Anda di halaman 1dari 13

Makalah Sistem Saraf

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem saraf merupakan suatu struktur yang paling sempurna yang dimiliki oleh
manusia. Sistem saraf dapat diibaratkan seperti halnya jalan darat yang ada di
suatu kota. Dimulai dari jalan utama, jalan-jalan kecil, dan jalan-jalan layang,
serta jembatan penyebrangan yang merupakan pengubung antara jalan-jalan ini,
keseluruhan ini membentuk suatu sistem yang rumit ditambah lagi dengan
kemacetan yang padat. Kendatipun semua kerumitan tersebut memiliki titik awal
dan akhir yang mengarah ke suatu tujuan. Demikian pula struktur saraf utama kita
yang terdiri dari triliunan sel saraf (neuron) yang saling berhubungan.
Sistem saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling
berhubungan satu dengan lainnya. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan
serta mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan. Sistem tubuh yang
penting ini juga mengatur aktivitas sistem-sistem lainnya di dalam tubuh,
sehingga terjalinlah komunikasi antar berbagai sistem tubuh sehingga tubuh dapat
berfungsi sebagai unit yang harmonis.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari sistem saraf?
2. Apa saja struktur yang menyusun sistem saraf, fungsi dan klasifikasi
sistem saraf?
3. Bagaimanakah aktivitas sistem saraf dalam memproses informasi?
4. Apa saja penyakit/ kelainan pada sistem saraf ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang melatarbelakangi penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk memenuhi tugas pada matakuliah Anatomi dan Fisiologi
Manusia.
2. Untuk mengetahui pengertian sistem saraf.
3. Untuk mengetahui apa saja struktur yang menyusun sistem saraf,
pengertian, dan klasifikasi sistem saraf.
4. Untuk menjelaskan kerumitan kinerja dari sistem saraf.
5. Untuk mengetahui berbagai macam penyakit/ kelainan yang dapat
menyerang sistem saraf.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai penambah wawasan bagi para pencari ilmu.
2. Sebagai bahan referensi bagi pembaca pada umumnya dan mahasiswa
biologi pada khususnya

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Sistem Saraf
Tubuh manusia dilengkapi dengan dua perangkat pengatur seluruh kegiatan tubuh.
Kedua perangkat ini sering dikenal dengan sistem koordinasi. Sistem koordinasi
ini terdiri dari sistem saraf, sistem indra dan sistem hormon. Berbeda dengan
sistem hormon yang bekerja lebih lambat, sistem saraf bekerja dengan cepat
dalam menanggapi perubahan lingkungannya, selain itu pengaturannya dilakukan
oleh benang-benang saraf (Pratiwi, 2004:158).
Menurut Campbell (2004:201) “sistem saraf merupakan suatu kombinasi-
kombinasi sinyal listrik dan kimiawi yang dapat membuat sel-sel saraf (neuron)
mampu berkomunikasi antara satu sama lain” (Campbell, 2004:201). Jadi, sistem
saraf adalah salah satu sistem koordinasi yang berfungsi untuk menyampaikan
rangsangan secara cepat dari reseptor yang akan dideteksi dan direspon oleh
tubuh.
2.2 Struktur Saraf
Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf yang sering disebut dengan neuron.
Neuron dikhususkan untuk menghantarkan dan mengirimkan pesan (impuls) yang
berupa rangsangan atau tanggapan. Setiap satu sel saraf (neuron) terdiri atas
bagian utama berupa badan sel saraf, dendrit, dan akson.
041%2BNeuron
Gambar 1. Neuron
Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar. Didalamnya terdapat
nukleus dan sitoplasma. Di dalam sitoplasma terdapat mitokondria yang berfungsi
membangkitkan energi untuk membawa rangsangan. Dendrit ialah serabut-serabut
saraf yang pendek, biasanya bercabang-cabang seperti pohon dengan bentuk dan
ukuran yang berbeda-beda. Dendrit berfungsi untuk menerima impuls (rangsang)
yang datang dari ujung akson neuron lain. Kemudian impuls dibawa ke badan sel
saraf.
Akson atau neurit merupakan serabut yang panjang dan umumnya tidak
bercabang. Akson berfungsi meneruskan rangsangan yang berasal dari badan sel
saraf ke kelenjar dan serabut-serabut otot. Jumlah akson biasanya hanya satu pada
setiap neuron. Di dalamnya terdapat benang-benang halus yang disebut
neurofibril. Di bagian ujung yang jauh dari badan sel saraf terdapat cabang-
cabang yang berhubungan dengan dendrit dari sel saraf yang lain. Akson
terbungkus oleh beberapa lapis selaput mielin yang banyak mengandung lemak.
Selaput mielin disusun oleh Sel Schwann. Lapisan mielin yang paling luar disebut
neurilema. Lapisan tersebut berfungsi untuk melindungi akson dari kerusakan. Sel
Schwann membentuk jaringan yang membantu menyediakan makanan untuk
neurit dan membantu regenerasi neurit. Selubung mielin bersegmen-segmen.
Lekukan diantara dua segmen disebut nodus ranvier. Nodus ranvier berfungsi
mempercepat transmisi impuls saraf. Adanya nodus ranvier memungkinkan saraf
untuk meloncat dari satu nodus ke nodus yang lain, sehingga impuls lebih cepat
sampai pada tujuan.

