Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI DAN REKAYASA EKOLOGI TANAH


“Komunitas Makrofauna Tanah”

Oleh:
Nama : Wahyu Muhamad Azhar
NIM : D1D121026
Kelas :A
Kelompok :I

JURUSAN/PRODI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fauna tanah dalam perannya terhadap ekosistem tanah dianggap sebagai salah
satu indikator kesuburan dan kualitas tanah. Sebagai indikator dari kesuburan dan
kualitas tanah, dengan adanya kemelimpahan serta keanekaragaman fauna tanah yang
terdapat pada suatu wilayah dapat menjadi tolak ukur bagi kualitas tanah dan kondisi
ekosistem tanah. Fauna tanah merupakan indikator yang sangat berguna bagi kualitas
tanah karena fauna tanah sensitif terhadap perubahan yang ada di tanah dan termasuk
dalam banyak fungsi tanah. Fauna tanah sebagai indikator dari kualitas tanah sangat
bergantung terhadap faktor yang ada pada lingkungan tanah, meliputi faktor biotik
dan abiotik tanah. Fauna tanah berperan melakukan proses dekomposisi dengan cara
meluruhkan tumbuhan dan sisa–sisa organisme yang telah mati untuk diurai menjadi
bahan organik sederhana dan kompleks. Bahan organik hasil dekomposisi inilah yang
dapat menunjang produktivitas serta menjaga kesuburan tanah.(Susanto & Astriana
2021).

Berdasarkan ukuran tubuhnya, fauna tanah dapat dibedakan menjadi empat


kelompok yaitu Mikrofauna dengan diameter tubuh 0,02-0,2 mm, Mesofauna dengan
diameter tubuh 0,2-2 mm contoh nematoda, collembola dan acarina. Makrofauna
dengan diameter tubuh 2-20 mm contoh cacing, semut, dan rayap Megafauna dengan
diameter tubuh lebih besar dari 2 cm contoh bekicot. (Nurrohman et all 2015).

Peran aktif makrofauna tanah dalam menguraikan bahan organik tanah dapat
mempertahankan dan mengembalikan produktivitas tanah dengan didukung faktor
lingkungan disekitarnya. (Nurrohman et all 2015).

Keberadaan fauna tanah sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, salah satunya
adalah adanya bahan organik dalam tanah. Keberadaan fauna dapat dijadikan
parameter dari kualitas tanah, fauna tanah yang digunakan sebagai bioindikator
kesuburan tanah tentunya memiliki jumlah yang relatif melimpah. (Nurrohman et all
2015).

1.2. Tujuan dan Kegunaan

Adapun tujuan praktikum komunitas makrofauna tanah yaitu :


1. Mensampling, mengangkut, dan menyiapkan sampel makrofauna tanah untuk
diidentifikasi.
2. Mengidentifikasi kelompok taksonomi makrofauna tanah, dan mengestimasi
kerapatan dan keragaman komunitas makrofauna tanah.
3. Menganalisis pengaruh mikrohabitat dan menguji perbedaan kerapatan dan
keragaman makrofauna tanah antar mikrohabitat.
4. Mengelompokkan mikrohabitat berdasarkan komunitas makrofauna tanah.
5. Menganalisis saling hubungan antara mikrohabitat dengan kelompok
makrofauna tanah.
Kegunaan dari praktikum komunitas makrofauna tanah yaitu dapat
mengetahui bagaimana mensampling, mengangkut dan menyiapkan sampel
makrofauna tanah untuk diidentifikasi, dapat mengidentifikasi kelompok taksonomi
makrofauna tanah, dapat menganalisis pengaruh mikrohabitat dan menguji perbedaan
kerapatan dan keragaman makrofauna tanah antar mikrohabitat, dapat
mengelompokkan mikrohabitat berdasarkan komunitas makrofauna tanah., dan dapat
menganalisis saling hubungan antara mikrohabitat dengan kelompok makrofauna
tanah.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Fauna tanah merupakan salah satu komponen ekosistem tanah yang berperan
penting dalam proses dekomposer dan penggemburan tanah. Makrofauna tanah
merupakan bagian dari biodiversitas tanah yang berperan penting dalam perbaikan
sifat fisik, kimiawi, dan biologi tanah.Pengelompokan dan identifikasi fauna tanah
berdasarkan ukuran tubuhnya menurut (Arief, 2001)yaitu: 1) mikrofauna, fauna tanah
yang mempunyai ukuran tubuh antara 20 µ - 200 µ, contohnya Ciliata, 2) mesofauna,
fauna tanah yang mempunyai ukuran tubuh 200 µ - 1 cm contohnya nematoda dan 3)
makrofauna, fauna tanah dengan ukuran tubuh > 1 cm, contohnya
cacing, semut dan rayap.(Rai et all 2020).
Makrofauna tanah mempunyai peranan penting dalam dekomposisi bahan
organik tanah dalam penyediaan unsur hara.Keanekaragaman makrofauna tanah
dalam ekosistem tanah menunjukkan hubungan yang sangat erat dalam menunjang
pertumbuhan tanaman. (Pariyanto et all 2020).
Peran penting makrofauna tanah di lahan pertanian adalah menjaga kualitas
lingkungan, pengelolaan tanah yang tidak optimal dapat menyebabakan penurunan
kelimpahan dan keragaman makrofauna tanah sehingga berakibat pada terganggunya
unsur hara tanah. Makrofauna tanah merupakan indikator yang paling sensitif
terhadap perubahan dalam penggunaan lahan, sehingga dapat digunakan untuk
memprediksi tingkat kualitas lahan. Untuk kelangsungan hidup makrofauna tanah
memerlukan persyaratan tertentu. Kondisi lingkungan merupakan faktor utama yang
menentukan kelangsungan hidupnya, yaitu: iklim (curah hujan, suhu), tanah
(kemasaman, kelembaban, suhu tanah, hara), dan vegetasi (hutan, padang rumput)
serta cahaya matahari. (Pariyanto et all 2020).
makrofauna tanah lebih banyak ditemukan pada daerah dengan keadaan
lembab dan kondisi tanah yang memiliki tingkat kemasaman lemah sampai netral.
Oleh karena itu, keberadaan makrofauna tanah dapat menjadi penduga kualitas
lingkungan, terutama kondisi tanah .(Wibowo et all 2017).
Keberadaan dan populasi makrofauna tanah sangat penting dalam membantu
proses rehabilitasi lahan pasca tambang karena mereka berperan dalam perbaikan
sifat fisik, kimia, dan biologi tanah yang terjadi dalam proses imobilisasi dan
humifikasi. (Wibowo et all 2017).
Keanekaragaman makrofauna tanah sangat bervariasi tergantung pada
kebiasaan dan kebiasaan makannya. Semakin banyak makanan yang tersedia maka
semakin beragam pula makrofauna tanah yang dapat bertahan hidup di habitat
tersebut. Tinggi rendahnya nilai indeks keanekaragaman jenis disebabkan oleh
berbagai faktor. Ini termasuk jumlah spesies atau individu yang dilestarikan,
keberadaan beberapa spesies, dan homogenitas substrat 3 kondisi ekosistem. Faktor
yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya indeks keanekaragaman dijelaskan.
(Rima et all 2020).
Bahan organik tanah atau C-organik merupakan sumber energi utama bagi
semua jenis organisme tanah, terutama makrofauna tanah. Faktor kedua adalah pH
tanah, fauna tanah umumnya lebih menyukai pH netral hingga sedikit asam untuk
pertumbuhan dan perkembangan makrofauna tanah. Kisaran Suhu, suhu tanah erat
kaitannya dengan kelembaban tanah. Suhu dan kelembaban memegang peranan
penting dalam lingkungan dan merupakan bagian terpenting dari iklim. (Rima et all
2020).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Waktu

Praktikum pengamatan makrofauna tanah dilakukan pada hari Sabtu, 4


Novenber 2023 bertempat di Laboratorium Lapangan Lahan 2 fakultas Pertanian
Universitas Halu Oleo Kendari pukul 07.00-Selesai.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan yaitu GPS, pinset laboratorium, meteran roll 50m,
gunting, skop kecil, parang, frame besi, baskom berwarna terang, pacul, sekop, balok
besar, sterofoam box, botol youC, botol sampel, cawan petri dan mikroskop.

Bahan yang digunakan adalah alcohol 70%, aquades, formalin, kertas label,
kapas, larutan deterjen cair, gelas pop ice, kayu sumpit, kardus, tali rafia, karung
danzipper pack.

3.3. Prosedur Kerja

Cara kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :


1. Tentukan lokasi studi
2. Lakukan survey awal lokasi, dan tentukan berapa banyak tipe penggunaan
lahan yang dalam lokasi studi, ambil posisi geografis menggunakan GPS.
3. Putuskan jenis penggunaan lahan yang akan di studi komunitas makrofauna
tanahnya.
4. Buat sketsa lokasi studi beserta letak penggunaan lahan yang akan diselidiki
makrofauna tanahnya pada sebuah peta kerja.
5. Berkunjung kembali lokasi studi, dan buat sebanyak minimal 3 buah transek
dalam tiap penggunaan lahan yang akan dikaji, tergantung luasan area
penggunaan lahan.
6. Tiap transek berukuran 2m x 50 m, atau panjangnya disesuaikan dengan
kondisi tempat studi. Jarak antara transek dalam penggunaan lahan minimal
30 m.
7. Buat grid dalam tiap transek ukuran 2m x 5 m.
8. Letakkan titik sampel mini-monolit (30 cm x 30 cm x 10 cm) sejauh 10 m dari
transek.
9. Monolit diletakkan disepanjang transek dengan antar mini-monolit sejauh 10
m.
10. Letakkan titik sampel untuk penempatan pitfall trap berisi sedikit serasah
daun dan alkohol 70% antiseptik dan larutan deterjen (Gambar 1) sejauh 10 m
dari mini-monolith yang diletakkan sejajar dengan mini-monolitih.

Gambar 1. Pitfall trap (Seldon et al. 2010; Costa-Silva et al. 2019)

11. Disekitar tiap pitfall trap diletakkan sub-plot ukuran 50 cm x 50 cm.


12. Dalam tiap sub-plot dari transek diambil 12 core tanah (ukuran 12 x 12 x 10
cm) untuk sampling rayap.
13. Skema penempatan area sampel tiap penggunaan lahan disajikan pada
Gambar 2.
Gambar 2. Skema untuk sampling makrofauna tanah (diadopsi dari: Moreira et al.
2008). W menyatakan sampling serasah untuk ektraksi winkler

14. Tiap mini-monolith ditelekkan di atas baki berwarna cerah dan dilakukan
pemisahan makrofauna dari tanah menggunakan teknik hand sorting.
15. Tanah dalam tiap core dikeluarkan di atas baki berwarna cerah, makrofauna
(rayap) dipisahkan dari tanah dengan teknik hand sorting.
16. Makrofouna tanah terperangkap dalam pitfall terap dikumpulkan setiap dua
hari sekali selama studi.
17. Makrofauna tanah dalam serasah dipisahkan dari serasah menggunakan
ekstraktor winkler (Gambar 3).
Gambar 3. Alat pengekstrak mini-winkler (Foto dari Upton & Chapman, 2010;
Forbes & Sikes, 2018)
18. Makrofauna bertubuh lunak seperti cacing tanah dari masing-masing titik
sampel diawetkan dalam botol sampel formalin 4%, dan makrofauna lainnya
diawetkan dalam botol sampel berisi alkohol 70%. Setelah tubuh cacing tanah
mengeras (sekitar 2 hari dalam pengawet formalin) dipindah ke dalam botol
sampel pengawet alkohol 70%.
19. Kecuali cacing tanah, makrofauna tanah lainnya dibersihkan dengan KOH
10% sebelum identifikasi dilaksanakan.
20. Morfospesies spesimen makrofauna yang telah dibersihkan diidentifikasi
sampai tingkat marga dan beberapa hanya dapat diidentifikasi sampai tingkat
ordo/sub-ordo/suku di bawah lensa obyektif perbesaran 2,5 kali dan 4 kali
dibawah mikroskop di bawah mikroskop bedah.
21. Jumlah individu tiap kelompok taksonomi di hitung, dan dicatat dalam tabel
pengamatan (Tabel 1).
22. Selanjutnya dihitung kerapatan tiap takson makrofauna tanah dari tiap
penggunaan lahan untuk tiap metode ekstraksi. Kerapatan takson dinyatakan
dalam individu per m2 .
23. Selanjutnya dihitung kekayaan takson dan indeks keragaman komunitas
makrofauna tanah dari tiap penggunakan lahan. Indeks keragaman (Morris et
al, 2014) yang dihitung meliputi:
a) Kekayaan takson dinyatakan dengan :
S = Jumlah takson
b) Indeks keragmaan Shanon-Weiner dihitung menggunakan rumus:
H’ = − ∑ Pi ln Pi
Dengan keterangan: H´ menyatakan Indeks keragaman Shanon; Pi
menyatakan proporsi individu yang termasuk dalam takson i dari suatu
sampel; Pi = n i- N, dengan ni menyatakan jumlah individu takson ke-
i; dan N menyatakan jumlah total individu seluruh takson dalam
sampel.
c) Indeks keragaman Simpson (D1) dihitung menggunakan rumus:
D1 = 1 − ∑ Pi2
Dengan keterangan : D1 menyatakan indeks keragaman Simpson; Pi
menyatakan proporsi individu yang termasuk dalam takson i dari suatu
sampel; Pi = ni : N , dengan ni menyatakan jumlah individu takson ke-
i; dan N menyatakan jumlah total individu seluruh takson dalam
sampel.
d) Indeks dominansi Simpson’s (D2) dihitung menggunakan rumus:
D2 = 1/ ∑ Pi2
Dengan keterangan: D2 menyatakan indeks dominansi Simpson’s; Pi
menyatakan proporsi individu yang termasuk dalam takson i dari suatu
sampel; Pi = ni : N , dengan ni menyatakan jumlah individu takson ke-
i; dan N menyatakan jumlah total individu seluruh takson dalam
sampel.
e) Indeks kemerataan (evenness) Simpson’s (E) dihitung menggunakan
rumus:
E = D2/S
Dengan keterangan: E menyatakan Indeks kemerataan Simpson’s; D2
menyatakan Indeks dominansi Simpson’s, dan S menyatakan kekayaan
takson.
f) Indeks dominansi Berger-Parker dihitung menggunakan nilai Pmaks
adalah proporsi individu takson makrofauna tanah yang paling banyak.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil Analisis

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diperoleh data sebagai berikut :


Tabel 4.1.1. Hasil Pengamatan Makrofauna Tanah (Frame)

Jumlah Individu

Kelas Ordo Taksa Tiap Grid Ket

1 3 5 7 9

Litellata Megadilacea Pontoscolex 5 0 1 6 5

Myriapoda Diplopoda Julus 0 0 1 0 0

Scolopendro
Chilopoda Scolopendra 2 0 0 0 0
morpha

Arachanida Aranae Clitaetra 0 1 2 0 0


Coptoterme
Isoptera 1 0 0 0 3
s

Insecta
Dolichodes
1 0 3 0 0
Thoracicus
Hymenoptera

Solenopsis 0 0 2 0 0

Tabel 4.1.2. Indeks Keragaman Makrofauna Tanah (Frame)

Jumlah Individu Tiap Grid/0,0625m2


Taksa
1 3 5 7 9

Pontoscolex 5 0 1 6 5

Julus 0 0 1 0 0

Scolopendra 2 0 0 0 0

Clitaetra 0 1 2 0 0

Coptotermes 1 0 0 0 3

Dolichodes Thoracicus 1 0 3 0 0

Solenopsis 0 0 2 0 0

Taksa Jumlah Individu Tiap Grid/m2


1 3 5 7 9

Pontoscolex 80 0 16 96 80

Julus 0 0 16 0 0

Scolopendra 32 0 0 0 0

Clitaetra 0 16 32 0 0

Coptotermes 16 0 0 0 48

Dolichodes Thoracicus 16 0 48 0 0

Solenopsis 0 0 32 0 0

JumlahIndividuTiap
Grid/0,0625m2
Taksa Total ni/N ln Pi Pi*ln Pi Pi^2
G1 G3 G G7 G9
5

Pontoscolex 80 0 16 96 80 272 54,4 3,9964 217,4022 2959,36

Julus 0 0 16 0 0 16 3,2 1,1632 3,7221 10,24

Scolopendra 32 0 0 0 0 32 6,4 1,8563 1,8803 40,96

Clitaetra 0 16 32 0 0 48 9,6 2,2618 21,7129 92,16

Coptotermes 16 0 0 0 48 64 12,8 2,5494 32,6329 163,84

Dolichodes 16 0 48 0 0
Thoracicus 64 12,8 2,5494 32,6329 163,84

Solenopsis 0 0 32 0 0 32 6,4 1,8563 11,8803 40,96


IndeksKeanekaragaman (H’) -330,86

IndeksKeragaman Simpson (D1) -3470,4

IndeksDominansi Simpson’s (D2) 0,0003

Indekskemerataan (evenness) 0,000042


Simpson’s (E)

Tabel 4.1.3. Hasil Pengamatan Makrofauna Tanah (Pitfaltrap)

Jumlah Individu

Kelas Ordo Taksa Tiap Grid Ket

1 3 5 7 9

Litellata Megadilacea Pontoscolex 0 0 1 0 2

Myriapoda Diplopoda Julus 0 0 0 1 0

Scolopendro
Chilopoda Scolopendra 0 0 0 1 0
morpha
Arachanida Aranae Clitaetra 1 0 0 0 0

Coptoterme
Isoptera 1 0 0 0 0
s

Dolichodes
4 2 4 2 1
Thoracicus

Insecta Hymenoptera

Solenopsis 0 0 0 0 1

Orthoptera Gryllus 1 0 0 1 0

Tabel 4.1.4. Indeks Keragaman Makrofauna Tanah (Pitfaltrap)

Jumlah Individu Tiap Grid/0,0625m2


Taksa
1 3 5 7 9

Pontoscolex 0 0 1 0 2
Julus 0 0 0 1 0

Scolopendra 0 0 0 1 0

Clitaetra 1 0 0 0 0

Coptotermes 1 0 0 0 0

Dolichodes Thoracicus 4 2 4 2 1

Solenopsis 0 0 0 0 1

Gryllus 1 0 0 1 0

Jumlah Individu Tiap Grid/m2


Taksa
1 3 5 7 9

Pontoscolex 0 0 16 0 32

Julus 0 0 0 16 0

Scolopendra 0 0 0 16 0

Clitaetra 16 0 0 0 0

Coptotermes 16 0 0 0 0

Dolichodes Thoracicus 64 32 64 32 16

Solenopsis 0 0 0 0 16

Gryllus 16 0 0 16 0

Taksa JumlahIndividuTiap Total ni/N ln Pi Pi*ln Pi Pi^2


Grid/0,0625m2

G1 G3 G G7 G9
5

Pontoscolex 0 0 16 0 32 48 9,6 2,2618 21,7129 92,16

Julus 0 0 0 16 0 16 3,2 1,1632 3,7221 10,24

Scolopendra 0 0 0 16 0 16 3,2 1,1632 3.7221 10,24

Clitaetra 16 0 0 0 0 16 3,2 1,1632 3,7221 10,24

Coptotermes 16 0 0 0 0 16 3,2 1,1632 3,7221 10,24

Dolichodes
64 32 64 32 16
Thoracicus 208 41,6 3,7281 155,0890 1730,56

Solenopsis 0 0 0 0 16 16 3,2 1,1632 3,7221 10,42

Gryllus 16 0 0 16 0 32 6,4 1,8563 11,8803 40,96

IndeksKeanekaragaman (H’) -194,41

IndeksKeragaman Simpson (D1) -1913,9

IndeksDominansi Simpson’s (D2) 0,0005

Indekskemerataan (evenness) 0,000071


Simpson’s (E)

4.2.Pembahasan

Berdasarkan pada tabel 4.1.1. hasil pengamatan makrofauna tanah ( frame) di


laboratorium lapangan, lahan II di dapatkan 30 individu dari 6 ordo dan 7 taksa pada
transek dengan 5 grid. Taksa makrofauna tanah yang banyak di temukan yaitu
Pontoscolex. Adapun makrofauna yang sedikit di temukan yaitu taksa Julus dan
Solenopsis,
Pada transek dengan 5 grid yaitu, grid 1 di dapatkan 4 individu, 4 0rdo dan 4
taksa, yaitu taksa Pontoscolex dengan ordo Megadilacea, taksa Scolopendra dengan
ordo Scolopendromorpha, taksa Coptotermes dengan ordo Isoptera, dan taksa
Dolichodes Thoracicus dengan ordo Hymenoptera. Pada grid 3 di dapatkan hanya 1
individu dengan ordo dan taksa yang sama, yaitu taksa Clitaetra dengan ordo Aranae.
Pada grid 5 di dapatkan 9 individu, 4 ordo dan 5 taksa, yaitu taksa
Pontoscolex dengan ordo Megadilacea, taksa Julus dengan ordo Diplopoda, taksa
Clitaetra dengan ordo Aranae, taksa Dolichodes Thoracicus dengan ordo
Hymenoptera, dan taksa Solenopsis dengan ordo Hymenoptera. Pada grid 7 di
dapatkan 6 individu dengan ordo dan taksa yang sama, yaitu taksa Pontoscolex
dengan ordo Megadilacea. Pada transek 9 di dapatkan 8 individu, 2 taksa dan 2 ordo,
yaitu taksa Pontoscolex dengan ordo Megadilacea dan taksa Coptotermes dengan oro
Isoptera.
Berdasarkan tabel 4.1.2. indeks keragaman makrofauna tanah (frame) masuk
kategori rendah (H<1) hal tersebut menandakan bahwa produktifitas sangan rendah
dan sebagai indikasi adanya tekanan yang berat dan ekosistem tidak stabil.
Sedangkan indeks dominasi simpson yaitu di dapatkan nilai 0,0003 masuk kategori
rendah, dominasi yang rendah menandakan bahwa tidak ada makrofauna yang
dominan di lokasi tersebut dan indeks kemerataan di dapatkan nilai 0,000042 artinya
semakin kecil keseragaman populasi dimana penyevaran individu setiap spesies tidak
sama dan kekayaan individu yang dimiliki masing-masing spesies sangat berbeda.
Berdasarkan tabel 4.1.3. hasil pengamatan makrofauna tanah (pitfaltrap) di
laboratoriun lapangan, lahan II di dapatkan 8 individu dari 7 ordo dan 8 taksa pada
transek dengan 5 grid. Taksa makrofauna yang paling banyak di temukan yaitu
Dolichodes Thoracicus. Adapun jenis makrofauna tanah yang sedikit di temukan
antara lain, Julus, Scolopendra, Clitaetra, Coptotermes, dan Solenopsis.
Pada transek dengan 5 grid, yaitu grid 1 di dapatkan 7 individu dari 4 ordo
dan 4 taksa, yaitu taksa Clitaetra dengan ordo Aranae, taksa Coptotermes dengan
ordo Isoptera, taksa Dolichodes Thoracicus dengan ordo Hymenoptera, dan taksa
Gryllus dengan ordo Orthoptera. Pada grid 3 di dapatkan 2 individu dari 1 ordo dan 1
taksa, yaitu taksa Clitaetra dengan ordo Aranae.
Pada grid 5 di dapatkan 5 individu dari 2 ordo dan 2 taksa, yaitu taksa
Pontoscolex dengan ordo Megadilacea dan taksa Dolichodes Thoracicus dengan ordo
Hymenoptera. Pada grid 7 di dapatkan 5 individu dari 4 ordo dan 4 taksa, yaitu taksa
Julus dengan ordo Diplopoda, taksa Scolopendra dengan ordo Scolopendromorpha,
taksa Dolichodes Thoracicus dengan ordo Hymenoptera dan taksa Gryllus dengan
ordo Orthoptera. Pada gris 9 di dapatkan 4 individu dari 2 ordo dan 3 taksa, yaitu
taksa Pontoscolex dengan ordo Megadilacea, taksa Dolichodes Thoracicus dengan
ordo Hymenoptera dan taksa Solenopsis dengan ordo Hymenoptera.
Berdasarkan tabel 4.1.4. indeks keragaman makrofauna tanah (pitfaltrap)
masuk kategori rendah (H<1) hal tersebut menandakan bahwa produktifitas sangan
rendah dan sebagai indikasi adanya tekanan yang berat dan ekosistem tidak stabil.
Sedangkan indeks dominasi simpson yaitu di dapatkan nilai 0,0005 masuk kategori
rendah, dominasi yang rendah menandakan bahwa tidak ada makrofauna yang
dominan di lokasi tersebut dan indeks kemerataan di dapatkan nilai 0,000071 artinya
semakin kecil keseragaman populasi dimana penyevaran individu setiap spesies tidak
sama dan kekayaan individu yang dimiliki masing-masing spesies sangat berbeda.
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil Pengangamatan data diatas dapat disimpulkan bahwa


tindeks keragaman makrofauna tanah (pitfaltrap) masuk kategori rendah (H<1) hal
tersebut menandakan bahwa produktifitas sangan rendah dan sebagai indikasi adanya
tekanan yang berat dan ekosistem tidak stabil. Sedangkan indeks dominasi simpson
yaitu di dapatkan nilai 0,0005 masuk kategori rendah, dominasi yang rendah
menandakan bahwa tidak ada makrofauna yang dominan di lokasi tersebut dan indeks
kemerataan di dapatkan nilai 0,000071 artinya semakin kecil keseragaman populasi
dimana penyevaran individu setiap spesies tidak sama dan kekayaan individu yang
dimiliki masing-masing spesies sangat berbeda.

5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Rai I. G. A., Kadek Y. S., I Made S., Ni I. R., Yundari, dan I Wayan B. 2020.
Keanekaragaman Jenis Makrofauna Tanah pada Lahan Budidaya Kentang
Organik di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Sebagai Sumber
Pembelajaran Biologi, Jurnal Emasains : Jurnal Edukasi Matematika dan
Sains, Vol. 9 No. 2.

Susanto dan Astriana P. R., 2021, Komunitas Makrofauna Tanah pada Lahan Bekas
TPA Gunung Tugel Kabupaten Banyumas, SAINTEKS, volume 18 No 2.

Nurrohman E., Abdulkadir R., dan Sri W., 2015, Keanekaragaman Makrofauna
Tanah Di Kawasan Perkebunan Coklat (Theobroma Cacao L. ) Sebagai
Bioindikator Kesuburan Tanah Dan Sumber Belajar Biologi, Jurnal
Pendidikan Biologi Indonesia, Vol, 1 No. 2.

Pariyanto, Endang S., dan Bahlul I., 2020, Keanekaragaman Makrofauna Tanah Di
Perkebunan Kopi Desa Batu Kalung Kecamatan Muara Kemumu
Kabupaten Kepahiang, Jurnal Biosilampari: Jurnal Biologi, Vol. 2, No. 2

Rima L. A. G., Lolita E. S., dan Baharuddin, 2020, Keanekaragaman Makrofauna


Tanah Di Bawah Naungan Tanaman Porang (Amorphophallus muelleri
blume) Di Hutan Sekunder Senaru Lombok Utara, JOURNAL OF SOIL
QUALITY AND MANAGEMENT, vol 7 no 1

Wibowo C. dan Syamsudin A. S., 2017, Keanekaragaman Makrofauna Tanah Pada


Berbagai Tipe Tegakan Di Areal Bekas Tambang Silika Di Holcim
Educational Forest, Sukabumi, Jawa Barat, Jurnal Silvikultur Tropika, Vol.
08 No. 1,
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai