Oleh:
Nama : Wahyu Muhamad Azhar
NIM : D1D121026
Kelas :A
Kelompok :I
Fauna tanah dalam perannya terhadap ekosistem tanah dianggap sebagai salah
satu indikator kesuburan dan kualitas tanah. Sebagai indikator dari kesuburan dan
kualitas tanah, dengan adanya kemelimpahan serta keanekaragaman fauna tanah yang
terdapat pada suatu wilayah dapat menjadi tolak ukur bagi kualitas tanah dan kondisi
ekosistem tanah. Fauna tanah merupakan indikator yang sangat berguna bagi kualitas
tanah karena fauna tanah sensitif terhadap perubahan yang ada di tanah dan termasuk
dalam banyak fungsi tanah. Fauna tanah sebagai indikator dari kualitas tanah sangat
bergantung terhadap faktor yang ada pada lingkungan tanah, meliputi faktor biotik
dan abiotik tanah. Fauna tanah berperan melakukan proses dekomposisi dengan cara
meluruhkan tumbuhan dan sisa–sisa organisme yang telah mati untuk diurai menjadi
bahan organik sederhana dan kompleks. Bahan organik hasil dekomposisi inilah yang
dapat menunjang produktivitas serta menjaga kesuburan tanah.(Susanto & Astriana
2021).
Peran aktif makrofauna tanah dalam menguraikan bahan organik tanah dapat
mempertahankan dan mengembalikan produktivitas tanah dengan didukung faktor
lingkungan disekitarnya. (Nurrohman et all 2015).
Keberadaan fauna tanah sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, salah satunya
adalah adanya bahan organik dalam tanah. Keberadaan fauna dapat dijadikan
parameter dari kualitas tanah, fauna tanah yang digunakan sebagai bioindikator
kesuburan tanah tentunya memiliki jumlah yang relatif melimpah. (Nurrohman et all
2015).
Fauna tanah merupakan salah satu komponen ekosistem tanah yang berperan
penting dalam proses dekomposer dan penggemburan tanah. Makrofauna tanah
merupakan bagian dari biodiversitas tanah yang berperan penting dalam perbaikan
sifat fisik, kimiawi, dan biologi tanah.Pengelompokan dan identifikasi fauna tanah
berdasarkan ukuran tubuhnya menurut (Arief, 2001)yaitu: 1) mikrofauna, fauna tanah
yang mempunyai ukuran tubuh antara 20 µ - 200 µ, contohnya Ciliata, 2) mesofauna,
fauna tanah yang mempunyai ukuran tubuh 200 µ - 1 cm contohnya nematoda dan 3)
makrofauna, fauna tanah dengan ukuran tubuh > 1 cm, contohnya
cacing, semut dan rayap.(Rai et all 2020).
Makrofauna tanah mempunyai peranan penting dalam dekomposisi bahan
organik tanah dalam penyediaan unsur hara.Keanekaragaman makrofauna tanah
dalam ekosistem tanah menunjukkan hubungan yang sangat erat dalam menunjang
pertumbuhan tanaman. (Pariyanto et all 2020).
Peran penting makrofauna tanah di lahan pertanian adalah menjaga kualitas
lingkungan, pengelolaan tanah yang tidak optimal dapat menyebabakan penurunan
kelimpahan dan keragaman makrofauna tanah sehingga berakibat pada terganggunya
unsur hara tanah. Makrofauna tanah merupakan indikator yang paling sensitif
terhadap perubahan dalam penggunaan lahan, sehingga dapat digunakan untuk
memprediksi tingkat kualitas lahan. Untuk kelangsungan hidup makrofauna tanah
memerlukan persyaratan tertentu. Kondisi lingkungan merupakan faktor utama yang
menentukan kelangsungan hidupnya, yaitu: iklim (curah hujan, suhu), tanah
(kemasaman, kelembaban, suhu tanah, hara), dan vegetasi (hutan, padang rumput)
serta cahaya matahari. (Pariyanto et all 2020).
makrofauna tanah lebih banyak ditemukan pada daerah dengan keadaan
lembab dan kondisi tanah yang memiliki tingkat kemasaman lemah sampai netral.
Oleh karena itu, keberadaan makrofauna tanah dapat menjadi penduga kualitas
lingkungan, terutama kondisi tanah .(Wibowo et all 2017).
Keberadaan dan populasi makrofauna tanah sangat penting dalam membantu
proses rehabilitasi lahan pasca tambang karena mereka berperan dalam perbaikan
sifat fisik, kimia, dan biologi tanah yang terjadi dalam proses imobilisasi dan
humifikasi. (Wibowo et all 2017).
Keanekaragaman makrofauna tanah sangat bervariasi tergantung pada
kebiasaan dan kebiasaan makannya. Semakin banyak makanan yang tersedia maka
semakin beragam pula makrofauna tanah yang dapat bertahan hidup di habitat
tersebut. Tinggi rendahnya nilai indeks keanekaragaman jenis disebabkan oleh
berbagai faktor. Ini termasuk jumlah spesies atau individu yang dilestarikan,
keberadaan beberapa spesies, dan homogenitas substrat 3 kondisi ekosistem. Faktor
yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya indeks keanekaragaman dijelaskan.
(Rima et all 2020).
Bahan organik tanah atau C-organik merupakan sumber energi utama bagi
semua jenis organisme tanah, terutama makrofauna tanah. Faktor kedua adalah pH
tanah, fauna tanah umumnya lebih menyukai pH netral hingga sedikit asam untuk
pertumbuhan dan perkembangan makrofauna tanah. Kisaran Suhu, suhu tanah erat
kaitannya dengan kelembaban tanah. Suhu dan kelembaban memegang peranan
penting dalam lingkungan dan merupakan bagian terpenting dari iklim. (Rima et all
2020).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
Alat yang digunakan yaitu GPS, pinset laboratorium, meteran roll 50m,
gunting, skop kecil, parang, frame besi, baskom berwarna terang, pacul, sekop, balok
besar, sterofoam box, botol youC, botol sampel, cawan petri dan mikroskop.
Bahan yang digunakan adalah alcohol 70%, aquades, formalin, kertas label,
kapas, larutan deterjen cair, gelas pop ice, kayu sumpit, kardus, tali rafia, karung
danzipper pack.
14. Tiap mini-monolith ditelekkan di atas baki berwarna cerah dan dilakukan
pemisahan makrofauna dari tanah menggunakan teknik hand sorting.
15. Tanah dalam tiap core dikeluarkan di atas baki berwarna cerah, makrofauna
(rayap) dipisahkan dari tanah dengan teknik hand sorting.
16. Makrofouna tanah terperangkap dalam pitfall terap dikumpulkan setiap dua
hari sekali selama studi.
17. Makrofauna tanah dalam serasah dipisahkan dari serasah menggunakan
ekstraktor winkler (Gambar 3).
Gambar 3. Alat pengekstrak mini-winkler (Foto dari Upton & Chapman, 2010;
Forbes & Sikes, 2018)
18. Makrofauna bertubuh lunak seperti cacing tanah dari masing-masing titik
sampel diawetkan dalam botol sampel formalin 4%, dan makrofauna lainnya
diawetkan dalam botol sampel berisi alkohol 70%. Setelah tubuh cacing tanah
mengeras (sekitar 2 hari dalam pengawet formalin) dipindah ke dalam botol
sampel pengawet alkohol 70%.
19. Kecuali cacing tanah, makrofauna tanah lainnya dibersihkan dengan KOH
10% sebelum identifikasi dilaksanakan.
20. Morfospesies spesimen makrofauna yang telah dibersihkan diidentifikasi
sampai tingkat marga dan beberapa hanya dapat diidentifikasi sampai tingkat
ordo/sub-ordo/suku di bawah lensa obyektif perbesaran 2,5 kali dan 4 kali
dibawah mikroskop di bawah mikroskop bedah.
21. Jumlah individu tiap kelompok taksonomi di hitung, dan dicatat dalam tabel
pengamatan (Tabel 1).
22. Selanjutnya dihitung kerapatan tiap takson makrofauna tanah dari tiap
penggunaan lahan untuk tiap metode ekstraksi. Kerapatan takson dinyatakan
dalam individu per m2 .
23. Selanjutnya dihitung kekayaan takson dan indeks keragaman komunitas
makrofauna tanah dari tiap penggunakan lahan. Indeks keragaman (Morris et
al, 2014) yang dihitung meliputi:
a) Kekayaan takson dinyatakan dengan :
S = Jumlah takson
b) Indeks keragmaan Shanon-Weiner dihitung menggunakan rumus:
H’ = − ∑ Pi ln Pi
Dengan keterangan: H´ menyatakan Indeks keragaman Shanon; Pi
menyatakan proporsi individu yang termasuk dalam takson i dari suatu
sampel; Pi = n i- N, dengan ni menyatakan jumlah individu takson ke-
i; dan N menyatakan jumlah total individu seluruh takson dalam
sampel.
c) Indeks keragaman Simpson (D1) dihitung menggunakan rumus:
D1 = 1 − ∑ Pi2
Dengan keterangan : D1 menyatakan indeks keragaman Simpson; Pi
menyatakan proporsi individu yang termasuk dalam takson i dari suatu
sampel; Pi = ni : N , dengan ni menyatakan jumlah individu takson ke-
i; dan N menyatakan jumlah total individu seluruh takson dalam
sampel.
d) Indeks dominansi Simpson’s (D2) dihitung menggunakan rumus:
D2 = 1/ ∑ Pi2
Dengan keterangan: D2 menyatakan indeks dominansi Simpson’s; Pi
menyatakan proporsi individu yang termasuk dalam takson i dari suatu
sampel; Pi = ni : N , dengan ni menyatakan jumlah individu takson ke-
i; dan N menyatakan jumlah total individu seluruh takson dalam
sampel.
e) Indeks kemerataan (evenness) Simpson’s (E) dihitung menggunakan
rumus:
E = D2/S
Dengan keterangan: E menyatakan Indeks kemerataan Simpson’s; D2
menyatakan Indeks dominansi Simpson’s, dan S menyatakan kekayaan
takson.
f) Indeks dominansi Berger-Parker dihitung menggunakan nilai Pmaks
adalah proporsi individu takson makrofauna tanah yang paling banyak.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil Analisis
Jumlah Individu
1 3 5 7 9
Scolopendro
Chilopoda Scolopendra 2 0 0 0 0
morpha
Insecta
Dolichodes
1 0 3 0 0
Thoracicus
Hymenoptera
Solenopsis 0 0 2 0 0
Pontoscolex 5 0 1 6 5
Julus 0 0 1 0 0
Scolopendra 2 0 0 0 0
Clitaetra 0 1 2 0 0
Coptotermes 1 0 0 0 3
Dolichodes Thoracicus 1 0 3 0 0
Solenopsis 0 0 2 0 0
Pontoscolex 80 0 16 96 80
Julus 0 0 16 0 0
Scolopendra 32 0 0 0 0
Clitaetra 0 16 32 0 0
Coptotermes 16 0 0 0 48
Dolichodes Thoracicus 16 0 48 0 0
Solenopsis 0 0 32 0 0
JumlahIndividuTiap
Grid/0,0625m2
Taksa Total ni/N ln Pi Pi*ln Pi Pi^2
G1 G3 G G7 G9
5
Dolichodes 16 0 48 0 0
Thoracicus 64 12,8 2,5494 32,6329 163,84
Jumlah Individu
1 3 5 7 9
Scolopendro
Chilopoda Scolopendra 0 0 0 1 0
morpha
Arachanida Aranae Clitaetra 1 0 0 0 0
Coptoterme
Isoptera 1 0 0 0 0
s
Dolichodes
4 2 4 2 1
Thoracicus
Insecta Hymenoptera
Solenopsis 0 0 0 0 1
Orthoptera Gryllus 1 0 0 1 0
Pontoscolex 0 0 1 0 2
Julus 0 0 0 1 0
Scolopendra 0 0 0 1 0
Clitaetra 1 0 0 0 0
Coptotermes 1 0 0 0 0
Dolichodes Thoracicus 4 2 4 2 1
Solenopsis 0 0 0 0 1
Gryllus 1 0 0 1 0
Pontoscolex 0 0 16 0 32
Julus 0 0 0 16 0
Scolopendra 0 0 0 16 0
Clitaetra 16 0 0 0 0
Coptotermes 16 0 0 0 0
Dolichodes Thoracicus 64 32 64 32 16
Solenopsis 0 0 0 0 16
Gryllus 16 0 0 16 0
G1 G3 G G7 G9
5
Dolichodes
64 32 64 32 16
Thoracicus 208 41,6 3,7281 155,0890 1730,56
4.2.Pembahasan
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Rai I. G. A., Kadek Y. S., I Made S., Ni I. R., Yundari, dan I Wayan B. 2020.
Keanekaragaman Jenis Makrofauna Tanah pada Lahan Budidaya Kentang
Organik di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Sebagai Sumber
Pembelajaran Biologi, Jurnal Emasains : Jurnal Edukasi Matematika dan
Sains, Vol. 9 No. 2.
Susanto dan Astriana P. R., 2021, Komunitas Makrofauna Tanah pada Lahan Bekas
TPA Gunung Tugel Kabupaten Banyumas, SAINTEKS, volume 18 No 2.
Nurrohman E., Abdulkadir R., dan Sri W., 2015, Keanekaragaman Makrofauna
Tanah Di Kawasan Perkebunan Coklat (Theobroma Cacao L. ) Sebagai
Bioindikator Kesuburan Tanah Dan Sumber Belajar Biologi, Jurnal
Pendidikan Biologi Indonesia, Vol, 1 No. 2.
Pariyanto, Endang S., dan Bahlul I., 2020, Keanekaragaman Makrofauna Tanah Di
Perkebunan Kopi Desa Batu Kalung Kecamatan Muara Kemumu
Kabupaten Kepahiang, Jurnal Biosilampari: Jurnal Biologi, Vol. 2, No. 2