Anda di halaman 1dari 85

Laporan Hasil Praktikum Pembuatan,

Pengenceran dan Pencampuran Larutan


November 29, 2014
LAPORAN PRAKTIKUM
APLIKASI TEKNIK LABORATORIUM
PEMBUATAN, PENGENCERAN DAN PENCAMPURAN LARUTAN
OLEH :
NAMA

: NABILA MUKMININAH JIBRIL


NIM

: G31113308

KELOMPOK : II ( DUA)
ASISTEN

: RUSLAN

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
1. PENDAHULUAN
2. Latar Belakang
Kita telah mempelajari di dalam pelajaran kimia dikenal adanya larutan. Larutan ini sangat
penting karena hampir semua reaksi kimia terjadi dalam bentuk larutan. Larutan adalah
sesuatu yang penting bagi manusia dan makhluk hidup pada umumnya. Reaksi-reaksi kimia
biasanya berlangsung antara dua campuran zat.

Banyak reaksi kimia yang dikenal, baik di dalam laboratorium atau di industri terjadi di dalam
larutan. Larutan pada dasarnya adalah fase yang homogen yang mengandung lebih dari satu
komponen. Komponen yang terdapat dalam jumlah besar disebut pelarut atau solvent. Sedangkan
komponen dalam jumlah sedikit disebut zat terlarut atau solute.
Selain larutan di kenal juga konsentrasi larutan. Konsentrasi
merupakan Konsentrasi adalah kuantitas relatif suatu zat tertentu didalam larutan. Konsentrasi
merupakan ukuran yang menggambarkan banyaknya
zat di dalam suatu campuran dua larutan atau lebih . Larutan
yang mengandung sebagian besar solute relatif terhadap pelarut,
berarti larutan tersebut konsentrasinya tinggi atau pekat. Sebaliknya bila mengandung sejumlah
kecil solute, maka konsentrasinya rendah atau
encer. Konsentrasi larutan dalam kimia dapat dinyatakan dalam
molaritas, molalitas, normalitas, persen massa, persen volume, persen berat per volume dan parts
per million.
Penting untuk mempelajari mengenai pengenceran pembuatan, dan
pencampuran larutan dengan konsentrasi yang berbeda. Oleh karena itu, perlu dilakukan
praktikum mengenai pengenceran, pembuatan larutan agar praktikan mengerti cara membuat
larutan dan pengenceran larutan.
Dalam praktikum ini pula, kita dapat mengetahui cara-cara ataupun prosedur ketika
mencampurkan suatu larutan yang mana ukurannya telah ditentukan
terlebih dahulu.
1. Tujuan dan Kegunaan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Untuk mengetahui teknik pembuatan larutan.
2. Untuk mengetahui bagaimana menentukan konsentrasi, Molaritas, dan Normalitas.
3. Untuk mengetahui cara mengencerkan larutan.
4. Untuk mengetahui cara mencampurkan larutan dan menentukan konsentrasinya.
Praktikum ini mempunyai kegunaan untuk mengetahui bagaimana cara membuat larutan dan
cara mengencerkan suatu larutan. Sehingga dapat menjadi pengetahuan dasar bagi praktikan
dalam membuat dan mengencerkan larutan pada praktikum selanjutnya.

TINJAUAN PUSTAKA
Larutan
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih
zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang
komposisinya dapat bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan atau
padatan. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil
solute, relatif terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah
larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat
terlarut, sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam mana solute
terlarut (Baroroh, 2004).
Bila dua atau lebih zat yang tidak bereaksi dicampur, campuran yang terjadi ada 3 kemungkinan,
yaitu campuran kasar, disperse kolid,
dan larutan sejati. Dua jenis campuran yang pertama bersifat heterogen dan dapat dipisahkan
seacara mekanis. Sedang larutan yang bersifat homogeny dan tidak dapat dipisahkan secara
mekanis. Atas dasar ini campuran larutan didefinisikan sebagai campuran homogeny antara dua
zat atau lebih. Keadaan Fisika larutan dapat berupa gas, cair, atau padat dengan perbandingan
yang berubah-ubah pada jarak yang luas (Sukardjo, 1997).
Ada dua komponen yang penting dalam suatu larutan yaitu pelarut
dan zat yang dilarutkan dalam pelarut tersebut. Zat yang dilarutkan itu
disebut zat terlarut (solute). Larutan yang menggunakan air sebagai
pelarut dinamakai larutan dalam air. Larutan yang mengandung
zat terlarut dalam jumlah yang banyak dinamakan larutan pekat. Jika
jumlah zat terlarut sedikit, larutan dinamakan cairan, padatan atau gas
sebagai zat yang terlarut. Larutan dapat berupa padat dan gas,
karena molekul-molekul gas berpisah jauh, molekul-molekul dalam campuran
gas berbaur secara acak, semua gas adalah larutan, contoh terbaik
larutan adalah udara (Karyadi, 1994).
Menurut Gunadarma (2011), konsentrasi larutan dalam kimia dinyatakan sebagai berikut :
1. Molaritas (M)
Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap liter larutan.
Molaritas Zat = w/Mr x 1000/v
2. Normalitas (N)
Normalitas menyatakan jumlah ekivalen zat terlarut dalam setiap liter larutan.

N= gr ekivalen/liter larutan
3. Molalitas (m)
Molalritas adalah jumlah mol zat terlarut dalam setiap kilogram larutan.
m = gr/Mr
4. Persen massa %(b/b)
Adalah berat bahan yang terkandung dalam 100 gram larutan.
%(massa) = gr/100 gr x 100%
5. Persen volume %(v/v)
Adalah volume bahan yang terkandung di dalam 100 ml larutan.
%(volume) = ml/100 ml x 100%
6. Persen berat per volume %(b/v)
Adalah berat bahan yang terkandung di dalam 100 ml larutan.
%(b/v) = gr/100 ml x 100%
Pengenceran
Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi
tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir
yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat
diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama
dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini
dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus
ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan
ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar
yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan
asam sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya, percikan asam
sulfat ini merusak kulit (Brady, 2000).
Rumus pengenceran menurut Gunawan (2004) yaitu :
M1V1 = M2V2
Ket:

M1 = molaritas awal larutan

V1 = volume awal larutan

M2 = molaritas akhir larutan

V2 = volume akhir larutan

Konsentrasi
Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi
zat terlarut dan pelarut di dalam larutan. Konsentrasi umumnya
dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah
total zat dalam larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat
terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi
adalah molar, molal, dan bagian per juta (part per million, ppm).
Sementara itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer
(berkonsentrasi rendah) atau pekat yang berkonsentrasi
tinggi (Anonim, 2014).
Pembuatan Larutan
Pembuatan larutan adalah suatu cara mempelajari cara
pembuatan larutan dari bahan cair atau padat dengan konsentrasi
tertentu. Untuk menyatakan kepekaaan atau konsentrasi suatu larutan
dapat di lakukan berbagai cara tergantung pada tujuan
penggunaannya. Adapun satuan yang digunakan untuk menentukan
adalah molaritas. Molaritas,
persen berat, persen

kepekaan larutan

volume, atau sebagainya (Faizal,2013).


Molaritas
Molaritas (M) adalah suatu konsentrasi yang mengukur banyaknya
mol zat terlarut dalam suatu liter larutan. Dapat di tulis dengan rumus :
M= mol zat terlarut atau M = mol Liter larutan V
Membuat suatu larutan untuk suatu eksperomen dapat dilakukan dengan melarutkan zat padat
(kristal) atau dengan melakukan pengenceran larutan konsentrasi tinggi menjadi konsentrasi
rendah (Ahmadun, 2013).
Normalitas
Normalitas yang bernotasi (N) merupakan satuan konsentrasi
yang sudah memperhitungkan kation atau anion yang dikandung
sebuah larutan. Normalitas didefinisikan banyaknya zat dalam
gram ekivalen dalam satu liter larutan. Secara sederhana gram ekivalen adalah jumlah gram zat
untuk mendapat satu muatan. Sebagai contoh: 1 mol H2SO4 dalam 1 liter larutan, H = 1, S = 32

dan O = 16, kita dapat tentukan gram ekivalennya. Dalam hal ini kita telah mengenal konsep
ionisasi. 1 mol H2SO4 = 98 gram. (Anonim, 2013).
Natrium Hidroksida (NaOH)
(NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium
hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida
terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air.
Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika
dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di berbagai macam bidang
industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi
bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah basa
yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia (Hasugian, 2012).
Asam Klorida (HCl)
HCl adalah asam kuat, dan memisah sepenuhnya dalam air.
HCl dibentuk oleh ikatan kovalen antara ion hidrogen dan klorida.
HCl memiliki banyak kegunaan komersial, termasuk penggunaan
dalam produksi baja dan dalam produksi obat-obatan. Selain itu, HCl digunakan oleh perut untuk
mengaktifkan enzim yang memecah protein. Kimotripsin dan pepsin adalah dua enzim ini, dan
kehadiran HCl akan memungkinkan enzim ini menjadi aktif dan mempercepat proses
pencernaan. (Sridianti, 2014).
Asam Asetat (CH3COOH)
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa
kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan
aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2.
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam format.
Larutan asam asetat dalam air merupakan
sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi
ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahann baku industri yang
penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa
asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan,
asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer juga
sering digunakan sebagai pelunak air. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat
mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1,5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya
diperoleh dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati (Ihsan, 2013).
Natrium Asetat (CH3COONa)
Natrium asetat adalah elektrolit kuat sehingga terionisasi sempurna. Konsentrasi ion CH3COO
dalam larutan sebetulnya berasal dari asam asetat dan natrium asetat. Karena pengaruh CHCOO
dari garam mendesak ionisasi CH3COO dalam larutan. Senyawa ini merupakan zat kimia
berharga

terjangkau yang diproduksi dalam jumlah industri untuk berbagai


keperluan (Esvandiari, 2008).
Pencampuran Larutan
Pencampuran larutan merupakan penggabungan dua zat atau lebih yang jenisnya sama. Namun
larutan tersebut mempunyai konsentrasi yang berbeda. Pencampuran tidak menyebabkan adanya
perubahan fisik. Pada proses pencampuran beberapa jenis zat berlaku rumus (Salirawati, 2007):
Dimana :
V1 = volume larutan pertama

V2 = volume larutan kedua

M1 = molaritas larutan pertama

M2 = molaritas larutan kedua

Parts Per Million (Ppm)


PPM (Part per Million) atau dalam bahasa Indonesianya Bagian per Sejuta Bagian adalah
satuan konsentrasi yang sering dipergunakan dalam di cabang Kimia Analisa. Satuan ini sering
digunakan untuk menunjukkan kandungan suatu senyawa dalam suatu larutan misalnya
kandungan garam dalam air laut, kandungan polutan dalam sungai, atau biasanya kandungan
yodium dalam garam juga dinyatakan dalam ppm. Konsentrasi ppm merupakan perbandingan
antara berapa bagian senyawa dalam satu juta bagian suatu sistem. Sama halnya denngan
persentase yang menunjukan bagian per seratus. Konversi satuannya (Irawan, 2010):
1 ppm = 1000 ppb
1 ppb = 1/1000 ppm
1 ppm = 1 mg/L
III. METODE PRAKTIKUM
1. Tempat dan Waktu
Praktikum Aplikasi Teknik Laboratorium dengan judul Pembuatan
Larutan dengan Konsentrasi Tertentu dalam Bentuk Molaritas dan
Normalitas dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 24 September 2014 pukul 08.00 11.00 WITA
di Laboratorium Analisis Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas
Pertanian, Universitas Hasanuddin,
Makassar, Sulawesi Selatan.
1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:

labu takar

bulp

erlemeyer

gelas kimia

timbangan analitik

batang pengaduk

pipet tetes

botol You C/ Botol Kaca

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:

NaOH

CH3COONa

aquadest

aluminium Foil

CH3COOH

Prosedur Praktikum
Prosedur untuk membuat larutan adalah sebagai berikut:
1. Hitunglah jumlah bahan kimia yang dibutuhkan untuk membuat larutan.
2. NaOH 0,35 N sebanyak 50 mL
3. NaOH 6 M sebanyak 50 mL
4. NaOH 2,5 M sebanyak 50 mL
5. NaOH 0,1 M sebanyak 100 mL

6. CH3COONa 0,2 M sebanyak 50 mL


7. Bahan ditimbang dengan menggunakan gelas kimia pada timbangan digital sesuai dengan
jumlah bahan kimia yang telah dihitung sesuai dengan prosedur no.1
8. Bahan yang sudah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam labu takar dan
ditambahkan dengan aquadest hingga tanda tera.
9. dikocok hingga homogen lalu masukkan ke dalam botol kaca yang telah disediakan.
Prosedur untuk pengenceran larutan adalah sebagai berikut:
1. Hitunglah jumlah bahan kimia yang dibutuhkan untuk membuat larutan.
2. HCl 0,2 M sebanyak 50 mL
3. HCl 3% sebanyak 50 mL
4. HCl 0,1 sebanyak 50 mL
5. HCl 0,35 M sebanyak 50 mL
6. CH3COOH 0,2 M sebanyak 50 mL
7. Bahan ditimbang dengan menggunakan gelas kimia pada timbangan digital sesuai dengan
jumlah bahan kimia yang telah dihitung sesuai dengan prosedur no.1
8. Bahan yang sudah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam labu takar dan
ditambahkan dengan aquadest hingga tanda tera.
9. Dikocok hingga homogen lalu masukkan ke dalam botol kaca yang telah disediakan.
Prosedur praktikum untuk pencampuran dua larutan adalah:
1. Diambil HCl 0,35 M dan dipipet sebanyak 20 mL
2. Diambil HCl 0,1 M dan dipipet sebanyak 30 mL
3. Bahan yang sudah dipipet kemudian dimasukkan kedalam labu takar.
4. Dihomogenkan lalu dipindahkan ke botol kaca yang telah disediakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil

Hasil yang di peroleh dari praktikum pembuatan dan pengenceran


larutan dan pencampuran larutan dengan konsentrasi berbeda adalah sebagai
berikut:
Tabel 01. Hasil Pembuatan dan Pengenceran Larutan
No

Larutan

Konsentrasi

Massa

V. Akhir

V. Zat
Terlarut
50 ml

NaOH
0,7 gr
HCl
0,2 N
50 ml
2
NaOH
12 gr
50 ml
HCl
3%
50 ml
3
NaOH
5 gr
50 ml
HCl
0,1 M
50 ml
4
NaOH
0,4 gr
100 ml
HCl
0,35 M
100 ml
5
CH3COONa
0,82
50 ml
CH3COOH
0,2 M
100 ml
Sumber: Data Sekunder Praktikum Teknik Laboratorium
Tabel 02. Praktikum Pencampuran LarutanIod
Larutan 1
Larutan 2
Larutan 3
No Larutan
M1
V1
M2
V2
M3
V3
1 NaOH
0,35 M
20 ml 0,1 M
30 ml
0,2 M
50 ml
2 HCl
0,35 M
20 ml 0,1 M
30 ml
0,2 M
50 ml
3 NaOH
6M
20 ml 2,5 M
30 ml
3,5 M
50 ml
4 NaOH
0,1 M
20 ml 0,35 M
30 ml
0,25 M 50 ml
5 HCl
0,35 M
20 ml 0,1 M
30 ml
0,2 M
50 ml
Sumber : Data Sekunder Praktikum Teknik Laboratorium
Pembahasan

Larutan adalah campuran antara dua zat atau lebih. Suatu campuran dapat dikatakan sebagai
larutan apabila telah homogen sehingga tidak dapat dibedakan lagi antara pelarut dan zat terlarut.
Hal ini sesuai dengan
Baroroh (2004) yang menyatakan bahwa larutan adalah campuran homogen antara dua atau lebih
zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi.
Pengenceran adalah penambahan zat terlarut sehingga jumlah mol zat terlarut sebelum
pengenceran sama dengan jumlah mol zat terlarut
sesudah pengenceran. Hal ini sesuai dengan Brady (2000) yang
menyatakan bahwa proses pengenceran adalah mencampur larutan
pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang
lebih besar.

