Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

MODUL 04
STOIKIOMETRI

NAMA PRAKTIKAN : JEVRI SANDA


NIM : 2021052024004
KELOMPOK :2
PROGRAM STUDI : BIOLOGI
TANGGAL PRAKTIKUM : 04 NOVEMBER 2021
TANGGAL PENGUMPULAN : 11 NOVEMBER 2021
NAMA PIMPINAN PRAKTIKUM : DIANA M. ABULAIS, S.Si., M.Si
NAMA ASISTEN PRAKTIKUM : APRILIANA MILGA SONGGO, S.Si

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA-PAPUA
2021
MODUL 4
STOIKIOMETRI

I. Tujuan Percobaan
1. Menetukan perbandingan mol
2. Menentukan rumus empiris senyawa
3. Menetukan reaktan pembatas dalam campuran garam
4. Menentukan persen komposisi setiap zat dalam campuran garam.

II. Dasar Teori


Dalam ilmu kimia, stoikiometri merupakan ilmu yang mempelajari dan
menghitung hubngan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia
(persamaa kimia). Stoikiometri didasarkan pada hukum-hukum dasar
kimia, yaitu hukum kekekalan massa, hukum perbandingan tetap, dan
hukum perbandingan berganda. Bersadarkan hukum-hukum tersebut maka
massa,volume dan umlah partikl zat yang terlibat dalam reaksi kimia data
ditentukan. Dengan demikian, kita dapat memprediksi banyaknya zat yang
akan dihasilkan atau diperlukan dalam suatu reaksi.
Stoikiometri mengukur hubungan kuantitatif dan digunakan untuk
menentukan jumlah produk dan reaktan yang diproduksi atau dibutuhkan
dalam reaksi yang diberikan. Contoh dalam persmaan kimia :
CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2O
Proses membuat perbandingan yang didasarkan pada rumus-rumus dan
persaman-persamaan reaksi kimia disebut stoikiometri larutan. Larutan
merupakan campuran homogen dua zat atau lebih yang saling melarutkan
dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara
fisik.
Karena banyak sekali reaksi kimia yang terjadi di sekitar kita,
nomenklatur (penamaan dalam bidang ilmu) dikembangkan untuk
menyederhanakan cara manusia untuk mengekspresikan reaksi kimia dalam
bentuk persamaan kimia. Persamaan kimia adalah pernyataan matematis
yang melambangkan pembentukan produk dari reaktan sekaligus
menyatakan kondisi tertentu yang menjadi alasan terjadinya reaksi.
Reaktan berada di sisi kiri, sedangkan produk yang terbentuk berada di
sisi kanan dan dihubungkan oleh anak panah. Contohnya,
A+B→C+D
Dari persamaan di atas dapat dilihat bahwa A dan B adalah sebuah reaktan
yang bereaksi dan membentuk produk C dan D. Dalam persamaan kimia
yang sebenarnya, reaktan dilambangkan dengan rumus kimianya.
Berdasarkan kekekalan massa, persamaan kimia harus seimbang, yaitu
jumlah atom di kedua sisi harus sama. Contohnya,
CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2O
Macam-macam reaksi kimia yang terjadi adalah sebagai berikut:
1. Reaksi Pembakaran
Reaksi pembakaran adalah reaksi dengan bahan yang mudah terbakar
dengan pengoksidasi untuk menghasilkan produk yang teroksidasi.
Pengoksidasi adalah bahan kimia yang dibutuhkan bahan bakar untuk
membakar, umumnya oksigen. Perhatikan contoh pembakaran logam
magnesium.
2Mg + O2 → 2MgO + Panas
Di sini, 2 atom magnesium bereaksi dengan molekul oksigen yang
menghasilkan 2 molekul senyawa magnesium oksida yang melepaskan
panas dalam prosesnya.
2. Reaksi Kombinasi
Reaksi di mana dua atau lebih reaktan bergabung untuk membentuk satu
produk tunggal dikenal sebagai reaksi kombinasi. bentuk persamaannya
seperti di bawah ini:
X + Y → XY
Reaksi kombinasi juga dikenal sebagai reaksi sintesis. Contoh reaksi
kombinasi:
2Na + Cl2 → 2NaCl
3. Reaksi Dekomposisi
Reaksi dimana satu senyawa terurai menjadi dua atau lebih senyawa yang
lebih sederhana dikenal sebagai reaksi dekomposisi. bentuk
persamaannya seperti di bawah ini:
XY → X + Y
Reaksi dimana senyawa terurai karena pemanasan dikenal sebagai reaksi
dekomposisi termal. Reaksi dekomposisi adalah kebalikan dari reaksi
kombinasi. Contoh reaksi dekomposisi:
CaCO3 → CaO + CO2
4. Reaksi Perpindahan
Reaksi kimia di mana unsur yang lebih reaktif menggantikan unsur yang
kurang reaktif dari larutan garam .Bentuk persamaannya adalah
X + YZ → XZ + Y
reaksi perpindahan juga disebut reaksi substitusi. Contoh reaksi
perpindahan:
Zn + CuSO4 → ZnSO4 + Cu
5. Reaksi Perpindahan Ganda (Metatesis
Reaksi perpindahan ganda terjadi di mana ion dipertukarkan antara dua
reaktan yang membentuk senyawa baru. Bentuk persamaannya adalah
XY + ZA → XZ + YA
Reaksi perpindahan ganda juga disebut reaksi metatesis. Contoh reaksi
perpindahan ganda:
BaCl2 + Na2SO4 → BaSO4 + 2NaCl
6. Reaksi Presipitasi
Reaksi kimia yang melibatkan pembentukan produk yang tidak larut
(endapan; padatan) disebut reaksi presipitasi. Reaktan dapat larut, tetapi
produk yang terbentuk tidak dapat larut dan terpisah sebagai padatan.
Persamaan kimia yang menjelaskan perubahan kimia cukup untuk reaksi
dalam larutan, tetapi untuk reaksi senyawa ionik dalam larutan air,
persamaan molekul memiliki representasi yang berbeda. Persamaan
molekul dapat menunjukkan rumus reaktan dan produk yang tidak ada
dan menghilangkan sama sekali rumus ion yang merupakan reaktan dan
produk nyata. Jika zat dalam persamaan molekul yang benar-benar ada
sebagai ion terdisosiasi ditulis dalam bentuk ionnya, hasilnya adalah
persamaan ionik. (Ahmad, 2021)

