Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Nurfina Aznam, SU., Apt
Disusun Oleh:
Sri Arwini Bahrun 21308251003
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini yang berjudul “Teh Herbal Daun Kumis Kucing “ dapat tersusun hingga selesai.
Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................3
A. Deskripsi Kumis Kucing................................................................................................3
B. Habitus (perawakan) Tumbuhan Kumis Kucing............................................................4
C. Zat Berkhasiat Atau Zat Kimia Yang Terkandung di Dalam Tanaman Kumis Kucing 4
D. Kegunaan Tanaman Kumis Kucing di Dunia Farmasi Khususnya Tentang Pengobatan
4
E. Cara Pengolahan Kumis Kucing....................................................................................6
F. Deskripsi Produk Teh Herbal Daun Kumis Kucing.......................................................7
BAB III.....................................................................................................................................11
PENUTUP................................................................................................................................11
A. Kesimpulan...................................................................................................................11
B. Saran.............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teh adalah minuman yang sangat umum dalah kehidupan kita sehari-hari.
Kebiasaan minum teh tidak hanya dikenal di Indonesia tetapi juga hamper di seluruh
dunia. Teh mengandung banyak manfaat bagi kesehatan. Menurut Surtaningsih (2015),
teh mengandung tannin, kafein, dan flavonoid. Flavonoid dalam teh dapat membantu
mencegah penyakit radikal bebas. Selain itu teh merupakan minuman alami, sehingga
relatif aman dari efek samping yang merugikan Kesehatan. Produk teh saat ini telah
mengalami perkembangan, tidak hanya terbuat dari daun teh namun dapat dibuat dari
daun tanaman herbal yang berkhasiat.
Indonesia memiliki kekayaan sumber daya hayati terbesar kedua setelah Brazil
dengan lebih dari 28.000 spesies tanaman. Meskipun demikian, baru sekitar 1.000
spesies tanaman yang terdaftar dalam Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)
yang telah digunakan untuk memproduksi pangan fungsional. Sumber daya alam yang
melimpah ini semestinya menjadi salah satu keunggulan komparatif bagi daya saing
Indonesia, khususnya untuk mengembangkan produk pangan fungsional.
Kumis kucing (Orthosiphon aristatus B1. Miq) merupakan salah satu jenis
tanaman obat yang dapat dimanfaatkan sebagai minuman fungsional, karena di dalamnya
banyak mengandung senyawa flavonoid lipofilik yang berfungsi sebagai antioksidan.
Budidaya kumis kucing di kebun pembibitan tanaman meningkat secara pesat dengan
persentase pertumbuhan mencapai sekitar 90-95%, terutama ketika diketahui bahwa
ekstrak daun kumis kucing dapat dimanfaatkan sebagai aktivator pembusukan sampah
daun mahoni menjadi pupuk kompos yang dapat meningkatkan produktivitas hutan
damar (Agathis loranthifolia). Kumis kucing juga banyak dibudidayakan dengan sistem
tumpang sari dengan tanaman palawija (misalnya jagung) untuk memberi keseimbangan
nutrien tanah sehingga dapat meningkatkan produktivitas hutan damar.
Tanaman kumis kucing mengandung berbagai senyawa kimia, salah satunya
adalah flavonoid. Penelitian terhadap flavonoid dari beberapa tanama nmempunyai efek
farmakologis sebagai anti inflamasi. Flavonoid yang terdapat dalam simplisia daun
kumis kucing bisa disaring menggunakan air maupun etanol 70% (Harbone, 1987).
Penyarian yang dilakukan dengan mengunakan pelarut air akan diperoleh zat yang
bersifat cenderung polar. Pelarut air mempunyai kelemahan yaitu menyebabkan reaksi
1
fermentatif sehigga mengakibatkan perusakan bahan aktif lebih cepat. Kelemahan
lainnya adalah menyebabkan pembengkakan sel sehingga bahan aktif akan terikat kuat
pada simplisia, larutan dalam air juga mudah dikontaminasi. Pelarut alkoholik
merupakan pilihan utama untuk semua jenis flavonoid. Pelarut etanol bisa digunakan
untuk menyari zat yang kepolaran relatif tinggi sampai relatif rendah, karena etanol
merupakan pelarut universal. Etanol mempunyai kelebihan dibanding air yaitu tidak
menyebabkan pembengkaan sel, menghambat kerja enzym dan memperbaiki stabilitas
bahan obat telarut. Etanol 70% sangat efektif menghasilkan bahan aktif yang optimal,
bahan balas yang ikut tersaring dalam cairan penyaring hanya sedikit, sehingga zat aktif
yang tersaring akan lebih banyak.
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang disampaikan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana deskripsi dari tanaman kumis kucing?
2. Bagaimana habitus (perawakan) dari tanaman kumis kucing?
3. Apa saja zat berkhasiat atau zat kimia yang terkandung di dalam tanaman kumis
kucing?
4. Apa kegunaan tanaman kumis kucing di dunia farmasi khususnya tentang
pengobatan?
5. Bagaiaman cara pengolahan tanaman kumis kucing?
6. Bagaimana deskripsi produk teh herbal daun kumis kucing yang dihasilkan?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui deskripsi dari tanaman kumis kucing
2. Mengetahui habitus (perawakan) dari tanaman kumis kucing
3. Mengetahui zat berkhasiat atau zat kimia yang terkandung di dalam tanaman kumis
kucing
4. Mengetahui kegunaan tanaman kumis kucing di dunia farmasi khususnya tentang
pengobatan
5. Mengetahui cara pengolahan tanaman kumis kucing
6. Mengetahui deskripsi produk teh herbal daun kumis kucing yang dihasilkan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
B. Habitus (perawakan) Tumbuhan Kumis Kucing
Kumis kucing termasuk terna, tumbuhan tegak, pada bagian bawah berakar di bagian
buku-bukunya dan tingginya mencapai 2 meter. Batang bersegi empat agak beralur berbulu
pendek atau gundul. Helai daun berbentuk bundar atau lonjong, lanset, bundar telur atau
belah ketupat yang dimulai dari pangkalnya, ukuran daun panjang 1-10 cm dan lebarnya 7,5
mm-1,5 cm. Urat daun sepanjang pinggir berbulu tipis atau gundul, dimana kedua
permukaan berbintik-bintik karena adanya kelenjar yang jumlahnya sangat banyak, panjang
tangkai daun 7-29 cm. Ciri khas tanaman ada pada bagian kelopak bunga berkelenjar, urat
dan pangkal berbulu pendek dan jarang sedangkan di bagian yang paling atas gundul.
Bunga bibir, mahkota yang bersifat terminal yakni berupa tandan yang keluar dari ujung
cabang dengan panjang 7-29 cm, dengan ukuran panjang 13-27 mm, di bagian atas ditutupi
oleh bulu pendek berwarna ungu dan kemudian menjadi putih. Panjang tabung 10-18 mm,
panjang bibir 4,5-10 mm, helai bunga tumpul, bundar. Benang sari ukurannya lebih panjang
dari tabung bunga dan melebihi bibir bunga bagian atas. Buah geluk berwarna coklat gelap,
panjang 1,75-2 mm. Gagang berbulu pendek dan jarang, panjang 1 mm sampai 6 mm. Biji
coklat gelap.
C. Zat Berkhasiat Atau Zat Kimia Yang Terkandung di Dalam Tanaman Kumis
Kucing
Daun kumis kucing mengandung beberapa senyawa kimia antara lain minyak atsiri
0,02-0,06%, terdiri dari 60 macam seskuiterpen dan senyawa fenolik (Sudarsono dkk.,
1996). Tanaman ini juga mengandung Benzokhromon, Orthokhromen A, methyl
riparikhromen A dan asetovanillochromen. Diterpen, isopimaran–type diterpen
(orthosiphones dan orthosiphol), primaran–type diterpen (neoorthosiphol dan staminol A).
Flavonoid, sinensetin, tetrametil sculaterin dan tetramethoksiflavon, eupatorin, salvigenin,
circimaritrin, piloin, rhamnazin, trimethilapigenin, dan tetrametilluteonin, kadar flavonoid
lipofilik pada daun kumis kucing ini antara 0,2-0,3%, kadar flavonoid glikosida juga sekitar
itu. Kandungan lain pada tanaman ini antara lain asam kafeat dan turunannya (contoh asam
rosmarat) inositol, fitosterol (contoh β-sitosterol) dan garam kalium (Barnes et al., 1996).
4
obatan terhadap penyakit ginjal (Van Steenis, 1947). Kumis kucing berkhasiat diuretik, di
Jawa digunakan untuk pengobatan hipertensi dan diabetes, tanaman ini juga sudah
digunakan masyarakat untuk pengobatan pendarahan, ginjal, batu empedu, gout dan rematik
(Barnes, 1996). Beberapa manfaat atau khasiat Orthoshipon aristatus di dunia farmasi yaitu:
1. Memperlancar pengeluaran air kemih (diuretic).
2. Rematik, disebabkan oleh asam urat yang berlebih dalam tubuh. Kandungan ortosifonin
dan garam kalium (terutama pada daunnya) merupakan komponen utama yang
membantu larutnya asam urat sehingga kumis kucing dapat mencegah dan mengobati
rematik gout.
3. Batuk
4. Encok (Gout arthritis)
5. Demam
6. Sembelit
7. Sakit pinggang
8. Radang ginjal
9. Batu ginjal, kalium pada Tanaman Cbat kumis kucing berkhasiat diuretik
(memperlancar buang air kecil) sehingga dapat mencegah dan membantu melarutkan
batu ginjal.
10. Kencing manis
11. Infeksi saluran kencing (Cystitis)
12. Albuminuria
13. Syphilis
14. Hipertensi, kandungan kalium yang dimilikinya dapat merangsang pengeluaran cairan
dalam tubuh. Jika proses pengeluaran kemih lancar, otomatis tekanan darah akan turun.
15. Amandel
16. Keputihan, kandungan saponin dan tanin pada daun kumis kucing bisa mengobati
keputihan.
17. Batu kantung empedu
18. Menstabilkan gula darah
19. Radang prostat
20. Asam urat
5
E. Cara Pengolahan Kumis Kucing
a. Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah
dikeringkan. Simplisia dikelompokkan menjadi 3 macam yaitu simplisia nabati, hewani
dan mineral. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian
tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi yang spontan keluar dari
tanaman atau isi sel yang spontan dikeluarkan dari sel murni. Simplisia hewani adalah
zat-zat yang berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat-zat kimia
murni.Simplisia mineral adalah simplisia yang berasal dari bumi, baik telah diolah atau
belum, tidak berupa zat kimia murni (Anonim, 1985).
b. Ekstraksi
Ekstraksi adalah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan mentah
dengan menggunakan pelarut yang dipilih sehingga zat yang diinginkan akan larut.
Pemilihan sistem pelarut yang digunakan dalam ekstraksi harus berdasarkan
kemampuannya dalam melarutkan jumlah yang maksimal dari zat aktif dan seminimal
mungkin bagi unsur yang tidak diinginkan (Ansel, 1989). Ekstrak adalah sediaan berupa
kering, kental dan cair, dibuat dengan menyaring simplisia nabati atau hewani menurut
cara yang cocok di luar pengaruh cahaya matahari langsung (Anonim, 1979).
c. Mekanisme Evaporator
6
Beberapa penelelitian yang telah dilakukan antara lain: kemampuan infusa daun
kumis kucing secara in-vitro untuk melarutkan kalsium batu ginjal pada konsentrasi 5%;
7,5% dan 10% (Cahyono, 1990). Uji toksisitas terhadap Arthemisia salina dengan ekstrak
kloroform daun kumis kucing menunjukkan gabungan fraksi 4-5 fraksi kloroform larut
metanol merupakan fraksi yang paling toksik terhadap Arthemisia salina. Senyawa yang
terdapat dalam fraksi tersebut adalah senyawa fenol, flavonoid, dan terpenoid (Utami,
2005). Isolasi dari gabungan fraksi 7 dan 8 ekstrak kloroform larut metanol daun kumis
kucing diperoleh 1 isolat yang aktif pada uji sitotoksisitas pada sel HeLa dan sel Raji.
Senyawa yang terdapat dalam fraksi tersebut adalah senyawa fenol, flavonoid, dan
terpenoid (Thoyibah, 2006). Penelitian Anindhita (2007) menunjukkan adanya daya
antiinflamasi infusa herba kumis kucing dengan konsentrasi 5%, 10%, 20% pada tikus putih
jantan galur Wistar.
7
1. Pembuatan Produk
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah blender, timbangan, loyang,
baskom dan sendok. Bahan yang digunakan adalah daun kumis kucing dari pucuk,
kantung teh celup dan air. Proses cara kerja pembuatan produk teh herbal dilakukan
sebagai berikut:
a. Pembuatan teh daun kumis kucing diawali dengan pemetikan daun kumis kucing.
b. Daun yang telah dipetik dicuci sampai bersih dan dilayukan diloyang dengan cara
diangin-anginkan.
c. Setelah itu pengeringan daun, dengan cara dikeringkan dibawah sinar matahari
sampai kadar air 10%.
d. Teh daun kumis kucing yang sudah dikeringkan, dihaluskan dengan blender
selama 1 menit kemudian teh dimasukkan dalam kantong teh dengan berat 2 gram
per kantong.
Pemetikan dan pencucian daun kumis kucing Pengeringan daun kumis kucing dibawah
sinar matahari
Daun kumis kucing dihaluskan dengan Penimbangan teh daun kumis kucing
blender
1. Aroma
seduhan teh daun kumis kucing beraroma agak langu, aroma khas tanaman
kumis kucing. Aroma ini disebabkan oleh proses pengeringan dan suhu pengeringan
8
yang menyebabkan senyawa polifenol dan katekin menguap dikarenakan adanya
proses ekstraksi komponen kimia sehingga aroma langu yang dihasilkan pada teh
daun kumis kucing tidak terlalu kuat (Laelasari, 2016). Aroma penyeduhan teh daun
kumis kucing berasal dari glikosida yang terurai menjadi gula sederhana dan oksidasi
karatenoid yang menghasilkan senyawa yang mudah menguap (aldehid dan keton)
sehingga dapat memberikan aroma pada teh (Dwigustine, 2017).
