Anda di halaman 1dari 18

FORMULASI SEDIAAN SYRUP MENIRAN (Phyllanthus amarus)

Nama Kelompok :

1. Ayuning Wibowo Raharjo (164820144680005)


2. Eprilia Cahya Ainun (164820144730010)
3. Gita Eka Nurcahyani (164820144790016)
4. M. Shabih Taheer Alrazi ()
5. Olivia Febri Lestari (164820144990036)
6. Wahyu Puji Astuti (164820145110048)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA


PURWOKERTO

2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah,dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah FTS Semi
Solid-Liquid tentang Formulasi sirup Meniran Phyllanthus amarus.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal mungkin dengan bantuan dari berbagai
pihak baik teman kelompok, buku dari perpustakaan maupun internet sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Purwokerto, Januari 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 5
1.3 Tujuan .................................................................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................................................ 6
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................................... 6
2.1 Kajian Teori .......................................................................................................................... 6
1. Meniran...................................................................................................................................... 6
2. Antitusif ..................................................................................................................................... 7
3. Sirup ........................................................................................................................................... 8
BAB III............................................................................................................................................. 11
METODE DAN HASIL PEMBAHASAN .................................................................................... 11
A. Monografi Bahan .................................................................................................................... 12
B. Pemilihan Formulasi ............................................................................................................... 15
C. Pengemasan ............................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................. 18

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di sebagian besar komunitas pedesaan di banyak negara berkembang, obat-obatan
ortodoks yang baik tidak tersedia atau mahal. Perkiraan, 60-80% dari populasi negara-
negara seperti masih mengandalkan sebagian atau sepenuhnya pada obat tradisional
sebagai obat untuk pengobatan penyakit umum asmalaria seperti tifus, dingin, batuk dan
radang selaput lendir hidung. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tanaman obat
adalah sumber terbaik untuk mendapatkan berbagai obat yang diperlukan untuk memerangi
berbagai penyakit. Tanaman obat telah digunakan untuk mengobati, mencegah dan
menyembuhkan penyakit manusia, tanaman dan hewan selama sejarah manusia.
(Avbunudiogba, John A, 2013)
Antitusif merupakan obat-obatan penekan batuk yang kerjanya dibagi menjadi dua
yaitu perifer dan sentral (Sartono, 1993). Antitusif yang bekerja di sentral dibagi lagi
menjadi non narkotik dan narkotik. Banyak antitusif yang telah dikembangkan dan
digunakan di klinik sebagai obat-obat over the counter (OTC).
Obat-obatan antitusif baru yang bebas efek samping diperlukan untuk mengatasi
masalah yang timbul oleh efek samping obat antitusif yang sudah ada. Salah satu cara untuk
menemukan obat tersebut adalah dari alam atau menggunakan obat-obatan herbal. Sudah
sejak lama Indonesia terkenal akan keanekaragaman tumbuhan, tak terkecuali tumbuhan
obat. Penduduk setempat biasanya menggunakan tumbuhan tersebut untuk kebutuhan
kesehatan misalnya obat batuk. Seiring perkembangan waktu, pemanfaatan tumbuhan obat
makin luas dengan berkembangnya ilmu pengetahuan. Banyak industri di Indonesia
memanfaatkan tumbuhan obat tersebut untuk kemudian diformulasikan dan dijadikan suatu
produk.
Tanaman Meniran (Amarus Phyllanthus) merupakan tanaman penting dalam
pengobatan Ayurveda dan secara luas digunakan di seluruh dunia. Ekstrak dan senyawa
yang diisolasi dari P. amarus menunjukkan spektrum yang luas dari aktivitas farmakologi
termasuk antivirus, antibakteri, antiplasmodial, antiradang, antimalaria, antimikroba,
antikanker, antidiabetes, hipolipidemik, antioksidan, hepatoprotektif, nephroprotective dan
sifat diurectic. Penggunaannya dalam batuk, asma dan infeksi bronkial lainnya juga telah
didokumentasikan. Namun, ekstrak dan persiapan tradisional tanaman memiliki rasa pahit
dan zat yang tidak dapat diterima oleh terutama anak-anak dan geriatri.

4
Penggunaan meniran (Phyllanthus niruri L) sebagai obat batuk tradisional telah dikenal
sejak lama. Pada jamu meniran digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk mengatasi
batuk. Tidak hanya di Indonesia, Malaysia juga menggunakan meniran atau yang lebih
dikenal dukong anak dalam mengatasi batuk. Meniran juga digunakan pada 175 formulasi
Ayurveda selama 2000 tahun (Bagalkotkar et al., 2006). Menurut Thomas (1992) meniran
sebanyak 3-7 batang lengkap (akar, batang, daun, buah) dapat digunakan dalam mengatasi
batuk. Meniran kaya akan kandungan flavonoid, saponin, tanin, alkaloid, terpenoid dan
lignan (Elfahmi et al., 2006; Mangunwardoyo et al., 2009). Kamferol, quercetin, dan
luteolin merupakan senyawa flavonoid yang berpotensi sebagai antitusif. Kuercetin dan
kamferol dapat bertindak sebagai antialergen. Saponin memiliki efek surfaktan sehingga
memungkinkan memiliki efek mukolitik (Ziment, 2002).
Hasil penelitian pada hewan uji marmut jantan yang dilaporkan oleh (Fakhruddin,
2017) menunjukan ekstrak etanol dan fraksi polar-semi 160 mg/kgBB menunjukkan nilai
antitusif paling efektif 63,57%. Frasi polar-semi polar 80 mg/kgBB menunjukkan
penurunan sekresi phenol red sebesar 56,91%. Penelitian ini memberikan bukti bahwa
meniran dapat digunakan sebagai antitusif dan supresi sekresi mukus. Herba meniran tidak
memberikan gambaran mekanisme antitusif pada reseptor opiod atau ATP sensitive K+
channel. Aktivitas antitusif herba meniran mungkin dimodulasi saraf sistemik atau perifer
lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa kandungan dari herba meniran ?
2. Bagaimana formulasi sirup dari herba meniran ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui kandungan dari herba meniran
2. Untuk mengetahui formulasi sirup dari herba meniran

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
1. Meniran

Klasifikasi Tumbuhan Meniran (Phyllanthus niruri, L.) Tumbuhan Meniran


(Phyllanthus niruri, L.) memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Euphorbiales
Suku : Euphorbiaceae
Marga : Phyllanthus
Jenis : Phyllanthus niruri, L.)
Meniran merupakan tumbuhan yang berasal dari daerah tropis yang tumbuh
liar di tempat yang lembab dan berbatu, serta tumbuh di hutan, ladang, kebun-
kebun maupun pekarangan halaman rumah, pada umumnya tanaman ini tidak
dipelihara kerena dianggap tumbuhan rumput biasa. Pada beberapa daerah tertentu
meniran mempunyai nama atau penyebutan yang berbeda tergantung pada daerah
terdapatnya tumbuhan tersebut, misalnya: Sumatera (sidukung anak, baket
sikolop), Jawa (meniran ijo, meniran merah), Sulawesi (bolobungo, sidukung
anak), Maluku (gosau ma dungi, gosau ma dungi roriha, belalang bahiji). Suku
Dayak dan Banjar Kalimantan Tengah menyebutnya (Ambin buah).
Meniran merupakan tanaman herba dan tumbuh tegak, batangnya tidak
bergetah, berbentuk bulat, bercabang dan berwarna hijau. Tinggi batangnya kurang
dari 50 cm. Daunnya bersirip dengan berjumlah genap. Setiap tangkai terdiri dari
daun majemuk berukuran kecil yang berbentuk bulat telur. Panjang daun sekitar 5

6
mm, sedangkan lebarnya 3 mm, dibagian bawah daun terdapat bintik berwarna
kemerahan. Bunganya berwarna putih kehijauan, melekat pada ketiak daun dan
menghadap kebawah. Buah meniran berbentuk bulat pipih, berdiameter 2 – 2,5 cm
dan bertekstur licin, bijinya seperti bentuk ginjal, keras, dan berwarna coklat,
akarnya berbentuk tunggang dan berwarna putih kekuningan. Tumbuhan ini
tumbuh subur di tempat yang lembab pada ketinggian 1000m diatas permukaan
laut. Pada umumnya meniran tidak dipelihara karena dianggap tanaman liar.
Meniran merupakan salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat
tradisional. Herba meniran mampu meningkatkan daya tahan tubuh (Subarnas,
2005) dan mempunyai efek farmakologi sebagai antiinflamasi, antipiretik, diuretik,
penambah nafsu makan, sakit kuning, malaria, batuk, dan disentri (Badan POM,
2006). Meniran mempunyai kandungan kimia utama berupa flavonoid, lignan, dan
alkaloid (Badan POM RI, 2006), meniran tidak ditemukan alkaloid, saponin,
steroid atau triterpenoid (Carrick, 1968).
2. Antitusif
Batuk merupakan mekanisme pertahanan respiratorik dimana refleks ini bekerja
mengeluarkan sejumlah volume udara secara mendadak dari rongga toraks melalui
epiglotis dan mulut. Mekanisme tersebut dipicu oleh benda asing dan sekresi lendir
yang telah menumpuk pada jalan nafas, sehingga material-material yang berada di
sepanjang saluran respiratorik tersebut akan dilontarkan keluar. Selain sebagai
mekanisme pertahanan respiratorik, batuk juga dapat berfungsi sebagai ‘alarm’
yang memberitahu adanya gangguan pada sistem respiratorik atau sistem organ
lainnya yang terkait (Setyanto, 2004).
Antitusif adalah obat-obatan penekan batuk yang kerjanya dibagi menjadi dua
yaitu perifer dan sentral (Sartono, 1993). Antitusif yang bekerja di sentral dibagi
lagi menjadi non narkotik dan narkotik.
Antitusif golongan opioid memang menjadi pilihan utama dalam pengobatan
batuk, karena sangat efektif dalam mengatasi batuk, tetapi dengan tingginya tingkat
efek samping sampai dengan efek kecanduan, penggunaan obat ini menjadi
pertimbangan dalam penanganan batuk. Sehingga dibutuhkan obat yang tidak
hanya efektif tetapi memiliki efek samping yang rendah.
Meniran kaya akan kandungan flavonoid, saponin, tanin, alkaloid, terpenoid
dan lignan (Elfahmi et al., 2006; Mangunwardoyo et al., 2009). Kamferol,
quercetin, dan luteolin merupakan senyawa flavonoid yang berpotensi sebagai

7
antitusif. Kuercetin dan kamferol dapat bertindak sebagai antialergen. Saponin
memiliki efek surfaktan sehingga memungkinkan memiliki efek mukolitik
(Ziment, 2002).
3. Sirup
A. Pengertian sirup
Secara umum sirup merupakan larutan pekat dari gula yang ditambah
obat atau zat pewangi dan merupakan larutan jernih berasa manis. Sirup adalah
sediaan cair kental yang minimal mengandung 50% sakarosa (Ansel et al.,
2005).
B. Syarat-syarat sirup
Kadar sukrosa dalam sirup tidak kurang dari 64% dan tidak lebih 66%
kecuali dinyatakan lain (Anonim,1979). Kandungan sukrosa yang tercantum
dalam Farmakope Indonesia terletak antara 50% sampai 65% akan tetapi
umumnya antara 60% sampai 65% (Voigt,1984).
C. Komponen-komponen sirup
1) Bahan Pemanis
Pemanis berfungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Dilihat dari
hasil kalori yang dihasilkan dibagi menjadi dua yaitu berkalori tinggi dan
berkalori rendah. Adapun pemanis tinggi misalnya sorbitol, sakarin,
sukrosa. Sedangkan pemanis berkalori rendah misalnya laktosa (Lachman
dkk., 1994).
2) Bahan Pengental
Bahan pengental digunakan sebagai zat pembawa dalam sediaan cair
dan untuk membentuk suatu cairan dengan kekentalan yang stabil dan
homogen (Ansel et al., 2005).
3) Pemberi rasa
Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau
bahanbahan yang berasal dari alam, untuk membuat sirup sedap rasanya.
Karena sirup adalah sediaan cair, pemberi rasa ini harus mempunyai
kelarutan dalam air yang cukup (Lachman dkk., 1994).
4) Pemberi warna
Untuk menambah daya tarik sirup, umunya digunakan zat pewarna yang
berhubungan dengan pemberi rasa yang digunakan (misalnya hijau untuk
rasa permen, cokelat untuk rasa cokelat). Pewarna yang digunakan

