S ISTE M SARAF
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya atas rahmat dan
karunia-NYA sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul SISTEM
SARAF dapat terselesaikan, sebagai salah tugas Mata Kuliah BIOLOGI. Penyusun sadar bahwa
tidak ada yang sempurna dimuka bumi ini, demikian pula dengan makalah ini. Isi yang
terkandung didalamnya masih jauh dari kesempurnaan, kesemuanya itu karena keterbatasan
penyusun sebagai manusia biasa. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penyusun siap
menerima masukan yang sifatnya membangun dari semua pihak, dalam rangka penyempurnaan
makalah ini.
Wassalam.
Penyusun
Kelompok 9
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..
Daftar Isi
BAB 1 PENDAHULUAN
Rumusan Masalah .
Tujuan ...........................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Penghantaran Impuls .
B. Mekanisme Gerak .
A. Kesimpulan ...
B. Saran .
A. LATAR BELAKANG
Cara manusia bertindak dan bereaksi bergantung pada pemrosesan neuron yang rumit,
tersusun, dan diskret. Banyak dari pola neuron penunjang kehidupan dasar, misalnya pola yang
mengontrol respirasi dan sirkulasi, serupa pada semua orang. Namun, tentu ada perbedaan halus
dalam integrasi neuron antara seseorang yang merupakan komponis berbakat dan orang yang
tidak dapat bernyanyi, atau antara seorang pakar matematika dan orang yang kesulitan membagi
bilangan. Sebagian perbedaan pada sistem saraf individu disebabkan oleh factor genetik. Namun
sisanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan pengalaman. Ketika sistem saraf imatur
berkembang sesuai cetak-biru genetiknya, terbentuk neuron dan sinaps dalam jumlah berlebihan.
Bergantung pada rangsangan dari luar, dan tingkat pemakaiannya, sebagian dari jalur jalur
saraf ini dipertahankan, dibentuk lebih pasti, dan bahkan meningkat, sementara yang lain
dieliminasi.
Sistem saraf merupakan salah satu bagian yang menyusun sistem koordinasi yang bertugas
menerima rangsangan, menghantarkan rangsangan ke seluruh bagian tubuh, serta memberikan
respons terhadap rangsangan tersebut. Pengaturan penerima rangsangan dilakukan oleh alat
indera. Pengolah rangsangan dilakukan oleh saraf pusat yang kemudian meneruskan untuk
menanggapi rangsangan yang datang dilakukan oleh sistem saraf dan alat indera.
Sistem koordinasi merupakan suatu sistem yang mengatur kerja semua sistem organ agar dapat
bekerja secara serasi. Sistem koordinasi itu bekerja untuk menerima rangsangan, mengolahnya
dan kemudian meneruskannya untuk menaggapi rangsangan. Setiap rangsangan-rangsangan
yang kita terima melalui indera kita, akan diolah di otak. Kemudian otak akan meneruskan
rangsangan tersebut ke organ yang bersangkutan.
Pematangan sistem saraf melibatkan banyak proses pakailah, jika tidak akan hilang.
Setelah sistem saraf terbentuk matang, tetap terjadi modifikasi karena manusia terus belajar dari
rangkaian pengalaman yang dijalani. Sebagai contoh, tindakan membaca makalah ini sedikit
banyak mengubah aktivitas saraf otak, karena ada informasi yang diserap kedalam ingatan
pembaca.
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai:
1.1 Bagaimana struktur saraf ?
1.2 Bagaimana klasifikasi sitem saraf?
1.3 Bagaimana penghantaran impuls?
1.4 Bagaimana kelainana pada system saraf?
C. TUJUAN
Dalam pembuatan makalah ini kami berharap agar para pembaca dapat:
a. Memahami struktur sistem saraf
b. Memahami Klasifikasi sistem saraf
c. Memahami Mekanisme penghantaran impuls
d. Memahami Kelainan pada sistem saraf
BAB 2
PEMBAHASAN
Sistem saraf adalah sistem organ pada hewan yang terdiri atas serabut saraf yang tersusun
atas sel-sel saraf yang saling terhubung dan esensial untuk persepsi sensoris indrawi, aktivitas
motorik volunter dan involunter organ atau jaringan tubuh, dan homeostasis berbagai proses
fisiologis tubuh. Sistem saraf merupakan jaringan paling rumit dan paling penting karena terdiri
dari jutaan sel saraf (neuron) yang saling terhubung dan vital untuk perkembangan bahasa,
pikiran dan ingatan. Satuan kerja utama dalam sistem saraf adalah neuron yang diikat oleh sel-sel
glia.
Nama sistem saraf berasal dari "saraf", yang mana merupakan bundel silinder serat yang
keluar dari otak dan central cord, dan bercabang-cabang untuk menginervasi setiap bagian
tubuh. Saraf cukup besar untuk dikenali oleh orang Mesir, Yunani dan Romawi Kuno, tetapi
struktur internalnya tidaklah dimengerti sampai dimungkinkannya pengujian lewat mikroskop.
Sebuah pemeriksaan mikroskopik menunjukkan bahwa saraf utamanya terdiri dari akson dari
neuron, bersamaan dengan berbagai membran (selubung) yang membungkus saraf dan
memisahkan mereka menjadi fasikel. Neuron yang membangkitkan saraf tidak berada
sepenuhnya di dalam saraf itu sendiri; badan sel mereka berada di dalam otak, central cord, atau
ganglia perifer (tepi).
Seluruh hewan yang lebih tinggi tingkatannya daripada porifera memiliki sistem saraf.
Namun, bahkan porifera, hewan uniseluler, dan non-hewan seperti jamur lendir memiliki
mekanisme pensinyalan sel ke sel yang merupakan pendahulu neuron. Dalam hewan simetris
radial seperti ubur-ubur dan hidra, sistem saraf terdiri dari jaringan difus sel terisolasi. Dalam
hewan bilateria, yang terdiri dari kebanyakan mayoritas spesies yang ada, sistem saraf memiliki
stuktur umum yang berasal awal periode Kambrium, lebih dari 500 juta tahun yang lalu.
Sistem saraf pada vertebrata secara umum dibagi menjadi dua yaitu sistem saraf pusat (SSP)
dan sistem saraf tepi (SST). SSP terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. SST utamanya
terdiri dari saraf, yang merupakan serat panjang yang menghubungkan SSP ke setiap bagian dari
tubuh. SST meliputi saraf motorik, memediasi pergerakan pergerakan volunter (disadari), sistem
saraf otonom, meliputi sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis dan fungsi regulasi
(pengaturan) involunter (tanpa disadari) dan sistem saraf enterik (pencernaan), sebuah bagian
yang semi-bebas dari sistem saraf yang fungsinya adalah untuk mengontrol sistem pencernaan.
Pada tingkatan seluler, sistem saraf didefinisikan dengan keberadaan jenis sel khusus, yang
disebut neuron, yang juga dikenal sebagai sel saraf. Neuron memiliki struktur khusus yang
mengizinkan neuron untuk mengirim sinyal secara cepat dan presisi ke sel lain. Neuron
mengirimkan sinyal dalam bentuk gelombang elektrokimia yang berjalan sepanjang serabut tipis
yang disebut akson, yang mana akan menyebabkan bahan kimia yang disebut neurotransmitter
dilepaskan di pertautan yang dinamakan sinaps. Sebuah sel yang menerima sinyal sinaptik dari
sebuah neuron dapat tereksitasi, terhambat, atau termodulasi. Hubungan antara neuron
membentuk sirkuit neural yang membuat persepsi organisme dari dunia dan menentukan tingkah
lakunya. Bersamaan dengan neuron, sistem saraf mengangung sel khusus lain yang dinamakan
sel glia (atau sederhananya glia), yang menyediakan dukungan struktural dan metabolik.