2.3 Jenis-jenis Neuron


Berdasarkan fungsi dan arah transmisinya, neuron terbagi menjadi tiga jenis, yaitu
sebagai berikut:
1. Neuron sensorik, disebut juga sel saraf indra, karena berfungsi
meneruskan rangsang dari penerima (indra) ke saraf pusat (otak dan
sumsum tulang belakang). Badan sel saraf pusat ini bergerombol
membentuk ganglia, akson pendek, dan dendritnya panjang.
2. Neuron Motorik (sel saraf penggerak), berfungsi membawa impuls dari
pusat saraf (otak) dan sumsum tulang belakang ke otot (efektor). Sel saraf
ini mempunyai dendrit yang pendek dan akson yang panjang.
3. Neuron Intermediet atau sel saraf penghubung, banyak terdapat di
dalam otak dan sumsum tulang belakang, berfungsi menerima
rangsangan dari neuron sensori atau intermediet yang lain. Sel saraf ini
memiliki dendrit yang pendek dan aksonnya ada yang pendek dan panjang.
Jenis-jenis-neuron
Gambar 2 jenis-jenis neuron
Sedangkan berdasarkan bentuk neuron terbagi menjadi 3 jenis, yaitu
sebagai berikut:
1. Neuron Unipolar, hanya mempunyai satu serabut yang dibagi menjadi
satu cabang sentral yang berfungsi sebagi salah satu akson dan satu
cabang perifer yang berguna sebagai satu dendrit. Jenis neuron ini
merupakan neuron-neuron sensorik saraf perifer (misalnya sel-sel
ganglion cerebrospinalis).
2. Neuron bipolar, mempunyai dua serabut, satu dendrit dan satu akson.
Jenis ini banyak dijumpai pada epitel olfaktori dalam retina mata
dan di dalam telinga.
3. Neuron multipolar, mempunyai banyak dendrit dan satu akson. Jenis
neuron ini merupakan yang paling sering dijumpai pada sistem saraf
sentral (sel saraf motoris pada cornu anterior dan lateralis medula spinalis,
sel-sel ganglion otonom).
2.4 Fungsi sistem saraf
Secara umum, sistem saraf memiliki 3 fungsi pokok yang saling tumpang tindih,
yaitu input sensoris, integrasi, dan output motoris. Input ialah penghantaran atau
konduksi sinyal dari reseptor sensoris, misalnya sel-sel pendeteksi cahaya di mata,
ke pusat integrasi. Integrasi adalah proses penerjemahan informasi yang berasal
dari stimulasi reseptor sensoris oleh lingkungan, kemudian dihubungkan dengan
respon yang sesuai. Output motorik adalah penghantaran sinyal dari pusat
integrasi, yaitu Sistem Saraf Pusat ke sel-sel efektor, sel-sel otot, atau sel kelenjar
yang mengaktualisasikan respon tubuh terhadap stimulus tersebut (Campbell,
2004:201).
image003
Gambar 3. input sensoris, integrasi, dan output motoris
Selain ketiga fungsi diatas berikut ini merupakan fungsi lainnya dari sistem saraf:
1. Menerima berbagai sensasi dari dari dalam dan luar tubuh.
2. Bereaksi pada sensasi tersebut, menghadapinya secara otomatis atau merasakan
dan memikirkannya.
3. Menyimpan memori atau melepaskannya bila dibutuhkan.
4. Mengekspresikan emosi.
5. Mengirimkan pesan untuk otot, kelenjar endokrin dan organ lainnya.
6. Mengontrol tubuh dengan mempertahankan kesehatan, menghindari atau
menghadapi bahaya, dan meningkatkan aktivitas yang menyenangkan.
2.5 Klasifikasi Saraf
Susunan sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat (SSP atau Central
Nervous System, CNS) dan sistem saraf tepi (SST atau Peripheral Nervous
System, PNS). Sistem saraf pusat (SPP) meliputi otak dan sumsum tulang
belakang.
1. Sistem Saraf Pusat
a. Otak

saraf%252Bpusat

Gambar 4. Otak dilihat dari samping


Otak merupakan pusat koordinasi dalam tubuh, yang terletak di dalam tulang
tengkorak dan diselubungi oleh jaringan yang disebut selaput meninges. Selaput
meninges dibedakan menjadi tiga, yaitu lapisan keluar yang melekat pada tulang
(duramater), lapisan tengah yang berbentuk saraf laba-laba (arachnoid), dan
lapisan dalam yang melekat pada permukaan otak (piamater). Diantara arachnoid
dan piamater terdapat ruang yang cairan yang merupakan pelindung otak jika
terjadi benturan. Otak merupakan ujung snterior tabung neural yang membesar.
Pada manusia besaran itu begitu besar sehingga persamaannya dengan sumsum
tulang belakang tidak jelas.
Pada embrio yang muda terdapat 3 pembesaran yaitu otak depan, otak
tengah dan otak belakang. Tetapi otak depan dan otak belakang kemudian terbagi
lagi hingga pada orang dewasa terlihat 5 bagian. Otak depan, terbagi menjadi
telensefalon dan diensefalon. Otak belakang terbagi menjadi metensefalon yang
bagian dorsalnya membentuk serebelum, dan mielensefalon yang menjadi medula
oblongata.
Serebrum (otak besar) memiliki permukaan yang berlipat-lipat dan
mengandung ratusan juta neuron. Korteks (bagian luar) serebrum berwarna abu-
abu disebut substansi grissea, dan medulla (bagian dalam) berwarna putih disebut
subtansi alba.

untitled

Gambar 5. Perkembangan Embrionik Otak

1.) Otak depan (Prosensefalon)


Derivat utama dari otak depan adalah hemisfer serebrum, talamus,
hipotalamus, dan kelenjar pituitari. Hemisfer serebrum merupakan bagian terbesar
dan terdepan dari otak manusia, dan memiliki empat lobus (frontalis, pariental,
oksipital, dan temporal). Hemisfer serebrum berfungsi mengontrol prilaku yang
telah dipelajari, pusat kesadaran, kecerdasan, ingatan, dan interprestasi kesan.
Talamus ialah bagian yang memproses seluruh rangsangan sebelum disampaikan
kebagian otak. Talamus mengontrol ordinasi manifestasi luar dari emosi.
Misalnya dengan merangsang talamus pada seekor kucing dapat menimbulkan
gejala kemarahan, bulu berdiri, cakar menjulur keluar, punggung membungkuk,
dan lain sebagainya.
Sedangkan hipotalamus berperan penting dalam mengontrol sejumlah fungsi
autonom, seperti mengendalikan suhu tubuh, selera makan, lapar, haus,
keseimbangan metabolisme karbohidrat dan lemak, tekanan darah, tingkah laku,
tidur. Selain itu ia juga mengontrol fungsi tertentu kelenjar pituitari/ kelenjar
hipofisis dengan menghasilkan faktor pelepas. Kelenjar pituitari merupakan
kelenjar endokrin yang terletak dilekuk kecil pada dasar tengkorak.

2.) Otak Tengah (Mesensefalon)


Otak tengah manusia cukup kecil dan tidak mencolok, bagian-bagiannya
berupa lobus optik (kolikulus superior) sebagai pusat pengatur gerak bola mata,
refleks pupil dan refleks akomodasi dan bagian kolikulus inferior yang merupakan
pusat dari auditori (pendengaran). Selain itu otak tengah juga mengandung
sekelompok sel saraf yang mengatur tonus otot dan postur tubuh.

3.) Otak belakang (rombensefalon)


Otak belakang terdiri dari serebelum dan medula oblongata. Serebelum
berkembang dari bagian dorsal metensefalon dan menjadi pusat keseimbangan
dan koordinasi/ gerakan. Serebelum menerima informasi dari otot dan telinga,
memntau orientasi tubuh dalam ruang, derajat kontraksi otot rangka, dan
memantau kedudukan posisi tubuh.
Sedangkan medula oblongata terletak dibagian antara sumsum tulang belakang
dengan bagian otak lainnya, fungsinya mengatur denyut jantung, tekanan darah,
gerakan pernafasan, sekresi ludah, menelan, gerak peristaltik, batuk, ataupun
bersin.
b. Sumsum tulang belakang
Sumsum tulang belakang memiliki 2 fungsi utama, yaitu sebagai penghubung
impuls yang berasal dari otak serta sebagai pusat gerak refleks. Sumsum tulang
belakang menempati rongga tulang belakang dan berbentuk memanjang. Selaput
pembungkusnya sama seperti otak, terdiri dari durameter, arachnoid, dan
piameter.
sk10
Gambar 6. Penampang melintang sumsum tulang belakang
2. Sistem Saraf Tepi (SST)
Menurut asal dan hubunganya, sistem saraf tepi dibedakan menjadi saraf otak dan
saraf sumsum tulang belakang. Saraf otak adalah saraf yang keluar dari otak
menuju alat-alat indra, misalnya mata, telinga, hidung, atau menuju otot-otot dan
kelenjar tertentu. Saraf otak terdiri atas 12 pasang. Saraf sumsum tulang belakang
adalah saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang menuju alat-alat gerak
tubuh, seperti lengan dan kaki, serta otot tubuh lain seperti otot dada dan leher.
Saraf ini terdiri atas 31 pasang.
Selain kedua saraf tersebut, pada sistem saraf tepi juga terdapat saraf tak sadar
(saraf otonom) yang berfungsi mengatur kegitan organ tubuh yang bekerja diluar
kesadaran. Saraf otonom terdiri atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf
parasimpatik. Sistem kerja keduanya saling berlawanan.
2.6 Neuroglia
Neuroglia (berasal dari kata “nerve glue”) yang pertama kali diperkenalkan oleh
Rudolf Virchow pada tahun 1854. Neuroglia tersusun atas berbagai macam sel
yang secara keseluruhan menyokong, melindungi, dan berperan sebagai sumber
nutrisi bagi sel saraf (Neuron), baik pada susunan saraf pusat (SSP) maupun pada
susunan saraf tepi (SST). Sel-sel glia memegang peranan penting dalam
menunjang aktivitas neuron. Sel ini sangat penting bagi integritas struktur sistem
saraf dan bagi fungsi normal neuron.
Neuroglia ialah sel penyokong bagi neuron-neuron SSP, sedangkan sel schwann
menjalankan fungsi tersebut pada SST. Neuroglia menyusun 40% volume otak
dan medula spinalis. Neuroglia jumlahnya lebih banyak dari sel-sel neuron
dengan perbandingan sekitar sepuluh banding satu. Berbeda dengan neuron, sel
glia tidak membentuk atau mengeluarkan impuls saraf. Sel ini berkomunikasi
dengan neuron dan diantara mereka sendiri melalui sinyal kimiawi. Sel glia
berfungsi sebagi jaringan ikat SSP dan karenanya membantu menunjang neuron
baik secara fisik maupun metabolik. Sel-sel ini secara homeostatis
mempertahankan komposisi lingkungan ekstra sel khusus yang mengelilingi
neuron di dalam batas-batas sempit yang optimal bagi fungsi neuron (Muttaqin,
2008:7).
Menurut Muttaqin (2008: 7-8) ada 2 jenis neuroglia, yaitu Nueroglia SPP dan
Neuroglia SST. Berikut ini penjelasan tentang neuroglia:

1. Nueroglia SPP
Ada 4 macam neuroglia SPP yang berhasil diidentifikasi yaitu: Astrosit,
Oligodendrosi, Mikroglia, dan sel ependim.
a. Astrosit,
Astroglia atau astrosit (astro-bintang) merupakan sel glia terbesar dan terbanyak
yang berbentuk seperti bintang (astro-bintang). Sel ini memiliki fungsi penting
diantaranya:
· Sebagai barier darah otak. Kandungan dalam sirkulasi tidak bisa masuk ke
dalam cairan interstisial dari SSP. Jaringan neural harus terisolasi dari sirkulasi
umum karena hormon dan beberapa zat kimia dalam darah akan menghambat
fungsi dari neuron.
· Sebagi perekat utama SSP, astrosit menyatukan neuron-neuron dalam
hubungan ruang yang benar.
· Sebagai perancah untuk menuntun neuron ke tujuan akhir selama
perkembangan otak masa janin.
· Penting dalam perbaikan cedera otak dan dalam pembentukan jaringan
parut saraf. Didalam SSP kerusakan dari jaringan neuron akan merusak fisiologi
dari neuron. Astrosit akan memperbaiki atau mencegah kerusakan lebih lanjut dari
neuron.
· Meningkatkan pembentukan sinaps dan memodifikasi transmisi sinaps.
b. Oligodendroglia
Oligodendroglia/ oligodendrosit berbentuk lebih kecil daripada astrosit dengan
cabang sitoplasmanya lebih pendek dan jumlah cabang sedikit. Intinya kecil, dan
sitoplasma disekitar inti sedikit. Mengandung ribosom, kompleks golgi,
mikrotubulus dan nuerofilamen. Oligodendroglia bertanggung jawab dalam
pembentukan mielin dalam SSP. Setiap oligodendroglia mengelilingi beberapa
neuron dan membran plasmanya membungkus tonjolan neuron sehingga
membentuk selubung mielin. Sedangkan mielin pada SST di bentuk oleh sel-sel
schwann.
c. Mikroglia
Merupakan sel pertahanan imun SSP. Sel ini sejenis dengan sel darah putih yang
meninggalkan darah dan membentuk lini pertama pertahanan di berbagai jaringan
di seluruh tubuh. Mikroglia berasal dari jaringan sumsum tulang yang sama
dengan yang menghasilkan monosit.
d. Sel Ependim, berfungsi melapisi bagian dalam rongga otak dan medula
spinalis, ikut membentuk cairan serebrospinal, berfungsi sebagai sel punca neuron
dengan potensi membentuk neuron dan glia baru.
2. Neuroglia Sistem Saraf Perifer
Sel Schawann adalah sejenis sel glia yang disebut menurut nama seorang ilmuan
jerman, Theodor Schwann. Pada akson sistem saraf tepi, sel schawann
memungkinkan terjadinya transduksi sinyal elektrik dari dendrit menuju terminal
akson, dengan melilitkan membran plasmanya secara konsentrik sepanjang akson
yang dikenal sebagi selubung mielin.
Pada sistem saraf pusat, selubung mielin terbentuk oleh oligodendosit. Sel
schawann sebagi neuron unipolar, sebagaimana oligodendosit membentuk mielin
dan neurolemma pada SST. Neurolema adalah membran sitoplasma halus yang
dibentuk oleh sel-sel schawann yang membungkus serabut neuron dalam SST,
baik yang bermielin maupun tidak.

2.7 Gerak Biasa dan Gerak Refleks


a. Gerak biasa

Skema%2Bperjalanan%2Bpulsa%2Belektrik

Gambar 7. gerak biasa


Gerak biasa merupakan gerak yang terjadi karena adanya perintah dari otak.
Berikut ikhtisar gerak biasa:

Gerak%252Bbiasa
b. Gerak refleks
Gerak reflek terjadi dengan cepat sebagai reaksi otomatis terhadap rangsangan
lingkungan. Berikut ikhtisar gerak refleks:

Skema%252Bgerak%252Brefleks

Pada umumnya, gerak refleks merupakan upaya tubuh untuk


menghindari bahaya. Suatu saat tatkala impuls telah mencapai sumsum tulang
belakang, neuron asosiasi mengirim impuls lain ke otak. Ketika impuls tersebut
samapi ke otak, kamu baru menyadari bahwa kamu telah mengangkat kaki karena
merasa sakit.

impuls0
Gambar 8. Alur refleks
Menurut pusat terjadinya refleks, gerak refleks dibedakan menjadi 2,
yaitu refleks otak dan refleks sumsum tulang belakang. Refleks otak misalnya
refleks mata. Refleks tulang belakang, misalnya refleks lutut.
2.8 Aktivitas Sinaptik
Sinapsis merupakan persambungan unik yang mengontrol komunikasi antara satu
neuron dengan sel-sel yang lain. Sinapsis ditemukan diantara dua neuron, antara
reseptor sensoris dan neuron sensoris, antara neuron motoris dan sel otot yang
dikontrolnya, dan antara neuron dengan sel kelenjar. Sinapsis antar neuron
menghantarkan sinyal dari terminal sinaptik akson ke dendrit (badan sel)
berikutnya dalam suatu jalur neuron. Sel yang menghantarkan sinyal tersebut
ialah sel prasinaptik (presynaptic cell), dan sel yang menerima disebut dengan sel
pascasinaptik (Postsynaptic cell). Sinapsis terdiri atas 2 jenis, yaitu sinapsis listrik
dan sinapsis kimia (Campbell, 2004:210).
1. Sinaps Listrik
Sinaps listrik memungkinkan potensial aksi merambat secara langsung dari satu
sel prasinaptik ke sel pascasinaptik. Sel-sel itu dihubungkan oleh persambungan
longgar, yaitu saluran antar sel yang mengalirkan ion potensial aksi lokal agar
mengalir antar neuron. Sinaps listrik pada sistem saraf vertebrata menyelaraskan
aktivitas neuron yang bertanggung jawab atas sejumlah pergerakan cepat dan
khas. Contoh, sinaps listrik pada otak yang membuat beberapa jenis katak mampu
mengibaskan ekornya dengan sangat cepat ketika melarikan diri dari pemangsa.
2. Sinaps Kimia
Pada sinaps kimia, sebuah celah sempit, atau celah sinaptik memisahkan sel
prasinaptik dari sel pascasinaptik. Adanya celah tersebut menyebabkan sel-sel
tidak dapat dikopel secara elektrik, dan potensial aksi yang terjadi pada sel
prasinaptik tidak dapat dirambatkan secara langsung ke membran sel
pascasinaptik.

images

Gambar. 9. Aktivitas sinaps


2.9 Penyakit/ Kelainan pada Sistem Saraf

1. Penyakit epilepsi, merupakan suatu kondisi otak yang menjadikan


penderita sensitif terhadap kejang-kejang yang berulang.

2. Meningitis, adalah peradangan pada selaput pembungkus otak dan sumsum


tulang belakang akibat infeksi bakteri.

3. Polio, merupakan penyakit yang menyebabkan penderitanya mengalami


kelumpuhan karena kehilangan refleks dan mengecilnya otot. Penyebabnya adalah
infeksi virus polio pada sumsum tulang belakang.

4. Penyakit Alzhaimer (Demensia persinelis), adalah kondisi yang ditandai


dengan berkurangnya kemampuan untuk mengingat.

5. Neuritis, adalah iritasi pada neuron yang disebabkan oleh infeksi


kekurangan vitamin atau keracunan yang disebabkan CO, logam berat, ataupun
obat-obatan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling
berhubungan satu dengan lainnya. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan
serta mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan. Sistem tubuh yang
penting ini juga mengatur aktivitas sistem-sistem lainnya di dalam tubuh,
sehingga terjalinlah komunikasi antar berbagai sistem tubuh sehingga tubuh dapat
berfungsi sebagai unit yang harmonis.
Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf yang sering disebut dengan neuron.
Neuron dikhususkan untuk menghantarkan dan mengirimkan pesan (impuls) yang
berupa rangsangan atau tanggapan. Setiap satu sel saraf (neuron) terdiri atas
bagian utama berupa badan sel saraf, dendrit, dan akson.
3.2 Saran
1. Agar dapat menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi mahasiswa Biologi
secara khususnya, dan bagi pembaca lainnya.
2. Dengan adanya beberapa keterbatasan dalam penyusunan makalah ini,
diharapkan kepada pembaca untuk menyampaikan kritik dan saran yang
membangun.

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, dkk. 2004. Biologi. Ed. 5 Jil. 3. Jakarta: Erlangga.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Pratiwi, D.A. 2004. Buku Penuntun Biologi. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai