Mukhlis Imanto
Bagian Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL)
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
e-mail: mukhlisimantokhlis@yahoo.co.id
Abstract: Inflammation of the Outer Ear. Inflammation of the outer ear is the case that most often
causes the patient came to the clinic for treatment. The incidence is approximately 1: 100 and 1: 250 of
the entire population, with regional variations based on age and geographic location. On the Outer Ear
inflammation is inflammation of the skin or cartilage auricle, ear canal or tympanic membrane epithelial
layer caused by bacteria, fungi and viruses. This review will discuss the embryology, anatomy and
physiology of the ear, especially the outer ear, as well as classification, pathophysiology, diagnosis and
treatment of inflammation of the outer ear. This review is expected can help the reader to know and
understand the inflammatory diseases of the external ear where it is most useful in the further
management, especially for an ENT specialist.
Abstrak: Radang Telinga Luar. Radang pada telinga luar merupakan kasus yang paling sering
menyebabkan pasien datang ke klinik untuk mendapatkan pengobatan. Insidensinya sekitar 1:100 dan
1:250 dari seluruh populasi, dengan variasi regional berdasarkan usia dan letak geografis. Radang pada
Telinga Luar adalah radang pada kulit atau kartilago aurikula, liang telinga atau lapisan epitel membran
timpani yang disebabkan oleh bakteri, jamur dan virus. Sari pustaka ini akan membahas mengenai
embriologi, anatomi dan fisiologi telinga terutama telinga luar, serta klasifikasi, patofisiologi, diagnosis
dan penatalaksanaan radang pada telinga luar. Diharapkan sari pustaka ini dapat membantu pembaca
dalam mengenal dan memahami penyakit radang pada telinga luar dimana hal ini sangat berguna dalam
penatalaksanaan selanjutnya terutama bagi seorang ahli THT.
Radang pada Telinga Luar adalah radang pada mendapatkan pengobatan. Insidensinya sekitar 1:100
kulit atau kartilago aurikula, liang telinga atau dan 1:250 dari seluruh populasi, dengan variasi
lapisan epitel membran timpani yang disebabkan regional berdasarkan usia dan letak geografis.
oleh bakteri, jamur dan virus. Hampir 98% penyebabnya adalah bakteri, dengan
Radang dapat dikategorikan berdasarkan patogen terbanyak adalah Pseudomonas aeruginosa
penyebab dan lokasi, serta diklasifikasikan (20-60%) dan Staphylococcus aureus (10-70%),
berdasarkan waktu terjadi sebagai akut, subakut dan yang paling sering terjadi adalah infeksi
kronis. polimikroba.
Seorang ahli THT sangat sering menemukan
kasus radang pada telinga luar dalam praktek sehari- Klasifikasi
hari. Oleh karena itu sangat penting untuk Radang pada Aurikula
mengetahui embriologi, anatomi dan fisiologi Berdasarkan penyebabnya dibagi ke dalam:4
telinga, terutama telinga luar. Hal tersebut sangat 1. Bakteri: Selulitis dan perikondritis serta kondritis
berguna dalam penatalaksanaan selanjutnya. 2. Virus: Herpes zoster otikus.
Faktor yang mempermudah terjadinya radang
pada telinga luar adalah perubahan pH di liang Radang pada Kanalis Akustikus Eksternus
telinga, yang biasanya normal atau asam. Bila pH Berdasarkan penyebabnya dibagi ke dalam:1
menjadi basa, proteksi terhadap infeksi menurun. 1. Bakteri: Otitis eksterna sirkumkripta (furunkel),
Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, bakteri otitis eksterna difus dan otitis eksterna maligna.
dan jamur mudah tumbuh. Predisposisi radang pada 2. Jamur: Otomikosis.
telinga luar yang lain adalah trauma ringan saat
mengorek telinga. Radang Pada Membran Timpani
Sebagaimana diketahui bahwa radang pada Penyakit yang paling sering ditemui adalah
telinga luar merupakan kasus yang paling sering yang disebabkan oleh bakteri, yaitu miringitis bulosa
menyebabkan pasien datang ke klinik untuk dan granular miringitis kronis.
