Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah adalah suatu benda alam yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil
pelapukan batuan dan bahan-bahan organik sebagai hasil pelapukan sisa-sisa tumbuhan dan
hewan. Tanah merupakan medium atau tempat tumbuhnya tanaman dengan sifat-sifat
tertentu, yang terjadi akibat dari pengaruh kombinasi faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad
hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu pembentukan (Yuliprianto, 2010). Tanah
merupakan bagian dari ekosistem terrestrial yang di dalamnya dihuni oleh banyak organisme
yang disebut biodiversitas tanah.
Fauna tanah adalah fauna yang hidup di tanah, baik yang hidup di permukaan tanah
maupun yang terdapat di dalam tanah. Fauna tanah dapat dikelompokkan atas dasar ukuran
tubuhnya, kehadirannya di tanah, habitat yang dipilihnya dan kegiatan makannya.
Metode pitfall trap merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengetahui kerapatan
atau kemelimpahan makrofauna tanah. Pitfall trap merupakan metode yang paling baik untuk
menjebak serangga aktif di atas permukaan tanah (Darma, 2013).
1.2 Tujuan Praktik
1. Mengkoleksi makrofauna tanah dengan menggunakan metode pitfall trap (perangkap
jebakan sumur.
2. Mengetahui pengaruh faktor lingkungan fisik terhadap makrofauna tanah.
3. Menghitung keanekaragaman makrofauna tanah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanah adalah suatu benda alam yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil
pelapukan batuan dan bahan-bahan organik sebagai hasil pelapukan sisa-sisa tumbuhan
dan hewan. Tanah merupakan medium atau tempat tumbuhnya tanaman dengan sifat-sifat
tertentu, yang terjadi akibat dari pengaruh kombinasi faktor-faktor iklim, bahan induk,
jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu pembentukan (Yuliprianto, 2010). Tanah
merupakan bagian dari ekosistem terrestrial yang di dalamnya dihuni oleh banyak
organisme yang disebut biodiversitas tanah. Biodiversitas tanah merupakan diversitas
alpha yang berperan dalam mempertahankan dan meningkatkan fungsi tanah untuk
menopang kehidupan di dalam tanah dan di atasnya (Hagvar, 1998). Secara ekologis,
tanah tersusun atas tiga kelompok material, yaitu material hidup (faktor biotik) berupa
biota (jasad-jasad hidup), faktor abiotik berupa bahan organik, dan faktor abiotik berupa
pasir (sand), debu (silt), dan liat (clay). Umumnya sekitar 5% penyusun tanah merupakan
biomassa (biotik dan abiotik) (Hanafiah, 2007).
Fauna tanah adalah fauna yang hidup di tanah, baik yang hidup di permukaan tanah
maupun yang terdapat di dalam tanah. Fauna tanah dapat dikelompokkan atas dasar
ukuran tubuhnya, kehadirannya di tanah, habitat yang dipilihnya dan kegiatan makannya.
Berdasarkan kehadirannya, fauna tanah dibagi atas kelompok transien, temporer, periodik
dan permanen. Berdasarkan habitatnya, fauna tanah digolongkan menjadi golongan
epigeon, hemiedafon dan eudafon. Berdasarkan kegiatan makannya, fauna tanah ada yang
bersifat herbivora, saprovora, fungifora dan predator (Suin, 1997). Berdasarkan ukuran
tubuhnya, fauna tanah dibagi menjadi mikrofauna, mesofauna, dan makrofauna
(Hanafiah, 2007). Ukuran mikrofauna berkisar antara 20 sampai 200 mikron, mesofauna
200 mikron sampai dengan satu sentimeter, dan makrofauna lebih dari satu sentimenter
(Suin, 2012).
Makrofauna tanah merupakan bagian dari biodiversitas tanah yang berperan penting
dalam perbaikan sifat fisik, kimiawi, dan biologi tanah melalui proses imobilisasi dan
humifikasi (Lavelle et al., 1994 dalam Sugiyarto, 2008). Makrofauna tanah mempunyai
peranan penting dalam dekomposisi bahan organik tanah guna menyediakan unsur hara.
Makrofauna akan meremah-remah substansi nabati yang mati, kemudian bahan tersebut
dikeluarkan dalam bentuk kotoran. Kotoran organisme perombak ini akan ditumbuhi
bakteri untuk diuraikan lebih lanjut dengan bantuan enzim spesifik sehingga terjadi
proses mineralisasi (Hilwan, 2013).
