Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

FISIOLOGI TUMBUHAN

PERGERAKAN STOMATA

DAN

MORFOGENESIS

KELOMPOK 14:

Hepsie O. S. Nauk (1506050090)

DOSEN PENGASUH

RONI S. MAUBOY S.si, M.si

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS NUSA CEDANA

KUPANG

2017

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................2

BAB I

PENDAHULUAN ...............................................................................................3

BAB II

PEMBAHASAN .................................................................................................4

A. PERGERAKAN STOMATA5
B. MORFOGENESIS11

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................14

2
BAB I
PENDAHULUAN
Tumbuhan merupakan organisme yang sangat dekat dengan kehidupan manusia.
Tumbuhan menyediakan berbagai macam jenis makanan, menyediakan oksigen yang sangat kita
butuhkan, dan juga membuat bumi tampak begitu indah dan sejuk. Seperti layaknya makhluk
hidup yang lainnya, tumbuhan juga mengalami proses pertumbuhan untuk menjadi besar sampai
akhirnya mati.

Cahaya matahari adalah sumber energi utama bagi kehidupan seluruh makhluk hidup
didunia. Bagi tumbuhan khususnya yang berklorofil, cahaya matahari sangat menentukan proses
fotosintesis. Fotosintesis adalah proses dasar pada tumbuhan untuk menghasilkan makanan.
Makanan yang dihasilkan akan menentukan ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan

Dalam tumbuhan yang sehat, pertumbuhan diatur. Bagian-bagian yang berlainan


menunjukkan pertumbuhan pada waktu yang berbeda dalam siklus hidup dan dengan laju yang
berlainan, akar dan batang dapat bercabang atau tidak, dan struktur yang terbentuk pada ujung
batang dapat diarahkan menjadi daun atau bunga. Perubahan yang kualitatif ini yang lebih
banyak mengubah bentuk (morfologi), anatomi dan fungsi tubuh disebut diferensiasi. Gabungan
ini semua disebut perkembangan atau morfogenesis.

3
BAB II

PEMBAHASAN

Tanaman menggunakan cahaya sebagai sumber energi. Sebagian besar efek cahaya biru
(Blue Light Responses) digunakan untuk merasakan kuantitas cahaya dan arah. Sinyal cahaya
biru ini ditransduksi menjadi listrik, metabolisme, dan proses genetik yang memungkinkan
tanaman untuk melakukan pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi dalam rangka untuk
menyesuaikan diri terhadap perubahan kondisi lingkungan. Efek cahaya biru meliputi
fototropisme, gerakan stomata, penghambatan pemanjangan batang, aktivasi ekspresi gen, dan
fototaksis (gerakan motil uniseluler organisme seperti ganggang dan bakteri menuju atau
menjauh dari cahaya). Efek cahaya biru dapat dibedakan dari efek cahaya lain yang memiliki
kepekaan untuk biru muda dengan karakteristik adanya "three finger action" spektrum pada
daerah panjang gelombang 400 sampai 500 nm.

Fisiologi efek cahaya biru bervariasi secara luas. Dalam fototropisme, batang tumbuh ke
arah cahaya unilateral. Sumber pertumbuhan asimetris di sisi teduh mereka. Dalam
penghambatan pemanjangan batang, persepsi cahaya biru mendepolarisasi potensial membran
sel-sel yang mengalami elongasi, dan tingkat perpanjangan cepat menurun. Dalam mengaktivasi
gen elevasi, cahaya biru merangsang transkripsi dan translasi, menyebabkan akumulasi produk
gen yang diperlukan untuk respon morfogenetik terhadap cahaya.

Hal-hal yang sering dikaitkan dengan Blue Light Responses adalah :

1. Fototropisme, pertumbuhan asimetris dan lentur. Terjadi spektrum three finger action.
2. Penghambatan pemanjangan batang, hal ini dikendalikan oleh fitokrom. Dapat dibedakan
dengan :
a. Mutan
b. Pengukuran di bawah latar belakang lampu kuning yang kuat untuk memperbaiki Pr
dan Pfr, proses ini dimediasi oleh kriptokrom sebagai reseptor cahaya biru.

4
A. PERGERAKAN STOMATA
Respon terhadap cahaya biru

stomata memiliki peran besar dalam pertukaran gas di daun. beberapa karakteristik cahaya biru
dapat membuat sel penjaga stomata memberikan tanggapan:

respon stomata terhadap cahaya biru adalah cepat dan reversibel, dan itu adalah umum
dalam satu jenis sel, dalam hal ini sel penjaga.
respon stomata terhadap cahaya biru mengatur pergerakan stomata sepanjang tumbuhan
itu hidup. hal ini tidak seperti phototropism atau hipokotil pemanjangan, yang secara
fungsional penting pada tahap awal perkembangan.

studi awal dari respon stomata terhadap cahaya menunjukkan bahwa DCMU
(dichlorophenyl-dimethylurea) atau sebuah penghambat transportasi elektron fotosintesis,
menyebabkan sebagian penghambatan cahaya merangsang pembukaan stomata. hasil ini
menunjukkan bahwa dalam fotosintesis sel penjaga kloroplas memainkan peran dalam
penyerapan cahaya tergantung pembukaan stomata, tapi pengamatan bahwa inhibisi hanya
sebagian menunjuk ke komponen nonfotosintetik dari respon stomata terhadap cahaya. studi
rinci dari respon stomata terhadap cahaya telah menunjukkan bahwa cahaya mengaktifkan dua
tanggapan berbeda dari sel penjaga: fotosintesis di sel penjaga kloroplas dan suatu respon
spesifik dari cahaya biru.

respon spesifik stomata terhadap cahaya biru tidak bisa diselesaikan dengan benar di
bawah Penerangan cahaya biru karena cahaya biru secara bersamaan merangsang baik respon
spesifik cahaya biru maupun sel penjaga fotosintesis. tinggi tingkat kelancaran cahaya merah
digunakan untuk respon fotosintesis yang jenuh, dan Foton fluks rendah dari cahaya biru
Ditambahkan setelah respon maksimal cahaya merah telah selesai (gambar 2.1). Penambahan
cahaya biru menyebabkan substansial lebih lanjut pada pembukaan stomata yang tidak bisa
dijelaskan sebagai stimulasi lebih lanjut dari sel penjaga fotosintesis karena fotosintesis menjadi
jenuh dengan latar belakang cahaya merah. tindakan spektrum untuk respon stomata terhadap
cahaya biru di bawah latar belakang pencahayaan merah menunjukkan pola tiga jari (gambar
2.2) . tindakan spektrum dari tanggapan cahaya biru jelas berbeda dari tindakan spektrum untuk
fotosintesis, lebih lanjut menunjukkan bahwa, Selain fotosintesis, sel penjaga merespon secara
khusus untuk cahaya biru.

5
Gambar 2.1 grafik respon stomata terhadap cahaya biru
dibawah latar belakang cahaya merah

Gambar 2.2 grafik spektrum respon stomata terhadap cahaya


biru di bawah latar belakang pencahayaan merah
menunjukkan pola tiga jari
pendapat para ahli

Goldsworthy dan Fitter (1992), menyatakan bahwa perubahan dalam ukuran pori-pori
stomata disebabkan oleh perubahan dalam kesimbangan turgor antar sel-sel penutup dan sel-sel
tetangga atau sel-sel epidermis yang berdekatan. Suatu kenaikan turgor dalam sel penutup,atau

6
suatu penurunan turgor dalam sel tetangga menghasilkan pembukaan stomata melalui gerakan-
gerakan menjauhi dinding-dinding antiklinal sel penutup (Fitter, 1992).

Stomata akan membuka jika tekanan turgor kedua sel penjaga meningkat. Peningkatan
tekanan turgor sel penjaga disebabkan oleh masuknya air ke dalam sel penjaga. Proses masuknya
air tersebut berasal dari tekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Tinggi rendahnya potensial
air ini bergantung pada jumlah bahan yang terlarut (solute) di dalam cairan sel. Semakin banyak
jumlah bahan yang terlarut maka potensial osmotik sel akansemakin rendah. Semakin rendah
potensial osmotik sel maka semakin rendah pula turgiditas sel. Jika sel bersifat flacid (kendor),
stomata akan menutup (Lakitan, 2004).
Heddy, (1990) stomata akan membuka jika tekanan turgor kedua sel penjaga meningkat.
Peningkatan tekanan turgor oleh sel penjaga disebabkan oleh masuknya air kedalam
sel penjaga tersebut. Pergerakan air antar sel akan selalu dari sel yang mempunyai potensi air
lebih tinggi ke sel dengan potensi lebih rendah.
Tinggi rendahnya potensi air sel tergantung pada jumlah bahan yang terlarut dari cairan
tersebut, semakin banyak bahan yang terlarut maka potensi yang terjadi pada sel semakin
rendah.Kerapatan uap air diudara tergantung dengan resistensi stomata dan kelembaban nisbih
dan juga suku udara tersebut, untuk perhitungan laju transpirasi
Kelembaban nisbih didalam rongga substomata dianggap 100%. Jika kerapatan uap
air didalam rongga substomata sepenuhnya tergantung pada suhu ( Tjitrosoepomo, 1998). Daya
hantar secara langsung dipengaruhi oleh besarnya bukaan stomata. Semakin besar bukaan
stomata maka daya hantarnya akan semakin tinggi.

Gambar 2.3 pengaruh cahaya biru pada protoplasma

7
Mekanisme Pembukaan Stomata
Stomata pada umumnya membuka pada saat matahari terbit dan menutup pada saat hari
gelap, sehingga masuknya CO2 yang diperlukan untuk fotosintesis pada siang hari.
Umumnya pada proses pembukaan stomata memerlukan waktu selama satu jam.Stomata juga
peka terhadap kelembaban atmosfer. Stomata akan menutup jika selisih kandungan uap air
diudara dan dalam ruang antar sel melebihi kritis. Pergerakan pori stomata disebabkan oleh
perubahan volume sel penjaga yang diatur oleh keluar masuknya ion K+ dan ion-ion lain dari
dan ke sel penjaga selama proses pembukaan dan penutupan stomata. Selain itu cahaya,
konsentrasi CO2, kelembaban, dan hormon tumbuhan merupakan beberapa faktor yang
mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata.
Cahaya menyebabkan membukanya stomata sedangkan keadaan gelap dapat meningkatkan
konsentrasi CO2 dan turunnya kelembaban yang berakibat pada tertutupnya stomata. Diantara
sekian banyak hormon tumbuhan, ABA (asam absisat) dan auksin merupakan hormon tumbuhan
yang berpengaruh pada pergerakan stomata. ABA (asam absisat) menyebabkan menutupnya
stomata, sedangkan auksin menyebabkan terbukanya stomata (Pharmawati, 2008).

Faktor-faktor lain yang menyebabkan membuka dan menutupnya stomata adalah


sebagai berikut:
1. Karbondioksida (CO2)
Pembentukan stomata berkurang jika kadar CO2 di ruang antar sel bertambah. Jika
hasilfotosintesis bersih berkurang kadar CO2 di ruang antar sel meningkat dan tahanan
stomataakan meningkat. Sebaiknya kalau fotosintesis bersih meningkat, ruang antar sel
akanmenyebabkan terbukanya ruang antar sel akan menyebabkan terbukanya stomata.
2. Cahaya Pengurangan
Cahaya menyebabkan pembukaan celah stomata berkurang pada kebanyakan tumbuhan. Hal ini
tidak tergatung pada tanggapan stomata terhadap kenaikan CO2 di ruang antar sel akibat
penurunan laju fotosinetesis.
3. Suhu
Jika faktor lain dalam keadaan konstan, biasanya stomata akan membuka lebih besar jikasuhu
naik.

8
4. Potensial Air Daun
Pembukaan celah stomata biasanya berkurang jika potensial air daun
menurun.Perubahan pembukaan air biasanya dianggap disebabkan oleh kenaikan kadar absisat
yang dihasilkandalam mesofil dengan laju yang tinggi atau oleh keduanya pada potensial daun
berkurang.
5. Kelembaban
Beberapa jenis tumbuhan menunjukkan tanggapan stomata secara langsung terhadap
kelembaban, sehingga kenaikan kelembaban relatif menyebabkan celah stomata mengecil.
6. Angin
Pada kebanyakan tanaman menaikkan kecepatan angin yang besar dapat menyebabkanstomata
menutup.
7. Laju Fotosintesis
Peranan laju fotositesis akan mengurangi pembukaan stomata dan dengan demikian menahan air
serta meningkat potensial air melalui pengurangan respirasi. (Purwanti, 2007).

Gambar 2.4 (A) Stomata terbuka di siang hari

(B) Stomata tertutup di malam hari

9
Peran Ca2+ Dalam Mekanisme Pembukaan Stomata
Hormon tumbuhan berperan sebagai pengatur kesetimbangan air melalui pengaruhnya
terhadap gerakan stomata. Gerakan stomata salah satunya dipengaruhi oleh perubahan
konsentrasi Ca2+ internal. Konsentrasi Ca2+ meningkat mendahului respon stomata terhadap
hormon. Hal ini disebabkan karena dikeluarkannya Ca2+ dari tempat penyimpanan
seluler(Pharmawati, 2008). Rhutenium red dan procaine merupakan zat yang menghambat
pengeluaran Ca2+ dari penyimpanan intraseluler. Pada sel tumbuhan, vakuola mengandung
Ca2+ dengan konsentrasi yang tinggi, sehingga saat saluran ion pada tonoplas terbuka, Ca2+
akan mengalir ke sitoplasma sehingga meningkatkan konsentrasi Ca2+ intraseluler.
Rhutenium red akan mengurangi pengeluaran Ca2+ dengan cara menghambat cADP-
ribosa yang merupakan perantara pada pengeluaran Ca2+ dari vakuola tumbuhan. Sedangkan
procaine bekerja menghambat saluran yang melepaskan Ca2+ dari retikulum sarkoplasma
dengan cara memperpanjang waktu menutupnya saluran ion. Dengan tertutupnya saluran ion
maka Ca2+ tidak dapat dikeluarkan dari retikulum sarkoplasma ke sitoplasma sehingga
konsentrasi Ca2+ intraselluler menjadi rendah. Hal ini menghambat pembukaan stomata oleh
auksin(Pharmawati, 2008). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa faktor yang dapat
menyebabkan membukanya stomata tidak hanya hormon auksin atau faktor-faktor lain yang
telah dijelaskan sebelumnya.Akan tetapi, keberadaan kalsium (Ca2+) juga dapat mempengaruhi
terbukanya stomata yang diinduksi oleh auksin.
Sharkey dan Raschce (1981) mengukur panjang gelombang cahaya yang paling efektif
untuk membuka stomata. Sinar biru (panjang gelombang antar 430 dan 460 nm) hampir 10 kali
lebih efektif daripada sinar merah (panjang gelombang antara 630 dan 680 nm) dalam
menghasilkan pembukaan stomata. Responsnya kecil saja terhadap sinar hijau. Panjang
gelombang yang efektif pada bagian spektrum merah efektif juga dalam fotosintesis, dan
penghambat fotosintesis menghilangkan respons terhadap sinar merah. Jadi, respons terhadap
sinar merah tampaknya terjadi karena sinar itulah yang diserap oleh klorofil, tapi pengaruh sinar
biru tidak bergantung pada fotosintesis. Menurut Edwardo Zeiger dan Peter Hepler (1977),
bahwa sinar biru menyebabkan protoplas sel penjaga, yang diisolasi, menyerap ion K+ dan
menggembung, bila ini terjadi pada sel utuh, maka stomata akan membuka.

10
B. MORFOGENESIS

Cahaya merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman (Fitter dan Hay, 1992). Adapun pengaruh cahaya bagi tanaman yaitu:

Fotomorfogenesis

Sel mengalami perubahan dengan cara yang berbeda-beda untuk menghasilkan tumbuhan
dewasa yang tersusun dari berbagai jenis sel. Proses spesialisasi sel ini disebut diferensiasi.
Diferensiasi sel menjadi jaringan, organ dan organisme disebut dengan perkembangan. Nama
lain proses tersebut adalah morfogenesis. Melalui proses perkembangan (morfogenesis)
tumbuhan mengubah bentuk dirinya dari sebuah telur yang dibuahi menjadi sebatang pohon yang
kokoh (Wilkins, 1992).

Morfogenesis yaitu perkembangan bentuk yang ditentukan secara genetik dan mengalami
modifikasi karena faktor lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan akan
menentukan morfologi akhir tanaman (Sallisbury dan Ross, 1995).

Cahaya adalah faktor lingkungan yang mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan


tanaman. Perkembangan struktur tanaman akibat cahaya yang tidak berhubungan dengan
fotosintesis dinamakan fotomorfogenesis (Salisbury dan Ross, 1995).

Pada dasarnya tanaman merespon panjang gelombang cahaya biru, merah dan merah
jauh. Setiap panjang gelombang diterima oleh tanaman dengan sistem fotosensor yang berbeda
tergantung pada panjang gelombangnya. Terdapat empat macam penerima cahaya dalam
mempengaruhi fotomorfogenesis pada pertumbuhan, yaitu:

o Fitokrom

Fitokrom adalah khromoprotein yang mengandung khromofor dan apoprotein. Khromofor dan
proteinnya mengalami perpindahan formasi dalam bentuk Pr dan Pfr (Hopkins, 1995). Diketahui
fitokrom paling kuat menyerap cahaya merah dan merah jauh (Slisbury dan Ross, 1995).

Fitokrom merupakan senyawa yang paling banyak dikenal dan merupakan penerima cahaya
terpenting pada tumbuhan. Fitokrom dan penerima cahaya lainnya mengatur berbagai proses

11
morfogenesis yang bermula dari perkecambahan biji dan perkembangan kecambah, serta
mencapai puncaknya pada pembentukan bunga dan biji baru (Wilkins, 1992).

o Kriptokrom

Kelompok sejumlah pigmen yang serupa dan belum begitu dikenal menyerap cahaya biru dan
panjang gelombang ultraviolet-gelombang panjang (daerah UV-A sekitar 320-400 nm)
(Salisbury dan Ross, 1995).

o Penerima cahaya UV-B

Satu atau beberapa senyawa tak dikenal (secara teknis dan bukan pigmen) yang menyerap radiasi
ultraviolet antara 280 dan 320 nm (Salisbury dan Ross, 1995).

o Protoklorofilida a

Pigmen yang menyerap cahaya merah dan biru, bisa tereduksi menjadi klorofil a

Fenomena fotomorfogenesis merupakan High Intensity Respon (HIR) yang tergantung


pada jumlah radiasi total dan panjang gelombang yang diterima tanaman. Sistem HIR berperan
dalam morfogenesis dengan menyerap cahaya biru melalui fitokrom yang menyebabkan
fototransformasi keefektifan bentuk Pfr. Contoh HIR sebagai fenomena fotomorfogenesis seperti
hambatan pemanjangan hipokotil selada dan perkembangan daun.

12
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Blue light responses berpengaruh pada proses-proses tertentu yang berlangsung pada tumbuhan,
diantaranya adalah fototropisme, gerakan stomata, penghambatan pemanjangan batang, aktivasi
ekspresi gen, dan fototaksis (gerakan motil uniseluler organisme seperti ganggang dan bakteri
menuju atau menjauh dari cahaya).

13
DAFTAR PUSTAKA

Fitter A.H. dan Hay R.K.M. 1992. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Hopkins, W. G. 1995. Introduction to Plant Physiology. New York, Toronto, Singapore: John
Wiley & Sons, Inc.

Salisbury, F.B dan Ross, C.W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid Tiga. Bandung: Penerbit ITB.

Wilkins, M.B., 1992. Fisiologi Tanaman. Penerjemah Sutedjo M.M dan Kartasapoetra A.G.
Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Koning, Ross E.1994. Blue Light Responses.http://plantphys.info/plant_physiology/bluelight.pdf

diakses pada 21 Maret 2017.

14

Anda mungkin juga menyukai