Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM BELALANG

OLEH

KELOMPOK 3 :

JEVRI SANDA ( 2021052024004 )

MARIA M.O BABAUBUN ( 2021051024024 )

VRINSYE NUMBERI ( 2021051024029 )

YULIANA BOUYA ( 2020051024013 )

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA-PAPUA

2023
DAFTAR ISI

JUDUL………………………………………………………………………………………………….........

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN…….……………………………………………………………………………

1.1 LATAR BELAKANG…………………………………………………………………………………

1.2 TUJUAN PRAKTIKUM………………………………………………………………………………

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………….…………………….

3.1 WAKTU DAN TEMPAT………………………………………………………………………………..

3.2 ALAT DAN BAHAN……………………………………………………………………………………

3.3 PROSEDUR KERJA…………………………………………………………………………………….

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………………………………………

4.1 HASIL……………………………………………………………………………………………………

4.2 PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………………

BAB V PENUTUP…………………………………………………………………………………………

5.1 KESIMPULAN…………………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Belalang adalah serangga herbivora yang terkenal sebagai hama dengan kemampuan melompat
mumpuni (dapat mencapai jarak hingga 20 kali panjang tubuhnya). Pada umumnya belalang berwarna
hijau atau cokelat. Belalang terkait erat secara biologis dengan pengganggu dan jangkrik dan masuk
dalam kelompok serangga Orthoptera. Saat ini terdapat lebih dari 20.000 spesies belalang. Serangga ini
memiliki antena yang hampir selalu lebih pendek dari tubuhnya dan juga memiliki ovipositor pendek.
Suara yang ditimbulkan beberapa spesies belalang biasanya dihasilkan dengan menggosokkan femur
belakangnya terhadap sayap depan atau abdomen (disebut stridulasi), atau karena kepakan sayapnya
sewaktu terbang. Femur belakangnya umumnya panjang dan kuat yang cocok untuk melompat. Serangga
ini umumnya bersayap, walaupun sayapnya kadang tidak dapat dipergunakan untuk terbang. Belalang
betina umumnya berukuran lebih besar dari belalang jantan. Tubuh belalang terdiri dari 3 bagian utama,
yaitu kepala, dada (thorax) dan perut (abdomen). Belalang juga memiliki 6 enam kaki bersendi, 2 pasang
sayap, dan 2 antena. Kaki belakang yang panjang digunakan untuk melompat sedangkan kaki depan yang
pendek digunakan untuk berjalan. Meskipun tidak memiliki telinga, belalang dapat mendengar. Alat
pendengar pada belalang disebut dengan tympanum dan terletak pada abdomen dekat sayap. Tympanum
berbentuk menyerupai disk bulat besar yang terdiri dari beberapa prosesor dan saraf yang digunakan
untuk memantau getaran di udara, secara fungsional mirip dengan gendang telinga manusia.

Belalang punya 5 mata (2 mata majemuk, dan 3 ocelli). Belalang termasuk dalam kelompok
hewan berkerangka luar (exoskeleton). Contoh hewan lain dengan exoskeleton adalah kepiting dan
lobster. Belalang dapat hidup hampir di semua penjuru dunia kecuali kutub utara dan selatan. Belalang
betina dewasa berukuran lebih besar dari belalang jantan dewasa, yaitu 58-71 mm sedangkan belalang
jantan 49-63 mm dengan berat tubuh sekitar 2-3 gram. Organ reproduksi belalang jantan disebut dengan
nama aedeagus.

Selama proses reproduksi, belalang jantan akan memasukkan spermatophore (satu paket berisi
sperma) ke dalam ovipositor belalang betina. Sperma memasuki sel telur melalui saluran halus yang
disebut mikropil. Setelah telur dibuahi, belalang betina akan menanam telur sekitar 1-2 inci di dalam
tanah menggunakan ovipositor di ujung perutnya. Belalang betina akan bertelur setiap selang waktu 3-4
hari hingga semua telur dikeluarkan. Belalang betina dapat meletakkan ratusan butir hingga butir selama
masa bertelur. Selain di dalam tanah, belalang juga bisa meletakkan telur mereka pada tanaman (batang,
daun, atau bunga). Telur belalang akan tetap tersimpan di dalam tanah hingga tahan lama-bulan dan akan
menetas saat musim panas. Induk belalang tidak merawat anak mereka setelah menetas.

 Telur belalang menetas menjadi nimfa, dengan tampilan belalang dewasa versi mini tanpa sayap
dan organ reproduksi. Nimfa belalang yang baru menetas biasanya berwarna putih, namun setelah
terekspos sinar matahari, warna khas mereka akan segera muncul. Selama masa pertumbuhan, nimfa
belalang akan mengalami pergantian kulit berkali-kali (sekitar 4-6 kali) hingga menjadi belalang dewasa
dengan tambahan sayap fungsional. Masa hidup belalang sebagai nimfa adalah 25-40 hari nimfa belalang
akan berhenti menjalani proses ganti kulit setelah memiliki sayap, yang berarti nimfa sudah menjadi
imago (belum dewasa) Setelah melewati tahap nimfa, dibutuhkan 14 hari bagi mereka untuk menjadi
dewasa secara seksual. Setelah itu hidup mereka hanya tersisa 2-3 minggu, dimana sisa waktu itu
digunakan untuk reproduksi dan meletakkan telur mereka. Total masa hidup belalang setelah menetas
adalah sekitar 2 bulan (1 bulan sebagai nimfa, 1 bulan sebagai belalang dewasa), itu pun jika mereka
selamat dari serangan predator. Setelah telur yang mereka hasilkan menetas, daur ulang hidup belalang
yang singkat akan berulang.

Belalang adalah hewan yang mengalami metamorfosis tidak sempurna. Metamorfosis tidak


sempurna adalah metamorfosis yang hanya memiliki 3 tahap, yaitu telur, nimfa, dan imago
(dewasa). Dimana tampilan fisik antara nimfa dan imago tidak jauh berbeda. Contoh serangga lain yang
mengalami metamorfosis tidak sempurna adalah wereng, jangkrik dan kecoa. Sedangkan metamorfosis
sempurna adalah metamorfosis yang memiliki 4 tahap, yaitu telur, nimfa, pupa, dan imago. Tahapan yang
membedakan metamorfosis tidak sempurna dengan metamorfosis sempurna adalah tahap pupa
(kepompong). Perbedaan lainnya adalah tampilan fisik nimfa dan imago serangga yang mengalami
metamorfosis sempurna sangat berbeda.

Belalang adalah hama rakus yang sangat dirugikan, mereka makan mulai dari daun jati, pisang,
padi, jagung hingga tebu. 50 ekor belalang dewasa dapat menghabiskan makanan yang setara dengan
seekor sapi dewasa.

Belalang adalah serangga yang dapat menggangu terhadap mempertahankan hidup tanaman atau
sebagai hama tanaman, makanan, sebagai perusak makanan yang sangat penting dari berbagai konsumen,
dan membantu penyerbukan berbgai macam tumbuhan (misal jika proses itu dibantu oleh kaki – kakinya
yang tidak sengaja menempel dan ia pindah ke tempat lain sehingga terjadilah penyerbukan).

Belalang lebih menyukai kawasan alam terbuka yang lembah dengan banyak rumput serta
tanaman rendah lainnya, meskipun beberapa spesies lainnya hidup di hutan ataupun hutan blantara.
Beberapa lainnya berada di tebing, tanah, dan bebatuan lembap berlumut dan mengkonsumsi lumut.

Banyak spesies belalang yang hidup di padang rumput sering menyerang ladang petani sekitar. Populasi
belalang yang berlebih akan sangat merugikan petani jika menyerang tanaman di perkebunan.

1.2 Tujuan Praktikum

Untuk mengetahui perilaku belalang saat terkena sinar matahari


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Belalang adalah serangga herbivor yang termasuk dalam Ordo Orthoptera. Daur hidup belalang terbilang
cukup sederhana dibandingkan dengan serangga lainnya.Siklus hidup serangga yang ada 11.000 spesies
ini hanya memerlukan tiga tahap, telur, nimfa dan dewasa. Karena terdiri dari tiga tahap, daur hidup
belalang disebut sebagai metamorphosis tidak sempurna. Sementara, metamorfosis serangga yang
lengkap adalah empat tahap, meliputi telur, larva, pupa dan dewasa.

Belalang bereplikasi dalam jumlah besar. Belalang jantan dan betina kawin saat musim panas berganti
musim gugur. Jantan membuahi betina, yang menyimpan telur yang akan menjadi populasi belalang
musim panas mendatang. Betina mendorong perutnya yang memanjang ke tanah untuk menyimpan
sekelompok telur.

Dalam satu musim, seekor betina bisa bertelur sebanyak 300 butir. Telur dilapisi dengan zat lengket yang
membantu melindungi mereka selama musim dingin saat mereka tertidur di bawah tanah. Anakan
belalang yang baru menetas sangat mirip dengan orang dewasa, hanya saja mereka tidak memiliki sayap.

