejadian sindrom Guillain-Barre
adalah 1-3 kasus per 100.000 penduduk per tahun, pria lebih sering menderita
daripada wanita. Penyakit ini bisa terjadi pada usia berapapun (dari 2 sampai
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN KASUS
sistem saraf aferen (sistem saraf sensoris) dan sistem saraf eferen (sistem
saraf motoris). Sistem saraf aferen tersusun atas neuron yang membawa
implus dari reseptor menuju sistem saraf pusat. Adapun sistem saraf
eferen tersusun atas neuron yang membawa impuls dari sistem saraf pusat
menuju efektor. Sistem saraf tepi merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari jalur rangsang dan tanggapan pada sistem saraf pusat. Dari diagram
sebelumnya, dapat diketahui bahwa sistem saraf tepi dibangun oleh dua
tipe sel saraf, yaitu sel saraf somatik dan sel saraf otonom. Kedua jenis sel
saraf ini, dibangun oleh sistem saraf sensorik dan motorik sehingga
saraf somatik membawa pesan dari organ reseptor tubuh menuju sistem
otak dan 31 pasang saraf spinal. Saraf kranial keluar dari otak. Umumnya
saraf ini terhubung dengan organ atau jaringan di kepala dan muka.
8
Susunan saraf tepi (SST) yaitu saraf kranial dan saraf spinalis
tersusun dari semua saraf yang membawa pesan dari dan ke SSP
bagian yaitu:
oleh kesadaran.
9
2) Saraf spinal Ada 31 pasang saraf spinal berawal dari korda
10
b. . Sistem Saraf Otonom (SSO)
yang tidak disadari. Jaringan dan organ tubuh yang diatur oleh
Sistem ini terdiri atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf
11
SST berdasarkan divisinya juga dibagi menjadi dua bagian
yaitu:
menjawab impuls yang diterima dari reseptor di kulit dan otot dari
12
B. Tinjauan Tentang Polineuropati
1. Definisi
dapat akut atau kronik. Kelainan yang dapat menyebabkan neuropati dapat
sepanjang saraf tepi sendiri. Inti sel saraf adalah tempat terpenting dalam
tepi sangat be rgantung pada keutuhan selubung mielin dan aliran darah
13
keracunan, keadaan defisiensi, dan reaksi imunoalergik. Bila gangguan
hanya mengenai akar saraf spinalis maka disebut poliradikulopati dan bila
sensibilitas berupa gambaran kaus kaki dan sarung tangan (glove and
distal. Gejala motorik meliputi kelemahan dan distal atrofi otot. Neuropati
jangka panjang dapat menyebabkan deformitas pada kaki dan tangan (Pes
ulserasi neuropati dan derfomitas sendi dan dapat pula disertai gejala
sensasi nyeri, suhu, dan raba dengan distribusi glove and stocking. Dapat
dan melemahnya refleks tendon, dapat akut atau kronik. Kelainan yang
14
dapat menyebabkan neuropati dapat digolongkan secara umum yaitu yang
sistem saraf tepi dapat disebabkan kelainan pada sel saraf di sumsum
tulang belakang atau kelainan sepanjang saraf tepi sendiri. Inti sel saraf
dan nutrisi pada saraf tepi sangat be rgantung pada keutuhan selubung
mielin dan aliran darah pada saraf tepi tersebut. Neuropati dapat primer
kelainan simetris dan bilateral pada sistem saraf tepi. Kelainan ini dapat
saraf tepi adalah kelainan menetap (lebih dari nan menetap (lebih dari
beberapa jam) rapa jam) dari neuron sumsum tulang, neuron dari neuron
15
terjadi jika ada degenerasi aksonal. degenerasi aksonal. Proses di sini
lambat dan sering tidak Proses di sini lambat dan sering tidak semua saraf
2. Etiologi
polineuropati.
berat.