Sistem saraf ditemukan pada kebanyakan hewan multiseluler, tetapi bervariasi dalam
kompleksitas. Hewan multiseluler yang tidak memiliki sistem saraf sama sekali adalah porifera,
placozoa dan mesozoa, yang memiliki rancangan tubuh sangat sederhana. Sistem saraf
ctenophora dan cnidaria (contohnya, anemon, hidra, koral dan ubur-ubur) terdiri dari jaringan
saraf difus. Semua jenis hewan lain, terkecuali beberapa jenis cacing, memiliki sistem saraf yang
meliputi otak, sebuah central cord (atau 2 cords berjalan paralel), dan saraf yang beradiasi dari
otak dan central cord. Ukuran dari sistem saraf bervariasi dari beberapa ratus sel dalam cacing
tersederhana, sampai pada tingkatan 100 triliun sel pada manusia.
Pada tingkatan paling sederhana, fungsi sistem saraf adalah untuk mengirimkan sinyal dari
satu sel ke sel lain, atau dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lain. Sistem saraf rawan terhadap
malafungsi dalam berbagai cara, sebagai hasil cacat genetik, kerusakan fisik akibat trauma atau
racun, infeksi, atau penuaan. Kekhususan penelitian medis di bidang neurologi mempelajari
penyebab malafungsi sistem saraf, dan mencari intervensi yang dapat mencegahnya atau
memperbaikinya. Dalam sistem saraf perifer/tepi (SST), masalah yang paling sering terjadi
adalah kegagalan konduksi saraf, yang mana dapat disebabkan oleh berbagai macam penyebab
termasuk neuropati diabetik dan kelainan demyelinasi seperti sklerosis ganda dan sklerosis
lateral amiotrofik.
Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf yang sering disebut dengan neuron yang berfungsi
dalam mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsangan ataupun tanggapan. Untuk
menanggapi rangsangan tersebut, ada 3 komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf, antara
lain:
1. Reseptor
Reseptor adalah sel yang memberikan respon terhadap ransangan terhadap lingkungan
eksternal maupun internal kemudian reseptor akan mengubah rangsangan yang diterima
menjadi suatu impuls saraf yang akan di teruskan melalui neuron. Pada tubuh kita yang
bertindak sebagai reseptor adalah alat indera.
2. Penghantar impuls
Penghantar impuls dikerjakan oleh saraf itu sendiri tanpa bantuan organ organ lain. Saraf
tersusun dari berkas serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel
khusus yang memanjang dan meluas.
3. Efektor
Efektor adalah sel atau organ yang di gunakan untuk beraksi terhadap rangsangan baik dari
dalam maupun dari luar tubuh dapat diartikan sebagai bagian yang menanggapi rangsangan
yang telah diantarkan oleh penghantar impuls. Bagian utama efektor pada manusia adalah
otot dan kelenjar.
Sistem saraf memiliki dua jenis sel yaitu, sel saraf (neuron) dan sel glia.
o Neurofibril: berupa serabut - serabut halus yang terdapat pada bagian terdalam neurit
memiliki fungsi meneruskan impuls
o Selubung mielin: selubung mielin tersusun atas selubung -selubung pipih yang kita
kenal dengan sel schwan dan terdaat pada bagian luar akson. Fungsi dari selubung
mielin ini yaitu sebagai pelindung akson, penyedia nutrisi bagi kelangsungan kegiatan
yang terjadi dalam akson.
o Nodus ranvier: bagian dari akson yang tersusun dari sel pipih dan terlihat seperti
berbuku buku, nodur ranvier ini memiliki bentuk yang menyempit dan juga tidak
dilindungi oleh selubung mielin. Fungsi utamanya yaitu sebagai pemercepat impuls
saraf yang dikirim dari atau ke otak
Selubung mielin, Lapisan mielin atau myelin sheath adalah lapisan lemak tipis yang
menyelubungi akson dan beberapa dendrit (pada umumnya). Fungsi selubung mielin
adalah untuk melindungi neurit dari kerusakan dan mencegah impuls bocor. Fungsi
selubung mielin mirip pembungkus kabel listrik yang bersifat isolator.