Seiring evolusi mereka berlanjut, mereka sedikit berubah dan tumbuh lebih besar. Belalang, seperti
halnya capung, mengalami metamorfosis tidak sempurna

Belalang adalah serangga herbivor yang termasuk dalam Ordo Orthoptera dengan jumlah spesies 20.000
(Borror, 2005). Menurut Rowell (1987), belalang dapat ditemukan hampir di semua ekosistem terestrial.
Sebagian besar spesies belalang berada di ekosistem hutan (Rowell, 1987). Mereka makan hampir setiap
tanaman yang liar ataupun yang dibudidayakan (Probe dan Scalpel, 1980).

Beberapa hasil penelitian Baldi danKisbenedek (1997) menunjukkan bahwa kenaekaragaman belalang
lebih stabil pada ekosistem yang tidak terganggu. Saha et al., (2011) menambahakan bahwa
keanekaragaman dan kelimpahan spesies (Acrididae: Ordo Orthoptera) di ekosistem yang tidak terganggu
lebih tinggi dibandingkan ekosistem yang terganggu. Menurut Bhargava (1996), keragaman belalang
dipengaruhi oleh faktor-faktor ekologis diantaranya adalah pola curah hujan, suhu atmosfer, kelembaban
relatif, jenis tanah, perlindungan dari musuh-musuh eksternal dan struktur vegetasi. Fielding and
Bruseven (1995) menyatakan bahwa vegetasi sangat mempengaruhi komposisi dan keberadaan spesies
belalang dalam suatu ekosistem. Semakin tinggi keanekaragaman vegetasi pada suatu habitat maka
semakin tinggi pula sumber pakan bagi belalang dalam suatu habitat, sehingga keberadaanya akan
melimpah. Morris (2000) menyatakan bahwa struktur vegetasi merupakan parameter penting untuk
mengetahui kenaekaragaman belalang di suatu habitat dalam skala besar.
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum dilakukan pada hari sabtu 18 maret 2023, bertempat di depan Gedung Aula FMIPA UNCEN

3.2 Alat dan Bahan

Alat :

1. Botol 1,5liter

2. Lakban Hitam

3. Gunting / Kater

Bahan :

1. Belalang

3.3 Prosedur Kerja

1. Pengamatan pada belalang dilakukan saat adanya matahari, agar kita mengetahui reaksi pada belalang.

2. Selanjutnya,siapkan 4 botol 1,5liter lalu dilakban menggunakan lakban hitam. Pada botol pertama
lakbat hitam ditengah,kemudian pada botol kedua lakban hitam setengah dari ujung tutup botol sampai
didasar botol,setelah itu pada botol ketiga lakban hitam dibawah botol,dan untuk botol keempat tidak
menggunakan lakban/ polos.

3. Setelah itu keempat botol tersebut di lubangi menggunakan gunting/kater.

3. Kemudian pada masing-masing botol dimasukkan belalang sebanyak 5 ekor.

4. Selanjutnya diberi waktu selama 10 menit agar dapat mengamati perilaku pada belalang tersebut.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Pengematan 1 Pengamatan 2 Pengamatan 3 Pengamatan 4

4 belalang diposisi 4 belalang diposisi 4 belalang diposisi 4 belalang diposisi


Botol 1 terang terang terang terang
Lakban Tengah 1 belalang diposisi 1 belalang diposisi 1 belalang diposisi 1 belalang diposisi
gelap gelap gelap gelap

3 belalang diposisi 5 belalang berada 1 belalang diposisi 2 belalang diposisi


Botol 2 terang diposisi terang terang terang
Lakban Setengah 2 belalang diposisi 4 belalang diposisi 3 belalang diposisi
gelap gelap gelap

Botol 3 5 belalang berada 5 belalang berada 1 belalang diposisi 5 belalang berada


Lakban Bawah diposisis gelap diposisis gelap terang diposisis gelap
4 belalang diposisi
gelap

3 belalang 5 belalang berada 2 belalang diposisi 1 belalang diposisi


diposisi bagian pada posisi bagian bagian atas botol bagian atas botol
Botol 4 atas botol atas botol 3 belalang diposisi 2 belalang diposisi
Tanpa Lakban 1 belalang diposisi bagian bawah bagian tengah
bagian tengah botol botol
botol 2 belalang diposisi
1 belalang diposisi bagian bawah
bagian bawah botol
botol
4.2 Pembahasan

Pada praktikum ini kita akan melihat setiap reaksi belalang jika ditaruh pada keempat botol yang telah
disediakan dibawah cahaya matahari, dengan keempat bentuk botol yang telah dilakban berbeda-beda.

Pada hasil pengamatan pertama, botol ke-1 dengan lakban ditengah terdapat 4 belalang berada di terang
dan hanya 1 belalang di gelap,pada botol ke-2 terdapat 3 belalang berada diterang dan 2 belalang di
gelap,botol ke-3 5 belalang tersebut berada pada posisi gelap,untuk botol ke-4 3 belalang dibagian atas
botol 1 belalang berada ditengan dan 1nya lagi dibagian bawah.

Pada hasil pengamatan kedua,botol ke-1 4 belalang diterang dan 1 belalang digelap,pada botol ke-2 5
belalang berada diposisi terang, botol ke-3 5 belalang berada diposisi gelap, dan untuk botl ke-4 5
belalang berada diatas botol.

Pada hasil pengamatan ketiga botol ke-1 4 belalang diposisi terang 1 belalang di gelap, pada botol ke-2 1
belalang diterang dan 4 digelap, botol ke-3 1 belalang di terang dan 4 digelap, dan untuk botol ke-4 2
belalang diposisi bagian atas botol dan 3 dibagian bawah botol.

Pada hasil pengamatan keempat botol ke-1 4 belalang berada pada bagian terang dan 1 bagian gelap,
botol ke-2 2 belalang diterang dan 3 belalang digelap,botol ke-3 5 belalang berada diposisi gelap,untuk
botol ke-4 1 belalang berada diatas botol 2 belalang berada ditengah dan 2 belalang lainnya berada
dibawah botol.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada praktikum ini mengenai belalang yang dimana Belalang adalah serangga herbivora yang
terkenal sebagai hama dengan kemampuan melompat mumpuni (dapat mencapai jarak hingga 20 kali
panjang tubuhnya). Pada umumnya belalang berwarna hijau atau cokelat. Belalang terkait erat secara
biologis dengan pengganggu dan jangkrik dan masuk dalam kelompok serangga Orthoptera. Saat ini
terdapat lebih dari 20.000 spesies belalang. Tubuh belalang terdiri dari 3 bagian utama, yaitu kepala, dada
(thorax) dan perut (abdomen). Organ reproduksi belalang jantan disebut dengan nama aedeagus. Belalang
adalah hewan yang mengalami metamorfosis tidak sempurna. Metamorfosis tidak sempurna adalah
metamorfosis yang hanya memiliki 3 tahap, yaitu telur, nimfa, dan imago (dewasa). Belalang adalah
serangga yang dapat menggangu terhadap mempertahankan hidup tanaman atau sebagai hama tanaman,
makanan, sebagai perusak makanan yang sangat penting dari berbagai konsumen, dan membantu
penyerbukan berbgai macam tumbuhan (misal jika proses itu dibantu oleh kaki – kakinya yang tidak
sengaja menempel dan ia pindah ke tempat lain sehingga terjadilah penyerbukan).

Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan beberapa pengamatan reaksi belalang pada sinar
matahari yaitu :

Pada tabel pengamatan banyak juga belalang yang bereaksi dimatahari dan juga sebaliknya.Untuk
botol ke-1 dengan lakban ditengah pada pengamatan 1,2,3 dan 4 dapat dilihat bahwa belalang lebih
banyak bereaksi di cahaya matahari. Pada botol ke-2 dengan lakban setengah pada pengamatan 1,2,3 dan
4 disini juga terdapat banyak belalang yang bereaksi di cahaya matahari,tetapi ada beberapa belalang
tidak bereaksi atau tetap diposisi gelap. Selanjutnya pada botol ke-3dengan lakban dibawah pada
pengamatan 1,2,3 dan 4 dapat dilihat bahwa banyaknya belalang hanya bereaksi di posisi gelap. Dan
untuk botol terakhir atau botol ke-4 adalah botol tanpa lakban atau botol polos yang dimana kita melihat
reaksi belalang dengan pergerakannya dimana belalang tersebut diatas botol, ditengah atau di bawah
botol. Disini dapat disimpulkan kebanyakan belalang berada pada bagian atas botol.
DAFTAR PUSTAKA

Erawati, N. V dan Kahono, S. 2010. Keanekaragaman dan Kelimpahan Belalang dan kerabatnya
(Orthoptera) pada dua ekosistem pegunungan di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. J. Entomologi
Indonesia. Vol. 7, No. 2, 100-115.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai