Anda di halaman 1dari 20

FOTOTROPISME

Oleh
Gus Rijal Mujahidin 21308251028
Sri Arwini Bahrun 21308251003
PETA KONSEP

Relevansi
Fototropin dengan KD IPA
SMP

Relevansi
Fototropisme Fotoreseptor Fitokrom dengan KD IPA
SMP

Relevansi
Kriptokrom dengan KD IPA
SMP
KAJIAN JURNAL YANG RELEVAN
Jurnal yang berjudul Cryptochrome-
Mediated Light Responses in Plants oleh
(Wang et al., 2014) yang membahas
tentang tinjauan beberapa aspek respon
cahaya yang dimediasi kriptokrom pada
tanaman. Secara garis besar membahas
bahwa kriptokrom tanaman adalah
fotoreseptor UV-A/cahaya biru dan
memainkan peran penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan
tanaman.
KAJIAN JURNAL YANG RELEVAN
Artikel literatur review yang
berjudul Phototropism: Growing
towards an Understanding of
Plant Movement oleh (Liscum et
al., 2014) yang membahas
tentang respon intra dan antar
sel yang diatur oleh banyak
system fototropisme untuk
memunculkan respon adaptasi
yang cepat dan kuat yang
diamati sebagai pembengkokan
organ.
KAJIAN JURNAL YANG RELEVAN
Artikel literatur review yang berjudul
Light and gravity signals synergize in
modulating plant development oleh
(Vandenbrink et al., 2014) yang
membahas kesamaan kedua proses
gravitropisme dan fototropisme, serta
mekanisme molekuler yang diketahui
dibalik respons tropistik juga
menyoroti penelitian yang dilakukan
di lingkungan gayaberat mikro untuk
memisahkan dua tropisme melalui
eksperimen yang dilakukan tanpa
adanya gravitasi unilateral yang
signifikan.
FOTOTRO
PISME

Fototropisme adalah gerak bagian tumbuhan karena rangsangan


cahaya. Gerak bagian tumbuhan yang menuju ke arah cahaya
disebut fototropisme positif, misalnya gerak pada ujung batang
tumbuhan yang membelok ke arah datangnya cahaya.
FOTOTRO
PISME

Telaah mengenai mekanisme Mekanisme fototropisme


fototropisme dimulai oleh dijelaskan dari percobaan
percobaan yang dilakukan yang dilakukan oleh Boysen
oleh Charles Darwin dan dan Jensen dan
putranya Francis. disempurnakan dengan
penemuan tentang auksin oleh
F.W. Went.
FOTOTRO
PISME Cahaya yang paling efektif
dalam merangsang fototropisme
adalah cahaya gelombang
pendek, sedangkan cahaya merah
tidak efektif. Diduga respon
fototropis ini ada kaitannya
dengan karoten dan riboflavin,
karena kombinasi penyerapan
spektrum oleh karoten dan
riboflavin mirip dengan pola
kerja spektrum terhadap
Gambar 1 Spektrum Elektromagnetik fototropisme
Peran Fotoreseptor
Terhadap Pergerakan
Tanaman
Cahaya adalah faktor yang paling penting yang mempengaruhi tanaman. Panjang
gelombang cahaya berkisar dari UV-A sampai cahaya merah-jauh yang dirasakan
oleh beberapa fotoreseptor untuk mengenali lingkungan cahaya. Pada tanaman
diketahui ada tiga fotoreseptor utama yaitu fototropin dan kriptokrom pada cahaya
biru dan fitokrom pada cahaya merah, di mana ketiga fotoreseptor tersebut
bertanggung jawab pada tropisme tanaman
FOTOTROPIN
Fototropin adalah fotoreseptor cahaya biru untuk tanggapan tropic,
relokasi kloroplas, dan pembukaan stomata pada tumbuhan.
Fototropin memiliki dua domain bernama kromoforik light
oxygenvoltage sensing (LOV) 1 dan 2 di N-terminal half, serta
serine/threonine (Ser/Thr) protein kinase motif di C-terminal half.
Peran fototropin sebagai fotoreseptor pada tropisme tanaman antara
lain:
Gambar 2. Pergerakan daun kacang merah sebagai respon
terhadap cahaya biru. Tanaman disimpan dalam gelap selama
a. Pergerakan Daun 10 jam (bagian kiri dalam A-D) dan kemudian diradiasi dengan
cahaya biru terus menerus dengan memancarkan fotodioda 100
µmol M-2S-1 selama 120 menit dari atas (kanan bagian dalam A
Hasil penelitian Inoue et al. (2005), menunjukkan bahwa pada dan B) dan dari sisi atas (B dan D). E, waktu jalannya gerakan
daun di bawah cahaya biru secara kontinyu dari atas. Tanda
tanaman kacang merah (Phaseolusvulgaris) yang diberi cahaya biru panah berwarna putih menunjukkan pulvinus tersebut. Tanda
panah berwarna biru (A dan D) adalah arah cahaya biru.
menyebabkan daun bergerak diantara tangkain dan helaian daun Sumber: Inoue et al., 2005.
(Gambar 2F), dan mendorong gerakan daun membengkok sampai
pulvinar karena cahaya biru diserap oleh pulvinus laminar.
FOTOTROPIN
b. Pergerakan Inflorescence Batang dan Petiolus

