Anda di halaman 1dari 8

Scenario 5 Seorang wanita berusia 30 tahun dibawa ke UGD dengan keluhan lumpuh pada 4

ekstremitas.
1. Apakah differential diagnosis dari keluhan utama tersebut?
2. Data apakah yang anda perlukan untuk menggali riwayat penyakit dan mengarahkan pada
diagnosis?
3. Apakah tatalaksana awal yang tepat pada pasien ini?
*Plegia adalah kekuatan otot yang hilang sama sekali.
*Paresis adalah kekuatan otot yang berkurang
Ciri – ciri klinik pada lesi di UMN dan LMN adalah :
UMN : kehilangan kontrol volunter, peningkatan tonus otot, spastisitas otot, tidak ada atropi otot, reflek
hiperaktif dan abnormal.
LMN : kehilangan kontrol volunter, penurunan tonus otot, paralysis flaksid otot, atropi otot, tidak ada atau
penurunan reflek.

Hal ini menurunkan efesiensi disebabkan kelemahan, juga disebut paresis. Kehilangan hubungan yang komplit
menghalangi adanya keinginan untuk bergerak lebih banyak. Ketiadaan kontrol ini disebut paralisis.
Beda kelumpuhan upper motor nueron
(U.M.N.) dengan kelumpuhan lower
motor neuron (L.M.N.) adalah:
Pada kelumpuhan U.M.N. terdapat kelumpuhan yang spastik (kaku), sedangkan pada kelumpuhan
L.M.N. terdapat kelumpuhan yang flaksid (lemas)

Penyebab kelumpuhan
Kerusakan saraf yang dapat menyebabkan paralisis mungkin di dalam otak atau batang otak
( pusat sistem saraf ) atau mungkin di luar batang otak ( sistem saraf perifer ). Lebih sering penyebab
kerusakan pada otak adalah stroke, tumor, truma ( disebabkan jatuh atau pukulan ), multiple sclerosis
( penyakit yang merusak bungkus pelindung yang menutupi sel saraf ), serebral palsy ( keadaan yang
disebabkan injuri pada otak yang terjadi sesaat setelah lahir ), gangguan metabolik ( gangguan dalam
penghambatan kemampuan tubuh untuk mempertahankannya ).
Kerusakan pada batang otak lebih sering disebabkan trauma, seperti jatuh atau kecelakaan
mobil. Kondisi lainnya yang dapat menyebabkan kerusakan saraf dalam atau dengan segera
berdekatan pada tulang belakang termasuk : tumor, herniasi sendi ( juga disebut ruptur sendi ),
spondilosis, rematoid artrirtis pada tulang belakang atau multiple sklerosis.
Kerusakan pada saraf tepi mungkin disebabkan trauma, carpal tunel sindrom, Gullain Barre
Syndrom, radiasi, toksin atau racun, CIDP, penyakit dimielinisasi.

Penyebab kelumpuhan
Kerusakan saraf yang dapat menyebabkan paralisis mungkin di dalam otak atau batang otak
( pusat sistem saraf ) atau mungkin di luar batang otak ( sistem saraf perifer ). Lebih sering penyebab
kerusakan pada otak adalah stroke, tumor, truma ( disebabkan jatuh atau pukulan ), multiple sclerosis
( penyakit yang merusak bungkus pelindung yang menutupi sel saraf ), serebral palsy ( keadaan yang
disebabkan injuri pada otak yang terjadi sesaat setelah lahir ), gangguan metabolik ( gangguan dalam
penghambatan kemampuan tubuh untuk mempertahankannya ).
Kerusakan pada batang otak lebih sering disebabkan trauma, seperti jatuh atau kecelakaan
mobil. Kondisi lainnya yang dapat menyebabkan kerusakan saraf dalam atau dengan segera
berdekatan pada tulang belakang termasuk : tumor, herniasi sendi ( juga disebut ruptur sendi ),
spondilosis, rematoid artrirtis pada tulang belakang atau multiple sklerosis.
Kerusakan pada saraf tepi mungkin disebabkan trauma, carpal tunel sindrom, Gullain Barre
Syndrom, radiasi, toksin atau racun, CIDP, penyakit dimielinisasi.

