Anda di halaman 1dari 4

4.

4 ISOLASI, KARANTINA DAN PENGAFKIRAN


4.4.1 kriteria dan penanganan

A. Isolasi
Isolasi hewan dengan menunda pemotongannya karena menderita penyakit tertentu atau dicurigai terhadap
suatu penyakit tertentu (SNI 01 - 6159 – 1999 tentang RPH). Selain itu, untuk mencegah penyebaran agen
penyakit dari hewan yang terinfeksi, meminimalkan dan mencegah kontaminasi penyakit yang terjangkit,
sehingga penerapan biosekuriti menjadi maksimal. Tindakan isolasi terhadap hewan sakit merupakan tindakan
biosekuriti yang dapat mengurangi risiko penyebaran penyakit diantara hewan
Menurut Ida Bagus N. S (2007) terdapat beberapa penanganan yang perlu dilakukan, antara lain :
a. Perlakuan terhadap hewan yang sakit.
b.Tindakan terhadap hewan yang baru masuk.
c. Tindakan terhadap hewan yang sehat.
d. Perlakuan terhadap hewan yang mati.
e. Penanganan terhadap kotoran hewan.

B. Karantina
Setiap media pembawa hama dan penyakit hewan yang dimasukkan ke dalam wilayah negara RI wajib
memenuhi persyaratan administratif ; (U.U . Karantina, 1992)
1. Dilengkapi sertifikat kesehatan dari negara asal dan negara transit bagi hewan, kecuali media pembawa
yang tergolong benda lain
2. Melalui tempat-tempat pemasukan yang telah ditentukan (post de entry)
3. Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina hewan di tempat-tempat pemasukan untuk
keperluan tindakan karantina begitu juga setiap media pembawa hama dan penyakit yang dibawa/dikirim
dari satu area ke area lain maupun yang akan dikeluarkan dari wilayah negara RI
Menurut Balai Penelitian Ternak, Tindakan karantina dapat dilakukan berupa :
a. Pemeriksaan
Untuk mengetahui kelengkapan dan kebenaran isi dokumen untuk mendeteksi hama dan penyakit hewan
karantina. Pemeriksaan fisik terhadap hewan bahan asal hewan, hasil bahan asal hewan dapat dilakukan
koordinasi dengan instansi lain yang bertanggung jawab dibidang penyakit karantina yang
membahayakan kesehatan manusia .
b. Pengasingan
Untuk mendeteksi lebih lanjut terhadap hama dan penyakit hewan karantina tertentu yang karena sifatnya
memerlukan waktu lama, sarana dan kondisi khusus maka terhadap media pembawa yang telah diperiksa
dapat dilakukan pengasingan untuk diadakan pengamatan.
c. Pengamatan/Perlakuan
Dilaksanakan setelah dilakukan pemeriksaan/pengasingan apakah media pembawa hama dan penyakit
hewan tertular atau tidak.
d. Penahanan
Dilaksanakan apabila setelah pemeriksaan ternyata persyaratan karantina untuk pemasukan ke dalam atau
dari suatu area ke area lain di dalam wilayah negara RI belum seluruhnya dipenuhi, pemerintah
menetapkan batas waktu pemenuhan persyaratan .
e. Penolakan
Dapat dilakukan apabila :
 Pada waktu diadakan pemeriksaaan di atas alas angkut tertular hama dan penyakit hewan
 Tidak dilengkapi dengan sertifikat kesehatan dari negara asal/daerah asal
 Pemasukan hewan tidak melalui tempat yang telah ditetapkan oleh pemerintah
 Dalam waktu penahanan, keseluruhan persyaratan yang harus dilengkapi dalam melewati batas
waktu
 Tidak dapat disembuhkan dari hama dan penyakit hewan karantina
f. Pemusnahan
Dilakukan apabila setelah media pembawa tersebut diturunkan dari alat angkut dan dilakukan
pemeriksaan ternyata tertular hama dan penyakit hewan.
 Setelah dilakukan penolakan, media pembawa tidak segera dibawa ke luar dari wilayah negara RI
atau dari area tujuan oleh pemiliknya dalam batas waktu yang telah ditetapkan.
 Setelah dilakukan pengamatan dalam pengasingan tertular hama dan penyakit hewan tertentu yang
ditetapkan oleh pemerintah
 Media pembawa tersebut tak dapat disembuhkan dari hama dan penyakit hewan
 Pemilik tidak berhak menuntut ganti rugi apapun.
g. Pembebasan
Bisa dilaksanakan dengan syarat ;
 media pembawa (hewan) setelah diperiksa tidak tertular hama dan penyakit hewan.
 Waktu pengamatan dalam pengasingan tidak tertular penyakit hewan .
 Media pembawa yang tertular, dapat disembuhkan dari hama dan penyakit hewan .
 Pembebasan media pembawa harus disertai dengan pemberian sertitikat pelepasan dan sertifikat
kesehatan .

C. Pengafkiran
Hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih sapi untuk di afkir (Kenyon, 2003):
 Pemotongan sapi dan sapi merupakan strategi yang juga bisa dipertimbangkan. Tapi pastikan untuk
mempertimbangkan implikasi jangka  panjang untuk mengurangi jumlah penggantinya (replacement
stock) pengganti masa yang akan datang. Di satu sisi, pengafkiran sapi laktasi dan sapi dara sangat
mengurangi pakan yang dibutuhkan untuk populasi sapi tersebut dan memberikan pakan yang tersisa
untuk diberikan ke sapi perah yang akan menghasilkan pendapatan.
 Pertimbangkan risiko bahwa sapi dengan kondisi penyakit yang akan di afkir. Risiko ini bervariasi
dengan kondisinya. Sapi dengan kondisi risiko tinggi atau sedang adalah calon afkir.

