Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

REPRODUKSI TERNAK

“Siklus Estrus”

Oleh :
Kelas : B
Kelompok :3

Anisah 200110180054
Arya Gumilang 200110180072
Dede Lusi 200110180057
Della Ananda Ramadhini 200110180061
Dena Abdul Azis 200110180048
Dias Hanif 200110180068

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat
dan karunia-Nya, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Siklus Estrus”.
Tak lupa saya ucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Reproduksi Ternak, Dr.
Nurcholidah Solihanti, S.Pt., M.Si. dengan bimbingan dan ilmu yang di berikannya akhirnya
kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah yang berjudul “Siklus Estrus” telah kami susun dengan berbagai sumber dan
pengalaman yang dirasa memenuhi dalam pembuatan makalah ini. Makalah ini kami susun
dengan sungguh-sungguh dan semaksimal mungkin, kami harap makalah ini dapat
menambah pengetahuan kepada para pembaca dan juga menambah pengalaman bagi kami
sendiri. Tak lepas daripada itu karena suatu keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
makalah ini masih banyak memiliki kekurangan, baik dari segi kalimat maupun tata
bahasanya, maka dari itu kami sangat menerima kritik dan saran yang membangun dari
pembaca makalah ini dan menjadi bahan kesempurnaan untuk makalah selanjutnya.

Jatinangor, November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................ ii

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................. 1

1.3 Maksud dan Tujuan ........................................................... 2

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ...........................................................................................

2.2 ...........................................................................................

III PEMBAHASAN

3.1................................................................................................

3.2................................................................................................

3.3................................................................................................

3.4................................................................................................

IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan............................................................................

4.2 Saran......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................

LAMPIRAN...........................................................................................

ii
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Maksud dan Tujuan

1
II

TINJAUAN PUSTAKA

Siklus estrus umumnya terdiri dari empat fase, yaitu proestrus, estrus,

metestrus, dan diestrus. Namun ada juga yang membagi siklus estrus hanya

menjadi dua fase, yaitu fase folikuler atau estrogenik yang meliputi proestrus,

estrus, dan fase luteal yang terdiri dari metestrus-diestrus (Kusdiantoro dkk.,

2005).

Proestrus merupakan periode persiapan yang ditandai dengan pemacuan

pertumbuhan folikel oleh Follicle Stimulating Hormone (FSH). Folikel yang

sedang tumbuh menghasilkan cairan folikel dan estradiol yang lebih banyak

(Suharto, 2003). Fase proestrus ini FSH yang dikeluarkan oleh kelenjar

adenohipofisa akan memicu perkembangan folikel di dalam ovarium, bersama

Luteinizing Hormone (LH) ovarium kemudian meningkatkan produksi estrogen

melalui peningkatan cairan folikel. Pada fase ini juga terjadi perkembangan organ-

organ reproduksi yaitu oviduct, uterus, dan vagina (Lenira, 2009).

Periode estrus adalah masa puncak keinginan untuk kawin ditandai dengan

manifestasi birahi secara fisik. Pada fase strus keseimbangan hormon hipofisa

bergeser dari FSH ke LH. Pengaruh peningkatan LH terlihat pada masa sesudah

estrus, dimana LH membantu terjadinya ovulasi dan pembentukan corpus luteum.

Lama periode estrus pada ruminansia kecil selama 2 - 3 hari. Fase estrus pada

dasarnya dipengaruhi oleh sistem hormonal yang mempengaruhi estrus berpusat

pada gonadotropin dari hipofisa interior dan hormon ovari yaitu FSH dan estrogen

(Nurfitriani dkk., 2015).

Estrus masih masuk ke dalam fase folikuler dan akan terjadi setelah fase

proestrus. Dalam fase estrus, hormon FSH dalam darah menurun, sedangkan

2
sekresi LH meningkat guna merangsang terjadinya ovulasi, selanjutnya ovum

terlempar dari folikel de Graaf ke bagian atas tuba uterin (Frandson, 1996).

Fase metestrus ditandai dengan adanya perubahan sekresi lendir serviks

oleh kelenjar-kelenjar serviks dari carir menjadi kental, lendir serviks ini

berfungsi sebagai sumbat lumen serviks (Prasetya, 2009). Metestrus merupakan

fase mulai tumbuhnya corpus luteum setelah terjadi ovulasi atau sering disebut

dengan fase luteal. Pada fase ini Luteotropic Hormone (LTH) akan disekresikan

oleh adenohipofisa guna mempertahankan corpus luteum. Terjadi peningkatan

sekresi progesteron yang dihasilkan oleh corpus luteum dan sekresi estrogen

menurun. Progesteron akan menekan keberadaan FSH untuk menghambat

terjadinya perkembangan folikel selanjutnya dan mencegah terjadinya estrus

(Frandson, 1996). Sekresi mucus menurun dan terjadi pertumbuhan endometrium

secara cepat (Toelihere, 2006). Metestrus adalah masa setelah estrus yaitu masa

dimana corpus luteum tumbuh cepat dari sel granulosa (Akbar, 2010). Metestrus

terjadi setelah fase estrus berakhir, fase metestrus berlangsung selama 2 - 3 hari

(Lenira, 2009).

Diestrus merupakan fase yang berlangsung paling lama. Fase diestrus

merupakan fase pematangan corpus luteum dan progesteron secara nyata

mempengaruhi organ-organ reproduksi. Uterus mengalami penebalan pada

endometrium dan kelenjar-kelenjarnya berhipertrofi, serta otot-otot mengendor.

Serviks menutup dan lendir vagina menjadi keruh dan lengket. Selaput mocusa

vagina menjadi pucat (Toelihere, 2006).

3
III

PEMBAHASAN

4
IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

Demikian makalah ini kami buat dengan sebaik-baiknya, namun sebagai


manusia kami tidak lepas dari kesalahan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah ini di waktu
yang akan datang.

5
DAFTAR PUSTAKA

Akbar B. 2010. Tumbuhan Dengan Kandungan Senyawa Aktif yang Berpotensi


Sebagai Bahan Antifertilitas. Jakarta: Adabia Press.

Frandson, R.D., 1996, Anatomi dan Fisiologi Ternak, Edisi ke-7, diterjemahkan
oleh Srigandono, B dan Praseno, K, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

Kusdiantoro, M, Hernadi, H, Djuwita, I. 2005. Allotransplantasi ovarium mencit


baru Lahir ke mencit dewasa: pengaruhnya terhadap siklus estrus resipien
dan morfologi ovarium donor. Jurnal Veteriner 6(4): 20-25.

Lenira. 2009. Textbook of Medical Physiology. F.A. Davis Company.


Philadelphia.

Nurfitriani, I., R. Setiawan, Soeparna 2015. Karakteristik Vulva dan Sitologi Sel
Mucus Dari Vagina Fase Estrus Pada Domba Lokal. Skripsi pdf.
Universitas Padjadjaran Bandung Fakultas Peternakan.

Prasetyo, A,. 2009. Status Fertilitas Induk Sapi Persilangan Limousin Pada
Berbagai Paritas . Universitas Brawijaya. Malang.

Toelihere, M.R. 2006. Pokok Pokok Pikiran Seorang Begawan Reproduksi.


Fakultaskedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai