Tujuan dilakukannya praktikum ini diantaranya yaitu mahasiswa dapat membuat formula
sirup, mahasiswa dapat membuat serta melakukan evaluasi sediaan sirup, mahasiswa dapat
memahami pengaruh penggunaan bahan tambahan pemanis dan pengawet terhadap stabilitas
sirup.
VI. Penimbangan
Nama Bahan Unit Formula Per Batch = 5 botol
(5ml) (315ml)
Cetirizine HCl 5 mg 315 mg
Natrium Benzoat 0,013 g 0,84 g
Sirupus Simplex 3,25g 204,75g
FD&C Red q.s q.s
Raspberry q.s q.s
X. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan sirup Cetirizine HCl 5mg/mL pada saat praktikum,
didapatkan hasil dari beberapa uji yang telah dilakukan. Untuk uji Organoleptik meliputi warna,
rasa, dan bau. Dimana hasil organoleptis yang diharapkan memilki warna merah, rasa manis
raspberry, dan aroma raspberry. Rasa manis merupakan manis dari sukrosa yang digunakan
sebanyak 65% untuk sirupus simplex sebagai bahan utama dalam sirup ini. Pewarna yang
digunakan yaitu FD & C red yang mempunyai warna merah sehingga warna sediaan akhir yang
diharapkan adalah warna merah. Selain itu digunakan perasa raspberry yang memberikan rasa dan
aroma raspberry. Hasil pengamatan yang kami dapatkan sudah sesuai dengan yang diharapkan,
yaitu rasa sirup manis, aroma raspberry dan berwarna merah muda jernih. Kemudian selama 6 hari
penyimpanan kembali dilakukan uji organoleptis, dan hasilnya tidak ada perubahan pada warna,
rasa, dan bau dari sediaan sirup Cetirizine HCL, sehingga sirup Cetirizine stabil pada uji
organoleptisnya.
Selanjutnya dilakukan uji pH, dimana rentang pH yang diharapkan yaitu 4-5,1 seperti yang
tertera pada USP, 2010. Pada saat praktikum, sediaan sirup diuji pHnya dan didapatkan nilai pH
sebesar 4,69. Lalu setelah penyimpanan sediaan selama 7 hari, sediaan kembali diuji pHnya dan
didapat nilai pH 4,77. Kenaikan nilai pH yang didapatkan setelah penyimpanan selama 7 hari ini
disebabkan oleh sediaan yang kurang stabil akibat adjust pH saat dilakukan uji pH.
Uji lain yang dilakukan yaitu uji bobot jenis. Uji bobot jenis ini dilakukan menggunakan
piknometer. Uji bobot jenis dilakukan dengan cara menimbang bobot piknometer kosong,
kemudian piknometer diisi air dan ditimbang kembali. Setelah itu dilakukan penimbangan
piknometer yang telah diisi sediaan. Masing-masing penimbangan diulang sebanyak 3 kali. Untuk
uji bobot jenis hasil yang diharapkan sediaan memiliki bobot jenis sebesar 1,198 g/mL (Pfizer,
2007). Sementara hasil uji bobot jenis yang dilakukan pada saat praktikum menghasilkan nilai
1,233 g/mL. Perbedaan ini kemungkinan disebabkan beberapa hal, seperti adanya kontaminan
yang menempel piknometer yang membuat hasil bobot jenis dari sediaan lebih besar dari hasil
pada literature yang kami dapatkan.
Uji volume terpindahkan juga dilakukan pada praktikum ini, uji ini dilakukan dengan cara
menuang sediaan dari botol ke dalam gelas ukur. Kemudian diamati volume yang tertera pada
gelas ukur, dimana diharapkan volume yang tertera sesuai dengan volume sediaan sesungguhnya
yaitu 60 mL dalam satu botol. Setelah dilakukan pengujian sebanyak 3 kali didapatkan volume
terpindahkan dari sediaan adalah 59,5 mL, 60 mL, 60 mL. Sehingga rata-rata yang didapatkan
adalah 59,83 mL, hasil tersebut mendekati volume terpindahkan yang diharapkan. Seharusnya
volume yang didapat tidak kurang dari 60 mL, kurangnya volume disebabkan oleh tertinggalnya
sebagian sediaan di dalam botol atau kesalahan dari penaraan botol di awal praktikum.
