Anda di halaman 1dari 15

KARYA TULIS ILMIAH

OBAT KUMUR HERBAL PATIKAN KEBO (Euphorbia hirta) DAN UJI ANTIBAKTERI
Prophyromonas gingivalis

NURFADILAH
161 2021 0097

BLOK METODOLOGI DAN BIOSTATIK


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2024

1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puja dan puji syukur kehadirat Allah Subhana Wataala yang telah memberikan
nikmat, taufik dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan “MAKALAH MODUL 1”
dengan baik tanpa ada halangan yang berarti.

Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi pembuatan makalah ini. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 24 Januari 2024

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

BAB 1 ......................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ......................................................................................................................................... 4
BAB 11 PEMBAHASAN .......................................................................................................................... 6
1.2.1 Definisi PATIKAN KEBO (Euphorbia hirta) ............................................................................. 6
1.2.2 Kandungan PATIKAN KEBO (Euphorbia hirta) ........................................................................ 7
1.2.3 Manfaat PATIKAN KEBO (Euphorbia hirta) ......................................................................... 9
1.2.6 Gambaran PATIKAN KEBO (Euphorbia hirta) .................................................................... 13
BAB 111 PENUTUP ................................................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 15

3
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Patikan kebo (Euphorbia hirta) merupakan salah satu tumbuhan liar yang memiliki sejarah
panjang sebagai ramuan obat di seluruh dunia. Tumbuhan ini memiliki senyawa metabolit
sekunder yang telah diisolasi dari seluruh organnya seperti flavonol, asam hidroksibenzoat,
tannin, flavon, lignan, dan garam mineral. Terdapat beberapa penelitian yang telah melaporkan
bahwa tumbuhan ini memiliki aktivitas biologi dan farmakologi seperti antioksidan,
antiinflamasi, antikanker, antimikroba, antidiabetes, antidiare, antigout, diuretik, dan
toksisitasnya. Tumbuhan ini juga aman digunakan berdasarkan uji toksisitasnya.
Penyakit periodontal dapt didenfisikan sebagai suatu peradangan sebagai suatu peradangan
yang terjadi pada jaringan gigi dan apabila tidak dirawat maka akan menyebabkan kehilanggan
gigi. Penyakit periodontal yang sering ditemukan ialah gingivitis dan periodontitis.
Porphyromonas gingivalis merupakan bakteri plak subgingiva yang menyebabkan
periodontitis (Newman et al., 2012). Pengendalian plak dapat dilakukan dengan berkumur
nenggunakan antiseptik yang merupakan perusak atau penghambat pertumbuhan
mikroorganisme.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah Definisi PATIKAN KEBO (Euphorbia hirta)
2. Apakah Kandungan PATIKAN KEBO (Euphorbia hirta)
3. Apakah Manfaat PATIKAN KEBO (Euphorbia hirta)
4. Apakah Sejarah PATIKAN KEBO (Euphorbia hirta)
5. Apakah Efek sampng PATIKAN KEBO (Euphorbia hirta)
6. Apakah Gambaran PATIKAN KEBO (Euphorbia hirta)

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi Daun Sirih (Piper Betle L)
2. Mahasiswa dapat mengetahui kandungan PATIKAN KEBO (Euphorbia hirta)
3. Mahasiswa dapat mengetahui Manfaat PATIKAN KEBO (Euphorbia hirta)
4. Mahasiswa dapat mengetahui Sejarah PATIKAN KEBO (Euphorbia hirta)
5. Mahasiswa dapat mengetahui Efek sampng PATIKAN KEBO (Euphorbia hirta)
6. Mahasiswa dapat mengetahui Gambaran PATIKAN KEBO (Euphorbia hirta)

4
5
BAB 11
PEMBAHASAN

1.2.1 Definisi PATIKAN KEBO (Euphorbia hirta)


Perawatan luka sekarang ini banyak menggunakan normal saline dan povidone
iodine. Menurut penelitian sebelumnya, hampir semua perawatan luka akut
menggunakan povidone iodine sebagai antimikroba termasuk luka insisi postop dan 73
% untuk luka kronis. Tetapi Povidone iodine dapat berdampak negatif pada
penyembuhan luka, selain antimikroba, Povidone iodine dapat menjadi toksik pada sel
sehat, merusak jaringan granulasi sehingga dapat memperlambat penyembuhan luka,
dan menyebabkan iritasi pada kulit di sekitar luka. Oleh karena terdapat beberapa sisi
negatif dari penggunaan povidone iodine ini maka diperlukan bahan alternatif dan
metode perawatan lain yang dapat memaksimalkan hasil dari perawatan luka ini. Salah
satu bahan herbal yang sering digunakan digunakan untuk mengobati luka adalah
Patikan Kebo (Euphorbia hirta L). Jika dilihat dari komposisi zat kimianya, Patikan
Kebo memiliki kandungan zat saponin, tannin, dan flavonoid yang mampu membantu
proses penyembuhan luka. Senyawa tersebut memiliki efek farmakologis sebagai
antiinflamasi, antioksidan, dan antibakteri yang berpotensi dalam memperpendek
proses inflamasi serta meningkatkan proses peningkatan epitelisasi. Tannin membantu
proses penyembuhan luka melalui peningkatan jumlah pembentukan pembuluh darah
kapiler dan sel-sel fibroblast.
Selain itu, flavonoid juga mampu mengatur fungsi sel dengan cara merangsang
produksi vascular endothelial growth factor (VEGF) yang berperan dalam
pembentukan pembuluh darah baru dan berperan dalam proses penyembuhan luka yang
melibatkan proses epitelisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan
efektivitas dan dosis efektif ekstrak daun Patikan Kebo (Euphorbia hirta L.) terhadap
epitelisasi pada luka insisi tikus putih jantan dibandingkan dengan povidone iodine
10%. Patikan Kebo (Euphorbia hirta L.) merupakan suatu tumbuhan liar yang banyak
ditemukan di daerah kawasan tropis. Tanaman ini hidup pada ketinggian 1-1.400 mdpl.
Tanaman Patikan Kebo mampu bertahan hidup selama 1 tahun dan berkembang biak
melalaui biji. Kandungan Patikan Kebo mengandung beberapa unsur kimia,

6
diantaranya: alkaloid, tannin, saponin, senyawa folifenol (seperti asam gallat),
flavonoid quersitrin, ksanthorhamnin, asam-asam organik palminat oleat dan asam
lanoat. Disamping itu Patikan Kebo mengandung senyawa terpanoid, eufosterol,
tarakserol, dan tarakseron serta kautshuk.
Penyakit periodontal dapt didenfisikan sebagai suatu peradangan sebagai suatu
peradangan yang terjadi pada jaringan gigi dan apabila tidak dirawat maka akan
menyebabkan kehilanggan gigi. Penyakit periodontal yang sering ditemukan ialah
gingivitis dan periodontitis. Porphyromonas gingivalis merupakan bakteri plak
subgingiva yang menyebabkan periodontitis (Newman et al., 2012). Pengendalian plak
dapat dilakukan dengan berkumur nenggunakan antiseptik yang merupakan perusak
atau penghambat pertumbuhan mikroorganisme.
Penggunaan obat kumur sangat efektif karena kemampuannya menjangkau tempat
yang sulit dibersihkan dengan sikat gigi dan dapat merusak pembentukan plak.
Penggunaan bahan kimia untuk mencegah pembentukan plak gigi karena efek
antimikrobialnya, di antaranya adalah dengan bahan yang mengandung antibakteri
(Widodo dan lambri, 1980).
Kemampuan tanaman Euphorbia hirta (Patikan kebo) dalam mengobati berbagai
macam penyakit ini karena mengandung senyawa-senyawa kimia alkaloid,tanin,
senyawa folifenol, dan flavonoid (Herbi, 2015). Selain itu juga merupakan antibakteri
terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis yang dapat menyebabkan kerusakan pada
gigi (Lusiana, 2016) Berdasarkan hal-hal di atas, penulis melakukan penelitian lebih
lanjut mengenai potensi ekstrak patikan kebo dengan memformulasikan ekstrak
kedalam bentuk sediaan obat kumur dan menguji aktivitas antibakteri terhadap bakteri
Porphyromonas gingivalis.

1.2.2 Kandungan PATIKAN KEBO (Euphorbia hirta)


Kandungan daun Patikan Kebo mengandung beberapa unsur kimia, diantaranya: alkaloid,
saponin, tannin, senyawa folifenol (seperti asam gallat), flavonoid quersitrin,
ksanthorhamnin, asam-asam organik palminat oleat dan asam lanoat. Disamping itu

7
Patikan Kebo mengandung senyawa terpanoid, eufosterol, tarakserol, dan tarakseron serta
kautshuk.
Povidone iodine ialah suatu iodofor suatu kompleks yodium dengan polivini pirolidin.
Obat ini di klinik digunakan sebagai pengganti merkurokrom dan yodium tingtur yang
dianggap iritatif. Yodium yang dilepas, bekerja sebagai anti septik berspektrum luas.
Tersedia berbagai obat topikal yaitu salep 10%, larutan 10%, shampo dan obat kumur (1%).
Patikan Kebo memiliki kandungan zat saponin, tannin, dan flavonoid yang mampu
membantu proses penyembuhan luka. Senyawa tersebut memiliki efek farmakologis
sebagai antiinflamasi, antioksidan, dan antibakteri yang berpotensi dalam memperpendek
proses inflamasi serta meningkatkan proses peningkatan epitelisasi. Tannin membantu
proses penyembuhan luka melalui peningkatan jumlah pembentukan pembuluh darah
kapiler dan sel-sel fibroblast.(8) Selain itu, flavonoid juga mampu mengatur fungsi sel
dengan cara merangsang produksi vascular endothelial growth factor (VEGF) yang
berperan dalam pembentukan pembuluh darah baru dan berperan dalam proses
penyembuhan luka yang melibatkan proses epitelisasi.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bakteri Prophyromonas gingivalis, esktra
patikan kebo, propilen glikol, PEG-40 hydrogenated castor oil, Oleum menthe, Asam
benzoate, Natrium Benzoat, Kalium tiosianat, Kalsium laktat, Sorbitol 70%, , etanol 96%,
nutrient agar (NA), Enkasari dan NaCl 0,9 %.

Pembuatan Obat Kumur


a. Pembuatan fase larut air yaitu dengan dilarutkannya bahan-bahan yang larut dalam air
masing-masing, seperti kalsium laktat dan kalium tiosinat.
b. Bahan-bahan yang kurang larut dalam air (asam benzoat, ekstrak tanaman patikan kebo)
dilarutkan dengan oleum menthe
c. Kemudian, bahan (b) diemulsikan dengan PEG-40 Hydrogenated Castro Oil. Kemudian
propilen glikol ditambahkan sedikit demi sedikit dan diaduk hingga homogen.
d. Bahan (a) ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam bahan (c) sambil diaduk hingga
homogen. Kemudian sorbitol 70% ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam sediaan,
setelah itu diaduk hingga homogen.

8
e. Natrium benzoat dilarutkan dengan air Larut homogen, setelah itu ditambahkan ke bahan
(d) hingga mencapai pH 6-7 (pH didapar dengan natrium benzoat)

1.2.3 Manfaat PATIKAN KEBO (Euphorbia hirta)


a. Antioksidan Patikan Kebo memiliki aktivitas antioksidan yang kuat sebesar 99,21%,
bahkan lebih signifikan dibandingkan kekuatan antioksidan vitamin C. Antioksidan
aktivitas tumbuhan ini tergolong sangat kuat karena memperoleh konsentrasi hambat
nilai 50 (IC50), yaitu 11,50 ppm. Efek antioksidan ini dihasilkan karena adanya tanin
dan flavonoid, terutama quercitrin dan myricitrin, dari ekstrak etanol daun patikan
kebo juga menambahkan bahwa ekstrak metanol patikan kebo menunjukan hasil
tertinggi pada jumlah total kandungan flavonoid yaitu 9,26 ± 3,50 mg QE/g DW. Lebih
lanjut,Efek scavenging dari ekstrak akar E. hirta terhadap radikal DPPH ditemukan
80,14±0,18 pada konsentrasi 50 μg/ml. Hasil ini menunjukkan bahwa ekstraknya
memiliki sebuah efek yang nyata dalam menangkal radikal bebas.
b. Anti inflamasi Efek antiinflamasi dan ansiolitik ekstrak E. hirta diamati pada tikus asma
neonatal. Kehadiran 9,12,15-octadecatrien-1-ol (15,3%), asam pentadesilat (11,6%),
etil linoleat (8,3%), 1,2,3- trihidroksibenzena (2,2%), gamma-tokoferol (0,92%), 5-
hidroksimetil-2-furankarboksaldehida (6,3%), asam miristat (1,3%), 7,10-
oktadekadienoat asam metil ester (7,1%), fitol (3,2%), etil palmitat (6,5%), dan
squalene (1,2%) ditemukan pada ekstrak E.hirta. Kandungan total leukositnya cukup
besar meningkat pada tikus asma neonatal dibandingkan dengan tikus normal. Secara
khusus, kandungan total leukosit meningkat sebesar 459,5% pada tikus penderita
asma, sedangkan perlakuan dengan ekstrak E.hirta kandungan leukosit secara
signifikan berkurang menjadi 34% dan 67% masing-masing pada kelompok III
(ekstraksi E. hirta pada tikus penderita asma+100 µg/100 µl) dan IV (ekstraksi E. hirta
pada tikus penderita asma+ 200 µg/100 µl). Kandungan eosinophil meningkat secara
substansial pada tikus penderita asma. Perlakuan dengan ekstrak E. hirta menunjukkan
bahwa kandungan eosinofil secara signifikan berkurang menjadi 28,9% dan 64,4%
dalam kelompok III dan IV.

9
c. Anti kanker Pemberian ekstrak patikan kebo menunjukkan penurunan yang luar biasa
dalam proliferasi sel dan secara efektif menginduksi apoptosis pada sel HepG2. Hasil
analisis fluoresensi menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan tersebut menurunkan
kadar MMP, dan meningkatkan akumulasi ROS dan apoptosis pada sel kanker hati
HepG2. Secara keseluruhan, temuan penelitian in vitro menunjukkan bahwa ekstrak
patikan kebo efektif menghambat proliferasi sel dan memicu apoptosis pada sel kanker
hati HepG2. Oleh karena itu, ini dapat menjadi sumber yang menjanjikan untuk
kemungkinan penemuan obat antitumor dari ekstrak tumbuhan ini untuk mengobati
kanker hati [26]. Pertumbuhan sel melanoma B16F10 in vitro dengan adanya
serangkaian senyawa polifenol (10-9 hingga 10-5 M) dievaluasi. Quercetin, apigenin,
EGCG, resveratrol, curcumin, dan tamoxifen menghambat pertumbuhan sel B16F10
dengan cara yang bergantung pada konsentrasi. Konsentrasi yang dibutuhkan untuk
menghambat pertumbuhan sel sebesar 50% (IC50) telah dilaporkan.
d. Anti mikroba Ekstrak daun patikan kebo memiliki potensi sebagai antimikroba yaitu
dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus dan E. coli. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh [29] menunjukkan bahwa daya hambat ekstrak daun patikan kebo lebih
besar pada S. aureus daripada E. coli. Ekstrak daun patikan kebo dengan konsentrasi
50 mg/ml menghasilkan diameter zona hambat rata-rata sebesar 18,83 mm untuk
bakteri S.aureus dan 17,83 mm untuk bakteri E.coli. Ekstrak daun patikan kebo
dengan konsentrasi 25mg/ml sebesar 17,3 mm pada bakteri S.aureus dan 16,83 mm
pada bakteri E.coli. Ekstrak daun patikan kebo konsentrasi 12,5mg/ml sebesar 15,5
mm pada bakteri S.aureus dan 14,83 mm pada bakteri E.coli. Kemudian, konsentrasi
6,25mg/ml sebesar 15,16 pada bakteri S.aureus dan 13,3 mm pada bakteri E.coli.
e. Anti diabetes Potensi anti diabetik in vitro tumbuhan ditentukan dengan uji
penghambatan α-amilase. Hasilnya menunjukkan bahwa daun patikan kebo memiliki
kandungan nutrisi yang signifikan dan juga aktivitas penghambatan substansial pada
α-amilase
f. Anti diare Daun patikan kebo mempunyai aktivitas antidiare yang signifikan. Ekstrak
daunnya menunjukkan antibakteri in vitro yang baik dan aktivitas antiprotozoa.
Formasi dari feses lunak dalam studi enteropooling juga menunjukkan bahwa patikan

10
kebo mungkin mempunyai efek osmotik, sehingga konsistensi tinja membaik tanpa
menimbulkan diare.
g. Diuretik Ekstrak etanol E. hirta menunjukkan aktivitas diuretik yang bergantung pada
dosis. Setelah isolasi dan identifikasi senyawa aktif dari ekstrak etanol E. hirta,
ditemukan bahwa lupeol dan quercetin merupakan unsur utama yang bertanggung
jawab atas aktivitas diuretik pada tikus. Penelitian ini mengkonfirmasi validitas
penggunaan etnofarmakologis E. hirta sebagai agen diuretik dalam kondisi
eksperimental yang diteliti.
1.2.4 Sejarah PATIKAN KEBO (Euphorbia hirta)
Sejak zaman kuno, tumbuhan liar telah memberikan jaminan sosial kepada jutaan orang
secara global, dalam bentuk bahan bakar, pangan, pakan ternak, suplemen, bahan baku
industri, obat-obatan, dan terutama sumber pendapatan tambahan . Tumbuhan liar
merupakan tumbuhan yang tidak dibudidayakan, biasanya dianggap gulma oleh
masyarakat setempat, namun beberapa tumbuhan liar memiliki potensi yang sangat baik
sebagai obat tradisional. Salah satunya adalah patikan kebo (Euphorbia hirta).
Patikan kebo merupakan herba berukuran kecil yang termasuk ke dalam famili
Euphorbiaceae, tersebar luas di seluruh wilayah tropis dan subtropis . Herba ini termasuk
dalam daftar farmakope herbal Indonesia dengan senyawa aktif quercitrin dan sudah
dikenal dalam sistem pengobatan tradisional di Cina. E. hirta juga merupakan tumbuhan
penting karena senyawa kimianya seperti flavonoid, terpenoid, dan senyawa aktif seperti
alkaloid dan polifenol. Tumbuhan ini juga memiliki sifat antibakteri, antiseptik,
antijamur, dan anti-inflamasi.
E. hirta memiliki sejarah yang panjang sebagai ramuan obat di seluruh dunia. Berbagai
formulasi farmakologis telah dilakukan seperti ekstrak kasar, jus, rebusan, infus dan
bubuk kering. Dalam pengobatan diabetes, tumbuhan ini telah lama digunakan sebagai
obat tradisional. Patikan kebo juga terkenal sebagai analgesik untuk mengobati rematik,
sakit gigi, sakit kepala, kolik, nyeri selama kehamilan. Selain itu, juga berperan sebagai
penawar dan pereda nyeri gigitan ular dan sengatan kalajengking.
Berbagai penelitian patikan kebo seperti farmakologi, studi etnobotani, etnomedisin, dan
aktivitas biologinya terus dilakukan oleh para peneliti. Hal ini menjelaskan bahwa
patikan kebo memiliki potensi sebagai tumbuhan obat. Oleh karena itu, penulisan artikel

11
ini penting dilakukan sebagai sebuah kajian komprehensif terkait potensi dan aktivitas
biologi patikan kebo sehingga nantinya bisa digunakan untuk penelitian lebih lanjut.

Patikan kebo merupakan tumbuhan asli Amerika Tengah, tersebar di seluruh Amerika,
Afrika, Asia, dan Australasia . Tumbuhan ini sering ditemukan di dataran rendah, sawah,
kebun, tempat sampah, dan di pinggir jalan. Mereka lebih suka kondisi kering dan
lembab, dari permukaan laut sampai dengan ketinggian 2200 m . Etnobotani Terdapat
beberapa studi etnobotani patikan kebo di Indonesia dan beberapa negara, di antaranya:
(1) Masyarakat Desa Huilelot dan Desa Uiasa, Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang,
NTT menggunakan patikan kebo untuk mengobati sakit perut. Bagian yang digunakan
adalah daun dan batang. Daun dan batang dicuci lalu dimakan langsung ketika perut
terasa sakit. Lama penggunaan sekitar 1-2 hari .
(2) Masyarakat Blang Crum, di Kota Lhokseumawe, Aceh menggunakan seluruh bagian
tumbuhan untuk mengobati luka, menghentikan pendarahan, dan menurunkan kadar
glukosa darah dengan cara meminum air rebusan patikan kebo .
(3) Masyarakat di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri
memanfaatkan getah tumbuhan untuk menyembuhkan penyakit mata, dengan cara
meneteskan getahnya langsung pada mata

1.2.5 Efek sampng PATIKAN KEBO (Euphorbia hirta)


Uji toksisitas oral akut dan subkronis dari ekstrak metanol patikan kebo pada dosis
tunggal 5000 mg/kg tidak menghasilkan gejala toksisitas pada hewan. LD50 diperkirakan
lebih dari 5000mg/kg. Dalam dosis berulang 90 hari studi investigasi toksisitas oral,
pemberian 50 mg/kg, 250 mg/kg, dan 1000 mg/kg/hari ekstrak tumbuhan menunjukkan
tidak ada perbedaan yang signifikan (P>0,05) dibandingkan dengan kelompok kontrol
dan memang demikian tidak menimbulkan efek toksik subkronis. Ekstrak Etanol patikan
kebo diuji pada hewan. Hewan diberi 200 mg/kg, 400 mg/kg dan 600 mg/kg etanol
ekstrak selama 14 hari. Hasilnya menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan
(P<0,05) pada RBC, WBC, PLT, Hb dan tingkat PCV sementara ada penurunan dalam
limfosit. Ekstrak patikan kebo menyebabkan penurunan signifikan (P<0,05) pada profil
lipid serum bila dibandingkan dengan hewan yang dikendalikan secara normal. Ada

12
sedikit peningkatan kadar ALT dan AST dalam kelompok yang diberi perlakuan ketika
dibandingkan dengan kelompok kontrol [49, 50]. Lebih lanjut, hasil penelitian,
menunjukkan bahwa ekstrak uap dan air dari daun E. hirta aman diberikan ke hewan pada
dosis setinggi 5000 mg/kg b.w dan nilai LD50 obat tersebut adalah 0% dengan dosis
5000 mg/kg b.w tanpa adanya kematian hewan.

Uji stabilitas dilakukan dengan metode uji sentrifugasi. Sediaan obat kumur 2 mL
dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi ke dalam tabung sentrifugasi, kemudian
dilakukan sentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 30 menit. Hasil sentrifugasi
dapat diamati dengan adanya pemisahan atau tidak.
Uji pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. Pengujian pH dilakukan untuk
mengukur derajat keasaman sediaan. pH yang didapatkan yaitu pada formulasi I 6,
formulasi II 6,46 dan pada formulasi III 6,67. pH dari sediaan harus dengan pH mulut
yaitu 6-7. Hal ini dimaksudkan agar obat kumur tersebut tidak bersifat asam karena dapat
menyebabkan korosif pada gigi atau jika bersifat basa dapat menganggu pengecapan

1.2.6 Gambaran PATIKAN KEBO (Euphorbia hirta)

13
BAB 111
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Ekstrak tanaman patikan kebo dapat diformulasikan sebagai sediaan obat kumur.
2. Sediaan obat kumur esktrak tanaman patikan kebo kosentarsi 0,5%, 1%, dan 2%
memiliki efek antibakteri terhadap Porphyromonas gingivalis.

SARAN
Pelru dilakukan peneltian lebih lanjut mengenai tanaman patikan kebo (euphorbia hirta)
dengan formulasi dalam bentuk sediaan lain.

14
DAFTAR PUSTAKA
1. D. Silveira, J. M. Prieto, M. M. Freitas, and A. L. Mazzari, “Herbal Medicine and Public
Healthcare: Current and Future Challenges. In Natural Products as Source of Molecules
with Therapeutic Potential,”
2. Springer: Cham, Switzerland, pp. 495–515, 2018. [2] O. Karous, I. B. H. Jilani, and Z.
Ghrabi-Gammar, “Ethnobotanical Study on Plant Used by Seminomad Descendants’
Community in Ouled Dabbeb-Southern Tunisia,” Plants, 10, 642, 2021.
3. Davis, W.W., Stout, T.R., 1971. Disc Plate Methods of Microbiological Antibiotic
4. Assay.Microbiology.22(4):659-665. Djauhariya, E dan Hernani. 2004. Gulma Berkhasiat
Obat. Cetakan I. Penebar Swadaya, Jakarta Herbi T. 2015.
5. KITAB Tanaman Berkhasiat Obat 226 tumbuhan obat untuk penyembuhan penyakit dan
kebugaran tubuh. Octopus Publishin House, Yogyakarta. Lusiana, L. 2016.
6. Uji Daya Hambat Ekstrak Euphorbia hirta Terhadap Bakteri Prophyromonas gingivalis
Secara in-vitro. Fakultas Kedokteran UNSRAT, Manado
7. Bisono, Hasibuan LY, Soedjana H. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Sjamsuhidajat, editor.
Jakarta: EGC; 2010.
8. Wilson LM. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Vol 1. Price
SA, Wilson LM, editor. Jakarta: EGC; 2013
9. Ziemba R. First aid in cases of wounds, fractures, as well as thermal and chemical burns.
Mil Pharm and Med: 15–24. 2012.
10. E. Al-Snafi, “Pharmacology and Therapeutic Potential of Euphorbia hirta (Syn:
Euphorbia pilulifera)-A Review,” IOSR Journal of Pharmacy, 7(3): 7-20, 2017.
11. Nugroho, H. Heryani, and W. T. Istikowati, “Feasibility Analysis of Establishment of
Euphorbia hirta Extract-Fortified Honey Industry,”, IOP Conf. Series: Earth and
Environmental Science, 012073 doi:10.1088/1755-1315/757/1/012073,757 (2021), 2020.
12. P. Gosh, C. Gosh, S. Das, C. Das, Mandal, S, and Chatterje, S, “Botanical Description,
Phytochemical Constituents and Pharmacological Properties of Euphorbia hirta Linn: A
Review,” International Journal of Health Sciences & Research, Vol.9; Issue. 3, March
2019.
13. M. A. Sheliya, R. Begum, K. K. Pillai, V. Aeri, S. R. Mir, A. Ali, and M. Sharma, “In
vitro αglucosidase and Amylase Inhibition by Aqueous, Hydroalcoholic, and Alcoholic
Extract of Euphorbia hirta L,” Drug Development & Therapeutics, 7(1), 2016.
14. N. Tran, M. Nguyen, K. P. Le, N. Nguyen, Q. Tran, and L. Le, “Screening of
Antibacterial Activity, Antioxidant Activity, and Anticancer Activity of Euphorbia hirta
Linn,” Extracts. Applied Sciences, 10(23), 8408, 2020.
15. Y. Pounikar, P. Jain, N. Khurana, S. Patil, L. K. Omray, and A. Gajbhiye, “Medicinal
Importance of Euphorbia hirta Linn,” Sch Acad J Pharm, 2(3), pp. 241-246, 2013.

15

Anda mungkin juga menyukai