Oleh:
Nama : Wahyu Muhamad Azhar
NIM : D1D121026
Kelas :A
Kelompok :I
Ekosistem tanah memiliki komponen yang relatif komplek dan saling berkaitan
satu sama lain, yaitu komponen abiotik dan biotik Komponen abiotik dapat. berupa
kelembaban, suhu tanah, sinar matahari, unsur hara, bahan organik dan anorganik.
Sedangkan komponen biotik dapat berupa fauna tanah, yaitu organisme yang terlibat
dalam berbagai proses tanah antara lain; degradasi bahan organik, aliran unsur hara,
pengendalian populasi organisme patogen, memperbaiki sifat tanah, dan pencampuran
bahan organik tanah (Sulistyorini et all. 2021).
Fauna tanah merupakan salah satu organisme penghuni tanah yang berperan
penting dalam ekosistem tanah. Fauna tanah mempunyai peran yang sangat beragam
dalam habitatnya, antara lain sebagai dekomposer, herbivor, detrivor, maupun
predator. Kelompok fauna tanah dapat dibedakan berdasarkan ukuran tubuh, yaitu
mikrofauna, mesofauna dan makrofauna. Kelompok mesofauna memiliki ukuran tubuh
0,2-2 mm contohnya mikroartropoda. Jumlah mikroartropoda ditemukan melimpah di
dalam tanah dan beberapa jenis sensitif terhadap perubahan kondisi lingkungan tanah,
sehingga mikroartropoda dapat dijadikan bioindikator. (Larasati et all 2016.
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 11 November 2023 pada pukul
07.00 wita-Selesai yang berlokasi di Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian
Universitas Halu Oleo, kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.
Alat yang digunakan yaitu mikroskop, pipet tetes, cawan petri, kamera, alat
tulis, kaca preparat dan cover glass.
Bahan yang digunakan adalah sampel tanah yang sudah di ekstraksi, alkohol
70%, dan tisu.
3.3.Prosedur Kerja
1. Ikuti tata kerja nomor i-xiii pada praktikum II tentang komunitas makrofauna
tanah.
2. Dari Gambar 2 skema untuk sampling makrofauna tanah tambahkan titik
sampling untuk komunitas mikroarthropoda tanah di sekitar tiap momolith,
seperti yang disajikan pada Gambar 4 dibawah ini.
3. Sampel mikroarthropoda tanah diterok menggunakan silinder yang terbuat dari
stainles steel berdiameter 4,8 cm dan kedalaman tanah 15 cm.
4. Tanah dalam silinder dimasukan ke dalam kantong plastik cetik, kemudian
kantong plastik cetik berisi tanah dimasukan kedalam kotak berpendingin,
selanjutnya diangkut ke laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo.
5. Setiba di laboratorium, tiap sampel tanah langsung diproses dalam ekstraktor
tipe Berlese-Tullgren pada temperatur ruang ekstraktor 38 – 400C selama 5
hari.
6. Mikroarthropoda yang terperangkap dalam botol koleksi berisi larutan
pengawet etanol 70% diambil, lalu dimasukan ke dalam botol lain berisi
alkohol 70%. Bersamaan dengan itu botol koleksi dibilas alkohol 70%, hingga
seluruh mikroarthropoda yang tertinggal masuk ke dalam botol penyimpan.
7. Dua tetes larutan glyserin 5% (teknis) ditambahkan ke dalam botol penyimpan.
Koleksi mikroarthropoda disortir dan dihitung menggunakan bantuan
mikroskop bedah.
8. Setiap individu mesofauna dibersihkan dalam larutan KOH 10% sebelum
identifikasi dilaksanakan. Sediaan mesofauna di-mounting dengan campuran
50 g chloral hydrate, 30 g gum arabic, 20 ml glycerol, dan 50 ml aquades,
kemudian sediaan dikeringkan pada temperatur 700C.
9. Morfospesies spesimen Collembola diidentifikasi sampai tingkat suku, Acari
sampai tingkat sub-ordo, dan Diptera dewasa sampai tingkat suku.
10. Jumlah individu tiap kelompok taksonomi di hitung, dan dicatat dalam tabel
pengamatan (Tabel 1).
11. Selanjutnya dihitung kerapatan tiap takson makrofauna tanah dari tiap
penggunaan lahan untuk tiap metode ekstraksi. Kerapatan takson dinyatakan
dalam individu per m2 .