Dalam sistem SI, satu mol didefenisikan sebagai jumlah dari materi yang
terdiri dari entitas-entitas (atom-atom, molekul-molekul ataupun partikel-
partikel lainnya) sejumlah atom-atom yang terdapat dalam 12 gram karbon.
1. Konsep Mol pada Massa
Mol (n) dirumuskan dengan:
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙 (𝑔)
𝑛=
𝐴𝑟/𝑀𝑟 (𝑔/𝑚𝑜𝑙)

𝑔 = 𝑛 × 𝐴𝑟/𝑀𝑟
Dalam 1 mol zat terdapat 6,02×1023 partikel, dengan demikian
dirumuskan: Jumlah partikel = n × 6,02×1023
Keterangan:
n : mol
23
6,02×10 : bilangan Avogadro
Mr : massa molekul relatif
Ar : massa atom relative

2. Konsep Mol pada STP (Standard Temperature and Pressure)


Pada kondisi standar dimana suhu 0oC dan tekanan 1 atm, maka
hhhhhhhhdisebutlah pada keadaan STP (Standard Temperature and
Pressure). Pada keadaan STP, 1 mol gas setara dengan 22,4 Liter. Maka:

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑔𝑎𝑠
𝑛= × 100%
22,4 𝐿

𝑣
𝑛=
22,4
Atau
𝑉 = 𝑛 (𝑚𝑜𝑙) × 22,4 (𝐿/𝑚𝑜𝑙)

Pada kondisi tidak standar maka mol dapat dicari, dengan rumus
𝑃𝑉 = 𝑛𝑅𝑇
𝑛𝑅𝑇
𝑉=
𝑃
𝐿
𝑛 × 0,08205 𝑎𝑡𝑚. . 𝐾 × 273°𝐾
𝑉= 𝑚𝑜𝑙
1 𝑎𝑡𝑚

𝑉 = 𝑛 × 22,40238 𝐿/𝑚𝑜𝑙
Keterangan:
P: tekanan (atm)
V: volume (liter)
n: mol
R: tetapan gas ideal 0,08205 atm.L/mol.K
T: suhu (kelvin)
3. Konsep Mol pada Perbandingan Koefisien
Pada suatu reaksi kimia, maka akan muncul perbandingan koefisien.
Pada konsep reaksi: 2A + 3B → 5AB
Maka terdapat perbandingan koefisien A:B:C = 2:3:5
Hubungan antara mol dengan koefisien dirumuskan dengan:

𝑘𝑜𝑒𝑓. 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎
𝑚𝑜𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎 = × 𝑚𝑜𝑙 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑖
𝑘𝑜𝑒. 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑖

4. Konsep Mol pada Molaritas


Molaritas (M) adalah banyaknya mol zat dalam 1 Liter larutan. Molaritas
bisa juga disebut dengan banyaknya zat yang terdapat dalam suatu
larutan pada 1 Liter larutan.
Hubungan antara Molaritas dengan konsep mol sebagai berikut:

𝑛
𝑀=
𝑉 (𝐿)
Atau
𝑔 1000
𝑀= × i[
𝑀𝑟 𝑉(𝑚𝐿)
Keterangan:
M : molaritas (mol/L)
n : jumlah mol (mol)
V : Volumev larutan
Mr : massa molekul relatif (gram/mol)
g : massa (gram)

Rumus empiris senyawa didefinisikan sebagai rumus kimia yang hanya


menunjukkan jumlah atom relatif dari atom-atom dalam suatu molekul.
Dimana rumus empiris selalu memberikan rasio (perbandingan) bilangan
bulat terkecil dan sederhana.
Misalnya, rumus molekul dari hidrogen peroksida adalah H2O2 dengan
rumus empirisnya adalah HO. Rumus molekul dari etilen adalah
C2H4 dengan rumus empiris CH2.
Tabel berikut beberapa contoh rumus empiris dan rumus molekul dari
beberapa senyawa.
No. Senyawa Rumus molekul Rumus Empiris
1 Air H2O H2O
2 Asetilen C2H2 CH
3 Karbon Dioksida CO2 CO2
4 Hidrogen Peroksida H2C2 HO
5 Benzena C6H6 CH
6 Etana C2H6 CH3
7 Propana C3H8 C3H8

Pada banyak molekul atau senyawa, rumus molekul identik dengan


rumus empirisnya, misalnya pada molekul air (H2O), gas karbon dioksida
(CO2) dan propana (C3H8).
Rumus empiris merupakan rumus kimia sebenarnya dari suatu
senyawa. Saat ahli kimia menganalisis senyawa yang tidak diketahui,
langkah awal adalah menentukan rumus empiris senyawa tersebut.
Dari tabel di atas terdapat pola yang bisa kita pelajari, saat rumus
molekul suatu senyawa diketahui dengan mudah kita langsung dapat
menentukan rumus empiris senyawa tersebut. Tapi tidak berlaku
sebaliknya, dimana kita tidak bisa menentukan rumus molekul hanya dari
melihat rumus empiris kecuali terdapat informasi tambahan mengenai
senyawa tersebut. (solaemansyur, 2020)
Dari perbandingan mol suatu unsur dapat diketahui rumus empiris
suatu senyawa.Rumus empiris adalah rumus kimia dengan perbandingan
jumlah atom yang palingsederhana. Selain itu dari perbandingan mol
suatu unsur dapat diketahui pula persen komposisi suatu zat. Persen
kompisisi suatu zat dinyatakan dengan persamaan :

𝑛 × 𝐴𝑟
% 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑠𝑖𝑠𝑖 = × 100
𝑀𝑟
III. Alat dan Bahan
1. Alat :
Cawan krus + tutup Erlenmeyer
Penjepit cawan krus Corong kaca
Pembakar spirtus Pengaduk kaca
Kaki tiga dan penyangga Pipet ukur
Desikator Oven
Neraca analitik Sentrifuge
Rak+tabung reaksi
Hot plate
Kaca arloji
Gelas beker

2. Bahan :
Pita Mg Larutan KI 0,5 M
CaCO3 Amplas
Campuran garam Pb(NO3)2 dan KI
Kertas saring
Larutan Pb(NO3)2 0,5 M
IV. Cara Kerja
1. Penentuan Perbandingan Mol dan Rumus Empiris melalui Reaksi
Pembakaran

Cawan krus dan tutupnya

 dicuci bersih
 ditimbang degan neraca analitik
 dimasukkan pita mg, diamplas dan
ditimbang kembali
 diletakkan pada kaki tiga dan dibakar
menggunakan pembakar siritus
 diangkat dan didinginkan pada desikator
 ditimbang kembali
 dibandingkan mol Mg terhadap O2
 ditentukan rumus empirisnya.