Pembuatan NaOH dapat dilakukan dengan cara menghitung jumlah bahan kimia yang
dibutuhkan untuk membuat larutan NaOH 6 M
sebanyak 50 mL dengan cara pertama menghitung jumlah mol zat
terlarut per liter larutan. Setelah itu kalikan jumlah mol zat terlarut
tersebut dengan massa relatif NaOH. Setelah hasil
akhir di dapatkan yaitu 12 gram, bahan ditimbang dengan menggunakan
gelas kimia pada timbangan analitik dan dimasukkan ke dalam labu
takar dan ditambahkan dengan aquadest hingga tanda tera. Aduk
dengan batang pengaduk. Homogenkan dan masukkan kedalam
botol kaca. Hal ini sesuai dengan Baroroh (2004) yang menyatakan larutan didefinisikan sebagai
campuran homogen antara dua atau lebih
zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang
komposisinya dapat bervariasi.
Pengenceran larutan HCl dapat dilakukan dengan menghitung
jumlah bahan kimia yang dibutukan untuk membuat larutan
HCl 3% sebanyak 50 ml. Dihitung menggunakan rumus pengenceran, yaitu molaritas akhir
dikali volume akhir kemudian dibagi dengan nilai molaritas awal. Didapatkan hasil 4,05. Setelah
itu timbang HCl sebanyak 4,05. Bahan yang sudah di timbang dimasukkan ke dalam labu ukur
kemudian tambahkan aquadest hingga batas tera. setelah itu homogenkan dan dimasukkan ke
dalam botol kaca lalu diberi label. Hal ini sesuai dengan Brady (2000) yang menyatakan
pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan
pelarut agar diperoleh volume akhir
yang lebih besar.
Konsentrasi HCl yang di buat adalah 3% sebanyak 50ml dan konsentrasi pada NaOH adalah 6 M
sebanyak 50 mL yang nantinya akan diencerkan dengan menggunakan aquades. Hal ini sesuai
dengan Anonim (2014) yang menyatakan konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif
komposisi zat terlarut dan pelarut di dalam larutan.
Pencampuran dapat dilakukan dengan memipet larutan
HCl 0,35 M sebanyak 20 mL dan masukkan kedalam labu takar.
Kemudian ambil HCl 0,1 M dipipet sebanyak 30 mL dan dimasukkan
kedalam labu takar yang sama dengan larutan HCl 0,35 M tadi.
Setelah itu homogenkan larutan tadi dan pindahkan kedalam botol uc atau botol kaca. Hitung
molaritas larutan hasil pencampuran itu dengan menggunakan rumus pencampuran. Molaritas
dari pencampuran itu
adalah 0,2 M. Hal ini sesuai dengan Salirawati (2007) yang menyatakan bahwa pencampuran
adalah merupakan penggabungan dua zat atau lebih yang jenisnya sama, tetapi konsentrasinya
berbeda.

PENUTUP
1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:


1. Teknik pembuatan larutan dapat di lakkan dengan cara mencampurkan dua larutan atau
lebih.
2. Menentukan konsentrasi sebuah larutan dapat dilakukan dengan membandingkan volume
konsentrasi dan normalitas sebelum dan sesudah dilarutkan.
3. Teknik pengenceran larutan yang benar adalah mencapur larutan dengan bahan pelarut
murni agar diperoleh volume konsentrasi yang lebih rendah.
4. Teknik mencampurkan larutan adalah dengan mencampurkan dua larutan atau lebih
dengan konsentrasi yang berbeda hingga tidak padapat dibedakan lagi secara fisik.
1. Saran
Pada praktikum ini dibutuhkan pemahaman prosedur kerja dan ketelitian dalam menghitung dan
menimbang bahan. Oleh karena itu pemahaman dan ketelitian perlu di tingkatkan.
I. PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Salah satu kegiatan dasar yang dilakukan dilaboratorium yaitu pembuatan
larutan dan pengenceran. Kegiatan ini termasuk kegiatan yang hampir selalu dilakukan
di dalam laboratorium. Untuk menyatakan kepekaaan atau konsentrasi suatu larutan
dapat di lakukan berbagai cara tergantung pada tujuan penggunaannya.
Adapun satuan yang digunakan untuk menentukan kepekaan larutan adalah
molaritas, normalitas, persen berat, persen volume, atau sebagainya. Untuk
memperkecil konsentrasi suatu larutan maka dilakukan pengenceran, dengan cara
menambahkan pelarut. Selain itu melalui praktikum ini mahasiswa juga diperkenalkan
dengan berbagai macam jenis zat larutan dan pelarut, serta tingkat bahaya dari masing
masing larutan.
Sangat penting bagi mahasiswa untuk mempelajari mengenai pembuatan dan
pengenceran larutan sebab pembuatan dan pengenceran larutan merupakan hal yang

paling dasar dalam praktikum Aplikasi Teknologi Laboratorium, juga pada kenyataannya
tidak semua mahasiwa mampu serta menguasai cara untuk membuat suatu lalrutan
dan cara melakukan pengenceran yang baik. Berdasarkan hal di atas maka dilakukan
praktikum mengenai pembuatan larutan dan pengenceran agar praktikan mengerti cara
membuat suatu larutan dan mengencerkan larutan.

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. NaOH
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium
hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida
basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan
alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di berbagai macam bidang
industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan
kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah basa yang
paling umum digunakan dalam laboratorium kimia. Natrium hidroksida murni berbentuk
putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh
50%. Ia bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara
bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. Ia juga
larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih
kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar
lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain dan
kertas (Anonim, 2014).

B. Larutan
Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom ataupun
ion dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya
dapat berubah. Disebut homogen karena susunanya begitu seragam sehingga tidak
dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis
sekalipun. Fase larutan dapat berwujud gas, padat ataupun cair. Larutan gas misalnya
udara. Larutan padat misalnya perunggu, amalgam dan paduan logam yang lain.
Larutan cair misalnya air laut, larutan gula dalam air, dan lain-lain (Faizal, 2011).
konsentrasi larutan dalam kimia menurut Gunadarma (2011), dinyatakan sebagai
berikut
1)

Molaritas (M)
Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap liter larutan.
Molaritas Zat = w/Mr x 1000/v

2)

Normalitas (N)
Normalitas menyatakan jumlah ekivalen zat terlarut dalam setiap liter larutan.
N= gr ekivalen/liter larutan

3)

Molalitas (m)
Molalritas adalah jumlah mol zat terlarut dalam setiap kilogram larutan.
m = gr/Mr

4)

Persen massa (%(b/b))


Adalah berat bahan yang terkandung dalam 100 gram larutan.
%(massa) = gr/100 gr x 100%

5)

Persen volume (%(v/v))


Adalah volume bahan yang terkandung di dalam 100 ml larutan.
%(volume) = ml/100 ml x 100%

6)

Persen berat per volume %(b/v))


Adalah berat bahan yang terkandung di dalam 100 ml larutan.
%(b/v) = gr/100 ml x 100%

7)

Parts Per Million (ppm)


Untuk larutan antara dua zat penyusunnya. Menyatakan kandungan suatu
senyawa dalam larutan.
B. Pembuatan Larutan
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat yang
terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi.
Larutan dapat berupa gas, cairan atau padatan. Larutan encer adalah larutan yang
mengandung sejumlah kecil solute, relatif terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan
pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat
terlarut,

sedangkan solvent (pelarut)

adalah

medium

dalam

mana solute terlarut (Baroroh, 2004).


Pembuatan larutan adalah suatu cara mempelajari cara pembuatan larutan dari
bahan cair atau padat dengan konsentrasi tertentu. Untuk menyatakan kepekaaan atau
konsentrasi suatu larutan dapat di lakukan berbagai cara tergantung pada tujuan
penggunaannya. Adapun satuan yang digunakan untuk menentukan kepekaan larutan
adalah

molaritas.

(Faizal,2013).

Molaritas,

persen

berat,

persen

volume,

atau

sebagainya

Langkah-langkah dalam membuat larutan menurut Wahyuni (2012) adalah


sebagai berikut.
1. Bacalah detil resep larutan yang ingin dibuat. Kalau ada yang perlu dihitung, siapkan
perhitungan dulu.
2. Kumpulkan bahan kimia yang akan dipakai dan letakkan dekat dengan timbangan
digital.
3. Siapkan alat lain yang dibutuhkan (misalnya kertas, sendok, sarung tangan, tisu,
beaker, dll)
4. Ukur jumlah bahan kimia yang dibutuhkan dengan hati-hati.
5. Ketika semua bahan kimia diukur, kembalikan botol-botolnya ke rak, bersihkan alat
timbangan serta tempat sekelilingnya, dan bawalah beaker yang berisi bahan kimia ke
meja kerja.
6. Tuangkan akuades yang secukupnya (kurang dari yang ditentukan pada resepnya) ke
dalam beaker dan letakkanlah stir bar dengan ukuran yang sesuai kedalamnya.
Pakailah alat otomatik stirer dengan kecepatan sedang untuk mengencerkan bahan
kimia.
C. Pengenceran
Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi)
dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika
suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas
dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar
panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan
ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat,

panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak
mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya,
percikan asam sulfat ini merusak kulit (Brady, 2000).

Rumus sederhana pengenceran menurut Lansida (2010), adalah sebagai berikut


:
M1 x V1 = M2 x V2
Dimana :
M1 = Molaritas larutan sebelum pelarutan
V1 = Volume larutan sebelum pelarutan
M2 = Molaritas larutan sesudah pelarutan
V2

Volume

Molaritas

larutan

sesudah

pelarutan

III. METODODE PRAKTIKUM


A. Waktu dan Tempat
Praktikum pembuatan larutan dan pengenceran yang dilakukan pada hari Rabu,
23 September 2014 pukul 08.00 11.00 WITA di Laboratorium Kimia Analisa dan
Pengawasan Mutu Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Jurusan
Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
-

erlenmeyer

labu ukur

pipet

pipet volume

batang pengaduk

timbangan analitik

bulp

lemari asam

gelas kimia

botol larutan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :

NaOH

HCL

CH3COOH

CH3COONa

aquadest

aluminium foil

gulaC. Prosedur praktikum

Pembuatan larutan :
1. NaOH yang telah diketahui normalitas larutan yang ingin dibuat, dihitung berat
bahannya untuk menentukan volume pelarut yang ditambahkan.
2. Bahan ditimbang sesuai dengan hasil yang telah dihitung.
3. Bahan dimasukkan ke dalam labu ukur dan ditambahkan aquadest hingga tanda tera.
4. Labu ukur dikocok untuk menghomogenkan larutan.
5. Larutan dimasukkan ke dalam botol larutan.
Pengenceran larutan :
1.

NaOH yang telah diketahui normalitas larutan dan volume larutan yang ingin dibuat,
dihitung volume awal sebelum diencerkan.

2.

Larutan dipipet dan dimasukkan ke dalam labu ukur.

3.

Labu ukur dikocok untuk mrnghomogenkan larutan.

4.

Larutan dimasukkan ke dalam lbotol larutan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

Hasil

Tabel 03. Hasil dari praktikum ini adalah :


No
1
2
3
4

Senyawa
H2SO4
H2SO4
Gula
Na2SO4

Konsentrasi
2M
0,75 M
10%
1,5 N

Vol
50 ml
50 ml
50 ml
50 ml

5
Na2SO4
0,75 M
50 ml
6
HCL
1,5 M
50 ml
7
HCL
0,5 M
50 ml
8
Gula
20%
50 ml
9
HCL
1M
50 ml
10 HCL
0,5 M
50 ml
11 Gula
15%
50 ml
12 Gula
50 %
50 ml
13 H2SO4
0,7 M
50 ml
Sumber : Data sekunder praktikum ATL, 2013.

Massa
5 gr
5,325

Vol
9.8 ml
18,75ml
-

Konsentrasi 2
18,22 M
2M
-

gr
10 gr
7,5 gr
25 gr
-

25 ml
6,2 ml
16,6 ml
4,14 ml
25 ml
17,5 ml

1,5 N
12,06 M
1,5 M
12,06 M
1M
2M

B. Pembahasan
Bahan yang digunakan kelompok satu pada praktikum adalah NaOH. Sebelum
memasuki laboratorium sebaiknya praktikan menggunakan masker dan sarung tangan
untuk menjaga keselamatan dari bahan-bahan kimia yang berbahaya. Namun pada
saat praktikum, praktikan tidak menggunakan masker dan sarung tangan karena
NaOH bukanlah senyawa berbahaya dan tidak mudah terbakar. Hal ini sesuai dengan
Anonim (2008) yang menyatakan bahwa Natrium Hidroksida merupakan padatan
berbentuk kristal putih, yang larut dalam air dan gliserol. Natrium Hidroksida tidak
beracun and tidak mudah terbakar.

Untuk membuat larutan, pertama kita harus menghitung jumlah bahan yang akan
digunakan untuk membuat larutan NaOH 0,35 N sebanyak 50 ml., dengan cara
mengalikan normalitas dengan volume dan nilai bst NaOH . Kemudian bahan ditimbang
dan dimasukkan dalam labu takar, lalu ditambahkan sedikit air dan aquadest hingga
tanda tera. Lalu homogenkan dan masukkan ke dalam botol kaca. Suatu campuran
dapat dikatakan sebagai larutan apabila telah homogen sehingga tidak dapat dibedakan
lagi antara pelarut dan zat terlarut. Hal ini sesuai dengan Baroroh (2004) yang
menyatakan bahwa larutan adalah campuran homogen antara dua atau lebih zat yang
terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi.
Volume awal NaOH dihitung menggunakan rumus pengenceran, yaitu molaritas
akhir dikali volume akhir kemudian dibagi dengan nilai molaritas awal. Larutan
NaOH diambil sebanyak 25 ml menggunakan pipet ukur dan dimasukkan ke dalam labu
ukur kemudian tambahkan aquadest hingga batas tera. setelah itu homogenkan dan
dimasukkan ke dalam botol kaca lalu diberi label. Pada proses pengenceran ini terjadi
proses pencampuran larutan pekat (NaOH) dengan cara menambahkan pelarut
(aquadest). Hal ini sesuai dengan Brady (2000) yang menyatakan bahwa proses
pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara
menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar.

IV. PENUTUP
A.

Kesimpulan
Setelah dilakukan praktikum pembuatan larutan dan pengenceran, maka
dapat disimpulkan bahwa :

1.

Untuk membuat suatu larutan, pertama hitung massa bahan yang akan dibuat larutan
dengan menggunakan rumus molaritas atau normalitas.

2.

Untuk pengenceran, pertama dihitung terlebih dahulu volume larutan yang akan
diencerkan denga menggunakan rumus pengenceran yaitu M1 x V1 = M2 x V2. Setelah
itu campur dengan menggunakan zat pelarut aquadest lalu homogenkan.

B.

Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah agar semua praktikan dapat mengikuti
prosedur pada percobaan, sehingga praktikan dapat mengerti akibat dari proses-proses
yang dilakukan pada pembuatan larutan dan pengenceran.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim,2008. Mengenal NatriumHidrosida.http://anekailmu.blogspot.com/2008/12/mengenalnatrium hidroksida. html. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2013, Makassar.
Anonim.2014.Natrium

Hidroksida.

http://id.wikipedia.org/wiki/Natrium_hidroksida.

Diakses

pada tanggal 26 September 2014, Makassar.


Baroroh, Umi L. U. 2004. Diktat Kimia Dasar I. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Brady, J. E. 2000. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Binarupa Aksara: Jakarta.
Gunadarma,2011. Larutan. http://ocw.gunadarma.ac.id/course/diploma-three-program/studyprogram-of-computer-engineering-d3/fisika-dasar-2/larutan. Diakses pada tanggal 26
September 2014, Makassar.
Muhammad,

Faisal.

2013.

Pembuatan

Larutan.

http://muhammadfaisal-sakuru.blogspot.com/2013/02/laporan-kimia-pem

buatan-

larutan_8970.html. Diakses pada tanggal 26 Oktober 2014, Makassar.


Ningrum,

Wahyuni.

2012. Teknik

Dasar

Pembuatan

Larutan.http://openwetware.org/images/1/15/LAPORAN_PRAKTIKUM_2_NINGRUMW
AHYUNI.pdf. Diakses pada tanggal 26 September 2014, Makassar.

ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan yang berjudul Membuat Larutan Standar, dengan tujuan untuk
membuat larutan standar dengan konsentrasi Normalitas. Pembuatan larutan standar pada larutan
Asam Klorida (HCl), Kalium Iodida (KI), dan Timbal Nitrat (Pb(NO

) menggunakan

konsentrasi X Normalitas untuk menghitung zat murninya terlebih dahulu sebelum dilakukan

pengenceran.

Sehingga pada KI 0,2 N

0,05 Liter dengan persentase kemurnian 99,5 %

diperoleh 1,668 gram KI, pada Pb(NO

0,2 N 0,05 Liter dengan persentase kemurnian

99,5 % diperoleh 1,664 gram Pb(NO

, dan pada larutan HCl 0,1 N 50 mL dengan

persentase kemurnian 37 % diperoleh 0,44 mL larutan HCl. Dari hasil percobaan dapat
disimpulkan bahwa untuk larutan KI 0,2 N dibutuhkan 1,668 gram dalam larutan 50 mL aquades,
untuk larutan Pb(NO

0,2 N dibutuhkan 1,664 gram dalam 50 mL aquades, dan untuk

larutan HCl 0,1 N dengan persentase kemurnian 37 % dan volume 50 mL dibutuhkan dalam 0,44
mL aquades.
Kata Kunci : Larutan, Konsentrasi Normalitas, Pengenceran Larutan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketika mempelajari ilmu kimia, dikenal adanya larutan. Larutan pada dasarnya adalah fase
yang homogen mengandung lebih dari satu komponen. Komponen yang terdapat dalam jumlah
besar disebut pelarut atau solvent, sedangkan komponen yang terdapat dalam jumlah kecil
disebut zat terlarut atau solute.
Penerapan titrasi di dunia industri ada banyak sekali. Contohnya saja dalam penetapan
kadar vitamin C dalam tablet vitamin C dan penetapan kadar asam dalam asam cuka, serta
penentuan asam oksalat menggunakan permanganate. Karena itu, praktikan tentunya harus tahu
dan memahami bagaimana cara menghitung konsentrasi larutan dan pengenceran larutan.

Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kesalahan yang dapat membahayakan diri praktikan.
Dengan begitu, praktikan tidak hanya pintar dalam teori, tetapi juga dalam praktik dan
penerapannya. Sehingga nantinya praktikan dapat mengolah bahan-bahan yang memiliki
konsentrasi tinggi dan menguntungkan perusahaan, sehingga dapat meminimalisasi pengeluaran
perusahaan.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini ialah untuk membuat larutan standar dengan
menggunakan konsentrasi Normalitas.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Larutan
Campuran zat-zat yang homogeny disebut larutan, yang memiliki komposisi merata atau
serba sama di seluruh volumenya. Suatu larutan mengandung satu zat terlarut atau lebih dari satu
pelarut.
Larutan terbagi menjadi beberapa bagian, di antaranya adalah larutan baku dan larutan baku
primer. Larutan baku adalah larutan yang kepekaannya diketahui dengan tepat dan dapat dibuat
melalui dua cara. Cara kedua masing-masing tergantung dari penggunaan bahan baku. Bahan
baku adalah bahan kimia yang dapat dipergunakan untuk membuat larutan baku (primary
standary solution).
Larutan baku primer berfungsi untuk melakukan pembakuan atau untuk memastikan
konsentrasi larutan tertentu, yaitu larutan atau pereaksi yang ketetapan atau kepastian
konsentrasinya sukar diperoleh melalui pembuatannya secara langsung.

Konsentrasi dapat dinyatakan dengan beberapa cara, yaitu :


a.

Molaritas (M)
Molaritas adalah jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan. Rumus molaritas adalah :
M = Mol zat terlarut
Liter larutan
Contoh : Berapakah molaritas 0,4 gram NaOH (Mr = 40) dalam 250 mL larutan?
Jawab : M = (0,4/40) mol = 0,4 M
0,25 L

b. Molalitas (m)
Molalitas adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut. Rumus molalitas adalah :
M = mol terlarut x

1000

Gram pelarut
Contoh : Berapa molalitas 4 gram NaOH (Mr = 40) dalam 500 gram air?
Jawab : molalitas NaOH = (4/40)/500 gr air
= (0,1 x 2 mol)/1000 gr air
= 0,2 m
c.

Persen Massa/Berat (% m/m atau % w/w)


Persen berat menyatakan jumlah gram berat zat terlarut dalam 100 gram larutan.
Contoh : larutan gula 5%, berarti dalam 100 gram larutan gula terdapat :
(5/100) x 100 gram gula = 5 gram gula
(100 - 5) gram air = 95 gram air

d. Persen volume (% V/V)


Persen volume menyatakan jumlah larutan zat dalam liter dalam 100 liter larutan, misal :
Alkohol 76 % berarti dalam 100 liter larutan Alkohol terdapat 76 liter Alkohol murni.

e.

Fraksi Mol (x)


Fraksi mol adalah perbandingan antara jumlah mol suatu komponen dengan jumlah total
seluruh komponen dalam satu larutan. Fraksi mol total selalu total. Konsentrasi ini tidak
mempunyai satuan karena merupakan perbandingan.
Dengan rumus :
X (terlarut) =

n (terlarut)

n (terlarut) + n (pelarut)
X (pelarut) =

n (pelarut)

n (terlarut) + n (pelarut)
Dalam fraksi mol dinyatakan sebagai mol persen.
f.

Normalitas (N)
Normalitas merupakan jumlah mol-ekivalen zat terlarut per liter larutan. Terdapat hubungan
antara normalitas dengan molaritas yaitu :
N = M x valensi

N=

gram ekivalen zat

Cm3 larutan/liter
Analisa Volumetri
Mengukur volume larutan adalah jauh lebih cepat dibandingkan menimbang berat suatu
zat dengan suatu metode Gravimetri. Akurasinya sama dengan metode Gravimetri, analisa
Volumetri juga dikenal sebagai Titrimetri, dimana zat yang akan dianalisis dibiarkan bereaksi
dengan zat lain yang konsentrasinya diketahui dan dialirkan dalam buret dan dalam bentuk
larutan. Konsentrasi larutan yang tidak diketahui (analit) kemudian dihitung, maka syaratnya
adalah reaki harus berlangsung secara tepat, reaksi berlangsung secara kuantitaif dan tidak ada
reaksi samping.
Indikator Methyl Orange (MO)

Metil orange (Methyl Orange) adalah senyawa organik dengan rumus C


NaO

S dan biasanya dipakai sebagai indikator dalam titrasi asam-basa. Indikator M O

ini berubah warna dari merahpada pH diatas 4,4 jadi warna transisinya adalah sebagai berikut :
Indikator metil orange (MO) merupakan indikator asam basa yang berwarna merah dalam
suasana asam dan warna jingga dalam suasana basa, dengan trayek pH 3,1 4,4. penggunaan
Metil Orange (MO) dalam titrasi.
(Mulyono HAM, Bumi Aksara, 2006)
Asam Klorida (HCl)
Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas Hidrogen Klorida (HCl). Asam kuat
merupakan komponen utama dalam asam lambung. Senyawa ini juga digunakan secara luas
dalam industri. Asam klorida (HCl) harus ditangani dengan keselamatan yang tepat karena
merupakan cairan yang sangat korosif.
Hidrogen klorida (HCl) adalah asam monoprotik yang berarti dalam berdisosiasi
melepaskan satu H+ hanya sekali. Dalam larutan asam klorida, H+ ini bergabung dengan molekul
air membentuk ion Hidronium (H3O+).
HCl + H2O H3O+ + ClAsam klorida merupakan (HCl) merupakan asam kuat karena berdisosiasi penuh dengan
air.
( S. M. Khopar, Konsep Dasar Kimia Analitik, jakarta, 2006)
Kalium Iodida (KI)
Kalium Iodida merupakan larutan Kalium Yodium. Kalium Iodida ini biasanya digunakan
dalam fotografi.
Timbal Nitrat atau Pb(NO3)2
Pb (NO3)2 + H2O PbO- + H2(NO3)2
Persamaan ini menunjukkan bahwa Pb(NO)3 atau Timbal Nitrat terlarut dalam air.

BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1

Alat alat
Neraca Digital

: digunakan untuk menimbang bahan yang akan digunakan.

Labu ukur 100 mL


Kaca arloji

: digunakan untuk mencampur bahan kimia

: digunakan untuk menimbang bahan-bahan kimia

: digunakan untuk mengambil bahan-bahan kimia dalam


padatan.
3.1.2
1.
2.

Bahan bahan
Zat murni yang sudah diketahui kemurniannya, yaitu KI, Pb(NO3)2, dan HCl.
Aquadest

3.2 Cara Kerja

bentuk

1. Dihitung zat murni (dalam satuan gram) yang akan dibuat larutan standar dengan
konsentrasi x Normalitas.
2. Dimasukkan zat murni (dalam satuan gram) yang telah ditimbang ke dalam labu ukur.
3. Ditambahkan aquades ke dalam labu ukur sampai volume tepat (garis batas).
4. Dicampurkan larutan sampai tercampur sempurna.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil
1. Untuk larutan Kalium Iodida (KI) 0,2 N dibutuhkan 1,668 gram dalam larutan 50 mL aquades.
2. Untuk larutan Timbal Nitrat atau Pb(NO3)2 0,2 N dibutuhkan 1,664 gram dan 50 mL aquades.
3. Untuk larutan Asam Klorida (HCl) 0,1 N dengan persentase kemurnian 37% dan volume 50 mL,
dibutuhkan dalam 0,44 mL aquades.

5.2

Pembahasan
Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi massa
jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya.
Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang
berbeda.
Pada padatan tidak menggunakan massa jenis, sedangkan pada cairan memerlukan massa
jenis, yaitu dengan rumus :
= m/v
Percobaan pembuatan larutan standar ini sangat berperan penting dalam proses analisa
volumetrik yang merupakan analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu zat yang dianalisis

dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan reaksi zat
yang dianalisis berlangsung secara kuantitatif. Maka dari itu, sebelum kita membuat larutan
standar, terlebih dahulu kita menghitung massa zat (gram) dengan menggunakan konsentrasi X
normalitas.
Zat murni (gram) = X Normalitas x BM
Seperti pada praktikum yang telah kami lakukan, terlebih dahulu menghitung zat murni
larutan Kalium Iodida (KI), larutan Pb(NO 3)2, dan larutan asam Klorida (HCl), sebelum
membuat larutan standarnya.
1.

Larutan Kalium Iodida (KI), dimana diketahui normalitasnya 0,2 N, persentase kemurniannya
99,5%, serta volumenya 0,05 liter. Nah, terlebih dahulu kita menghitung zat kemurniannya
(gram) agar kita mudah untuk membuat larutan standarnya (karena Kalium Iodida merupakan
padatan). Cara menghitung zat murninya (gram), yaitu :
BM KI = Ar K + Ar I = 166,01
KI (gram) = 0,2 N x 166,01 x 100% x 0,05 L = 1,668 gram
1 x 99,5%

2.

Karena Pb(NO3)2 juga merupakan padatan, maka kita harus menghitung zat murninya (gram),
sebelum membuat larutannya. Dimana telah diketahui normalitas 0,2 N, persentase kemurnian
99,5% dan volumenya 0,05 Liter. Maka rumus yang digunakan sama seperti diatas yaitu dengan
konsentrasi x normalitas.
BM Pb(NO3)2 = Ar Pb + 2Ar N + 2Ar O = 331,21
Pb(NO3)2 (gram) = 0,2 N x 331,21 x 100% x 0,05 L = 1,664 gram
2 x 99,5%

3. Larutan HCl, berhubung karena HCl merupakan cairan, dan kita diminta untuk mengubahnya ke
dalam gram dengan menggunakan larutan HCl dihitung dengan konsentrasi X Normalitas.
Seperti pada percobaan, diketahui 0,1 N, persentase kemurnian 37%, dan volumenya 50 mL
karena HCl merupakan cairan, jadi kita menggunakan mL bukan liter.
BM HCl = Ar H + Ar Cl = 36
HCl (gram) = 0,1 N x 1,19 x 100% x 50 mL = 0,44 mL
36 x 1 x 37%
Ketiga larutan diatas hanya merupakan beberapa contoh dan itu merupakan percobaan
yang telah kami uji.

Setelah kita memperoleh zat murninya (gram) maka barulah kita boleh membuat larutan
standarnya. Yaitu dengan memasukkan HCl, Kalium Iodida (KI) dan Pb(NO 3)2 yang telah
ditimbang sesuai dengan yang kita hitung tadi ke dalam labu ukur. Kemudian menambahkan
aquadest ke dalam labu ukur sampai pada volume tepat (garis tepat). Lalu larutan tersebut
dikocok hingga tercampur sempurna. Maka terbentuk suatu larutan standar.

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang diperoleh
yaitu :
1. Untuk membuat larutan standar,maka terlebih dahulu kita menghitung zat murninya, misalnya
dengan menggunakan konsentrasi x normalitas.
2.

Berhubung karena Kalium Iodida dan Pb(NO 3)2 pada percobaan ini berbentuk padatan maka
volume air yang digunakan dalam rumus konsentrasi x normalitas ialah 0,05 L, dengan
rumusnya :
zat murni (gram) = X normalitas x

BM x 100 %

x volume

valensi x puerity
3. Sedangkan larutan HCl menggunakan rumus Normalitas dan massa jenis, serta membutuhkan 50
mL. Dengan rumus :
zat murni = normalitas x x 100 %

x volume

BM x Valensi x Puerity
4.

Untuk membuat larutan standar KI 0,2 N dengan kemurnian 99,5% dan volume 50 mL
dibutuhkan 1,668 gram padatan KI di dalam aquades.

5. Untuk membuat larutan standar Pb(NO 3)2 dengan normalitas 0,2 N dan kemurnian 99,5% serta
volume 50 mL maka dibutuhkan 1,664 gram padatan Pb(NO3)2 di dalam aquades.
6.

Untuk membuat larutan standar HCl 0,1 N dengan volume 50 mL, dan kemurnian 37%
dibutuhkan 0,44 mL di dalam aquades.

