Anda di halaman 1dari 10

SUMBER ENERGI BIOMASSA

SRI ARWINI BAHRUN


21308251003

KAJIAN KIMIA DALAM SISTEM KEHIDUPAN

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN SAINS


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2022
Abstrak

Artikel ini merupakan artikel ilmiah hasil pemikiran yang berhubungan dengan sumber energi
biomassa. Penulisan artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemanfaatan energi biomassa,
karakteristik dari biomassa serta pengembangan energi biomassa hutan di Indonesia. Pemakaian
kosmetika sejak zaman dahulu merupakan penunjang penampilan. Biomassa adalah bahan organik
yang dihasilkan melalui proses fotosintetik, baik berupa produk maupun buangan, sumber energi
biomassa mempunyai beberapa kelebihan antara lain merupakan sumber energi yang dapat
diperbaharui (renewable) sehingga dapat menyediakan sumber energi secara berkesinambungan
(suistainable). Sebagai bahan bakar, biomassa perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu agar dapat
lebih mudah dipergunakan yang dikenal sebagai konversi biomassa.
Kata Kunci: Energi Biomassa

Abstract
This article is a scientific article based on ideas related to biomass energy sources. This article aims
to describe the use of biomass energy, the characteristics of biomass and the development of forest
biomass energy in Indonesia. The use of cosmetics since ancient times is a supporter of appearance.
Biomass is organic material produced through the photosynthetic process, both in the form of
products and waste, biomass energy sources have several advantages, including being a renewable
energy source so that it can provide a sustainable energy source. As a fuel, biomass needs to be
processed first to make it easier to use, which is known as biomass conversion.
Keywords: Biomass Energy

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penggunaan energi konvensional berbahan dasar fosil semakin terbatas karena
tingginya peningkatan konsumsi dan ketersediannya yang tidak terbarukan. Oleh karena itu,
pencarian dan pengembangan energi alternatif terbarukan menjadi salah satu solusi
pemenuhan energi ke depan. Biomassa merupakan salah satu sumber energi terbarukan
yang jumlahnya melimpah dan dapat diolah sebagai bahan bakar padat, cair atau gas.
(Deded S Nawawi, 2018).
Pengembangan sumber energi dapat diperbaharui, termasuk biomassa, merupakan
fundamental bagi ketersediaan energi masa depan. Biomassa dapat memainkan peranan
penting sebagai sumber energi yang dapat diperbaharui, yang berfungsi sebagai penyedia
sumber karbon untuk energi dengan menggunakan teknologi modern dalam
pengkonversiannya dapat menjaga emisi pada tingkat yang rendah. Di samping itu,
penggunaan energi biomassa juga dapat mendorong percepatan rehabilitasi lahan
terdegradasi dan perlindungan tata air. Keragaman sumber biomassa dan sifatnya yang
dapat diperbaharui dapat berperan sebagai pengaman energi di masa mendatang sekaligus
berperan dalam konservasi keanekaragaman hayati ( (Heriansyah, 2005).
Biomassa dapat digunakan untuk menyediakan berbagai vektor energi, baik panas,
listrik atau bahan bakar kendaraan. Akan tetapi, energi biomassa dapat berasal dari berbagai
sumber daya dan mungkin juga rute konversi yang beragam, sehingga dapat menimbulkan
pemahaman yang kompleks dalam implikasinya. Sumber energi biomassa mempunyai
beberapa kelebihan antara lain merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui
(renewable) sehingga dapat menyediakan sumber energi secara berkesinambungan
(suistainable) (Arhamsyah, 2010).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari biomassa?
2. Bagaimana pemanfaatan dari energi biomassa?
3. Bagaimana karakteristik kimia energi biomassa?
4. Bagaimana pengembangan energi biomassa hutan di Indonesia?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari biomassa
2
2. Mengetahui pemanfaatan dari energi biomassa
3. Mengetahui karakteristik kimia energi biomassa
4. Mengetahui pengembangan energi biomassa hutan di Indonesia

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Biomassa
Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetik, baik
berupa produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain adalah tanaman, pepohonan,
rumput, ubi, limbah pertanian, limbah hutan, tinja dan kotoran ternak. Selain digunakan
untuk tujuan primer serat, bahan pangan, pakan ternak, minyak nabati, bahan bangunan dan
sebagainya, biomassa juga digunakan sebagai sumber energi (bahan bakar). Pada umumnya
yang digunakan sebagai bahan bakar adalah biomassa yang nilai ekonomisnya rendah atau
merupakan limbah setelah diambil produk primernya. Di Indonesia, biomassa merupakan
sumber daya alam yang sangat penting dengan berbagai produk primer sebagai serat, kayu,
minyak, bahan pangan dan lain-lain yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan
domestik juga diekspor dan menjadi tulang punggung penghasil devisa negara (Arhamsyah,
2010).
Potensi biomassa di Indonesia yang bisa digunakan sebagai sumber energi jumlahnya
sangat melimpah. Limbah yang berasal dari hewan maupun tumbuhan semuanya potensial
untuk dikembangkan. Tanaman pangan dan perkebunan menghasilkan limbah yang cukup
besar, yang dapat dipergunakan untuk keperluan lain seperti bahan bakar nabati.
Pemanfaatan limbah sebagai bahan bakar nabati memberi tiga keuntungan langsung.
Pertama, peningkatan efisiensi energi secara keseluruhan karena kandungan energi yang
terdapat pada limbah cukup besar dan akan terbuang percuma jika tidak dimanfaatkan.
Kedua, penghematan biaya, karena seringkali membuang limbah bisa lebih mahal dari pada
memanfaatkannya. Ketiga, mengurangi keperluan akan tempat penimbunan sampah karena
penyediaan tempat penimbunan akan menjadi lebih sulit dan mahal, khususnya di daerah
perkotaan (Kong, 2013).

Gambar 1. Limbah Biomassa


4
B. Pemanfaatan Energi Biomassa
Agar biomassa bisa digunakan sebagai bahan bakar maka diperlukan teknologi untuk
mengkonversinya. Teknologi konversi biomassa tentu saja membutuhkan perbedaan pada
alat yang digunakan untuk mengkonversi biomassa dan menghasilkan perbedaan bahan
bakar yang dihasilkan. Secara umum teknologi konversi biomassa menjadi bahan bakar
dapat dibedakan menjadi tiga yaitu pembakaran langsung, konversi termokimiawi dan
konversi biokimiawi. Pembakaran langsung merupakan teknologi yang paling sederhana
karena pada umumnya biomassa telah dapat langsung dibakar. Beberapa biomassa perlu
dikeringkan terlebih dahulu dan didensifikasi untuk kepraktisan dalam penggunaan.
Konversi termokimiawi merupakan teknologi yang memerlukan perlakuan termal untuk
memicu terjadinya reaksi kimia dalam menghasilkan bahan bakar. Sedangkan konversi
biokimiawi merupakan teknologi konversi yang menggunakan bantuan mikroba dalam
menghasilkan bahan bakar (Kong, 2013).

Gambar 2. Teknologi Konversi Biomassa (Arhamsyah, 2010)

C. Karakteristik Kimia Energi Biomassa


Sebelum mengenal bahan bakar fosil, manusia sudah menggunakan biomassa sebagai
sumber energi, misalnya dengan menggunakan kayu untuk menyalakan api unggun. Sejak
manusia beralih pada minyak, gas bumi atau batu bara untuk menghasilkan tenaga,
penggunaaan biomassa tergeser dari kehidupan manusia. Namun penggunaan energi besar-
besaran membuat manusia mengalami krisis energi. Hal ini disebabkan karena

5
ketergantungan terhadap bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan gas alam yang sangat
tinggi. Fosil merupakan sumber daya alam yang tidak terbarukan, sehingga mengatasi kritis
energi masa depan perlu beberapa alternatif sumber energi dikembangkan dimana salah
satunya adalah energi biomassa (Arhamsyah, 2010).
Secara umum bahan baku biomassa dibedakan menjadi dua jenis utama, yaitu pohon
berkayu (woody) dan rumput-rumputan (herbaceous) . Saat ini material berkayu
diperkirakan merupakan 50% dari total potensial bioenergi sedangkan 20% lainnya adalah
jerami yang diperoleh dari hasil samping pertanian (Rochman, 2009).
Kadar komponen kimia beragam antar kelompok jenis biomassa kayu, kulit kayu, dan
bambo, serta antar jenis kayu dan jenis bambu. Keragaman kadar komponen kimia
biomassa bambu relatif paling kecil dibandingkan dengan biomassa kayu dan kulit kayu
sehingga akan memiliki karakteristik proksimat sebagai bahan energi tidak terlau jauh
berbeda. Keragaman kadar komponen kimia tinggi terjadi antar biomassa kulit kayu
sehingga berpengaruh terhadap beragamnya karakteristik kulit kayu sebagai bahan energi
(Deded S Nawawi, 2018).
Biomassa kayu dan bambu memiliki kadar holoselulosa (selulosa dan hemiselulosa)
lebih tinggi dibandingkan dengan biomassa kulit kayu. Karakteristik biomassa seperti itu
berpotensi baik untuk bahan energi berbahan dasar karbohidrat seperti bioetanol. Glukosa
merupakan jenis gula utama penyusun polisakarida dinding sel biomassa lignoselulosa yang
terutama berada dalam selulosa dan sebagian hemiselulosa. Kadar polisakarida, khususnya
hemiselulosa, tinggi dalam komponen kimia dinding sel biomassa tidak dikehendaki dalam
penggunaan energi dalam bentuk solid. Karbohidrat berkontribusi terhadap pembentukan
zat terbang dan dapat mengurangi nilai kalor bersih dari pembakaran biomassa (Deded S
Nawawi, 2018).
Biomassa kulit kayu memiliki kadar lignin lebih tinggi dibandingkan biomassa kayu
dan bambu. Polimer lignin memiliki kadar karbon lebih tinggi dibandingkan dengan
polisakarida (selulosa dan hemiselulosa) sehingga akan berkontribusi besar terhadap nilai
kalor pembakaran biomassa. Lignin memiliki nisbah O/C dan H/C rendah, dan kedua nisbah
tersebut lebih rendah dibandingkan dengan selulosa sehingga menyebabkan lignin memiliki
nilai kalor lebih tinggi dibandingkan dengan selulosa. Perbedaan komposisi komponen
selulosa, hemiselulosa, dan lignin dalam biomassa menyebabkan keragaman
karakteristiknya sebagai bahan bioenergy (Basu, 2010).

6
D. Pengembangan Energi Biomassa Hutan di Indonesia
Penggunaan bahan bakar biomassa atau kayu sebagai bahan pensubstitusi bahan bakar
fosil merupakan salah satu peranan penting hutan. FAO mengestimasi bahwa penggunaan
biomassa di negara berkembang berkontribusi sekitar 15% dari total biaya energi yang
diperlukan. Pada tahun 2000, sekitar 18,4 GW energi biomassa telah diinstalasi di negara-
negara anggota OECD (Organization for Economic Co-operation and Development), yang
terdiri dari negara-negara di Amerika Utara, Europa dan Pasifik. Amerika Serikat
mendominasi 7.4 GW, salah satunya dikembangkan di Wisconsin oleh Northern States
Power Co. dengan kapasitas 75 MW. Finlandia merupakan negara yang memiliki instalasi
energi biomassa terbanyak dengan proporsi sekitar 8% dari total negara-negara anggota
OECD. Dengan luas areal dan potensi hutan yang jauh lebih besar dari Finlandia (24.4 juta
ha), Indonesia memiliki prospek pengembangan energi biomassa yang potensial dan
kompetitif. Terkait dengan kelangkaan bahan bakar minyak serta besarnya potensi
pengembangan energi biomassa di Indonesia, menurut Heriansyah (2005) dalam proses
pengembangannya perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Pengembangan energi dari biomassa perlu didukung teknologi konversi yang efektif,
efisien, dan ramah lingkungan.
b. Pasar yang kompetitif perlu diciptakan sehingga residu biomassa dari kehutanan
dapat dimanfaatkan optimal, tanpa berefek negatif pada keberlanjutan eksploitasi.
c. Pengembangan bioenergi dari biomassa harus diintegrasikan dengan kebijakan
terkait dari sektor energi, lingkungan, pertanian, dan kehutanan, sehingga terjadi
insentif yang merangsang pertumbuhan dari semua sektor yang diintegrasikan.
d. Kebijakan yang dibuat harus berjangka panjang untuk merangsang investasi, dan
pemerintah harus menetapkan target dan ukuran kebijakan yang menguntungkan
semua pihak.
e. Kontinuitas penelitian, pengembangan, desiminasi, dan demonstrasi terhadap
tipe/jenis biomassa, manajemen, serta teknologi konversinya, sehingga efektif dan
efisien secara ekonomi dan ramah lingkungan dari sisi ekologi.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetik, baik
berupa produk maupun buangan. Di Indonesia, biomassa merupakan sumber daya alam
yang sangat penting dengan berbagai produk primer sebagai serat, kayu, minyak, bahan
pangan dan lain-lain yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik juga
diekspor dan menjadi tulang punggung penghasil devisa negara. Secara umum teknologi
konversi biomassa menjadi bahan bakar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu pembakaran
langsung, konversi termokimiawi dan konversi biokimiawi. Kadar komponen kimia
beragam antar kelompok jenis biomassa kayu, kulit kayu, dan bambo, serta antar jenis
kayu dan jenis bambu. Keragaman kadar komponen kimia biomassa bambu relatif paling
kecil dibandingkan dengan biomassa kayu dan kulit kayu sehingga akan memiliki
karakteristik proksimat sebagai bahan energi tidak terlau jauh berbeda.

B. Saran
Dalam penyusunan artikel ini tentunya masih banyak terdapat kekurangan baik
dalam hal isi ataupun dalam hal lain sebagainya. Sehingga penulis sangat mengharapkan
kritik, saran, dan masukan yang membangun agar penulis semakin beproses menjadi
lebih baik kedepannya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Arhamsyah. (2010). Pemanfaatan Biomassa Kayu Sebagai Sumber Energi Terbarukan.


Jurnal Riset Industri Hasil Hutan, 2, 42-48.

Basu, P. (2010). Biomass Gasification and Pyrolysis: Practical Design. New York: Elsevier.

Deded S Nawawi, A. C. (2018). Karakteristik Kimia Biomassa untuk Energi (Chemical


Characteristics of Biomass for Energy). Jurnal Ilmu Teknol. Kayu Tropis, 16.

Heriansyah, I. (2005). Potensi Pengembangan Energi dari Biomassa Hutan di Indonesia.


Inovasi, 5.

Kong, G. T. (2013). Peran biomassa bagi energi terbarukan. Jakarta: Elex Media
Komputindo.

Rochman, R. (2009). Gambut dan Gasifikasi Biomassa. Retrieved 2022, from Majari
Magazine: http:majarimagazine.com/2022/03/gambut-dan-gasifikasi-biomassa

Anda mungkin juga menyukai