2. Rasa
Menurut Daroini (2006), teh herbal memiliki rasa sepat yang disebabkan oleh
adanya senyawa flavonoid, namun rasa sepat ini akan semakin berkurang sejalan
dengan tingginya suhu pengeringan yang digunakan. Hal ini disebabkan karena
senyawa flavonoid akan menguap pada suhu tinggi sehingga rasa sepat teh herbal
daun kumis kucing akan semakin berkurang ketika suhu pengeringan semakin tinggi.
Faktor yang mempengaruhi sensitivitas seseorang terhadap indera pengecap
adalah usia, seiring bertambahnya usia penurunan sensitivitas indera pengecpan
merupakan masalah fisiologi yang terjadi. Hal ini disebabkan karena terjadinya
kemunduran dalam hal fisik maupun biologis dimana semakin bertambahnya usia
terjadi penurunan papilla sirkumvalata lebuh kurang 1% per tahun.
9
Gambar 7. Poster Produk Teh Herbal Daun Kumis Kucing
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tanaman kumis kucing berasal dari wilayah Afrika tropis, kemudian menyebar ke
wilayah Asia dan Australia. Kumis kucing termasuk terna, tumbuhan tegak, pada bagian
bawah berakar di bagian buku-bukunya dan tingginya mencapai 2 meter. Daun kumis
kucing mengandung beberapa senyawa kimia antara lain minyak atsiri 0,02-0,06%, terdiri
dari 60 macam seskuiterpen dan senyawa fenolik. Tanaman kumis kucing mempunyai
banyak manfaatnya untuk pengobatan. Bagian tanaman yang biasa digunakan adalah herbal
baik segar maupun yang telah dikeringkan. Teh yang dibuat dari daun yang dikeringkan
mempunyai reputasi yang baik sebagai obat-obatan terhadap penyakit ginjal.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini tentunya masih banyak terdapat kekurangan baik
dalam hal isi ataupun dalam hal lain sebagainya. Sehingga penulis sangat mengharapkan
kritik, saran, dan masukan yang membangun agar penulis semakin beproses menjadi lebih
baik kedepannya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Anief, moh. (1997). Ilmu meracik obat teori dan praktek. Yogyakarta: UGM Press.
Ansel, Howard C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI Press.
Darise, dkk. (1997). Komponen Kimia dalam Praktek Phytochemistry.Makassar : Fakultas
Farmasi.
Daroini, O. S. 2006. Kajian Proses Pembuatan Teh Herbal dari Campuran Teh Hijau (Cmellia
Sinensi) Rimpang Bangle (Phyllanthus Acidus (L.) Skeels. Skripsi Teknologi Pertanian
IPB. Bogor
Depkes RI.(1995) Farmakope Indonesia, ed.III-IV. Th 1979.
Depkes RI. Materia Medika Indonesia (MMI), I s/d VI Th. 1978-1995.
Dwigustine, R. P. 2017. Pengaruh Perbandingan Teh Herbal Daun Binahong (Anredera
cordifolia (Ten.) Steenis)dengan Daun The (Camellia sinensis) dan Suhu Pengeringan
Terhadap Karakteristik Teh Herbal. Skripsi. Bandung : Universitas Pasundan
Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.
Penerbit ITB : Bandung.
Herold. (2007). Formulasi Minuman Fungsional Berbasis Kumis Kucing (Orthosiphon
Aristatus Bl. Miq) yang Didasarkan pada Optimasi Aktivitas Antioksidan, Mutu
Citarasa dan Warna. Jawa Barat: Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian
Bogor.
Laeslasari, W. 2016. Kajian Karakteristik Seduhan Teh Herbal Dari Daun Murbei (Morus sp)
yang Diperoses Dengan Metode Pengolahan dan Suhu Pengeringan yang Berbeda.
Skripsi. Bandung : Universitas Pasundan
Liebermann, H.A., and Lachman, L. (1986). The Theory and Practiceof Industrial Pharmacy.
3th ed.. Diterjemahkan oleh Suyatmi S. 1994. UI Press. Jakarta.
Liebermann, H.A., and Lachman, L. (1990). The Pharmaceutical Dosage Form Tablets. 2nd
ed. Marcel Decker Inc. New York.
Prayoga, Sigit. (2008). Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Kumis Kucing (Orthosiphon
stamineus Benth.) pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar. Jawa Tengah: Fakultas
Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta
12