201
202 Jurnal Kesehatan, Volume VI, Nomor 2, Oktober 2015, hlm 201-210
Embriologi Anatomi
Secara embriologi, selama minggu keenam Telinga luar terdiri dari aurikula dan liang
masa gestasi, terjadi kondensasi mesoderem dari telinga sampai membran timpani. Aurikula terdiri
percabangan pertama dan kedua, membentuk enam dari tulang rawan (kartilago) dan kulit. Liang telinga
hillocks dari His. Tiga cabang pertama hillocks berbentuk huruf S, dengan kartilago pada sepertiga
dibentuk dari cabang pertama dan cabang kedua lateral, sedangkan duapertiga medial adalah tulang.
yang memberikan kontribusi pada tiga cabang Panjangnya sekitar 2,5-3 cm pada dewasa.
terakhir. Batas-batas liang telinga adalah anterior: fossa
mandibula, kelenjar parotis; posterior: mastoid;
superior: resesus epitimpani (medial), kavitas kranial
(lateral); inferior: kelenjar parotis.
Pada sepertiga lateral kulit liang telinga
terdapat banyak kelenjar serumen (modifikasi
kelenjar keringat=kelenjar serumen) dan rambut.
Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang
telinga.
Pada duapertiga medial hanya sedikit
dijumpai kelenjar serumen. Serumen adalah hasil
produksi kelanjar sebasea, kelenjar seruminosa,
epitel kulit yang terlepas dan partikel debu. Dalam
Gambar 2.1 Pembagian aurikula keadaan normal, serumen terdapat di sepertiga luar
liang telinga karena kelenjar tersebut hanya
Cabang pertama: hillocks pertama (tragus), ditemukan di daerah ini. Konsistensinya lunak,
hillocks kedua (krus heliks), dan hillocks ketiga tetapi kadang-kadang kering. Dipengaruhi oleh
(heliks). Cabang kedua: hillocks keempat faktor keturunan, iklim, usia dan keadaan
(antiheliks), hillocks kelima (antitragus), dan lingkungan.
hillocks keenam (lobula).
Pada minggu ketujuh, pembentukan kartilago
terus berlanjut. Pada minggu kedua belas, aurikula
dibentuk oleh fusi dari hillocks dan minggu
keduapuluh sudah mencapai bentuk seperti dewasa,
walaupun baru mencapai ukuran menjadi seukuran
dewasa sampai usia 9 tahun.
Konka dibentuk oleh tiga area yang
memisahkan bakal pertama (ektoderem):
1. Bagian tengah dari bakal pertama: kavum konka
2. Bagian atas dari bakal pertama: simba konka
3. Bagian bawah dari bakal pertama: insisor
intertragus
Selama minggu kedelapan masa gestasi,
permukaan ektoderem pada ujung bagian atas
(dorsal) dari bakal faringeal pertama menebal. Gambar 2.2 Pembagian liang telinga luar
Kepadatan inti epitelium ini terus berlanjut menuju
telinga tengah. Secara simultan, kavum konka Membran timpani berbentuk bundar dan
melekuk ke dalam membentuk sepertiga luar liang cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan
telinga. Pada awal minggu keduapuluh, inti ini mulai tampak oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian
teresobsi dan menembus keluar membentuk liang. atas disebut pars flaksida (membran Shrapnell) dan
Sisa bagian terdalam dari ektoderem menjadi bagian bagian bawah pars tensa (membran propria). Pars
superfisial dari membran timpani. Pembentukan flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar adalah
sempurna dari liang ini terjadi pada minggu kedua lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam
Imanto, Radang Telinga Luar 203
dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel saluran adalah tindikan anting, pukulan, luka bakar dan
napas. Pars tensa memiliki satu lapis lagi di tengah, iatrogenik. Insidensi meningkat pada cuaca panas.
yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan Penggunaan alkohol 70% efektif melawan hampir
sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di semua bakteri kulit kecuali jamur. Menjaga
bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam. kebersihan, kekeringan dan proteksi terhadap trauma
dapat menurunkan insidensi.