4.4.2 sarana dan prasarana yang diperlukan 

A. Isolasi
Fasilitas yang digunakan untuk tindakan isolasi harus dalam keadaan bersih dan didisinfeksi. Kandang isolasi
adalah kandang yang digunakan untuk melakukan tindakan pengamatan intensif dan tindakan perlakuan
khusus terhadap sebagian hewan selama masa karantina. Kandang ini juga digunakan untuk menempatkan
dan menangani ternak yang mengalami gangguan kesehatan. Kandang isolasi harus dibuat terpisah dari
kandang pemeliharaan. Pakaian (cattle pack/coveralls) dan sepatu bot yang dipakai untuk menangani hewan
di kandang isolasi tidak boleh dipakai pada saat menangani hewan sehat. Jika fasilitas kandang isolasi tidak
memungkinkan dibuat, dapat digunakan pen (kandang pemeliharaan) terpisah dari kandang hewan sehat.
Selain itu pakan yang digunakan tidak boleh kontak dengan hidung (nose-to-nose contact) dan pakan serta air
minum yang digunakan harus terpisah dengan hewan yang sehat ( Bowman dan Shulaw, 2001).

B. Karantina
Kawasan Karantina ditentukan bila terjadi serangan suatu hama dan penyakit hewan di suatu kawasan.
Tempat pemasukan dan pengeluaran adalah pos perbatasan antar daerah/negara, pelabuhan laut, bandara,
pelabuhan sungai, tempat penyebrangan.
Menurut Kae Setiawan (2014), terdapat urutan Kegiatan Program Karantina Ternak Ruminansia
Hari ke 1 .
 Pasanglah label telinga kerbau/sapi/kambing dan domba
 Ambil darah untuk pemeriksaan haematologis dan pengumpulan serum.
 Cegah terhadap leptospirosis dengan memberi 20 mg streptomisin sulphat perberat badan selama 3 hari
berturut-turut
 Cegah terhadap cacing hati dengan memberi dovenix
 Cegah terhadap parasit dalam dengan memberi nilzan/valbazen
 Vaksinasi terhadap "haemorrhagic septicaemia" dan ukur temperatur tubuh
Hari ke 7
 Beri 5 ml "Covaxin 8 in 1"
 Cegah terhadap parasit darah dengan menggunakan Naganol 3-5 gram
 Semprot dengan insektisida mengenai seluruh tubuh bagian luar
 Vaksinasi Anthrax
Hari ke 14
 Cegah lagi terhadap parasit dalam dengan Nilzan atau Valbazen
 Beri 10 ml "Covaxin 8 in 1 "
 Vaksinasi terhadap penyakit mulut dan kuku
Hari ke 28.
 Semprot dengan Rhodiacide/emulphan
 Ambil darah ulangan
 Cegah terhadap cacing hati dengan dovenix
 Cegah terhadap parasit dalam dengan memberi valbazen
Hari ke 30
Jika semua ternak yang telah diperlakukan selama karantina dan dinyatakan sehat, bisa dibawa ke kawasan
peternakan atau ke kandang lembaga penelitian, tetapi bila masih ada ternak yang temperaturnya di atas 40 .5°
C (sakit) sebaiknya diberi suntikan antibiotika Tetracyclin 20 mg/berat badan selama 4 hari dalam dosis
yang terbagi-bagi .

C. Pengafkiran
Menurut Anonimus (2012), Pengafkiran dalam peternakan merupakan pengambilan sapi dengan alasan
di jual, di potong, atau karena kematian. Produsen susu seringkali menghadapi keputusan yang sulit setiap
hari. Salah satu yang paling sulit adalah memutuskan apakah akan merawat dan mengobati, atau
memusnahkan sapi. Ada banyak alasan untuk peternak sapi perah yang fokus pada memaksimalkan
pendapatan sekaligus mengendalikan semua biaya produksi. Satu area yang cukup mendapat perhatian, tapi
yang terlalu sering diabaikan adalah biaya pemeliharaan ukuran kawanan. Pengafkiran dilakukan untuk ternak
yang mempunyai masalah diantaranya produksi rendah, masalah reoroduksi, cedera, mastitis.
DAPUS

Bowman GL, Shulaw WP. 2001. On-farm biosecurity: traffic control and sanitation. J Prev Vet Med 6 : 01-03.

Kenyon S. 2003. Culling Dairy Cows: An Opportunity for Improvement When Feed Supplies Are
Tight.Animal science and veterinary clinical science

Ida Bagus N. S. 2017. Bahan Ajar Kesehatan Masyarakat Veteriner Biosekuriti. Laboratorium Kesmavet
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Denpasar--Bali

Anonimus. 2010. Fungsi Dan Syarat RPH. http:// duniaternaks.com/ 2010/08/fungsi-dan-


syaratrph.html. Akses pada tanggal 13 Desember 2011

Badan Standardisasi Nasional-BSN, 1999. SNI 01-6159-1999.SNI Rumah Potong Hewan (RPH),Rumah
Potong Unggas (RPU) dan HACCP. Jakarta.

Kae, Setiawan. 2014. Kriteria karantina pengafkiran culling sapi peran. Diunduh dari https://id.scribd.com.
Diakses pada 16 oktober 2020

Anda mungkin juga menyukai