Neurilema adalah jaringan penyambung yang berada tepat diatas lapisan mielin.
Neurilema adalah lapisan terluar sel saraf.
Sel schwann, Sel Schwann adalah sel yang mengelilingi selubung mielin. Nama dari sel
ini diambil dari nama penemunya yaitu Theodore Schwaan, seorang ilmuan dari Jerman.
Sel schwann akan menghasilkan lemak yang membungkus neurit berkali kali lipat sampai
terbentuknya selubung mielin. Sel Schwann berfungsi untuk mempercepat jalannya
impuls, menyediakan nutrisi bagi neuri dan membantu regenerasi dari neurit.
Nodus rainver, Nodus ranvier merupakan titik (celah) pada akson yang tidak
terselubungi myielin. Atau dengan kata lain adalah nodus ranvier merupakan daerah
akson yang tidak diselubungi myielin. Sehingga membentuk suatu celah antar akson
bermyielin. Nodus ranvier berfungsi sebagai titik lompatan rangsang pada akson. Impuls
saraf dari badan sel tidak mampu melewati bagian akson yang diselubi myelin, dengan
demikian impuls ini hanya dihantarkan pada daerah yang tidak bermyelin saja yaitu pada
nodus ranvier. Sehingga gerakan impuls saraf sepanjang akson ialah gerakan lompat atau
garakan salto pada titik ranvier. Dengan gerakan ini penyampaian impuls menjadi lebih
cepat dibanding dengan gerakan lurus.
Sinapsis, Sinapsi adalah celah yang terdapat pada pertemuan satu neuron dengan neuron
lainnya. Setiap sinapsis menyediakan koneksi antar neuron sehing memungkinkan
terjadinya pertukaran informasi antar neuron tersebut. Informasi ini ditukarkan dalam
bentuk zat kimia yang disebut Neurotransmiter. Pada ujung neurit setiap sel saraf terdapat
sebuah kantong yang disebut Bulbus Akson, nah kantong inilah yang akan menghasilkan
neurotransmiter tadi
Macam-macam jenis sel
a. Sel Glia yang Mendominasi Sistem Saraf Pusat (Otak dan Sumsum Tulang Belakang)
1. Mikroglia
Mikroglia adalah tipe dari sel glial
yang merupakan bagian dari sistem imun
bagi sistem saraf pusat. Mikroglia
merupakan sel kecil yang beraksi sebagai
fagosit, membersihkan komponen yang
dapat mengancam sistem saraf. Mikroglia
akan terjadi proses inflamasi ataupun
proses degeneratif yang mempengaruhi
sistem saraf pusat. Mikroglia dibuat dari
jaringan sumsum tulang yang sama
dengan yang menghasilkan monosit.
Selain sebagai sel imun, sel ini juga
mengeluarkan faktor-faktor yang dapat
merangsang pertumbuhan kita.
2. Oligodendrosit
Oligodendrosit merupakan sel
yang berperan untuk membentuk selubung
mielin bagi sistem saraf pusat. Oligodendrosit ini bisa dikatakan mempunyai fungsi yang serupa
dengan sel schwann yang ditemukan di sistem saraf tepi. Oligodendrosit juga tidak memiliki
kemampuan untuk regenerasi, sehingga kerusakan pada sistem saraf pusat seringkali
menyebabkan kecacatan permanen. Sel ini mempunyai substansi lemak yang mengelilingi
serabut-serabut aksonnya.
3. Astrosit
Astrosit berasal dari dua kata astro yang artinya bintang dan sit yang artinya sel. Sesuai
dengan namanya tersebut, aritrosit merupakan sel glia yang mempunyai bentuk seperti bintang.
Astrosit merupakan sel yang paling banyak di sistem saraf pusat.
Sel ini mempunyai beberapa fungsi penting yaitu:
Menyatukan antar neuron
Perbaikan cedera otak
Berperan dalam aktifitas neurotransmiter
Terdapat dua jenis astrosit
Astrosit Protoplasma, lebih banyak ditemukan di substansia grise. Sel ini mempunyai
tonjolan dari sitoplasma yang menyebar dari seluruh permukaan sel. Kadang kadang perluasan
sitoplasma ini berakhir pada pembuluh darah kecil sehingga membentuk perivascular feet.