Gejala dan tanda biasanya terdapat indurasi,
hangat, eritema, nyeri tekan dan demam. Dilaporkan
terjadinya sindrom syok toksik (demam, hipotensi,
diare, lidah stroberi, eritroderma) tercatat dalam
literatur terjadi setelah penindikan.
Fisiologi
Serumen dapat keluar sendiri dari liang
telinga akibat migrasi epitel kulit yang bergerak dari
arah membran timpani menuju ke luar serta dibantu
oleh gerakan rahang saat mengunyah. Walaupun
tidak memiliki efek anti bakteri atau anti jamur,
serumen memiliki efek proteksi, mengikat kotoran,
menyebarkan aroma yang tidak disenangi serangga Gambar 3.1 Selulitis pada aurikula
sehingga serangga enggan masuk ke liang telinga.
Patogen penyebab terbanyak adalah
staphylococcus aureus, coagulase negative
staphylococcus, pseudomonas aeruginosa dan
streptococcus species.
Penegakan diagnosis dengan cara kultur
jarang diperlukan, bila tidak ada resolusi dapat
dipertimbangkan infeksi jamur atau dilakukan biopsi
bila curiga tumor.
Penatalaksanaan infeksi simpel adalah dengan
pemberian obat anti-staphylococcus dan anti-
streptococcus secara oral. Jika sudah terjadi
komplikasi dapat diberikan antibiotik secara
intravena yang direkomendasikan. Golongan
quinolon oral dan intavena serta anti-pseudomonal
Gambar 2.4 Unit mikroskopik normal, menunjukkan
aminopenisilin dapat diberikan secara intravena
drainase sekresi kelenjar sebasea dan modifikasi
tergantung pada derajat keparahan.
kelenjar apokrin ke dalam kanal folikular folikel
rambut.
Perikondritis dan Kondritis
Infeksi yang terjadi pada jaringan mesenkim
PATOFISIOLOGI, DIAGNOSIS DAN
pada aurikula akibat tindikan, luka bakar,
PENATALAKSANAAN
pembedahan, trauma tumpul atau tajam yang
menyebabkan vascular compromise. Perikondritis
Radang pada Aurikula
versus kondritis hanya terjadi saat pembedahan
dengan adanya nekrotik kartilago yang menunjukkan
Selulitis
kondritis. Akumulasi darah atau serum dapat
Infeksi bakteri pada aurikula paling sering
menjadi infeksi sekunder. Deposisi kartilago mulai
berhubungan dengan komorbiditas pasien (misal,
2-4 minggu dari sisa perikondrium. Tidak
diabetes) dan trauma. Penyebab trauma tersering
204 Jurnal Kesehatan, Volume VI, Nomor 2, Oktober 2015, hlm 201-210
(derajat II dan III) dan kasus refrakter 2% asam salisilat dalam alkohol juga efektif yang
dikombinasi dengan antibiotik. bersifat keratolitik untuk mengelupas lapisan
superfisial epidermis sehingga fungal mycelia
4. Otomikosis berkembang ke dalamnya. Terapi antifungal
Timbul pada kondisi lembab terutama di daerah sebaiknya dilanjutkan selama 1 minggu setelah
tropis atau pasca operasi mastoid. Pada pasien terjadinya perbaikan untuk mencegah rekurensi.
dengan immunocompromised, invasi otomikosis Telinga harus dijaga agar tetap kering. Infeksi
(Mucor, Aspergillus) dapat ditegakkan diagnosis. bakteri sering berhubungan dengan otomikosis dan
Obat tetes telinga diduga dapat meningkatkan terapi dengan antibiotik/steroid membantu
insidens infeksi jamur.4 mengurangi inflamasi dan edema serta membantu
Gejala otitis eksterna bakterial dan otomikosis penetrasi antifungal menjadi lebih baik.
hampir sama, namun dalam perjalanan penyakitnya,
rasa gatal sering dikeluhkan dan lebih menonjol Radang pada Membran Timpani
pada infeksi mikosis. Disertai juga dengan rasa tidak 1. Miringitis Bulosa
nyaman, gangguan pendengaran, tinitus dan keluar Penyakit akut yang sembuh sendiri tanpa
cairan dari telinga. pengobatan dan biasanya unilateral. Sering
Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya ditemukan pada dewasa dan dewasa muda. Inflamasi
jamur, terlihat hifa dan spora (conidiophores) yang pada seluruh lapisan membran timpani dengan bula
disebut Aspergillus. Candida sering membentuk yang membentuk lapisan permukaan epitel di
gambaran miselia berwarna putih atau jika bawahnya. Bentuk primer tanpa disertai adanya
bercampur serumen akan berwarna kekuningan. otitis media sebelumnya. Bentuk sekunder adalah
Pada kasus penyakit jamur invasif atau organisme sisa dari penyakit di telinga tengah.
lainnya, tambahan manifestasi lokal dan sistemik Gejala dan tanda secara tipikal miringitis
tidak ditemukan. bulosa menimbulkan otalgia berat dan bula pada
membran timpani yang mungkin hemoragik atau
serous. Penyakit ini secara tipikal bisa sembuh
sendiri paling lama 3-4 hari dan menunjukkan tuli
konduktif ringan. Biasanya akibat infeksi virus pada
saluran napas atas atau infeksi sekunder dari otitis
media.
organisme Mycoplasma dan miringitis bulosa, baru- tidak adanya perforasi membran merupakan
baru ini data yang tersedia membantah postulat prasyarat untuk diagnosis. Keterlibatan kanalis
tersebut. akustikus eksternus biasanya juga terbatas pada
Untuk menegakkan diagnosis, kultur tidak bagian dekat membran timpani saja, berbeda dengan
diperlukan untuk penatalaksanaan selanjutnya otitis eksterna difus.
karena miringitis bulosa dapat sembuh sendiri. Patogen penyebab tersering adalah S. aureus,
Penatalaksanaan miringitis bulosa primer Streptococcus epidermis dan P. aeruginosa.
adalah sebagai berikut: Diagnosis dapat ditegakkan dengan
1. Sembuh secara spontan dalam 3-4 hari audiogram dengan hasil tuli konduktif. Pemilihan
2. Membuka bula dengan menggunakan terapi juga tidak ditentukan oleh hasil kultur.
myryngotomy knife agar nyeri berkurang Penatalaksanaan miringitis granular kronis
Penatalaksanaan miringitis bulosa sekunder adalah sebagai berikut:
adalah dengan pemberian antibiotik ditujukan untuk 1. Menjaga kekeringan telinga, antibiotik tetes
penyakit otitis media yang mendasari. telinga, kuretase, skin grafting, kauterisasi dan
timpanoplasti untuk kasus yang refrakter.
2. Miringitis Granular Kronis 2. Mencegah rekurensi
Kerusakan epitel membran timpani selama 3. Kuretase formal dan timpanoplasti dapat
lebih dari 1 bulan tanpa disertai penyakit pada memiliki efek jangka panjang dengan rekurensi
telinga tengah. Biasanya terjadi pada orang tua. hanya sewaktu-waktu, hal ini tercatat dalam studi
Riwayat otitis media, trauma atau ventilasi tuba. terbaru yang dilakukan.
Tidak adanya penyakit yang mendasari dan
berhubungan dengan kelainan ini. Operasi SIMPULAN
timpanomastoid adalah faktor patogenik yang sering
ditemukan. 1. Radang Pada Telinga Luar: Radang pada kulit
atau kartilago aurikula, liang telinga atau lapisan
epitel membran timpani yang disebabkan oleh
bakteri, jamur dan virus.
2. Radang dapat dikategorikan berdasarkan
penyebab dan lokasi, serta diklasifikasikan
berdasarkan waktu terjadi sebagai akut, subakut
dan kronis.
3. Faktor yang mempermudah terjadinya radang
pada telinga luar adalah perubahan pH di liang
telinga dengan faktor predisposisi lain adalah
Gambar 3.11 Miringitis granular kronis trauma ringan saat mengorek telinga.
4. Klasifikasi berdasarkan lokasi, yaitu radang pada
Gejala dan tanda dari miringitis granular aurikula, kanalis akustikus eksternus dan
kronis dibingungkan dengan otitis media kronis membran timpani.
yang menyerupai otitis eksterna. Timbulnya jaringan 5. Berdasarkan penyebabnya radang pada aurikula
granulasi pucat pada bagian membran timpani dibagi ke dalam: Bakteri (Selulitis dan
(biasanya posterosuperior) atau seluruh membran perikondritis serta kondritis), virus (Herpes zoster
timpani yang mencapai hampir 55% pasien, otikus).
perforasi rekuren, membran timpani menebal, 6. Berdasarkan penyebabnya radang pada kanalis
miringosklerosis dan kadang-kadang kanalis akustikus eksternus dibagi ke dalam: Bakteri:
akustikus eksternus ikut terlibat. Membran timpani (Otitis eksterna sirkumkripta/furunkel, otitis
secara tipikal bergerak saat dilakukan pemeriksaan eksterna difus dan otitis eksterna maligna), Jamur
pneumatik. Otore dan pruritus juga sering (Otomikosis).
dikeluhkan pasien. Tuli konduktif yang mencapai 40 7. Radang pada membran timpani yang paling
dB juga sering terjadi. Bertolak belakang dengan sering ditemui adalah yang disebabkan oleh
otitis media kronis dimana telinga tengah tidak bakteri, yaitu miringitis bulosa dan granular
terlibat. Beberapa literatur menyebutkan bahwa miringitis kronis.
210 Jurnal Kesehatan, Volume VI, Nomor 2, Oktober 2015, hlm 201-210
DAFTAR PUSTAKA
Dhingra PL, Disease of Ear, nose and Throat. Fourth Arsyad Efiaty, Iskandar Nurbaiti. Kelainan Telinga
Edition. New Delhi; 2009; p. 50-52. Luar. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Kolegium Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan
Tenggorok Bedah Kepala Leher. Buku Acuan Leher. Edisi keenam. FKUI. Jakarta; 2010.
Modul Otitis Eksterna. 2008. Rosenfeld M, Brown L, Cannon R. Clinical Practise
Lalwani K Anil. Current Diagnosis & Treatment Guideline: Acute Otitis External. Journal
Otolaryngology Head and Neck Surgery. Otolaryngology Head and Neck Surgery;
Second Edition. Mc Graw Hill Lange. New 2006.
York; 2008; p. 273-281. Probst R, Grevers G, Iro H. Disorders of the
Lee K.J. Essensial Otolaryngology Head & Neck External Ear. In: Basic Otorhinolaryngology a
Surgery. Ninth Edition. Mc Graw Hill Step by Step Guideline. Thieme; 2006; p.
Medical. New York; 2008; p. 305-313. 207-210.
Pinheiro AD, Facer GW, Kern EB. Infection of the Hawke M, Bingham B, Stammberger H. Diagnostic
External Ear. In : Bailey ed. Otolaryngology- Handbook of Otorhinolaryngology. 2005.
Head and Neck Surgery. Second Edition. Dhillon RS, An Illustrated Color Text Ear, Nose,
Philadelphia. Lippincot-Raven Throat, Head and Neck Surgery. Second
Publisher;2006; p. 1988-2001. Edition. London; 2001.