Anda di halaman 1dari 4

Rangkuman Pemeriksaan Antemortem

Nekropsi Non Unggas

Oleh : Rahmat Alpayet, S.KH

B0901201011

Nekropsi adalah kegiatan bedah bangkai atau kadaver hewan yang dilakukan untuk menelusuri
adanya gangguan atau kelainan pada anatomi tubuh secara keseluruhan, selain memeriksa keadaan
patologi anatomi hewan, untuk meneguhkan diagnosa suatu penyakit atau suatu kejadian pada kadaver
bisa dilakukan pemeriksaan histopatologi pada hewan dengan memeriksa kondisi sel dari suatu organ.
Kegiatan nekropsi pada hewan dilakukan secara runut dari anatomi luar tubuh maupun dalam tubuh
hewan.

Adapun hal-hal yang dapat dilaporkan pada pemeriksaan nekropsi hewan yaitu

 Lokasi
 Warna
 Ukuran
 Bentuk
 Konsistensi
 Persentase organ yang rusak
 Suhu

Untuk mendeskripsikan morpologi dan interpretasi lesi yang terlihat adalah

 Distribusi organ o Slight


o Unilateral-Bilateral o severe
o Focal-Multifocal  Penyebab
o Local-Diffuse o Vermin
o Pada tubuh : Lokal-General o Bakterial
 Waktu kejadian pada tubuh o Zat kimia
o Perakut o Viral
o Akut o Trauma
o Subakut o Protoza
o Kronis o Mykosis
o Kronis aktif o Racun
 Kekerasan o dll
o Minimal  Tipe lesi
o Moderate o Croupus
o Marked o Hemoragi
o Purulent o Fibrinopurulent
o Fibrinous

1. Pemeriksaan Keadaan Umum Luar


Pemeriksaan keadaan umum luar dilakukan dengan melakukan inspeksi, palpasi dan insisi jika
diperlukan ke seluruh tubuh yang terlihat. Pemeriksaan keadaan umum luar tidak terlepas dari
anamnese yang diberikan pemilik hewan atau yang terjadi pada hewan sebelum hewan tersebut
mati.
a. Pemeriksaan kulit dan rambut
Pemeriksaan umum pada kulit dan rambut dilakukan secara umum untuk mengetahui
apakah ada kelainan seperti perlukaan, memear kerontokan rambut serta pemeriksaan
parasit yang terlihat. Jika diperlukan dapat membuat preparat natif untuk mengetahui
keberadaan tungau pada kulit.
Pengamatan pada kulit dan rambut juga dilakukan untuk melihat pigmentasi kulit,
epitelisasi, serta dugaan tumor daerah kulit dan kelenjar. Pengamatan kulit dan rambut di
daerah perut juga ditunjukkan pada daerah mame pada betina dengan melakukan palpasi
untuk mengetahui dugaan kejadian tumor mamae.
Pengamatan kulit dan rambut pada daerah perineal meluas hingga lubang kumlah, baik
anus dan vulva atau penis. Pengamatan yang dilakukan adalah ada tidaknya lesio terutama
tanda peradangan.
o Kelainan yang dapat ditemukan pada kulit
o Lesi Primer

o Macula o Bulla
o Patch o Whea
o Plaque o Nodul
o Pustule o Cyst
o Vesicle

o Lesi Primer atau Sekunder

o Alopecia o Follicular cast


o Hyprotrichosis o Comedo
o Scale o Abnormal pigmentasi
o Crust

o Lesi sekunder

o Epidermal cillarette : o Fissure


o Scar o Lichenification
o Excoriation o callus
o Erosion
b. Pemeriksaan daerah kepala dan leher
Pemeriksaan daerah kepala diawali dengan melihat organ mata, palpebrae dan
mukosa mata. Pemeriksaan organ-organ tersebut adalah pemeriksaan tanda radang
berupa kemerahan dan kebengkakan. Tanda post mortem yang sering ditemukan adalah
o Kongesti hipostatik
Gambaran ini ditemukannya mukosa mata atau sclera mata salah satu lebih
merah dibandingkan mukosa mata. Hal ini dikarenakan hewan mati berbaring ke
satu sisi sehingga akibat pengaruh gravitasi, darah akan banyak berkumpul
disebelah bawah
o Kepucatan mukosa mata
Secara umum hewan yang mati akan menunjukkan warna yang pucat karena
akibat pembuluh darah kapiler yang tertekan oleh jaringan otot dan kolagen di
mukosa
o Kornea yang tidak rata hingga kornea mata yang terlepas
Temuan ini sering didapatkan pada kadaver yang disimpan di freezer. Hal ini
terjadi karena cairan kamar depan mata tertarik keluar akibat penyimpan di suhu
dingin. Bahkan hingga membuat kerusakan kornea mata

Temuan lesio antemortem yang sering ditemukan pada daerah mata adalah

o Peraadangan bola mata (uveitis)


o Radang kelopak mata (blepharitis)
o Radang lensa (katarak)
o Radang kornea (kreatitis)
o Icterus (jaundice)

Pemeriksaan pada daerah kepala selanjutnya adalah pemeriksaan rongga hidung.


Pemeriksaan rongga hidung dimulai dari melihat adanya kelainan morfologi dengan melihat
kesimetrisan rongga hidung. Pengamatan ruang sinus hidung meliputi tanda randang serta ada
kecurigaan terhadap perdarahan (epitaksis) dengan melihat ada atau tidaknya gumpalan darah.
Cuping hidung bisa diamati adanya kekuan atau tidak terutama pada kuda dan ruminansia.

Pemeriksaan berikutnya adalah rongga mulut meliputi pemeriksaan gigi, gusi, lidah,
palatum dan mukosa bibir. Pemeriksaan yang dilakukan adalah melihat tanda peradangan
berupa kemerahan dan kebengkakan. Secara umum temuan post mortem mukosa rongga mulut
baik lidah, gusi, dan bibir akan menunjukkan kepucatan (anemis) warna mukosa yg ditemukan
adalah

o Kemerahan
Kemerahan dimukosa rongga mulut diakibatkan meningkatnya jumlah
darah akibat pelebaran pembuluh darah pada proses peradangan.
o Hijau kebiruan
Warna ini diakibatkan kematian hewan yang mengalami hipooxia.
Kekurangan oksigen bisa akibat asphyxia menyebabkan mukosa akan
berwarna pucat hijau kebiruan (cyanosis)
o Kepucatan
Kepucatan adalah temuan umum post mortem namun bisa diakibatkan
oleh adanya anemia, adapun untuk memastikannya bisa dilakukan uji
ulas darah untuk melihat kualitas RBC.
o Kekuningan
Kekuningan diakibatkan adanya icterus atau jaundice. Untuk
memastikan tipe jaundice dapat dilihat adanya eritrolisis, kelainan hati,
dan saluran empedu.

Pemeriksaan mukosa juga dilakukan untuk melihat adanya perlukaan fisik atau adanya
ulkus. Kerusakan fisik bisa diakibatkan pakan atau trauma sedangkan ulkus pada mukosa rongga mulut
terkait dugaan adanya defisiensi vitamin atau dugaan uremia. Penentuan diagnosa uremia dapat
dipastikan pada temuan tanda uremia lain renal maupun non renal laiinya.

Pemeriksaan gigi meliputi kelengkapan gigi dan struktur gigi. Kelengkapan gigi dapat
digunakan untuk menentukan dugaan umur hewan serta proses mastikasi berjalan baik atau tidak.
Kerusakan gigi berupa karang gigi dapat dianalisa untuk menentukan dugaan adanya asam lambung
kronis serta adanya kondisi penuaan pada hewan.

Pemeriksaan lidah dilakukan untuk melihat adanya perlukaan dan tanda radang pada
lidah. Hal ini dilakukan untuk memastikan proses mastikasi berjalan baik atau tidak. Konsistensi lidah
bisa mengalami pengerasan akibat infeksi bakteri dan parasit untuk memastikan bisa dilakukan insisi
pada lidah.

c. Pemeriksaan daerah dada


d. Pemeriksaan daerah perut
e. Pemeriksaan lokomosi

Anda mungkin juga menyukai