8
umumnya larut dalam air, tidak bereaksi dengan komponen lain dari sirup,
dan warnanya stabil pada kisaran pH selama masa penyimpanan.
Penampilan keseluruhan dari produk cair terutama tergantung pada warna
dan kejernihan. Pemilihan warna biasanya dibuat konsisten dengan rasa
(Lachman dkk., 1994).
5) Keuntungan dan kerugian sirup
Keuntungan obat dalam sediaan sirup yaitu merupakan campuran yang
homogen, dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan, obat lebih mudah di
absorbsi, mempunyai rasa manis, mudah diberi bau-bauan dan warna
sehingga menimbulkan daya tarik untuk anak-anak, membantu pasien
yang mendapat kesulitan dalam menelan obat. Kerugian obat dalam
sediaan sirup yaitu ada obat yang tidak stabil dalam larutan, volume bentuk
larutan lebih besar, ada yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam sirup
(Ansel et al., 2005).

9
2.2 Kerangka Teori
Serbuk Daun meniran

Ekstrak Daun meniran

Pembuatan Sirup meniran


Ekstrak daun meniran ditimbang
(ditimbang sesuai perhitungan)

Masing-masing bahan utama, pemanis, pengental, pelarut, pengawet, pengaroma, ditimbang


sesuai perhitungan.
memasukkan Ekstrak meniran ke dalam mortir dan ditambah metil paraben aduk rata.

pembuatan mucilago gelatin dengan cara didispersikan gelatin dalam sebagian gliserin dan
air sampai terbentuk cairan yang kental dan jernih.

pembuatan sirup sukrosa dengan cara melarutkan sukrosa dan air dengan bantuan panas
tunggu agak dingin. Ditambahkan gelatin yang telah didispersikan dan sirup sukrosa ke
dalam Ekstrak meniran, kemudian diaduk hingga homogen.

penambahan pengaroma esens kemudian dihomogenkan lalu dicukupkan volumenya dengan


aquadest hingga 60 ml

Hasil:sirup ekstrak daun meniran

Uji Organoleptik
Sediaan Sirup meniran
1. Warna
2. Aroma
3. Rasa
4. pH
5. Viskositas
6. Homogenitas

10
BAB III
METODE DAN HASIL PEMBAHASAN

Proses pembuatan serbuk daun Meniran diawali dengan membersihkan dan mencuci
daun meniran dengan menggunakan air yang mengalir, kemudian dikeringkan dengan cara
diangin-anginkan, setelah itu digiling menjadi serbuk. Serbuk Menirann kemudian diekstraksi
dengan etanol menggunakan ekstraktor Soxhlet selama 24 jam. supernatan dikumpulkan dan
pelarut diuapkan menggunakan Rotary Evaporator. Ekstrak disimpan dalam lemari es dalam
wadah kedap udara untuk studi lebih lanjut dan formulasi (Avbunudiogba, John A, 2013).
Tabel 1 Formulasi sirup Meniran
BAHAN FUNGSI FORMULA I FORMULA II FORMULA III
Ekstrak meniran Zat aktif - 2,5 g 2,5 g
Sukrosa Pemanis 30g 30g 30g
Gelatin Pengental - 1g 2g
Essen jeruk Pengaroma 2,5g 2,5g 2,5g
Metilparaben Pengawet 0,125g 0,125g 0,125g
Gliserin Pelarut 2,5g 2,5g 2,5g
Aquadest (ad) Pelarut 60ml 60ml 60ml

