SKRIPSI
Disusun oleh:
RYAN WIDYATMOKO
172220029
Ryan Widyatmoko
NIM. 172220029
i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING
DEWAN PEMBIMBING
Ditetapkan di : Depok
Tangal : 25 September 2021
ii
HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Depok
Tangal : 25 September 2021
iii
KATA PENGANTAR/UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat- Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi
ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Teknik Jurusan Teknik Elektro pada Fakultas Teknik dan IlmuKomputer.
Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya
untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih
kepada:
(1) Bapak Mauludi Manfaluthy, ST., MT selaku dosen pembimbing 1 yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya
dalam penyusunan skripsi ini
(2) Bapak Agung Pangestu, S.Pd., M.Sc.Eng selaku dosen pembimbing 2 yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya
dalam penyusunan skripsi ini
(3) Ibu Sinka Wilyanti. ST.MT, selaku Dekan Fakultas Teknik dan Ilmu
Komputer Universitas Global Jakarta.
(4) Bapak Devan Junesco V, S.ST., M.Sc.Eng Selaku Ketua Jurusan Teknik
Elektro.
(5) orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral; dan
(6) Rekan Mahasiswa Teknik Elektro yang telah banyak membantu saya dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI AKADEMIS
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti/Non-
eksklusif ini Universitas Global Jakarta berhak menyimpan, mengalih-
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat
dan mempublikasikan skripsi saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yang menyatakan
Ryan Widyatmoko
NIM. 172220029
v
ABSTRAK
Mesin potong yang saat ini menjadi alat bantu kerja yang tidak bisa di
pisahkan dari berbagai kegiatan industri dan pabrikasi.Akan tetapi tidak sedikit
dari mesin potong ini mempunyai masalah pada bagian motor penggeraknya yang
di sebabkan oleh suhu panas yang berlebih pada motor penggeraknya. Untuk
mengatasi permasalahan ini maka perlu dibuatkan suatu system dimana setiap
mesin potong digunakan akan terdeteksi suhunya, dan sistem off otomatis ketika
mesin potong selesai digunakan.
Kata kunci: System Kendali, Sensor Suhu MLX90614, LCD Display, Sensor
Proximity
vi
ABSTRACT
vii
DAFTAR ISI
2.1.7. Relay....................................................................................................13
viii
2.1.8 Catu Daya..............................................................................................15
BAB V PENUTUP 39
5.1 Kesimpulan..................................................................................................39
5.2 Saran............................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA 40
LAMPIRAN 42
1. Komponen Yang Digunakan.......................................................................42
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR TABEL
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
temperatur kenaikan suhu motor penggerak dan terhubung pada layar LCD
sebagai alat monitoring suhu saat mesin potong sedang digunakan. (Mirza, 2018).
2.1 LandasanTeori
2.1.1 Pengertian motor Induksi satu fasa
Motor induksi satu fasa merupakan salah satu jenis dari motor-motor listrik yang
bekerja melalui induksi elektromagnetik. Motor induksi satu fasa pada dasarnya
memiliki rumah rotor. Motor induksi satu fasa ini tidak dapat melakukan
pemutaran sendiri (self starting), oleh karena itu motor ini memerlukan alat bantu
untuk menciptakan putar awal, sehingga motor dapat berjalan secara terus
menerus (Rizki, 2019). Disebut motor satu fasa karena tegangan satu fasa
diumpankan ke motor untuk menghasilkan tenaga mekanik. Dalam prakteknya,
adalah umum untuk menemukan motor satu fasa dengan belitan dua fasa.
Dikatakan demikian karena pada motor satu fasa, belitan stator terdiri dari dua
jenis belitan, yaitu belitan utama dan belitan bantu. Kedua jenis belitan tersebut
dibuat sehingga walaupun arus yang mengalir pada motor adalah arus/tegangan
satu fasa , arus yang mengalir pada masing-masing belitan akan memiliki
perbedaan fasa.(Arduino & Sensor, 2020)
Sumber energi Motor induksi satu fasa yaitu disisi stator, induksi dari celah
udara dari stator dengan media elektromagnet merupakan bagian dari sistem
kelistrikan rotornya.. Hal ini yang menyebabkan munculnya nama motor induksi.