DAFTAR PUSTAKA

Hiskia Achmad, Kimia larutan, Bandung : PT. Citra Aditia Bakti, 1996.
Mulyono HAM, Membuat Reagen Kimia, Jakarta : Bumi Aksara, 2006.
Ratna, dkk.2013.Konsentrasi Larutan.
S.M. Kophar. Konsep Dasar Kimia Analitik, Jakarta-UI-press,2008

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Ketika mempelajari kimia dikenal adanya larutan. Larutan pada dasarnya adalah
fase yang homogen yang mengandung lebih dari satu komponen. Komponen yang
terdapat dalam jumlah besar disebut pelarut atau solvent. Sedangkan komponen
dalam jumlah sedikit disebut zat terlarut atau solute. Konsentrasi dalam suatu
larutan didefinisikan sebagai jumlah solute yang ada dalam sejumlah larutan atau
pelarut. Konsentrasi dapat dinyatakan dalam beberapa cara. Antara lain molaritas,
molalitas, normalitas dan sebagainya.
Dalam ilmu kimia, pengertian larutan ini sangat penting. Karena hampir semua
reaksi kimia terjadi dalam bentuk larutan. Larutan didefinisikan sebagai campuran
homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi dengan baik sebagai molekul,
atom

maupun

ion

yang

komposisinya

dapat

berpariasi.

Contohnya

dalam

pembuatan larutan H2SO4 dengan konsentrasi yang lebih rendah. Maka larutan
H2SO4 pekat dilarutkan dengan H2O sehingga larutan H2SO4 menjadi lebih encer.
Dalam praktikum ini diharapkan kita dapat mengetahui bagaimana kita
membuat larutan dengan konsentrasi sesuai yang diperluakan.
1.2.

Tujuan Percobaan
Mengetahui cara pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu;
Mengetahui cara pembuatan larutan dari zat cair;
Mengetahui cara pembuatan larutan dari zat padat.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Larutan
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat
yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat
berpariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan, atau padatan. Larutan encer adalah
larutan yang mengandung sebagian kecil solute, relative terhadap jumlah pelarut.
Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute.
Solute adalah zat terlarut. Sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam mana
solute terlarut (Baroroh, 2004).
Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air (H2O), selain air
yang berfungsi sebagai pelarut adalah alcohol, amoniak, kloroform, benzena,
minyak, asam asetat, akan tetapi kalau menggunakan air biasanya tidak disebutkan
(Gunawan, 2004).
Larutan gas dibuat dengan mencampurkan suatu gas dengan gas lainnya.
Karena semua gas bercampur dalam semua perbandingan, maka setiap campuran
gas adalah homogen ia merupakan larutan.
Larutan cairan dibuat dengan melarutkan gas, cairan atau padatan dalam suatu
cairan. Jika sebagian cairan adlah air, maka larutan disebut larutan berair.
Larutan

padatan

adalah

padatan-padatan

dalam

mana

satu

komponen

terdistribusi tak beraturan pada atom atau molekul dari komponen lainnya (Syukri,
1999).
Suatu larutan dengan jumlah maksimum zat terlarutpadatemperatur tertentu
disebut larutan jenuh. Sebelum mencapai titik jenuh larutan tidak jenuh.

Kadang-kadang dijumpai suatu keadaan dengan


lebih

banyak

daripada

zat

terlarut

yang

zat terlarut dalam larutan

seharusnya

dapat

melarut

pada

temperature tersebut. Larutan yang demikian disebut larutan lewat jenuh.


Banyaknya zat terlarut yang dapat menghasilkan larutan jenuh, daalam jumlah
tertentu pelarut pada temperatur konstan disebut kelarutan. Kelarutan suatu zat
bergantung pada sifat zat itu, molekul pelarut, temperature dan tekanan. Meskipun
larutan dapat mengandung banyak komponen, tetapi pada tinjauan ini hanya
dibahas larutan yang mengandung dua komponen. Yaitu larutan biner. Komponen
dari larutan biner yaitu pelarut dan zat terlarut.
Contoh larutan biner
Zat terlarut

Pelarut

Gas

Gas

Contoh
Udara,

semua

campuran

gas
Gas

Cair

Karbondioksida dalam air

Gas

Padat

Cair

Cair

Cair

Padat

Raksa dalam tembaga

Padat

Padat

Perak dalam platina

Padat

Cair

Hydrogen dalam platina


Alcohol dalam air

Garam dalam air

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu temperatur, sifat pelarut,


efek ion sejenis, efek ion berlainan, pH, hidrolisis, pengaruh kompleks dan lain-lain
(Khopkar, 2003).
2.2. Konsentrasi Larutan
Untuk

menyatakan

komposisi

larutan

secara

kuantitatif

digunakan

konsentrasi. Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap


satuan larutan atau pelarut, dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat
terlarut dalam sejumlah volume (berat , mol) tertentu dari pelarut. Berdasarkan hal
ini muncul satuan-satuan konsentrasi, yaitu fraksi mol, molaritas, molalitas,

normalitas, ppm serta ditambah dengan persen massa dan persen volume (Baroroh,
2004).
Satuan konsentrasi
Lambang

Nama

Definisi

Satuan Fisika
% w/w

Persen berat

% v/v

Persen volume

% w/v

Persen berat volume

ppm

Parts per million

ppb

Parts per billion

Satuan kimia
X

Fraksi mol

Formal

Molal

Normal

m Eq

Mili ekuivalen

Osm

Osmolar

(hiskia Achmad, 2001)

Molar

Seper seribu mol larutan

1.

Fraksi mol adalah perbandingan dari jumlah mol dari suatu komponen dengan
jumlah total mol dalam larutan. Contoh, dalam larutan yang mengandung 1 mol
alkohol dan 3 mol air, maka fraksi mol alkohol adalah dan air (syukri, 1999).
Jumlah kedua fraksimol (fraksi mol zat terlarut + fraksi mol pelarut) sama dengan 1

2.

(Hoskia Achmad, 2007).


Molaritas dari solute adalah jumlah mol solute perliter larutan dan biasanya
dinyatakan dengan huruf besar M. larutan 6,0 molar HCl ditulis 6,0 M, bararti bahwa
larutan dibuat dengan menambahkan 6,0 mol HCl pada air yang cukup dan

3.

kemudian volume larutan dibuat menjadi satu liter.


Molalitas dari suatu solute adalah jumlah mol solute per satu kilogram solvent.
Molalitas biasanya ditulis dengan hurup kecil m. Tulisan 6,0 m HCl dibaca 6,0 molal,
dan menyatakan suatu larutan yang dibuat dengan menambahkan 6,0 mol HCl

4.

pada satu kilogram air.


Normalitas dari suatu solute adalah jumlah gram ekuivalen solute per liter larutan.
Biasanya ditulis dengan huruf besar N. Tulisan 0,25 N KMnO 4 dibaca 0,25 normal,
dan menyatakan larutan yang mengandung 0,25 gram ekuifalen dari kalium

permanganat per liter larutan.


5. Persen dari solute dapat dinyatakan sebagai persen berat atau persen volume.
Sebagai contoh, 3% berat H2O2 adalah 3 gram H2O2 tiap 100 gram larutan.
Sedangkan 12% volulme adlah suatu larutan yang dibuat dari 12 ml alkohol dan
solvent ditambahkan hingga volume menjadi 100 ml (syukri, 1999).

2.3. Suspensi
Suspensi adalah campuran heterogen yang terdiri dari partikel-partikel kecil
padat atau cair yang terdispersi dalam zat cair atau gas.
2.4. Koloid
Koloid adalah campuran heterogen antara dua dua zat atau lebih dimana
partikel-partikel zat berukuran koloid (1-100 nm) tersebar merata dalam zat lain.
2.5.
2.5.1.
-

Ciri-ciri larutan, suspensi dan koloid


Larutan (dispersi molekul)
1 fase
Jernih
Homogen
Diameter partikel : < 1 nm

2.5.2.
2.5.3.
-

Tidak dapat disaring


Tidak memisah jika didiamkan
Suspensi (dispersi kasar)
2 fase
Keruh
Heterogen
Diameter partikel : > 100 nm
Dapat disaring dengan kertas saring
Memisah jika dididamkan
Koloid (dispersi koloid)
2 fase
Keruh
Antara homogen dan heterogen
Diameter partikel : 1 nm < d > 100 nm
Tidak dapat disaring dengan kertas saring biasa melainkan penyaring ultra
Tidak memisah jika didiamkan

BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN


3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat-alat
Neraca analitik
Labu takar 250 ml
Gelas kimia 100 ml
Labu takar 100ml
Batang pengaduk
Pipet tetes
Corong kaca
Gelas ukur
Botol kratingdaeng
3.1.2. Bahan-bahan
H2SO4 1 M
BaCl2 (padatan)
Akuades
Alumunium foil
3.2. Prosedur percobaan
3.2.1. Pengenceran
Pembuatan larutan H2SO4 0,5 M
Dihitung volume H2SO4 1 M yang dibutuhkan untuk membuat larutan H 2SO4 0,5 M
Diambil H2SO4 sesuai perhitungan
Dilarutkan dengan akuades dalam labu takar 100 ml
Dikocok

3.2.2.
-

Pelarutan
Pembuatan larutan BaCl2 0,1 M
Dihitung gr BaCl2 yang diperlukan untuk membuat larutan BaCl 2 0,1 M
Ditimbang BaCl2 sesuai dengan perhitungan menggunakan alumunium foil dengan

menggunakan alat ukur neraca analitik


Dimasukkan BaCl2 yang telah ditimbang kedalam gelas kimia 100 ml dan kemudia

ditambahkan akuades secukupnya kemudian diaduk hingga BaCl 2 larut


BaCl2 yang telah larut dimasukkan ke dalam labu takar 250 ml, kemudian
ditambahkan akuades hingga volume larutan menjadi 250 ml

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil Pengamatan
No
1

Perlakuan

Pengamatan

Pembuatan larutan H2SO4 0,5 M


Dihitung volume H2SO4 0,1 M

V = 50 ml

Diambil H2SO4
Dilarutkan

dengan

akuades

dalam

labutakar 100 ml
Dikocok
2

Larutan H2SO4 menjadi 0,5 M


Larutan bening
Larutan homogen

Pembuatan larutan BaCl2 0,1 M


Dihitung gram BaCl2

gr = 5,2 gram

Dimasukkan BaCl2 ke dalam gelas kimia


100 ml
Ditambahkan akuades secukupnya

BaCl2 menjadi larut

Diaduk

Larutan BaCl2 menjadi 0,1 M

Dimasukkan BaCl2 yang telah larut ke

Larutan bening

dalam labu takar 250 ml


Dikocok

4.2. Reaksi
1. NaCl(s) + H2O(l) Na+ + Cl- +H2O
2. H2SO4 + H2O HSO4- + H+ + H2O
HSO4- +H2O SO42- + H+ + H2O
3. BaCl2(s) + H2O(l) Ba2+ + 2Cl- + H2O
4. NaOH(s) + H2O(l) Na+ + OH- + H2O
4.3. Perhitungan
4.3.1. Pembuatan larutan H2SO4 0,5 M
M1 = 1 M
M2 = 0,5 M
V2 = 100 ml
V1 = ..?

4.3.2.

Pembuatan larutan BaCl2 0,1 M


M = 0,1 M
V = 250 ml
gr BaCl2 = .?

4.4.Pembahasan

Larutan homogen

Pada praktikum kali ini, terdapat dua percobaan. Percobaan yang dilakukan
adalah

pembuatan

larutan.

Percobaan

pertama

adalah

pembuatan

dengan

berdasarkan konsentrasi tertentu dari campuran zat cair dengan zat cair, dimana
digunakan H2SO4 sebagai zat terlarut dan akuades sebagai pelarut. Dan percobaan
kedua adalah pembuatan larutan dari campuran zat padat dari zat cair, dimana zat
padat yang digunakan adalah BaCl2 juga sebagai zat terlarut dan zat cair sekaligus
pelarut adalah akuades. Yang dimaksud dengan campuran adalah komponen yang
tersusun dari dua zat atau lebih yang berada dalam satu wadah. Campuran sendiri
dibagi menjadi dua yaitu campuran homogen dan campuran heterogen. Campuran
homogen adalah campuran yang pembatas antara zat pembentuknya tidak tampak
dan partikel-partikel zat pembentuknya tersebar merata ke seluruh bagian.
Sedangkan campuran heterogen adalah campuran dari beberapa zat yang tidak
dapat bercampur secara sempurna dan masih dapat dilihat sifat-sifat zat
pembentuknya. Campuran juga dibagi menjadi larutan, suspensi dan koloid. Larutan
adalah campuran homogen antara pelarut dan zat terlarut, dimana zat terlarut
disebut fasa terdispersi dan pelarut disebut fase pendispersi. Suspensi adalah
campuran heterogen yang terdiri dari partikel-partikel kecil padat atau cair yang
terdispersi dalam zat cair atau gas. Dan koloid adalah campuran heterogen antara
dua zat atau lebih dimana partikel berukuran koloid (1 100 nm) tersebar merata
dalam zat lain. Perbedaan antara larutan, suspensi dan koloid adalah ketampakkan
partikel zat terkarut. Dimana pada larutan partikel zat terlarut tidak tampak, pada
suspensi tampak dan pada koloid tampak apabila menggunakan mikroskop ultra
dan tidak tampak apabila dari kasat mata.
Untuk menyatakan konsentrasi suatu larutan, dapat digunakan berbagai cara:
1.

Fraksi mol : Perbandingan antara jumlah mol dari suatu komponen dengan jumlah
total mol dalam larutan

2.

Molaritas : jumlah mol zat terlarut perliter larutan

3.

Molalitas : jumlah mol zat terlarut per sati kilogram pelarut

4.

Normalitas : Jumlah gram ekuifalen solute per liter larutan

5.

Persen berat : Jumlah massa zat terlarut dibagi jumlah larutan dikali 100%

6.

Persen volume : persen dari volume zat terlarut dalam dalam suatu volume
larutan

7.

Persen berat volume : menyatakan massa zat terlarut dalam suatu volume larutan

8.

Part per million : menyatakan satu milligram zat terlarut dalam satu liter larutan

9.

Part per billion : menyatakan satu microgram zat terlarut dalam satu liter larutan

Pada

percobaan

pertama

dilakukan

pengenceran

larutan.

Pengenceran

merupakan perlakuan untuk mendapatkan konsentrasi larutan yang lebih rendah


dari yang sebelumnya. Percobaan ini menggunakan H2SO4 sebagai larutan yang
akan diencerkan sekaligus merupakan zat terlarut dan menggunakan akuades
sebagai pelarut. Percobaan ini dilakukan untuk mendapatkan H 2SO4 0,5 M sebanyak

100 ml dari H2SO4 1 M. berdasarkan perhitungan volume H 2SO4 yang dibutuhkan


adalah 50 ml. Kemudian 50 ml H2SO4 dimasukkan kedalam labu takar 100 ml dan
ditambahkan akuades hingga larutan menjadi 100 ml. Fungsi penambahan akuades
adalah untuk menurunkan konsentrasi dari H2SO4. Setelah ditambahkan, labu takar
dikocok agar larutan menjadi homogen dan didapatkan larutan H 2SO4 0,5 M
sebanyak 100 ml. Faktor kesalahan dari praktikum ini adalah ketika pengukuran
volume larutan tidak pas pada meniskus bawah.
Pada percobaan kedua adalah dilakukan pelarutan zat padat pada zat cair untuk
mendapatkan konsentrasi larutan dengan nilai tertentu. Pada percobaan ini
menggunakan padatan BaCl2 sebagai zat yang akan dilarutkan. Dan menggunakan
akuades sebagai pelarut. Percobaan ini dilakukan untuk mendapatkan larutan BaCl 2
0,1 M 250 ml. Berdasarkan perhitungan, massa BaCl 2 yang dibutuhkan adalah 5,2
gr.

Kemudian

BaCl2

ditimbang

menggunakan

neraca

analitik.

Pada

saat

penimbangan tidak digunakan gelas kimia sebagai wadah, melainkan alumunium


foil. Hal ini dilakukan karna Gekas kimia terlalu berat, sedangkan alumunium foil
lebih ringan sehingga bisa didapatkan hasil yang lebih akurat. Setelah ditimbang,
BaCl2

yang

masih

berupa

padatan

dimasukkan

kedalam

gelas

kimia

dan

ditambahkan akuades secukupnya lalu diaduk agar BaCl 2 dapat larut dalam
akuades. Kemudian BaCl2 yang sudah larutdimasukkan kedalam labu takar 250 ml
dan ditambahkan akuades hingga larutan menjadi 250 ml, kemudian diaduk agar
larutan menjadi homogen dan didapatkan larutan BaCl 2 0,1 M sebanyak 250 ml.
Faktor kesalahan pada peercobaan ini adalah pengukuran menggunakan neraca
analitik yang kurang tepat dan pengukuran volume larutan yang kurang pas pada
meniscus bawah.

BAB 5 PENUTUP
5.1. Kesimpulan

Untuk membuat larutan dengan zat cair digunakan metode pengenceran. Metode
ini dilakukan untuk mendapatkan larutan dengan kond=sentrasi yang lebih rendah.
Contohnya pada percobaan ini adalah pada larutan H2SO4 1 M dibuat menjadi 0,5
M dengan penambahan H2O

Untuk membuat larutan dari zat padat dilakukan dengan cara menimbang zat
sesuai yang drperlukan kemudian dilarukan dengan H2O hingga homogen kemudian
ditambahkan H2O sehingga konsentrasinya sesuai yang diperlukan.

5.2. Saran
Ketika mengukur volume larutan, pada saat cairan hampir mendekati titik
batas ukur, sebaiknya kita menambahkan larutan yang kita buat menggunakan
pipet tetes sehingga didapat larutan yang memiliki volume yang lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia. 2001. Kimia Larutan. Citra Aditya Bakti : Bandung
Baroroh, Umi L.U. 2004. Diktat Kimia Dasar 1. Universitas Lambung Mangkurat :
Banjar Baru
Gunawan, Adi dan Roeswati. 2004. Tangkas Kimia. Kartika : Surabaya
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitasn Indonesia :
Jakarta

PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN


I.

TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan ini adalah praktikan diharapkan dapat membuat larutan dengan
konsentrasi tertentu, mengencerkan larutan dan menentukan konsentrasi larutan yang telah
dibuat.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Larutan

Larutan yang menggunakan air sebagai pelarut dinamakan larutan dalam air atau aqueous.
Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah banyak dinamakan larutan pekat. Jika
jumlah zat terlalu sedikit, larutan dinamakan larutan encer. Larutan adalah campuaran yang
homogen dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit disebut zat terlarut (solute),
sedangkan yang jumlahnya lebih banyak disebut pelarut (Chang,2003).
Komposisi dan sifat fase suatu larutan berbeda dengan air murni. Larutan merupakan
campuran yang terdiri dari dua bahan. Larutan terbagi menjadi larutan homogen dan larutan
heterogen. Larutan homogen mempunyai sifat-sifat yang sama diseluruh cairan, sedangkan
larutan heterogen merupakan campuran dua fase dan memiliki sifat-sifat yang tidak seragam
(Achmadi, 2004).
Larutan adalah campuran molekul (atom atau ion dalam bneberapa hal), biasanya molekulmolekul pelarut agak berjauhan dalam larutan dibanding dalam pelarut murni. Sehingga
pembentukan larutan dapat dibuat sebagai suatu proses hipotesis berikut: pertama, jarak antara
molekul-molekul meningkat menjadi jarak rata-rata yang ditampilkan dalam larutan. Tahap ini
memerlukan penyerapan energi untuk melampaui gaya-gaya intermolekul kohesi. Tahap ini
disertai dengan peningkatan entalpi, reaksinya adalah endoterm. Dalam tahap endoterm kedua,
pemisahan yang sama terhadap molekul-molekul terlarut terjadi. Tahap ketiga dan terakhir
adalah membiarkan molekul-molekul pelarut dan terlarut untuk bercampur. Gaya tarik
intermolekul diantara molekul tak sejenis menyebabkan pelepasan energi, entalpi menurun dalam
tahap ini (Achmadi,2004).
Larutan terbentuk melalui pencampuran dua atau lebih zat murni yang molekulnya
berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Perubahan gaya antarmolekul yang dialami oleh
molekul dalam bergerak dari zat terlarut murni atau pelarut ke keadaan tercampur mempengaruhi
baik kemudahan pembentukan maupun kestabilan larutan. Larutan dapat berada dalam
kestimbangan fasa dengan gas, padatan, atau cairan lain (Oxtoby,2001).
Untuk menentukan sifat pelarut suatu senyawa dapat diketahui dari perubahan temperatur
air sebelum dan sesudah. Bila temperaturnya naik, pelarut tersebut bersifat eksoterm. Sedangkan
jika temperaturnya turun, maka pelarutnya bersifat endoterm (Schaum,1998).
Unsur terpenting yang menentukan keadaan bahan dalam larutan adalah pelarut.
Komponen yang jumlahnya lebih sedikit dinamakan zat terlarut. Larutan yang menggunakan air
sebagai pelarut dinamakan larutan dalam air atau aqueous. Larutan yang mengandung zat terlarut
dalam jumlah banyak dinamakan larutan pekat. Jika jumlah zat terlarut sedikit, larutan tersebut
dinamakan larutan encer. Istilah larutan biasanya mengandung arti pelarut cair dengan cairan,

padatan, atau gas sebagai zat terlarut. Larutan dapat pula berbentuk padat dan gas. Karena
molekul-molekul gas terpisah jauh, molekul-molekul dalam campuran gas berbaur secara acak,
semua campuran gas adalah larutan (Achmadi,2004).
Dalam larutan padat, pelarutnya adalah zat padat. Kemampuan membentuk larutan padat
sering terdapat pada logam dan larutan padat ini dinamakan alloy. Dalam larutan padat tertentu,
atom terlarut menggantikan beberapa atom pelarut dalam kisi kristal. Larutan ini dinamakan
larutan substitusional, yang ukuran atom pelarut dan terlarutnya kira-kira sama. Dalam larutan
padat lain atom terlarut dapat mengisi kisi atau lubang dalam kisi-kisi pelarut. Pembentukan
larutan padat interstisial terjadi apabila atom terlarut cukup kecil untuk memasuki lubang-lubang
diantara atom-atom pelarut (Achmadi,2004).

2.2

Konsentrasi Larutan
Konsentrasi larutan merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara zat
terlarut dan pelarut. Konsentrasi merupakan jumlah zat tiap satuan volume (besaran intensif),
larutan encer berupa julah zat terlarut sangat sedikit, dan larutan pekat adalah jumlah zat terlarut
sangat banyak. Cara menyatakan konsentrasi antara lain bisa dengan molar, molal, persen, fraksi
mol, bagian persejuta (ppm), dan lain-lain. Untuk bagian persejuta (ppm) adalah massa
komponen larutan (g) per 1 juta gram larutan. Untuk pelarut air, 1 ppm setara dengan 1 mg/liter,
sedangkan persen berat, menyatakan jumlah gram berat zat terlarut dalam larutan 100 gram
(Ratna,2009).
Konsentrasi larutan menyatakan kuantitas zat terlarut dalam kuantitas pelarut/larutan.
Sehingga setiap sistem konsentrasi harus menyatakan satuan yang digunakan untuk zat terlarut,
kuantitas kedua dapat berupa pelarut atau larutan keseluruhan, dan satuan yang digunakan untuk
kuantitas kedua. Satuan konsentrasi yang kuantitas terlarut dan larutannya diukur berdasarkan
massa dinamakan persen massa/massa. Satuan konsentrasi yang kuantitasnya dinyatakan dalam
satuan volume disebut persen volume/volume. Masih ada kemungkinan lain yaitu campuran
satuan massa dan volume. Misalnya jika zat terlarut diukur berdasarkan massa dan kuantitas
larutan berdasarkan volume, dapat digunakan istilah persen massa/volume. Jika konsentrasi

larutan diberikan berdasarkan persen tanpa penjelasan lebih lanjut mengenai massa/massa,
volume/volume, massa/volume, maka yang dimaksud adalah persen massa (Achmadi,2004).
Pada konsentrasi molar (Molaritas), dicatat bahwa:
1. Stoikiometri reaksi kimia didasarkan pada jumlah nisbi atom, ion, atau molekul yang bereaksi.
2. Banyak reaksi kimia yang dilakukan dalam larutan. Karena alasan ini konsentrasi dinyatakan
berdasarkan jumlah partikel terlarut, atau konsentrasi molar (Achmadi,2004).
Konsentrasi dari suatu larutan menunjukkan berapa banyak jumlah suatu zat terlarut
dalam larutan tersebut. Nilai dari konsentrasi suatu larutan dapat dinyatakan dalam beberapa
satuan, antara lain: molaritas, normalitas, persen berat, persen volume, fraksi mol, bagian per
sejuta (ppm). Molaritas menyatakan banyaknya jumlah mol suatu zat terlarut per liter satuan,
sedangkan normalitas menyatakan jumlah ekuivalen zat terlarut yang ada dalam setiap liter
larutan. Persen berat menyatakan banyaknya zat terlarut (dalam satuan gram). Molaritas,
normalitas, persen berat, persen volume dapat dinyatakan seperti:
1. Molaritas
Pada peristiwa pengenceran jumlah mol zat terlarut tetap sehingga berlaku rumus:
V1 . M1 = V2 . M2
Keterangan:
V1 = Volume sebelum pengenceran
V2 = Volume setelah pengenceran
M1 = Molaritas sebelum pengenceran
M2 = Molaritas setelah pengenceran
2. Normalitas
Pada normalitas berlaku rumus:
N1 . V1 = N2 . V2
3. Persen Volume
Persen volume menyatakan jumlah liter zat terlarut dalam 100 liter larutan.
4. Persen Berat
Persen berat menyatakan gram zat terlarut dalam 100 gram larutan (Keenan,1991).
Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara
menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa
kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat

terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam
sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan
ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan
air mendadak mendidih dan meenyebabkan asam sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya,
percikan asam sulfat ini merusak kulit (Brady,1999).
2.3

Titrasi
Titrasi adalah cara yang memungkinkan kita untuk mengukur jumlah yang pasti dari suatu
larutan dengan mereaksikan suatu larutan lain yang konsentrasinya diketahui. Analitis semacam
ini yang menggunakan pengukuran volume larutan pereaksi disebut analitis volumetri
(Petrucci,1987).
Titrasi merupakan penambahan secara cermat volume larutan yang mengandung zat yang
konsentrasinya diketahui, yang akan mengakibatkan reaksi antara keduanya secara kuantitatif.
Selesainya reaksi yaitu pada titik akhir ditandai dengan semacam perubahan fisis, misalnya
warna campuran reaksi yang tidak berwarna dengan menambahkan zat yang disebut indikator,
yang mengubah warna pada titik akhir. Indikator adalah zat warna yang perubahan warnanya
tampak jelas dalam rentang pH yang sempit (Oxtoby,2001).
Salah satu reaksi yang sering digunakan dalam titrasi adalah netralisasi asam-basa.
Biasanya, sebagai larutan asam diletakkan pada erlemeyer atau gelas kimia. Indikator adalah
suatu zat yang mempunyai warna yang berlainan dalam keadaan asam dan basa. Misalnya,
lakmus dalam suasana asam akan berwarna merah, sedangkan dalam keadaan basa warnanya
biru. Indikator lain yang biasa juga digunakan adalan phenophtalein, yang dalam suasana asam

tidak berwarna dan dalam keadaan basa berwarna merah muda (Brady,1999).
Agar titrasi dapat berlangsung dengan baik, yang harus diperhatikan adalah :
1. Interaksi antara penitrasi dan zat yang ditentukan harus berlangsung secara stoikiometri, artinya
sesuai dengan ketetapan yang dicapai dengan peralatan yang lazim digunakan dalam titrimetri.
Reaksi harus sempurna sekurang-kurangnya 99,9% pada titik kesetaraan.
2. Laju reaksi harus cukup tinggi agar titrasi berlangsung dengan cepat.
Titrasi dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Berdasarkan reaksi
Titrasi asam basa
Titrasi oksidasi reduksi
Titrasi pengendapan
Titrasi kompleksometri
2. Berdasarkan titran (larutan standar) yang dipakai


3.

4.

5.

2.4

Titrasi asidimetri
Campuran penetapan akhir
Cara visual dengan indikator
Cara elektromagnetik
Berdasarkan konsentrasi
Makro
Semimikro
Mikro
Berdasarkan teknik pelaksanaan
Titrasi langsung
Titrasi plank
Titrasi tidak langsung (Keenan,1999)
Sifat Larutan
Penambahan solute menurunkam tendensi lepasnya molekul-molekul solven hingga
penurunan titik beku akan terjadi pengurangan takanan uap, paling tidak larutan yang encer
adalah berbanding langsung dengan kosentrasi dari partikel-partikel solute yang ditambahkan
(Sastrohamidjojo,2005)
Kelarutan yang besar terjadi bila molekul-molekul solute mempunyai keasaaman dalam
struktur dan sifat sifat kelistrikan dengan molekul-molekul solven. Bila ada keasaman, maka
gaya-gaya tarik yang terjadi antara solute-solven adalah kuat, begitu juga sebaliknya. Secara
umum, padatan ionik mempunyai kelarutan yang lebih tinggidalam solven polar dari pada dalam
solven nonpolar (Sastrohamidjojo,2001).

III.
A.

ALAT DAN BAHAN


Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas piala, gelas ukur, pipet tetes,
pipet ukur, pipet gondok, labu takar, buret.

B.

Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah: asam klorida pekat, larutan
natrium hidroksida 0,1M, pelet natrium hidroksida, larutan asam klorida 0,1 M, indikator metil
merah, indikator phenophtalein, indikator metil orange, akuades.

IV.

PROSEDUR KERJA
A.

Pembuatan dan Pengenceran Larutan HCl

1. Gelas ukur kosong ditimbang dan dicatat beratnya.


2. Larutan asam klorida pekat diambil sebanyak 4,15 mL dengan menggunakan gelas ukur yang
telah ditimbang dan pipet tetes. Dilakukan dalam lemari asam.
3. Ditimbang labu akar 100 mL yang kosong, dicatat beratnya. Labu takar tersebut diisi dengan
sekitar 20-25 mL akuades.
4. Perlahan-lahan asam klorida pekat yang telah diambil dimasukkan ke dalam labu takar.
Dilakukan dalam lemari asam.
5. Akuades ditambahkan ke dalam labu takar hingga tanda batas. Labu takar ditutup dan dilakukan
pengocokan hingga larutan homogen. Labu takar yang telah berisi larutan ditimbang beratnya,
dan disebut Larutan A (Larutan HCl).
6. Dengan menggunakan pipet gondok atau pipet ukur, dipindahkan 20 mL larutan asam klorida
yang telah dibuat (Larutan A) ke dalam labu takar 100 mL yang baru.
7. Akuades ditambahkan ke dalam labu takar hingga tanda batas. Larutan HCl yang telah
diencerkan ini disebut sebagai larutan B.
B.