Formulasi sirup dilakukan dengan metode larutan bantuan panas yaitu caranya sebagai
berikut: Masing-masing bahan utama, pemanis, pengental, pelarut, pengawet, pengaroma,
ditimbang sesuai perhitungan. Pembuatan sirup meniran (FII, FIII) dimulai dengan
memasukkan Ekstrak meniran ke dalam mortir dan ditambah metil paraben aduk hingga rata,
tahapan selanjutnya pembuatan mucilago gelatin dengan cara didispersikan gelatin dalam
sebagian gliserin dan air sampai terbentuk cairan yang kental dan jernih. Setelah itu, pembuatan
sirup sukrosa dengan cara melarutkan sukrosa dan air dengan bantuan panas, tunggu agak
dingin. Ditambahkan gelatin yang telah didispersikan dan sirup sukrosa ke dalam Ekstrak
meniran, kemudian diaduk hingga homogen. Untuk FI tidak melakukan tahapan memasukkan
Ekstrak meniran dan gelatin, Tahap akhir adalah penambahan pengaroma esens kemudian
dihomogenkan lalu dicukupkan volumenya dengan aquadest hingga 60 ml (Amry, 2014).

11
A. Monografi Bahan
1. Sukrosa
Pemerian :
- Warna : putih tidak berwarna
- Rasa : manis
- Bau : tidak berbau
- Bentuk : masa hablur atau berbentuk kubus, serbuk hablur
Kelarutan :
- Sangat mudah larut dalam air
- Lebih mudah larut dalam air mendidih
- Sukar larut dalam etanol
- Tidak larut dalam kloroform dan eter
Titik lebur : 160-1860 C
Masa molekular/ukuran partikel : 342,30 gr/mol
pKa : 12,62
Bobot jenis : 1,6 gr/ml atau 1,6 gr/cm3
Stabilitas :
- panas : suhu > 1600 C dapat teroksidasi
- udara : lebih mudah terurai dengan adanya udara dari luar
Inkompatibilitas : logam berat, dapat mendegradasi zat
sumber :
- Handbook Of Pharmaceutical Exipent hal. 622-624
- Farmakope Indonesia Edisi IV hal. 762
2. Etanol
Pemerian :
- Warna : tidak berwarna
- Rasa : panas
- Bau : berbau khas
- Bentuk : bentuk cairan jernih
Kelarutan :
- Sangat mudah larut dalam air kloroform dan eter
Bobot jenis : 0,8119 – 0,8139 g/ml
Stabilitas : - Mudah menguap , lebih mudah rusak dengan adanya cahaya dan mudah

12
terbakar
sumber : Farmakope Indonesia edisi IV hlm.596-59

3. Gelatin (HOPE 5th hal 295-298)


Pemerian : Lembaran dan granul tembus cahaya atau serbuk; seperti kaca; rapuh; warna
gading muda sampai kuning pucat ; tidak berbau; tidak berasa
Fungsi : Pengikat tablet; bahan pelapis (coating agent)
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam aseton, kloroform, etanol 95%, eter dan metanol;
Larut dalam gliserin, asam dan basa, meskipun asam dan basa kuat dapat
menyebabkan pengendapan. Dalam air, gelatin mengembang dan melunak.
Larut dalam air panas membentuk gel setelah didinginkan mencapai suhu
35-40 oC. Pada suhu > 40 oC berbentuk sol. system gel-sol ini bersifat heat
reversible.
Stabilitas : Gelatin kering stabil di udara. Larutan gelatin sabil untuk waktu lama jika
disimpan pada kondisi sejuk dan steril. Pada suhu diatas 50 oC, larutan
gelatin mengalami depolimerisasi dan dapat terjadi penurunan kekuatan
gel. Harus disimpan dalam wadah kedap udara pada tempat kering dan
sejuk.
Inkompabilitas : Bereaksi dengan asam dan basa, aldehid dan gula aldehid, polimer
anionik dan kationik, elektrolit, ion logam, plasticizer, pengawet dan
surfaktan. Mengendap dengan adanya alkohol, kloroform, eter, garam
merkuri dan asam tanat
4. Gliserin
Pemerian :
- Warna : putih
- Rasa : Rasa tawar seperti lendir
- Bau : Hampir tidak berbau
- Bentuk : Butir, bentuk bulat (bulat telur)
Kelarutan :
- Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol 95 %
- praktis tidak larut dalam kloroform dalam eter dan dalam minyak lemak dan
dalam minyak menguap.
Titik lebur : 18 0C
Titik didih : 290 0C

13
Massa molekular : 92,09382g/mol
Bobot jenis : 1,261 g/ml
pH larutan :7
Stabilitas :
- Terhadap udara : Higroskopik dengan adanya udara dari luar (mudah teroksidasi)
- Terhadap panas : mudah terdekomposisi dengan adanya pemanasan, mengkristal
dalam suhu rendah, kristal tidak akan mencair sampai dengan suhu 20 0C akan
timbul ledakan jika dicampur dengan bahan teroksidasi.
Inkompatibilitas :
- seperti kromium trioksid, kalium horat, atau kalium permanganat.
- Berubah warna menjadi hitam dengan adanya cahaya atau setelah kontak dengan
ZnO dan bisulfat.
- Gliserin + kontaminan yang mengandung logam akan berubah warna dengan
penambahan fenol salisilat dan tanin.
- Asam borat membentuk kompleks gliseroborik acid (lebih kuat dari pada asam
borat)
Sumber : - Farmakope Indonesia III hal. 413
- Handbook of pharmaceutical Excipient hal. 59
5. Essence jeruk
Pemerian : cairan berwarna kuning dan memiliki bau khas jeruk
Kelarutan : mudah larut dalam air
Fungsi : odoris
6. Metil Paraben (Rowe, 2009; FI IV, Hal : 551)
Nama Resmi : Methyl Hydroxybenzoate
Nama lain : Metil Paraben, nipagin, Methyl-4-hydroxybenzoate
RM/BM : C8H8O3 / 152.15
Pemerian : Serbuk hablur putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa,
kemudian agak membakar diikuti rasa tebal.
Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, 20 bagian air mendidih, dalam 3,5
bagian etanol (95%) P dan dalam 3 bagian aseton P,
mudah larut dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pengawet

14
Inkompatibilitas : Aktivitas antimikroba metil paraben dan paraben lainnya sangat
berkurang dengan adanya surfaktan nonionik, seperti polisorbat 80,
sebagai akibat dari miselisasi. Namun propilen glikol (10%) telah
terbukti mempotensiasi aktivitas antimikroba dari paraben dengan
adanya surfaktan nonionik dan mencegah interaksi antara metil
paraben dan polisorbat.
B. Pemilihan Formulasi
Formulasi yang baik menurut kelompok kami adalah Formulasi kedua, alasannya adalah:
1. Ekstrak meniran
Karena meniran kaya akan kandunngan flavonoid, sponin, tanin, alkaloid, terpenoid
dan lignan (Elfahmi et al., 2006; Mangunwardoyo et al, 2009)
Yang diambil dari formulasi ini adalah kandungan flavonoid yang terdiri dari kamferol,
quercetin dan luteolin yang bepotensi sebagai antitusif. (Ziment, 2002)
2. Sukrosa
Dikarenakan ekstrak tanaman ini memiliki rasa pahit dan zat yang tida dapat diterima
oleh anak-anak dan geriatri sehingga diberikan pemanis berupa sukrosa untuk menutupi
rasa pahit tersebut dan agar sirup menjadi lebih manis.
3. Gelatin
Pemberian gelatin pada formulasi ini dimaksudkan untuk meningkatkan viskositas dan
menahan proses pengendapan sehingga menghasikan sirup yang stabil. Pada hasil
penelitian (Wulandari, Ririn Lispita, 2018) menyatakan bahwa semakin besar konsentrasi
gelatin dalam formula sirup, membuat semakin tinggi viskositas sirup meniran. Hal ini terjadi
diduga disebabkan karena gelatin mampu mengikat air sehingga sirup menjadi kental.
Sehingga dipilihlah konsentrasi 1 % dan 2 %. Seri konsentrasi gelatin sebagai pengental dalam
formula sirup ditetapkan 1%, 2%, berdasarkan Ward dan Court (1997) yang menyebutkan
bahwa pada konsentrasi gelatin 1-9% dapat meningkatkan viskositas sirup.
4. Essence jeruk
Pemberian essence jeruk ini digunakan untuk memberikan aroma yang lebih sedap dan
lebih menarik bagi pediatri maupun geriatri
5. Metil paraben
Pemberian metil paraben digunakan sebagai pengawet supaya sediaan sirup tersebut
bisa lebih tahan lama
6. Gliserin
Gliserin ditambahkan untuk melarutkan pembuatan sirup terebut

15
7. Aquades
Aquades juga digunakan sebagai pelarut pada pembuatan sediaan sirup tersebut.
C. Pengemasan
Pengemasan merupakan suatu perlakuan pengamanan terhadap bahan atau produk baik
yang sudah mengalami pengolahan atau belum sampai ke tangan konsumen dengan kondisi
baik.
Secara garis besar fungsi pengemasan adalah sebagai berikut :
1. Mewadahi produk selama distribusi dari produsen hingga ke konsumen, agar produk
tidak tercecer, terutama untuk cairan, pasta atau butiran.
2. Melindungi dan mengawetkan produk, seperti melindungi dari sinar ultraviolet,
panas, kelembaban udara, oksigen, benturan, kontaminasi dari kotoran dan mikroba
yang dapat merusak dan menurunkan mutu produk.
3. Sebagai identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan sebagai alat
komunikasi dan informasi kepada konsumen melalui label yang terdapat pada kemasan.
4. Meningkatkan efisiensi, misalnya : memudahkan penghitungan (satu kemasan berisi
10, 1 lusin, 1 gross dan sebagainya), memudahkan pengiriman dan penyimpanan. Hal
ini penting dalam dunia perdagangan.
5. Melindungi pengaruh buruk dari luar, melindungi pengaruh buruk dari produk di
dalamnya, misalnya jika produk yang dikemas berupa produk yang berbau tajam, atau
produk berbahaya seperti air keras, gas beracun dan produk yang dapat menularkan
warna, maka dengan mengemas produk ini dapat melindungi produk-produk lain di
sekitarnya.
6. Memperluas pemakaian dan pemasaran produk, misalnya penjualan kecap dan
sirup mengalami peningkatan sebagai akibat dari penggunaan kemasan botol plastik.
7. Menambah daya tarik calon pembeli.
8. Sarana informasi dan iklan.
9. Memberi kenyamanan bagi pemakai (Julianti dan Mimi, 2006).
Klasifikasi kemasan berdasarkan struktur sistem kemas (kontak produk
dengan kemasan):
a. Kemasan primer, yaitu kemasan yang langsung mewadahi atau membungkus
bahan pangan. Misalnya kaleng susu, botol minuman.
b. Kemasan sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi
kelompok-kelompok kemasan lain. Misalnya kotak karton untuk wadah susu
dalam kaleng, kotak karton untuk wadah strip obat dan sebagainya.

16
c. Kemasan tersier, kuartener yaitu kemasan untuk mengemas setelah kemasan
primer, sekunder atau tersier. Kemasan ini digunakan untuk pelindung selama
pengangkutan. Misalnya botol yang sudah dibungkus, dimasukkan ke dalam
kardus kemudian dimasukkan ke dalam kotak dan setelah itu ke dalam peti
kemas.
Pada sediaan sirup meniran menggunakan kemasan primer berupa
botol kaca berwarna cokelat dengan kapasitas 60 ml, sedangkan pada kemasan
sekunder diberi bungkus berupa dus yang berisi informasi mengenai sirup
tersebut serta diberi desain yang menarik agar menarik perhatian konsumen.

17
DAFTAR PUSTAKA

18

Anda mungkin juga menyukai