jika
gerak
bagian
tubuh
tumbuhan
menjauh
dari
sumber
fototropisme pada tumbuhan tingkat tinggi, dan flavin yang menempel pada
protein (plavoprotein) merupakan pigmen yang terlibat. Setelah menyerap cahaya,
flavoprotein teroksidasi dengan cara mereduksi sitokrom tipe-b diplasmalema.
Pada beberapa mutan tumbuhan tingkat tinggi yang memiliki karoten rendah
tetapi memberikan respon fototropik, dan beberapa herbisida yang menghambat
pembentukan pigmen karotenoid tidak meniadakan respon fototrofik (Salisbury &
Ross, 1995).
Transduksi dalam fototropisme
Menurut Purnomo (2010), penjelasan mengenai fototropisme pertama kali
dikemukakakn oleh went pada sekitar tahun 1920 yang dikenal dengan teori
Cholodny-went. Menurut teori tersebut, apabila koleoptil disinari pada salah satu
sisi, maka akan terjadi distribusi auksin yang asimetrik, sehingga auksin akan
terakumulasi pada sisi koleoptil yang gelap, kadar auksin yang tinggi pada sisi
yang gelap telah menyebabkan koleoptil membengkok kearah cahaya. Distribusi
auksin yang asimetrik diduga disebabkan oleh gabungan tiga mekanisme yang
berbeda, yaitu :
a) Terjadi perusakan auksin oleh cahaya (photodestruction) pada sisi
koleopil yang terkena cahaya.
b) Peningkatan sintesi auksin pada sisi koleoptil yang gelap.
c) Transportasi auksin secara lateral dari sisi yang terkena cahaya menuju
ke sisi gelap.
Menurut Salisbury & Ross (1995), Model cholodny-Went menunjukkan
bahwa cahaya dari satu sisis dengan suatu cara menyebabkan terjadinya
pengangkutan auksin menuju sisi yang terlindungi, yang menjelaskan adanya
mekanisme transduksi dalam fototropisme.
Menurut Firn dan Digby, criteria terjadinya transduksi :
1) Pada organ yang melengkung karena fototropisme percepatan
pertumbuhan disisi terlindung harus disertai perlambatan pertumbuhan
disisi tersinari
2) Munculnya gradient auksin secaramendatar harus disertai oleh
munculnya pertumbuhan diferensial
3) Harus terlihat bahwa auksin memang merupakan faktor penentu
pertumbuhan pada organ yang memberkan respons .
4) Harus terlihat sebaran auksin yang tak imbang cukup untuk
mengakibatkan timbulnya pertumbuhan diferensial.
14
C-IAA terhadap
koleoptil jagung menunjukkan terjadi perpindahan auksin dari sisi terang ke sisi
gelap. Respon fototropisme pada tunas adalah akibat dari penyinaran pada daun
yang menghadap dan dibalik cahaya tidak sama, sehingga terjadi sintesis dan
ekspor auksin yang berbeda. Auksin pada daun yang gelap lebih banyak diekspor
daripada daun yang terkena cahaya, sehingga pertumbuhan batang meningkat di
bawah daun yang gelap (Purnomo, 2010).
2.2.1.2 Tigmotropisme/ haptotropisme