16
polineuropati distalis, yang menyebabkan kesemutan atau rasa terbakar di
Nyeri seringkali bertambah buruk di malam hari dan bisa timbul jika
tidak bisa merasakan suhu dan nyeri, sehingga mereka sering melukai
kelemahan otot dan atrofi (penyusutan otot). Banyak penderita yang juga
17
- ketidakmampuan untuk mengendalikan saluran pencernaan
- impotensi
- keringat berlebihan.
flu). Diasumsikan bahwa antigen dari agen ini memberikan reaksi silang
18
batang dan saraf kranial. Saraf dipengaruhi sepanjang keseluruhan, yang
Asimetri lesi mungkin terjadi, dan bagian atas tubuh dapat dilibatkan lebih
awal dari pada bagian distal anggota badan. Massa otot dan tonus otot
itu asimetris dan jarang mempengaruhi otot proksimal 1/3 tungkai atau
batang tubuh. Saraf kranial jarang dilibatkan, kecuali pada kasus diabetes,
terjadi.
malnutrisi (paling sering oleh golongan vitamin B), serta kelebihan asupan
19
infeksi (misalnya, penyakit Lyme), obat-obatan (nitrogen oksida) dan
dampak dari sejumlah bahan kimia (misalnya, n-heksana) dan logam berat
belakang kanker paru-paru sel kecil, kematian ganglia akar dorsal dan
pada serat tebal atau tipis atau kombinasi dari keduanya. Biasanya,
atau vaskular.
4. Proses Patologi
a. Neuropati aksonal
mielin. Akson yang terbesar terkena lebih dulu. Jenis lain dari
b. Neuropati demielin
Yang terkena adalah sel schwann dari sarung mielin dengan akibat
20
c. Bentuk gabunganKebanyakan neuropati adalah bentuk gabungan
2. KLASIFIKASI
a. Berdasarkan lokasi
sering dijumpai. Keluhan dapat dimulai dari yang paling ringan sampai
dengan yang paling berat. Gangguan bersifat simetris pada kedua sisi.
saraf tepi, ini disebut sebagai gangguan sensorik dengan pola kaus kaki.
yang tidak menyenangkan, rasa seperti terbakar. Nyeri pada otot pada
otot sepanjang perjalan jang perjalanan saraf tepi saraf tepi jarang
dijumpai. Nyeri mpai. Nyeri ini dapat ini dapat mengganggu penderita
pada waktu malam hari, terutama pada waktu penderita sedang tidur.
mengeluh sukar berjinjit dan sulit berdiri dari posisi jongkok. berdiri
21
dapat dijumpai pada fase dini sebelum kelemahan otot dijumpai. Saraf
pada kulit dan hilangnya keringat serta gangguan vaskular perifer yang
b. Berdasarkan etiologi
1) Penyakit Defisiensi
oleh defisiensi tiamin dan bukan karena efek toksik alkohol yang
biasanya disertai rasa nyeri yang sangat pada ri yang sangat pada daerah
2) Gangguan metabolisme
22
Gambaran klinik neuropati terlihat pada pati terlihat pada 20%
Neuropati terjadi biasanya pada diabetes melitus yang lama dan tidak
terkontrol pada orang usia lanjut. Gejala yang sering terjadi yaitu
nyeri dan ulkus pada kaki. Dapat terjadi gangguan otonom seperti diare,
setempat sehingga luka kurang disadari dan diabaikan oleh pasien, serta
deformitas bentuk kaki dan gangguan titik-titik tekan pada telapak kaki.
23
faktor predisposisi infeksi yang sering kambuh. feksi yang sering
kambuh.
3) Keracunan
poplitea lateralis. Terkulainya tangan dan kaki (drop wrist dan drop
ditemukan. ditemukan.
4) Manifestasi alergi
sensasi perifer dengan distribusi sarung tangan dan kaus kaki tetapi
menganggu pernapasan.
24
1. IR (Infrared)
yang dihantarkan oleh sinar infra merah dalam frekuensi tertentu mampu
waktu molekul air dalam tubuh pecah akan membentuk molekul tunggal
lain yang bisa meningkatkan cairan dalam tubuh. Yang kedua infrared
mencegah rematik yang disebabkan kadar asam urat yang tinggi serta
racun dapat dikeluarkan dari tubuh kita melalui metabolisme. Hal ini
25
menangani nyeri yang dirasakan pada pasien osteoarthritis dan alat
elektrode yang langsung kontak dengan kulit area nyeri yang dirasakan.
yang mengirimkan rasa nyeri yang bersifat cepat dan serabut C yang
bersifat lambat.
b) Sistem pada batang otak yang bersifat sebagai penghambat rasa atau
serabut saraf mana yang lebih dominan akan menentukan apakah gerbang
akan terbuka dan rangsangan tersebut diteruskan ke otak dan pasien akan
otak atau hanya sebagian dan pasien tidak merasakan nyeri atau
26
berdiameter besar dapat menurunkan persepsi nyeri yang dirasakan. Cara
Mekanisme perifer, terjadi apabila arus listrik yang salurkan oleh alat
sdh terjadi partial/total dan enervated muscle, kondisi pasca operasi tendon
jantung tidak boleh diobati secara rutin dengan TENS meskipun dalam
kondisi yang terkontrol dengan hati-hati, alat ini dapat diterapkan dengan
aman. Disarankan bahwa aplikasi TENS rutin untuk pasien dengan alat
dianggasebagai kontraindikasi.
4. Passive Stretching
27
Passive stretching adalah teknik stretching (penguluran) yang
dilakukan oleh terapis, atau gaya stretch berasal dari terapis atau orang
menggunakan gaya external dari terapis atau mesin latihan. Pasien harus
tetapi yang lebih baik adalah ± 15 – 30 detik dan diulang beberapa kali.
menyebabkan ROM.
28
5. Strengthening exercise
kekuatan otot dan meningkatkan daya tahan otot. Tahanan dari luar
BAB III
PROSES FISIOTERAPI
29
A. Data – Data Medis
stroke
Nama : Tn.M
Usia : 82 tahun
Agama : Islam
E. History taking
30
F. Inspeksi/Observasi
Statis :
Posisi lengan depresi dan endorotasi shoulder, posisi tungkai plantar fleksi dan
sedikit inversi
Dinamis :
Pasien dapat berdiri tetapi bantuan dan melangkah dengan bantuan tetapi
pertanyaan
Palpasi : Suhu normal, tidak ada spasme , nyeri pada bahu VAS
nilai 8
Grade Keterangan
0 Tidak ada peningkatan tonus otot
1 Ada peningkatan sedikit tonus otot, ditandai dengan terusnya tahanan minimal
pada akhir ROM pada waktu sendi digerakkan fleksi atau ekstensi
2 Ada peningkatan sedikit tonus otot, ditandai dengan adanya pemberhentian
gerakan pada pertengahan ROM dan adanya tahanan minimal sepanjang sisa
31
ROM
3 Peningkatan tonus otot lebih nyata sepanjang sebagian besar ROM tapi sendi
dilakukan
5 Sendi atau ekstremitas kaku/rigid pada gerakan fleksi atau ekstensi
Hasil :
Tes Keseimbangan
1 : tidak bisa dengan menutup mata selama 3 detik tetapi mampu berdiri
tegak
32
2 : mampu berdiri selama 3 detik
1 menit.
15 detik
detik
33
Hasil : Nilai 0, tidak dapat duduk selama 10 detik tanpa bantuan
independent.
Tes Refleks
a. Reflex Fisiologis
- Biceps
menempatkan ibu jari di atas tendon m. Biceps, lalu ibu jari diketuk
- Triceps
b. Reflex Patologis
34
- Babinsky
Pasien dalam posisi tidur terlentang, kemudian tarik garis dari tumit ke
Hasil : positif
Tes Koordinasi
- Finger to finger
Hasil :
Ada tremor
- Finger to nouse
dilakukan dalam gerakan cepat & lambat, ulangi beberapa kali hitungan
dengan mata terbuka lalu dengan mata tertutup . Normal gerakan tetap
tangan satunya
Hasil :
35
Kecepatan : tidak dapat di lakukan
Ada tremor
Hasil :
Ada tremor
apapun
Tes sensorik
kanan
36
Tes Kemampuan Fungsional ADL dengan Barthel Index
Hasil : 0
Bathing (Mandi)
Bergantung sepenuhnya 0
Hasil : 0
Grooming (Dandan)
mencukur, dll)
Hasil : 0
Dressing (Berpakaian)
Bergantung sepenuhnya 0
tali sepatu) 10
Hasil : 0
37
Fecal (Buang Air Besar)
Hasil : 10
Hasil : 0
Bergantung sepenuhnya 0
Hasil : 0
Mandiri sepenuhnya 15
Hasil : 5
38
Walking (pada semua level permukaan)
Hasil : 0
Tidak mampu 0
Mandiri sepenuhnya 10
Hasil : 0
39
Interpretasi ; dengan melakukan melakukan Tes Kemampuan Fungsional ADL
H. Algorhitma assessment
Kurang lebih 3 bulan yang lalu pasien tiba tiba mengalami kelemahan separuh badan
sebelah kanan dan gangguan bicara. Setelah beberapa minggu terapi pasien sudah
merasakan nyeri pada anggota gerak atasnya (shoulder), beberapa kata sudah mulai
bisa di ucap. Telah adanya keseimbangan pada pasien untuk melakukan transfer
Inspeksi :
Statis :Posisi lengan depresi dan endorotasi shoulder, posisi tungkai plantar fleksi
dan sedikit inversi
Dinamis :Pasien masih berbicara pelo dan tidak jelas , Pasien dapat berdir tanpa
bantuan dan melangkah dengan bantuan ,
Pemeriksaan/Pengukuran Neurologi
Tes Kognitif:
Diagnosa ICF Paien belum mampu
menjawab pertanyaan
Gangguan Muscle Power and Muscle Tonus dengan Et
Sisi Dextra jelas Causa
Hemiparese Post Non Hemoragik Stroke
40
I. Diagnosa Fisioterapi (sesuai konsep ICF)
- Diagnosa ICF : Gangguan Muscle Power and Muscle Tonus Sisi Dextra Et
J. Problematic Fisioterapi
41
42
BAB IV
1 Impairment
2 Activity limitation
3 Participation Restriction
43
berdiri tanpa keluhan
a. IR
b. TENS
44
c. Latihan dengan teknik PNF
dengan pola pola gerakan tungkai yang ada dalam teknik PNF yaitu
45
a) Rhytmical Initiation
tahanan ringan pada pola ekstensi dan fleksi. Latihan ini dilakukan
c) Slow Reversal
pada pola yang berlawanan. Lalu kembali ke pola gerak awal tanpa
46
melawan tahanan fisioterapis. Lakukan juga pada tungkai. Latihan
g. Bridging Exercise
Tujuan : Untuk melatih pasien meningkatkan kemampuan
keseimbangan pasien
cara bangun dengan baik, kemudian pasien juga diajarkan cara duduk
h. Latihan Transfer
keseimbangan pasien
cara bangun dengan baik, kemudian pasien juga diajarkan cara duduk
menggenggam dan latihan core stability nya. Pasien juga di ajarkan untuk
47
fisioterapist. Serta pasien diingatkan untuk menghindari faktor-faktor risiko
48
BAB V
PEMBAHASAN
1. History Taking
sikap pemeriksa yang sabar dan penuh perhatian, serta waktu yang
cukup. Cara pengambilan history taking dapat mengikuti dua pola umum,
yaitu :
hisroty taking, pasien sulit menggerakan tangan dan kaki bagian kanan
2. Observasi/Inspeks
49
- Ketika dilakukan observasi pada pasien dengan kondisi ini, tampak
c. Pemeriksaan koordinasi
e. Pemeriksaan gait
f. Pemeriksaan ADL
g. Pemeriksaan Kognitif
1. IR
dijelaskan bahwa selain dari Matahari, sinar Infra merah dapat diperoleh
50
4. TENS
namun tidak menyakitkan atau invasif bagi pasien. Arus listrik tersebut
sekarang belum bisa ditentukan berapa frekuensi yang paling baik namun
endorpin yang berfungsi menurunkan rasa nyeri41. Burst TENS, salah satu
jenis TENS dengan menstimulus A-beta dan A-delta dalam waktu yang
sama.
mengirimkan rasa nyeri yang bersifat cepat dan serabut C yang bersifat
mana yang lebih dominan akan menentukan apakah gerbang nyeri tersebut
51
lebih banyak dibanding A-beta maka gerbang akan terbuka dan
gerbang akan tertutup, rangsang nyeri tidak diteruskan ke otak atau hanya
sebagian dan pasien tidak merasakan nyeri atau penurunan sensasi nyeri.
5. PNF
6. Bridging exercise
52
yangbertanggung jawab untuk membantu kestabilan posisi panggul.
belakang tetapberada dalam posisi netral pada setiap gerakan dari otot-
7. Latihan transfer
53
DAFTAR PUSTAKA
Djohan , Aras. Hasnia ,Ahmad .Andy , Ahmad. 2016/12/01“ the new concep
of test and measurement in patient care physitherapy” .makassar:physiocare
publishing
http://eprints.ums.ac.id/30939/14/NASKAH_PUBLIKASI.pdf
54