A. DEFINISI
1. Perubahan perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam dirinya
(nativistik)
2. Mementingkan keseluruhan (holistik) dibandingkan bagian-bagian (Wholistik)
3. Mementingkan peranan fungsi kognitif
4. Mengutamakan keseimbangan dalam diri individu
5. Perilaku manusia sangat ditentukan oleh masa kini
6. Pembentukan perilaku manusia lebih banyak dipengaruhi oleh struktur kognitif
7. Ciri khas dalam pemecahan menurut teori kognitif adalah adanya "insight"
Salah satu aliran yang mempunyai pengaruh terhadap praktik belajar yang
dilaksanakan di sekolah adalah aliran psikologi kognitif. Aliran ini telah memberikan
kontribusi terhadap penggunaan unsur kognitif atau mental dalam proses belajar. Berbeda
dengan pandangan aliran behavioristik yang memandang belajar sebagai kegiatan yang
bersifat mekanistik antara stimulus dan respon, aliran kognitif memandang kegiatan belajar
bukanlah sekedar stimulus dan respon yang bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu, kegiatan
belajar juga melibatkan kegiatan mental yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar.
Oleh karena itu, menurut aliran kognitif, belajar adalah sebuah proses mental yang aktif
untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan. Sehingga perilaku yang
tampak pada manusia tidak dapat diukur dan diamati tanpa melibatkan proses mental seperti
motivasi, kesengajaan, keyakinan, dan lain sebagainya (Baharuddin & Wahyuni, 2007: 88).
Menurut perspektif psikologi kognitif, belajar pada asasnya adalah peristiwa mental,
bukan peristiwa behavioral (yang bersifat jasmaniah) meskipun hal-hal yang bersifat
behavioral tampak lebih nyata dalam hampir setiap peristiwa belajar siswa. Secara lahiriah,
seorang anak yang sedang belajar membaca dan menulis, misalnya, tentu menggunakan
perangkat jasmaniah (dalam hal ini mulut dan tangan) untuk mengucapkan kata dan
menggoreskan pena. Akan tetapi, perilaku mengucapkan kata-kata dan menggoreskan pena
yang dilakukan anak tersebut bukan semata-mata respons atas stimulus (rangsangan) yang
ada, melainkan yang lebih penting karena dorongan mental yang diatur oleh otaknya (Syah,
1999: 111).
Beberapa teori belajar berdasarkan aliran kognitif ini antara teori perkembangan
Piaget, teori belajar bermakna Ausubel, teori penemuan Bruner dan teori kognitif
Bandura.
a. Teori Perkembangan Piaget
c. Tahap operasional konkret dari 7 hingga 11 tahun. Anak mulai berpikir secara
logis tentang kejadian-kejadian konkret. Anak sudah dapat membedakan benda
yang sama dalam kondisi yang berbeda.
d. Tahap operasional formal setelah usia 11 tahun. Pada masa ini anak mulai
memasuki dunia “kemungkinan” dari dunia yang sebenarnya atau anak
mengalami perkembangan penalaran abstrak (http://id.wikipedia.org).
Kaitannya dengan proses belajar, Piaget membagi proses belajar menjadi tiga
tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi. Asimilasi adalah proses
penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada
dalam benak peserta didik. Akomodasi adalah proses penyesuaian struktur kognitif
dalam situasi yang baru. Sedangkan equilibrasi adalah proses penyesuaian
berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Selaras dengan uraian tersebut, menurut Reilly dan Lewis, belajar memerlukan
persyaratan tertentu, yaitu (1) isi pembelajaran dipilih berdasarkan potensi yang
bermakna dan diatur sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik serta tingkat
pengalaman masa lalu yang pernah dialaminya; dan (2) diciptakan situasi belajar yang
lebih bermakna. Dalam hal ini, faktor motivasi memegang peranan penting karena
peserta didik tidak akan mengasimilasikan isi pembelajaran yang diberikan atau yang
diperoleh apabila peserta didik tidak mempunyai keinginan dan pengetahuan
bagaimana cara melakukan kegiatan belajar (Muhaimin, 2002: 201).
Singkatnya, inti dari teori David P. Ausubel tentang belajar adalah belajar
bermakna, yaitu suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan
yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang (Trianto, 2007: 25).
dispesifikasikan dalam Pembelajaran sesuai dengan Teori yang telah dikemukan diatas sebagai
berikut:
Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru
mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak; Anak-anak akan
belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu
anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya; Bahan yang harus dipelajari
anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing; Berikan peluang agar anak belajar sesuai
tahap perkembangannya. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling
Menghadapkan anak pada suatu situasi yang membingungkan atau suatu masalah; anak
akan berusaha membandingkan realita di luar dirinya dengan model mental yang telah
memahami bagaimana cara belajar siswa yang baik, sebab mereka para siswa tidak akan dapat
memahami bahasa bila mereka tidak mampu mencerna dari apa yang mereka dengar ataupun
mereka tangkap.
Dan dari ketiga macam teori diatas jelas masing-masing mempunya implikasi yang berbeda,
namun secara umum teori kognitivisme lebih mengarah pada bagaimana memahami struktur
kognitif siswa.