Tanaman Arabidopsis diradiasi Sebagian dengan cahaya biru, maka


tanaman akan memberikan respon fototropik pada inflorescence
batang dan petioles (Gambar 3). Dalam gelap, batang dan petioles
tumbuh vertical menunjukkan gerakan rotasi selama 24 jam setelah
ditransfer ke kegelapan. Jika tanaman diradiasi terus-menerus dengan Gambar 3. Berurutan foto respon fototropik dari inflorescence
cahaya biru, setelah 12 jam diinkubasi dalam gelap, maka batang dan batang A. thaliana. (a) Waktu jadwal pra-kultur, cahaya iradiasi
dan observasi. Tanaman yang tumbuh di bawah konmdisi cahaya
petioles tumbuh membengkok ke arah sumber cahaya. Kecepatan 16L/8D ditetapkan di bawah system pencatatan antara 18:00 dan
19:00. Pengamatan di bawah sinar infra merah dimulai sebelum
lentur itu cepat selama 2 jam, kemudian melambat. Pertumbuhan 19:00 dan dilanjutkan sampai setidaknya 18:00 hari berikutnya
membengkok berhenti setelah pengangkatan dari sumber cahaya. Hal selama 23 jam. Cahaya biru diberikan secara sepihak atau
Sebagian 07:00-13:00. (b) gambar berurutan dari fototropisme
ini adalah respon positif fototropik yang disebabkan oleh cahaya biru dari inflorescence batang. Ketika batang diradiasi dari sisi kanan
pada tingkat fluence mulai dari 0,02 sampai 12 µmolm-2s-1 pada dengan cahaya biru (5 µmol/m2/s) terus menerus selama 6 jam,
batang membengkok kea rah sumber cahaya. Bar = 2mm, UB:
batang dan petioles tanaman tipe liar. Cahaya Biru Sepihak. Sumber: Kagawa et al., 2009.
FOTOTROPIN
b. Pergerakan Inflorescence Batang dan Petiolus

Selanjutnya, diamati fototropisme dari inflorescence batang


dan petioles di phot 1, phot 2 dan phot 1, phot 2 ganda
tanaman mutan (Gambar 4). Pada phot 2, respon fototropik
terjadi ketika batang diiradiasi dengan cahaya biru 6
µmol/m2/s (Gambar 4b). Namun, dalam phot 1 dan phot 1,
phot 2 ganda, fototropisme sedikit atau tidak teramati di
bawah kondisi yang sama (Kagawa et al., 2009). Gambar 4. Waktu tanggapan fototropik diinflorescence batang
mutan terhadap fototropin. Batang phot 1 (a) dan phot 2 (b)
diiradiasi dengan cahaya biru pada 0.6 µmol/m2/s selama 6 jam.
Batang phot 1 (c) dan phot 1, phot 2 (d) diiradiasi dengan cahaya
biru pada 12 µmol/m2/s selama 6 jam. Sumber: Kagawa et al.
2009.
FITOKROM
Fitokrom adalah bagian lain dari fotoreseptor yang mengatur banyak
respon tanaman terhadap cahaya, termasuk perkecambahan biji dan
penghindaran naungan. Pengaturan pertumbuhan tanaman oleh sinyal
cahaya diketahui melibatkan tiga family utama dari informasi
pentransduksi fotoreseptor, cahaya merah (R) dan cahaya merah-jauh
(FR) merupakan cahaya yang diserap fitokrom dan cahaya UV-A/cahaya
biru merupakan cahaya yang diserap kriptokrom dan fototropin.

Studi perkecambahan biji mengarah pada penemuan fitokrom. Karena


cadangan nutrisi yang terbatas, banyak jenis benih, terutama yang
berukuran kecil, hanya berkecambah jika lingkungan yang terang dan
kondisi lain sudah mendekati optimal. Benih seperti itu sering tetap tidak
aktif selama bertahun-tahun sampai kondisi cahaya berubah. Misalnya,
kematian pohon peneduh atau pembajakan ladang dapat menciptakan
lingkungan cahaya yang menguntungkan untuk perkecambahan.
Pada 1930-an, para ilmuwan menentukan spektrum aksi
untuk perkecambahan biji selada yang diinduksi
cahaya. Mereka memaparkan benih yang membengkak
karena air selama beberapa menit dengan cahaya
berwarna tunggal dari berbagai panjang gelombang dan
kemudian menyimpan benih dalam gelap. Setelah dua
hari, para peneliti menghitung jumlah benih yang
berkecambah di bawah setiap rejimen cahaya. Mereka
menemukan bahwa cahaya merah dengan panjang
gelombang 660 nm meningkatkan persentase
perkecambahan biji selada secara maksimal, sedangkan
cahaya merah jauh yaitu, cahaya dengan panjang
gelombang di dekat tepi atas jarak pandang manusia
(730 nm) menghambat perkecambahan dibandingkan
dengan kontrol gelap (Gambar 5).
Gambar 5. urutan iluminasi merah dan merah jauh
mempengaruhi perkecambahan biji
Fotoreseptor yang bertanggung jawab atas
efek berlawanan dari cahaya merah dan
merah jauh adalah fitokrom. Sejauh ini, para
peneliti telah mengidentifikasi lima
fitokrom di Arabidopsis, masing-masing
dengan komponen polipeptida yang sedikit
berbeda. Pada sebagian besar fitokrom,
bagian penyerap cahaya bersifat
fotoreversibel, mengubah bolak-balik antara
dua bentuk, tergantung pada warna cahaya
yang terpapar. Dalam bentuk penyerap Gambar 6. Fitokrom: sebuah mekanisme perpindahan molekul
merah (Pr), fitokrom menyerap cahaya
merah (r) secara maksimal dan diubah
menjadi bentuk penyerap merah jauh (Pfr),
dalam bentuk Pfr-nya, ia menyerap cahaya
merah jauh (fr) dan diubah menjadi bentuk
Pr-nya (Gambar 6).
KRIPTOKROM
Pada tumbuhan, kriptokrom memperantarai fototropisme, atau pertumbuhan menuju sumber
cahaya sebagai respon terhadap cahaya biru. Tanggapan ini sekarang dikenal sebagai
fotoreseptor. Tidak seperti fitokrom dan fototropin, kriptokrom tidak bersifat kinase. Flavin
kromofor berkurang oleh cahaya dan diangkut ke dalam inti sel, di mana hal itu mempengaruhi
tekanan turgor dan menyebabkan pemanjangan batang berikutnya. Secara khusus, Cry2
bertanggung jawab untuk memperantarai cahaya biru pada perkembangan kotiledon dan
perluasan daun.

Studi di Arabidopsis dan spesies tanaman lainnya menggaris bawahi efek luas kriptokrom pada
banyak proses fisiologis dan perkembangan, seperti morfogenesis, penghindaran naungan,
kontrol waktu berbunga, regulasi jam sirkadian, pertumbuhan akar, perkembangan sel penjaga
dan pembukaan stomata, buah dan ukuran bakal biji, tinggi tanaman dan dominansi apical,
aktivitas meristem apical, kematian sel terprogram, respon stress radiasi tinggi, respon stress
osmotic, tanggapan terhadap pathogen bakteri dan virus, magnetoresepsi, pertumbuhan tropis,
dormansi benih, dan penuaan daun.
KRIPTOKROM
Di Arabidopsis, tiga kriptokrom telah diidentifikasi (Cry 1,
Cry 2, dan Cry 3), dan semuanya memiliki fungsi masing-
masing. Cry 1 dapat ditemukan dalam nucleus dan sitoplasma,
terutama memediasi fotomorfogenesis simulasi cahaya biru; Cry
2 adalah protein inti dan terutama berkontribusi pada control
fotoperiodik pembungaan; sedangkan, Cry 3 dapat bertindak baik
sebagai fotoliase DNA dan foto reseptor di mitokondria atau
plastida.
Fotomorfogenesis terjadi setelah perkecambahan biji ketika
setelah terpapar cahaya, bibit mengalami de-etiolasi. Kriptokrom
berpartisipasi dalam banyak aspek fotomorfogenesis terstimulasi
Gambar 7 Penghambatan cahaya yang dimediasi kriptokrom
cahaya biru (atau de-etiolasi) (Gambar 7), seperti penangkapan dari pemanjangan hipokotil. Bibit Arabidopsis WT (Col)
pemanjangan hipokotil, akumulasi antosianin, ekspansi dan Cry 1, Cry 2 mutan ganda tumbuh dalam kondisi
cahaya gelap atau biru kontinyu, merah, atau cahaya merah
kotiledon, dan pengembangan kloroplas. jauh, menunjukkan fenotip hipokotil panjang spesifik
cahaya biru dari mutan ganda Cry1, Cry 2.
KRIPTOKROM
Arabidopsis Cry 1 (hy4) mutan menunjukkan hipokotil
memanjang di bawah cahaya biru, menonjolkan fungsi utama
Cry 1 dalam memediasi fotomorfogenesis. Secara konsisten,
ekspresi berlebihan dari Arabidopsis Cry 1 cDNA pada keduanya
Arabidopsis dan tembakau menghasilkan peningkaytan respon
cahaya pada bibit transgenic. Mutase Cry 2 tidak memiliki efek
nyata pada pemanjangan bibit hipokotil yang tumbuh di bawah
tingkat pengaruh cahaya biru yang tinggi, namun Cry 1 Cry 2
mutan ganda memiliki fenotip hipokotil panjang yang lebih kuat
daripada mutan tunggal, menunjukkan bahwa Cry 2 memainkan
peran kecil dalam respon ini. Menariknya, fenotip hipokotil dari
Cry 2 menjadi lebih jelas di bawah tingkat pengaruh cahaya biru Gambar 7 Penghambatan cahaya yang dimediasi kriptokrom
sedang-rendah (<10 µmol/m2/s), menunjukkan bahwa fungsi dari pemanjangan hipokotil. Bibit Arabidopsis WT (Col)
Cry2 dalam fotomorfogenesis awal bibit Sebagian besar terbatas dan Cry 1, Cry 2 mutan ganda tumbuh dalam kondisi
cahaya gelap atau biru kontinyu, merah, atau cahaya merah
pada kondisi cahaya sedang-rendah. jauh, menunjukkan fenotip hipokotil panjang spesifik
cahaya biru dari mutan ganda Cry1, Cry 2.
RELEVANSI MATERI DENGAN
KOMPETENSI
Kompetensi Dasar DASAR SMP Indikator
3.7 Menganalisis interaksi antara 3.7.1 Menganalisis interaksi hewan
makhluk hidup dan lingkungannya dengan lingkungan sekitar.
serta dinamika populasi akibat 3.7.2 Menganalisis interaksi tumbuhan
interaksi tersebut. dengan lingkungan sekitar.
3.7.3 Menganalisis komponen biotik
dan abiotic dalam lingkungan.
3.7.4 Menganalisis interaksi antara
makhluk hidup dengan makhluk
hidup yang lain.
4.7 Menyajikan hasil pengamatan 4.7.1 Menyajikan hasil pengamatan
terhadap interaksi makhluk hidup rantai makanan pada ekosistem darat.
dengan lingkungan sekitarnya 4.7.2 Menyajikan hasil pengamatan
respon tumbuhan terhadap lingkungan
berdasarkan asal rangsangan.
THANK
S!

Anda mungkin juga menyukai