Astrosit Fibrosa, banyak ditemukan dalam substansia alba. Perbedaanya dengan astrosit
protoplasmatis dapat dilihat dari tonjolan sitoplasma yang lebih panjang dan lurus. Di dalam
tonjolan tersebut juga dapat ditemukan gambaran filamen.
4. Sel Ependim
Sel Ependim melapisi bagian dalam rongga berisi cairan di SSP. Sel ependim merupakan sel
yang mempunyai silia, gerakan dari silia ini ikut berperan dalam mengalirkan cairan
serebrospinal di seluruh ventrikel otak. Sel ependim juga berfungsi sebagai prekursor bagi sel
saraf bahwa otak dewasa mempunyai potensi lebih besar untuk memperbaiki bagian yang rusak
daripada anggapan yang berlaku saat ini. Selain itu sel ependim juga berfungsi untuk melapisi
dan melindungi medulla spinalis serta ikut membentuk cairan serebrospinal.
Saraf sebagai sistem koordinasi atau pengatur seluruh aktifitas tubuh manusia
mempunyai tiga fungsi utama, yaitu sebagai alat komunikasi, pengendali atau pengatur kerja,
dan pusat pengendali tanggapan.
a) Saraf sebagai alat komunikasi antara tubuh dan dunia di luar tubuh. Hal ini dilakukan
oleh alat indera yang meliputi mata, hidung, telinga, lidah, dan kulit. Karena ada indera, dengan
mudah kita dapat mengetahui perubahan yang terjadi di luar tubuh kita.
b) Saraf sebagai pengendali atau pengatur kerja organ tubuh sehingga dapat bekerja
serasi sesuai dengan fungsi masing-masing.
c) Saraf sebagai pusat pengendali tanggapan atau reaksi tubuh terhadap perubahan
keadaan di sekitarnya. karena saraf sebagai pengendali kerja alat tubuh maka jaringan saraf
terdapat pada seluruh alat tubuh.
1.2 KLASIFIKASI SISTEM SARAF
A. SISTEM SARAF PUSAT
Sistem saraf manusia dibagi menjadi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi (perifer). Peran
sarat pusat dalam sistem saraf manusia sangat vital, karena akan menentukan cepat atau
lambatnya respon tubuh terhadap perubahan di sekitarnya. (Baca juga : Jenis-jenis dan Susunan
Sel Saraf Manusia Beserta Mekanisme Kerjanya)
Sistem saraf pusat manusia terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Semua bentuk
rangsangan (impuls) yang
diterima oleh alat indra, akan di
bawa ke sistem saraf pusat dan
diproses oleh sistem saraf pusat
untuk diberikan tanggapan.
1. Otak
Otak terletak di dalam
rongga kepala. Secara fisik,
bagian luar otak berwarna abu-
abu, sedangkan bagian dalamnya
berwarna putih. Otak manusia
dilindungi oleh selaput
pembungkus yang disebut
meninges. Selaput ini terdiri atas
3 lapisan, yaitu durameter
(selaput keras), arachnoid
(selaput jaring-jaring), dan
piameter (selaput halus).
o Durameter; adalah lapisan pembungkus otak paling luar yang fungsi utamanya
sebagai pelindung otak dan penjaga cairan serebrospinal.
o Arachnoideamater; adalah lapisan
pembungkus otak bagian tengah yang
berfungsi sebagai bantalan otak untuk
menghindari kerusakan mekanik.
o Piameter; adalah lapisan pembungkus
otak terdalam yang berbentuk lipatan-
lipatan sesuai permukaan otak. Lapisan
ini berfungsi sebagai
pelindung otak serta pengedar cairan
serebrospinal,
Bagian-bagian Otak
Otak terbagi menjadi bagian utama, yaitu otak besar (serebrum), otak kecil (serebelum),
dan sumsum lanjutan (medula oblongata).
