MODUL 2
“NEUROFISIOLOGI”
Disusun Oleh :
RIANTI
J011211006
Kelompok 8
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Skenario
1.4.Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan sistem saraf pusat dan mekanisme kerjanya.
2. Menjelaskan sistem saraf perifer dan mekanisme kerjanya.
3. Menjelaskan perbedaan sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer
4. Menjelaskan sistem somatosensori, mekanismenya dan klasifikasi sistem
somatosensori.
5. Menjelaskan sistem inhibisi nyeri dan mekanisme inhibisi nyeri
6. Menyebutkan dan menjelaskan reseptor-reseptor nyeri.
7. Menjelaskan penyebab dari rasa nyeri.
8. Menjelaskan mekanisme jaras nyeri.
9. Menyebutkan dan menjelaskan klasifikasi rasa nyeri dan menentukan nyeri
kepala tersebut kira-kira termasuk ke klasifikasi yang mana.
10. Menjelaskan alasan seseorang dapat merasakan nyeri kepala.
BAB II
PEMBAHASAN
Neuron adalah unit struktural dan fungsional sistem saraf yang dikhususkan
untuk komunikasi cepat atau merupakan unsur penyusun sistem saraf (Moore et al.,
2002). Neuron terdiri dari badan sel saraf atau perikaryon (Gambar 2.3), yang
mengandung nukleus, retikulum endoplasma, aparatus golgi dan komponen lainnya
yang diperlukan untuk sintesis protein (Wibowo, 2001). Bentuk dan ukuran neuron
bervariasi, tetapi masing-masing mempunyai sebuah badan sel yang dari
permukaannya menonjol satu atau lebih yang disebut neurit. Neurit yang berfungsi
untuk menerima informasi dan menghantarkannya ke arah badan sel dendrit (Snell,
2006). Dendrit merupakan penerima implus saraf (reseptor) sedangkan akson
berfungsi meneruskan pesan dari neuron ke terminal akson (Wibowo, 2001) implus-
implus saraf tersebut kemudiaan diteruskan ke neuron-neuron lain, otot-otot atau
kelenjar-kelenjar. Neuron meneruskan implus ke neuron-neuron lain dengan sarana
zat kimia yang disebut neurotransmiter (Semium, 2006). Proses hantaran implus
tersebut merupakan proses elektrik, akan tetapi pada ujung terminal akson akan
terjadi pelepasan substansi kimia. Substansi kimia tersebut akan menyebar melintasi
celah sinaptik diantara terminal saraf dan jaringan neuroefektor dan selanjutnya
kontak dengan reseptor (Wibowo, 2001).
2.3 Menjelaskan Perbedaan Sistem Saraf Pusat dan Sistem Saraf Perifer
2.3.1 Sistem Saraf Pusat
Sembilan puluh persen sel sistem saraf adalah sel glia yang tidak peka
rangsang, sistem saraf pusat (SSP) yang terdiri dari otak dan medulla spinalis,
menerima masukan tentang lingkungan eksternal dan internal dari neuron aferen. SSP
menyortir dan mengolah masukan ini melalui interneuron dan kemudian memulai
arahan yang sesuai di neuron eferen, yang membawa perintah ke kelenjar atau otot
untuk melaksanakan respon yang di inginka, yaitu beberapa jenis sekresi dan
pergerakan.
Sistem saraf pusat ini dibagi menjadi divisi aferen dan eferen. Divisi aferen
membawa informasi ke SSP, memberi tahu tentang lingkungan eksternal dan
aktivitas internal yang sedang diatur oleh susunan saraf ( a berasal dari ad, yang
berarti “menuju” seperti dalam advance; feren berarti “membawa”; karena itu, aferen
artinya “membawa ke”). Instruksi dari SSP disalurkan melalui divisi eferen ke organ
efektor-otot atau kelenjar yang melaksanakan perintah agar dihasilkan efek yang
sesuai (e berasal dari eks, yang berarti “dari”, seperti dalam exit”; karena itu, eferen
berarti “membawa dari”).
Sistem saraf pusat mengandung lebih dari 100 miliar neuron. Sinyal yang
datang masuk ke neuron ini melalui sinaps yang lokasinya sebagian besar terletak di
dendrit neuron, dan juga pada badan sel.
Sistem saraf manusia mempunyai kemampuan fungsional khusus yang
diturunkan pada setiap perkembangan evolusi manusia.
Dari sifat-sifat yang diwariskan ini, tiga tingkat utama sistem saraf pusat
mempunyai sifat-sifat fungsional yang khas, yakni :
1. Tingkat medulla spinalis’ Apabila medulla spinalis diporong setinggi leher
atas, akan tetap banyak fungsi medulla spinalis yang masih tetap ada. Contohnya
sirkuit neuronal dalam medulla spinalis dapat menyebabkan (1) Gerakan berjalan, (2)
refleks yang menarik bagian tubuh dari suatu objek, (3) refleks yang menegangkan
kaki guna menunjang tubuh terhadap gravitasi, dan (4) refleks yang dipakai untuk
mengatur pembuluh-pembuluh darah lokal, Gerakan gastrointestinal atau ekskresi
urine.
