Anda di halaman 1dari 41

REVIEW JURNAL

BIOLOGI SEL

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Biologi Umum

Disusun oleh :

Nama Mahasiswa
NIM

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PELITA BANGSA
BEKASI
2020
KOMUNITAS CACING TANAH PADA BEBERAPA PENGGUNAAN LAHAN
GAMBUT DI KALIMANTAN TENGAH
(Earthworms Community on Several Land uses of Peat Land in Central Kalimantan)

PENDAHULUAN organisme tersebut. Hal ini karena proses


Lahan gambut mempunyai potensi yang sangat pencampuran residu oleh cacing tanah akan
besar untuk ekstensifikasi pertanian di Indonesia, meningkatkan luas permukaan, sehingga pelepasan
karena luasnya mencapai 15,4 juta-(Widjaya-Adhi et unsur hara oleh mikro flora dipercepat(Maftu'ah,
al., 1992). Namun demikian pengembangan pertanian 2002). Selain itu, biomassa cacing tanah telah
di lahan gambut terkendala antara lain oleh kesuburan diketahui merupakan indikator yang baik untuk
tanah yang rendah, masalah air dan subsiden- mendeteksi perubahan pH. keberadaan horison
(Nurzakiah dan Jumberi. 2004). Tanah gambut bersifat organik, kelembaban tanah dan kualitas humus
sangat masam, kandungan P, K., Ca dan Mg dan hara (Anderson, 1994).
mikro tergolong rendah (Widjaya-Adhi, 1986). Dalam Aktivitas cacing tanah berperan penting
kaitannya dengan air, tanah gambut mempunyai dalam ekosistem tanah melalui proses memakan
kemampuan mengikat air yang tinggi, yaitu sampai 20 dan mengeluarkan tanah dalam bentuk kasting,
kali berat keringnya. Namun. jika tanah tersebut sehingga memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Pada
mengalami pengeringan yang terlalu lama, kemampuan tanah mineral, cacing tanah mempengaruhi bobot isi
dalam mengikat air turun. Hal ini disebabkan karena tanah, meningkatkan pori total dan pori aerasi,
pengeringan bersifat tidak balik {irreversible drying). sehingga cacing tanah disebut sebagai bioagregrat
Selain itu, masalah lain pada tanah gambut adalah (Lavelle et at., 1994). Cacing tanah juga disebut
terjadinya subsiden (penurunan permukaan tanah), sebagai biofabrik karena mempengaruhi struktur tanah
akibat proses dekomposisi gambut. melalui proses pencemaan, pemilihan partikel tanah
Organisme tanah sangat berperan dalam proses berukuran kecil dan membentuk struktur yang spesifik.
dekomposisi, aliran karbon, redistribusi dan siklus Peranan cacing tanah terhadap sifat kimia tanah
unsur hara, bioturbasi dan pembentukan struktur tanah melalui kasting yang dihasilkan sehingga dapat
(Anderson, 1994). Cacing tanah merupakan salah satu meningkatkan kesuburan tanah. Selain itu aktivitas
fauna yang dapat meningkatkan proses dekomposisi cacing tanah mempengaruhi laju dekomposisi bahan
dan ketersediaan hara. Organisme ini dapat organik tanah, sehingga dapat meningkatkan
mempercepat proses dekomposisi bahan organik 2- 5 ketersediaan unsur hara dan kesuburan tanah (Subler
kali lebih cepat dibandingkan tanpa adanya et al, 1998).
aktivitas

'Dilerima: 6 Desember 2008 - Disetujui: 17 Februari 2009


Maftu'ah dan Susanti - Komunitas Cacing Tanah di Lahan Gambut

Perbedaan penggunaan lahan dapat


berpengaruh pada populasi dan komunitas cacing
tanah, sedangkan pengolahan tanah secara intensif,
pemupukan dan penanaman secara monokultur pada dimana:
sistem pertanian konvensional dapat menurunkan H: Indeks diversitas,
populasi cacing tanah (Pankhrust, 1994; Lavelle, 1994). pi: proporsi (kepadatan relatif) spesies cacing tanah,
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari s: jumlah spesies cacing tanah
komunitas cacing pada lahan gambut di Kalimantan
Tengah dan mendapatkan jenis cacing yang dominan HASIL

di lahan gambut. Dari hasil penelitian ini diharapkan Populasi cacing tanah yang ditemukan pada
diperoleh jenis cacing tanah yang cocok untuk beberapa penggunaan lahan gambut pada musim hujan
digunakan sebagai dekomposer tanah gambut. dan kemarau ditampilkan pada Tabel 1. Populasi cacing
tanah pada lahan bergambut jauh lebih tinggi (32x)
BAHAN DAN METODE dibandingkan pada lahan gambut dalam. Pada kedua
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Batu tipologi lahan, populasi cacing tanah pada musim
Nindan, Kecamatan Basarang Kabupaten Kapuas dan hujan lebih tinggi (2-13x) dibandingkan pada musim
Desa Kalampangan, Kecamatan Sebangau, Kota kemarau. Penggunaan lahan mempengaruhi populasi
Palangkaraya, Provinsi Kalimantan Tengah pada dan biomasa cacing tanah (Tabel 1). Pada tipologi lahan
musim hujan dan kemarau tahun 2004. Penelitian bergambut, populasi cacing tanah lebih banyak
dilakukan pada lahan yang ditanami nanas, karet, dijumpai pada lahan nenas dibandingkan pada lahan
jagung, hortikultura dan lahan terlantar. Lahan nanas karet. Pada tipologi lahan gambut tebal umumnya
dan karet merupakan tipologi lahan bergambut (Desa tidak dijumpai cacing tanah, kecuali pada lahan yang
Batu Nindan), sedangkan lahan jagung, hortikultura telah dilakukan pengelolaan lahan secara intensif
dan terlantar termasuk dalam tipologi gambut tebal seperti pada lahan terong.
(Ds. Kelampangan). Pengambilan cacing tanah Jumlah jenis cacing tanah yang ditemui pada
dilakukan dengan metode handsorting, yaitu dengan lahan gambut tergolong rendah; hanya ditemui tiga
menggali tanah seluas 25 x 25 cm pada kedalaman 0- jenis cacing tanah yaitu spesies Dichogaster,
10cm, 10- 20cm dan 20-30cm. Setiap lokasi diambil Pontoscolex corethrurus dan Megascoiex spp.
10 titik pengambilan sampel. Pada satu musim, Spesies Dichogaster dan Megascoiex spp. tergolong
waktu pengambilan sampel diulang 3 kali (setiap satu pada famili Megascolecidae, sedangkan Pontoscolex
minggu), sehingga dalam satu musim diperoleh 150 corethrurus termasuk pada famili Glossocolecidae
sampel. Tanah disimpan ke dalam kantong plastik (± (Suin, 1989). Kedua famili tersebut yang menjadi
50 x 50 cm), kemudianjumlah cacing yang pembeda adalah tipe seta dan bentuk prostomium
adadihitung. Berat basah cacing tanah kemudian (mulut). Famili Megascolecidae tipe setanya
ditentukan dan cacing diawetkan dalam formalin 4 % perikitin dan bentuk prostomium epilobus,
untuk diidentifikasi. Indentifikasi dilakukan sampai sedangkan Glossocolecidae bertipe lumbricine
tingkat famili dan spesies melalui pengamatan dengan bentuk prostomium tanylobic (prostomium
morfologi. Untuk analisis pH dan kadar air tanah, dan segmen pertama tertarik ke dalam).
tanah diambil dari lokasi yang berdekatan dengan Pada lahan bergambut dijumpai ketiga spesies
pengambilan sampel cacing. Sedangkan suhu tanah cacing tersebut, sedangkan pada lahan gambut tebal
diukur pada saat pengambilan cacing tanah. Indeks di hanya dijumpai spesies Dichogaster saja. Spesies
versitas cacing tanah ditentukan dengan menggunakan cacing tanah yang dominan di lahan gambut baik pada
Indeks Diversitas Shannon- Wienner dengan rumus musim hujan maupun kemarau adalah Pontoscolex
sebagai berikut: corethrurus. Cacing jenis ini tergolong dalam cacing
bertipe aneksik yaitu cacing yang aktif memakan
bahan
Berita Biologi 9(4) - April 2009

Tabel 1. Komunitas cacing tanah pada beberapa penggunaan lahan gambut pada musim hujan dan kemarau

Keterangan D = Dichogaster, P = Pontoscolex corethrurus, M = Megascolex spp.

organik dan bergerak dari permukaan tanah ke


Jenis yang lain yang juga cukup mendominasi
bawah permukaan tanah. Cacing ini banyak dijumpai
adalah jenis Dichogaster. Cacing jenis ini tergolong
pada lapisan tanah bagian atas (Tabel 1). Ciri-ciri
bertipe endogeik, yaitu spesies yang hidup di dalam
eksternal cacing tanah jenis Pontoscolex corethrurus
tanah, makan dari bahan organik dan akar tanaman
yang menonjol antara lain panjang antara 55- 105mm,
yang telah mati. Hal ini terbukti cacing jenis ini
warna keputih-putihan dengan sedikit kecoklatan,
banyak dijumpai pada lapisan 20-30cm (Tabel 1).
prostomium (mulut) dan segmen pertama tertarik ke
Dichogaster berukuran kecil dengan panjang antara
dalam, jumlah seta empat pasang pada tiap segmen,
20 - 57mm dan total segmen antara 85—128.
klitelium terletak pada segmen ke 15 atau ke 16
Dichogaster berwarna keputihan (kurang
sampai segmen ke 21 atau ke 23 (8 sampai 9
berpigmen), dengan bentuk prostomium (mulut)
segmen). Spesies Pontoscolex corethrurus
epilobus dan kliteliumnya kurang berkembang (Foto
mempunyai kelenjar keras (otot), esophagus,
IB).
kelenjar empedu danjantung pada segmen ke 7-9
Berdasarkan indeks diversitas Shannon Win-
(Dindal, 1990). Menurut Suin (1989) ciri-ciri internal
ner, nilai diversitas cacing tanah tergolong rendah.
cacing tanah jenis ini adalah seta bagian anteriornya
Bahkan pada lahan gambut tebal (lahan terong)
tebal dan kuat, spermateka seperti silinder yang
hanya dijumpai satu spesies cacing tanah yaitu
ujungnya membesar, vesika seminalis sangat
Dichogaster sehingga indeks diversitasnya nol
panjang, jantung pada segmen 7-9.
(Gambar 2). Pada lahan bergambut yang ditanami
nenas tidak ada
Maftu 'ah dan Susanti - Komunitas Cacing Tanah di Lahan Gambut

Populasi dan Spesies Cacing Tanah


350

MH: Musim Hujan, MK: Musim Kemarau


Gambar 1. Jenis cacing tanah yang ditemukan pada lokasi penelitian

Foto 1. Foto spesies cacing tanah jenis Pontoscolex corethrurus (A) dan Dichogaster (B)

perbedaan indeks diversitas antara musim kemarau dengan biomasa dan populasi cacing tanah disajikan
dengan musim hujan. Sedangkan pada lahan karet pada Tabel 2. Nilai koefisien korelasi paling tinggi
indeks diversitas cacing tanah pada musim hujan ditunjukkan pada hubungan antara kadar air tanah
lebih tinggi dibandingkan pada musim kemarau. gambut dengan populasi cacing tanah (r=-0,719*)
Kondisi lingkungan tanah pada beberapa dan populasi dengan pH tanah (r=0,591).
penggunaan lahan gambut tempat dilakukan
penelitian sangat bervariasi. pH tanah pada tipologi PEMBAHASAN
lahan bergambut lebih tinggi berkisar 5-6 , Populasi cacing tanah pada lahan gambut
sedangkan pada gambut dalam berkisar antara 3,5-5 sangat bervariasi, tergantung pada tipologi gambut
. Pada tipologi lahan bergambut kadar air tanah dan tingkat dekomposisi gambut. Secara umum
berkisar antara 80 - 95 %, sedangkan pada tipologi populasi jenis cacing tanah pada lahan gambut
gambut tebal jauh lebih tinggi yaitu berkisar antara tergolong rendah. Pada tipologi lahan bergambut
270-500%. Suhu tanah pada lahan bergambut pada lebih banyak dijumpai cacing tanah daripada pada
musim hujan lebih tinggi dibandingkan pada musim tipologi gambut tebal. Hal ini disebabkan, pada
kemarau, akan tetapi pada tipologi lahan gambut tipologi gambut tebal pH tanah lebih rendah dan
tebal sebaliknya (Gambar 3). kadar air tanah lebih tinggi dibandingkan pada lahan
Hasil analisis korelasi antara kondisi bergambut (Gambar 3).
lingkungan tanah (kadar air, pH dan suhu tanah)
Gambar 2. lndeks diversitas cacing tanah

Gambar 3. Kondisi lingkungan tanah pada beberapa penggunaan lahan gambut


Maftu 'ah dan Susanii - Komunitas Cacing Tanah di Lahan Gambut

Tabel 2. Koefisien korelasi antara kondisi lingkungan tanah dengan biomasa dan populasi cacing tanah

Parameter Suhu tanah pH tanah Kadar air tanah


Biomassa cacing tanah -0,139 0,334 -0,426
Populasi cacing tanah -0,268 0,591 -0,719*
Catatan: N = 10, * = berbeda nyata (a 5%)

pH tanah gambut sangat menentukan populasi kondisi iklim mikro tanah pada lahan Nenas (pH tanah,
dan jenis cacing tanah. pH yang terlalu masam (<4)
kadar air, dan suhu) berperan penting dalam mendukung
kurang disukai cacing tanah. pH yang ideal untuk keberadaan cacing tanah. pH tanah gambut mempunyai
perkembangbiakan cacing tanah pada pH netral atau
hubungan positif dengan populasi dan biomasa cacing
sedikit basa (6-7,2). Pada pH rendah, ketersediaan tanah, sedangkan kadar air gambut berhubungan
unsur-unsur hara juga rendah, serta aktivitas mikrobia
negatif nyata dengan populasi cacing tanah. Namun
umumnya terhambat. Selain pH, kadar air tanah pengaruh suhu pada lahan gambut terhadap populasi
berperan penting dalam menjaga aktivitas cacing tanah.
cacing tanah tidak menunjukkan pengaruh yang
Cacing tanah mengandung 75-90 % air dari berat signifikan (Tabel 2). Menurut Rukmana (1999)
tubuhnya. Kadar air yang terlalu rendah atau terlalu
aktivitas, metabolisme, respirasi serta reproduksi
tinggi tidak disukai oleh cacing tanah. Cacing tanah cacing tanah dipengaruhi oleh suhu tanah. Suhu yang
adalah fauna yang aerobik, sehinggajika kondisi tanah
ideal untuk pertumbuhan cacing tanah di daerah tropik
jenuh air (kadar air > 100 %) maka aktivitas cacing antara 15- 25°C. Suhu diatas 25°C masih cocok untuk
tanah akan terganggu.
cacing tanah tetapi harus diimbangi dengan
Kandungan unsur hara pada tanah gambut kelembaban yang memadai.
umumnya rendah terutama kalsium, fosfor dan
Populasi cacing tanah juga dipengaruhi oleh
tembaga. Padahal keberadaan unsur hara tersebut
musim dan penggunaan lahan. Pada musim hujan
sangat berpengaruh positif terhadap populasi cacing
populasi cacing tanah lebih tinggi dibandingkan pada
tanah (Minnich, 1977). Cacing tanah mampu
musim kemarau (Maftu'ah, 2002). Hal ini terkait
berinteraksi dengan mikrobia penting untuk
dengan kadar air tanah, pada musim hujan kadar air
memdekomposisi bahan organik dan mempercepat
tanah lebih tinggi dibandingkan pada musim kemarau
ketersediaan unsur hara bagi tanaman seperti
(Gambar 3). Penggunaan lahan juga mempengaruhi
Rhizobium dan Mikoriza, akan tetapi sedikit pengaruh
populasi cacing tanah (Tabel I). Populasi cacing tanah
cacing tanah tipe ini terhadap mikrobia tersebut
pada lahan bergambut banyak dijumpai pada lahan
(Lavelle, 1994).
nenas dibandingkan pada lahan karet. Hal ini diduga
Tingkat dekomposisi gambut juga karena pengaruh perakaran tanaman karet. Tanaman
mempengaruhi populasi cacing tanah. Pada gambut karet yang sudah berumur mencapai 5 tahun,
tebal tingkat dekomposisinya rendah (gambut fibris), sehingga perakarannya menutupi hampir seluruh
sehingga ketersediaan hara masih sangat rendah. lapisan permukaan tanah. Kondisi ini
Gambut saprik dan hemik (sudah terdekomposisi) lebih menghambat pertumbuhan dan perkembangbiakan
disukai cacing tanah dibandingkan gambut fibrik cacing tanah. Sedangkan pada tipologi lahan
(belum terdekomposisi). Kualitas bahan organik yang gambut dalam umumnya tidak dijumpai cacing
berpengaruh terhadap populasi cacing tanah adalah tanah, kecuali pada lahan terong. Hal ini karena lahan
asam humat dan asam fulvat (Priyadarsini, 1999). tersebut telah dilakukan pengelolaan secara
Lokasi penelitian yang mendukung intensif dengan memberikan pupuk kandang dan
berkembangbiaknya cacing tanah adalah pada pupuk buatan (N, P dan K), sehingga kesuburan
tipologi lahan bergambut terutama pada lahan Nenas. tanahnya lebih tinggi.
Hal ini karena selain faktor tingkat kematangan
Cacing tanah dapat mempengaruhi sifat fisik
gambut,
dan kimia tanah gambut. Aktivitas cacing tanah yang
Berila Biologi 9(4) - April 2009

memakan tanah dan bahan organik serta menelannya merupakan faktor utama yang mempengaruhi
kemudian mengeluarkannya dalam bentuk kasting diversitas dan kelimpahan cacing tanah (Lavelle et al,
sangat bermanfaat bagi perbaikan sifat fisik dan kimia 1994). Menurut Baker (1998) kelimpahan, biomassa
tanah. Aktivitas cacing yang berpengaruh langsung dan diversitas makrofauna termasuk didalamnya
terhadap sifat fisik tanah adalah cacing tanah tipe cacing tanah dipengaruhi oleh praktek pengelolaan
endogeik dan aneksik. Tipe endogeik adalah cacing
lahan termasuk penggunaan lahan.
yang aktif memakan dan membuat Iiang di dalam
tanah, sedangkan aneksik adalah cacing yang aktif
KESIMPULAN
memakan bahan organik dan bergerak dari permukaan
Populasi cacing tanah pada tipologi lahan
tanah ke bawah permukaan tanah sehingga
bergambut lebih tinggi (32x) dibandingkan pada iahan
mempengaruhi struktur dan konduktifitas hidrolik
gambut tebal. Penggunaan lahan mempengaruhi
tanah. Cacing tanah mampu mempengaruhi struktur
populasi dan diversitas cacing tanah. Populasi dan
tanah melalui proses pencernaan, pemilihan partikel
diversitas cacing tanah tertinggi dijumpai pada lahan
berukuran kecil dan membentuk struktur yang
Nenas (tipologi lahan bergambut). Cacing yang
spesifik, sehingga cacing tanah disebut sebagai
dominan pada lahan gambut adalah jenis
biofabrik. Cacing tanah juga dapat mempengaruhi
Pontoscolex corethrur
laju dekomposisi bahan organik, sehingga dapat
meningkatkan ketersediaan unsur hara. Pengaruh ini
tergantung pada jenis cacing, jenis tanah dan kualitas
bahan organik (Subler et al, 1998).
Jenis cacing tanah yang dominan pada lahan
gambut adalah Pontoscolex corethrurus. Cacing jenis
ini tergolong cacing tipe aneksik sehingga aktif
memakan bahan organik dan bergerak dari permukaan
tanah ke bawah permukaan tanah. Peranan cacing
Pontoscolex corethurus di lahan gambut sangat besar,
karena cacing ini dapat memperbaiki sifat fisik dan
kimia tanah antara lain struktur dan konduktifitas
hidrolik tanah serta mempercepat proses dekomposisi
gambut. Tipe ini juga disebut ecosystem engineer
(Lavelle, 1994). Cacing yang tergolong dalam tipe
ini berkembang dan berinteraksi dengan
mikroorganisme tanah untuk melepaskan enzim yang
berguna dalam mendekomposisikan bahan organik.
Jenis cacing Dichogaster juga cukup mendominasi
pada lahan gambut. Cacing jenis ini tergolong dalam
tipe endogeik yaitu cacing yang hanya hidup di dalam
tanah. Cacing jenis ini juga berperan sebagai
ecosystem engineer sehingga mampu memperbaiki
sifat fisik tanah.
Diversitas cacing tanah pada beberapa
penggunaan lahan gambut tergolong rendah, bahkan
pada lahan gambut dalam indeks diversitasnya nol.
Selain tingkat dekomposisi dan ketebalan gambut tipe
penggunaan lahan dan iklim mikro tanah
mempengaruhi diversitas cacingtanah, seperti
yangterjadi pada lahan karet dan nenas. Iklim mikro
tanah dan sumber makanan
PENGARUH PENGGUNAAN ASESMEN PORTOFOLIO PADA
PERKULIAHAN BIOLOGI SEL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR
MAHASISWA IKIP PGRI MADIUN

Sejak diberlakukannya Kurikulum kelebihan yang cenderung akurat dan


Berbasis Kompetensi 2004, objektif karena didasarkan pada bukti-
diperkenalkan konsep penilaian baru bukti autentik yang dimiliki peserta
yang disebut “Penilaian Berbasis didik (Zainal, 2011 ). Penggunaan
Kelas” (classroom-based artefak hasil belajar sebagai bukti
assessment), dengan salah satu autentik tersebut berpotensi
modelnya adalah “Penilaian menunjukkan proses yang dilalui
Berbasis Portofolio” (Portfolio-based peserta didik saat belajar sehingga
assessment). Penggunaan portofolio mampu menggambarkan kondisi
tampaknya memiliki fungsi dan peran proses belajar yang dialaminya.
strategis untuk menutupi kelemahan Penggunaan portofolio menjadi
penilaian yang telah dilakukan dalam asesmen penting untuk diterapkan di
mengevaluasi proses pembelajaran pendidikan tinggi, khususnya pada
selama ini. Dominansi penggunaan tes mata kuliah kompleks seperti Biologi
untuk mengetahui hasil belajar peserta Sel. Sebagai salah satu mata kuliah
didik menjadi alasan belum optimalnya keahlian (MKK) wajib bagi
evaluasi proses pembelajaran yang mahasiswa jurusan pendidikan
dilaksanakan selama ini. Asesmen Biologi, mata kuliah yang
portofolio memiliki mempelajari struktur dan fungsi

sel beserta organelnya, mekanisme proses perkuliahan di IKIP PGRI


kerja dan interaksinya dalam MADIUN relatif sudah banyak
mendukung proses kehidupan dipergunakan. Hasil wawancara
organisme tersebut merupakan materi dengan dosen-dosen Biologi
yang kompleks. Mahasiswa sering- kali menunjukkan bahwa untuk menilai
mengalami kesulitan memahami materi kemampuan mahasiswa banyak
sehingga dapat memicu rasa putus asa komponen dijadikan pertimbangan
dalam belajar dan rendahnya motivasi seperti keaktifan diskusi, penulisan
belajar. Hal yang sama disampaikan makalah, pelaporan hasil praktikum
Veselinovska et al., (2011 ) bahwa selain hasil nilai ujian tengah semester
materi Biologi Sel yang cenderung maupun akhir semester.
abstrak merupakan materi dengan Permasalahannya adalah bentuk
karakteristik unik yang membutuhkan komponen penilaian tersebut kurang
perencanaan matang untuk sistematis dan tidak sesuai dengan
mengajarkannya secara optimal. Oleh kompetensi dasar yang ditetapkan.
karena itu, pembahasan mengenai Kondisi tersebut menjadi kesan bahwa
struktur dan fungsi organel sel, seluruh tugas yang dikerjakan
metabolisme, pertumbuhan dan mahasiswa kurang men- dapatkan
reproduksi, umur dan kematian sel, masukan berupa evaluasi, pe- nilaian
apoptosis serta proses signal dalam sel atau komentar untuk perbaikannya.
tersebut mem- butuhkan langkah serta Dengan demikian mahasiswa
kegiatan yang terencana untuk mengerjakan tugas sebagai bentuk
mendukung proses belajar mahasiswa. rutinitas tanpa
Dalam proses tersebut, maka kegiatan
evaluasi yang sesuai sekaligus mampu
menunjukkan tahapan belajar
mahasiswa adalah portofolio.
Hasil observasi dan pengalaman
mengajar Biologi Sel menunjukkan
bahwa mahasiswa seringkali mengalami
kesulitan memahami konsep materi
yang kompleks tersebut. Rendahnya
pemahaman konsep mahasiswa tampak
dari nilai yang didominasi nilai C.
Selain itu juga masih ditemui
mahasiswa yang tidak lulus karena
mendapat nilai D dan E. Nilai yang
menjadi cerminan kondisi belajar
mahasiswa tersebut dapat dipergunakan
sebagai salah satu indikator kesulitan
belajar yang dialami mahasiswa.
Penggunaan portofolio berupa
hasil kerja mahasiswa seperti
makalah, laporan praktikum atau
diskusi presentasi untuk mendukung
menyadari potensi tugas tersebut bagi Biologi Sel perlu dikembang- kan alat
pengemba-ngan kemampuan dirinya. evaluasi yang mampu menunjang
Proses evaluasi yang kemampuan mahasiswa, meningkatkan
dilaksanakan pada mata kuliah motivasi sekaligus sebagai langkah
Biologi Sel sebenarnya juga tidak refleksi dan integrasi dalam proses
hanya didasarkan pada hasil tes pembelajaran (Reardon et al., 2005).
dengan pencil and paper test saja. Selain itu bentuk- bentuk tugas yang
Penilaian dari banyak unsur sudah disusun dan dikumpulkan diharapkan
dilaksanakan seperti keaktifan dalam juga mampu meningkatkan
diskusi, pengerjaan tugas, maupun kebermaknaan belajar (meaningful
ketertarikan serta sikap mahasiswa learning) yang pada dasarnya
dengan bobot atau persentase yang melibatkan asimilasi konsep-konsep
di- diskusikan terlebih dahulu. baru dan menghubung- kannya dengan
Namun tampak- nya bentuk teknik struktur kognitif yang sudah ada
penilaian tersebut masih bersifat (Erdema et al., 2009). Bentuk sarana
sepihak karena mahasiswa evaluasi yang dipercaya mampu me-
cenderung mengumpulkan tugas ngembangkan kemampuan mahasiswa
hanya dalam rangka memenuhi dan menjadi feedback dosen adalah
kewajibannya saja. Kondisi tersebut portofolio yang disusun secara
menjadikan kebermaknaan tugas sistematis berdasarkan materi dan tujuan
belum optimal bagi mahasiswa pembelajaran Biologi Sel yang sudah
khususnya dalam menunjang hasil ditetapkan. Tujuan penelitian adalah
belajar serta kemampuan meningkatkan motivasi belajar Biologi
personalnya. Tujuan Sel melalui penerapan penggunaan
dipergunakannya banyak jenis portofolio sebagai sarana evaluasi.
komponen penilaian tersebut
seharusnya mampu memberikan
manfaat bagi dosen maupun METODE
mahasiswa, sebagai pertimbangan Populasi penelitian ini adalah
penilaian sekaligus membantu seluruh mahasiswa Program Studi
meningkatkan ke- mampuan Pendidikan Biologi IKIP PGRI Madiun
mahasiswa. berjumlah 448 mahasiswa, dengan
Berdasarkan fakta-fakta kondisi sampel penelitian adalah kelas A dan B
yang disampaikan maka untuk dari mahasiswa semester 2 tahun
menunjang proses pembelajaran akademik 201 2/201 3 . Jumlah
mahasiswa kelas A dan kelas B adalah 52 mampu menyelesaikan tugas dengan
mahasiswa. Penentuan sampel secara baik, c) rasional dan kritis dalam meraih
purposive sampling dengan ke- berhasilan, dan d) menyukai situasi
pertimbangan bahwa semester tersebut pe- kerjaan dengan tanggung jawab
mahasiswa wajib mengambil mata kuliah pribadi, umpan balik dan keberanian
Biologi Sel. menerima tantangan.
Data diperoleh melalui tugas-tugas Analisis data dilakukan dengan
terstruktur yang dihasilkan oleh menggunakan Regresi Linier software
mahasiswa berupa LKM, analisis kritis, SPSS for Windows version 17, untuk
studi kasus, makalah, jurnal belajar mengetahui hubungan penggunaan
dan kuis. Tugas- tugas kemudian porto-folio terhadap motivasi belajar
dilakukan penilaian oleh sesama Biologi Sel mahasiswa.
mahasiswa dan juga oleh dosen, dan
kemudian dikategorikan dalam 4
kriteria yaitu kelengkapan, kejelasan, HASIL
kesesuaian dan dokumentasi. Adapun
data untuk komponen portofolio tampak Hasil Kriteria Komponen
seperti Tabel 1 . Portofolio Mahasiswa
Data motivasi belajar diperoleh
melalui angket motivasi yang diberikan Hasil portofolio KD 1 -7
dan diisi oleh mahasiswa pada dikategorikan menjadi 4 kriteria, masing-
pertemuan ke tujuh sebelum masing kriteria memiliki nilai rata-rata
pelaksanaan ujian tengah semester seperti pada Tabel 2.
(UTS). Angket dibuat oleh peneliti Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil
dengan jumlah 35 item pertanyaan portofolio mengalami peningkatan nilai
yang disusun berdasarkan indikator khususnya pada tatap muka ke 4 hingga
motivasi belajar. Angket terdiri dari 22 ke
pernyataan positif dan 1 3 pernyataan 7. Peningkatan terjadi pada empat kriteria
negatif, dengan indikator: a) menerima yang ditentukan yaitu dari sisi
tanggung jawab pribadi untuk sukses kelengkapan, kejelasan, kesesuaian serta
dan selalu kritis dalam berpikir, b) dokumentasi atau kelengkapannya.
Tabel 1. Data Rekapitulasi Tugas Mahasiswa sebagai Komponen Portofolio
Tabel 2. Rangkuman Data Kriteria Nilai Portofolio

Hasil motivasi belajar yang berpikir diperoleh nilai rata-rata terendah


dikategorikan menjadi empat indikator yaitu sebesar 3 ,43 . Berdasarkan
memiliki nilai rata-rata seperti tampak rentangan 1 -5 maka rerata keseluruhan
pada Tabel 3 berikut indikator menunjukkan motivasi yang
Rangkuman rerata indikator motivasi tinggi setelah menerapkan portofolio
belajar diperoleh hasil rata-rata tertinggi dalam pembelajaran Biologi Sel.
terdapat pada kriteria rasional dan kritis Hasil uji regresi linier portofolio
dalam meraih keberhasilan sebesar 4,04. terhadap motivasi belajar mahasiswa
Untuk indikator menerima tanggung disajikan dalam Tabel 4. Tabel
jawab pribadi untuk sukses dan selalu 4
kritis dalam
menunjukkan nilai T hitung sebesar 1
6,71 5

Tabel 3. Rerata Indikator Kriteria Motivasi Belajar Mahasiswa

sehingga lebih besar (>) daripada nilai lainnya dipengaruhi oleh faktor yang lain.
T tabel, sehingga ada pengaruh
penggunaan portofolio terhadap
motivasi belajar maha- siswa pada PEMBAHASAN
mata kuliah Biologi Sel. Untuk analisis Portofolio yang merupakan kumpulan
nilai koefisien kolerasi penggunaan hasil kerja mahasiswa menurut
portofolio terhadap motivasi belajar penelitian Sukanti (201 0) mengacu
maha- siswa pada mata kuliah Biologi pada sejumlah prinsip dasar penilaian
Sel dapat dicermati pada Tabel 5. yang meliputi penilaian proses dan hasil,
Tabel 5 menunjukkan nilai R adalah penilaian berkala, adil, serta
0,921 , yang dapat diinterpretasikan berdasarkan kondisi sosial belajar.
bahwa hubungan kedua variabel ada Jika prosesnya baik dan sempurna,
dikategori kuat. Nilai R Square adalah maka dapat diharapkan menuai hasil
84,8% yang dapat diartikan bahwa bahwa mahasiswa semakin termotivasi
portofolio memiliki kontribusi sebesar dalam kegiatan belajarnya. Tugas–
84,8% terhadap motivasi belajar Biologi tugas yang dikerjakan dan
Sel mahasiswa dan 1 5,2% dikumpulkan oleh mahasiswa
Tabel 4. Uji Regresi Portofolio terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa

Tabel 5. Nilai Koefisien Kolerasi Portofolio terhadap Motivasi Belajar Biologi


Sel Mahasiswa

menjadi faktor utama dalam hasil untuk dipresentasikan (Morton et al, 201
analisis tingginya pengaruh portofolio 3 ). Dengan demikian portofolio yang
terhadap motivasi belajar mahasiswa. dihasil- kan, seperti disampaikan
Pengerjaan dan pengumpulan tugas Hammonds dan Snyder (2000)
yang bervariasi di setiap pertemuan merupakan sarana yang dapat
mem- buat mahasiswa semakin dipergunakan untuk menunjukkan bahwa
termotivasi belajar. Kondisi tersebut mahasiswa melakukan proses berpikir,
menunjukkan bahwa motivasi mahasiswa belajar, dan sekaligus mengetahui kinerja
cenderung meningkat seperti melalui evaluasi tugasnya.
disampaikan dalam hasil penelitian Hasil penelitian juga menunjukkan
Astuti (2011 ), penggunaan portofolio bahwa terdapat hubungan yang
mampu membuat mahasiswa menjadi signifikan penggunaan portofolio
ber- semangat dalam belajar. Portofolio terhadap motivasi belajar mahasiswa.
memacu semangat mahasiswa untuk Sebagai asesment alternatif dalam
mengerjakan setiap tugas dengan baik pembelajaran Biologi Sel, mahasiswa
dan selalu berusaha melengkapi dituntut untuk aktif mengikuti dengan
portofolionya. mengerjakan banyak jenis tugas seperti
Ditinjau dari faktor psikologis ber- yang sudah dirancang. Kondisi
dasarkan indikator angket motivasi me- tersebut menjadikan kegiatan
nunjukkan bahwa nilai rata-rata klasikal pembelajaran lebih dinamis, seperti
yang paling tinggi adalah pada komponen didukung hasil penelitian Guven (201
menyelesaikan tugas dengan baik, 4) yang menunjukkan bahwa
rasional kritis untuk mencapai penggunaan portofolio mampu
keberhasilan. Kondisi yang ditunjukkan membangun atmosfir pembelajaran
pada hasil penelitian ini menggambarkan yang baik. Dengan demikian potensi
bahwa penggunaan porto- folio sebagai portofolio sebagai sarana mengaktifkan
proses evaluasi yang men- dukung mahasiswa belajar juga tercapai
pembelajaran tampak mampu me- dengan baik melalui keterlibatan
motivasi mahasiswa sehingga cenderung mahasiswa saat belajar (Caner, 201 0;
lebih serius dalam mengerjakan setiap Elango et al., 2005). Portofolio juga
tugas untuk komponen portofolionya. menjadikan mahasiswa mampu
Keseriusan mahasiswa mengerjakan mengambil keputusan tentang berbagai
tugas dalam portofolio yang dihasilkan tugas dan melakukan evaluasi sehingga
selama kegiatan pembelajaran Biologi mampu men- jadi pembelajar mandiri
Sel menunjukkan bahwa mahasiswa dan memecahkan permasalahan yang
memiliki kesadaran untuk menyelesaikan dihadapi.
tugas dengan baik (Sajedi, 201 4), Portofolio yang dipergunakan
sekaligus mampu memilih serta untuk mendukung proses perkuliahan
menyesuaikan hasil tugas yang paling Biologi Sel merupakan langkah efisien
baik sebagai teknis asesmen yang
bermanfaat bagi dosen
maupun mahasiswa, seperti didukung dan disampaikan dalam hasil penelitian
Klenowski et al. (2006) yang menunjukkan kondisi yang sama. Dengan kumpulan
tugas yang kemudian dikoleksi, menjadikan mahasiswa cenderung lebih optimis untuk
menunjukkan hasil kerja terbaiknya. Motivasi mahasiswa meningkat diawali dari rasa
tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas sebaik-baiknya sekaligus secara tidak
langsung mengembangkan potensi diri untuk memahami materi Biologi Sel yang
dipelajari. Efek timbal balik penggunaan portofolio bagi dosen dan mahasiswa tersebut
merupakan bentuk efisiensi penggunaan portfolio untuk mendukung proses
pembelajaran seperti dilaporkan Strivens (2005) dan Davies & Le Mahieu (2003 ).
Efek positif lainnya dalam peng- gunaan portofolio adalah meningkatnya kemampuan
mahasiswa mengenali ke- mampuan dan potensi dirinya dalam me- mahami materi dan
mengatur cara belajar nya. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Kathryn (2001 )
bahwa self assessment merupakan tahapan penting dalam belajar yang dapat distimulus
melalui teknik penilaian portofolio yang diterapkan dalam proses pembelajaran. Hal
tersebut menjadikan self assessment mahasiswa mengalami peningkatan sehingga
mampu memacu motivasi diri sendiri dalam me- lengkapi portofolio untuk memperoleh
hasil yang maksimal.

KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan peng-
gunaan portofolio terhadap peningkatan motivasi belajar mahasiswa pada mata kuliah
Biologi Sel. Kelebihan penggunaan portofolio sebagai asesmen alternatif menjadi
pilihan tepat yang efisien untuk meningkatkan motivasi mahasiswa sekaligus sebagai
feedback proses pembelajaran bagi dosen.

Strivens, J. 2005. Eficient Asessment of Portfolios. The Centre for Recording


Achievement. Institute of Educational Technology, The Open University.
Veselinovska, S. S., Gudeva, L. K., and Djokic, M. 2011 . Applying
AppropriatesMethods for Teaching Cell Biology. Procedia Social and Behavioral Sciences.
(1 5): 2837-2842.
Kemampuan Mahasiswa Pendidikan Biologi Menulis
Makalah: Sebuah Refleksi Diri
Abstract:
Biology Education Collage Students Ability On Writing Paper: A Self-
Reflection. The aim of the article was to give information of the ability of college
students to write scientific paper. The type of research used was qualitative with
narrative design. The research was conducted in January to April 2018 at
Lampung University. Method used was an analysis of paper documents written by
college students that were enrolled in Cell Biology Course in Academic Year of
2009/2010. The structure of paper writing was analyzed and compared to the
writing guidance issued by Lampung University. Result of observation indicated
that (a) there were 23 paper titles on Cell Biology (b) 51.09% of the papers used
writing structure in accordance to the writing guidance and the remaining 48.91%
were not, and (c) 100% of the content of the paper was copy paste or a repetition
of text materials that are compiled and made as a paper.
Abstrak:
Kemampuan Mahasiswa Pendidikan Biologi
Menulis Makalah: Sebuah Refleksi Diri.

Tujuan penulisan artikel ini adalah memberikan informasi mengenai kemampuan


mahasiswa dalam menulis makalah ilmiah. Jenis penelitian yang dilakukan yaitu
kualitatif dengan rancangan Naratif. Penelitian dilaksanakan pada Januari sampai
dengan April 2018, bertempat di Universitas Lampung. Metode yang digunakan
berupa analisis dokumen makalah yang ditulis oleh Mahasiswa peserta mata
kuliah Biologi Sel Tahun Akademik 2009/2010. Struktur tulisan makalah
dianalisis dan disandingkan dengan tatatulis yang dikeluarkan oleh Universitas
Lampung. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
(a) terdapat 23 judul makalah mengenai Biologi Sel; (b) sebanyak 51,09%
makalah menggunakan struktur tulisan yang sesuai dengan pedoman penulisan
dan 48,91% tidak sesuai; (c) sebanyak 100% bagian isi makalah berupa salin
rekat (copy paste) atau pengulangan bahan bacaan yang disusun dan dijadikan
makalah.
PENDAHULUAN
of media, libraries, archives and other information
Tantangan pembelajaran abad 21 providers in democratic societies, (b) the conditions
menuntut seorang pengajar untuk kreatif under which news media and information providers
dalam menyelenggarakan proses can effectively perform those functions, and (c) how to
pembelajaran. Kreativitas pengajar tidak evaluate the performances of these functions by
hanya ditentukan oleh pengetahuan dan assessing the content and services they offer”.
pengalaman mengajar seorang guru namun
juga membutuhkan suatu improvisasi dalam
menghadapi sebuah situasi. Improvisasi
tersebut merupakan buah kreatifitas.
Merujuk pada Welty, (1989; 189)
“Successful college teaching demands that
the teacher have available a number of
techniques to use at the proper time and in
the proper situation to maximize learning”.
Kalimat tersebut diartikan secara bebas
bahwa kesusksesan seorang dosen dalam
mengajar tergantung dari kemampuan guru
dalam menggunakan sejumlah teknik pada
waktu dan situasi yang tepat untuk
memaksimalkan pembelajaran. Kalimat
tersebut mengarah pada sebuah implikasi
yaitu improvisasi dalam menyajikan
pembelajaran.
Salah satu improvisasi yang
diperlukan oleh pengajar adalah bagaimana
guru membelajarkan keterampilan literasi
teknologi dan informasi secara sederhana.
Beberapa definisi literasi teknologi dan
informasi dikutip sebagai berikut.
Definisi literasi teknologi dan
informasi menurut Wilson, Grizzle, Tuazon,
Akyempong, dan Cheung (2011:16) bahwa:
“Media and information literacy embodies
essential knowledge about (a) the functions
Kalimat tersebut diartikan berupa interpretasi suatu makalah atau
secara bebas bahwa: literasi tulisan dan membuat interpretasi tersebut
media dan informasi adalah sebagai suatu kata-kata yang memiliki arti.
pengetahuan mengenai Pada bagian yang terpisah dijelaskan
(a) fungsi media, perpustakaan, oleh Thoman dan Jolls (2014:4) bahwa:
arsip, dan informasi lain dalam “The focus of media literacy is on process
masyarakat (sosial) demokratis, rather than content. The goal of media
(b) suatu kondisi yang mana literacy is not to memorize facts about
media baru dan informasi dapat media or even be able to make a video or
dijumpai secara mudah dan cepat design a Power Point. Rather the goal is to
berdasar fungsinya, dan (c) explore questions that arise when one
bagaimana cara mengevaluasi engages critically with a mediated message-
kinerja fungsi-fungsi ini dengan print or electronic”.
cara menilai isi dan layanan yang Penjelasan tersebut diartikan bahwa
mereka tawarkan. literasi media bukan hanya suatu konten
Definisi menurut Thoman namun juga sebuah proses. Tujuan literasi
dan Jolls (2014:4) “The concept media tidak hanya mengingat fakta tentang
of "literacy" meant having the media secara konkret atau kata benda, atau
skill to interpret "squiggles" on a kemampuan membuat power point atau
piece of paper as letters which, video, namun tujuan yang lebih penting
when put together, formed words adalah menggali pertanyaan-pertanyaan
that conveyed meaning”. yang muncul ketika terlibat dengan
Kalimat tersebut diartikan secara informasi yang terdapat pada media tersebut
bebas bahwa literasi adalah baik dalam bentuk print atau elektronik.
keterampilan yang dimiliki

Implikasi dari pernyataan tersebut in a democratic society and a global economy”


adalah “It involves posing problems that (Thoman & Jolls, 2014: 4).
exercise higher order thinking skills- Kalimat tersebut diartikan secara bebas bahwa
learning how to identify key concepts, how keadaan tersebut di atas memunculkan suatu
to make connections between multiple permasalahan yang melatih keterampilan berpikir
ideas, how to ask pertinent questions, tingkat tinggi- misalnya membelajarkan bagaimana
identify fallacies, formulate a response. It is mengidentifikasi konsep- konsep penting,
these skills, more than factual knowledge, membelajarkan bagaimana membuat hubungan antar
that form the foundation of intellectual ide, bagaimana mengajukan pertanyaan yang relevan,
inquiry and workplace productivity and that mengidentifikasi suatu kesalahan, dan merancang suatu
are necessary for exercising full citizenship respon.
Merujuk pada definisi di atas maka Memanfaatkan informasi dan menggunakan
peneliti sekaligus dosen pengajar pada mata informasi.
kuliah Biologi Sel, berinisiatif untuk Beberapa instruksi telah peneliti
membuka kembali dokumen pengajaran berikan dan hasil yang diperoleh
yang telah dilakukan. Hal ini penting menunjukkan kurangnya kemampuan
dilakukan sebagai media untuk melakukan peneliti sebagai seorang pengajar dalam
refleksi diri, yaitu melihat ke belakang memaksimalkan pembelajaran Biologi Sel
untuk menemukan kekurangan diri dalam melalui pemberian tugas menulis makalah.
mempersipakan mahasiswa calon guru abad Seperti yang dijelaskan oleh Welty (1989).
21 dan mencari titik peluang untuk Tujuan penulisan artikel ini adalah
meningkatkan mutu pembelajaran. menganalisis dokumen penugasan mata
Berdasarkan pembelajaran yang telah kuliah Biologi Sel dari segi kemampuan
dilakukan oleh peneliti pada tahun mahasiswa menulis makalah ilmiah sebagai
akademik 2009/2010. Terdapat beberapa bentuk refleksi diri peneliti sebagai dosen
hal yang perlu peneliti renungkan sebagai pengajar.
seorang pengajar (dosen). Renungan
tersebut berupa analisis dokumen
penugasan pembelajaran Biologi Sel.
Penugasan ini bermaksud untuk melatih
mahasiswa mengembangkan kemampuan
menulis yang kemudian dikenal dengan
istilah literasi teknologi pada aspek
METODE
mahasiswa semester dua pada Perkuliahan
Penelitian ini Biologi Sel.
menggunakan jenis pendekatan Prosedur pelaksanaan penelitian
kualitatif dengan rancangan dimulai dari pengumpulan dokumen berupa
penelitian naratif (Cresswel, laporan pelaksanaan perkuliahan dan
2014: 41 & 43). Waktu dokumen makalah tugas Biologi Sel.
Penelitian dari Februari sampai Merujuk pada dokumen laporan
dengan April 2018. Penelitian Pelaksanaan Perkuliahan diperoleh
dilakukan di Universitas informasi mengenai pemberian tugas.
Lampung. Populasi pada Selanjutnya pemberian tugas kepada
penelitian ini adalah mahasiswa Mahasiswa berupa studi pustaka mengenai
Program Studi Pendidikan organel yang terdapat pada sel. Judul yang
Biologi dan sampel adalah dikerjakan disiapkan olehpengajar dan
diberikan kepada mahasiswa ketentuan jumlah pustaka yang dipelajari
dengan cara diundi. minimal 5 buah pustaka. Elemen makalah
Format tulisan telah berisi (1) Halaman Pemula (2)
disiapkan oleh dosen dan Pendahuluan; (3) Metode;

(4) Isi; (5) Penutup; (6) Daftar Pustaka pula unsur penyertaan sumber rujukan (kutipan). Pada
Penugasan dilakukan perkelompok dan bagian penutup ditambahkan unsur ringkasan dan
dipantau setiap minggu oleh dosen yang kesimpulan. Selain struktur badan tulisan juga diamati
bersangkutan. Pada akhir semester genap ada tidaknya unsur penggunaan parafrase dan
makalah dikumpulkan. Makalah ini disebut penyalinan (salin rekat).
dokumen sebagai alat pengumpul data Teknik yang digunakan untuk menganalisis data
kualitatif (Cresswell, 2015: 440- 441). dengan cara narasi disertai cuplikan hasil tugas
Makalah tersebut kemudian dianalisis mahasiswa dan persentase kesesuaian makalah dengan
menggunakan standard pedoman penulisan pedoman penulisan untuk
Karya ilmiah Universitas Lampung yang
diterbitkan tahun 2013. Elemen makalah
yang dianalisis meliputi struktur badan
tulisan dan kemampuan membuat parafrase.
Pada penelitian ini makalah yang dimaksud
adalah hasil studi pustaka yang dilaporkan
dalam bentuk tulisan, sehingga format
laporan mencantumkan metode peneltian.
Data pada penelitian ini berupa data
kualitatif. Data analisis makalah terdiri dari
struktur badan tulisan yaitu
(1) Abstrak; (2) Pendahuluan; (3) Metode;
(4) Isi; (5) Penutup; (6) Daftar Pustaka
(Universitas lampung, 2013: 18- 19).
Halaman pemula makalah tidak dimasukkan
dalam penilaian kemampuan menulis
makalah.
Pada bagian Pendahuluan
ditambahkan unsur memuat bahan yang
dibahas dan tujuan penulisan makalah. Pada
bagian Isi ditambahkan unsur enumerasi
atau pembagian sub-bab dan keajegan
penggunaannya. Selain itu ditambahkan
memudahkan member gambaran menulis makalah.
kondisi kemampuan mahasiswa
HASIL DAN PEMBAHASAN
sedangkan tugas dengan tingkat kemudahan
Jumlah makalah mahasiswa yang sedang adalah kode judul J22 dan J23.
terkumpul sejumlah 23 judul. Kemudahan tugas
Setiap makalah dikerjakan oleh ini digolongkan kepada tingkat berpikir
dua orang mahasiswa. Judul yang dibutuhkan dalam proses
dikode dengan huruf J dan angka mengerjakannya. Selain itu,Arikunto
yang menunjukkan urutan (2013) menjelaskan bahwa soal yang dapat
pengumpulan makalah seperti dikerjakan oleh semua siswa baik siswa
disajikan pada Tabel 1. Judul- berkemampuan rendah maupun tinggi maka
judul tersebut merupakan bagian dikatakan bahwa soal tersebut sangat
dari materi yang dipelajari di mudah, dengan nilai reliabilitas yang
Biologi Sel. Sejumlah 21 judul mendekati angka satu atau satu. Soal yang
yaitu J1 sampai J21 merupakan dimaksud dalam dalam hal ini berupa
materi yang bersifat dasar, perintah-perintah penugasan.
sedangkan makalah dengan kode
J22 dan J23 adalah materi
pendalaman mengenai
pembelahan sel. Setiap makalah
telah memenuhi kriteria jumlah
sumber yang dikutip yaitu
minimal 5 sumber pustaka.
Berdasarkan temuan tersebut
di atas menunjukkan bahwa
mahasiswa memahami tugas
yang diberikan dan menjalankan
dengan baik. Tugas yang
dapat dijalankan oleh semua
mahasiswa menggambarkan
bahwa tugas tersebut memiliki
tingkat kemudahan yang sedang
sampai tinggi. Tugas dengan
tingkat kemudahan yang tinggi
adalah kode judul J1-J21,
Tabel 1. Judul Makalah Mahasiswa Pada Pembelajaran Biologi Sel

Judul Tugas Kode Judul


Peroksisom J1
Sejarah Penemuan Protoplasma J2
Membran Sel J3
Silia dan Flagella J4
Sejarah Sitoskeleton J5
Sel Otot Jantung J6
Nukleus J7
Sejarah Ditemukan struktur DNA J8
Sejarah Ditemukannya Ribosom J9
Kode Genetika J10
Mitocondria Cell J11
Sejarah Penemuan Organel Mitokondria dan Peranannya dalam J12
Kehidupan Sel
Kloroplas J13
Sejarah Penemuan Kloroplas dan Peranannya dalam Sel J14
Apparatus Golgi J15
Membran Sitoplasmik Badan Golgi J16
Struktur Retikulum Endoplasma J17
Plastida J18
Lisosom J19
Biosintesis oleh Lisosom J20
Sejarah Penemuan Sentriol J21
Sel Tumor J22
Faktor-faktor yang mempengaruhi Kualitas Spermatozoa J23

Tingkat berpikir yang rendah atau LOT Gambar 1 dan 2.


(Low Order Thinking) adalah tingkat Gambar 1 adalah cuplikan paragraf mengenai
berpikir pada tingkat C1(Cognitive1) membran inti dari makalah J7 berjudul Nukleus.
sampai C3 (Cognitive 2). Tingkat berpikir Paragraph berisi kalimat yang sama persis dengan
C1 adalah mengingat hal yang telah sumber asli (Gambar 2), tanpa editan hingga kata
dipelajari.Tingkat berpikir C2 adalah
memahami hal yang telah dipelajari.
Tingkat berpikir C3 adalah mampu memilih
prosedur untuk menyelesaikan masalah atau
menjelaskan sebuah prosedur (Anderson &
Krathwohl, 2001; Widodo, 2006). Penulisan
makalah pada tingkat ini ditunjukkan
dengan banyak pemindahan kalimat dari
sumber ke paragraf makalah seperti pada
yang salah ketik masih sama makalah J7 (Nukleus)
persis dengan yang asli. Kata
tersebut yaitu “initi”, ketikan Gambar 2. Contoh paragraf yang
yang benar adalah “inti”. disalinrekat oleh penyusun makalah J7.

Gambar 1. Contoh paragraf pada

Tingkat berpikir tinggi atau HOT (High


Order Thinking) meliputi tingkat berpikir
C4 (Cognitive 4), C5 (Cognitive 5), dan C6
(Cognitive 6). Tingkat berpikir C4 adalah
berpikir analisis. Berpikir analisis terbagi
lagi menjadi berpikir membedakan,
ditunjukkan dengan adanya pembuatan kalimat yang
mengorganisir, dan menemukan pesan
menghubungkan antara permasalahan yang dikaji
tersirat (memberi atribut) pada suatu
dengan tujuan penulisan makalah. Pembuatan kalimat
fenomena atau permasalahan. Tingkat
ini merupakan contoh tingkat berpikir C6 bagian
berpikir C5 adalah berpikir evaluasi, yaitu
pertama yaitu membuat. Kemampuan mahasiswa
memikirkan alasan dan menilai sesuatu
membuat kalimat penghubung ini nampak pada 7
dengan mengacu pada kriteria dan standard.
makalah atau 30,43% makalah, yaitu makalah dengan
Terdapat dua jenis tingkat berpikir C5 yaitu
kode judul J10, J13, J14, J16, J19, J21, dan J22. Salah
memeriksa dan mengkritik. Memeriksa
satu contoh kalimat penghubung yang dibuat oleh
terkait dengan kriteria dan standard internal
mahasiswa seperti tampak pada Gambar 3.
(yang telah ditetapkan), misalnya standar
Kemampuan membuat kalimat penghubung dan
nilai A adalah 76 ke atas, sedangkan
juga menyimpulkan
mengkritik terkait dengan pandang kita
kepada karya/produk orang lain, dikenal
dengan istilah kriteria dan standar eksternal.
Tingkat berpikir C6 (Cognitive 6) adalah
tingkat berpikir yang paling tinggi menurut
Taksonomi Bloom yang direvisi. Tingkat
berpikir C6 ini disebut juga membuat
(Create) yang terdiri dari tiga bagian yaitu
membuat, merencanakan, dan
memproduksi. (Anderson & Krathwohl,
2001; Widodo, 2006).
Penulisan makalah pada tingkat HOT
bahan bacaan yang dijadikan (atau parafrase).
rujukan merupakan bagian dari
kemampuan berpikir C6 poin Paraphrase dibutuhkan oleh mahasiswa
membuat (generating). untuk menghindari salinrekat atau plagiat.
Kemampuan membuat kalimat Beberapa cara membuat parafrase yakni
penghubung dan menyimpulkan membaca dengan cermat paragraf yang
bahan bacaan atau dapat disebut akan dirujuk kemudian tutup paragraf
dengan istilah tersebut dengan tangan atau kertas dan
parafrase.Parafrase adalah mulai kita tulis kalimat sendiri yang tidak
“keterampilan untuk memeriksa merubah isi dari paragraph tersebut (Tim
apakah Anda memahami ide-ide Penulis PPKI, 2017:122). Kedua merujuk
yang dikomunikasikan kepada pada ceramah Corebima pada seminar
Anda. Apapun cara yang International Conference on Mathemattic,
digunakan untuk mengungkap Science, and Education (2017) yaitu
pemahaman Anda tentang
sebuah pesan merupakan
paraphrase” (Arend, 2008: 96).
Kemampuan ini dapat
dibelajarkan kepada mahasiswa
melalui metode diskusi (Arends
2008). membiasakan menulis sesuai dengan yang
kita pahami dari bahan bacaan, bukan yang
Gambar 3. Salah satu contoh tidak kita pahami (Corebima, 2017).
kemampuan mahasiswa Kemampuan berpikir tingkat C6
Membuat kalimat penghubung untuk poin merencanakan juga muncul pada
proses pembuatan makalah.

Kemampuan merencanakan dapat dilihat mengenai hal-hal yang akan dikerjakan.


pada bagian metode penelitian studi Metode penelitian meliputi tempat dan waktu
pustaka. Sebanyak 39,13% makalah serta hal-hal yang dikerjakan dalam pelaksanaan
mencantumkan metode penelitian studi penelitian. Bila tujuan penelitian telah dirumuskan
pustaka, sedangkan 60,87% tidak dengan jelas maka mahasiswa dapat merencakan proses
mencantumkan metode penelitian studi pengumpulan data dan aspek apa yang dikumpulkan
pustaka (Tabel 2). Jumlah ini menunjukkan (Creswell, 2015: 18).
bahwa sebagian besar mahasiswa belum Kemampuan berpikir tingkat C6 poin
memiliki kemampuan berpikir memproduksi juga ditunjukkan oleh
merencanakan dalam bentuk tertulis
kemampuan mahasiswa menerapkan pedoman penulisan karya
membuat makalah itu sendiri. ilmiah. Hal ini menunjukkan bahwa
Pada Tabel 2 nampak bahwa mahasiswa belum menggunakan tingkat
51,09% makalah telah sesuai berpikir C3 (mengaplikasikan) yaitu
dengan Pedoman Penulisan mengimplementasikan suatu tata cara
Karya Ilmiah Universitas atau prosedur penulisan. Menurut
Lampung untuk jenis tulisan Widodo, 2005 bahwa:
laporan atau makalah ilmiah. “Mengaplikasikan (Applying):
Persentase tersebut mencakup penggunaan suatu prosedur
menunjukkan bahwa 48,91% guna menyelesaikan masalah atau
mahasiswa dalam membuat mengerjakan tugas”.
laporan makalah belum

Tabel 2. Kesesuaian Struktur Badan Tulisan Makalah dengan Pedoman Penulisan Karya Tulis
Ilmiah Universitas Lampung

Jumlah Makalah Jumlah Makalah Tidak


No Struktur Badan Tulisan
Sesuai (%) Sesuai (%)
1 Abstrak 0 100

Pendahuluan 65,22 34,78


2 1) Berisi masalah yang dibahas
2) Tujuan dan kegunaan
95,65 4,35
3 Metode 39,13 60,87

Isi dan enumerasi (penomoran)


43,48 56,52
1) Berisi Sub Bab
4 17,39 82,61
2) Tidak berisi sub bab
52,17 47,83
4) Menuliskan rujukan
4 Penutup Kesimpulan 95,65 4,35
5 Daftar Pustaka 95,65 4,35
Rataan 51,09 48,91
1

SIMPULAN
Berdasarkan temuan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan mahasiswa dalam menulis
makalah masih perlu pembimbingan, terutama pada bagian menulis kutipan, menghubungkan
permasalahan yang dibahas dengan tujuan penulisan, dan membuat parafrase.
PEMANFAATAN BAHAN ALAM BUMI INDONESIA MENUJU
RISET YANG BERKUALITAS INTERNASIONAL
obat-obat baru.
Sejalan dengan keberadaan organisme di
1.Pendahuluan alam yang tidak terbatas jumlahnya, maka topik
Hasil metabolisme suatu organisme penelitian bahan alam juga tidak akan pernah
hidup (tumbuhan, hewan, sel) berupa metabolit habis. Penelitian bahan alam biasanya dimulai
primer dan sekunder. Senyawa metabolit primer dari ekstraksi, isolasi dengan metode kromatografi
umumnya sama untuk setiap organisme, terdiri sehingga diperoleh senyawa murni, identifikasi
dari molekul- molekul besar seperti polisakarida, struktur dari senyawa murni yang diperoleh
protein, asam nukleat, dan lemak. Fungsi senyawa dengan metode spektroskopi, dilanjutkan dengan
metabolit primer adalah sebagai sumber energi uji aktivitas biologi baik dari senyawa murni
untuk kelangsungan hidup organisme atau sebagai ataupun ekstrak kasarnya. Setelah diketahui
cadangan energi bagi organisme itu sendiri. struktur molekulnya biasanya juga dilanjutkan
Metabolit sekunder berupa molekul-molekul dengan modifikasi struktur untuk mendapatkan
kecil, bersifat spesifik, artinya tidak semua senyawa dengan aktivitas dan kestabilan yang
organisme mengandung senyawa sejenis, diinginkan. Di samping itu, dengan kemajuan
mempunyai struktur yang bervariasi, setiap bidang bioteknologi, dapat juga dilakukan
senyawa memiliki fungsi atau peranan yang peningkatan kualitas tumbuhan atau organisme
berbeda-beda. Pada umumnya senyawa metabolit melalui kultur jaringan, maupun tumbuhan
sekunder berfungsi untuk mempertahankan diri transgenik yang tentunya juga akan menghasilkan
atau untuk mempertahankan eksistensinya di berbagai jenis senyawa metabolit sekunder baru
lingkungan tempatnya berada. Dalam yang beraneka ragam dan mungkin juga dengan
perkembangannya senyawa metabolit sekunder struktur molekul yang berbeda dengan yang
tersebut dipelajari dalam disiplin ilmu tersendiri ditemukan dari tumbuhan awalnya.
yaitu kimia bahan alam (natural product Penentuan struktur molekul merupakan
chemistry). Metabolit sekunder merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari isolasi
biomolekul yang dapat digunakan sebagai lead senyawa kimia bahan alam. Senyawa hasil isolasi
compounds dalam penemuan dan pengembangan belum memiliki makna, jika belum diketahui
struktur
molekulnya. Metode penentuan struktur senyawa obat baru (Grabley, 1998).
organik yang banyak digunakan adalah metode Indonesia termasuk salah satu negara
spektroskopi, yang meliputi UV, IR, NMR (1H “megadiversity” yang kaya akan keanekaragaman
dan 13C), dan MS. Untuk menentukan struktur hayati. Di dunia terdapat kurang lebih 250.000
senyawa organik yang relatif sederhana metode jenis tumbuhan tinggi, dan lebih dari 60 % dari
tersebut sudah cukup memadai, namun untuk jumlah ini merupakan tumbuhan tropika (Sjamsul
senyawa dengan kerangka karbon yang cukup A.A., 1995). Diperkirakan sekitar 30.000
kompleks penggunaan NMR dua dimensi yang tumbuhan ditemukan di dalam hutan hujan
meliputi HMQC, HMBC, COSY, dan NOESY tropika, beberapa di antaranya diketahui
mutlak diperlukan. berkhasiat sebagai obat. Survey yang dilakukan
Perkembangan dalam penelitian bahan oleh PT. Esai pada tahun 1986 menemukan bahwa
alam mengalami kemajuan yang semakin cepat di Indonesia terdapat 7.000 spesies tanaman obat
dengan ditemukannya teknik-teknik pemisahan setara dengan 90 persen tanaman obat yang
secara kromatografi dan penentuan struktur tumbuh di seluruh Asia (PT Esai, 1986). Menurut
molekul secara spektroskopi pada pertengahan Badan POM, 283 tanaman telah diregistrasi untuk
abad ke-20. Dengan menggunakan metode penggunaan obat tradisional/jamu; 180 jenis di
tersebut beberapa struktur senyawa bioaktif antaranya merupakan tanaman obat yang masih
berhasil ditemukan, misalnya penemuan alkaloid ditambang dari hutan. Keanekaragaman hayati
seperti vinblastin dan vinkristin dari tumbuhan Indonesia tersebut terutama tersebar di setiap
Catharanthus roseus (tapak dara) sebagai obat pulau besar, seperti Kalimantan, Papua, Sumatra
kanker. Demikian juga penemuan taksol dari dan Jawa. Di samping itu terdapat organisme lain
tumbuhan Taxus brevifolia juga sebagai obat seperti jamur, maupun mikroba yang belum
kanker kandungan. Hal ini mendorong banyak tersentuh oleh peneliti. Keanekaragaman
perusahaan- perusahaan farmasi untuk hayati tersebut merupakan sumber biomolekul
mengeksplorasi senyawa-senyawa bioaktif dari senyawa-senyawa organik yang tidak terbatas
tumbuhan sebagai lead compounds penemuan jumlahnya.
3

Di Amerika Serikat terdapat sekitar 45


macam obat penting berasal dari tumbuhan obat
tropika, 14 spesies berasal dari Indonesia, di
antaranya obat anti kanker vinblastin dan
vincristine dan obat hipertensi reserpine yang
berasal dari pulai pandak (Rauvolfia serpentina).
Pada tahun 1983–1994 lebih dari 40% obat baru
yang disetujui oleh FDA adalah senyawa alam,
dan saat ini lebih dari 30% bahan obat yang
beredar diperdagangan juga berasal dari senyawa
alam. Dengan demikian, di masa yang akan
datang akan lebih banyak lagi ditemukan obat-
obat baru yang berasal dari alam, baik dari
tumbuhan, hewan, maupun organisme (Grabley
R., 1998).
Beberapa contoh senyawa bahan alam
yang sudah direkomendasikan oleh FDA sebagai
obat misalnya paclitaxel atau taxol (1) dan
derivatnya taxoter (2) dari umbuhan Taxus
brevifolia yang terdapat di wilayah barat laut
Pantai Pasifik, Amerika Serikat sebagai obat
kanker kandungan. Obat malaria baru yang dapat
membunuh parasit Plasmodium falciparum yang
resisten terhadap kuinin, yaitu Artemisinin
(3) berasal dari tumbuhan Artemisia annua
yang berasal dari Cina, tumbuhan tersebut
selama lebih dari 2000 tahun telah digunakan
oleh penduduk setempat dan di Asia sebagai
penurun demam. Tumbuhan tapak dara
(Catharanthus roseus) yang dikenal oleh
masyarakat sebagai obat diabetes dan tumor
berhasil dikembangkan obat kanker baru
vinblastin (4) dan vinkristin (5). Obat
tersebut menghasilkan lebih dari 100 juta
dolar per tahun bagi perusahaan farmasi Ely-
Lialy di Amerika. Selanjutnya dari kulit
batang tumbuhan kina (Chinchoma sp), yang
sudah digunakan ribuan tahun sebagai obat
malaria, berhasil dikembangkan obat malaria
kuinin (6) dan kuinidin (7) sebagai obat
penyakit jantung. Melalui reaksi modifikasi
struktur kuinin (6) dapat diubah menjadi
kuinidin (7), yang harganya relatif lebih
mahal. Obat baru lainnya yang berhasil
dikembangkan berasal dari bakteri misalnya
eritromicin (8), merupakan senyawa
metabolit sekunder yang bersifat antibiotik,
diisolasi dari bakteri Saccharopolyspora
erythraea, yang pertama kali dikoleksi dan
diskrining oleh Dr. Aguilar ilmuwan Filipina
tahun 1952, dan dikirim ke Ely-Lialy
Amerika (Grabley R, 1998). Struktur molekul
beberapa jenis obat baru tersebut dapat
ditampilkan dalam Gambar 1.
H3C
CH3
H3C
O O O OH O CH3 H3C

O NH O O O O OH
H
O O NH O
O H
O
H O
O O CH3 H
O O O CH3
O O
O
H

O
(1)

H
(2)

CH3 OH

N
OOO
O
N
H3 C COOMe N
H

OH

CH3 OAc
OH3C N
H
O R COOMe

(4) R = Me
(3)

H H N
N
O N ON

H3CO H3CO

O
(6) (7)
CH3
H3C

HO OH
H3C CH3
OH N(CH3)2
HO
H3C
H3C O O
O
OCH3 CH3

O CH3
O
O
CH3 OH
CH3

(8)

Gambar 1. Struktur molekul obat baru yang berasal dari bahan alam
2. Eksplorasi dan Pengembangan Potensi Berdasarkan penelitian yang telah
Senyawa Kimia dari Beberapa dilakukan terhadap beberapa spesies
Tumbuhan Tropis Indonesia famili Dipterocarpaceae dapat diketahui bahwa senyawa
Dipterocarpaceae kimia yang lazim ditemukan pada tumbuhan ini
Salah satu kelompok tumbuhan yang adalah terpenoid, fenilpropanoid, flavonoid,
banyak terdapat di Indonesia adalah famili turunan benzofuran dan asam fenolat, serta
Dipterocarpaceae. Tumbuhan ini terdiri dari 16 oligomer stilbenoid (Sotheswaran, 1993).
genus dan sekitar 600 spesies (Cronquist, 1981), Oligomer stilbenoid (oligostilbenoid) yang telah
9 genus diantaranya terdapat di Indonesia, ditemukan pada beberapa spesies
tersebar mulai dari Aceh sampai Papua, dengan Dipterocarpaceae terdiri dari monomer, dimer,
populasi terbesar terdapat di Kalimantan, trimer, tetramer, heksamer, heptamer, dan
sehingga dikenal dengan sebutan kayu oktamer (Sri Atun, dkk., 2001; 2002; 2003; 2004;
kalimantan (Heyne, 1987; Soerianegara, 1994). 2006; 2008; 2009) .
Oligostilbenoid merupakan senyawa Gnetaceae, Leguminoseae, Cyperaceae, dan
yang akhir-akhir ini mendapat perhatian para Vitaceae (Tanaka, 2000a,b,c; Ito, 2000a,b; Ohyama,
ahli, oleh karena beberapa di antara senyawa 2001; Dai, 1998; Seo, 1999, Jang, 1997).
tersebut yang telah ditemukan menunjukkan Senyawa stilbenoid umumnya
aktivitas biologi yang berguna, seperti antitumor, dikelompokkan berdasarkan jumlah unit
antiinflamasi, antibakteri, sitotoksik, bersifat resveratrol atau (E)- 3,5,4’-trihidroksistilben (9)
kemopreventif, antihepatotoksik, dan anti-HIV. sebagai monomer penyusunnya. Sebagian besar
Sampai saat ini telah dikenal lima famili oligostilbenoid yang berasal dari
tumbuhan yang dilaporkan memiliki kandungan Dipterocarpaceae mengandung cincin heterosiklik
utama oligostilbenoid, yaitu Dipterocarpaceae, trans-2-aril-2,3-dihidrobenzofuran (10).

HO HO
4 1 1
4 HO
' ' R H R2
OH 1
OH

OH

9 10

Eksplorasi senyawa kimia dari beberapa (11) dan siringaresinol (12). Kelompok dimer
spesies tumbuhan famili Dipterocarpaceae yang stilbenoid yang telah ditemukan antara lain (-)-ε-
telah dilakukan antara lain terdapat pada Tabel 1. viniferin (13), (-)-ampelopsin F (14), laevifonol
Beberapa senyawa oligostilbenoid yang telah (15), (-)-ampelopsin A (16), balanokarpol (17),
ditemukan pada beberapa spesies tumbuhan dan heimiol (18). (-)--Viniferin (13) adalah
tersebut dapat dikelompokkan menjadi dimer, dimer stilbenoid paling sederhana yang ditemukan
trimer, tetramer, hexamer, dan heptamer. juga pada beberapa spesies Dipterocarpaceae dan
Senyawa fenolik lainnya yang juga ditemukan dipandang sebagai prekursor senyawa
dalam famili Dipterocarpaceae adalah bergenin oligostilbenoid lainnya
.
Tabel 1. Beberapa Spesies Tumbuhan Kimianya
Famili Dipterocarpaceae dan Kandungan
Nama spesies Asal Peneliti Senyawa kimia yang ditemukan
tumbuhan
V. rassak Bogor Tanaka (-)-ε-viniferin (13), vatikanol C (19); vatikanol G (20);
Indonesia (2000a) vatikasid D (21); vatikanol A (22); vatikanol B
(24); vatikanol D (31); vatikanol H (34); vatikanol I
(35); vatikanol J (36)
V. oblongifolia Serawak, Zgoda-Pols hopeafenol A (27); isohopeafenol A (28)
Kalimantan (2002)
V. pauciflora Bogor, Sri Atun siringaresinol (12), (-)-ε-viniferin (13), (-)- ampelopsin
Blume Indonesia (2004) F (14); stenofilol B (20); vatikanol G (20); vatikanol B
(24); diptoindonesin C (35);
diptoindonesin D (36); diptoindonesin E (37)
V. umbonata Yogyakarta, Sri Atun (-)-ε-viniferin (13); (-)-ampelopsin F (14); stenofilol
Indonesia (2004) B (20); vatikanol G (20); vatikanol B (24); laevifonol
(15); (-)-hopeafenol (25)
Anisoptera Bogor, Sri Atun bergenin (11), (-)-ε-viniferin (13), (-)-ampelopsin A
marginata Indonesia (2004; 2008) (16), vatikanol B (24), (-)-hopeafenol (25), dan
hopeafenol glukosida (26)
Dipterocarpus Bogor, Sri Atun, bergenin (11), (-)-ampelopsin A (16), (-)-α-viniferin
grandiflorius Indonesia (2004) (23), dan (-)-hopeafenol (25).
Hopea sangal Bogor, Sri Atun, (-)-ampelopsin A (16), vatikanol B (24), dan (-)-
Indonesia (2004) hopeafenol (25)
Hopea Banten, Sri Atun, dkk, Balanokarpol (17); heimiol A (18); vatikanol G (20);
mengarawan Indonesia (2006) dan vatikanol B (24)
Hopea odorata Banten, Sri Atun, dkk, Balanokarpol (17); ampelopsin H (29); hemlesyanol
Indonesia (2006) C (30); dan hopeafenol (25)
Hopea nigra Banten, Sri Atun, Vatikanol G (20)
Indonesia (2005)

Trimer stilbenoid yang telah ditemukan


pada beberapa spesies tumbuhan famili
Dipterocarpaceae antara lain stenofilol B (19),
vatikanol G (20), vatikasid D (21), vatikanol A
(22), dan α-viniferin (23) dengan struktur
kerangka karbon yang bervariasi (Gambar 3).
Tetramer stilbenoid yang telah ditemukan adalah
vatikanol B (24), hopeafenol (25), hopeafenol
glukosida (26), hopeafenol A (27), isohopeafenol
A (28), ampelopsin H (29), dan hemlesyanol C
(30) (Gambar 4). Senyawa stilbenoid yang
disusun oleh enam dan tujuh unit stilben disebut
heksamer dan heptamer stilbenoid, senyawa jenis
ini hanya dijumpai pada genus Vatica yaitu
spesies Vatica rassak (Tanaka, 2000a,b,c; Ito,
2001a,b) dan Vatica pauciflora (Sri Atun, 2004),
keduanya berasal dari Indonesia dan belum
pernah dilaporkan pada genus yang lainnya
(Gambar 5).

Adanya senyawa jenis heksamer dan


heptamer pada genus Vatica tersebut
menunjukkan bahwa tumbuhan ini memiliki
tingkat evolusi yang lebih tinggi dibandingkan
genus lainnya, karena mampu menghasilkan
senyawa dengan tingkat oksidasi yang tinggi.
Beberapa heksamer stilbenoid yang telah
ditemukan pada Vatica rassak adalah vatikanol D
(31), vatikanol H (32), dan vatikanol J (33),
sedangkan yang telah ditemukan pada Vatica
pauciflora adalah diptoindonesin E (34).
Selanjutnya, sampai saat ini baru dilaporkan
adanya tiga heptamer resveratrol, yaitu vatikanol J
(35) dari Vatica rassak, diptoindonesin C (36) dan
diptoindonesin D (37) dari Vatica pauciflora.
Diptoindonesin D (37) merupakan glikosida dari
diptoindonesin C (36) (Sri Atun, 2004).
OH
H3CO OCH3
O
HO O
H HO
HO
H3CO OH HO
H
OH H O OH
O CH2
OH H2C H
O HO
CH2OH H HO OH
HH
H
OH H
HO
H3CO HO
OH
OCH3 OH
HO

11 12 13 14

HO H
HO O HO
HO H
O OH OH
OH H
H OH
OH HH HO H
OH
HO
OH OH
HOH
H
O H H OH
O OH H
OH H
O O HO OH OH
H HO
OH
H O
HO H OH
HO

15 16 17 18
Gambar 2. Struktur molekul beberapa senyawa fenolik dan dimer stilbenoid yang telah
ditemukan pada beberapa spesies tumbuhan Dipterocarpaceae

OH
OH
OH
HO HO
H HO OH
HO OH
H
H
H H H H
HH HO HO OR
HO H OH

OH
OH H HO
HO
19
20 R =H
HO
21 R = glu
HO
H
O OH OH
H glu HO
H
H
HO H OH H
O
H
OH H O

HO H HH
OH H OH
OH O
HO OH

22 23
Gambar 3. Beberapa struktur tetramer stilbenoid yang yang telah ditemukan pada
beberapa spesies tumbuhan Dipterocarpaceae
OH
HO HO HO HO
HO OH O H OH
OH HO
H H
H
RO
H O OH
OH H H H H H
H H
HO H
OH
HO OH OH
H
OH HO
H
O

HO
24 25 R = H
26 R = glukosa

H HO OH OH O
HO H H H HO H O H H O O
O O
H O H H OH
H H H HO O
H O O H HH O H
H H O O H
H H
H
H

OH OH
OH OH

27 28

HO B H O HO 4
a A1 H7O
12 O
O4b 10 1 1O7 H O OH 1 a 8a B H C 4c
H b 8b 14b H A1ba H8b H 1 O1
12
H H
A 2
2H
7 2
0 b 8c HH
a 2H
A 1 H
a
7aB2 b H OH H a O
aH B1 C17 8d Hd
2
cO
OO 4
12 H
1 a H H H 4d
22 D2
a O8a b 7
OH OH HO 4b c
D1
dO

H H
1 O
O
H OH

H
OH

29 30

Gambar 4. Beberapa struktur tetramer stilbenoid yang yang telah ditemukan pada
beberapa spesies tumbuhan Dipterocarpaceae
OH

HO OH

HO OH
OH H OH
OH OH
HO OH
HO H OH
HO HO H
HO H HO H
H H OH H H OH
H OH HH OH HO H
HH HH H H
HO H HO H OH H
HO
OH OH OH
HO OH HO OH

OH H HO
HO

31 32

HO OH OH

HO
HO OH
OH OH
H O
H OH HO
H H OH
HO
O H
HO H OH
H H OH HH H
HO H HO H OH H
H H OH
H H H
HO H HO
H H OH
OH OH
O
OH HH
HO HO
OH HO
HO

HO HO
OH

33 34
OH
OH
HO
HO

OH H HO
H O O
HO HO HO
HO
H HO OH OH
H
H H OH OH HH OH
HO H OH HO OH
H H H H
OH OH H H H OH
HO H H
HO H
HO H
O HO
H O
HH OH H
HO H H OH
HO H
HO RO
OH
HO OH
OH
OH

35 36. R = H
37. R = glukosa

Gambar 5. Beberapa struktur heksamer dan heptamer stilbenoid yang yang telah
ditemukan pada beberapa spesies tumbuhan Dipterocarpaceae
Fungsi biologis dari oligostilbenoid belum senyawa antimikroba yang dihasilkan oleh tumbuhan
banyak diungkapkan, namun hasil penelitian sebagai reaksi terhadap infeksi atau rangsangan
memperlihatkan adanya aktivitas biologi yang fisiologi lain (Langcake, 1977).
berguna dari beberapa senyawa tersebut, seperti Penelitian yang dilakukan oleh Jang
antiinflamasi, antibakteri, sitotoksik, bersifat (1997) juga menunjukkan bahwa resveratrol (9)
kemopreventif, hepatoprotektif, antikanker, dan anti- memiliki aktivitas kemopreventif terhadap sel
HIV. Telah dilaporkan bahwa resveratrol (9) diisolasi kanker. Selanjutnya, berbagai aktivitas biologi
untuk pertama kalinya dari daun tumbuhan Vitis dari oligostilbenoid lainnya telah dilaporkan oleh
vinifera pada tahun 1977 sebagai fitoaleksin, yaitu beberapa peneliti, seperti (-)-ε-viniferin (13),
memperlihatkan aktivitas sebagai antimikroba menggunakan senyawa oligostilbenoid lainnya
terhadap beberapa jenis organisme (Sothesswaran, yang lebih bervariasi.
1993). Penelitian terhadap sejumlah
oligostilbenoid lainnya juga memperlihatkan Tabel 2. Aktivitas Beberapa Senyawa
aktivitas sitotoksik terhadap galur sel tertentu. Oligostilbenoid Sebagai Penangkap Radikal
Hopeafenol (25), vatikanol D (31), vatikanol H Hidroksil
(32), vatikanol I (33), vatikanol J (34) bersifat
sitotoksik terhadap sel KB karsinoma epidermoid
(Ito, 2001a,b; Ohyama, 1999; Seo, 1999). Begitu Hasil uji sitotoksisitas beberapa senyawa
pula vatikanol A oligostilbenoid terhadap sel Hela S3, Raji dan
(22) bersifat inhibitor terhadap 5α-reduktase, yang Meyloma menunjukkan adanya beberapa senyawa
berguna sebagai pencegah rambut rontok dan yang memiliki aktivitas lebih tinggi dibandingkan
jerawat (Hirano, 2001). Uji antioksidan terhadap dengan doxorobucin (kontrol positif) yang
vatikanol D (31), juga menunjukkan aktivitas merupakan senyawa bahan obat kanker. Beberapa
sebagai penangkap radikal super oksida (Tanaka, senyawa yang menunjukkan aktivitas tinggi
2000c). terhadap sel Hela S3 yaitu vatikanol B (24) dan
Demikian juga hasil penelitian Sri Atun ampelopsin H (29), sedangkan yang menunjukkan
(2006a) membuktikan bahwa beberapa senyawa aktivitas tinggi terhadap sel Raji adalah
stilbenoid menunjukkan aktivitas yang tinggi balanokarpol (17), vatikanol B (24), ampelopsin
sebagai penangkap radikal hidroksil secara H (29), dan hemlesyanol C (30) (Sri Atun, 2008).
invitro. Dari hasil penelitian tersebut diketahui
aktivitas sebagai penangkap radikal hidroksil
(IC50) senyawa oligostilbenoid seperti terdapat
pada Tabel 2. Ditinjau dari harga IC50 masing-
masing senyawa menunjukkan hubungan struktur
dan aktivitasnya. Faktor yang menentukan
aktivitas suatu senyawa oligostilbenoid sebagai
penangkap radikal hidroksil adalah jumlah unit
resveratrol (gugus hidroksil bebas), ikatan
rangkap, dan tingkat kesimetrian struktur, namun
hal ini masih harus dibuktikan dengan
3. Eksplorasi dan Pengembangan Potensi digunakan untuk mengobati penyakit mata,
Senyawa Kimia dari Beberapa busung lapar, dan anemia (PT Esay, 1995).
Tumbuhan Tropis Indonesia famili Sampai saat ini telah dilaporkan beberapa
Gnetaceae senyawa oligostilbenoid yang ditemukan pada
Selain famili Dipterocarpaceae senyawa beberapa spesies tumbuhan famili Gnetaceae,
oligostilbenoid juga dapat ditemukan pada antara lain Gnetum gnemonoides, G. latifolium,
tumbuhan famili Gnetaceae, Leguminoseae, G. gnemon ( Iliya, 2001, 2002), G. hainanense
Cyperaceae, dan Vitaceae (Sotheeswaran, 1993). (Huang, 2000), dan G. venosum (Boralle N,
Salah satu spesies tumbuhan famili Gnetaceae 1993). Beberapa spesies tumbuhan yang telah
yang banyak terdapat di Indonesia adalah Gnetum diteliti dan kandungan senyawa stilbenoid yang
gnemon (melinjo), terutama di Pulau Jawa. telah ditemukan dapat dilihat pada tabel 3.
Tumbuhan ini banyak memiliki manfaat, seperti Senyawa stilbenoid yang telah ditemukan pada
bagian daun yang muda sebagai bahan sayur, biji beberapa spesies tumbuhan tersebut dapat
banyak dimanfaatkan untuk bahan makanan, kulit dikelompokkan menjadi monomer, dimer, trimer,
batang dimanfaatkan sebagai bahan pembuat tali. dan tetramer stilbenoid dengan struktur kerangka
Disamping itu bagian daun dan buah dapat molekul dan tingkat oksidasi yang bervariasi.

Tabel 3. Beberapa spesies tumbuhan famili G. hainanense Hainan, Huang, 2000 Resvera
Gnetaceae dan kandungan senyawa China (44), Gn
stilbenoidnya resverat
G. Venosum Brasil Boralle , rapontig
Nama spesies Asal Peneliti 1993 Gnetin J
tumbuhan G. latifolium Bogor, Iliya, 2001 Resvera
G. gnemon Sleman, Sri Atun, Indonesia gnetin E
Indonesia 2007 G. gnemonoides Bogor, Iliya, 2002 gnemon
G. gnemon Bogor, Iliya, 2002 2b-hidro
Indonesia
Indonesia gnetin H
Beberapa monomer stilbenoid yang telah
ditemukan antara lain resveratrol (39),
oksiresveratrol (43), dan rapontigenetin (48).
Yang termasuk dimer stilbenoid antara lain ε-
viniferin (44), gnetal (59), gnetuhainin A (45),
gnetuhainin B (46), resveratrol trans-dehidromer
(47)
(60), gnetin C (49), dan gnetin D (55). Beberapa
trimer stilbenoid antara lain gnetin E ( R = H)
(54), gnetin J (R = OH) (51), gnetin K (R = OMe)
(52), latifolol (56), dan gnetin H (62), sedangkan
tetramer stilbenoid adalah gnemonol C (57).
OH
2 3
4 OH 12 HO
HOOC HO OH 12
HO O
1 6 5 1O
87 2
04H
H
10 1
OH O O
9'
8 7
8' 7' 1
2
OH
1'
2' 6' 4
OCH3
OH
OH
H3CO OH
H
4'

OCH3

38 39 40 41

H O H O
H H
O H
HO OH O O HO O O HO OO
H H HH H
O HH
O OH
H O
H H
O
O

OMe OH
OH OH OH

48 44 45 46

Glc- O HO
H H O HO
O O OO H OHH
O H
O
O
H H
H
OH
HO

OH OH

O-Glc CHO

47 58 59
O
H
H
OH H O
O HH
O O H
H H HH O
O H
R O
O
OH H

HO OH

(R = H) (53) 60
(R =OH) (54)

Gambar 6. Beberapa senyawa monomer dan dimer stilbenoid dari tumbuhan famili Gnetaceae
OH
R

OH HO
O H
HO H HO
O
HO O
OH OH
H OH
OH
HO
O

HO OH
OH

( R = H) (41)
56
(R = OH) (51)
(R = OMe) (52)

H HO H
OH HH H
HO H OOH OO
O H
HO
OH OH O HO
O
H H OH
H H

HO OH
HO
OH HO

OH

HO
62
57
Gambar 7. Beberapa senyawa trimer stilbenoid dari tumbuhan famili Gnetaceae

4. Eksplorasi dan Pengembangan Potensi sedang meneliti 9 tanaman obat unggulan nasional
Senyawa Kimia dari Beberapa sampai ke uji klinis. Tanaman tersebut adalah
Tumbuhan Obat Herbal salam, sambiloto, kunyit, jahe merah, jati belanda,
Selain tumbuhan tropis, Indonesia juga temulawak, jambu biji, cabe jawa, dan mengkudu.
kaya beraneka tumbuhan herbal yang telah Penelitian tumbuhan herbal saat ini
digunakan oleh masyarakat dalam pengobatan juga sedang dilakukan di Laboratorium
tradisional secara turun-temurun. Pada Kimia, antara lain eksplorasi senyawa kimia
hakekatnya pengobatan tradisional di Indonesia rimpang tumbuhan temu giring (Curcuma
merupakan bagian kebudayaan bangsa Indonesia hyenana), temu ireng (C.aeruginosa), kunci
yang diturunkan dari generasi ke generasi pepet (Gastrochilus pandurata Ridl), serta
berikutnya secara lisan atau tulisan. Eksplorasi lengkuas (Alpinia galanga Sw), serta uji
senyawa bioaktif dari tumbuhan obat tradisional
aktivitasnya terhadap beberapa sel kanker,
akan memiliki manfaat yang cukup luas baik
secara ekonomi, industri, maupun yang berkaitan maupun uji aktivitasnya terhadap virus
dengan kemandirian dan kebanggaan bangsa. H5N1. Demikian juga eksplorasi senyawa
Mengingat selama ini banyak peneliti dari luar kimia dari tumbuhan pulai (Alstonia
negeri yang mengeksplorasi sumber daya alam scholaris L), pegagan (Centella asiatica L),
Indonesia. Atas dasar hal tersebut badan POM dan meniran (Phyllanthus niruri L) sebagai
bekerja sama dengan beberapa perguruan tinggi obat malaria
.
5. Beberapa Permasalahan dan Kendala tumbuhan obat masih tergantung pada tumbuhan
Pengembangan Potensi Senyawa Kimia yang ada di hutan alam atau berasal dari
dari Tumbuhan budidaya masyarakat yang diusahakan secara
tradisional. Pemanfaatan bahan baku obat
Dewasa ini pemanfaatan bahan baku tradisional oleh masyarakat mencapai kurang
lebih 1000 jenis, dimana 74% diantaranya Seiring dengan meningkatnya kebutuhan bahan
merupakan tumbuhan liar yang hidup di hutan. baku tumbuhan obat dan meluasnya permintaan
Kegiatan eksploitasi tanaman liar secara pasar domestik maupun ekspor, diperlukan suatu
berlebihan melebihi kemampuan regenerasi dari kesadaran terhadap pemanfaatan sumber daya
tanaman dan tanpa disertai usaha budidaya, akan alam hayati secara lebih hati-hati dan lebih
mengganggu kelestarian tanaman tersebut optimal.
(Muharso, 2000). Akibatnya banyak tumbuhan Kendala yang lainnya dalam penelitian
yang terancam punah atau paling tidak sudah sulit eksplorasi bahan alam adalah diperlukan biaya
dijumpai di alam Indonesia, seperti purwoceng yang relatif besar dalam proses pemisahan,
(Pimpinella pruacan), kayu angin (Usnea pemurnian, dan identifikasi struktur molekul
misaminensis), pulasari (Alyxia reiwardii), senyawa bioaktifnya. Adanya kendala tersebut
maupun bidara laut (Strychnos ligustrina) menyebabkan banyak tumbuhan obat yang belum
(Muharso, 2000). diketahui struktur senyawa aktifnya. Penelitian
Beberapa permasalahan pelestarian pengembangan potensi tumbuhan obat akan lebih
tumbuhan obat Indonesia disebabkan karena bermakna apabila diteliti secara lebih
kerusakan habitat, akibat eksploitasi kayu hutan komprehensif dan berkesinambungan, dengan
yang berlebihan, perambahan hutan, kebakaran melibatkan berbagai disiplin ilmu terutama kimia
hutan, konversi hutan menjadi perkebunan kelapa bahan alam, farmasi, pertanian, maupun
sawit, perladangan berpindah, punahnya budaya kedokteran.
dan pengetahuan tradisional penduduk asli/lokal,
serta pemanenan tumbuhan obat yang berlebihan.

Kesimpulan
Indonesia termasuk salah satu negara dipublikasikan dalam jurnal yang bereputasi
“megadiversity” yang kaya akan keanekaragaman internasional. Sebagai contoh dari beberapa
hayati. Keanekaragaman hayati tersebut tumbuhan famili Dipterocarpaceae dan Gnetaceae
merupakan sumber biomolekul senyawa-senyawa dapat diperoleh berbagai struktur senyawa
organik yang tidak terbatas jumlahnya. oligostilbenoidl yang telah dipublikasikan dalam
Keanekaragaman hayati Indonesia tersebut berbagai jurnal bereputasi internasional.
tentunya sangat menarik bagi para peneliti baik
dari dalam maupun luar negeri untuk
mengeksplorasinya, sehingga menghasilkan
penemuan- penemuan baru yang dapat
Daftar Pustaka
Cronquist A. (1981). An Integrated System
of Classification of Flowering Plants,
Columbia In Press, New York, 316 –
318.
Depkes, (2001). Standar Pengawasan Program
Bidang Kesehatan Pemberantasan Penyakit
Menular.
Inspektorat Jenderal DepKes RI, hal 5.
Dina Nawangningrum, Supriyanto Widodo, I
Made Suparta, dan Munawar Holil,
(2004), Kajian terhadap naskah kuno
Nusantara koleksi Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya Universita
Indonesia: Penyakit dan Pengobatan
amuan Tradisional, Makara, Sosial,
Humaniora, Vol., 8, No. 2, hal. 45-53
Grabley R.T., (1999), Drug discovery from
nature, Springer-Verlag, Berlin
Heyne K. (1987), Tumbuhan berguna
Indonesia, Badan Litbang Kehutanan,
Jakarta, jilid III, 1390 – 1443
15

Anda mungkin juga menyukai