1) Otak besar (serebrum)
Otak besar adalah bagian otak paling besar dari seluruh bagian otak manusia.
Hampir dua per tiga dari berat total otak disumbangkan oleh otak besar atau serebrum.
Otak besar terbagi menjadi dua belahan, yaitu belahan kanan (hemisfer kanan) dan
belahan kiri (hemisfer kiri).
Struktur hemisfer akan mengatur kinerja anggota tubuh secara berlawanan.
Hemisfer kanan akan mengatur fungsi dari tubuh sebelah kiri, dan sebaliknya, hemisfer
kiri mengatur fungsi tubuh di sebelah
Otak besar berfungsi untuk mengatur seluruh, aktivitas tubuh yang disadari,
misalnya kesadaran, kemauan, ingatan, dan pertimbangan.
Berdasarkan letak dan fungsinya, terdapat 4 bagian (lobus) utama otak besar,
sebagai berikut.
o Lobus frontal; merupakan bagian otak besar yang terletak di paling depan,
berfungsi untuk kegiatan motorik secara sadar, misalnya kemampuan berbicara,
kemampuan berpikir, dan pengendalian
emosi.
o Lobus parietal; adalah bagian otak besar
yang terletak di tengah, dibelakang lobus
frontal. Lobus pariental berfungsi untuk
proses sensorik (penerima rangsangan),
contohnya sentuhan, tekanan, rasa sakit,
dan suhu.
o Lobus temporal; adalah bagian otak
besar yang terletak di samping, berfungsi
untuk memproses data suara dan juga
fungsi bahasa.
o Lobus oksipital; adalah bagian otak besar
yang terletak di bagian belakang,
berfungsi untuk memproses data visual
(penglihatan).
2). Otak kecil (serebelum)
Otak kecil atau serebelum memiliki
struktur yang hampir mirip dengan otak besar,
yaitu memiliki dua belahan, kiri dan kanan, serta
memiliki banyak lipatan-lipatan otak, terletak pada bagian bawah otak belakang, di
bawah lobus oksipital.
Bagian otak ini berfungsi untuk pusat keseimbangan, mengatur kegiatan motorik,
dan koordinasi otot. Fungsi lain dari otak kecil, yaitu berperan dalam pengolahan
informasi (kognitif) dan emosi. Otak kecil memiliki tiga lobus, yaitu lobus anterior, lobus
posterior, dan lobus flocculonodular.
3) Batang Otak (Brainstem)
Batang otak adalah bagian otak yang terletak di depan otak kecil dan di bawah
otak besar. Pada saat melakukan gerakan sadar, batang otak merupakan jalur yang harus
dilalui impuls untuk mencapai bagian otak besar.
Batang otak merupakan bagian yang mengubungkan otak dengan sumsum tulang
belakang, berfungsi untuk mengontrol pernafasan, denyut jantung, dan reaksi insting.
Bagian otak ini akan merespons semua kejadian yang bersifat insidental dan
berkaitan dengan naluri, seperti mencari makan, bertempat tinggal. Berdasarkan
penelitian, orang yang cenderung dominan menggunakan kemampuan batang otaknya,
maka akan cenderung bersifat kasar dan liar.
o Otak tengah (Mesenchepalon), Otak tengah terletak di depan otak kecil dan
jembatan varol. Di depan otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang
mengatur kerja kelenjar kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah
merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil
mata, dan juga merupakan pusat pendengaran. Bagian ini memiliki fungsi utama
sebagai stasiun impuls penglihatan, pendengaran, gerakan mata, dan juga gerakan
tubuh.
o Sumsum lanjutan (Medulla Oblongata), merupakan penghubung antara otak dan
sumsum tulang belakang. Bagian ini memiliki fungsi otonom, seperti pernafasan,
detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.
o Jembatan varol (pons varoli), berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil
bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang
belakang. Pons, merupakan bagian batang otak yang terletak di bawah otak
tengah dan di atas sumsum lanjutan. Fungsi utama pons adalah sebagai jalur
perantara untuk mentransfer sinyal antara otak besar dengan otak kecil. Fungsi
lain dari spons adalah mengirimkan sinyal saraf kranial (saraf yang berhubungan
langsung dengan otak) ke luar dari otak ke wajah dan telinga, serta ikut berperan
dalam pengendalian fungsi otonom (tidak sadar).