penggunaan motor induksi di industri ini adalah untuk penggerak, seperti pompa,
penggerak mesin, peralatan bengkel seperti mesin-mesin bor, grinda, crane, dan
sebagainya (Şenocak, 2019).
dua komponen utama dari motor ini yaitu stator dan rotor. Stator merupakan
bagian tidak bergerak dan rotor adalah bagian yang bergerak dari motor yang
bertitik pada bantalan poros terhadap stator. Motor induksi terdiri atas kumparan
stator dan kumparan rotor yang berfungsi membangkitkan gaya gerak listrik
akibat dari adanya arus listrik bolak-balik yang melewati kumparan-kumparan
tersebut sehingga terjadi suatu interaksi induksi medan magnet antara stator dan
rotor (Şenocak, 2019).
4
5
Bentuk dan kostruksi motor tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2. 2 Belitan utama dan belitan bantu pada motor satu fasa
Sumber : http://kelistrikandasar.blogspot.com/p/motor-listrik-acsatu-fasa-
berdasarkan.html
Ns =
F = Frekuensi (Hz)
P = Jumlah kutub
Pada motor induksi, tegangan induksi pada rotor akan ada, jika medan putar
stator memotong batang konduktor di rotor, atau dengan kata lain agar tegangan
pada rotor terinduksi, harus ada perbedaan putaran relative antara medan putar
stator (Ns) dengan putaran rotor (Nr), yang dinamakan slip (s).
S=
%S = x 100%
7
Dimana : S = Slip
Ns = kecepatan putaran medan stator (rpm)
Nr = putaran rotor
Sumber : https://mekatronika.smkn1bangil.sch.id/2020/04/materi-belajar-
arduino.html
1. Jack USB yang merupakan soket USB tipe B sebagai penghubung data serial
dengan PC.
2. Jack Power yang merupakan soket untuk catu daya ekstenal dengan range
antara 9VDC – 12VDC.
3. Saklar daya otomatis berupa jumper plastik yang terletak antara konektor USB
dan konektor daya. Jika ingin menghubungkan Arduino dengan USB dapat
menempatkan jumper dua pin yang paling dekat dengan konektor USB dan jika
ingin sumber daya eksternal dapat menempatkan jumper selama dua pin paling
dekat dengan konektor daya.
4. Pin Input/ouput Digital yaitu pin yang bekerja pada level tegangan digital (0V
sampai 5V) baik untuk input atau output, namaun pada bebrapa pin output
analog, yang dapat mengeluarkan tegangan analog 0V sampai 5V, pin tersebut
adalah pin 3,5,6,9,10 dan 11, selain itu untuk pin 0 dan 1 juga memiliki fungsi
khusus sebagai pin komunikasi serial.
10
5. Pin input analog yakni dapat menerima input tegangan analog antara 0V
sampai 5V, tegangan ini akan direpresentasikan sebagai bilangan 0 ± 1023
dalam program.
6. Pin untuk sumber tegangan merupakan kumpulan pin yang berhubungan
dengan sumber tenaga, missalnya output 5V, Output 3,3V, GND (2 pin) dan
Vref (tegangan referensi untuk pembacaan ADC internal).
7. Tombol Reset digunakan untuk mengulang prohram dari awal.
8. IC ATMega328 sebagai pusat kendali pemrosesan data.
1. Pin data adalah jalur untuk memberikan data karakter yang ingin ditampilkan
menggunakan LCD.
2. Pin RS (Register Select) berfungsi sebagai indikator atau yang menentukan
jenis data yang masuk, baik data atau perintah Logika.
3. Pin R/W (Read Write) berfungsi sebagai instruksi pada modul jika low tulis
data, sedangkan high baca data.
4. Pin E (Enable) digunakan untuk memegang data baik masuk atau keluar.
5. Pin VLCD berfungsi mengatur kecerahan tampilan (kontras) dimana pin ini
dihubungkan dengan trimpot 5 Kohm, jika tidak digunakan dihubungkan ke
ground sedangkan tegangan catu daya ke LCD sebesar 5 Volt.
tersebut sebanding dengan kuat medan magnet yang diterima oleh sensor ini
(Krisnanda, n.d.)
2.1.7. Relay
Relay adalah sebuah komponen elektronika berupa saklar atau switch yang
dioperasikan menggunakan tegangan listrik yang dialirkan ke coil relay tersebut.