Data/hasil
2. Penentuan Perbandingan Mol dan Rumus Empiris memulai
Reaksi Penguraian

Cawan krus dan tutupnya

 dicuci bersih
 ditimbang
 dimasukkan 1g CaCO3 dan dipanaskan
menggunakan pembakar spiritus
 diangkat dan didinginkan
 dimasukkan pada desikator
 ditimbang beserta isi
 ditentukan perbandingan mol dan rumus
empiris senyawa

Data/hasil
3. Penentuan Reaktan Pembatas dan Persen komposisi setiap Zat
dari Reaksi Metatesis

Campuran garam Pb(NO3)2 dan KI

 dimasukkan ke dalam gelas beaker


 ditambahkan akuades 150 ml
 didiamkan hingga mengendap
 dipisahkan cairan dan endapan
menggunakan saringan

Cairan Endapan

 disentrifuge  ditempatkan dikaca arloji


 dimasukan ke dalam tabung reaksi  dikeringkan menggunakan oven
 ditambahkan 1 ml larutan Pb(NO3)2 0,5 M  didinginkan dalam desifikator
 dipanaskan kembali  ditimbang beratnya
 ditambahkan 1 mL larutan KI 0,5 M  ditentukan reaktan pembatas dan persen
komposisi
 diamati
V. Data Pengamatan
1. Penentuan Perbandingan Mol dan Rumus Empiris Melalui Reaksi
Pembakaran

No. Parameter Nilai Satuan


Berat Cawan Krus + Tutup
1. 39,0088 gram
(W0)
2. Berat Cawan Krus + Pita (W1) 39,0592 gram
Berat Cawan Krus +
3. 39,0919 gram
Magnesium Oksida (W2)

2. Penentuan Perbandingan Mol dan Rumus Empiris Melalui Reaksi


Penguraian

No. Parameter Nilai Satuan


Berat Cawan Krus + Tutup
1. 24,5238 gram
(W0)
Berat Cawan Krus + CaCO3
2. 25,5285 gram
(W1)
Berat Cawan Krus + Kalsium
3. 25,0885 gram
Oksida (W2)

3. Penentuan Reaktan Pembatas dan Persen Komposisi Setiap Zat dari


Reaksi Metatesis.
Data Pengukuran

No. Parameter Nilai Satuan


1. Berat Kaca Arloji (W0) 28,0697 gram
Berat Kaca Arloji + Campuran
2. 29,1090 gram
Garam (W1)
3. Berat Kertas Saring (W2) 1,4862 gram
Berat Kaca Arloji + Kertas
5. 29,5559 gram
Saring (W3)
Berat Endapan Kering + Kaca
6. 30,0600 gram
Arloi + Kertas saring (W4)
Data Reaksi
No. Perlakuan Hasil Pengamatan
Terbentuk Endapan
1. Campuran Garam + Akuades
Berwarna Kuning
2. Cairan 1 + Larutan Pb(NO3)2 Tidak Ada Perubahan
Cairan 1 + Larutan Pb(NO3)2
3. Tidak Ada Perubahan
dipanaskan
Terbentuk Endapan
4. Cairan 2 + Larutan KI
Berwarna Kuning

VI. Pembahasan
1. Perbandingan Mol Mg dan O
Massa Mg (g) = W1 – W0
= 39,0592 – 39,0088
= 0,0504 g
Massa O (g) = W2 – W1
= 39,0919 – 39,0592
= 0,0327 g
Mol (n) Mg dan O dihitung dengan peramaan :
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑀𝑔
Mol Mg =
𝐴𝑟 𝑀𝑔
0,0504
= = 0,0021 𝑔/𝑚𝑜𝑙
24
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑂
Mol O =
𝐴𝑟 𝑂
0,0327
= = 0,0020 𝑔/𝑚𝑜𝑙
16
Perbandingan mol Mg dan O = 1:1
Rumus empiris = MgO

2. Perbandingan mol Ca dan O


Massa CaCO3 (g) = W1 – W0
= 25,5285 – 24,5238
= 1,0047 gram
Massa CaO (g) = W2 – W0
= 25,0885 – 24,5238
= 0,5647 gram
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑎𝐶𝑂3 1,0047 𝑔
Massa CaCO3 (g) = = = 0,0100 𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑟 𝐶𝑎𝐶𝑂3 100 𝑔/𝑚𝑜𝑙
Mol Ca~mol CaCO
Massa Ca = 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑎 × 𝐴𝑟 𝐶𝑎
= 0,0100𝑚𝑜𝑙 × 40 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,4018 g
Massa O = massa CaO – massa Ca
= 0,5647 g – 0,4018 g
= 0,1629 g
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑂 0,0327 𝑔
Mol (n) O = = = 0,0020 𝑚𝑜𝑙
𝐴𝑟 𝑂 16 𝑔/𝑚𝑜𝑙
Perbandingan Mol Ca dan O = 1:1
Rumus empiris = CaO

3. Penentuan Reaktan Pembatas dan Persen Komposisi


a. Reaktan pembatas data ditentukan dari reaksi kimia yang terjadi.
Diketahui : M Pb(NO3)2 = 0,5 M
V Pb(NO3)2 = 1 mL = 0,001 L
M KI = 0,5 M
V KI = 1 mL = 0,001 L
Ditanya reaktan pembatas.
𝑛
𝑀=
𝑉 (𝐿)
n Pb(NO3)2 = M × V(L)
= 0,5 × 0,001 = 0,0005
n KI = M × V(L)
= 0,5 × 0,001 = 0,0005
Membandingkan hasil bagi jumlah zat (mol) dengan koefsien zat

𝑛 Pb(NO3)2 0,0005
Pb(NO3)2 = = = 0,0005
𝑘𝑜𝑒𝑓. Pb(NO3)2 1
𝑛 KI 0,0005
KI = = = 0,00025
𝑘𝑜𝑒𝑓. KI 2

Reaksi Pb(NO3)2 + 2KI → PbI2 + 2KNO3


Awal 0,0005 0,0005 - -
Bereaksi 0,0005 0,00025 0,00025 0,00025
Sisa - 0,00025 0,00025 0,00025
Jadi reakan pembatasnya ialah Pb(NO3)2 karena hasisbereaksi dengan
2KI.
b. Persen komposisi dapat ditentukan, sebagai berikut :
Pb(NO3)2(s) + 2KI(s) → PbI2(s) + 2KNO3(s)
Massa campuran garam = W1 – W0
= 29,1090 – 28,0697 = 1,0393 g
Massa endapan kering (PbI2) = W4 – W3
= 30,0600 – 29,5559 = 0,5041 g

𝑛 𝐴𝑟 𝑃𝑏
Massa Pb = × 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑃𝑏𝐼2
𝑀𝑟 𝑃𝑏𝐼2
1×207 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= × 0,5041𝑔
461 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,2263g

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑃𝑏
% Pb = × 100
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚
0,2263 𝑔
= × 100 = 21,774%
1,0393 𝑔
𝑛 𝐴𝑟 𝐼2
Massa I2 = × 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑃𝑏𝐼2
𝑀𝑟 𝑃𝑏𝐼2

2 ×127 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= × 0,5041 𝑔
461 𝑔/𝑚𝑜𝑙

= 0,2777 g
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐼2
% I2 = × 100
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚
0,2777 𝑔
= × 100
1,0393 𝑔

= 26,719%
Keterangan : n : jumlah unsur
Ar : massa atom relatif (g/mol)
Mr : massa molekul relatif (g/mol)
VII. Kesimpulan
1. Dalam penentuan perbandingan mol kita dapat menggunakan beberapa
persamaan, sebagai berikut :
a. Konsep mol dengan Ar/Mr
b. Konsep mol dengan volume dalaam keadaan standar maupun
tidak standar.
c. Konsep mol dengan perbandingan koefisien
d. Konsep mol dengan molaritas
2. Dalam menentukan rumus empiris suatu senyawa kita dapat peroleh
dari perbandingan mol yang telah kita ketahui. Dalam perbandingan
mol biasanya terdapat bilangan desimal, namun dalam penentuan
rumus empiri kita menggunakan angka yang bulat. Jadi dalam kasus ini
kita menggunakan aturan pembulatan yaitu :
 Jika angka digit terakhir ≥5 maka dibulatkan ke atas.
 Jika angka digit terakhir <5 maka dibulatkan ke bawah.
3. Dalam percobaan kita dapat amati reaktan pembatas yaitu adanya zat
pereaksi yang habis bereaksi lebih dahulu yaitu Pb(NO3)2.
4. Unntuk mengetahui komposis persen zat dalam suatu campuran kita
dapat laukan dengan rumus %komposisi, sehingga kita tahu bahwa
komposisi suatu zat berada pada kisaran berapa. Contohnya dalam
percobaan komposisi dari Pb sebesar 21,774 % dan komposis I2
sebesar 26,719%
VIII. Daftar Pustaka

Ahmad. (2021). Reaksi Kimia: Pengertian, Ciri-ciri, Faktor, dan Contohnya. Gramedia blog, 1-12.
Retrieved from https://www.gramedia.com/literasi/reaksi-kimia/

Chang, R. (2010). Chemistry 10th edition. New york: Mc Graw Hill.

Sastrohamidjojo, H. (2018). Kimia Dasar. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

solaemansyur, r. (2020, 11). Rumus Empiris dan Rumus Molekul beserta Contoh Soalnya. Academia.

Anda mungkin juga menyukai