Penentuan Konsentrasi Larutan Asam Klorida melalui Titrasi

a. Titrasi dengan Indikator Metil Merah


1. Sebelum digunakan, buret dibilas dengan akuades kemudian dibilas kembali dengan larutan
NaOH yang akan digunakan.
2. Buret diisi dengan larutan natrium hidroksida.
3. Larutan natrium hidroksida dalam buret dicatat volume awalnya dengan membaca skala pada
meniskus bawah larutan.
4. Dipindahkan 10 mL larutan asam klorida encer (Larutan B) ke dalam erlenmeyer dengan
menggunakan pipet gondok atau pipet ukur.
5. Indikator metil merah ditambahkan ke dalam larutan tersebut.
6. Larutan dalam erlenmeyer dititrasi dengan larutan natrium hidroksida di dalam buret, dan jika
terjadi perubahan warna yang konstan titrasi dihentikan.
7. NaOH yang diperlukan untuk titrasi dihitung volume dari selisih volume awal dan volume akhir
NaOH dalam buret.
8. Titrasi dilakukan sebanyak 2 kali.
b. Titrasi dengan Indikator Fhenofhtalein
1. Dilakukan kembali prosedur titrasi terhadap 10 mL larutan asam klorida encer (Larutan B)
dengan larutan NaOH 0,1 M, digunakan indikator phenophtalein.
2. Dibandingkan hasil yang diperoleh antara perlakuan dengan menggunakan indikator metil merah
dan menggunakan phenophtalein sebagai indikator.
C.

Pembuatan Larutan Natrium Hidroksida

1. Ditimbang secara teliti 0,4 gram butiran natrium hidroksida menggunakan kaca arlogi dan
neraca analitik.
2. Dipindahkan segera butiran natrium hidroksida dari gelas arlogi ke dalam gelas beker yang telah
berisi 20-25 mL akuades hangat, begitu penmbangan selesai dilakukan.
3. Diaduk dengan pengaduk kaca hingga seluruh natrium hidroksida larut sempurna.
4. Dipindahkan larutan dari gelas beker ke dalam labu takar 50 mL.
5. Ditambahkan akuades hingga tanda batas pada labu takar,labu takar ditutup, kemudian dikocok
hingga homogen. Larutan yang diperoleh pada tahap ini disebut sebagai larutan C.
6. Dengan menggunakan pipet gondok yang sesuai, dipindahkan 25 mL larutan C ke dalam labu
takar 100 mL yang baru.
7. Ditambahkan akuades hingga tanda batas, dikocok hingga homogen. Larutan yang diperoleh
disebut sebagai Larutan D.
D.

Penentuan Konsentrasi Larutan Natrium Hidroksida melalui Titrasi


a. Titrasi NaOH dengan Larutan HCl sebagai Titran
1. Dibilas buret dengan akuades sebelum digunakan, kemudian dibilas kembali dengan larutan HCl
0,1 M yang digunakan.
2. Diisi buret dengan larutan HCL 0,1 M.
3. Dicatat volume awal larutan HCl 0,1 M dalam buret dengan membaca skala pada meniskus
4.

bawah larutan.
Dipindahkan 10 mL larutan NaOH encer (Larutan D) ke dalam erlenmeyer dengan

menggunakan pipet gondok atau pipet ukur.


5. Ditambahkan 2-3 tetes indikator metil merah ke dalam larutan tersebut.
6. Dititrasi larutan dalam erlenmeyer dengan larutan HCl 0,1 M di dalam buret hingga terjadi
perubahan warna.
7. Dihentikan titrasi, begitu terjadi perubahan warna yang konstan.
8. Dibaca volume akhir asam klorida yang tersisa dalam buret. Dihitung volume asam klorida yang
diperlukan untuk titrasi dari selisih volume awal dan volume akhir asam klorida dalam buret.
9. Dilakukan titrasi sebanyak 2 kali.
b. Titrasi Larutan HCl 0,1 M dengan larutan NaOH sebagai Titran
1. Dibilas buret dengan akuades, kemudian dibilas kembali dengan larutan NaOH yang telah di
buat (Larutan D).
2. Diisi buret dengan larutan NaOH encer (Larutan D).
3. Dipindahkan 10 mL larutan HCl 0,1 M ke dalam erlenmeyer dengan menggunakan pipet gondok
atau pipet ukur.
4. Ditambahkan 2-3 tetes indikator metil merah ke dalam larutan tersebut.

5. Dititrasi larutan dalam erlenmeyer dengan larutan NaOH encer di dalam buret hingga terjadi
6.
7.
8.
9.

perubahan warna.
Dihentikan titrasi begitu terjadi perubahan warna yang konstan.
Dihitung volume NaOH yang diperlukan untuk menitrasi larutan HCl tersebut.
Dilakukan titrasi sebanyak 2 kali.
Dibandingkan hasil yang diperoleh antara perlakuan dengan larutan HCl 0,1 M sebagai titran

dan larutan NaOH encer sebagai titrasi.


V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil dan Perhitungan
1. Hasil
a. Pembuatan dan Pengenceran Larutan Asam Klorida (HCl)
Pembuatan Larutan A
NO
1.

Percobaan
Berat gelas ukur kosong
Volume HCl pekat

Pengamatan
30,20 gram

4.

Massa jenis HCl


Konsentrasi HCl pekat

1190 gram/mL
37 % (b/b)

5.

Berat Labu takar kosong

68,91 gram

6.

Berat Labu takar berisi larutan

168,66 gram

7.

Berat Larutan

99,75 gram

2.
3.

4,15 mL

8. Volume Larutan A
Pembuat Larutan B
NO
1.

100 mL

Percobaan
Volume larutan sebelum diencerkan

2. Volume larutan setelah diencerkan


b. Penentuan Konsentrasi Asam Klorida (HCl)

Pengamatan
20 mL (diambil dari larutan
A)
100 mL (larutan B)

Titrasi Menggunakan Indikator Metil Merah


Percobaan
Titrasi I
Titrasi II
Rata-rata

Volume HCl

Volume NaOH

(mL)
10

(mL)
4,4

merah muda kuning

10
10

4,1

merah muda kuning

4,25

Perubahan Warna

Titrasi Menggunakan Indikator Fenofhtalein


Percobaan

Volume HCl

Volume NaOH

(mL)
10
10

(mL)
4,2

Titrasi I

Percobaan

2.

Massa NaOH
Mr NaOH

3.

Volume larutan

bening ungu

4,2

Rata-rata
c. Pembuatan Larutan NaOH
Pembuatan Larutan C
NO
1.

Perubahan Warna

Pengamatan
0,8 gram
40 gram/mol
100 mL (Larutan C)

Pembuatan Larutan D
NO

Percobaan

1.

Pengamatan
25 mL (diambil dari larutan

Volume larutan sebelum diencerkan

2. Volume larutan setelah diencerkan


d. Penentuan Konsentrasi Larutan NaOH
Titrasi NaOH dengan Larutan HCl sebagai Titran

C)
100 mL (larutan D)

Percobaa

Volume

Volume

HCl (mL)

NaOH (mL)

Titrasi I

10

12,3

Metil Merah

Titrasi II

10

10,3

Metil Merah

Rata-rata

10

11,3

Indikator

Perubahan Warna
bening merah
muda
bening merah
muda
-

Titrasi Larutan HCl dengan NaOH sebagai Titran


Percobaa

Volume

n
Titrasi I

HCl (mL)
10

Volume

Indikator
NaOH (mL)
9,7
Phenophtalei

Perubahan Warna
merah muda

putih

n
10

Rata-rata

11,3

2. Perhitungan
a. Penentuan Konsentrasi Larutan HCL Pekat
Diketahui : massa jenis HCl = 1,19 kg/L = 1190 gram/mL
persen berat HCl = 37% (b/b)
massa 1 L larutan pekat HCl = 1190 gram/L x 1 L = 1190 gram
massa HCl dalam 1 L larutan pekat = 37% x 1190 gram/mL
= 440,3 gram
Mr HCl pekat = 36,5 gram/mol
Ditanya : Molaritas HCl pekat (MHCl) = ......?
Jawab :
MHCl =
MHCl =
MHCl = 12,06 mol/L
b. Penentuan Konsentrasi Larutan HCl Encer (Larutan A dan Larutan B)
1. Melalui Perhitungan Pengenceran
a) Konsentrasi Larutan A
Diketahui : Molaritas HCl pekat (MHCl) = 12,06 mol/L
Volume HCl pekat (VHCl) = 4,15 mL
Volume larutan A (VA) = 100 mL
Ditanya : Molaritas larutan A (MA) =....?
Jawab :
MA . VA = MHCl . VHCl
MA . 100 mL = 12,06 mol/L . 4,15 mL
MA

= 0,5 mol/L

b) Konsentrasi Larutan B
Diketahui : Molaritas larutan A (MA) = 0,5 mol/L
Volume larutan A yang diencerkan (VA) = 20 mL
Volume larutan B (MB) = 100 mL
Ditanya : Molaritas larutan B (MB) =.....?
Jawab :
MA . VA = MB . VB
MB = MA . VA / VB
MB = 0,5 . (20/100)
MB = 0,1 mol/L

2. Melalui Titrasi
a) Titrasi dengan Metil Merah
Diketahui : MNaOH = 0,1 M
VHCl = 10 mL
VNaOH = 4,25 mL
Ditanya : MHCl = ....?
Jawab :
MHCl . VHCl = MNaOH . VNaOH
MHCl = =

= 0,0425 N

b) Titrasi dengan Phenophtalein


Diketahui : MNaOH = 0,1 M
VNaOH = 4,2 mL
VHCl = 10 mL
Ditanya : MHCl = ....?
Jawab :
MHCl . VHCl = MNaOH . VNaOH
MHCl = =
c.
1.
a)

= 0,042 N
Penentuan Konsentrasi Larutan NaOH
Melalui Perhitungan Pengenceran
Konsentrasi Larutan C
Diketahui : Massa NaOH = 0,8 gram
Volume NaOH = 100 mL = 0,1 L
Mr NaOH = 40 gram/mol
Ditanya : MNaOH =....?
Jawab :
MNaOH =

= = 0,2 M

b) Konsentrasi Larutan D
Diketahui MC = 0,2 M
VC = 25 mL
VD = 100 mL
Ditanya MD =...?
Jawab :
MC . VC = MD . VD
MD =

= 0,05 M

2. Melalui Titrasi
a) Titrasi NaOH oleh HCl

Diketahui : MHCl = 0,1 M


VNaOH = 11,3 mL
VHCl = 10 mL
Ditanya : MNaOH = ....?
Jawab :
MHCl . VHCl = MNaOH . VNaOH
MNaOH = = = 0,088 M
b) Titrasi HCl oleh NaOH
Diketahui : MHCl = 0,1 M
VHCl = 10 mL
VNaOH = 5,75 mL
Ditanya : MNaOH =.....?
Jawab :
MHCl . VHCl = MNaOH . VNaOH
MNaOH = = = 0,173 M
B.

Pembahasan
Percobaan kali ini adalah pembuatan dan penentuan konsentrasi larutan yang bertujuan

agar praktikan dapat membuat larutan dengan konsentrasi tertentu, mengencerkan larutan dan
menentukan konsentrasi yang telah dibuat. Larutan yang dibuat oleh praktikan akan ditentukan
konsentrasinya dengan dua cara yaitu melalui perhitungan pengenceran dan melalui proses
titrasi. Dalam praktikum ini, bahan yang digunakan untuk percobaan pengenceran adalah larutan
asam klorida pekat dan larutan natrium hiroksida.
1. Pembuatan Larutan NaOH
NaOH dapat terionisasi dengan sempurna di dalam air, karena NaOH mempunyai
kelarutan yang besar sehingga sangat mudah terionisasi di dalam air. Untuk dapat membuat suatu
senyawa NaOH dapat dilakukan dengan cara melarutkan zat terlarut yang berada dalam bentuk
padatan yang telah di lakukan dalam percobaan ini. Yaitu dengan melarutkan NaOH sebanyak
0,8 gram ke dalam gelas beker yang telah diisi dengan menggunakan akuades dan mengaduk
larutan tersubut untuk mempercepat laju reaksi dan mendapatkan suatu larutan yang homogen
maka senyawa NaOH yang berupa butiran akan bereaksi dengan air dan akan terurai menjadi
suatu ion Na dan ion Hidroksida sehingga dihasilkan konsentrasi larutan NaOH 0,2 M.

2. Pembuatan dan Pengenceran HCl


Pada percobaan kali ini, sebelum melakukan pembuatan larutan HCl, terlebih dahulu
dilakukan penimbangan kelas ukur dan labu takar. Hal ini dilakukan untuk mengetahui berat
larutan yang sebenarnya. Jika pada penimbangan ini terdapat kesalahan, maka akan berpengaruh
terhadap perhitungan nantinya.
Dengan melarutkan 4,15 mL HCl pekat dengan akuades ke dalam labu takar sampai
pada titik batas, kemudian mengocoknya hingga homogen, maka terbentuklah larutan HCl atau
larutan A dengan konsentrasinya 0,5 M. Setelah itu jika dilakukan pengenceran dengan
memindahkan Larutan A ke dalam labu takar baru dan menambahkan akuades hingga tanda
batas, lalu mengocoknya hingga homogen, maka akan terbentuk larutan 0,1 M HCl encer.
3. Penentuan Konsentrasi Asam Klorida melalui Titrasi
Pada penentuan konsentrasi asam klorida dilakukan percobaan dengan indikator metil
merah dan phenophtalein. Indikator metil merah memiliki pH 4,2 6,2. Indikator ini biasanya
untuk menitrasi basa lemah dengan asam kuat. Indikator phenophtalein memiliki pH antara 8
9,6 karena phenophtalein termasuk asam lemah dalam keadaan terionisasi. Indikator
phenophtalein dipakai untuk titrasi basa kuat dengan asam kuat atau sam lemah dengan basa
kuat. Pada percobaan dengan indikator metil merah terbaca volume NaOH setelah dititrasi yang
rata-ratanya 4,25 mL sehingga diperoleh konsentrasi larutan HCl setelah dititrasi sebesar 0,0425
N. Sedangkan ketika menggunakan indikator phenophtalein terbaca volume NaOH yang rataratanya 4,2 mL sehingga diperoleh konsentrasi larutan HCl 0,042 N. Ketika menitrasi
menggunakan indikator metil merah, warna larutan HCl + indikator metil merah yang pada
mulanya berwarna merah muda menjadi warna kuning setelah dititrasi menggunakan larutan
NaOH. Sedangkan ketika melakukan titrasi dengan indikatir phenophtalein, warna larutan HCl +
indikator phenoptalein yang semula bening menjadi berwarna ungu setelah dititrasi dengan
larutan NaOH.
4. Titrasi NaOH dengan HCl sebagai Titran
Pada titrasi NaOH dengan HCl, digunakan indikator metil merah. Ketika itu terjadi
perubahan warna yang semula kuning menjadi ungu. Pada percobaan ini terbaca volume HCl 10
mL dengan konsentrasi NaOH sebesar 0,1 M. Reaksi kimia yang terjadi yaitu
NaOH + HCl NaCl + H2O

5. Titrasi HCl dengan NaOH sebagai Titran


Pada titrasi NaOH terhadap HCl, terlihat adanya perubahan warna ketika HCl ditetesi
indikator metil merah. Penggunaan indikator metil merah pada titrasi basa lemah dan amonium
hidroksida karena memiliki pH 4,2 6,2. Indikator ini digunakan karena akan menghasilkan
perubahan yang sangat signifikan atau sangat mencolok dalam suasana asam. Perubahan warna
yang terjadi yaitu merah muda menjadi kuning setelah dititrasi dengan larutan NaOH. Pada
percobaan ini terbaca volume NaOH 9,7 mL. Dan setelah dilakukan perhitungan ternyata
konsentrasi HCl sebesar 0,103 M. Reaksi kimia yang terjadi yaitu :
HCl + NaOH NaCl + H2O
Pada percobaan yang telah dilakukan seharus jumlah volume larutan yang menitrasi dan
jumlah volume larutan yang di titrasi sama. Namun berdasarkan data hasil percobaan yang telah
dilakukan dihasilkan perbedaan jumlah yang sangat sinifikan antara larutan titrasi dan larutan
yang dititrasi. Kemungkinan besar hal ini disebabkan oleh kurang teliti dalam melakukan
percobaan tersebut.
VI. KESIMPULAN
1.

Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaaan ini adalah :


Larutan merupakan campuran homogen antara dua tau lebih zat yang terdispersi baik sebagai

2.

molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi.


Indikator yang digunakan dalam percobaan titrasi menentukan warna yang akan dihasilkan.

3.

Dengan menggunakan indikator yang sesuai maka akan dapat terbaca sifat larutan tersebut.
Titrasi HCl encer yang ditetesi indikator metil merah menjadi kuning. Sedangkan titrasi HCl
encer yang ditetesi indikator phenophtalein dengan NaOH akan menghasilkan perubahan warna

4.

dari bening menjadi ungu.


Konsentrasi titrasi NaOH oleh HCl sebesar 0,1 M, sedangkan konsentrasi titrasi HCl oleh NaOH
sebesar 0,103 M.

DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Suminar. 2004. Kimia Dasar. Erlangga, Jakarta.
Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur.Binarupa Aksara, Jakarta.
Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga. Jilid I. Erlangga, Jakarta.
http://www.chem-is-try-org/
Diakses pada tanggal 23 Oktober 2011.
Keenan, Charles W, dkk. 1991. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Erlangga, Jakarta.
Oxtoby. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Jilid I. Erlangga, Jakarta.
Petruccci, H. Ralph.1987. Kimia Dasar Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Sastrojamidjojo, Harjono. 2005. Kimia Dasar. Gajah Mada Press, Jakarta.

Schaum. 1998. Kimia Dasar Seri Schaum. ITB, Jakarta.


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ketika mempelajari kimia dikenal adanya larutan. Larutan pada dasarnya adalah fase yang
homogen yang mengandung lebih dari satu komponen. Komponen yang terdapat dalam jumlah
yang besar disebut pelarut atau solvent, sedang komponen yang terdapat dalam jumlah yang
kecil disebut zat terlarut atau solute. Konsentrasi suatu larutan didefinisikan sebagai jumlah
solute yang ada dalam sejumlah larutan atau pelarut. Konsentrasi dapat dinyatakan dalam
beberapa cara, antara lain molaritas, molalitas, normalitas dan sebagainya. Molaritas yaitu
jumlah mol solute dalam satu liter larut
an, molalitas yaitu jumlah mol solute per 1000 gram pelarut sedangkan normalitas yaitu jumlah
gram ekuivalen solute dalam 1 liter larutan.
Dalam ilmu kimia, pengertian larutan ini sangat penting karena hampir semua reaksi kimia
terjadi dalam bentuk larutan. Larutan dapat didefinisikan sebagai campuran serba sama dari dua
komponen atau lebih yang saling berdiri sendiri. Disebut campuran karena terdapat molekulmolekul, atom-atom atau ion-ion dari dua zat atau lebih.
Larutan dikatakan homogen apabila campuran zat tersebut komponen-komponen penyusunnya
tidak dapat dibedakan satu dengan yang lainnya lagi.
Misalnya larutan gula dengan air dimana kita tidak dapat lagi melihat dari bentuk gulanya, hal ini
karena larutan sudah tercampur secara homogen. Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi
tertentu sering dihasilkan konsentrasi yang tidak tepat dengan yang diinginkan, untuk itu
diperlukan praktikum dan pada praktikum acara ini akan dilaksanakan acara pembuatan dan
standarisasinya.
Dalam pembuatan larutan harus dilakukan seteliti mungkin dan menggunakan perhitungan yang
tepat, sehingga hasil yang didapatkan sesuai dengan yang diharapkan. Untuk mengetahui
konsentrasisebenarnya dari larutan yang dihasilkan maka dilakukan standarisasi.

I.

JUDUL
PEMBUATAN LARUTAN
II.
TUJUAN
1. Dapat memahami bentuk larutan dan standarisasi larutan
2. Dapat memahami bagaimana melakukan pengenceran larutan pekat
III.
TEORI
Larutan
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi
baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Larutan dapat
berupa gas, cairan atau padatan. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil
solute, relatif terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung
sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut, sedangkan solvent (pelarut) adalah medium
dalam mana solute terlarut .
Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air, selain air yang berfungsi sebagai
pelarut adalah alkohol amoniak, kloroform, benzena, minyak, asam asetat, akan tetapi kalau
menggunakan air biasanya tidak disebutkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu temperatur, sifat pelarut, efek ion sejenis, efek
ion berlainan, pH, hidrolisis, pengaruh kompleks dan lain-lain.
Ada 2 reaksi dalam larutan, yaitu:
a) Eksoterm, yaitu proses melepaskan panas dari sistem ke lingkungan, temperatur dari
campuran reaksi akan naik dan energi potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan akan turun.
b) Endoterm, yaitu menyerap panas dari lingkungan ke sistem, temperatur dari campuran reaksi
akan turun dan energi potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan akan naik.
Larutan dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a) Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang dari yang
diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang partikelpartikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa melarutkan zat). Larutan tak
jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion < Ksp berarti larutan belum jenuh ( masih
dapat larut).
b) Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut dan
mengadakan kesetimbangn dengan solut padatnya. Atau dengan kata lain, larutan yang partikelpartikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan
jenuh terjadi apabila bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh.
c) Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan yang mengandung lebih banyak
solute daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang tidak

dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan. Larutan sangat jenuh terjadi apabila
bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh (mengendap).
Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut, larutan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
a) Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih banyak solute dibanding solvent.
b) Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit solute dibanding solvent.
Konsentrasi Larutan
Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan konsentrasi. Konsentrasi
adalah perbandingan jumlah zat terlarut dan jumlah pelarut, dinyatakan dalam satuan volume
(berat, mol) zat terlarut dalam sejumlah volume tertentu dari pelarut. Berdasarkan hal ini muncul
satuan-satuan konsentrasi, yaitu fraksi mol, molaritas, molalitas, normalitas, ppm serta ditambah
dengan persen massa dan persen volume (Baroroh, 2004).
Untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu harus diperhatikan:
1. Apabila dari padatan, pahami terlebih dahulu satuan yang diinginkan. Berapa volum atau
massa larutan yang akan dibuat.
2. Apabila larutan yang lebih pekat, satuan konsentrasi larutan yang diketahui dengan satuan
yang diinginkan harus disesuaikan. Jumlah zat terlarut sebelum dan sesudah pengenceran adalah
sama, dan memenuhi persamaan :

M1 : Konsentrasi larutan sebelum diencerkan


V1 : Volume larutan atau massa sebelum diencerkan
M2 : Konsentrasi larutan setelah diencerkan
V2 : Volume larutan atau massa setelah diencerkan
Pembuatan Larutan dengan Cara Mengencerkan
Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara
menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa
kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat
terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam
sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan
ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan

air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya,
percikan asam sulfat ini merusak kulit.
IV.

PERALATAN
Corong
Labu takar 250 ml
Pipet ukur 25 ml
Bola pipet
V.
CARA KERJA
1. Timbang zat yang akan dilarutkan dengan menggunakan perkamen.
2. Masukkan zat yang telah ditimbang ke dalam gelas kimia.
3. Tuangkan air ke dalam gelas kimia yang berisi zat tadi dan aduk dengan batang pengaduk
1.
2.
3.
4.

sehingga jadilah larutan induk.


4. Masukkan larutan induk sesuai dengan perhitungan kedalam gelas ukur.
5. Pindahkan larutan kedalam gelas kimia.
6. Setelah dimasukkan kedalam gelas kimia, tuangkan air kedalam larutan induk sesuai dengan
perhitungan.
7. Larutan pun jadi sesuai dengan konsentrasinya.
VI.

TABEL DATA DAN PENGOLAHAN DATA


No
.
1.

Zat
10 gula
10

2.

alkohol
4 NaOH

Sat.

Pelarut

Larutan

Satuan

Keterangan

gram

(air)
90 gram

100

10%

Persen bobot

ml

90 ml

gram
100 ml

w/w
10% v/v

Persen

gram

100 ml

100 ml

1M

volume
Kemolaran
(M)

3.

4.

5,85

gram

100 ml

100 ml

1M

NaCl
4 NaOH

gram

100

100

1m

5,85

gram

gram
100

gram
100

1m

NaCl
0,89

ml

gram
100 ml

gram
100 ml

0,1 N

HCl
0,28
H2SO4

Kemolalan
(m)

Kenormalan
(N)

ml

100 ml

100 ml

0,1 N

0,4
VII.

ml

100 ml

100 ml

0,1 N

NaOH
PEMBAHASAN
Seperti yang telah kita ketahui bahwa larutan sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.
Kebutuhan akan larutan itu sendiri bermacam-macam konsentrasinya, terlebih dalam pengujianpengujian yang menggunakan reaksi kimia, maka kevalidan besar konsentrasi sangat penting.
walaupun fungsi standarisasi adalah untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya dari larutan yang
kita buat, tetapi bila dalam praktikum terjadi kesalahan-kesalahan seperti tersebut diatas, maka
hasil yang kita harapkan tidak akan tercapai. Oleh karena itu, ketelitian dan kecermatan murni
diperlukan dalam percobaan.
Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan konsentrasi. Konsentrasi
adalah perbandingan jumlah zat terlarut dan jumlah pelarut, dinyatakan dalam satuan volume
(berat, mol) zat terlarut dalam sejumlah volume tertentu dari pelarut. Berdasarkan hal ini muncul
satuan-satuan konsentrasi, yaitu fraksi mol, molaritas, molalitas, normalitas, ppm serta ditambah
dengan persen massa dan persen volume. Apabila larutan yang lebih pekat, satuan konsentrasi
larutan yang diketahui dengan satuan yang diinginkan harus disesuaikan. Jumlah zat terlarut
sebelum dan sesudah pengenceran adalah sama.
Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara
menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa
kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat
terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam
sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan
ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan
air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya,
percikan asam sulfat ini merusak kulit.
Teknik Pelarutan
Pelarutan zat padat untuk menghasilkan larutannya sering dilakukan dalam keseharian.
Caranya, sejumlah zat padat dituangi sevolum pelarut atau sevolum pelarut dimasukkan
sejumlah zat padat; biasanya diikuti dengan pengadukan. Pembuatan larutan dari zat padat
sebagai pereaksi itu untuk tujuan analisa kuantitatif atau untuk tujuan tertentu lainnya.
Pembuatannya harus melakukan perencanaan (termasuk perhitungan) sesuai dengan kebutuhan
atau sifat analisis yang diterapkan (kualitatif atau kuantitatif). Bayangkan bila terjadi kesalahan,

akibatnya adalah pemborosan zat kimia yang mahal, tenaga dan waktu hilang, data pengamatan
yang tidak jelas, serta hasil analisis yang tidak tepat(salah).
VIII. KESIMPULAN
Setelah melakukan pengamatan dari kegiatan praktikum yang dilaksanakan dapat diambil
beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Untuk membuat 10 % w/w larutan gula 100 gram, maka harus memasukkan 10 gram gula yang
dilarutkan dalam 90 ml air sebagai pelarut.
2. Untuk membuat larutan 100 ml alcohol 10% v/v, maka menggunakan 10 ml alcohol dan 90 ml
air sebagai pelarut.
3. Untuk membuat larutan NaOH sebesar 1 M, maka menggunakan 4 gram NaOH yang dilarutkan
dalam 100 ml air.
4. Untuk membuat larutan NaCl sebesar 1 m, maka menggunakan 5,85 gram NaCl yang dilarutkan
dalam 100 gram air.
5. Untuk membuat larutan HCl sebesar 0,1 N, maka menggunakan 0,89 ml HCl yang dilarutkan
dalam 100 ml air.

DAFTAR PUSTAKA
http://hikmahdibulanramadhan.blogspot.com/2011/11/makalah-pembuatan-larutan-kimia.html
http://larutancom.blogspot.com/2010/01/pembuatan-larutan.html
http://annisanfushie.wordpress.com/2008/09/29/74/
http://hafiyahaziz.blogspot.com/2011/06/laporan-praktikum-pembuatan-larutan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Larutan
http://www.slideshare.net/reborn4papua/sifat-koligatif-larutan-presentation
edukasi.kompasiana.com/2009/12/18/kimia-larutan-kimia-dasar/
ocw.gunadarma.ac.id/course/diploma-three-program/.../larutan
http://nerifimylover.blogspot.com/2009/07/artikel-panduan-pratikum-kimia.html

Percobaan 1
PEMBUATAN LARUTAN STANDAR, MENGHITUNG KONSENTRASI DAN
PENGENCERAN SERTA LARUTAN INDIKATOR

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menyiapkan alat dan bahan untuk membuat larutan.
2. Membuat larutan dengan berbagai satuan konsentrasi.
3. Melakukankan pengenceran arutan dari konsentrasi yang tinggi ke rendah.
II. LANDASAN TEORI
Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Pelarut yang umum
digunakan adalah air. Untuk menyatakan banyaknya zat terlarut dan pelarut, dikenal adalah
konsentrasi. Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan pelarut adalah
komponen yang terdapat dalam jumlah yang banyak. Suatu larutan dengan jumlah maksimum
zat terlarut pada temperatur tertentu disebut larutan jenuh. Sebelum mencapai titik jenuh, larutan
tidak jenuh Kadang-kadang dijumpai suatu keadaan dengan zat terlarut dalam larutan lebih
banyak daripada zat terlarut yang seharusnya dapat melarut pada temperatur tersebut. Larutan
yang demikian disebut larutan lewat jenuh.
Pada larutan asam dan basa pekat, pada labelnya tidak diberikan informasi mengenai
konsentrasi larutan tersebut, tetapi hanya diberikan beberapa informasi penting seperti massa
molekul relatif (Mr)(g/mol), konsentrasi dalam satuan persen (b/b) dan massa jenis (Kg/L).
Banyaknya zat terlarut yang dapat menghasilkan larutan jenuh dalam jumlah tertentu pelarut
pada temperatur konstan disebut kelarutan.
Kelarutan suatu zat bergantung pada sifat zat itu, molekul pelarut, temperatur, dan tekanan.
Meskipun larutan dapat mengandung banyak komponen, tetapi pada kesempatan ini hanya
dibahan larutan yang mengandung dua komponen, tetapi yaitu larutan biner. Komponen dari
larutan biner yaitu zat terlarut dan pelarut.
Contoh larutan biner;
Zat terlarut

Pelarut

Contoh

Gas

Gas

Udara,semua campuran gas

Gas

Cair

Karbon dioksida dalam air

Gas

Padat

Hidrogen dalam platina

Cair

Cair

Alkohol dalam air

Cair

Padat

Raksa dalam tembaga

a) Persen berat per berat (% W/W) menyatakan banyaknya gram zat terlarut dalam 100 gram
larutan.

Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap satuan larutan atau
pelarut. Pada umumnya konsentrasi dinyatakan dalam satuan fisik, misalnya satuan berat atau
satuan volumeatau dalam satuan kimia, misalnya mol, massa rumus, dan ekivalen.
b) Persen berat per volum (% W/V), biasanya digunakan larutan dalam air yang sangat encer
dari zat padat. Misalnya, untuk membuat 5% (W/V), AgNO3 , 5 gram AgNO3 dilarutkan dalam air
kemudian diencerkan sampai tepat 100 mL. Larutan NaOH 10% (W/V), mengandung 10 gram
NaOH dalam 100 mL larutan.
Persen berat sangat

bermanfaat dan sering digunakan karena tidak tergantung pada temperatur. Konsentrasi larutan
yang biasanya dijumpai dalam perdagangan sering dinyatakan dalam persen berat.

c)

Persen volume (% v/v)

menyatakan mL zat terlarut dalam 100 mL pelarut.

d) Parts Per Million dan Parts Per Billion


Parts Per Million (ppm) menyatakan mg zat terlarut dalam 1 kg atau 1 liter larutan. Jika
larutan sangat encer digunakan satuan konsentrasi Parts Per Million, ppm (bagian per sejuta),
dan Parts Per Billion, ppb (bagian per milliard). Satu
ppm ekivalen dengan 1 mg zat terlarut dalam 1 L larutan. Satu ppb 1 mg zat terlarut per 1
larutan.

Parts Per Million, ppm, part per billion, ppb, adalah satuan yang mirip persen bera5t. Jika
persen berat gram zat terlarut per 100 gram larutan, ppm gram zat terlarut per sejuta gram larutan
dan ppb zat terlarut per milliard gram larutan.

e)

Kemolaran (M) menyatakan mol zat5 terlarut dalam 1 liter larutan atau jumlah milimol

dalam 1 mL larutan.

Jika massa M adalah massa molar (g mol-1), maka:

f)

Fraksi Mol (X) nenyatakan mol

zat terlarut per mol total.

Apabila larutan yang lebih pekat, disesuaikan dengan satuan

konsentrasi larutan yang diketahui dengan satuan diinginkan. Jumlah zat terlarut sebelum dan
sesudah pengenceran adalah sama dan memenuhi persamaan :
V1. M1 = V2. M2
Dimana : V1 = volume larutan atau massa sebelum diencerkan
V2 = volume larutan atau massa setelah diencerkan

M1 = konsentrasi larutan sebelum diencerkan


M2 = konsentrasi larutan setelah diencerkan
g)

Kenormalan (N)

h) Ekivalen (Eq)
1 Eq = 1 mol muatan (+ atau -). Oleh karena konsentrasi ion dalam
darah sangat encer, maka biasanya digunakan miliekivalen (m Eq).
1 Eq = 1000 mEq
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Alat

yang

digunakan

pada

praktikum

ini

adalah

labu

Erlenmeyer

250

mL, gelas kimia, labu takar, pipet volum atau pipet gondok dan karet penghisap, neraca analitik,
pengaduk, dan corong.
B. Bahan
Bahan yang digunakan pada paktikum ini adalah NaOH, HCL, H 2SO4, indikator
phenophtalen, indikator Methyl Red. Etanol, aquades, dan lain-lain.
IV. PROSEDUR KERJA
Larutan 1
NaOH
-

ditimbang sebanyak 1 gram dengan neraca analitik

dimasukkan ke gelas kimia


ditambahkan aquades secukupnya
diaduk
Gelas kimia
dipindahkan ke dalam labu takar 100 mL

Ditmbahkan aquades sampai tanda tera/ batas


Labu takar ditutup
Labu

takar

100 mL
dihitung konsentrasinya dalam satuan Molaritas, persen berat per

berat (%W/W) dan

persen berat per volume (%W/V).


Larutan 2
-

HCL pekat
ditakar perubahan yang terjadi

Dimasukkan ke dalam labu takar 1 mL yang telah terisi aquades nya.

Labu takar
diamati perubahan yang terjadi
ditambahkan aquades sampai tanda tera/batas
dikocok ke atas dan ke bawah
dihitung konsentrasinya dalam satuan normalitas (N) dan persen berat per volum (% W/V).
Pengenceran
HCL dari

prosedur II
dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL

ditambahkan aquades sampai tanda tera/batas


dikocok ke atas dan ke bawah.
Labu takar

100 mL
dihitung konsentrasinya dalam satuan normalitas (N).
Pembuatan larutan standar H2SO4
Labu takar

100 mL
ditimbang

diisi aquades nya


ditimbang lagi
H2SO4 pekat
dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL yang sudah diisi aquades.

ditimbang
diamati perubahan yang terjadi
ditambah aquades sampai tanda tera/batas
dikocok hingga homogen
ditimbang
Labu takar
100 mL +

aquades
ditentukan sifat pelarutan H2SO4
dihitung konsentrasi dalam satuan Molaritas (M), molalitas (m), ppm, persen berat per berat (%
w/w), persen berat per volum (% w/v), dan fraksi mol (X).
Pembuatan Indikator
25 % etanol
+ 25 % air

kisaran warna colorless pink

Indikator
Phenophtale
-

n 0, 01 %
perubahan yang terjadi, warna larutan bening dan suhunya panas.

30 % etanol
+ 20 % air

warna kisaran pink - yellow

Indikator
methyl red 0,
-

02 %
Perubahan yang terjadi, warnanya menjadi merah dan suhunya tetap.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
A.1. Hasil pengamatan
Larutan 1
No Prosedur kerja
Hasil pengamatan
1. Menimbang sebanyak 1 gram NaOH NaOH tersebut berbentuk padat,
dengan neraca analitik, kemudian warnanya berwarna bening, dan
memasukkan NaOH ke dalam gelas larutan tersebut terasa hangat pada
kimia, lalu menambahkan aquades saat dipegang, juga ada bau pada
secukupnya
sehingga
aquades.

dan
NaOH

mengaduknya larutan NaOH.


larut

dalam

2.

Memindahkan larutan NaOH ke Setelah

larutan

dalam labu takar 100 mL dengan ditambahkan

dengan

NaOH
aquades

menambahkan aquades sampai tanda sampai tanda batas, larutan NaOH


batas dan menutup labu takar, tersebut tetap berwarna bening,
kemudian
cara

mengocoknya

dengan namun larutan NaOH menjadi

membalik-balikan

dengan berlendir dan larutannya terasa

kedua arah yaitu ke atas dank ke dingin


bawah.

Larutan 2
No Prosedur kerja
1. Mengambil 1
menggunakan

Ml

HCL

pipet,

Hasil pengamatan
pekat HCL tersebut berwujud

cair,

kemudian berwarna bening dan larutannya

memasukkannya ke dalam labu takar terasa dingin.


100 mL setelah terisi aquades
nya.
2.

Memindahkan

larutan

HCL

dalam

takar,

kemudian bening, larutannya dingin dan

labu

ke HCL

tersebut

menambahkan aquades sampai tanda berwujud cair.


batas, lalu menutup labu takar
kemudian

mengocoknya

dengan

cara membalik-balikan labu takar


tersebut kedua arah yaitu ke atas dan
ke bawah.
Pengenceran
No Prosedur kerja

Hasil pengamatan

warnanya

tetap

1.

Mengambil 10 mL larutan HCL dari

Larutannya berwarna bening

prosedur II, kemudian


memasukkannya ke dalam labu takar
100 mL dan menambahkan aquades
sampai tanda batas, lalu
mengocoknya dengan membalikbalikkan labu takar dengan kedua
arah yaitu ke atas dan ke bawah.

Larutan Standar H2SO4


N

Prosedur kerja

Hasil pengamatan

o
1.

Menimbang labu takar 100 mL Massanya = 56, 65 gram

2.

dalam keadaan kosong.


Mengisi labu takar 100 mL dengan Massanya = 101, 95 gram
aquades sampai 4/5 nya, lalu

3.

4.

menimbangnya.
Mengambil jumlah tertentu H2SO4

Massanya = 103, 06 gram.

pekat, kemudian memasukkanya ke

Larutannya berwarna bening,

dalam labu takar dan

hangat, dan berbau.

menimbangnya.
Menimbang larutan yang terbentuk, Massanya = 156, 86 gram.
setelah tepat volume pada labu takar
dengan

aquades

sampai

tanda

tera/batas, lalu mengocoknya sampai


homogen.
Pembuatan Indikator
N

Prosedur kerja

o
1.

Indikator Phenophtalen (0.01 gram Perubahan reaksi, bau, hangat, dan


dalam 25 mL etanol+25 mL air).

Hasil pengamatan

berwarna bening.

2.

Indikator Methyl Red kisaran warna Perubahan reaksi, berwarna merah


pink-yellow (0,02 gram dalam 30 dan ada bau.
mL etanol+20 mL air).

A.2. Perhitungan
Larutan 1
Diketahui

: massa NaOH = 1 gram


Mr NaOH = 40 gram/mol
V NaOH = 100 mL = 0,1 L

Ditanya

: a. M = ?
b.

..?

c.

...?

Jawab :
a.

Jadi,

= 0, 25 mol/l

b.

x 100%
x 100 %
x 100 %

c.

x 100

1 % W/W

x 100%
1 % W/V

Larutan 2
Diketahui : Mr HCl = 36,5 g/mol = 36,5 g/ek
= 1,19 kg/l = 1,19 g/ml
kemurnian HCl = 37 %
V HCl pekat = 1 mL
V HCl encer = 100 mL = 0,1 L
Ditanya : a. N = ..?
b. % V/V = .?
Jawab :
a.

massa HCl pekat = x V


= 1. 19 g/ml x 1 ml = 1, 19 g
x 1, 19 g
= 0, 4403 g
= 0, 012 ek
Jadi,
x 100 %
x 100 %

= 1 % V/V
Pengenceran pada HCL Ke-1
N1 x V1 = N2 x V2
0, 12 N x 1 ml = N2 x 100 ml
0, 12 N = N2 x 100
N2

0, 0012 N

Pengenceran
Pengenceran pada HCL ke- 2
Diketahui :

N1 = 0, 0012

V1 = 10 ml
V2 = 100 ml
Ditanya :
Jawab

N2 = .?

N1 x V1 = N2 x V2
0, 0012 N x 10 ml = N2 x 100 ml
0,012 = N2 X 100
N2

0, 00012 N

Pembuatan standar H2SO4


a.

Diketahui :

Massa H2SO4 = 1, 19 gram


Mr H2SO4 = 98 g/mol
V larutan = 100 ml = 0,1 liter

Ditanya : M = .?
Jawab :

Jadi,

0, 11 mol/l

b. Diketahui : Massa H2SO4 = 1, 11 gram


Mr H2SO4 = 98 g/mol
Massa H2O = 45, 3 g
Ditanya

: molalitas = .?

Jawab :
molalitas

0, 25 mol/kg
c.

Diketahui : m H2SO4 = 1, 11 gram


m larutan = 100,21 gram
V larutan = 100 ml = 10-1 liter
Ditanya :

ppm =.?

Jawab:
x 10-6
x 10-6
0,011 x 10-6
= 1,1 x 10-8 ppm
x 100 %
x 100 %

x 100 %

x 100 %

f.

n H2SO4
n H2O
jadi,

B . Pembahasan
Percobaan larutan 1, pada saat menimbang 1 gram NaOH dengan neraca analitik, hasil
pengamatannya NaOH berbentuk padat, berwarna bening dan suhu larutannya hangat ini terjadi,
karena hanya memasukkan NaOH ke dalam gelas kimia dan menambahkan aquades secukupnya
lalu mengaduknya, sehingga aquades larut dalam air, pada percobaan ini tidak ada perubahan
yang terjadi, namun setelah itu memindahkan larutan NaOH ke dalam labu takar. Hasil
pengamatan yang terjadi adalah larutan NaOH menjadi berlendir dan suhunya dingin, ini
dikarenakan menambahkan aquades lagi sampai tanda tera/batas, menutup labu takar dan
mengocoknya dengan cara membalik-balikkannya kedua arah yaitu ke kiri dan ke kanan.
Rumus kimianya : NaOH Na+ + OH- .
Percobaan larutan 2, pada saat mengambil 1 mL HCl pekat menggunakan pipet, hasil
pengamatannya HCl berwujud cair, warnanya bening, dan suhu larutannya dingin. Di sini tidak
terjadi perubahan, karena hanya memasukkannya ke dalam labu takar 100 ml setelah terisi
aquades nya. Lalu memindahkan larutan HCl ke dalam labu takar, hasil pengamatannya
larutan HCl tetap warnanya bening, dan suhu larutannya dingin, tidak adanya perubahan yang
terjadi dikarenakan hanya menambahkan aquades sampai tanda batas dan menutup labu takar,

mengocoknya dengan cara membalik-balikkan labu takar tersebut kedua arah yaitu ke atas dan
ke bawah.
Rumus kimianya : HCl H+ + Cl-.
Percobaan pada pengenceran, saat mengambil larutan HCl dari prosedur II, hasil
pengamatannya tidak ada perubahan yang terjadi larutannya tetap berwarna bening dan
memasukkannya ke dalam labu takar 100 mL juga menambahkan aquades sampai tanda batas,
mengocoknya dengan cara membalik-balikkan labu takar tersebut kedua arah yaitu ke atas dan
ke bawah.
Percobaan larutan standar H2SO4, pada saat menimbang labu takar dalam 100 mL dalam
keadaan kosong hasil pengamatan massanya yaitu 56,65 gram. Lalu mengisi labu takar tersebut
sebanyak 100 ml dengan aquades sampai nya, dan saat ditimbang hasil pengamatan
massanya yaitu 101,95 gram. Setelah itu mengambil jumlah tertentu dari H 2SO4 pekat
memasukkannya ke dalam labu takar no.2, hasil pengamatan pada saat menimbangnya massanya
yaitu 103,06 gram dan terjadi perubahannya, larutan bening, suhu larutannya hangat, dan ada
bau, perubahan terjadi dikarenakan setelah tepat volume pada labu takar dengan aquades sampai
tanda batas, mengocoknya hingga homogen dan menimbang larutan yang terbentuk massanya
menjadi 156,86 gram.
Rumus kimianya : H2SO4 H+ + SO42Percobaan pembuatan indikator, pada indikator Phenophtalen 0,01 % dalam 25 ml etanol
+ 25 ml air, hasil pengamatan perubahan yang terjadi adalah ada reaksi bau, suhu larutannya
hangat, dan berwarna bening. Sedangkan, pada indikator Methyl Red yang kisaran warnanya
pink yellow (0,02 % dalam 30 ml etanol + 20 ml air, perubahan yang terjadi reaksi berwarna
merah dan adanya bau.
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada hasil percobaan dapat diambil kesimpulan dari tujuan praktikum tersebut yaitu :
1. Menyiapkan alat dan bahan yang sudah siap untuk membuat larutan seperti, labu erlenmeyer 250
mL, gelas kimia, labu takar, pipet volum atau pipet gondok dan karet penghisap, neraca analitik,
pengaduk, dan corong, NaOH, HCL, H2SO4, indikator phenophtalen, indikator methyl red,
etanol, dan aquades.

2.

Membuat larutan dengan berbagai satuan konsentrasi. Satuan konsentrasinya yaitu Molaritas
(M), molalitas (m), persen berat per berat (% W/W), persen berat per volum (% W/V), persen

3.

volum per volum (% V/V), Normalitas (N), ppm, dan fraksi mol (X).
Pengenceran larutan dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang
rendah adalah apabila larutan yang lebih pekat, sesuai dengan satuan konsentrasi larutan yang
diketahui dengan satuan yang diinginkan dan jumlah zat terlarut sebelum dan sesudah
pengenceran adalah sama, memenuhi persamaan ;
V1 x M1 = V2 x M1

B. Saran
Pada saat praktikum hendaknya asisten bisa lebih memberikan perhatian, arahan, dan
bimbingan kepada praktikan supaya praktikum dapat berjalan dengan baik dan lancar.

DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia. 1996. Penuntun Belajar Kimia Dasar Kimia Larutan. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Charles. W Keenan, dkk. 1979. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Karelius, S. Si, M. Sc, dkk. 2010. Penuntun Kimia Dasar II. Palangka Raya:
Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Program Studi

Oktoby. W David, dkk. 1998. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlangga.


Rosenberg. L Jerome, Ph. D. 1985. Teori dan Soal-Soal Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.
Sunarya, Yayan. 2002. Kimia Dasar II Berdasarkan Prinsip-Prinsip Kimia Terkini. Bandung: Alkemi
Grafisindo Press.

Anda mungkin juga menyukai