Relay juga biasa disebut dengan komponen elektromekanis yang terdiri dari dua
bagian utama yaitu coil atau elektromagnet dan saklar atau mekanikal (Saleh &
Haryanti, 2017). Komponen relay menggunakan prinsip elektromagnetik sebagai
penggerak kontak saklar, sehingga dengan menggunakan arus listrik yang kecil
atau low power, dapat menghantarkan arus listrik yang yang memiliki tegangan
lebih tinggi. Bentuk dari relay dapat dilihat pada gambar berikut (Kamil, 2018).
14
Gambar 2. 8 Relay
Sumber : https://skemaku.com/pengertian-relay-dalam-rangkaian-elektronika/
1. Coil
2. Armature
3. Saklar
4. Spring
Inti besi (iron core) dililitkan pada kumparan coil yang berfungsi untuk
mengontrol inti besi tersebut. Ketika arus listrik disuplai, maka akan timbul gaya
elektromagnet yang selanjutnya menarik armature untuk berpindah dari posisi
Normal close (NC) ke posisi baru yaitu normal open (NO) menjadikan saklar
yang dapat menghantarkan arus listrik di posisi barunya (NO). Posisi dimana
armature tersebut berada sebelumnya (NC) akan menjadi open atau tidak
terhubung. Pada saat tidak dialiri arus listrik, armature akan kembali lagi ke posisi
awal (NC). Coil yang digunakan oleh relay untuk menarik anak kontak ke posisi
close pada umumnya hanya membutuhkan arus listrik yang relatif rendah
(Turmahun et al., 2017).
Istilah pole dan throw juga berlaku pada relay, karna relay termasuk
kedalam jenis saklra, sedikit pembahasan tentang pole dan throw sebagai berikut.
a. Pole adalah jumlah kontak yang terdapat pada sebuah relay
b. Throw adalah banyak nya jumlah kondisi yang ada pada kontak
Berdasarkan penggolongan jumlah pole dan throw sebuah relay, maka relay
dapat digolongkan menjadi:
a. Single Pole Single Throw (SPST): Relay golongan ini memiliki 4 terminal,
2 terminal untuk saklar dan 2 terminalnya lagi untuk coil.
b. Single Pole Double Throw (SPDT): Relay golongan ini memiliki 5
terminal, 3 terminal untuk saklar dan 2 terminalnya lagi untuk coil.
c. Double Pole Single Throw (DPST): Relay golongan ini memiliki 6
terminal, diantaranya 4 terminal yang terdiri dari 2 pasang terminal saklar
sedangkan 2 terminal lainnya untuk coil. Relay DPST dapat dijadikan 2
Saklar yang dikendalikan oleh 1 coil.
d. Double Pole Double Throw (DPDT): Relay golongan ini memiliki
terminal sebanyak 8 terminal, diantaranya 6 terminal yang merupakan 2
pasang relay SPDT yang dikendalikan oleh 1 (single) coil. Sedangkan 2
terminal lainnya untuk coil.
2.1.8 Catu Daya
Catu daya adalah perangkat yang memasok energi listrik ke satu atau lebih
konsumen listrik. Catu daya adalah bagian penting dari elektronik yang berfungsi
sebagai sumber daya, misalnya baterai atau aki (Sitohang et al., 2018). power
16
supply atau catu daya ini juga sering dikenal dengan nama “adaptor”. Sebuah DC
power supply atau adaptor pada dasarnya mempunyai 4 bagian utama untuk dapat
menghasilkan arus DC yang stabil. bagian utama tersebut diantaranya adalah
transformer, rectifier, filter dan voltage regulator. Sebelum kita membahas lebih
lanjut mengenai prinsip kerja DC power supply, sebaiknya kita mengetahui blok-
blok dasar yang membentuk sebuah DC power supply atau pencatu daya ini.
Rangkaian penyearah sendiri terdiri dari dua jenis yaitu, setengah gelombang (half
wave rectifier) dan gelombang penuh (full wave rectifier). Jenis penyearah yang
terakhir ini dapat dibagi menjadi dua rangkaian yang umum digunakan, yaitu
center tap dan bridge. Juga, tegangan keluaran penyearah memasuki filter, yang
"memuluskan" riak. Jenis yang umum digunakan adalah kapasitor. Sebelum
masuk ke beban, tegangan melewati regulator tegangan yang memberikan
keluaran yang stabil (Ulfa et al., 2018).
17
Sumber : https://123dok.com/document/y93remwy-bab-ii-tinjauan-pustaka-
motor-dc-direct-current.html
Jadi dari tinjauan pustaka tersebut dapat ditemukan titik persamaan dan
perbedaan dengan penelitian yang peneliti teliti. Adapun titik persamaannya
19
adalah sama-sama membahas tentang sistem kendali dan fungsi dari sensor yang
digunakan. Perbedaannya yaitu terletak di fokus penelitian masing masing dan
sensor serta tambahan yang diberikan pada alat yang akan dibuat . pada penelitian
ini penulis berfokus pada perubahan suhu motor penggerak mesin potong dan
sistem kendalinya. Dengan titik penelitian pada perubahan suhu setiap 10 menit
sampai batas suhu mesin mencapai maksimal 70 drajat, serta kenaikan atau pun
perubahan pada putaran mata potong / RPM mesin potong. Dan memberikan
sensor buzzer sebagai penanda kepada si pengguna mesin.
BAB III
METODE PENELITIAN
20
Mulai
Literatur
review
Pengembangan
sistem peralatan
Perancangan
alat
Tidak
Pembuatan alat dan berfungsi
sistem kendali
Berfungsi
Pengambilan
data
Selesai
dalam memecahkan masalah, agar penelitian dan pembuatan alat ini dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Adapun tahapan dalam penelitian ini
sebagai berikut :
1. Pengumpulan referensi dan daftar pustaka
Pada tahan awal dilakukan pengumpulan referensi data dan daftar
pustaka sebagai acuan pembuatan alat dan fokus penelitian yang akan
dilakukan.
2. Membuat model rancangan
Menentukan model rancangan alat dengan mengumpulkan komponen-
komponen apa saja yang akan digunakan dalam pembuatan alat yang
akan diuji coba sebagai prototype.
3. Pembuatan sistem rancangan
Dalam tahap ini menentukan sistem rancangan yang akan digunakan
sangat penting agar dari penelitian sebelumnya dapat dikembangkan dan
menguji coba bagian lain dari penelitian sebelumnya.
4. Menguji hasil rancangan
Pada tahap ini uji coba rancangan sangat penting karna dibutuhkan
dalam pengambilan data yang akan di tuangkan dalam penelitian ini.
Pengujian yang dilakukan yaitu pengetesan secara fungsi, pemrograman
yang berjalan dengan baik dan tahap akhir pengambilan data dari hasil
pengujian.
komunikasi mesin kepada pengguna mesin potong. Untuk sistem kendali ini dapat
dilihat pada diagram blok perancangan sistem kendali mesin potong dibawah ini :
C C
Sensor
suhu V V Buzzer
Hall
C ARDUINO C
LCD
SIN
ME
NG
TO
PO
Sensor
V NANO V
SIN
Display
ME
NG
TO
PO
RPM
ATmega
328
C C
Sensor Relay
Proximity V
mulai
Sensor Suhu
standby ON
Mesin
Mesin
Sensor
Proses
Grinda
Grinda
RPM
Dorong
Pemotongan
ON
Kedepan
23
Proximity 1 mendeteksi
Mata Potong Grinda
Yes
Suhu
mesin
Grinda
No
70˚
Buzzer ON Proximity 2 mendeteksi
Mata Potong Grinda
Mesin Grinda
OFF
Selesa
i
Gambar 3. 3 System Kerja Mesin Potong
24
1. Arduino Nano
6. Relay 5V
7. Buzzer
8. Soket power 2A
Penggunaan hall sensor RPM disini dipilih karna sistem pembacaan dari
sensor ini adalah dengan membaca gaya magnetik yang terdapat pada mata grinda
tangan yang sebelumnya sudah diberikan magnet sebagai titik ukur dari sensor ini
jarak pembacaan sensor ini adalah dengan jarak 3 cm, tergantung dari medan
magnet yang dihasilkan oleh magnet yang kita berikan pada mata grinda tangan.
sampai batas minimum 1 meter dan maksimum 8 meter berdasarkan data sheet.
Jarak pembacaan sensor ini cukup unik yaitu tegak lurus dan tidak melebar ke sisi
kiri/kanan, jadi penggunaan sensor ini cukup sesuai dengan apa yang diinginkan
oleh penulis.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.11 untuk skema wiring
nya dimana pin arduino nano D2 digunakan untuk hall sensor RPM , pin D4
terkoneksi ke kaki pin dari buzzer sebagai penanda bahwa suhu mesin sudah
mencapai 70 drajat celcius, Pin D5 digunakan untuk tomnbol on/off pada sistem
ini, Pin D10 digunakan untuk coil dari relay 5V dimana ketika proximity
terhalang oleh mata potong grinda maka relay akan on, untuk menyalakan mesin
potong grinda tangan, Pin D11 digunakan untuk Sensor Proximity 1 dimana untuk
mengaktifkan mesin grinda tangan, Pin D12 digunakan untuk Proximity 2 yang
berfungsi debagai trigger off jika mata grinda menghalangi nya. Untuk pin SCL
dan SDA digunakan untuk LCD display sebagai alat komunikasi anatar penguna
mesin potong dan sistem kendali ini.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pengujian kenaikan tempratur panas yang terjadi dan kecepatan putaran mata
potong selama pengunaan.
2. Eror yang terjadi ketika sensor suhu MLX90614 IR dikalibrasi oleh
thermometer Digital.
3. Slip Putaran motor yang dibandingkan antara name plate pada motor dengan
hasil pengukuran putaran pada sensor.
4. Pengambilan data pada pengunaan berapa lama motor mesin potong mencapai
suhu 70 drajat.
Sebelum ke tahap pengujian penulis akan menjelaskan bentuk fisik dari sistem
kendali mesin potong menggunakan sensor suhu MLX90614 dan Proximity dan
sintaks program yang digunakan dalam sistem kendali ini.
3 2
5
4
1. Posisikan Benda yang akan di potong pada dudukan stoper cutting yang telah
disediakan.
2. Dorong mesin gerinda tangan secara perlahan kearah depan menuju barang
yang akan di potong.
28
3. Ketika mata potong grinda tangan terdeketsi oleh proximity 1, maka mesin
grinda akan otomatis menyala.
4. Pegang barang yang akan dipotong dengan kuat, potong secara perlahan
dengan mesin grinda.
5. Mesin grinda akan otomatis mati ketika selesai memotong bersamaan dengan
mata potong terdeteksi oleh sensor proximity 2.
6. Tarik mundur mesin grinda tangan secara perlahan ke posisi awal.
90
80
70
60
50
40
Tempratur
30
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60 63
menit menit menit menit menit menit menit menit
Hasil dari perbandingan kedua pengukuran suhu dapat dilihat pada tabel 4.1 dan
sebagai penjelasan nya sebabagi berikut :
5. Error : Perbedaan antara nilai sensor suhu non conract MLX90614 dan nilai
suhu temperature thermometer dibagi dengan nilai suhu temperature dikali
100%.
Berdasarkan Hasil Perbandingan nilai suhu antara sensor suhu MLX90614 dan
thermometer digital terlihat hasilnya tidak jauh berbeda dimana sebelum
digunakan hasil sensor suhu MLX90614 menunjukan nilai 35,51 drajat celcius
sedangkan thermometer menunjukan nilai 35,3 dimana Rate error dari suhu mesin
grinda tersebut hamya 0,59%. Mulai dari pengujian 10 menit sampai dengan 80
menit rate error nya masih dibawah 1% yang artinya masih dalam batas toleransi.
Dari durasi pengujian alat di menit ke 80 mesin grinda berad pada suhu 70 drajat
celcius berdasarkan pengukuran dari sensor suhu MLX90614, dimana pada suhu
ini di beri batasan trigger off pada relay yang mengakibatkan mesin grinda off
dan perlu di istirahatkan sampai suhu dibawah 70 drajat celcius.
90
80
70
60
50
40
MLX90614
30
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
menit menit menit menit menit menit menit menit menit
80
70
60
50
40 dengan Sistem
30 tanpa sistem
20
10
0
10 20 30 40 50 60 63 70 80
menit menit menit menit menit menit menit menit menit
Keterangan Tabel :
Berdasarkan dari tabel 4.3 Di hasilkan nilai RPM yang diukur dengan hall
sensor RPM tidak jauh dari RPM yang tertera pada name plate mesin grinda
tangan, hal ini menjadikan rate slip motor pada mesin grinda masih dibawah
angka 1%, dimana batas toleransi slip motor . pada menit ke 10 rpm yang terbaca
oleh hall sensor adalah 11.976, pada menit ke 20 Putaran motor terbaca 11.941,
dan selama percobaan tidak menunjukan lonjakan RPM yang signifikan.
37
12500
12000
11500
Rpm
11000
10500
10000
10 menit 20 menit 30 menit 40 menit 50 menit 60 menit 70 menit 80 menit
Jika digambarkan dalam grafik dapat terlihat seperti gambar 4.10 , grafik
menunjukan satu garis lurus yang mengartikan putaran masih stabil selama
percobaan pemakaian mesin potong otomatis ini. Kenaikan RPM dari putaran
motor dapat mengakibatkan motor cepat panas, untuk itu perlu ditambahkan
sistem kendali seperti ini agar dapat meminimalisir mesin potong over heat.
Nilai Tegangan
No Nomer Sensor Kondisi sensor (Volt)
1 Proximity 1 Mendeteksi mata grinda 7,2
2 Proximity 1 Tidak Mendeteksi mata gerinda 4,6
3 Proximity 2 Mendeteksi mata grinda 6,9
4 Proximity 2 Tidak Mendeteksi mata gerinda 4,7
Keterangan Tabel :
Dari hasil pengukuran pada tabel 4.2 didapatkan nilai tegangan pada proximity
1 sebelum mendeteksi mata grinda tangan didapatkan nilai tegangan sebesar 4,6
Volt, dan setelah mata grinda terdeteksi didaptkan nilai tegangan sebesar 7,2 Volt.
Selanjutnya nilai tegangan yang di dapatkan pada proximity 2 sebelum
mendeteksi mata grinda tangan sebesar 4,7 Volt, dan setelah mata grinda tangan
terdeteksi nilai tegangan yang didapat sebesar 6,9 Volt.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari penelitian ini sebagai berikut :
39
5.2 Saran
Adapun saran yang ingin disampaikan oleh penulis adalah sebagai berikut :
Arduino, B., & Sensor, M. (2020). Jurnal Vol.11 No. 1 Januari 2020. 11(1).
Emidiana, E. (2017). Pengaruh Kapasitas Kapasitor Pada Kumparan Bantu
Terhadap Pemanasan Motor Induksi Satu Fasa. Jurnal Ampere, 2(2), 81.
https://doi.org/10.31851/ampere.v2i2.1771
Gorontalo, U. I., & Uno, A. (2017). Sistem kontrol penerangan menggunakan
arduino uno pada universitas ichsan gorontalo. 9, 282–289.
Handoko, P. (2017). Sistem Kendali Perangkat Elektronika Monolitik Berbasis
Arduino Uno R3. November, 1–2.
Kamil, I. (2018). PEMBUATAN MODUL PRAKTIKUM PENGAMAN MOTOR
LISTRIK BERBANTUAN PLC SIEMENS S-7. 3, 96–101.
Krisnanda, F. (n.d.). Pengendalian kecepatan putaran. 1–6.
Mirza, Y. (2018). Sensor Suhu Lm35 Dan Photo Dioda Sebagai Sistem Kendali
Mesin Potong. JUPITER (Jurnal Penelitian Ilmu Dan Teknologi Komputer),
10(1), 45–57.
Naibaho, K. E. (2020). Pengukur Suhu Tubuh Secara Tak Sentuh Menggunakan
Sensor Suhu IR Non Contact MLX90614 Berbasis Arduino Nano.
Polly, V., Pandelaki, S., & Dame, K. (2020). Alat Pendeteksi Suhu Tubuh
Contactless Menggunakan Mlx90614 Berbasis Mikrokontroler Dengan Fitur
Suara. Jurnal Ilmiah Realtech, 16(2), 49–53.
https://doi.org/10.52159/realtech.v16i2.133
Primadi, U. R., Studi, P., Elektro, T., Teknik, F., & Surakarta, U. M. (2019).
-Sistem Monitoring Rpm Motor Listrik Melalui.
Putra, Y. R., Triyanto, D., Komputer, J. S., Sensor, W. F., & Valve, S. (2017).
Jurnal Coding Sistem Komputer Untan RANCANG BANGUN PERANGKAT
MONITORING DAN PENGATURAN PENGGUNAAN AIR PDAM
( PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM ) BERBASIS Jurnal Coding Sistem
Komputer Untan ISSN : 2338-493X. 05(1).
Rangga Gelar Guntara, R. A. F. (2017). Pembangunan Aplikasi Panduan
Memasak Menggunakan Sensor Proximity Sebagai Fitur Air Gesture Pada
Platform Android. Jurnal Ilmiah Komputer Dan Informatika (KOMPUTA),
1(1), 1–9.
40
41
42
43
44
byte speed1[] = {
B00011,
B00110,
B01100,
B01110,
B11111,
45
B00110,
B01100,
B11000
};
int flag1=0;
void count_function()
{
counts++;
}
void setup() {
Serial.begin(9600);
lcd.begin();
pinMode(sensor1, INPUT_PULLUP);
pinMode(sensor2, INPUT_PULLUP);
pinMode(button, INPUT_PULLUP);
pinMode(relay, OUTPUT);
pinMode(buzzer, OUTPUT);
digitalWrite(relay,HIGH);
digitalWrite(buzzer,HIGH);
counts= 0;
rpm = 0;
previoustime = 0;
lcd.backlight();
lcd.setCursor(0,0);
lcd.print("Tugas Akhir");
lcd.setCursor(0,1);
lcd.print("Control Mesin");
lcd.createChar(1,termometer);
lcd.createChar(2, speed1);
Serial.println("Tugas Akhir- Control Mesin");
delay(2000);
lcd.clear();
if (!mlx.begin()) {
Serial.println("Error connecting to MLX sensor. Check
wiring.");
lcd.setCursor(0,0);
lcd.print("MLX Error!");
lcd.setCursor(0,1);
lcd.print("Cek Wiring!!");
while (1);
};
lcd.clear();
void loop() {
detachInterrupt(0);
rpm = 60*1000/(millis() - previoustime)*counts;
previoustime = millis();
counts= 0;
lcd.setCursor(0,0);
lcd.write(1);
lcd.setCursor(1,0);
47
lcd.print(":");
lcd.setCursor(2,0);
lcd.print(mlx.readObjectTempC());
lcd.setCursor(7,0);
lcd.print((char)223);
lcd.print("C");
lcd.setCursor(0,1);
lcd.write(2);
lcd.setCursor(1,1);
lcd.print(":");
if(rpm<10){
lcd.setCursor(2,1);
lcd.print(rpm);
lcd.setCursor(3,1);
lcd.print(" ");
}
if(rpm<100){
lcd.setCursor(2,1);
lcd.print(rpm);
lcd.setCursor(4,1);
lcd.print(" ");
if(rpm<1000){
lcd.setCursor(2,1);
lcd.print(rpm);
lcd.setCursor(5,1);
lcd.print(" ");
}
if(rpm<10000){
lcd.setCursor(2,1);
48
lcd.print(rpm);
lcd.setCursor(6,1);
lcd.print(" ");
}
if(rpm<100000){
lcd.setCursor(2,1);
lcd.print(rpm);
lcd.setCursor(7,1);
lcd.print(" ");
}
lcd.setCursor(8 m l .,1);
lcd.print("rpm");
lcd.setCursor(10,0);
lcd.print("R:");
if(digitalRead(relay)==1)
{lcd.setCursor(12,0);lcd.print("OFF");}
else {lcd.setCursor(12,0);lcd.print("ON ");}
lcd.setCursor(0,1);
lcd.print("suhu > 70");
lcd.print((char)223);
lcd.print("C");
digitalWrite(relay,HIGH);
while(1){
unsigned long currentMillis = millis();
if (currentMillis - previousMillis >= interval) {
previousMillis = currentMillis;
if (buzzerState == HIGH) {
buzzerState = LOW;
} else {
buzzerState = HIGH;
}
digitalWrite(buzzer, buzzerState);
}
if(mlx.readObjectTempC() < 70) {break; }
}
digitalWrite(buzzer, HIGH);
lcd.clear();
}