12. Selanjutnya dihitung kekayaan takson dan indeks keragaman komunitas
makrofauna tanah dari tiap penggunakan lahan. Indeks keragaman (Morris et
al, 2014) yang dihitung meliputi:
a) Kekayaan takson dinyatakan dengan :
S = Jumlah takson
b) Indeks keragmaan Shanon-Weiner dihitung menggunakan rumus:
H’ = − ∑ Pi ln Pi
Dengan keterangan: H´ menyatakan Indeks keragaman Shanon; Pi
menyatakan proporsi individu yang termasuk dalam takson i dari suatu
sampel; Pi = n i- N, dengan ni menyatakan jumlah individu takson ke-i;
dan N menyatakan jumlah total individu seluruh takson dalam sampel.
c) Indeks keragaman Simpson (D1) dihitung menggunakan rumus:
D1 = 1 − ∑ Pi2
Dengan keterangan : D1 menyatakan indeks keragaman Simpson; Pi
menyatakan proporsi individu yang termasuk dalam takson i dari suatu
sampel; Pi = ni : N , dengan ni menyatakan jumlah individu takson ke-
i; dan N menyatakan jumlah total individu seluruh takson dalam sampel.
d) Indeks dominansi Simpson’s (D2) dihitung menggunakan rumus:
D2 = 1/ ∑ Pi2
Dengan keterangan: D2 menyatakan indeks dominansi Simpson’s; Pi
menyatakan proporsi individu yang termasuk dalam takson i dari suatu
sampel; Pi = ni : N , dengan ni menyatakan jumlah individu takson ke-
i; dan N menyatakan jumlah total individu seluruh takson dalam sampel.
e) Indeks kemerataan (evenness) Simpson’s (E) dihitung menggunakan
rumus:
E = D2/S
Dengan keterangan: E menyatakan Indeks kemerataan Simpson’s; D2
menyatakan Indeks dominansi Simpson’s, dan S menyatakan kekayaan
takson.
f) Indeks dominansi Berger-Parker dihitung menggunakan nilai Pmaks
adalah proporsi individu takson makrofauna tanah yang paling banyak.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil Analisis
Jumlah
Individu Tiap
Kelas Ordo Taksa Ket
Grid
1 3 5 7 9
Trombidiformis Leptotrumbidium 1 0 0 0 0
Arachnida
Mesostigmata Pachylaepidae 0 0 0 0 1
Leptotrumbidium 1 0 0 0 0
Pachylaepidae 0 0 0 0 1
Conaenalostes 0 1 0 0 0
Cecidomyiidae 0 0 1 1 0
Leptotrumbidium 16 0 0 0 0
Pachylaepidae 0 0 0 0 16
Conaenalostes 0 16 0 0 0
Cecidomyiidae 0 0 16 16 0
JumlahIndividuTiap
G1 G3 G5 G7 G9
4.2.Pembahasan
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Aulia S .H., Mochamad H., dan Rully R., 2016, Struktur Komunitas Mikroartropoda
Tanah di Lahan Pertanian Organik dan Anorganik di Desa Batur Kecamatan
Getasan Salatiga, BIOMA, Desember, Vol. 18, No. 2
Deborah A. Neher, and Mary E. Barbercheck, Soil Microarthropods and Soil Health:
Intersection of Decomposition and Pest Suppression in Agroecosystems,
2019, vol 10, 414
Febrita E., Suwondo, & Eka M. 2008, Struktur Komunitas Arthopoda Dalam Tanah
Pada Areal Perkebunan Karet ( Havea bransiliaensis) Di Kec. Inuman Kab.
Kuantan Singingi- Riau, Jurnal Pilar Sains, Vol. 7, No.1
Larasati W., Rully R. dan Mochamad H., 2016, Struktur Komunitas Mikroartropoda
Tanah Di Lahan Penambangan Galian C Rowosari, Kecamatan Tembalang,
Semarang, Jurnal Biologi, Vol. 5 No. 1
Sulistyorini E., Rahayu W., dan Sugeng S., 2021, Kelimpahan Fauna Tanah pada
Ekosistem Pascabakar Kecamatan Mentebah, Kabupaten Kapuas Hulu,
Kalimantan Barat, Indonesia, Agro Bali : Agricultural Journal, Vol. 4 No. 3
Tri T W., Rahayu W., dan Dwi A. S., 2015, Kelimpahan Dan Keanekaragaman
Mikroarthropoda Pada Mikrohabitat Kelapa Sawit, J. Tanah Lingk., 17 (2)
LAMPIRAN