Anda di halaman 1dari 19

Tujuan Praktikum

Tujuan dilakukannya praktikum ini diantaranya yaitu mahasiswa dapat membuat formula
sirup, mahasiswa dapat membuat serta melakukan evaluasi sediaan sirup, mahasiswa dapat
memahami pengaruh penggunaan bahan tambahan pemanis dan pengawet terhadap stabilitas
sirup.

II. Dasar Teori


Menurut Farmakope Indonesia III (1979), sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang
mengandung sakarosa. Kadar sakarosa (C12H22O11) tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari
66%. Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi. Secara
umum sirup merupakan larutan pekat dari gula yang ditambah obat atau zat pewangi dan
merupakan larutan jernih berasa manis. Sirup adalah sediaan cair kental yang minimal
mengandung 50% sakarosa. Dalam perkembangannya, banyak sekali pengertian mengenai sirup.
Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Sirup adalah sediaan cairan
kental untuk pemakaian dalam, yang minimal mengandung 90% sakarosa (Anonim, 1995).
Kandungan sakarosa dari sirup umumnya antara 60-65%. Hal itu menentukan daya tahan
dari sediaan. Atas dasar daya tahannya maka sediaan berkonsentrasi tinggi dinilai paling baik,
meskipun demikian perlu diperhatikan bahwa dengan meningkatnya kandungan gula dari sirup
menyebabkan kelarutan bahan obat tertentu di dalamnya berkurang ( Voight, 1994).
Komponen-komponen sirup terdiri dari (Van Duin, 1991) :
a. Pemanis
Pemanis berungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Dilihat dari kalori yang dihasilkan
dibagi menjadi pemanis berkalori tinggi dan pemanis berkalori rendah. Adapun pemanis berkalori
tinggi misalnya sorbitol, sakarin dan sukrosa sdangkan yang berkalori rendah seperti laktosa.
b. Pengawet antimikroba
Pengawet antimikroba digunakan untuk menjaga kestabilan obat dalam penyimpanan agar
dapat bertahan lebih lama dan tidak ditumbuhi oleh mikroba atau jamur.
c. Perasa dan Pengaroma
Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau bahan-bahan yang berasal
dari alam untuk membuat sirup mempunyai rasa yang enak. Karena sirup adalah sediaan cair,
pemberi rasa ini harus mempunyai kelarutan dalam air yang cukup. Pengaroma ditambahkan ke
dalam sirup untuk memberikan aroma yang enak dan wangi. Pemberian pengaroma ini harus
sesuai dengan rasa sediaan sirup, misalkan sirup dengan rasa jeruk diberi aroma citrus.
d. Pewarna
Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi dengan komponen
lain dalam sirup dan warnanya stabil dalam kisaran pH selama penyimpanan. Penampilan
keseluruhan dari sediaan cair terutama tergantung pada warna dan kejernihan. Pemilihan warna
biasanya dibuat konsisen dengan rasa. Juga banyak sediaan sirup, terutama yang dibuat dalam
perdagangan mengandung pelarut-pelarut khusus, pembantu kelarutan, pengental dan stabilisator.
Selanjutnya sifat fisika sediaan sirup terdiri dari (Syamsuni, 2006) :
a. Viskositas
Viskositas atau kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan
untuk mengalir. Kekentalan didefinisikan sebagai gaya yang diperlukan untuk menggerakkan
secara berkesinambungan suatu permukaan datar melewati permukaan datar lainnya dalam kondisi
mapan tertentu bila ruang diantara permukaan tersebut diisi dengan cairan yang akan ditentukan
kekentalannya. Untuk menentukan kekentalan, suhu zat uji yang diukur harus dikendalikan dengan
tepat, karena perubahan suhu yang kecil dapat menyebabkan perubahan kekentalan yang berarti
untuk pengukuran sediaan farmasi. Suhu dipertahankan dalam batas idak lebi dari 0,1 C.
b. Uji mudah tidaknya dituang
Uji mudah tidaknya dituang adalah salah satu parameter kualitas sirup. Uji ini berkaitan erat
dengan viskositas. Viskositas yang rendah menjadikan cairan akan smakin mudah dituang dan
sebaliknya. Sifat fiik ini digunakan untuk melihat stabilitas sediaan cair selama
penyimpanan.Besar kecilnya kadar suspending agent berpengaruh terhadap kemudahan sirup
untuk dituang. Kadar zat penstabil yang terlalu besar dapat menyebabkan sirup kental dan sukar
dituang.
c. Uji Intensitas Warna
Uji intensitas warna dilakukan dengan melakukan pengamatan pada warna sirup mulai
minggu 0-4. Warna yang terjadi selama penyimpanan dibandingkan dengan warna pada minggu
0. Uji ini bertujuan untuk mengetahui perubahan warna sediaan cair yang disimpan Selama waktu
tertentu.