Tanda dan gejala


Distribusi paralisis memberikan syarat yang penting untuk bagian saraf yang rusak.
Hemiplegia disebabkan kerusakan otak pada sisi berlawanan dengan paralysis, biasanya dari stroke.
Paraplegia terjadi setelah injuri pada bagian bawah batang otak , dan quadriplegia terjadi setelah
kerusakan bagian atas batang otak pada tingkat bahu atau lebih tinggi ( saraf yang mengontrol lengan
sejajar tulang belakang ). Diplegia biasanya mengindikasikan kerusakan otak, lebih sering karena
serebral palsy. Monoplegia mungkin disebabkan pemisahan kerusakan diantara system saraf pusat
atau saraf perifer. Kelemahan atau paralysis hanya dapat terjadi pada lengan dan kaki dapat
mengindikasikan penyakit diemelinisasi.
Gejala berfluktuasi dalam membedakan bagian tubuh mungkin disebabkan multiple sclerosis.
Kejadian paralysis lebih sering disebabkan injuri atau stroke. Penjalaran paralysis mengindikasikan
penyakit degeneratif, penyakit infeski seperti GBS atau CIDP, gangguan metabolisme . Gejala lain
yang sering menyertai paralisis termasuk mati rasa dan perasaan
kesemutan, nyeri, perubahan penglihatan , kesulitan berbicara,atau masalah dengan keseimbangan.
Cedera pada batang otak sering menyebabkan menurunnya fungsi kandung kemih, BAB dan organ
sex. Injuri diatas batang otak dapat menyebabkan kesulitan dalam bernafas.
Kelainan pada saraf bisa berupa kelainan pada:
1. Korteks Cerebri: cirinya terjadi gangguan fungsi luhur yaitu gangguan dalam berbahasa, gangguan
fraksi, dan gangguan genosis.
2. Capsula Interna: terdapat nervus VII dan XII yang bersifat kontralateral. bila ada kelainan maka
menyebabkan lesi pada otot-otot bicara yang mengakibatkan bicara pelo.
3. Medulla Spinalis: bila lesi setinggi cervical terjadi kelumpuhan tangan dan kaki, bila lesi setinggi
thorakal terjadi kelumpuhan tungkai, bila lesi setinggi lumbosakral terjadi kelumpuhan hanya
tungkai. Perbedaan lesi pada thorakal dan lumbosakral yaitu pada letak lesi motoriknya. kalo pada
thorakal di upper motorneuron, sedangkan pada lumbosakral di lower motorneuron.
4. Batang otak: Lesi berupa kelumpuhan anggota gerak yang bersifat kontralateral (bila lumpuh pada
sebelah kanan maa lesi pada saraf sebelah kiri)

SENSSIBILITAS MACAM-MACAMNYA:
1.Perasa raba.
2.Perasa suhu.
3.Perasa nyeri.
CARA MEMERIKSANYA:
1.Perasa raba diperiksa dengan kapas.
2. Perasa susu diperiksa dengan:
- Air hangat : + 43oC.
- Air dingin : + 10oC.
3. Perasa nyeri diperiksa dengan jarum pentul

MACAM-MACAMNYA GANGGUAN SENSIBILITAS:


*Anestesia adalah perasa raba yang hilang sama sekali.
*Hipestesia adalah perasa raba yang berkurang.
*Analgesia perasa nyeri yang hilang sama sekali.
*Hipalgesia adalah perasa nyeri yang berkurang.
*Thermanestesia adalah perasa suhu yang hilang sama sekali.
*Thermhipestesia adalah perasa suhu yang berkurang.

NERVUS V (N. TRIGEMINUS) TERDIRI DARI 2


BAGIAN:
I.Bagian sensorik terdiri dari 3 cabang:

1. Nervus oftalmikus (N. V1) yang mensarafi dahi, mata, hidung, selaput otak, sinus paranasalis
dan sebagian dari selaput lendir hidung di sisi ipsilateral.
2. Nervus maksilaris (N. V2) yang mensarafi rahang atas, gigi rahang atas, bibir atas,
pipi,palatum durum, sinus maksilaris dan selaput lendir hidung di sisi ipsilateral.
3. Nervus mandibularis (N. V3) yang mensarafi rahang bawah, gigi rahang bawah, bibir bawah,
mukosa pipi, lidah, liang telinga dan selaput otak di sisi ipsilateral.

II. Bagian motorik


Mensarafi otot-otot pengunyah di sisi ipsilateral.

NERVUS V:
1. Bagian sensorik
2. Bagian motorik
3. Otot pengunyah

GANGGUAN NERVUS V
DAPAT BERUPA:
I.Lesi nervus V.
II. Terangsangnya nervus V.

1.Neuralgia trigeminus.
2.Nyeri trigeminus sekunder.
3.Neuralgia post-herpetik.

LESI NERVUS V.
ETIOLOGI:
1.Trauma kapitis.
2.Meningitis basalis tuberkulosa.
3.Infiltrasi karsinoma anaplastik nasofaring.

GEJALA-GEJALANYA:
Misalnya lesi nervus V dekstra, akan menimbulkan gejala-gejala:
1. Gangguan sensibilitas pada separuh wajah di sisi dekstra.
2. Ada kelumpuhan otot-otot pengunyah di sisi dekstra dengan gejala:
- Sewaktu penderita menggigitkan giginya, akan terasa oleh pemeriksa bahwa muskulus maseter
dekstranya tidak berkontraksi (tidak mengeras).
- Sewaktu penderita membuka mulutnya lebar-lebar, akan tampak dagunya mencong (deviasi) ke
sisi dekstra.

NEURALGIA TRIGEMINUS (TIC DOULOUREUX)


ETIOLOGI:
Belum diketahui dengan pasti.
Ada dugaan akibat tertekannya N.V oleh arteri karotis interna yang mengalami arteriosklerosis.

GEJALA-GEJALANYA:
1.Nyeri paroksismal (bangkitan-bangkitan) di daerah wajah.
2.Bangkitan nyeri ini selalu bermula pada suatu daerah kulit atau selaput lendir yang disarafi oleh
salah satu cabang nervus V (triger zone).
3. Bangkitan nyeri ini biasanya timbul mendadak misalnya sewaktu sedang makan/mengunyah,
bicara atau ada satu tempat tertentu pada pipi penderita yang tersentuh dan berlangsung beberapa
menit.
4. Diluar bangkitan penderita adalah sehat.

PENGOBATAN:
I.Konservatif: Karbamazepin 3 kali 200 mgr/hari. Penitoin 3 kali 100mgr/hari
II. Operatif.

NYERI TRIGEMINUS SEKUNDER.


ETIOLOGI:
1.Sakit gigi misalnya pulpitis.
2.Sinusitis.
3.Infiltrasi karsinoma anaplastik nasofaring.
4.Erisepelas pada kulit wajah.
5.Penyakit mata misalnya iridosiklitis, glaukoma.

GEJALA-GEJALANYA:
1.Nyeri yang tidak paroksismal (tidak bangkit-bangkitan) di daerah wajah.
2.Dapat mengenai ketiga cabang nervus V.
3.Ada nyeri tekan di daerah wajah yaitu pada tempat keluarnya cabang-cabang nervus V (foramen
supraorbitale, foramen infraorbitale atau foramen mentale).

NEURALGIA POST-HERPETIK
ETIOLOGI: VIRUS HERPES ZOSTER.
GEJALA-GEJALANYA:
1.Ada rasa nyeri di daearh kulit yang disarafi oleh nervus oftalmikus (N. V1).
2.Ada bekas-bekas herpes zoster pada dahi atau pada kornea.

NERVUS VII (NERVUS FASIALIS).


TERDIRI DARI:
I. BAGIAN MOTORIK: ADA 2 KELOMPOK:
1. Kelompok dorsal yang mensarafi otot dahi dan muskulus orbikularis okuli di sisi ipsilateral.
Kelompok dorsal ini mendapat impuls dari korteks motorik dekstra dan sinistra.
2. Kelompok ventral yang mensarafi otot di sekeliling mulut di sisi ipsilateral.
Kelompok ventral ini hanya mendapat impuls dari korteks motorik kontralateral.
II. BAGIAN SENSORIK MENSARAFI:
1. Alat pengecap pada 2/3 lidah bagian depan di sisi ipsilateral.
2. Mensarafi kelenjar air mata di sisi ipsilateral.
3. Mensarafi kulit liang telinga di sisi ipsilateral.

GANGGUAN NERVUS VII DAPAT BERUPA:


I. LESI NERVUS VII:
1. Lesi nervus VII perifer (infranuklear).
2. Lesi nervus VII supranuklear.
II. TERANGSANGNYA NERVUS VII:
TIC FASIALIS.

LESI NERVUS VII PERIFER


ETIOLOGI:
1.Bell’s palsy.
2.Trauma kapitis.
3.Infitrasi karsinoma nasofarings.
4.Meningitis.

GEJALA-GEJALANYA:
Misalnya lesi nervus VII dekstra perifer akan menimbulkan gejala-gejala:
1. Sulkus naso-labialis dekstra lebih datar daripada yang sinistra.
2. Sewaktu penderita meringis tampak ujung bibir di sisi dekstra tertinggal.
3. Sewaktu penderita bersiul tampak bibir mencong ke sisi dekstra.
4. Dahi di sisi dekstra tidak dapat dikerutkan.
5. Mata dekstra tidak dapat ditutup.
6. Sewaktu-waktu ada gangguan pengecap pada 2/3 lidah bagian depan di sisi dekstra.
7. Sewaktu-waktu kelenjar air mata di sisi dekstra tidak bisa mengeluarkan air mata.
LESI NERVUS VII SUPRA-NUKLEAR
ETIOLOGI: Misalnya stroke.
GEJALA-GEJALANYA:
*Misalnya lesi nervus VII sinistra supra nuklear akan menimbulkan gejala-gejala:
1. Sulkus nasolabralis sinistra lebih datar dari yang dekstra.
2. Sewaktu penderita meringis tampak ujung bibir sinistra tertinggal.
3. Sewaktu penderita bersiul tampak bibir mencong ke sisi sinistra.
4. Penderita dapat mengerutkan dahi dan menutup mata dengan baik.

TIC FASIALIS
Adalah perangsangan nervus VII yang dapat menimbulkan gerakan involunter pada otot wajah
misalnya otot-otot disekitar mata.

NERVUS IX (N.GLOSOFARINGEUS)
NERVUS IX TERDIRI DARI:
1.Bagian motorik yang mensarafi otot lengkung langit-langit di sisi ipsilateral.
2.Bagian sensorik yang mensarafi:
- Mukosa palatum mole, lengkung langit-langit, 1/3 bagian belakang lidah dan bagian atas farings di
sisi ipsilateral.

- Mensarafi alat pengecap pada 1/3 bagian belakang lidah di sisi ipsilateral.
- Mensarafi kelenjar parotis di sisi ipsilateral.

GANGGUAN NERVUS IX DAPAT BERUPA:


1.Lesi nervus IX.
2.Terangsangnya nervus IX:
Neuralgia Glosofaringeus.

LESI NERVUS IX.


ETIOLOGI:
1.Difteri.
2.Infiltrasi karsinoma nasofaring.
GEJALA-GEJALANYA:
Misalnya lesi nervus IX dekstra akan menimbulkan gejala-gejala:
1.Ada kelumpuhan otot lengkung langit-langit di sisi dekstra.
2. Ada gangguan sensibilitas pada palatum mole dan bagian atas faring di sisi dekstra, sehingga bila
bagian ini disentuh tidak menimbulkan refleks muntah.
3.Tidak terdapat sekresi ludah dari kelenjar parotis dekstra.
4.Ada gangguan pengecapan pada 1/3 bagian belakang lidah di sisi dekstra.

NEURALGIA GLOSOFARINGEUS.
Adalah suatu nyeri paroksismal yang timbul sepanjang nervus glosofaringeus.

GEJALA-GEJALANYA:
1.Ada nyeri paroksismal (bangkit-bangkitan) yang dapat dirasakan pada pangkal lidah, faring, laring
atau di dalam telinga.
2.Bangkitan nyeri ini dapat berlangsung beberapa detik sampai dua menit, biasanya timbul sewaktu
menelan, berbicara atau bersin.
3.Diluar bangkitan penderita adalah sehat.

GANGGUAN NERVUS X DAPAT BERUPA:


Lesi nervus X (nervus rekurens)

GEJALA-GEJALANYA:
Disfonia (suara parau) atau afonia (suara hilang sama sekali).

NERVUS XII
(N. HIPOGLOSUS)
Mensarafi otot-otot lidah di sisi ipsilateral.

GANGGUAN NERVUS XII DAPAT BERUPA:


Lesi nervus XII.
ETIOLOGI:
1.Trauma kapitis.
2.Infiltrasi karsinoma nasofaring.
3.Meningitis.
GEJALA-GEJALANYA:
Misalnya lesi nervus XII dekstra akan menimbulkan gejala-gejala:
•Sewaktu lidah diam di dalam mulut tampak ujung lidah deviasi (mencong ke sisi sinistra.
•Sewaktu lidah dijulurkan keluar akan tampak ujung lidah mencong (deviasi) ke sisi dekstra.

STROKE
Adalah suatu kelainan neurologi akibat gangguan pembuluh darah setempat di otak.
Gangguan pembuluh darah otak tersebut dapat berupa:
1.Tersumbatnya pembuluih darah otak.
2.Pecahnya pembuluh darah otak.

MACAM-MACAM STROKE
1. Stroke Non-Hemoragik; timbul akibat tersumbatnya pembuluh darah otak
2. Stroke Hemoragik; timbul akibat pecahnya pembuluh darah otak

STROKE NON HEMORAGIK


GEJALA-GEJALANYA:
1.Gejala kelainan neurologinya dapat berupa:
- Hemiparesis/hemiplegia.
- Gangguan bicara.
- Gangguan sensibilitas pada separuh tubuh.
2.Gejala kelainan neurologi ini timbul secara mendadak, biasanya ketika penderita sedang istirahat
(baru bangun tidur).
3.Kesadaran Penderita Baik.

STROKE HEMORAGIK
GEJALA-GEJALANYA:
1.Gejala kelainan neurologinya dapat berupa:
- Hemiparesis/hemiplegia.
- Gangguan bicara.
- Gangguan sensibilitas pada separuh tubuh.
2.Gejala kelainan neurologi ini timbul secara sangat mendadak, biasanya pada saat sedang aktif.
3.Kesadaran Penderita menurun
4.Biasanya penderita juga menderita hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai