Amensalisme,
Glycine
max,
I. PENDAHULUAN
Amensalisme yaitu interaksi antara dua atau lebih spesies
yang berakibat salah satu pihak dirugikan, sedangkan pihak
lainnya tidak terpengaruh yaitu tidak rugi dan tidak untung
oleh adanya asosiasi. Tipe interaksi amensalisme ini diberi
lambang ( -, 0). Pada kebanyakan kasus, organisme yang
dirugikan disebabkan oleh bahan kimia yang dikenal sebagai
alelopati [1].
Amensalisme
ini
terdapat
kerugian
yang
ditimbulkan oleh interaksi antara tetum-buhan. Kerugian
dengan adanya amensalisme ini yaitu dapat menghambat
penyerapan hara, menghambat pembelahan sel-sel akar
tumbuhan, memengaruhi perbesaran sel tumbuhan,
menghambat respirasi akar, menghambat sintesis protein,
menurunkan daya permeabilitas membran pada sel tumbuhan
serta menghambat aktivitas enzim [2]. Alelopati sebagai
proses yang melibatkan metabolik sekunder yang dihasilkan
oleh tanaman, algae, bakteri dan fungi yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangan sistem pertanian
dan biologi [3]. Zat-zat kimia atau bahan organik yang
bersifat allelopathy dapat dibagi menjadi dua golongan
berdasarkan pengaruhnya terhadap tumbuhan atau tanaman
lain sebagai berikut [4]:
1. Autotoxic, yaitu zat kimia bersifat allelopathy dari suatu
tumbuhan yang dapat mematikan atau menghambat
pertumbuhan anaknya sendiri atau individu lain yang sama
jenisnya.
2. Antitoxic, yaitu zat kimia bersifat allelopathy dari suatu
tumbuhan yang dapat mematikan atau menghambat
pertumbuhan tumbuhan lain yang berbeda jenisnya.
2
c. Faktor biotik, tumbuhan dan hewan merupakan faktor
biotik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan gulma
dan membatasi distribusinya
Alelopati merupakan
zat yang dikeluarkan oleh
tumbuhan yang seringkali memiliki sifat penghambat
terhadap pertumbahan tumbuhan atau tnamana sekitarnya
[6].
3.2 Amensalisme
3. Pencucian
Sejumlah senyawa kimia dapat tercuci dari bagian-bagian
tumbuhan yang berada di atas permukaan tanah oleh air
hujan atau tetesan embun. Hasil cucian daun tumbuhan
Crysanthemum sangat beracun, sehingga tidak ada
jenis tumbuhan lain yang dapat hidup di bawah naungan
tumbuhan ini.
4. Pembusukan organ tumbuhan
Setelah tumbuhan atau bagian-bagian organnya mati,
senyawa-senyawa kimia yang mudah larut dapat tercuci
dengan cepat. Sel-sel pada bagian-bagian organ yang mati
akan kehilangan permeabilitas
membrannya dan dengan
mudah senyawa-senyawa kimia yang ada didalamnya
dilepaskan. Beberapa jenis mulsa dapat meracuni tanaman
budidaya atau jenis-jenis tanaman yang ditanam pada musim
berikutnya. Tumbuhan yang
masih
hidup dapat
mengeluarkan senyawa alelopati lewat organ yang berada di
atas tanah maupun yang di bawah tanah. Demikian juga
tumbuhan yang sudah matipun dapat melepaskan senyawa
alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang
di bawah tanah. Alang-alang (Imperata cyndrica) dan teki
(Cyperus rotundus) yang masih hidup mengeluarkan senyawa
alelopati lewat organ di bawah tanah, jika sudah mati baik
organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah
sama-sama dapat melepaskan senyawa alelopati. Selain
a. Tinggi Tanaman
Grafik Tinggi tanaman dibawah ini menampilkan
pengamatan selama 14 hari terhadap perkembangan dan
pertumbuhan tumbuhan sampel alelokemis dari ekstrak
Beluntas dengan konsentrasi 0%, 25% , 50%, dan 75%.
Grafik 1. Grafik Tinggi Vigna ungularis
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan kegiatan praktikum yang dilakukan dapat
disimpulkan bahwa daun beluntas memiliki efek alelopati
terhadap tumbuhan disekitarnya. Terbukti dengan percobaan
pemberian tanaman sampel dengan ekstrak daun beluntas
0%, 25% 50% dan 75% dan diamati pertumbuhan setiap
harinya. Terbukti bahwa zat alelokemis dapat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman, baik diukur dari tinggi tanaman dan
banyaknya daun. Konsentrasi alelokemis mempengaruhi
tingkat efek yang diberikan. Semakin tinggi konsentrasi
alelokemis maka efek yang ditimbulkan akan semakin
terlihat.
.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Indriyanto. Ekologi Hutan. Buku. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara (2006)
210 p.
[2] Djafarudin. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Jakarta: Buku Bumi
Aksara (2004) 87p
[3] Roger, M.J..R., M.J. Reigosa, N. Pedrol, L. Gonzales. Allelopathy:
Physiological Process With Ecological Implication. Springer (2006) 673 p