2. Tingkat otak bagian bawah atau tingkat subkortikal Hampir sebagian besar
aktivitas bawah sadar tubuh diatur oleh bagian bawah otak di medulla oblongata,
pons, mesensefalon, hipotalamus, thalamus, serebelum, dan ganglia basalis. Sebagai
contoh, pengaturan bawah sadar dari tekanan arteri dan pernapasan terutama
dilaksanakan di medulla oblongata dan pons.
3. Tingkat otak bagian atas atau tingkat korteks Pada tingkat ini memiliki
fungsi yang sangat kompleks, namun dapat diawali dengan kenyataan bahwa korteks
serebri merupakan Gudang memori yang sangat besar. Korteks tidak pernah berfungsi
sendiri tetapu selalu berhubungan dengan pusat-pusat bagian bawah sistem saraf.
Tanpa adanya korteks serebri, fungsi pusat-pusat otak bagian bawah sering tidak
tepat.
Informasi dihantarkan dalam sistem saraf pusat terutama dalam bentuk
potensial aksi saraf, disebut “implus saraf”, yang melewati serangkaian neuron, dari
satu neuron ke neuron berikutnya. Namun, selain itu, setiap impuls (1) dapat
dihambat sewaktu dihantarkan dari implus tunggal menjadi impuls yang datangnya
beruntun atau (3) dapat digabungkan dengan impuls yang datang dari neuron-neuron
lainnya untuk membentuk polaimpuls yang sangat rumit yang melewati rangkaian
neuron. Semua fungsi ini dapat diklasifikasikan sebagai fungsi sinaptik neuron.
2.3.2 Sistem Sistem Tepi(Perifer)
Sistem saraf tepi yang terdiri dari serat aferen dan eferen yang menyampaikan
sinyal antara SSP dan perifer ( bagian tubuh lainnya ). Divisi eferen sistem saraf tepi
adalah jalur yang digunakan oleh sistem saraf pusat untuk mengontrol aktivitas otot
dan kelenjar, organ-organ efektor yang melaksanakan efek atau Tindakan yang
diinginkan (biasanya tiap-tiap kontraksi atau sekresi).
Otot jantung, otot polos , sebagian besar kelenjar eksoskrin, sebagian besar
kelenjar endokrin, dan jaringan adiposa (lemak) disarafi oleh sistem saraf autonomy,
cabang involunter fivisi eferen perifer. Otot rangka disarafi oleh sistem saraf somatic,
cabang divisi eferen yang berada di bawah control kesadaran.
Setiap jalur saraf autonomy yang berjalan dari SSP ke suatu organ yang
disarafi adalah suatu rangkaian dua neuron. Badan sel neuron pertama dalam
rangkaian ini terletak di SSP. Aksonnya, serat praganglion, bersinapsis dengan badan
sel neuron kedua, yang terletak didalam suatu ganglion. Akson neuron kedua, serat
pascaganglion menyarafi organ efektor.
2.4 Menjelaskan sistem somatosensori, mekanismenya dan klasifikasi sistem
somatosensori.
2.4.1 Sistem dan Mekanisme Somatosensori
Cara kerja somatosensori atau proses perabaan dimulai dari masuknya
stimulus mengenai kulit, kemudian diterima oleh reseptor-reseptor dan berproses
menjadi sinyal-sinyal neuron melalaui serabut-serabut saraf yang akan membawa
informasi dari reseptor-reseptor kulit dan reseptor somatosensori lainnya berkumpul
di saraf dan akan diteruskan ke sumsum tulang belakang melalui dorsal roots (akar
dorsal). Daerah yang dirangsang oleh akar dorsal kiri dan kanan di segmen sumsum
tulang belakang tertentu disebut dermatoma. Dalam sistem perabaan terdapat dua
jalur utama untuk mengirimkan stimulus yang diterima dari masing-masing sisi tubuh
ke otak, yaitu jalur dengan sistem kolom dorsal lemniskus medial dan jalur
dengan sistem anterolateral.
1.1. Kesimpulan
Barret KE, Barman SM, Boitano S, Brooks HL. Ganong buku ajar fisiologi
kedokteran. 24th ed.USA:McGraw-Hill. 2012. p.166-7.
Hanim MJN. Perbedaan tingkat nyeri tenggorokan paska pemasangan ett dan lma di
ruang perawatan bedah rsud cilacap. 2017. p.18. Available from
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/272/5/Chapter2.doc.pdf. Akses 6 Desember
2021.