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi aktivitas organisme tanah yaitu: iklim
(curah hujan, suhu), tanah (suhu tanah, hara, kelembaban tanah, keasaman) dan vegetasi
(hutan, padang rumput) serta cahaya matahari (intensitas cahaya) (Hakim, 1986). Suhu
tanah merupakan salah satu faktor fisika tanah yang sangat menentukan kehadiran dan
kepadatan organisme tanah, dengan demikian suhu tanah akan menentukan tingkat
dekomposisi material organik tanah. Fluktuasi suhu tanah lebih rendah dari suhu udara,
dan suhu tanah sangat tergantung dari suhu udara. Suhu tanah lapisan atas mengalami
fluktuasi dalam satu hari satu malam dan tergantung musim. Fluktuasi itu juga tergantung
pada keadaan cuaca, topografi daerah dan keadaan tanah (Suin, 2006). Suhu sangat
mempengaruhi aktivitas mikrobial tanah. Aktivitas ini sangat terbatas pada suhu di bawah
10ºC, laju optimum aktivitas biota tanah yang menguntungkan terjadi pada suhu 18-30ºC.
Nitrifikasi berlangsung optimum pada suhu sekitar 30ºC. Pada suhu diatas 30ºC lebih
banyak unsur K-tertukar dibebaskan pada suhu rendah (Hanafiah, 2007). Pengukuran pH
tanah juga sangat di perlukan dalam melakukan penelitian mengenai makrofauna tanah.
Keadaan iklim daerah dan berbagai tanaman yang tumbuh pada tanahnya serta
berlimpahnya mikroorganisme yang mendiami suatu daerah sangat mempengaruhi
keanekaragaman relatif populasi mikroorganisme (Suin, 2006).
Metode pitfall trap merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengetahui
kerapatan atau kemelimpahan makrofauna tanah. Pitfall trap merupakan metode yang
paling baik untuk menjebak serangga aktif di atas permukaan tanah (Darma, 2013).
Rumus indeks keanekaragaman dari Shannon dan Wiener (1949) dalam Odum (1993)
adalah:
H’ = -∑ Phi ln Phi
H’ = -∑ (ni/N) ln (ni/N)
Keterangan:
Phi = ni/N
H’ = indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
ni = jumlah masing-masing spesies i
N = jumlah total individu seluruh jenis dalam lokasi
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Lokasi praktikum
3.1.1 Waktu
Praktikum dilaksanakan pada :
Hari : Jumat – sabtu, 10 – 11 November 2023
Pukul : 16.00 – 17.30 WIT dan 04.00 – 05.30 WIT

3.1.2 Lokasi
Praktikum dilaksanakan di kampus FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM UNVERSITAS CENDERAWASIH, Kota Jayapura, Provensi
Papua.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. 8 botol aqua ukuran 1,5L
2. Cangkul
3. Gunting
4. Plastic ziplook
5. Saringan
6. Tissue
7. Pinset
8. Cawan petri
3.2.2 bahan
1. Air
2. Alkohol 70%
3. Deterjen
4. Makrofauna tanah
3.3 Cara Kerja
a. Preparasi
Menyiapkan alat dan bahan praktikum, kemudian membuat larutan atraktan. Larutan
atraktan dibuat dengan cara mencampurkan detergen cair 100 ml, dan air 300 ml.
Setiap kelompok diberikan botol sebanyak 8 buah
b. Pemasangan perangkap (jebakan)
Mencatat kondisi lokasi praktikum sebelum memasang perangkap pitfall trap. Setelah
itu, menggali lubang seukuran botol jam dan memasukkan botol jam yang telah berisi
larutan atraktan ke dalam lubang tersebut. Penempatan botol pada lubang dilakukan
dengan cara permukaan botol sejajar dengan permukaan tanah. Kemudian memasang
pelindung pada bagian atas botol jam. Perangkap untuk hewan nocturnal dipasang
pada sore hari dan diambil pagi harinya. Perangkap untuk hewan diurnal dipasang
pada pagi hari dan diambil sore harinya.
c. Pengumpulan data dan koleksi hewan
Melakukan pengambilan hewan nocturnal dan diurnal yang masuk ke dalam
perangkap kemudian memasukkannya ke dalam flakon yang telah berisi formalin 4%
sebagai pengawet spesies makrofauna tanah.
d. Identifikasi makrofauna tanah
Mengidentifikasi spesies-spesies makrofauna tanah yang diperoleh dari praktikum
berdasarkan ciri-ciri yang ada dengan bantuan buku panduan identifikasi makrofauna
tanah.
e. Analisis data
Data dianalisis secara kuantitatif menggunakan indeks keanekaragaman Shannon-
Wiener.
H’ = -∑ Phi ln Phi
H’ = -∑ (ni/N) ln (ni/N)
Keterangan:
Phi = ni/N
H’ = indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
ni = jumlah masing-masing spesies i
N = jumlah total individu seluruh jenis dalam lokasi

Anda mungkin juga menyukai