Selanjutnya dilakukan uji kejernihan sirup. Uji dilakukan secara visual oleh praktikan
dengan mengamati sediaan. Hasil uji sediaan sirup seharusnya jernih, dan tidak mengandung
pengotor didalamnya. Berdasarkan pengamatan didapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan
yaitu sediaan jernih dan tidak mengandung pengotor didalamnya.
Ada beberapa uji lain yang harus dilakukan pada sediaan sirup cetirizine ini selain uji yang
telah dijelaskan diatas. Uji tersebut antara lain uji viskositas, uji mikrobiologi dan uji kadar zat
aktif. Namun beberapa uji tersebut tidak dapat dilakukan karena keterbatasan alat dan waktu pada
saat praktikum dilakukan.
Selama penyimpanan, diharapkan tidak ada kontaminan yang timbul seperti jamur dan
mikroba dalam sediaan. Sehingga penyimpanan harus dilakukan dengan baik. Setelah beberapa
hari penyimpanan, tidak ditemukan adanya kontaminan dalam sediaan. Hal ini menunjukkan
bahwa pengawet yang digunakan dalam formulasi sudah tepat karena memberikan aktivitas yang
maksimal.
XI. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sediaan sirup yang
dibuat telah stabil pada uji organoleptik (rasa, bau warna), berat jenis, volume terpindahkan dan
uji kejernihan. Sedangkan pada uji pH yang dilakukan setelah penyimpanan selama 7 hari
didapatkan pH 4,77. Sedangkan pada saat praktikum, sediaan sirup diuji pHnya dan didapat nilai
pH sebesar 4,69. Meskipun mengalami kenaikan pH dalam penyimpanan, namun sediaan masih
terdapat dalam rentang ph stabil yaitu 4-5,1 (USP, 2010).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Sirup
Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sukrosa. Kecuali dinyatakan lain,
kadar sakarosa, C12H22O11, tidak kurang dari 64,0% dan tidak lebih dari 66,0% (FI III).
Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau perngganti gula dengan atau tanpa
penambahan bahan pewangi dan zat obat (Ansel, 1989).
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang berkadar tinggi (sirup
simpleks adalah sirup yang hampir jenuh dengan sukrosa). Kadar sukrosa dalam sirup adalah 64-
66%, kecuali dinyatakan lain (Syamsuni, 2007).
Sirup adalah sediaan cairan kental untuk pemakaian dalam, yang minimal mengandung 90%
sakarosa (Voigt, 1984).
Sirup (Sirupi) adalah merupakan larutan jernih berasa manis yang dapat ditambahkan Gliserol,
Sorbitol, Polialkohol yang lain dalam jumlah sedikit dengan maksud untuk meningkatnya
kelarutan obat dan menghalangi pembentukan hablur sukrosa. Kadar sukrosa dalam sirup adalah
64-66%, kecuali dinyatakan lain. Larutan gula yang encer, merupakan medium pertumbuhan bagi
jamur, ragi, dan bakteri (Anief,1994).
2.2 Komponen Sirup
1. Zat aktif
Zat utama / zat yang berkhasiat dalam sediaan sirup.
2. Pelarut
Pelarut adalah cairan yang dapat melarutkan zat aktif atau biasa disebut sebagai zat pebawa.
Contoh pelarut adalah air, gliserol, propilenglikol,etanol,eter, dll.
3. Pemanis
Pemanis merupakan zat tambahan dalam suatu sirup, pemanis ditambahkan untuk memberikan
rasa manis pada sirup. Karena sirup identik dengan rasa manis. Contoh dari pemanis adalah
sukrosa.
4. Zat penstabil
Zat penstabil dimaksudkan untuk menjaga agar sirup dalam keadaan stabil contoh dari zat
penstabil adalah antioksidan, pendapar, pengkompleks, dll.
5. Pengawet
Pengawet ditambahkan pada sediaan sirup bertujuan agar sirup tahan lama dan bisa di pakai
berulang- ulang. Penambahan pengawet biasanya pada sediaan dengan dosis berulang. Pengawet
yang dapat digunakan pada sediaan sirup antara lain adalah sodium benzoat, metil paraben dan
propil paraben.
6. Pewarna
Pewarna adalah zat tambahan untuk sediaan sirup atau biasa disebut corigen coloris. Pewarna
ditambahkan jika diperlukan. Penambahan pewarna biasanya agar sediaan menjadi lebih menarik
dan tidak berwarna pucat. Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi
dengan komponen lain dalam syrup dan warnanya stabil dalam kisaran pH selama penyimpanan.
Penampilan keseluruhan dari sediaan cair terutama tergantung pada warna dan kejernihan.
Pemilihan warna biasanya dibuat konsisten dengan rasa. Contoh pewarna yang dapat digunakan
pada sediaan sirup antara lain adalah sunset yellow dan tartrazine yang akan memberikan warna
kuning. Warna sirup harus menyesuaikan dengan perasa yang ditambahkan.
7. Perasa
Penambahan perasa ini hanya jika diperlukan, ditambahkan jika sediaan sirup yang akan di berikan
pada pasien kurang enak atau terlalu pahit. Perasa dan pewarna harus sesuai.
2. Studi preformulasi
2a. Zat Aktif
a. Chlorpromazine hydrocloride (Farmakope Indonesia edisi III hal 156)
Pemerian : Serbuk hablur putih, atau agak krem putih, tidak berbau.
Warna menjadi gelap karena pengaruh cahaya.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol
dan dalam kloroform, tidak larut dalam eter dan dalam
benzene.
Titik lebur : 195⁰ dan 198⁰.
Fungsi : Sebagai zat aktiv.
Konsentrasi : 100mg / 5ml
Wadah : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya
2b. Eksipien
b. Aquadest (Farmakope Indonesia edisi III hal 98)
Pemerian : Cairan jernih tak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Stabilitas : Air adalah salah satu bahan kimia yang stabil dalam
bentuk fisik (es, air, uap). Air harus disimpan dalam
wadah sesuai. Pada saat penyimpanan dan penggunaannya
harus terlindung dari kontaminasi partikel-partikel ion dan
bahan organik. Serta harus terlindung dari partikel-partikel
lain dan mikroorganisme yang dapat tumbuh dan merusak
fungsi air.
Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik
c. Sukrosa (Farmakope Indonesia edisi IV, HOPE hal 703)
Pemerian : hablur putih atau tidak berwarna masa hablur atau bentuk
kubus, atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa manis,
stabil di udara. Larutannya netral terhadap lakmus.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air
mendidih, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam
kloroform dan dalam eter.
Titik leleh : 160⁰C-168⁰C
Stabilitas : stabil dalam suhu kamar dan kelembapan relatif sedang,
sukrosa akan mengalami karamelisasi jika dipanaskan
pada suhu 60⁰C.
nkompatibilitas : Sukrosa dapat terkontaminasi oleh logam berat yang
dapat menyebabkan inkompatibilitas zat aktivtertentu
misalnya asam askorbat.
Fungsi : pemanis
Konsentrasi : 50-67%
Wadah : dalam wadah tertutup baik.
d. Glycerin(Farmakope Indonesia edisi I hal 271, HOPE )
Pemerian :Ccairan jernh seperti sirup, tidak berwana, rasa manis,
hanya boleh berbau khas (tajam/ tidak enak). Higroskopis,
netral terhadap lakmus.
Kelarutan :Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak larut
dalam kloroformm, dalam eter, dalam minyak lemak dan
dalam minyak menguap.
Titik beku : -1,6⁰C
Fungsi : Pemanis
Konsentrasi : ≤ 20%
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
4. Perhitungan
a. Chlorpromazine Hydrocloride
Dalam 5ml = 100mg
4. Prosedur Pembuatan
1) Mengkalibrasi beaker glass dengan volume 60ml.
2) Larutkan chlorprmazine hydrocloride dalam air.
3) Larutkan sukrosa dalam air.
4) Larutkan methyl paraben dalam air.
5) Larutkan pasta jeruk dalam air.
6) Larutkan sunset yellow dalam air.
7) Larutkan larutan chlorprmazine hydrocloride ke dalam beaker glass.
8) Masukkan larutan sukrosa ke no 7 => aduk hingga homogen
9) Masukkan glycerin 12ml ke no.8 => aduk hingga homogen
10) Masukkan no.8 ke no.9 => aduk hingga homogen
11) Masukkan larutan pasta jeruk ke no.10 => aduk hingga homogen
12) Masukkan sunset yellow ke no.11 => aduk hingga homogen
13) Tambahkan aquadest ke no.12 => ad tanda batas aduk hingga homogen
14) Lakukan evaluasi sediaan sirup.
5. Evaluasi Sediaan Mutu
1. Evaluasi Sediaan sirup terdiri dari :
a. In Process Control (IPC), meliputi :
1) Organoleptik
2) Penetapan pH
3) Uji Kejernihan
4) Bobot Jenis
5) Viskositas/ kekentalan
b. Evaluasi Sediaan Akhir
1) Organoleptik
2) Penetapan pH
3) Uji Kejernihan
4) Bobot Jenis
5) Viskositas/ kekentalan
6) Volme terpindahkan
7) Identifikasi bahan aktif dalam sediaan
8) tapan kadar zat aktif dalam sediaan
9) Uji efektivitas pengawet
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dalam pembuatan sirup harus diperhatikan berbagai aspek yang dapat mempengaruhi hasil
akhir dari sediaan yang dihasilkan. Berbagai aspek itu antara lain pemahaman dasar mengenai
sediaan sirup, komponen dalam sirup, sifat kimia fisika, dan prinsip-prinsip dalam pengerjaan
mulai dari pemilihan metode kerja yang sesuai dengan bahan yang digunakan sampai pada uji
mutu dan kestabilan obat dalam penyimpanan.
3.2 Saran
Kami mengharapkan bimbingan dan arahan dalam membuat makalah dari guru pembimbing
sebagai bekal dalam pembuatan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. 1990. ”Ilmu Meracik Obat”. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Farmakope Indonesia edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Farmakope Indonesia edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
SMF. 2004. Teori Ilmu Resep jilid I, Jakarta.
SMF. 2004. Teori Ilmu Resep jilid II, Jakarta
D. KANDUNGAN
Herba Timi (Thymi Herb) Thymi merupakan salah satu tanaman yang sudah lama digunakan sebagai
antibatuk. Efek utama sebagai ekspektoran dan antis pasmodik. Penggunaan Sirup Thimi
(3x10mL/hari) selama 5 hari, terbukti memberikan efek tidak berbeda nyata dengan bromheksin
Kandungannya adalah senyawa fenol : timol, karvakrol yang bersifat antimikroba. Juga mendgandung
minyak atsiri yang berkhasiat mucolitik/pengencer dahak. Juga ada kandungan flavon polimetoksi
yang bersifat spasmolitik/meredakan batuk. Dari berbagai kandungan, semuanya saling melengkapi
(komplementer) sebagai pbat batuk. Sehingga banyak ditemui produk obat batuk di masyarakat sering
ditambahakan herba thymi.
Kandungan utama minyak timus adalah terpinen 94,3%, p-cimen (23,5%), karvakrol (2,2%), dan timol
(63,6%) (Dimitra dkk., 2000).
Herba thymi mengandung berbagai senyawa aktif seperti diantaranya :
1. Minyak atsiri (sekitar 2,5 persen) dengan kandungan utama thymol dan carvarol (lebih dari 64
persen minyak), juga linalool, p-cymol, cymene,thymine, pinene.
2. Flavonoid berupa apigenin, luteolin, thymonin, naringenin dan lainya, seperti 6-hydroxyluteolin,
glycocides, dimethoxylated flavone, trimethoxylated flavone dan tetramethoxylated flavone.
3. Senyawa lainya, labiatic acid, feic acid, dan tannin.
E. KHASIAT
Timus mengandung zat energi yang sangat tinggi dan sifat utamanya adalah: antispasmodic,
antiseptik, penyembuhan, diuretik, tonik dan vermifuge di samping aromatik. Bagian hijau dari timus
terutama digunakan dalam jamu dan kosmetik, atau rasa hidangan di dapur. Dari daun minyak thyme
esensial diperoleh dari diwarnai merah dengan kuning sering digunakan untuk pembuatan sampo
atau deodoran, yang terletak di dasar tanaman yang lebih kaya
Timus juga dianggap sebagai berkat antibakteri dan sangat baik untuk antiseptik dan sifat aromatik
1. Dosis dewas : 1-2 g dan anak-anak : 0.5-1 g serbuk herba kering yan dibuat ramuan teh herbal
dan diminum 3-4 kali sehari
2. Tingtur 10% (1 dalam etanol 70%) : 40 tetes 3-4 kali sehari.
3. Penggunaan topical untuk obat kumur : infusa 5% atau sedua 5 gram serbuk herbal dalam 100
ml air bersih.
4. Untuk membuat teh herbal : 2 sendok the penuh serbuk herbal thymi ditambah 1 cangkir air
mendidih, tutup dan diamkan selama 10 menit. Dan minum ramuan ini 3 kali 1 cangkir setiap
harinya.