Anda di halaman 1dari 9

No.

Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN Revisi 00
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN Halaman 1 dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

PERCOBAAN - 4
PEMBUATAN LARUTAN HARA DAN PENGAMATAN GEJALA KAHAT
PADA TANAMAN Vigna sinensis

Nama : Dwi Sartika


NIM : 16/396918/BI/09676
Gol(Hari)/Kel : C(Senin)/2
Asisten : Diva Pungky Wicaksono

LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN


FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN Revisi 00
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN Halaman 2 dari 5

ACARA 4
Pembuatan Larutan Hara dan Pengamatan Gejala Kahat pada Tanaman Vigra sinensis

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumbuhan memerlukan materi dan energi untuk kelangsungan hidupnya. Materi yang
dibutuhkan oleh tumbuhan yaitu berupa air dan unsur hara. Unsur hara diperoleh melalui
penyerapan oleh akar dari tanah berupa unsur esensial dan non esensial. Unsur esensial terdiri
dari unsur mikro dan makro. Unsur makro merupakan unsur yang dibutuhkan oleh tumbuhan
dalam jumlah yang banyak, sedangkan unsur mikro merupakan unsur yang dibutuhkan oleh
tumbuhan dalam jumlah yang relatif sedikit (Sudarmi, 2013).
Unsur hara selain harus cukup tersedia didalam tanah, jumlah perbandingannya harus
seimbang. Sebab bila salah satu unsur berkurang yang berarti keadaannya tidak seimbang lagi
maka dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi tidak wajar atau dapat
menimbulkan gejala kahat. Tiap unsur hara mempunyai tugas tertentu dan tidak satu unsur
harapun yang dapat menggantikannya secara sempurna dari tugas unsur hara yang lainnya.
Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa unsur hara sangat dibutuhkan dan berperanan
penting dalam pertumbuhan tanaman oleh karena itu harus tersedia di dalam tanah, maka
dilakukanlah percobaan dengan membuatt larutan hara dengan berbagai variasi serta
pengamatan gejala kahat pada tanaman Vigra sinensis.
B. Pemasalahan
Unsur hara diperlukan tumbuhan untuk proses metabolisme, masing-masing defisiensi
unsur hara menunjukan gejala kahat yang berbeda-beda. Pada percobaan ini digunakan
larutan hara dengan berbagai macam variasi komposisi. Bagaimana gejala kahat yang
teramati pada tanaman Vigra sinensis? Bagaimana pengaruh perlakuan berbagai macam
variasi komposisi larutan hara yang diberikan terhadap tanaman Vigra sinensis? Komposisis
unsur hara manakah yang sesuai untuk tanaman Vigra sinensis?
C. Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk mengamati gejala kahat yang muncul pada tanaman
Vigra sinensis, mengetahui pengaruh perlakuan terhadap kondisi tanaman Vigra sinensis, dan
mengetahui komposisi medium yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman Vigra sinensis.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Hara merupakan faktor yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Tumbuhan yang kekurangan unsur hara tertentu akan mengalami gejala kahat pada
jaringan atau organ tertentu. Gejala kahat adalah suatu ekspresi gangguan metabolisme pada
tanaman yang diakibatkan oleh penyerapan nutrisi esensial yang tidak mencukupi
kebutuhannya pada tumbuhan. Gangguan ini berkaitan dengan peran dan fungsi dari unsur-
unsur esensial yang terkandung di dalam tanah. Setiap gejala kahat yang terjadi dibedakan
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN Revisi 00
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN Halaman 3 dari 5

atas gejala kahat yang disebabkan kekurangan mineral, kekurangan unsur penting untuk
penyimpanan energi, dan defisiensi unsur hara yang berbentuk ion (Carmona et al., 2015).
Menurut sudjino dkk (2009) unsur hara ada yang bersifat esensial dan nonesensial.
Hara esensial apabila tanpa unsur tersebut tumbuhan tidak dapat menyelesaikan siklus
hidupnya, unsur tersebut berperan langsung dalam metabolisme, serta perannya tidak dapat
digantikan oleh unsur lain. Sedangkan unsur nonesensial adalah unsur yang tidak mutlak
diperlukan oleh tumbuhan, namun dapat menunjang kehidupan tanaman. Unsur hara esensial
dibagi menjadi dua, yaitu unsur hara makro dan mikro. Unsur makro merupakan unsur yang
dibutuhkan oleh tumbuhan dalam jumlah yang banyak, sedangkan unsur mikro merupakan
unsur yang dibutuhkan oleh tumbuhan dalam jumlah yang relatif sedikit. Unsur hara makro
meliputi nitrogen (N), pospor (P), kalium (K), dan C,H,O (yang ambil dari udara dan air).
Sedangkan unsur hara mikro meliputi Besi (Fe), Mangan (Mn), Seng (Zn), Tembaga (Cu) ,
Boran (B), Molibdenium (Mo) dan Chlor (Cl) (Imran and Gurmani, 2011).
Kekurangan unsur hara yang berakibat gejala kahat pada tanaman dapat dibedakan
menjadi kekurangan unsur mobile atau immobile tergantung pada letak gejala muncul di
tanaman. Unsur mobile adalah unsur yang mampu untuk pindah dari daun yang lebih tua ke
bagian yang lebih muda pada saat persediaan unsur tidak memadai dengan jumlah unsur yang
dibutuhkan tanaman. Unsur mobile meliputi N, P, K, Cl, Mg dan molibdenum (Mo), karena
unsur ini bersifat mobile maka kekurangan unsur ini gejala pertama akan terjadi pada daun
yang lebih tua atau lebih rendah letaknya dan efeknya dapat terlokalisir atau generalisasi.
Sebaliknya, unsur immobile meliputi [B, kalsium (Ca), Cu, Fe, Mn,Ni, S dan Zn] dan
merupakan unsur yang tidak dapat berpindah dari satu bagian tanaman ke bagian yang lain
lain dan kekurangan unsur immobile ditandai pada yang lebih muda atau daun yang letaknya
diatas dan dapat dilokalisasi (McCauley et al., 2011).

III. METODE
A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain botol medium, pipet ukur, pipet
pump, gelas beker 1L, dan penggaris. Sedangkan untuk bahan yang digunakan dalam
percobaan ini antara lain kecambah tanaman Vigna sinensis, larutan hara penyusun medium,
kapas atau tissue, dan akuades.
B. Cara Kerja
Di buat larutan hara dengan mencampurkan larutan garam dengan
medium lengkap, tanpa P, tanpa N, tanpa Kn dan minimal.
Kemudian ditambahkan akuades 1000 mL

Vigna sinensis yang telah disiapkan dihilangkan kotiledonnya dan


akarnya dibersihkan menggunakan air

Tanaman tersebut dimasukkan ke dalam masing-masing botol


medium hingga batangnya terendam dan di tegakkan dengan
bantuan kapas atau tissue
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN Revisi 00
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN Halaman 4 dari 5

Diamati gejala kahat yang terlihat setiap 2 hari sekali dan


ditambahkan larutan hara kembali jika volume nya pada botol
medium berkurang

Larutan hara di ganti semnggu sekali sampai akhir percobaan


selama 2 minggu. Selama pengamatan diukur tinggi tanaman,
jumlah daun, dan keadaan tanaman.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
Berdasarkan percobaan dan pengamatan gejala kahat pada tanaman Vigna sinensis
yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut:

Gambar 1. Tinggi tamanan (cm) Vigna sinensis pada masing-masing perlakuan selama
pengamatan
Pada gambar 1. didapatkan hasil percobaan kenaikan tinggi tanaman (cm) dari
masing-masing perlakuan. Kenaikan tinggi tanaman yang paling signifikan adalah pada
perlakuan medium tanpa P yaitu menjadi 29 cm pada hari ke-14, sedangkan untuk
penambahan tinggi tanaman paling lambat adalah pada perlakuan medium lengkap yaitu
menjadi 24 cm pada hari ke-14. Pada perlakuan medium tanpa N, medium tanpa K, dan
medium minimal pertambahan tingginya cenderung memiliki range yang hampir sama.
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN Revisi 00
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN Halaman 5 dari 5

Gambar 2. Jumlah daun Vigna sinensis pada masing-masing perlakuan selama pengamatan

Pada gambar 2. terlihat jumlah daun yang teramati pada masing-masing perlakuan.
Pertambahan jumlah daun paling banyak tumbuh pada tanaman dengan perlakuan medium
tanpa P yaitu 8 pada hari ke-12, selanjutnya diikuti dengan perlakuan medium lengkap yaitu 8
pada hari ke-14, sedangkan untuk perlakuan medium tanpa N, medium tanpa K, dan medium
minimum memiliki jumlah daun yang sama yaitu 5 pada hari ke-10 sampai hari ke-14.
B. Pembahasan
Percobaan kali ini bertujuan untuk mengamati dan membandingkan gejala kahat yang
timbul pada tanaman Vigna sinensis akibat kekurangan unsur esensial yaitu N, P, dan K.
Vigna sinensis digunakan sebagai model percobaan karena tanaman ini mudah didapatkan,
mudah dalam perawatannya, ukurannya relatif kecil, dan cepat mengalami pertumbuhan
sehingga gejala kahatnya dapat dengan cepat diketahui. Proses pengamatan data ini dilakukan
selama 14 hari, pada hari ke-7 dilakukan proses penggantian medium, hal ini bertujuan agar
medium nutrisi yang digunakan tidak mengalami kontaminasi akibat dari aktivitas
mikroorganisme yang dapat menngakibatkan terganggunya proses penyerapan nutrisi dan
metabolisme oleh tanaman Vigna sinensis yang mana akan berakibat pada data yang
diperoleh, selain itu juga diasumsikan bahwa komponen berbagai macam larutan hara sudah
berubah atau habis digunakan untuk pertumbuhan sehingga harus dilakukan penggantian.
Tanaman Vigna sinensis dimasukkan ke dalam botol yang berisi berbagai macam
larutan hara, sebelum dimasukan ke dalam botol terlebih dahulu kotiledon dihilangkan dari
tanaman tersebut. Kotiledon berfungsi sebagai cadangan nutrisi bagi tanaman tersebut
sehingga fungsi dari penghilangan kotiledon yaitu untuk menghilangkan sumber atau
cadangan makanan yang terdapat di kotiledon, selain itu fungsi dari penghilangan kotiledon
yaitu untuk mengetahui respon tanaman saat diberikan perlakuan yang berbeda-beda. Pada
percobaan ini dilakukan pemilihan tanaman Vigna sinensis yang memiliki tinggi dan jumlah
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN Revisi 00
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN Halaman 6 dari 5

daun yang sama, apabila salah satu batang dari Vigna sinensis ada yang terlalu panjang dapat
dipotong dengan menggunakan alat pemotong agar tingginya antara satu tanaman dengan
tanaman lain dapat sama. Alasan mengapa tinggi batang dan jumlah daun dari Vigna sinensis
harus sama yaitu diasumsikan dengan tinggi dan jumlah daun yang sama maka akan
mempunyai laju metabolisme yang sama.
Pada percobaan ini digunakan 5 medium untuk mengamati gejala kahat yaitu medium
lengkap, medium tanpa N, medium tanpa P, medium tanpa K, dan medium minimal, kelima
perlakuan tersebut dimaksudkan untuk mengetahui peran masing-masing unsur tersebut, dan
untuk mengetahui komposisi optimum bagi tanaman Vigna sinensis untuk tumbuh dan
berkembang. Medium lengkap adalah medium yang berisi unsur N, P, dan K, medium ini
berfungsi sebagai kontrol positif dimana ketiga unsur makro penting bagi tumbuhan terdapat
pada medium ini. Sementara itu, medium tanpa N, tanpa P, dan tanpa K adalah medium yang
akan diamati gejala kahatnya apabila salah satu unsur tersebut tidak ada bagi suatu tanaman
atau tumbuhan. Medium minimal dapat berperan sebagai kontrol negative dimana berfungsi
untuk pembanding apabila tanaman tumbuh dan gejala kahat yang ditimbulkan jika tanpa
adanya unsur N, P, dan K.
Klorosis adalah suatu kelainan yang terjadi di daun akibat kekurangan beberapa unsur
pembentuk klorofil terutama unsur N, Fe, dan Mg. Klorofil adalah suatu senyawa yang dapat
memberi warna hijau pada daun dan berperan penting dalam proses fotosintesis. Selain
terdapat di daun, klorofil juga terdapat di tulang daun dan batang yang masih muda. Apabila
daun mengalamai klorosis, maka daun akan berwarna kuning, merah, atau warna lainnya
bergantung dari pigmen aksesoris dari suatu tanaman yang muncul dan tidak akan berwarna
hijau. Terjadinya klorosis merupakan indikasi adanya defisiensi unsur hara pada tanaman.
Gejala kahat klorosis akan muncul apabila ssuatu tanaman kekurangan unsur hara makro,
misalnya N, Mg, Ca, K, S, P dan beberapa unsur hara mikro seperti Fe, Mo, dan Mn
(Marschner, 2012).
Klorosis akibat kekurangan unsur Nitrogen (N) dapat terjadi karena nitrogen
merupakan salah satu penyusun senyawa-senyawa penting dalam tumbuhan, salah satunya
adalah klorofil. Defisiensi unsur nitrogen akan menyebabkan pertumbuhan tanaman
terhambat, daun-daun yang lebih tua akan cepat gugur, karena N pada daun tua akan
ditransfer ke daun muda. Nitrogen merupakan unsur yang bersifat mobile, sehingga akan
bergerak ke jaringan atau organ yang masih muda. Dengan begitu, defisiensi unusr ini akan
terlihat pada daun yang sudah tua dan akan berwarna hijau kekuningan (pucat). Klorosis
akibat kekurangan unsur Magnesium (Mg), sama seperti kekurangan unsur N dan akan
terlihat pada daun yang sudah tua karena unsur Magnesium (Mg) bersifat mobile juga. Gejala
yang ditimbulkan berupa daun yang berwarna kuning, tetapi tulang daunnya masih berwarna
hijau (tjahjadi, 2012).
Klorosis akibat kekurangan unsur Kalsium (Ca) dapat terlihat pada daun yang masih
muda karena Ca merupakan unsur yang bersifat immobile. Kalsium berfungsi untuk
mempercepat pertumbuhan akar, mempermudah penyerapan kalium oleh tanaman, dan
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN Revisi 00
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN Halaman 7 dari 5

menetralkan kemasaman tanah. Klorosis yang disebabkan karena kekurangan unsur kalium
akan berakibat pada kemasaman tanah yang tinggi yang akan berakibat pada pertumbuhan
akar, jika pertumbuhan akar terganggu maka penyerapan unsur hara akan terganggu dan
berakibat gejala difesiensi pada daun muda. Klorosis akibat defisiensi K juga dapat terjadi
dan terlihat pada daun yang sudah tua karena unsur kalium bersifat mobile. Kalium
mempunyai peranan penting dalam menyintesis asam amino dan protein dari ion ammonium
dan juga menyintesis asam lemak. Kalium juga berperan penting dalam fotosintesis, oleh
karena itu kekurangan unsur K akan menurunkan kemampuan asimilasi CO2. Kekurangan
unsur K akan berakibat pada nekrosis, warna coklat pada daun tetapi tulang daun masih
berwarna hijau (Winangun, 2009).
Klorosis akibat kekurangan unsur fosfor (P) juga dapat terlihat pada daun yang sudah
tua karena unsur P bersifat mobile. Fosfor berperan dalam reaksi enzim yang tergantung pada
fosforilasi. Fosfor merupakan bagian penting dari inti sel, yang diperlukan dalam pembagian
sel dan perkembangan jaringan meristem pada titik tumbuh tanaman. Tanaman yang
kekuruangan fosfor mengakibatkan system perakaran menjadi kerdil. Demikian jga, tanaman
yang kekurangan fosfor mengakibatkan daun, pembentukan cabang serta buah berkurang.
Warna daun akan berwarna hijau ke abu-abuan kusam, dan timbul pigmen warna ungu
kemerahan pada bagian ujung tepi daun. Klorosis juga dapat terjadi karena kekurangan unsur
Fe, dimana unsur Fe merupakan salah saru unsur mikronutrien penyusun klorofil. Unsur Fe
(besi) merupakan pusat dari fitoferipin, yaitu senyawa yang akan diolah menjadi klorofil.
Oleh karena itu, apabila kekurangan unsur ini maka akan mengurangi produksi klorofil dan
menyebabkan klorosis pada daun. Kekurangan zat besi akan lebih muda mempengauhi daun
muda daripada daun tua karena bersifat immobile. Pada tanaman yang kekurangan zat besi
seringkali pembuluh tanaman (kloroplas) akan tetap berwarna hijau, tetapi daerah diantara
pembuluh akan berubah warna menjadi kekuningan (Winangun, 2009).
Hasil pengamatan yang diperoleh selama 2 minggu atau 14 hari menunjukkan bahwa
pertumbuhan pada tanaman Vigna sinensis tertinggi dimiliki oleh medium tanpa P dengan
jumlah daun 8 helai daun, kemudian untuk medium lengkap berjumlah, minimal, dan tanpa K
jumlah sama yaitu 5, dan medium tanpa N merupakan medium yang jumlah daunnya paling
sedikit yaitu 4. Hasil tersebut tidak sesuai dengan teori yang ada, dimana seharusnya medium
lengkap yang akan memiliki jumlah daun yang paling banyak jika dibandingkan dengan
medium yang lain karena pada medium lengkap ini semua unsurnya terpenuhi baik unsur N,
P, dan K (sebagai kontrol positif). Hal ini disebabkan oleh kesalahan prosedur pada saat
membuat medium hara,
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN Revisi 00
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN Halaman 8 dari 5
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN Revisi 00
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN Halaman 9 dari 5

V. DAFTAR PUSTAKA
Carmona, V.V., L.C. Costa, and A.B.C. Filho. 2015. Symptoms of Nutrient Deficiencies on
Cucumbers. International journal of Plant & Soil Science 8(6) : 1-11.
Imran, M. and Z.A. Gurmani. 2011. Role of Macro and Micro Nutrients in The Plant Growth
and Development. Journal Science Technology and Development 30(3) : 36-40.
Marschner, P. 2012. Marschner Mineral Nutrition of Higher Plants 3rd ed. Academic Press.
London, P. 3-4, 18.
McCauley, A., C. Jones, and J. Jacobsen. 2011. Plant Nutrient Function and Deficiency and
Toxicity Symptoms. Nutrient Management Modul 9(1) : 1-16.
Sudarmi. 2013. Pentingnya Unsur Hara Mikro bagi Pertubuhan Tanaman. Widyatama 22(2) :
178-183.
Sudjino, D., M. Rachmawati., K. Nasir., dan Dewi. 2009. Fisiologi Tumbuhan. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta, hal. 8.

Anda mungkin juga menyukai