IV. Formula dan Rasionalisasi Formula


4.1. Formula
Nama Bahan Rentang Konsentrasi yang Fungsi bahan
digunakan
Cetirizine HCl 5 mg/5 mL Sebagai zat aktif
Sukrosa 64-66% 65% Sebagai pemanis
Natrium Benzoat 0,02 – 0,5 % 0,4% Sebagai pengawet
Raspberry q.s. q.s. Sebagai perasa
FD & C Red q.s. q.s. Sebagai pewarna
Aquades 60 mL Sebagai pelarut

4.2. Rasionalisasi Formula

VI. Penimbangan
Nama Bahan Unit Formula Per Batch = 5 botol
(5ml) (315ml)
Cetirizine HCl 5 mg 315 mg
Natrium Benzoat 0,013 g 0,84 g
Sirupus Simplex 3,25g 204,75g
FD&C Red q.s q.s
Raspberry q.s q.s

IX. Tabel Data Pengamatan


9.1. Proses Pembuatan Sediaan
No Prosedur Hasil
1. Alat dan bahan disiapkan. Alat Alat dan bahan sudah siap
dicuci hingga bersih digunakan
2. Aquadest dididihkan Air mendidih
sebanyak ±400 mL dengan
penangas air
3. Cetirizine HCl ditimbang sebanyak Didapatkan cetirizine HCl sebanyak
315 mg menggunakan neraca 315 mg
analitik
4. Purified water diukur sebanyak 3 Didapatkan 3 ml purified water
ml dan dimasukkan beaker glass dalam beaker glass
5. Cetirizine HCl dilarutkan dengan Cetirizine HCl larut dalam 3 ml air
air dalam beaker glass dalam beaker glass
6. Sukrosa ditimbang sebanyak Didapatkan sukrosa sebanyak
204,75 gram dengan menggunakan 204,75 gram
neraca analitik
7. Sukrosa dilarutkan dalam aqua Didapatkan sirupus simplex dengan
calida ad 315 mL diatas penangas konsentrasi 65 %
air
8. Sirupus simplex didiamkan hingga Didapatkan sirupus simplex yang
dingin dingin
9. Na benzoate ditimbang sebanyak Didapatkan Na benzoat sebanyak
840 mg dengan menggunakan 840 mg
neraca analitik
10. Na benzoate dilarutkan dalam 2 Didapatkan larutan 840 mg Na
mL purified water benzoate didalam 2 mL air
11. Larutan Cetirizine HCl dan Na Didapatkan campuran homogen
benzoate dicaampur dalam beaker larutan cetirizine HCl dan Na
glass yang telah ditara 315 ml benzoate
kemudian di homogenkan
12. Campuran homogen larutan Didapatkan campuran larutan
cetirizine HCl dan Na benzoate + cetirizine HCl, Na Benzoat dan
sirupus simplex ±100 mL sirupus simplex dalam beaker glass
13. Campuran larutan cetirizine HCl, Sirup memiliki rasa manis raspberry
Na Benzoat dan sirupus simplex dengan warna merah muda
dalam beaker glass + perasa
(raspberry) dan pewarna (FD & C
Red)
14. Sirup ditambahkan dengan sisa Didapatkan 315 ml sirup rasa
sirupus simplex ad 315 ml, aduk ad raspberry berwarna merah muda
homogen
15. Sirup dimasukkan dalam 5 botol Didapatkan 5 botol sirup masing-
yang telah ditara masing-masing 60 masing 60 mL
mL

9.2. Hasil Evaluasi


Karakteristik Penafsiran Hasil Pengamatan
Organoleptis Warna : Merah Warna : merah muda jernih
Rasa : Raspberry Rasa : Manis
Bau : aroma Bau : aroma raspberry
Raspberry Bentuk : cair
Bentuk : cair
pH (25oC) 4-5,1 4,69
Berat Jenis 1,198 gram/ml 1,223 g/ml
Volume terpindahkan Tidak kurang dari 60 V1 = 59,5 mL
mL V2 = 60 mL
V3 = 60 mL
V rata-rata = 59,83 mL
Viskositas Tidak dilakukan
Mikrobiologi
Kadar zat aktif
Kejernihan Jernih Jernih

X. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan sirup Cetirizine HCl 5mg/mL pada saat praktikum,
didapatkan hasil dari beberapa uji yang telah dilakukan. Untuk uji Organoleptik meliputi warna,
rasa, dan bau. Dimana hasil organoleptis yang diharapkan memilki warna merah, rasa manis
raspberry, dan aroma raspberry. Rasa manis merupakan manis dari sukrosa yang digunakan
sebanyak 65% untuk sirupus simplex sebagai bahan utama dalam sirup ini. Pewarna yang
digunakan yaitu FD & C red yang mempunyai warna merah sehingga warna sediaan akhir yang
diharapkan adalah warna merah. Selain itu digunakan perasa raspberry yang memberikan rasa dan
aroma raspberry. Hasil pengamatan yang kami dapatkan sudah sesuai dengan yang diharapkan,
yaitu rasa sirup manis, aroma raspberry dan berwarna merah muda jernih. Kemudian selama 6 hari
penyimpanan kembali dilakukan uji organoleptis, dan hasilnya tidak ada perubahan pada warna,
rasa, dan bau dari sediaan sirup Cetirizine HCL, sehingga sirup Cetirizine stabil pada uji
organoleptisnya.
Selanjutnya dilakukan uji pH, dimana rentang pH yang diharapkan yaitu 4-5,1 seperti yang
tertera pada USP, 2010. Pada saat praktikum, sediaan sirup diuji pHnya dan didapatkan nilai pH
sebesar 4,69. Lalu setelah penyimpanan sediaan selama 7 hari, sediaan kembali diuji pHnya dan
didapat nilai pH 4,77. Kenaikan nilai pH yang didapatkan setelah penyimpanan selama 7 hari ini
disebabkan oleh sediaan yang kurang stabil akibat adjust pH saat dilakukan uji pH.
Uji lain yang dilakukan yaitu uji bobot jenis. Uji bobot jenis ini dilakukan menggunakan
piknometer. Uji bobot jenis dilakukan dengan cara menimbang bobot piknometer kosong,
kemudian piknometer diisi air dan ditimbang kembali. Setelah itu dilakukan penimbangan
piknometer yang telah diisi sediaan. Masing-masing penimbangan diulang sebanyak 3 kali. Untuk
uji bobot jenis hasil yang diharapkan sediaan memiliki bobot jenis sebesar 1,198 g/mL (Pfizer,
2007). Sementara hasil uji bobot jenis yang dilakukan pada saat praktikum menghasilkan nilai
1,233 g/mL. Perbedaan ini kemungkinan disebabkan beberapa hal, seperti adanya kontaminan
yang menempel piknometer yang membuat hasil bobot jenis dari sediaan lebih besar dari hasil
pada literature yang kami dapatkan.
Uji volume terpindahkan juga dilakukan pada praktikum ini, uji ini dilakukan dengan cara
menuang sediaan dari botol ke dalam gelas ukur. Kemudian diamati volume yang tertera pada
gelas ukur, dimana diharapkan volume yang tertera sesuai dengan volume sediaan sesungguhnya
yaitu 60 mL dalam satu botol. Setelah dilakukan pengujian sebanyak 3 kali didapatkan volume
terpindahkan dari sediaan adalah 59,5 mL, 60 mL, 60 mL. Sehingga rata-rata yang didapatkan
adalah 59,83 mL, hasil tersebut mendekati volume terpindahkan yang diharapkan. Seharusnya
volume yang didapat tidak kurang dari 60 mL, kurangnya volume disebabkan oleh tertinggalnya
sebagian sediaan di dalam botol atau kesalahan dari penaraan botol di awal praktikum.
Selanjutnya dilakukan uji kejernihan sirup. Uji dilakukan secara visual oleh praktikan
dengan mengamati sediaan. Hasil uji sediaan sirup seharusnya jernih, dan tidak mengandung
pengotor didalamnya. Berdasarkan pengamatan didapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan
yaitu sediaan jernih dan tidak mengandung pengotor didalamnya.
Ada beberapa uji lain yang harus dilakukan pada sediaan sirup cetirizine ini selain uji yang
telah dijelaskan diatas. Uji tersebut antara lain uji viskositas, uji mikrobiologi dan uji kadar zat
aktif. Namun beberapa uji tersebut tidak dapat dilakukan karena keterbatasan alat dan waktu pada
saat praktikum dilakukan.
Selama penyimpanan, diharapkan tidak ada kontaminan yang timbul seperti jamur dan
mikroba dalam sediaan. Sehingga penyimpanan harus dilakukan dengan baik. Setelah beberapa
hari penyimpanan, tidak ditemukan adanya kontaminan dalam sediaan. Hal ini menunjukkan
bahwa pengawet yang digunakan dalam formulasi sudah tepat karena memberikan aktivitas yang
maksimal.

XI. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sediaan sirup yang
dibuat telah stabil pada uji organoleptik (rasa, bau warna), berat jenis, volume terpindahkan dan
uji kejernihan. Sedangkan pada uji pH yang dilakukan setelah penyimpanan selama 7 hari
didapatkan pH 4,77. Sedangkan pada saat praktikum, sediaan sirup diuji pHnya dan didapat nilai
pH sebesar 4,69. Meskipun mengalami kenaikan pH dalam penyimpanan, namun sediaan masih
terdapat dalam rentang ph stabil yaitu 4-5,1 (USP, 2010).

XII. Daftar Pustaka


Anonim.1979. Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim. 2007. Pfizer MSDS of Cetirizne HCl Syrup, USA
Anonim. 2009. British Pharmacopeia, Crown, London
Anonim. 2010. USP MSDS Cetirizine HCl, USA
NCBI. 2005. Chemical Structure of FD & C Green, USA
Rowe, Raymond C. dkk., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th Ed, Pharmaceutical Press,
London
Syamsuni, A. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, EGC, Jakarta
Van Duin. 1991. Ilmu Resep dan Teori, PT Soerongan, Jakarta
Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi ke-5, diterjemahkan oleh Dr. Soendani
Noerono, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
1.1 Latar Belakang
Sirup adalah salah satu bentuk sediaan cair yang dalam dunia farmasi yang dikenal luas oleh
masyarakat. Saat ini, banyak sediaan sirup yang beredar di pasaran dari berbagai macam merk,
baik yang generic maupun yang paten.Biasanya, orang-orang mengunakan sediaan sirup karena
disamping mudah penggunaannya, sirup juga mempunyai rasa yang manis dan aroma yang harum
serta warna yang menarik sehingga disukai oleh berbagai kalangan, terutama anak-anak dan orang
yang susah menelan obat dalam bentuk sediaan oral lainnya. Salah satunya yaitu sirup auranti atau
sirup jeruk manis.
Sirup didefinisikan sebagai sediaan cair yang mengandung sukrosa. Kecuali dinyatakan lain,
kadar sakarosa tidak kurang dari 64% dan tidak lebiih dari 66%. Secara umum, sirup dibagi
menjadi 2 macam yaitu Non Medicated Syrup/Flavored Vehicle Syrup (Seperti cherry syrup,
cocoa syrup, orange syrup) dan Medicated Syrup/Sirup Obat (Seperti sirup piperazina sitrat, sirup
isoniazid).
Non Medicated Syrup adalah sediaan syrup yang tidak mengandung bahan obat, melainkan
hanya mengandung gula, perasa, pengawet dan perwarna sedangkan Sirup Obat mengandung
bahan obat/Zat berkhasiat.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi dari Sirup ?
1.2.2 Apa saja komponen sirup ?
1.2.3 Apa saja jenis-jenis sirup ?
1.2.4 Apa keuntungan dan kerugian sirup?
1.2.5 Bagaimana evaluasi sediaan mutu sirup ?
1.2.6 Bagaimana contoh preformulasi dari Sirup ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui tentang definisi sirup
1.3.2 Untuk mengetahui tentang komponen dari sirup
1.3.3 Untuk mengetahui tentang keuntungan dan kerugian sirup
1.3.4 Untuk mengetahui evaluasi sediaan mutu sirup
1.3.5 Untuk mengetahui preformulasi pembuatan sediaan sirup

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Sirup
Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sukrosa. Kecuali dinyatakan lain,
kadar sakarosa, C12H22O11, tidak kurang dari 64,0% dan tidak lebih dari 66,0% (FI III).
Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau perngganti gula dengan atau tanpa
penambahan bahan pewangi dan zat obat (Ansel, 1989).
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang berkadar tinggi (sirup
simpleks adalah sirup yang hampir jenuh dengan sukrosa). Kadar sukrosa dalam sirup adalah 64-
66%, kecuali dinyatakan lain (Syamsuni, 2007).
Sirup adalah sediaan cairan kental untuk pemakaian dalam, yang minimal mengandung 90%
sakarosa (Voigt, 1984).
Sirup (Sirupi) adalah merupakan larutan jernih berasa manis yang dapat ditambahkan Gliserol,
Sorbitol, Polialkohol yang lain dalam jumlah sedikit dengan maksud untuk meningkatnya
kelarutan obat dan menghalangi pembentukan hablur sukrosa. Kadar sukrosa dalam sirup adalah
64-66%, kecuali dinyatakan lain. Larutan gula yang encer, merupakan medium pertumbuhan bagi
jamur, ragi, dan bakteri (Anief,1994).
2.2 Komponen Sirup
1. Zat aktif
Zat utama / zat yang berkhasiat dalam sediaan sirup.
2. Pelarut
Pelarut adalah cairan yang dapat melarutkan zat aktif atau biasa disebut sebagai zat pebawa.
Contoh pelarut adalah air, gliserol, propilenglikol,etanol,eter, dll.
3. Pemanis
Pemanis merupakan zat tambahan dalam suatu sirup, pemanis ditambahkan untuk memberikan
rasa manis pada sirup. Karena sirup identik dengan rasa manis. Contoh dari pemanis adalah
sukrosa.
4. Zat penstabil
Zat penstabil dimaksudkan untuk menjaga agar sirup dalam keadaan stabil contoh dari zat
penstabil adalah antioksidan, pendapar, pengkompleks, dll.

5. Pengawet
Pengawet ditambahkan pada sediaan sirup bertujuan agar sirup tahan lama dan bisa di pakai
berulang- ulang. Penambahan pengawet biasanya pada sediaan dengan dosis berulang. Pengawet
yang dapat digunakan pada sediaan sirup antara lain adalah sodium benzoat, metil paraben dan
propil paraben.
6. Pewarna
Pewarna adalah zat tambahan untuk sediaan sirup atau biasa disebut corigen coloris. Pewarna
ditambahkan jika diperlukan. Penambahan pewarna biasanya agar sediaan menjadi lebih menarik
dan tidak berwarna pucat. Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi
dengan komponen lain dalam syrup dan warnanya stabil dalam kisaran pH selama penyimpanan.
Penampilan keseluruhan dari sediaan cair terutama tergantung pada warna dan kejernihan.
Pemilihan warna biasanya dibuat konsisten dengan rasa. Contoh pewarna yang dapat digunakan
pada sediaan sirup antara lain adalah sunset yellow dan tartrazine yang akan memberikan warna
kuning. Warna sirup harus menyesuaikan dengan perasa yang ditambahkan.
7. Perasa
Penambahan perasa ini hanya jika diperlukan, ditambahkan jika sediaan sirup yang akan di berikan
pada pasien kurang enak atau terlalu pahit. Perasa dan pewarna harus sesuai.

2.3 JENIS – JENIS SIRUP


Ada 3 macam sirup, yaitu (SMF. 2004. Teori Ilmu Resep jilid II, Jakarta):
Sirup simpleks : mengandung 65% gula dengan larutan nipagin 0,25% b/v.
 Sirupobat : mengandung 1 jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan dan digunakan
untuk pengobatan.
 Sirup pewangi : tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau zat penyedap lain.
Tujuan pengembangan sirup ini adalah untuk menutupi rasa tidak enak danbauobatyangtidak
2.4 Keuntungan dan Kerugian Sirup
Keuntungan dari bentuk sediaan sirup adalah (SMF. 2004. Teori Ilmu Resep jilid II, Jakarta) :
1. Sesuai untuk pasien yang sulit menelan (pasien usia lanjut, parkinson, anak - anak).
2. Obat terlarut lebih mudah diabsorpsi
3. Pendosisan fleksibel
4. Varian rasa obat banyak
Kerugian dari bentuk sediaan sirup adalah (SMF. 2004. Teori Ilmu Resep jilid II, Jakarta) :
1. Tidak cocok untuk obat yang tidak stabil dalam bentuk larutan
2. Formulasi sulit untuk bahan berkelarutan rendah
3. Tidak bisa untuk sediaan yang sukar larut dalam air (biasanya dibuat suspense atau eliksir).

2.5Evaluasi Sediaan Mutu


1. Evaluasi Sediaan sirup terdiri dari :
a. In Process Control (IPC), meliputi :
1) Organoleptik (Farmakope Indonesia edisi IV)
Tujuan :Memeriksa kesesuaian bau, rasa dan warna denganspesifikasi yang
telahditentukan
Prinsip : Pemeriksaan bau, rasa dan warna menggunakan panca indra
Syarat : Bau, rasa dan warna sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.
2) Penetapan pH (Farmakope Indonesia edisi IV)
Tujuan : Mengetahui pH sediaan
Prinsip :Pengukuran pH menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi
Syarat :pH sediaan sirup sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditetapkan
3) Uji Kejernihan (Farmakope Indonesia edisi IV)
Tujuan : Untuk memastikan bahwa larutan yang diuji jernih dan
bebaspengotor
Prinsip : Membandingkan kejernihan larutan uji dengan suspense
padanan(pembanding). Pengamatan dilakukan dibawah
cahaya yang terdifusi,tegak lurus kea rah bawah tabung
dengan latar belakang hitam.
Alat uji kejernihan : Tabung reaksi alas datar dengan diameter 15 m,tidak
berwarna,transparan dan terbuat dari kaca netral.
Syarat : Kejernihan sama dengan air atau pelarut yang diamati.

4) Bobot Jenis (Farmakope Indonesia edisi IV)


Tujuan :Menjamin sediaan memiliki bobot jenis yang sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan.
Alatnya : Piknomemeter
Prinsip :Membandingkan bobot sediaan sesuai dengan spesifikasi
bobot air dalam volume dan suhu yang sama.
Syarat :Bobot jenis sediaan sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditetapkan.
5) Viskositas/ kekentalan (Farmakope Indonesia edisi IV)
Tujuan :Memeriksa kesesuaian viskositas dengan spesifikasi yang
telah ditetapkan.
Alat : Viscometer Hoppler
Prinsip :Mengukur kecepatan bola jatuh melalui cairan dalam tabung
pada suhu tetap dengan cara menghitung waktu yang
dibutuhkan oleh bola untuk menetukan jarak tertentu
melalui cairan pada tabung.
Syarat :Nilai viskositas sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditetapkan.
b. Evaluasi Sediaan Akhir
1) Organoleptik (Farmakope Indonesia edisi IV)
Tujuan : Memeriksa kesesuaian bau, rasa dan warna dengan
spesifikasi yang telah ditentukan.
Prinsip : Pemeriksaan bau, rasa dan warna menggunakan panca
indra.
Syarat :Bau, rasa dan warna sesuai dengan spesifikasi yang
ditentukan.
2) Penetapan pH (Farmakope Indonesia edisi IV)
Tujuan : Mengetahui pH sediaan.
Prinsip :Pengukuran pH menggunakan pH meter yang telah
dikalibrasi.
Syarat :pH sediaan sirup sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditetapkan.
3) Uji Kejernihan (Farmakope Indonesia edisi IV)
Tujuan : Untuk memastikan bahwa larutan yang diuji jernih dan
bebas pengotor.
Prinsip :Membandingkan kejernihan larutan uji dengan suspense
padanan (pembanding). Pengamatan dilakukan dibawah
cahaya yang terdifusi, tegak lurus kea rah bawah tabung
dengan latar belakang hitam.
t uji kejernihan :Tabung reaksi alas datar dengan diameter 15 m, tidak
berwarna, transparan dan terbuat dari kaca netral.
Syarat : Kejernihan sama dengan air atau pelarut yang diamati.
4) Bobot Jenis (Farmakope Indonesia edisi IV)
Tujuan : Menjamin sediaan memiliki bobot jenis yang sesuai
denganspesifikasi yang telah ditetapkan.
Alatnya : Piknomemeter
Prinsip :Membandingkan bobot sediaan sesuai dengan spesifikasi
bobot air dalam volume dan suhu yang sama.
Syarat :Bobot jenis sediaan sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditetapkan.
5) Viskositas/ kekentalan (Farmakope Indonesia edisi IV)
Tujuan :Memeriksa kesesuaian viskositas dengan spesifikasi yang
telah ditetapkan.
Alat : Viscometer Hoppler
Prinsip :Mengukur kecepatan bola jatuh melalui cairan dalam tabung
pada suhu tetap dengan cara menghitung waktu yang
dibutuhkan oleh bola untuk menetukan jarak tertentu
melalui cairan pada tabung.
Syarat :Nilai viskositas sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditetapkan.
6) Volume terpindahkan (Farmakope Indonesia edisi IV)
Tujuan :Sebagai jaminan bahwa sediaan sirup yang dikemas
Dalam wadah dosis ganda dengan volume yang tertera di
etiket jikadipindah kan dari wadah asli akan memberikan
volumesediaan seperti tertera di etiket.
Alat : Gelas ukur kering.
Prinsip :Melihat kesesuaian volume sediaan jika dipindahkan dari
wadah asli dengan volume yang tertera di etiket.
Prosedur :10 wadah dipilih dan dikocok satu per satu kemudian isi
wadah dituang perlahan dalam gelas ukur didiamkan selama
kurang lebih 30 menit. Jika telah bebas gelembung udara
volume dapat di ukur.
Penafsiran hasil :
 Volume rata-rata campuran sirup yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100% dan tidak
satupun yang kurang dari 95% dari volume yang tertera di etiket.
 Jika A volume rata-rata kurang dari 100%, tetapi tidak ada satupun wadah yang volumenya kurang
dari 95% dari yang tertera di etiket atau
 Jika B volume rarta-rata tidak kuarang dari 100% dantidak lebih dari satu wadah yang volumenya
kurang dari 95% tetapi tidak kurang dari 90% dari volume yang tertera pada etiket maka lakukan
uji tambahan terhadap 20 wadah tambahan.
a penerimaan : Volume rata-rata yang diperoleh dari 30 wadah tidak kurang
dari 100% yang tertera di etiket, dan tidak lebih dari satu botol yang bervolume kurang dari 95%,
tetapi tidak kurang dari 90% seperti yang tertera di etiket.
7) Identifikasi bahan aktif dalam sediaan (Farmakope Indonesia edisi IV)
Tujuan : Secara kualitatif memastikan bahwa bahan aktiv yang ada
dalam sediaan sirup memang benar-benar zat aktiv yang
diinginkan.
Metode : Sesuai dengan yang tertera pada monografi sediaan sirup
dengan kandungan zat aktif tertentu pada Farmakope
Indonesia.
8) Penetapan kadar zat aktif dalam sediaan (Farmakope Indonesia edisi IV)
Tujuan :Secara kuantitatif mengetahui konsentrasi zat aktiv dalam
sediaan.
Metode : Sesuai dengan yang tertera pada monografi sediaan sirup
dengan kandungan zat aktif tertentu pada Farmakope
Indonesia.
9) Uji efektivitas pengawet (Farmakope Indonesia edisi IV)
Tujuan :Untuk mengetahui efektivitas dari pengawet yang
digunakan. Jadi uji ini hanya dilakukan untuk sediaan yang
mengandung pengawet.

2.6 Preformulasi Sirup “CHLORPROMAZINE HIDROKLORIDA 100mg/5mL”5


1. Komponen sediaan sirup Chlorpromazine HCl
NO KOMPONEN FUNGSI
1. Chlorpromazine Hydrocloride Zat Aktiv.
2. Aquadest Pelarut
3. Sukrosa Pemanis
4. Gliserin Pemanis
5. Metil Paraben Pengawet
6. Pasta Jeruk Perasa
7. Sunset Yellow Pewarna

2. Studi preformulasi
2a. Zat Aktif
a. Chlorpromazine hydrocloride (Farmakope Indonesia edisi III hal 156)
Pemerian : Serbuk hablur putih, atau agak krem putih, tidak berbau.
Warna menjadi gelap karena pengaruh cahaya.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol
dan dalam kloroform, tidak larut dalam eter dan dalam
benzene.
Titik lebur : 195⁰ dan 198⁰.
Fungsi : Sebagai zat aktiv.
Konsentrasi : 100mg / 5ml
Wadah : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya
2b. Eksipien
b. Aquadest (Farmakope Indonesia edisi III hal 98)
Pemerian : Cairan jernih tak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Stabilitas : Air adalah salah satu bahan kimia yang stabil dalam
bentuk fisik (es, air, uap). Air harus disimpan dalam
wadah sesuai. Pada saat penyimpanan dan penggunaannya
harus terlindung dari kontaminasi partikel-partikel ion dan
bahan organik. Serta harus terlindung dari partikel-partikel
lain dan mikroorganisme yang dapat tumbuh dan merusak
fungsi air.
Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik
c. Sukrosa (Farmakope Indonesia edisi IV, HOPE hal 703)
Pemerian : hablur putih atau tidak berwarna masa hablur atau bentuk
kubus, atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa manis,
stabil di udara. Larutannya netral terhadap lakmus.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air
mendidih, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam
kloroform dan dalam eter.
Titik leleh : 160⁰C-168⁰C
Stabilitas : stabil dalam suhu kamar dan kelembapan relatif sedang,
sukrosa akan mengalami karamelisasi jika dipanaskan
pada suhu 60⁰C.
nkompatibilitas : Sukrosa dapat terkontaminasi oleh logam berat yang
dapat menyebabkan inkompatibilitas zat aktivtertentu
misalnya asam askorbat.
Fungsi : pemanis
Konsentrasi : 50-67%
Wadah : dalam wadah tertutup baik.
d. Glycerin(Farmakope Indonesia edisi I hal 271, HOPE )
Pemerian :Ccairan jernh seperti sirup, tidak berwana, rasa manis,
hanya boleh berbau khas (tajam/ tidak enak). Higroskopis,
netral terhadap lakmus.
Kelarutan :Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak larut
dalam kloroformm, dalam eter, dalam minyak lemak dan
dalam minyak menguap.
Titik beku : -1,6⁰C
Fungsi : Pemanis
Konsentrasi : ≤ 20%
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

e. Methyl paraben (Farmakope Indonesia edisi III hal 378 )


meria :Hablur kecil tidak berwarna / hablur serbuk. Berbau
khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar.
elarutan :Sukar larut dalam air, benzena dan tetrakbrida mudah
larut dalam etanol dan eter.
abilitas :Stabil selama kurang lebih 4 tahun pada suhu kamar.
Sedangkan pada suhu pH 8 lebih dapat meningkatkan
laju hidrolisis. larutan pada pH 3-6 dapat disterilkan
dalam autoklaf pada suhu 120⁰C selama 20 menit serupa
dengan penguraian larutan ini..
ngsi : antimikroba / pengawet
onsentrasi : 0,015-0,2%
f. Pasta Jeruk
merian : terbuat dari kulit jeruk segar diproses secara mekanik.
arutan : mudah larut dalam alkohol 90% asam asetat glasial.
bilitas : dapat disimpan dalam wadah gelas dan plastik.
gsi : pewarna
g. Sunset yellow
merian : Serbuk kuning kemerahan didalam larutan memberikan
warna orange terang.
arutan : Mudah larut dalam air, glycerin dan propilenglikol.
ompatibilitas : Dengan asam askorbat, gelatin, glukosa.
gsi : Pewarna

3. Formula sediaan sirup Chlorpromazien HCl


Akan dibuat sediaan sirup Chlorpromazien HCl 100 mg/5mL sebanyak 60 ml, dengan formula
sebagai berikut :
R/ Chlorpromazine hydrocloride 100mg/5ml
Sukrosa 50%
Glycerin 20%
Methyl Paraben 0,2%
Pasta Jeruk q.s
Sunset Yellow q.s
Aquadest ad 60ml

4. Perhitungan
a. Chlorpromazine Hydrocloride
Dalam 5ml = 100mg

Dalam 60ml = × 100 mg = 1200mg


b. Sukrosa

Dalam 5ml = × 5ml = 2,5g

Dalam 60ml = × 2,5g = 30g


c. Glycerin

Dalam 5ml = × 5ml = 1ml

Dalam 60ml = × 1 = 12ml


d. Methyl paraben

Dalam 5ml = × 5ml = 0,01g

Dalam 60ml = × 0,01 g = 0,012g


e. Pasta Jeruk q.s
f. Sunset yellow q.s
g. Aquadest ad 60ml

5. Alat dan Bahan


Alat :
1. Beaker glass 100 mL
2. Batang pengaduk
3. Timbangan
Bahan :
1. Chlorpromazine hydrochloride
2. Sukrosa
3. Glycerin
4. Methyl Paraben
5. Pasta Jeruk
6. Sunset Yellow
7. Aquadest

4. Prosedur Pembuatan
1) Mengkalibrasi beaker glass dengan volume 60ml.
2) Larutkan chlorprmazine hydrocloride dalam air.
3) Larutkan sukrosa dalam air.
4) Larutkan methyl paraben dalam air.
5) Larutkan pasta jeruk dalam air.
6) Larutkan sunset yellow dalam air.
7) Larutkan larutan chlorprmazine hydrocloride ke dalam beaker glass.
8) Masukkan larutan sukrosa ke no 7 => aduk hingga homogen
9) Masukkan glycerin 12ml ke no.8 => aduk hingga homogen
10) Masukkan no.8 ke no.9 => aduk hingga homogen
11) Masukkan larutan pasta jeruk ke no.10 => aduk hingga homogen
12) Masukkan sunset yellow ke no.11 => aduk hingga homogen
13) Tambahkan aquadest ke no.12 => ad tanda batas aduk hingga homogen
14) Lakukan evaluasi sediaan sirup.
5. Evaluasi Sediaan Mutu
1. Evaluasi Sediaan sirup terdiri dari :
a. In Process Control (IPC), meliputi :
1) Organoleptik
2) Penetapan pH
3) Uji Kejernihan
4) Bobot Jenis
5) Viskositas/ kekentalan
b. Evaluasi Sediaan Akhir
1) Organoleptik
2) Penetapan pH
3) Uji Kejernihan
4) Bobot Jenis
5) Viskositas/ kekentalan
6) Volme terpindahkan
7) Identifikasi bahan aktif dalam sediaan
8) tapan kadar zat aktif dalam sediaan
9) Uji efektivitas pengawet

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Dalam pembuatan sirup harus diperhatikan berbagai aspek yang dapat mempengaruhi hasil
akhir dari sediaan yang dihasilkan. Berbagai aspek itu antara lain pemahaman dasar mengenai
sediaan sirup, komponen dalam sirup, sifat kimia fisika, dan prinsip-prinsip dalam pengerjaan
mulai dari pemilihan metode kerja yang sesuai dengan bahan yang digunakan sampai pada uji
mutu dan kestabilan obat dalam penyimpanan.
3.2 Saran
Kami mengharapkan bimbingan dan arahan dalam membuat makalah dari guru pembimbing
sebagai bekal dalam pembuatan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 1990. ”Ilmu Meracik Obat”. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Farmakope Indonesia edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Farmakope Indonesia edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
SMF. 2004. Teori Ilmu Resep jilid I, Jakarta.
SMF. 2004. Teori Ilmu Resep jilid II, Jakarta
D. KANDUNGAN
Herba Timi (Thymi Herb) Thymi merupakan salah satu tanaman yang sudah lama digunakan sebagai
antibatuk. Efek utama sebagai ekspektoran dan antis pasmodik. Penggunaan Sirup Thimi
(3x10mL/hari) selama 5 hari, terbukti memberikan efek tidak berbeda nyata dengan bromheksin
Kandungannya adalah senyawa fenol : timol, karvakrol yang bersifat antimikroba. Juga mendgandung
minyak atsiri yang berkhasiat mucolitik/pengencer dahak. Juga ada kandungan flavon polimetoksi
yang bersifat spasmolitik/meredakan batuk. Dari berbagai kandungan, semuanya saling melengkapi
(komplementer) sebagai pbat batuk. Sehingga banyak ditemui produk obat batuk di masyarakat sering
ditambahakan herba thymi.
Kandungan utama minyak timus adalah terpinen 94,3%, p-cimen (23,5%), karvakrol (2,2%), dan timol
(63,6%) (Dimitra dkk., 2000).
Herba thymi mengandung berbagai senyawa aktif seperti diantaranya :

1. Minyak atsiri (sekitar 2,5 persen) dengan kandungan utama thymol dan carvarol (lebih dari 64
persen minyak), juga linalool, p-cymol, cymene,thymine, pinene.
2. Flavonoid berupa apigenin, luteolin, thymonin, naringenin dan lainya, seperti 6-hydroxyluteolin,
glycocides, dimethoxylated flavone, trimethoxylated flavone dan tetramethoxylated flavone.
3. Senyawa lainya, labiatic acid, feic acid, dan tannin.

E. KHASIAT
Timus mengandung zat energi yang sangat tinggi dan sifat utamanya adalah: antispasmodic,
antiseptik, penyembuhan, diuretik, tonik dan vermifuge di samping aromatik. Bagian hijau dari timus
terutama digunakan dalam jamu dan kosmetik, atau rasa hidangan di dapur. Dari daun minyak thyme
esensial diperoleh dari diwarnai merah dengan kuning sering digunakan untuk pembuatan sampo
atau deodoran, yang terletak di dasar tanaman yang lebih kaya
Timus juga dianggap sebagai berkat antibakteri dan sangat baik untuk antiseptik dan sifat aromatik

sangat berguna un tuk menyimpan makanan.


Untuk mendukung khasiatnya secara empiric, maka beberapa penelitian telah dilakukan menunjukan
bagaimana aktifitas farmakologi dari thymi herba tersebut.
a. Sebagai Pereda Batuk
Ramuan obat kumur dari thymi herba maupun ekstranya dapat digunakan untuk mengatasi infeksi
pada laring maupun tonsil 9Laringitis dan Tosillitis). Tak aneh obat kumur yang dijual di pasaran
mengadung minyak thymi sebagai bahan antiseptic. Thymi herba juga merupakan pereda batuk
(antitusif) yang sanat baik. Digunakan juga untuk mengatasi bronchitis dan asma. Efek ini disebabkan
oleh senyawa fenolik thymol dan carvacrol yang merupakan kandungan senyawa terbesar dalam
minyak atsirinya.
b. Untuk Mengatasi Masalah Lambung
Thymi herba sudah digunakan sejak lama untuk mengatasi lambung dan gangguan pencernaan
lainnya. Kandungan minyak atsirinya yang cukup tinggi sangat baik sebagai karminatifum (anti
kembung), antimikroba, antispasmodic (anti kejang pada saluran cerna yang mungkin akibat diare,
gastritis, tukak peptic dan sebagainya), anthelmintik (obat cacing). Tonikum dan antiseptic.
Minyak atsiri thymi mempunyai efek antiseptic yang kuat. Oleh karena itu sering digumakan sebagai
lotion untuk mengatasi infeksi jamur. Juga sebagai obat dalam untuk mengatasi infeksi saluran napas
dan saluran pencernaan.
c. Expectorant dan Sekretomotor
Thymi herba juga berkhasiat sebagai ekspektoran (pengencer dahak). Minyak thymi diketahui
memiliki efek sekretomotorik, artinya dapat mengeluarkan secret (lender). Demikian juga dengan
ekstrak saponin yang terdapat pada thymus vulgaris. Minyak thymi, senyawa thymol dan carvacrol
juga dapat merangsang pergerakan rambut-rambut siliari pada mukosa faring katak. Penelitian lain
juga menunjukan bahwa pemberian ekstrak thymi dapat menungkatkan pengeluaran mucus pada
bronkus.
d. Antijamur Dan Antibakteri
Melalui studi in vitro, minyak atsiri thymi dan senyawa thymol diketahui memiliki aktifitas antijamur
terhadapa beberapa jamur, seprti Cryptococcusneoformans, Aspergillus, Saprolegnia, dan
Zygorhynchus. Minyak thymi dan thymol juga mempunyai efek antibakteri terhadap salmonella
typhimurium, Staphylococcusaureus, Escherichia coli. Oleh karena itu pada pemakaian empirisnya
minyak thymi sering ditambahkan dalam obatkumur sebagai antiseptic dan juga lotion untuk obat kulit.
Dosis Penggunaan

1. Dosis dewas : 1-2 g dan anak-anak : 0.5-1 g serbuk herba kering yan dibuat ramuan teh herbal
dan diminum 3-4 kali sehari
2. Tingtur 10% (1 dalam etanol 70%) : 40 tetes 3-4 kali sehari.
3. Penggunaan topical untuk obat kumur : infusa 5% atau sedua 5 gram serbuk herbal dalam 100
ml air bersih.
4. Untuk membuat teh herbal : 2 sendok the penuh serbuk herbal thymi ditambah 1 cangkir air
mendidih, tutup dan diamkan selama 10 menit. Dan minum ramuan ini 3 kali 1 cangkir setiap
harinya.

Keamanan Dan Efek Samping


Herba thymi maupun ekstraknya relative aman digunakan. Hanya saja penggunaan pada wanita hamil
dan ibu menyususi sebaiknya hati-hati atau sepengetahuan dokter, karena belum ada laporannya
tentang keamanannya pada wanita hamil. Walaupun hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak thymi
tidak menyebabkan kelainan pada janin. Pada pasien yang sensitive, herba thymi dapat
menyebabkan dermatitis di kulit.

Anda mungkin juga menyukai