Sistem saraf tepi merupakan sistem saraf yang menghubungkan semua bagian tubuh dengan
sistem saraf pusat. Sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf sadar (somatik) dan sistem saraf tak
sadar (otonom). Sistem saraf tepi berdasarkan arah impulsnya terbagi menjadi dua, yaitu sistem
aferen dan sistem eferen.
o Sistem aferen mengandung sel saraf yang menghantarkan informasi dan reseptor ke
sistem saraf pusat.
o Sistem saraf eferen mengandung sel saraf yang menghantarkan informasi dari sistem
saraf pusat ke otot dan kelenjar.
Sistem saraf somatik mengandung saraf eferen yang menghantarkan impuls dari sistem saraf
pusat ke jaringan otot rangka. Sistem saraf somatik menghasilkan gerakan di jaringan otot
rangka.
impuls adalah rangsangan atau pesan yang diterima oleh reseptor dari lingkungan luar,
kemudian dibawa oleh neuron. Impuls juga dikatakan serangkaian pulsa elektrik yang menjalari
serabut saraf. Impuls yang diterima oleh reseptor kemudian di sampaikan ke efektor yang
menyebabkan terjadinya gerakan atau perubahan pada efektor. Gerakan tersebut adalah gerak
sadar dan gerak refleks.
Impuls atau rangsang adalah pesan saraf yang dialirkan sepanjang akson dalam bentuk
gelombang listrik. Impuls akan dihantarkan ke sistem
saraf pusat. Sebagai jaringan komunikasi, tentunya saraf
memiliki mekanisme khusus tentang cara meneruskan
impuls. Proses mekanisme jalannya penghantaran impuls
saraf dibagi lewat 2 jalan, yaitu sebagai berikut:
B. MEKANISME GERAK
Penghantaran impuls oleh saraf ke saraf pusat memberikan reaksi tubuh berupa gerakan
anggota tubuh. Gerakan tersebut terjadi karena proses yang disadari yang disebut juga gerak
sadar atau gerakan biasa. Sementara gerak yang tidak disadari disebut gerak reflex.
1. Gerak sadar
Gerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi karena disengaja atau disadari. Impuls
yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang panjang. Bagannya adalah
sebagai berikut.
Impuls Reseptor Saraf Sensorik Otak Saraf Motorik Efektor (Otot).
2. Gerak refleks
Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls yang
menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang sangat singkat dan tidak melewati
otak. Alur impuls dimulai dari reseptor sebagai penerima rangsangan, kemudian dibawa oleh
neuron ke sumsum tulang belakang, tanpa diolah oleh pusat saraf. Kemudian tanggapan
dikirim oleh saraf motorik menuju efektor. Alur impuls pada gerak refleks disebut lengkung
refleks.
1. Amnesia
Merupakan gangguan pada otak yang disebabkan oleh kecelakaan atau cidera yang
menyebabkan trauma pada kepala (geger otak) sehingga penderita mengalami kebingungan dan
kehilangan ingatan. Amnesia bersifat sementara atau permanen tergantung dari seberapa
parahnya trauma yang diderita oleh otak.
2. Epilepsi
Disebabkan oleh adanya gangguan penghantar impuls listrik pada sel-sel saraf, orang yang
menderita penyakit tumor otak, trauma pada kepala, penggunaan obat-obat bius, dan penderita
cacat otak bawaan. Ciri-ciri orang yang terkena epilepsi adalah mengalami kejang-kejang hingga
mulutnya keluar busa. Epilepsi disebut juga dengan penyakit ayan. Penderitanya sering
mengalami kejang-kejang yang mendadak dan berulang-ulang tanpa alasan.
3. Stroke
Merupakan penyakit yang terjadi karena penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah didalam
otak sehingga otak menjadi rusak. Penyumbatan ini disebabkan karena adanya penyempitan
pembuluh darah (arteriosklerosis), juga penyumbatan karena suatu emboli. Penderita stroke
biasanya terlihat dari wajahnya yang tidak simetris.
4. Sakit Kepala
Pada umumnya disebabkan karena melebarnya pembuluh darah pada daerah selaput otak.
Pelebaran pembuluh darah ini umumnya merupakan penyakit tersendiri tetapi merupakan bagian
dari timbulnya gejala penyakit yang lebih serius.
5. Neuritis
Merupakan kelainan pada sistem saraf yang disebabkan karena adanya tekanan, pukulan,
keracunan, patah tulang atau kekurangan vitamin B. Penyakit ini menjadikan penderitanya sering
mengalami kesemutan.
6. Parkinson
Merupakan kelainan yang disebabkan karena kekurangan neurotransmiter dopamine pada dasar
ganglion. Penderita kelainan ini biasanya sering mengalami tangan gemetaran saat sedang
beristirahat, susah gerak, mata sulit untuk berkedip, dan otot terasa kaku sehingga kaki menjadi
kaku saat berjalan atau bergerak.
7. Polio
Disebabkan karena infeksi virus polio pada sumsum tulang belakang. Pada umumnya virus ini
menyerang anak-anak. Virus polio ini dapat menimbulkan demam, kelumpuhan, sakit kepala
yang berakhir pada hilangnya refleks, dan mengecilnya otot. Penyakit ini dapat dicegah dengan
imunisasi polio. Jika penyakit ini sudah timbul maka tidak dapat diobati.
8. Transeksi
Merupakan kelainan pada sistem saraf terutama pada medulla spinalis karena jatuh atau
tertembak. Akibatnya penderita akan mengalami hilangnya segala rasa atau mati rasa.
9. Hidrosefalus
Merupakan kelainan yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak atau penumpukan
cairan didalam otak yang menyebabkan pembengkakan didalam otak. Gangguan ini
menyebabkan cairan bertambah banyak yang kemudian akan menekan jaringan pada otak di
sekitarnya terutama pada pusat-pusat saraf vital.
10. Afasia
Merupakan kelainan pada fungsi bicara pada seseorang karena adanya kelainan otak. Penderita
ini dak memiliki kemampuan untuk berbicara dan mengerti bahasa lisan.
11. Ataksia
Merupakan kelainan yang terjadi disebabkan karena sel-sel saraf didalam otak kecil rusak atau
mengalami degenerasi. Akibatnya penderita ataksia akan mengalami kesulitan dalam berbicara,
menelan, menggerakkan mata dan kesulitan dalam melakukan berbagai gerakan.
12. Meningitis
Meningitis atau radang selaput otak terjadi karena infeksi virus atau bakteri pada meninges
(selaput yang melindungi otak dan sumsum tulang belakang). Penyakit ini bersifat ringan namun
dapat berkembang menjadi lebih parah tergantung pada penyebabnya. Gejala meningitis yang
harus diwaspadai adalah: demam, sakit kepala berlebih, leher terasa kaku dan adanya ruam-ruam
pada kulit.
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sistem saraf merupakan salah satu system koordinasi yang bertugas menyampaikan
rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh. System saraf terdiri dari jutaan
sel saraf (neuron). Fungsi sel adalah mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsangan atau
tanggapan. System sarf dibagi menjadi dua, yaitu system saraf pusat dan system saraf perifer.
System saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. System saraf perifer terdiri dari
system saraf sadar dan system saraf tidak sadar.
B. SARAN
Untuk dapat memahami system saraf, selain membaca dan memahami materi-materi dari
sumber keilmuan yang ada (buku, internet dan lain-lain) kita harus dapat mengkaitkan materi-
materi tersebut dengan kehidupan kita sehari-hari, agar lebih mudah untuk paham dan akan
selalu diingat.
DAFTAR PUSTAKA