Anda di halaman 1dari 137

SIMULASI KOLIMATOR RONTGEN OTOMATIS MENGIKUTI

KASET FILM DENGAN SISTEM ELEKTRIK DIKENDALIKAN


SECARA WIRELESS

Disusun sebagai salah satu syarat menyusun Karya Tulis Ilmiah Program Studi DIII
Teknik Elektromedik
Universitas Widya Husada Semarang

SINGGIH ADIYANA
18.04.090

FAKULTAS KESEHATAN DAN KETEKNISIAN MEDIS


PROGRAM STUDI D III TEKNIK ELEKTROMEDIK
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
2021
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG

PERNYATAAN PENULIS

JUDUL : SIMULASI KOLIMATOR RONTGEN OTOMATIS MENGIKUTI

KASET FILM DENGAN SISTEM ELEKTRIK DIKENDALIKAN

SECARA WIRELESS

NAMA : SINGGIH ADIYANA

NIM : 18.04.090

“Saya menyatakan dan bertanggung jawab dengan sebenarnya bahwa Karya

Tulis ini adalah hasil karya saya sendiri kecuali cuplikan dan ringkasan yang masing-

masing telah saya jelaskan sumbernya. Jika pada waktu selanjutnya ada pihak lain

yang mengklaim bahwa Karya Tulis ini sebagai karyanya, yang disertai dengan bukti-

bukti yang cukup, maka saya bersedia untuk dibatalkan gelar Ahli Madya Teknik

Elektromedik saya beserta segala hak dan kewajiban yang melekat pada gelar tersebut”.

Semarang, 11 Juli 2021

Penulis

SINGGIH ADIYANA
18.04.090

ii
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG

PERNYATAAN PERSETUJUAN

JUDUL : SIMULASI KOLIMATOR RONTGEN OTOMATIS MENGIKUTI

KASET FILM DENGAN SISTEM ELEKTRIK DIKENDALIKAN

SECARA WIRELESS

NAMA : SINGGIH ADIYANA

NIM : 18.04.090

Karya Tulis ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji

Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Teknik Elektromedik Universitas

Widya Husada Semarang.

Menyetujui

Pembimbing

Sugeng Santoso, M.T


NIDK: 8830011019

iii
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG

PENGESAHAN KARYA TULIS

JUDUL : SIMULASI KOLIMATOR RONTGEN OTOMATIS MENGIKUTI

KASET FILM DENGAN SISTEM ELEKTRIK DIKENDALIKAN

SECARA WIRELESS

NAMA : SINGGIH ADIYANA

NIM : 18.04.090

Karya Tulis ini telah diujikan dan dipertahankan di hadapan tim penguji Ujian

Akhir Program Pendidikan Diploma III Teknik Elektromedik Universitas Widya

Husada Semarang pada Hari Senin Tanggal 23 Bulan 08 Tahun 2021.

Dewan Penguji :

Anggota1 Anggota 2

Supriyanto, M.Kom Sugeng Santoso, M.T


NIDN : 0616037101 NIDK: 8830011019

Ka. Prodi Ketua Penguji


Teknik Elektromedik

Agung Satrio N, M.T Basuki Rahmat, M.T


NIDN: 0619058101 NIDN: 0622057504

iv
ABSTRAK

Kolimator merupakan alat pembatas radiasi yang terdiri dari timbal penutup
yang saling berhadapan dengan bergerak berlawanan secara berpasangan. Alat ini
juga digunakan sebagai acuan untuk titik tengah dari pengukuran (Center Point)
sinar-X yang keluar dari window. Sinar-X harus dibatasi dosis paparan radiasi
dengan pengaturan luas bidang kolimasi bertujuan untuk menghindari ketidaktepatan
kolimasi.
Kolimator yang penulis buat menggunakan mikrokontroler dan terdiri dari
beberapa komponen penunjang seperti motor dc, keypad, lcd, dan sebagainya. Sensor
yang digunakan adalah sensor ultrasonic yang berfungsi sebagai sensor FFD. Serta
menyediakan alat simulasi kolimator secara wireless menggunakan remot control
berupa modul RF 415MHz yang berfungsi sebagai control jarak jauh.
Dalam penggunaannya penulis memberikan dua pilihan metode. Metode yang
pertama menggunakan remot control untuk pengendalian jarak jauh secara wireless,
dan yang kedua dengan menggunakan keypad yang berada dialat tersebut. Hasil akhir
dari pengujian alat ini yang telah dilakukan dan mendapatkan terhadap sensor
bukaan jendela kolimator yang ditentukan nilai keluaran dari potensiometer dengan
nilai ADC untuk gerakan Vertikal dan Horinzontal. Dari hasil pengujian tersebut
ketepatan akurasi bukaan jendela kolimator dapat bekerja dengan baik mendapatkan
nilai persentase kesalahan pada ukuran 18x24 sebesar 0%, 24x30 sebesar 0%, 30x25
sebesar 0%, dan 35x43 sebesar 0%.

Kata kunci: Kolimator, FFD, Remot Control, Mikrokontroler

v
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberikan berkat dan rahmad-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya

tulis ini.

Karya tulis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan ujian akhir

pada program Diploma III Teknik Elektromedik Universitas Widya Husada Semarang.

Karya tulis ini penulis beri judul SIMULASI KOLIMATOR RONTGEN

OTOMATIS MENGIKUTI KASET FILM DENGAN SISTEM ELEKTRIK

DIKENDALIKAN SECARA WIRELESS

Dengan terselesainya karya tulis ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih

kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkat dan karunianya sehingga penulis

dapat menyelesaikan Tugas Akhir.

2. Ibu DR. Hargianti Dini Iswandari, dr.g, MM selaku Ketua Universitas Widya

Husada Semarang.

3. Bapak Agung Satrio Nugroho, MT selaku KA Prodi D III Teknik Elektromedik

Universitas Widya Husada Semarang.

4. Bapak Sugeng Santoso, M.T selaku pembimbing, terima kasih atas segala

bimbingan, arahan dan koreksinya selama proses penyusunan Tugas Akhir.

5. Semua keluarga terutama kedua orang tua dan kakak yang selalu memberikan

doa serta nasehat kepada penulis baik materi maupun support sehingga dapat

menyelesaikan kuliah diprogram D III Teknik Elektromedik Universitas Widya

Husada Semarang.

vi
6. Segenap Dosen Prodi TEM Universitas Widya Husada Semarang atas ilmu yang

telah diberikan.

7. Rekan-rekan TEM angkatan 2018 yang telah berjuang bersama selama tiga

tahun, dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang

membantu dalam proses pengerjaan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Teruntuk sahabat kontrakan Bagas dan Sendy, terimakasih untuk support dan

bala bantuan serta mengisi kegabutan selama proses pengerjaan alat dari awal

hingga akhir.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah ini banyak

mempunyai kekurangan baik dari segi teknik, teoritis maupun materi. Penulis berharap

agar karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Teknik Elektromedik

Universitas Widya Husada Semarang dan bagi pembaca pada umumnya.

Semarang, 11 Juli 2021

Penulis

Singgih Adiyana

vii
DAFTAR ISI

PERNYATAAN PENULIS ..................................................................................... ii


ABSTRAK ...............................................................................................................v
KATA PENGANTAR ............................................................................................ vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan ........................................................................................................2
1.4 Batasan Masalah .........................................................................................2
1.5 Metodologi .................................................................................................3
BAB II TINJUAN PUSTAKA ..................................................................................4
2.1 Sinar-X .......................................................................................................4
2.1.1 Kutub Anoda .......................................................................................4
2.1.2 Kutub Katoda ......................................................................................6
2.2 Kolimator ...................................................................................................8
2.3 Wireless ....................................................................................................10
2.4 Mikrokontroller ArduinoMega2560 ..........................................................10
2.4.1 Spesifikasi ......................................................................................... 10
2.4.2 Pemrograman ....................................................................................12
2.5 Motor DC ................................................................................................. 14
2.5.1 Prinsip Dasar Cara Kerja Motor DC ................................................... 15
2.5.2 Prinsip arah putaran Motor DC .......................................................... 16
2.6 Modul RF 315 Mhz WLS107B4B ............................................................ 16
2.6.1 Prinsip Kerja Sistem RF..................................................................... 17
2.7 Liquid Crystal Display 20x4 ..................................................................... 20
2.7.1 Pengertian..........................................................................................20
2.7.2 Struktur dasar lcd............................................................................... 23
2.8 Resistor .................................................................................................... 25
2.8.1 Jenis-jenis Resistor ............................................................................ 25
2.8.2 Nilai Toleransi Resistor ..................................................................... 27
2.8.3 Kode Warna Resistor .........................................................................28

viii
2.9 Dioda ........................................................................................................ 29
2.9.1 Karateristik Dioda.............................................................................. 29
2.9.2 Jenis-jenis diode ................................................................................30
2.10 Kapasitor .................................................................................................. 31
2.10.1 Jenis Kapasitor ..................................................................................32
2.11 Regulator .................................................................................................. 33
2.11.1 Fungsi Voltage Regulator .................................................................. 33
2.11.2 Jenis – Jenis IC Voltage Regulator .....................................................34
2.12 Transformator ...........................................................................................37
2.12.1 Jenis-jenis Trafo Berdasarkan Level Tegangan ..................................37
2.12.2 Jenis-jenis Transformator Berdasarkan Bahan Inti ............................. 39
2.13 Transistor sebagai sakelar ......................................................................... 42
2.13.1 Pengertian.......................................................................................... 42
2.13.3 Karakteristik ...................................................................................... 44
2.14 Limit switch.............................................................................................. 46
2.15 Fuse .......................................................................................................... 46
2.16 Relay ........................................................................................................ 47
2.17 Sensor Ping............................................................................................... 49
2.18 Lampu LED .............................................................................................. 50
2.19 Buzzer ...................................................................................................... 51
2.20 Keypad .....................................................................................................52
BAB III PERENCANAAN ALAT .......................................................................... 55
3.1 Tahap Perencanaan ...................................................................................55
3.2 Spesifikasi Alat.........................................................................................55
3.3 Blok Diagram ........................................................................................... 56
3.4 Penjelasan Blok Diagram .......................................................................... 56
3.5 Bentuk Gambar alat .................................................................................. 58
3.6 Perencanaan Komponen dan Rangkaian....................................................58
3.6.1 Rangkaian Power Supply ................................................................... 58
3.6.2 Rangkaian Motor Naik dan Turun......................................................59
3.6.3 Komponen Jendela Kolimator............................................................60
3.6.4 Rangkaian Buzzer .............................................................................. 61
3.6.5 Rangkaian LCD ................................................................................. 62
3.6.6 Rangkaian Keypad............................................................................. 62
3.6.7 Rangkaian Sensor Jarak ..................................................................... 63
3.6.8 Rangkaian Driver Lampu ................................................................... 63

ix
3.6.9 Rangkaian remot control ....................................................................64
3.7 Listing Program ........................................................................................65
3.8 Flowchart ................................................................................................. 68
3.9 Standar Operassional Alat ......................................................................... 69
BAB IV PENGUKURAN DAN PENDATAAN ..................................................... 71
4.1 Pengertian Pengukuran ............................................................................. 71
4.2 Persiapan Pengukuran ............................................................................... 71
4.3 Metode pengukuran .................................................................................. 72
4.4 Hasil Pengukuran......................................................................................73
BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISA .............................................................78
5.1 Pembahasan Cara Kerja Rangkaian secara Keseluruh ...............................78
5.2 Analisa Data pada Titik Pengukuran (TP) ................................................. 82
5.2.1 Analisa rangkaian TP 1 ......................................................................82
5.2.2 Analisa rangkaian TP 2 ......................................................................84
5.2.3 Analisa rangkaian TP 3 ......................................................................84
5.2.4 Analisa rangkaian TP 4 ......................................................................85
5.2.5 Analisa rangkaian TP 5 ......................................................................85
5.2.6 Analisa rangkaian TP 6 ......................................................................86
5.2.7 Analisa rangkaian TP 7 ......................................................................86
5.2.8 Analinas TP 8 .................................................................................... 86
BAB VI PENUTUP ................................................................................................ 90
6.1 Kesimpulan .............................................................................................. 90
6.2 Saran ........................................................................................................ 90
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 91

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kolimator .................................................................................................8


Gambar 2 ArduinoMega 2560 ................................................................................. 11
Gambar 3 Pin Out ................................................................................................... 12
Gambar 4 Motor DC ............................................................................................... 14
Gambar 5. Arah medan magnet ............................................................................... 15
Gambar 6 Modul RF315Mhz ..................................................................................17
Gambar 7 Bentuk sinyal ASK ................................................................................. 18
Gambar 8 LCD 20x4............................................................................................... 20
Gambar 9 Struktur dasar LCD................................................................................. 24
Gambar 10 Resistor Tetap ....................................................................................... 25
Gambar 11 Potensiometer ....................................................................................... 26
Gambar 12 Trimer Potensiometer ........................................................................... 27
Gambar 13 Cincin Kode Warna Resistor .................................................................28
Gambar 14 fixed Voltage Regulator ........................................................................ 34
Gambar 15 LM317 .................................................................................................35
Gambar 16 Switching Voltage Regulator ................................................................36
Gambar 17 Transformator Step Up .........................................................................37
Gambar 18 Transformator Step Down..................................................................... 38
Gambar 19 Auto Transformator .............................................................................. 39
Gambar 20 Transformator inti udara ....................................................................... 40
Gambar 21 Transformator inti besi.......................................................................... 40
Gambar 22 Transformator inti ferrite ......................................................................41
Gambar 23 Transformator Toroid ........................................................................... 41
Gambar 24 Contoh rangkaian transistor .................................................................. 43
Gambar 25 Kurva karakteristik Transistor............................................................... 44
Gambar 26 Limit switch.......................................................................................... 46
Gambar 27 Fuse ...................................................................................................... 47
Gambar 28 Relay. ...................................................................................................48
Gambar 29 Sensor Ultrasonik ................................................................................. 50
Gambar 30 LED...................................................................................................... 50
Gambar 31 Buzzer ..................................................................................................51
Gambar 32 Keypad 4x4. .........................................................................................52
Gambar 33 Gambar blok diagram alat ..................................................................... 56
Gambar 34 Bentuk gambar alat ............................................................................... 58
Gambar 35 Rangkaian power supply ....................................................................... 58
Gambar 36 Rangkaian motor naik dan turun ...........................................................59
Gambar 37 Driver motor jendela kolimator ............................................................. 60
Gambar 38 Rangkaian bukaan jendela kolimator.....................................................61
Gambar 39 Rangkaian Buzzer .................................................................................61
Gambar 40 Rangkain LCD......................................................................................62
Gambar 41. Rangkaian Keypad ............................................................................... 62
Gambar 42 Sensor Jarak ......................................................................................... 63
Gambar 43 Rangkaian Driver Lampu ...................................................................... 63
Gambar 44 Rangkaian Pengirim.............................................................................. 64
Gambar 45 Rangkain Penerima ...............................................................................64

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1 hasil pengukuran TP 1a ..............................................................................73


Tabel 2 hasil pengukuran TP 1b ..............................................................................73
Tabel 3 hasil pengukuran TP 2 ................................................................................74
Tabel 4 hasil pengukuran TP 3a ..............................................................................74
Tabel 5 hasil pengukuran TP 3b ..............................................................................74
Tabel 6 Hasil pengukuran TP4a .............................................................................. 75
Tabel 7 Hasil pengukuran TP4b ..............................................................................75
Tabel 8 Hasil pengukuran TP 5 ............................................................................... 75
Tabel 9 Hasil pengukuran TP 6 ............................................................................... 76
Tabel 10 Hasil pengukuran TP7 .............................................................................. 76
Tabel 11 hasil pengukuran TP8 ............................................................................... 76
Tabel 12 Analisa TP8b............................................................................................87
Tabel 13 Analisa TP8a ............................................................................................ 88

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesalahan pada umumnya bisa terjadi pada umat manusia, tindakan

kesalahan pada manusia bisa terjadi karena faktor sengaja maupun ketidak

sengajaan yang didasari oleh skill individu manusia. Kesalahan atau human eror

Menurut George A. Peters, merupakan kesalahan dalam pekerjaan yang

disebabkan oleh ketidaksesuaian atas pencapaian dengan apa yang diharapkan.

Dalam prakteknya, human error terjadi ketika serangkaian aktifitas kita di

lapangan kerja yang sudah direncanakan, ternyata berjalan tidak seperti apa yang

kita inginkan sehingga kita gagal mencapai target yang diharapkan.[1]

Dalam dunia kesehatan khususnya dalam radiologi, operator dituntut untuk

tidak melakukan kesalahan signifikan yang dapat menyebabkan berbagai resiko

terhadap alat, pasien, dan operatornya itu sendiri. Pada penggunaannya pesawat

rontgen merupakan alat untuk diagnosis medis dengan memancarkan sinar-X pada

seorang pasien yang akan didiagnosis.

Kolimator merupakan alat pembatas radiasi yang terdiri dari timbal penutup

yang saling berhadapan dengan bergerak berlawanan secara berpasangan. Alat ini

juga digunakan sebagai acuan untuk titik tengah dari pengukuran (Center Point)

sinar-X yang keluar dari window. Sinar-X harus dibatasi dosis paparan radiasi

dengan pengaturan luas bidang kolimasi bertujuan untuk menghindari

ketidaktepatan kolimasi, apabila kolimasi lebih sempit dari luas bidang sinar-X

maka hasil gambar akan terpotong sehingga menyebabkan pengulangan

pengambilan gambar.[2]

1
2

Kolimator merupakan salah satu bagian dari pesawat rontgen yang memiliki

fungsi sebagai pengatur besar kecilnya atau luas bidang penyinaran kolimasi.

Penelitian ini penulis membuat simulasi kolimator rotgen menggunakan lampu

LED dikendalikan oleh wireless. Maksud dan tujuan dari penelitian ini untuk

menyediakan alat simulasi kolimator menggunakan lampu LED sebagai sumber

cahaya dengan kontrol wireless untuk memudahkan user dalam mengatur bidang

penyinaran kolimasi.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana merancang sistem kolimator rontgen secara elektrik dengan

mengikuti besar ukuran kaset film agar operator/user lebih efesien dalam

melakukan pemeriksaan.

1.3 Tujuan

Merancang kolimator rontgen secara elektrik dengan mengikuti ukuran kaset

film untuk mengetahui besar bidang penyinaran kolimasi secara tepat.

1.4 Batasan Masalah

Agar pembahasan alat ini tidak terjadi pelebaran atau berkepanjangan dalam

penyajian, penulis membatasi pokok-pokok pembahasan sebagai berikut:

1. Alat ini merupakan simulasi tidak bisa digunakan secara real untuk

pemeriksaan.

2. Sistem elektrik hanya pada jendela kolimator dan stand turun naik

kolimator.
3

3. Lampu kolimator berupa led.

4. Hanya untuk ukuran kaset film 35x43, 30x25, 24x30, dan 18x24.

1.5 Metodologi

1. Metode Literatur

Yaitu metode dengan mengumpulkan data dengan cara membaca buku-

buku dan situs-situ internet yang mendukung dan menunjang sebagai

pengambilan teori dasar.

2. Metode Wawancara

Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan

tanya jawab dengan dosen pembimbing dan pihak-pihak yang ahli

mengetahui alat tersebut.


BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Sinar-X

Pesawat sinar-x pertama kali ditemukan oleh seorang berkebangsaan

Jerman bernama Wilhelm Conrad Rontgen pada tahun 1895. Pesawat ini

merupakan penghasil sinar-x yang dimanfaatkan didalam bidang kedokteran

sebagai alat diagnosa. Pesawat sinar-x biasa disebut juga dengan photo Rontgen

dimana hasil pencitraan divisualisasikan dalam sebuah film positip.[3]

Sinar-x merupakan gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh

perpindahan elektron dari kulit luar ke kulit yang lebih dalam. Hal itu disebabkan

oleh tumbukan tak kenyal sempurna antara elektron dengan target (logam anoda)

dalam tabung sinar-x.

Paparan gel ombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang radio,

panas, cahaya, infra red, dan gelombang ultraviolet yang tidak terlihat oleh mata

dan bersifat heterogen. Panjang gelombang yang digunakan dalam kedokteran

0,50 Amstrong – 0,125 Amstrong.

2.1.1 Kutub Anoda

Merupakan kutub positip dari tabung rontgen (tabung X Ray) Anoda

terbuat dari bahan dasar Rhenium dan Tungstem merupakan bahan dengan

titik lebur yang cucup tinggi dan memiliki nomer atom yang tinggi karena

sifat yang demikian maka Anoda mampu menahan panas hingga ribuan

derajat Kelvin dan mampu diberikan tegangan hingga dalam satuan KV

(Kilo Volt).

4
5

Anoda dibuat seperti lempengan/cakram dimana fungsinya dapat

menahan laju elektron yang ditembakan dari filament/katoda. Mana kala

jutaan elektron–elektron dari filament (kutub Negatip) diberikan tegangan

positip pada Anoda maka dengan kecepatan yang sangat tinggi pada lintasan

tabung hampa elektron tersebut akan tertarik dan menabrak/menumbuk

bidang target anoda.

Kualitas radiasi ditentukan dari beda potensial yang menarik elektron


dari filament ke permukaan target di anoda yang mempunyai nilai energi
kinetik yang tinggi. Radiasi yang dihasilkan dikatagorikan ada 2 yaitu
(Radiasi Primer dan Radiasi Sekunder).
Manakala radiasi dengan energi intensitas yang cukup tinggi

dinamakan Radiasi Primer sedangkan Radiasi dengan energy intensitas

yang rendah dinamakan Radiasi Sekunder.

Radiasi Sekunder tidak dapat dimanfatkan pada pesawat Rontgen untuk

itu perlu adanya filter pada pesawat rontgen agar radiasi sekunder tersebut

tidak mengenai objek atau film rontgen. radiasi tersebut jika mengenai objek

akan meninbulkan bahaya pada tubuh secara akumulatif sedangkan pada

film rontgen akan menimbulkan noise pada gambaran di film.

a. Model dan bentuk Anoda :

Karena Anoda merupakan bidang target elektron maka desain dan

pengaman yang dibuat agar usia (life Time) anoda cukup handal maka

perlu adanya sistem pendingin salah satunya dengan sistem anoda diputar

ini penting karena proses rambatan panas akan lebih cepat dingin ke bagian

lain dan berkas yang ditimbulkan tidak pada satu tempat saja.

Anoda diam dengan satu bidang target dimiliki oleh pesawat dengan
6

spesifikasi KV dan mAs yang relatip kecil biasanya pada pesawat

Panoramic dan Pesawat Dental X Ray.

Tujuan dari diputar agar :

 umur Anoda cukup lama dan awet. Karena elektron tidak

menumbuk pada satu titik.

 mempercepat proses penyerapan panas.

2.1.2 Kutub Katoda

Merupakan kutub Negatip dari tabung sinar -X (tabung Rontgen).

Katoda dibuat dari bahan dasar tungstem dan didesain seperti kawat lampu

pijar mana kala diberikan tegangan atau arus listrik akan mengalami

pendaran pada bahan tersebut yang dikenal dengan istilah preheating atau

pemanasan filament.

Bentuk pendaran pada katoda merupakan penghasil elektron yang

jumlahnya jutaan mana kala semakin panas atau semakin lama diberikan

tegangan dan arus maka semakin banyak elektron yang dihasilkan

menandakan kualitas elektron semakin baik.

Pancaran elektron dapat dibentuk sesuai dengan model dari pada tabung

tersebut atau dikenal istilahnya dengan focusing Cup. yang berfungsi agar

pancaran elektron dapat fokus sesuai dengan bidang pancarannya.

Macam–macam focusing cup pada tabung Rontgen :

1. Single Focus (satu pancaran focus)/ SF

2. Double Focus (dua pancaran focus)/ LF

Single focus pada tabung merupakan satu fokus yang dimiliki oleh
7

filamen tabung pada saat elektron tersebut dipancarkan maka akan

mengenai bidang target pada satu tempat sesuai dengan sudut pancaran dan

sudut bidang target. Sedangkan Double focus pada tabung dua fokus yang

dimiliki oleh filament tabung pada saat elektron tersebut dipancarkan maka

akan mengenai bidang target pada dua tempat sesuai dengan sudut pancaran

dan sudut bidang target. Namun proses kerjanya untuk double focus tidak

bisa bersama sama /sekaligus kedua fokus tersebut bekerja harus sendiri

sendiri (tidak bersamaan karena harus mengalami pemilihan oleh operator

alat). Adapun tegangan yang diberikan pada katoda merupakan tegangan

yang lebih kecil dari pada Anoda, sesuai dengan fungsi Katoda sebagai

muatan Negatip dari pada tabung Rontgen. Kisaran tegangan yang diberikan

antara 12 Volt hingga 16 Volt AC, ini sudah cukup untuk memendarkan

filament pada tabung tersebut. Semakin aman suatu tabung Rontgen agar

filament tersebut tidak mudah putus akibat tegangan maka semakin

kompleks rangkaian pada filament yang didesain.

Pesawat sinar-X digunakan untuk melakukan diagnosis medis dengan

menggunakan sinar-X, sinar-X yang dipancarkan dari tabung diarahkan

pada bagian tubuh yang didiagnosis. Berkas sinar-X tersebut akan

menembus bagian tubuh dan akan ditangkap oleh film, sehingga akan

terbentuk gambar dari bagian tubuh yang disinari. Sebelum pengoperasian

pesawat sinar-X perlu dilakukan setting parameter untuk mendapatkan

sinar-X yang dikehendaki. Parameterparameter tersebut adalah tegangan

tabung (kV), arus tabung (mA) dan waktu paparan (s).


8

2.2 Kolimator

Menurut Charlton et al., sebagaimana dikutip oleh Siti (2012), kolimator

adalah alat pembatas radiasi yang umumnya digunakan pada radiografi yang

terdiri dari dua set penutup (Shutter) timbal yang saling berhadapan dan bergerak

dengan arah berlawanan secara berpasangan dibagian jendela tabung sinar-X.[3]

Alat pada Gambar 1. Mempunyai dua keuntungan yaitu dilengkapi dengan

pembatas luas lapangan penyinaran yang dapat diatur dan dapat dijadikan sebagai

acuan untuk menentukan titik tengah (center point) sinar-X yang keluar dari

bidang target. Kolimator dilengkapi dengan bola lampu, cermin dan dua penutup

jendela (shutter) yaitu shutter 1 dan shutter 2. Bola lampu dan cermin berfungsi

sebagai penunjuk berkas sinar-X yang akan tergambar pada film radiografi.

Berkas sinar tersebut dibelokkan oleh sebuah cermin yang dipasang pada

jalur didalam berkas sinar-X dengan sudut 45⁰. Antara target tabung sinar-X dan

sinar lampu harus memiliki jarak yang tepat dan sama dari pusat cermin sehingga

berkas sinar yang melewati shutter kedua yang telah terbuka terkolimasi secara

tepat dengan berkas sinar- X.

Gambar 1 Kolimator

Dua penutup jendela (shutter) kolimator yaitu S1 dan S2 terbuat dari Pb


9

(timbal) dan dapat digerakkan atau diatur secara bersama-sama, dengan shutter itu

luas daerah penyinaran sinar-X yang keluar dapat diatur sesuai dengan objek dan

kriteria yang diinginkan.

Menurut Curry, sebagaimana dikutip oleh Sujiatmoko (2011), kolimator dan

alat pembatas berkas sinar-X lainnya, mempunyai dua fungsi dasar yaitu, untuk

meminimalkan paparan radiasi yang diterima oleh pasien dan untuk mengurangi

radiasi hamburan.

Kolimator memiliki sistem pelindung untuk mengidentifikasikan ukuran

luas lapang penyinaran. Ukuran luas lapang sinar-X untuk variasi jarak target dan

film diindikasikan oleh sebuah skala kalibrasi pada bagian depan kolimator.

Kolimator juga dapat digunakan untuk mengindentifikasikan pusat dari luas

lapang sinar-X.

Iuminasi atau kuat penerangan merupakan suatu ukuran dari cahaya yang

jatuh pada suatu bidang permukaan. Satuan iluminasi sesuai dengan satuan

internasional (SI) adalah lux (lx). Sinar-X tidak dapat terlihat maka dengan

menggunakan cahaya tampak yang diproyeksikan seperti arah dan luas sinar-X

agar mata kita dapat melihat dengan nyaman seberapa luas sinar-X yang keluar

dari tabung dan akan dimanfaatkan untuk pemeriksaan.

Bagian-bagian:

1. Lampu kolimator yang berfungsi sebagai simulasi penyinaran yang dapat

dilihat batasan dari organ yang akan difoto / disinari.

2. Sigle frame dan double frame dan iris merupakan pengatur batas

penyinaran yang dapat terbuka maupun dapat tertutup sesuai

petugas/operator/radiografer yang akan mengatur bagian ini terbuat dari


10

bahan Pb , dimana bahan Pb tersebut dapat menahan radiasi agar tidak

mengenai objek.

3. Cermin /kaca yang diletakkan pada bagian dalam colimator persis pada

lobang window /jendela /celah yang berfungsi memantulkan cahaya lampu

sebagai simulasi dari radiasi.

4. Rangkaian Timer merupakan Pewaktu dari nyalanya lampu colimator agar

lampu awet.

2.3 Wireless

Wireless yaitu koneksi antar suatu perangkat dengan perangkat lainnya

tanpa menggunakan kabel dalam mengirimkan sinyal. Gelombang radio dan sinar

infra merah biasa digunakan untuk komunikasi wireless. Dalam sistem

komunikasi wireless terdapat perangkat atau bagian umum gelombang yang

berperan yang menjadi bagian utuh dari sistem komunikasi ini, yaitu :

1. gelombang elektromagnetik.

2. gelombang mikro.

3. gelombang radio.

4. infra merah.

5. satelit.

2.4 Mikrokontroller ArduinoMega2560

2.4.1 Spesifikasi

Arduino jika ditinjau dari sisi perangkat keras merupakan nama

keluarga papan mikrokontroler yang awalnya dibuat oleh peruahaan SMART


11

PROJECT. Salah satu tokoh penciptanya adalah Massimo Banzi. Papan ini

merupakan perangkat keras yang bersifat “Open Source” sehingga boleh

dibuat oleh siapa saja.

Pada perkembangan selanjutnya, muncul pula nama Genuino. Kedua

nama ini sebenarnya merujuk pada produk yang sama, tetapi berbeda pada

wilayah pemasaran. Arduino adalah produk yang dijual di Amerika Serikat,

sedangkan Genuino adalah produk yang dijual diluar Amerika Serikat.

Wujud Arduino Mega 2560 (yang berikutnya disebut Arduino mega)

ditunjukkan pada gambar 2. Ukurannya sekitar 10 x 5 cm. papan ini

direkomendasikan untuk membuat proyek-proyek yang kompleks dan tidak

mungkin ditangani oleh Arduino uno.

Gambar 2 ArduinoMega 2560

Seperti pada gambar 3 dibawah ini, Arduino Mega memiliki pin digital

untuk operasi I/O (masukkan/keluaran) sebanyak 54, dengan 16 pin dapat

berfungsi sebagai PWM (Pulse width modulation). Hal ini bisa

dibandingkan dengan Arduino Uno yang hanya 14 pin I/O digital. Jumlah

pin analog pada Arduino Mega sebanyak 16.


12

Gambar 3 Pin Out

Informasi teknis lainnya untuk Arduino Mega adalah sebagai berikut.

1. Memiliki port serial sebanyak 4;

2. Mengandung osilator kristal 16 MHz;

3. Memiliki port USB, power jack, dan ICSP header;

4. Mengandung tombol Reset; dan

5. Flash memory berukuran 256 Kb, SRAM berukuran 8 Kb, dan

EEPROM berukuran 4 Kb [4].

2.4.2 Pemrograman

Pin digital Arduino Mega2560 ada 54 Pin yang dapat di gunakan

sebagai Input atau Output dan 16 Pin Analog berlabel A0 sampai A15

sebagai ADC, setiap Pin Analog memiliki resolusi sebesar 10 bit.Arduino

Mega 2560 di lengkapi dengan pin dengan fungsi khusus,sebagai berikut :


13

 Serial 4 buah : Port Serial : Pin 0 (RX) dan Pin 1 (TX) ;Port Serial

1 : Pin 19 (RX) dan Pin 18 (TX); Port Serial 2 : Pin 17 (RX) dan

Pin 16 (TX); Port Serial 3 : Pin 15 (RX) dan Pin 14 (TX).Pin Rx di

gunakan untuk menerima data serial TTL dan Pin (Tx) untuk

mengirim data serial TTL.

 External Interrupts 6 buah : Pin 2 (Interrupt 0),Pin 3 (Interrupt

1), Pin 18 (Interrupt 5), Pin 19 (Interrupt 4), Pin 20 (Interrupt 3)

dan Pin 21 (Interrupt 2)

 PWM 15 buah : 2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13 dan 44,45,46 pin-pin

tersebut dapat di gunakan sebagai Output PWM 8 bit.

 SPI : Pin 50 (MISO), Pin 51 (MOSI), Pin 52 (SCK), Pin 53

(SS) ,Di gunakan untuk komunikasi SPI menggunakan SPI

Library.

 I2C : Pin 20 (SDA) dan Pin 21 (SCL) , Komunikasi I2C

menggunakan wire library

 LED : 13. Buit-in LED terhubung dengan Pin Digital 13.


14

2.5 Motor DC

Motor Listrik DC atau DC Motor merupakan suatu perangkat yang

mengubah energi listrik menjadi energi kinetik atau gerakan (motion). Motor DC

ini juga dapat disebut sebagai Motor Arus Searah. Seperti namanya, DC Motor

memiliki dua terminal dan memerlukan tegangan arus searah atau DC (Direct

Current) untuk dapat menggerakannya.

Gambar 4 Motor DC

Motor Listrik DC atau DC Motor ini menghasilkan sejumlah putaran per

menit atau biasanya dikenal dengan istilah RPM (Revolutions per minute) dan

dapat dibuat berputar searah jarum jam maupun berlawanan arah jarum jam

apabila polaritas listrik yang diberikan pada Motor DC tersebut dibalikan. Motor

Listrik DC tersedia dalam berbagai ukuran rpm dan bentuk. Kebanyakan Motor

Listrik DC memberikan kecepatan rotasi sekitar 3000 rpm hingga 8000 rpm

dengan tegangan operasional dari 1,5V hingga 24V.


15

2.5.1 Prinsip Dasar Cara Kerja Motor DC

Jika arus lewat pada suatu konduktor, timbul medan magnet disekitar

konduktor. Arah medan magnet ditentukan oleh arah aliran arus pada

konduktor. Arah medan magnet dan arus yang dilalui melalui konduktor.

Gambar 5. Arah medan magnet

Pada motor DC, daerah kumparan medan yang dialiri arus listrik

akanmenghasilkan medan magnet yang melingkupi kumparan jangkar

dengan arah tertentu. Konversi dari energi listrik menjadi energi

mekanik (motor) maupun sebaliknya berlangsung melalui medan

magnet, dengan demikian medan magnet disini berfungsi sebagai

tempat untuk menyimpan energi, sekaligus sebagai tempat

berlangsungnya proses perubahan energy.

Agar proses perubahan energi mekanik dapat berlangsung secara

sempurna, maka tegangan sumber harus lebih besar dari pada tegangan

gerak yang disebabkan reaksi lawan. Dengan memberi arus pada

kumparan jangkar yang dilindungi oleh medan maka menimbulkan

perputaran pada motor. Gambar 2.10 menunjukkan terjadi medan

magnet pada motor DC


16

2.5.2 Prinsip arah putaran Motor DC

Untuk menentukan arah putaran motor digunkan kaedah flamming

tangan kiri. Kutub-kutub magnet akan menghasilkan medan magnet

memotong sebuah kawat penghantar yang dialiri arus searah dengan

empat jari,maka akan timbul gerak searah ibu jari. Gaya ini disebut gaya

Lorentz, yang besarnya sama dengan Prinsip motor aliran arus di dalam

penghantar yang berada didalam pengaruh medan magnet akan

menghasilkan gerakan. Besarnya gaya pada penghantar akan bertambah

besar jika arus yang melalui penghantar bertambah besar.

2.6 Modul RF 315 Mhz WLS107B4B

Modul RF 315Mhz link kit terdiri dari pemancar (TX) dan penerima (RX),

yang secara umum digunakan untuk remote kontrol. Jenis atau model pada gambar

6 adalah WLS107B4B, dengan frekuensi sebesar 315Mhz, modulasi ASK,

keluaran data penerima tinggi sebesar 1/2Vcc, keluaran data penerima rendah

sebesar 0.7V, tegangan masukkan modul transmiteri: 3 - 12V (semakin tegangan

masukannya tinggi maka kekuatan transmisi juga lebih baik, tegangan masukkan

modul receiver: 3.3V - 6V (semakin tegangan masukannya tinggi maka kekuatan

penerimaan juga semakin baik).


17

Modul RF ini digunakan untuk mengirimkan sinyal berupa data melalui

udara. Modul RF 315Mhz link kit terdiri dari pemancar (TX) dan penerima (RX)

yang dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6 Modul RF315Mhz

2.6.1 Prinsip Kerja Sistem RF

Prinsip kerja modulasi ASK dan demodulasi ASK RF 315Mhz.

Modulasi adalah proses perubahan suatu gelombang periodik sehingga

menjadikan suatu sinyal yang mampu membawa suatu informasi. Dengan

proses modulasi, suatu informasi (biasanya berfrekeunsi rendah) bisa

dimasukkan ke dalam suatu gelombang pembawa, biasanya berupa

gelombang sinus berfrekuensi tinggi. Terdapat tiga parameter kunci pada

suatu gelombang sinus yaitu : amplitudo, fase dan frekuensi. Ketiga

parameter tersebut dapat dimodifikasi sesuai dengan sinyal informasi

(berfrekuensi rendah) untuk membentuk sinyal yang termodulasi.

Peralatan untuk melaksanakan proses modulasi disebut modulator,

sedangkan peralatan untuk memperoleh informasi informasi awal

(kebalikan dari dari proses modulasi) disebut demodulator dan peralatan

yang melaksanakan kedua proses tersebut disebut modem.


18

Modulasi Amplitude Shift Keying (ASK) merupakan suatu bentuk

modulasi yang mempresentasikan data digital sebagai suatu

variasi/perubahan dalam amplitudo sebuah sinyal carrier/pembawa

Pada modulasi ASK, amplitudo sinyal pembawa berubah sesuai

dengan informasinya, sedangkan fasa dan frekuensinya tetap. Level

amplitudoyang berubah direpresentasikan sebagai logika 0 dan 1.

Bentuk sinyalASK dapat dilihat pada gambar 7 berikut ini.

Gambar 7 Bentuk sinyal ASK

Prinsip kerja modul pemancar RF 315Mhz (WLS107B4B) dan

penerima 315Mhz (WLS107B4B) adalah sebagai berikut:

a. Modul Pemancar RF 315Mhz

Modul ini menggunakan modulasi Amplitudor Shift keying (ASK),

dimana frekuensi kerja dari modul ini adalah 315MHz. Modul ini

berfungsi untuk mengirimkan data secara serial ke modul penerima. Data

yang diterima dari mikrokontroler ke modul RF Transmiter berupa sinyal

digital kemudian di modulasi sehingga menjadi sinyal sinusoidal dan

ditumpangkan pada gelombang radio pembawa data, kemudian

dipancarkan oleh antena dengan gelombang elektromagnetik.


19

Prinsip kerja pemancaran data dari antenna pada sistem pengirim

adalah data yang tadinya sudah dimodulasi menjadi sinyal sinusoidal

kemudian ditumpangkan pada gelombang radio pembawa data dan

kemudian dipancarkan oleh antena berupa gelombang elektromagnetik pada

frekuensi 315Mhz.

b. Modul Penerima RF 315Mhz

Modul ini sama halnya dengan modul pemancar yang menggunakan

modulasi Amplifier Shift Keying (ASK) dengan frekuensi kerja dari modul

ini adalah 315MHz. Modul ini berfungsi untuk menerima data yang dikirim

secara serial dari modul pemancar. Data yang diterima dari antena berupa

adalah gelombang elektromagnetik dengan begitu banyak frekuensi yang

diterima. Pada modul receiver, frekuensi yang dipilih hanya lah pada pada

frekuensi 315Mhz. Sinyal data yang ditumpangkan pada gelombang radio

pembawa data kemudian didemodulasi menjadi sinyal digital dan akan

diterjemahkan oleh mikrokontroler berupa data digital.

Prinsip kerja penerimaan data dari antena pada sistem penerima adalah

pada modul receiver, frekuensi yang dipilih hanya lah pada frekuensi

315Mhz. Sinyal data yang ditumpangkan pada gelombang radio pembawa

data kemudian di demodulasi menjadi sinyal digital dan akan diterjemahkan

oleh mikrokontroler berupa data digital.


20

2.7 Liquid Crystal Display 20x4

2.7.1 Pengertian

LCD atau Liquid Crystal Display adalah suatu jenis media display

(tampilan) yang menggunakan kristal cair (liquid crystal) untuk

menghasilkan gambar yang terlihat. Teknologi Liquid Crystal Display

(LCD) atau Penampil Kristal Cair sudah banyak digunakan pada produk-

produk seperti layar Laptop, layar Ponsel, layar Kalkulator, layar Jam

Digital, layar Multimeter, Monitor Komputer, Televisi, layar Game

portabel, layar Thermometer Digital dan produk-produk elektronik lainnya.

Teknologi Display LCD ini memungkinkan produk-produk elektronik

dibuat menjadi jauh lebih tipis jika dibanding dengan teknologi Tabung

Sinar Katoda (Cathode Ray Tube atau CRT). Jika dibandingkan dengan

teknologi CRT, LCD juga jauh lebih hemat dalam mengkonsumsi daya

karena LCD bekerja berdasarkan prinsip pemblokiran cahaya sedangkan

CRT berdasarkan prinsip pemancaran cahaya. Namun LCD membutuhkan

lampu backlight (cahaya latar belakang) sebagai cahaya pendukung karena

LCD sendiri tidak memancarkan cahaya. Beberapa jenis backlight yang

umum digunakan untuk LCD diantaranya adalah backlight CCFL (Cold

cathode fluorescent lamps) dan backlight LED (Light-emitting diodes).

Gambar 8 LCD 20x4


21

Dari gambar 8 dapat dijelasakan fungsi dari setiap kaki pada LCD,

sebagai berikut:

1. Kaki 1 (GND) Kaki ini dihubungkan dengan tegangan +5 Volt yang

merupakan tegangan untuk sumber daya dari HD44780 (khusus untuk

modul M1632 keluaran hitachi, kaki ini adalah VCC).

2. Kaki 2 (VCC) Kaki ini dihubungkan dengan tegangan 0 volt (ground)

dan modul LCD (khusus untuk modul M1632 keluaran hitachi, kaki ini

adalah GND)

3. Kaki 3 (VEE/VLCD) Tegangan pengatur kontras LCD, kaki ini

terhubung pada V5. Kontras mencapai nilai maksimum pada saat

kondisi kaki ini pada tegangan 0 volt.

4. Kaki 4 (RS) Register Select, kaki pemilih register yang akan diakses.

Untuk akses ke register data, logika dari kaki ini adalah 1 dan untuk

akses ke register perintah, logika dari kaki ini adalah 0.

5. Kaki 5 (R/W) Logika 1 pada kaki ini menunjukkan bahwa modul LCD

sedang pada mode pembacaan dan logika 0 menunjukkan bahwa modul

LCD sedang pada mode penulisan.Untuk aplikasi yang tidak

memerlukan pembacaan data pada modul LCD, kaki ini dapat

dihubungkan langsung ke ground.

6. Kaki 6 (E) Enable Clock LCD, kaki ini mengaktifkan clock LCD.

Logika 1 pada kaki ini diberikan pada saat penulisan atau pembacaan

data.
22

7. Kaki 7-14 (D0-D7) Data bus, kedelapan kaki modul LCD ini adalah

bagian dimana aliran data sebanyak 4 bit atau 8 bit mengalir saat proses

penulisan maupun pembacaan data.

8. Kaki 15 (Anoda) Berfungsi untuk tegangan positif dari backlight modul

LCD sekitar 4,5 volt (hanya terdapat untuk M1632 yang memiliki

backlight).

9. Kaki 16 (Katoda)

Tegangan negatif backlight modul LCD sebesar 0 volt (hanya untuk

M1632 yang memiliki backlight). Display karakter pada LCD diatur oleh

pin EN, RS dan R/W, dimana: Jalur EN dinamakan Enable. Jalur ini

digunakan untuk memberitahu LCD bahwa data sedang dikirimkan. Untuk

mengirimkan data ke LCD, maka melalui program EN harus dibuat logika

low “0” dan set pada dua jalur kontrol yang lain RS dan RW. Ketika dua

jalur yang lain telah siap, set EN dengan logika “1” dan tunggu untuk

sejumlah waktu tertentu (sesuai dengan datasheet dari LCD tersebut) dan

berikutnya set EN ke logika low “0” lagi.

Jalur RS adalah jalur Register Select. Ketika RS berlogika low “0”, data

akan dianggap sebagai sebuah perintah atau instruksi khusus (seperti clear

screen, posisi kursor, dll). Ketika RS berlogika high “1”, data yang dikirim

adalah data text yang akan ditampilkan pada display LCD. Sebagai contoh,

untuk menampilkan huruf “1” pada layar LCD maka RS harus diset logika

high “1”, jalur R/W adalah jalur control Read/Write. Ketika RW berlogika

low (0), maka informasi pada bus data akan dituliskan pada layar LCD.

Ketika RW berlogika high ”1”, maka program akan melakukan pembacaan


23

memori dari LCD. Sedangkan pada aplikasi umum pin R/W selalu diberi

(bergantung pada mode operasi yang dipilih oleh user). Pada kasus bus data

8 bit, jalur diacukan sebagai DB0 s/d DB7.

2.7.2 Struktur dasar lcd

LCD atau Liquid Crystal Display pada dasarnya terdiri dari dua bagian

utama yaitu bagian Backlight (Lampu Latar Belakang) dan bagian Liquid

Crystal (Kristal Cair). Seperti yang disebutkan sebelumnya, LCD tidak

memancarkan pencahayaan apapun, LCD hanya merefleksikan dan

mentransmisikan cahaya yang melewatinya. Oleh karena itu, LCD

memerlukan Backlight atau Cahaya latar belakang untuk sumber cahayanya.

Cahaya Backlight tersebut pada umumnya adalah berwarna putih.

Sedangkan Kristal Cair (Liquid Crystal) sendiri adalah cairan organik yang

berada diantara dua lembar kaca yang memiliki permukaan transparan yang

konduktif.

Bagian-bagian LCD atau Liquid Crystal Display diantaranya adalah :

 Lapisan Terpolarisasi 1 (Polarizing Film 1)

 Elektroda Positif (Positive Electrode)

 Lapisan Kristal Cair (Liquid Cristal Layer)

 Elektroda Negatif (Negative Electrode)

 Lapisan Terpolarisasi 2 (Polarizing film 2)

 Backlight atau Cermin (Backlight or Mirror)


24

Dibawah ini adalah gambar struktur dasar sebuah LCD :

Gambar 9 Struktur dasar LCD

Cahaya putih pada lcd adalah cahaya yang terdiri dari ratusan cahaya

warna yang berbeda. Ratusan warna cahaya tersebut akan terlihat apabila

cahaya putih mengalami refleksi atau perubahan arah sinar. Artinya, jika

beda sudut refleksi maka berbeda pula warna cahaya yang dihasilkan.

Backlight LCD yang berwarna putih akan memberikan pencahayaan

pada Kristal Cair atau Liquid Crystal. Kristal cair tersebut akan menyaring

backlight yang diterimanya dan merefleksikannya sesuai dengan sudut yang

diinginkan sehingga menghasilkan warna yang dibutuhkan. Sudut Kristal

Cair akan berubah apabila diberikan tegangan dengan nilai tertentu. Karena

dengan perubahan sudut dan penyaringan cahaya backlight pada kristal cair

tersebut, cahaya backlight yang sebelumnya adalah berwarna putih dapat

berubah menjadi berbagai warna.

Jika ingin menghasilkan warna putih, maka kristal cair akan dibuka

selebar-lebarnya sehingga cahaya backlight yang berwarna putih dapat

ditampilkan sepenuhnya. Sebaliknya, apabila ingin menampilkan warna

hitam, maka kristal cair harus ditutup serapat-rapatnya sehingga tidak

adalah cahaya backlight yang dapat menembus. Dan apabila menginginkan


25

warna lainnya, maka diperlukan pengaturan sudut refleksi kristal cair yang

bersangkutan.

2.8 Resistor

Resistor merupakan salah satu komponen yang paling sering ditemukan

dalam Rangkaian Elektronika. Hampir setiap peralatan Elektronika

menggunakannya. Pada dasarnya Resistor adalah komponen Elektronika Pasif

yang memiliki nilai resistansi atau hambatan tertentu yang berfungsi untuk

membatasi dan mengatur arus listrik dalam suatu rangkaian Elektronika. Resistor

atau dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan Hambatan atau Tahanan dan

biasanya disingkat dengan Huruf “R”. Satuan Hambatan atau Resistansi Resistor

adalah ohm (Ω). Sebutan “ohm” ini diambil dari nama penemunya yaitu Georg

Simon Ohm yang juga merupakan seorang Fisikawan Jerman[6].

2.8.1 Jenis-jenis Resistor

1. Resistor tetap (Fixed Resistor)

Resistor tetap merupakan resistor yang nilai resistansi nya tidap

dapat diubah atau tetap. Resistor jenis ini biasa digunakan dalam

rangkaian elektronika sebagai pembatas arus dalam suatu rangkaian

elektronika.

Gambar 10 Resistor Tetap


26

2. Resistor tidak tetap (Variable Resistor).

Resistor tidak tetap atau variable resistor terdiri dari :

 Potensiometer

Potensiometer adalah salah satu jenis Resistor yang Nilai

Resistansi nya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan Rangkaian

Elektronika ataupun kebutuhan pemakainya. Potensiometer

merupakan Keluarga Resistor yang tergolong dalam Kategori

Variable Resistor. Secara struktur, Potensiometer terdiri dari 3

kaki Terminal dengan sebuah shaft atau tuas yang berfungsi

sebagai pengaturnya. Potensio bekerja seperti resistor dengan

semakin besar tahanan maka output (volt) semakin kecil, dan

sebaliknya semakin kecil tahanan (ohm) makaoutput (volt)

semakin besar.

Gambar 11 Potensiometer

 Trimer Potensiometer

Yaitu tipe variable resistor yang membutuhkan alat bantu

(obeng) dalam mengatur nilai resistansinya. Pada umumnya resistor

jenis ini disebut dengan istilah “Trimer Potensiometer atau VR”.


27

Gambar 12 Trimer Potensiometer

2.8.2 Nilai Toleransi Resistor

Nilai toleransi resistor ini selalu dicantumkan di kemasan resistor

dengan kode warna maupun kode huruf. Nilai resistor dapat diketahui

dengan kode warna dan kode huruf pada resistor. Resistor dengan nilai

resistansi ditentukan dengan kode warna dapat ditemukan pada resistor

tetap dengan kapasitas daya rendah, sedangkan nilai resistor yang

ditentukan dengan kode huruf dapat ditemui pada resistor tetapdaya

besar dan resistor variable.

Kapasitas daya pada resistor merupakan nilai daya maksimum yang

mampu dilewatkan oleh resistor tersebut. Nilai kapasitas daya resistor

ini dapat dikenali dari ukuran fisik resistor dan tulisan kapasitas daya

dalam satuan Watt untuk resistor dengan kemasan fisik besar.


28

2.8.3 Kode Warna Resistor

Gambar 13 Cincin Kode Warna Resistor

Cicin warna yang terdapat pada resistor terdiri dari 4 ring 5 dan 6

ring warna. Dari cicin warna yang terdapat dari suatu resistor tersebut

memiliki arti dan nilai dimana nilai resistansi resistor dengan kode

warna yaitu :

 Resistor dengan 4 cincin kode warna

Maka cincin ke 1 dan ke 2 merupakan digit angka, dan cincin

kode warna ke 3 merupakan faktor pengali kemudian cincin kode

warna ke 4 menunjukan nilai toleransi resistor.

 Resistor dengan 5 cincin kode warna

Maka cincin ke 1, ke 2 dan ke 3 merupakan digit angka, dan

cincin kode warna ke 4 merupakan faktor pengali kemudian cincin

kode warna ke 5 menunjukan nilai toleransi resistor.

 Resistor dengan 6 cincin warna

Resistor dengan 6 cicin warna pada prinsipnya sama dengan

resistor dengan 5 cincin warna dalam menentukan nilai resistansi


29

nya. Cincin ke 6 menentukan koefisien temperature yaitu

temperature maksimum yang diijinkan untuk resistor tersebut.

2.9 Dioda

Dioda (Diode) merupakan Komponen Elektronika Aktif yang terbuat dari

bahan semikonduktor dan mempunyai fungsi untuk menghantarkan arus listrik ke

satu arah tetapi menghambat arus listrik dari arah sebaliknya.

2.9.1 Karateristik Dioda

Secara sederhana, cara kerja dioda dapat dijelaskan dalam tiga kondisi,

yaitu kondisi tanpa tegangan (unbiased), diberikan tegangan positif

(forward biased), dan tegangan negatif (reverse biased).

Pada kondisi tidak diberikan tegangan akan terbentuk suatu perbatasan

medan listrik pada daerah P-N junction. Hal ini terjadi diawali dengan

proses difusi, yaitu bergeraknya muatan elektron dari sisi n ke sisi p.

Elektron-elektron tersebut akan menempati suatu tempat di sisi p yang

disebut dengan holes.

Pada kondisi tegangan positif , bagian Anoda disambungkan dengan

terminal positif sumber listrik dan bagian Katoda disambungkan dengan

terminal negatif. Adanya tegangan eksternal akan mengakibatkan ion-ion

yang menjadi penghalang aliran listrik menjadi tertarik ke masing-masing

kutub. Ion-ion negatif akan tertarik ke sisi Anoda yang positif , dan ion-ion

positif akan tertarik ke sisi Katoda yang negatif. Begitupun sebaliknya pada

kondisi tegangan negatif, bagian Anoda disambungkan dengan terminal

negatif sumber listrik dan bagian Katoda disambungkan dengan terminal


30

positif. Adanya tegangan eksternal akan mengakibatkan ion-ion yang

menjadi penghalang aliran listrik menjadi tertarik ke masing-masing kutub.

Pemberian tegangan negatif akan membuat ion-ion negatif tertarik ke sisi

Katoda (n-type) yang diberi tegangan positif , dan ion-ion positif tertarik ke

sisi Anoda (p-type) yang diberi tegangan negatif.

2.9.2 Jenis-jenis diode

1. Dioda Normal (Dioda PN Junction)

Dioda jenis ini merupakan dioda yang paling sering ditemui dalam

rangkaian elektronika, terutama pada rangkaian pencatu daya (power

supply) dan rangkaian frekuensi radio (RF). Dioda jenis ini disebut juga

Dioda Normal (Normal Diode) karena merupakan dioda standar yang

paling umum digunakan ataupun Dioda Penyearah (Rectifier Diode)

karena biasanya digunakan sebagai penyearah pada Pencatu Daya.

Dioda ini juga dikenal den gan nama PN Junction diode.

2. Dioda Bridge (Bridge Diode)

Dioda Bridge pada dasarnya adalah Dioda yang terdiri dari 4 dioda

normal yang umumnya digunakan sebagai penyearah gelombang penuh

dalam rangkaian Pencatu Daya (Power Supply). Dioda Bridge ini

memiliki 4 kaki terminal yaitu 2 kaki terminal Input untuk masukan

tegangan/arus bolak-balik (AC) dan 2 kaki terminal untuk Output

Positif (+) dan Output Negatif (-).

3. Dioda Zener (Zener Diode)

Dioda Zener adalah jenis dioda yang dirancang khusus untuk dapat

beroperasi di rangkaian reverse bias (bias balik). Karakteristik Dioda


31

Zener ini adalah dapat melewatkan arus listrik pada kondisi bias

terbalik (reverse bias) apabila tegangan mencapai titik tegangan

breakdown-nya. Namun pada saat Forward bias (bias maju), Dioda

Zener ini dapat menghantarkan arus listrik seperti Dioda normal pada

umumnya. Dioda Zener dapat memberikan tegangan referensi yang

stabil sehingga banyak digunakan sebagai pengatur tegangan (Voltage

Regulator) pada pencatu daya (Power supply).

4. Dioda Foto (Photodiode)

Dioda Foto atau Photodiode adalah jenis Dioda yang dapat

mengubah energi cahaya menjadi arus listrik. Dioda Foto ini sering

digunakan sebagai sensor untuk mendeteksi cahaya seperti pada sensor

cahaya kamera, sensor penghitung kendaraan, scanner barcode dan

peralatan medis. Dioda Foto ini dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu

Dioda Photovoltaic yang menghasilkan tegangan seperti sel surya dan

Dioda Photoconductive yang tidak menghasilkan tegangan dan harus

diberikan sumber tegangan lain untuk penggerak beban.

2.10 Kapasitor

Kapasitor atau bisa juga disebut dengan kondensator merupakan alat yang

dapat menyimpan energi didalam medan listrik dalam waktu tertentu dengan cara

mengumpulkan ketidak seimbangan internal dari muatan arus listrik. Alat ini

pertama kali ditemukan oleh ilmuwan bernama Michael Faraday sehingga satuan

kapasitor ini disebut dengan Farad (F).

Karena satuan Farad ini sangat besar maka digunakanlah:


32

PikoFarad (pF) = 1 x 10-2 F

NanoFarad (nF) = 1 x 10-9 F

MicroFarad (μF) = 1 x 10-6 F

1 Farad = 1.000.000 µF (mikro Farad)

1µF = 1.000 nF (nano Farad)

1µF = 1.000.000 pF (piko Farad)

1nF = 1.000pF (piko Farad)

2.10.1 Jenis Kapasitor

Pada dasarnya kapasitor dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Kapasitor Polar

Kapasitor polar adalah kapasitor yang kedua kutubnya memiliki

polaritas positif dan negatif. Biasanya kapasitor polar bahannya

terbuat dari elektrolit dan mempunyai nilai kapasitansi yang besar

dibandingkan dengan kapasitor yang menggunakan bahan kertas atau

mika atau keramik.

2. Kapasitor Non Polar

Kapasitor Non Polar adalah kapasitor yang pada kutubnya tidak

memiliki polaritas artinya pada kedua kutubnya dapat digunakan secara

terbalik. Mempunyai nilai kapasitansi kecil dan bahannya terbuat dari

keramik, mika, kertas dan lain-lain.


33

2.11 Regulator

IC regulator atau IC Voltage Regulator merupakan komponen elektronika

yang digunakan untuk mengatur tegangan pada rangkaian elektronika. Dinamakan

sebagai IC atau Integrated Circuit karena voltage regulator ini tersusun dari

puluhan hingga ratusan transistor, kapasitor, dioda dan resistor yang mana saling

berintegrasi sehingga membentuk komponen IC regulator.

Voltage regulator ini banyak terdapat pada berbagai jenis adaptor yang

berguna untuk memberikan tegangan DC untuk laptop, handphone, notebook, dan

sebagainya. Selain itu, pada beberapa perangkat elektronika yang power supply

atau catu dayanya terintegrasi dengan rangkaiannya.

2.11.1 Fungsi Voltage Regulator

Fungsi dari voltage regulator adalah untuk mempertahankan atau

mengatur tegangan pada level tertentu (sesuai dengan nilai pada IC regulator)

secara otomatis. Hal ini dapat diartikan bahwa tegangan output DC pada

voltage regulator akan stabil dan tidak dipengaruhi oleh perubaha tegangan

input, beban pada output dan juga suhu.

Sehingga rangkaian voltage regulator atau pengatur tegangan ini dapat

dikatakan sebagai suatu keharusan agar rangkaian elektronika memperoleh

tegangan yang lebih stabil dan bebas dari fluktuasi. Jenis IC pada Positive

Voltage Regulator yang banyak dijumpai di pasaran yakni tipe 78xx. Tanda

xx yang berada di belakang angka merupakan kode angka yang

menunjukkan nilai tegangan output DC pada voltage regulator tersebut.

Misalnya adalah 7805, 7809, 7812 dan sebagainya.


34

Sedangkan untuk contoh IC pada Negative Voltage Regulator adalah

7905, 7912, atau IC voltage regulator lainnya yang berawalan kode 79xx.

Pada dasarnya negative voltage regulator memliki desain, kontruksi dan

cara kerja yang sama dengan jenis positive voltage regulator, perbedaanya

yaitu pada polaritas tegangan output.

2.11.2 Jenis – Jenis IC Voltage Regulator

Voltage regulator dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok.

Ditinjau dari bentuk atau jumlah terminalnya terdapat 2 jenis IC regulator

yaitu IC regulator 3 terminal dan 5 terminal. Sementara dilihat berdasarkan

dari fungsi khususnya IC regulator dapat dibagi menjadi 3 jenis, antara lain :

1. Fixed Voltage Regulator

Gambar 14 fixed Voltage Regulator

Fixed Voltage Regulator atau pengatur tegangan tetap merupakan

jenis IC regulator yang memiliki tegangan output bernilai tetap dan

tidak dapat diubah ubah atau disetel yang sesuai dengan kebutuhan

rangkaiannya.

Nilai tegangannya telah ditetapkan oleh produsen IC tersebut

sehingga tegangan DC yang diatur juga tetap sesuai dengan spesifikasi


35

IC-nya. Misalnya pada IC regulator 7805, maka tegangan outputnya

juga hanya, maka tegangan outputnya juga hanya 5 Volt DC. Fixed

Voltage regulator ini dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu Positive

Voltage Regulator dan Negative Voltage Regulator.

2. Adjustable Voltage Regulator

Adjustable Voltage Regulator merupakan jenis IC pengatur

tegangan DC yang memiliki range nilai tegangan output tertentu.

Sehingga tegangan output pada IC regulator jenis ini dapat diubah-ubah

dan diatur yang sesuai dengan kebutuhan rangkaiannya.

Gambar 15 LM317

Sama halnya dengan Fixed Voltage Regulator, Adjustable Voltage

Regulator juga terbagi menjadi 2 tipe yaitu Adjustable Voltage

Regulator Positif dan Adjustable Voltage Regulator Negatif.

Contoh IC dari tipe Adjustable Voltage Regulator Positiff yaitu

LM317 yang memiliki range nilai tegangan dari 1.2 Volt hingga 37 Volt

DC. Sementara pada IC dari tipe Adjustable Voltage Regulator Negatif

yaitu LM337, yang mana juga memiliki range nila tegangan yang sama

seperti LM317.
36

IC jenis Adjustable Voltage Regulator juga termasuk dalam kategori

IC Linier Voltage Regulator.

3. Switching Voltage Regulator

Switching Voltage Regulator merupakan jenis IC yang mana

memiliki desain, konstruksi dan cara kerja yang tidak sama dengan IC

Linier Regulator ( Fixed dan Adjustable Voltage Regulator). Namun

secara umum, fungsinya tetap sama yaitu menahan tegangan outputnya.

Gambar 16 Switching Voltage Regulator

Cara kerja dari switching voltage regulator yaitu seperti namanya

“switch”, yang mana untuk mempertahankan tegangan outputnya, IC

jenis ini akan mensaklar secara terus-menerus untuk menyesuaikan

tegangan input yang masuk pada voltage regulator ini agar sesuai

dengan tegangan output yang dihasilkan.

Bila dibandingkan dengan kedua jenis IC di atas, Switching Voltage

Regulator memiliki efisiensi penggunaan energi yang lebih baik. Hal

ini karena kemampuannya yang mampu mengalihkan penyediaan

energi listrik ke medan magnet yang memang difungsikan sebagai

penyimpan energi listrik. Selain itu, IC jenis ini tidak menghasilkan


37

overheat atau panas yang berlebih.

2.12 Transformator

2.12.1 Jenis-jenis Trafo Berdasarkan Level Tegangan

Tranformator dari level tegangan merupakan jenis trafo yang sering dan

paling banyak kita gunakan. Pengelompokkan tegangan ditinjau dari

perbandingan jumlah liliran antara kumparan primer dan kumparan

sekunder.

Ada 2 jenis transformator yang berdasarkan level tegangan yakni trafo

step up dan trafo step down.

1. Transformator Step Up

Gambar 17 Transformator Step Up

Transformeter Step Up adalah jenis transformeter yang memiliki

fungsi untuk menaikkan suatu tegangan. Ciri-ciri Transformaor Step

Up dilihat dari jumlah lilitan pada kumparan primer selalu lebih kecil

dibandingkan dengan jumlah lilitan pada kumparan sekunder ( Np <

Ns). Tegangan primer juga selalu lebih kecil daripada tegangan

sekunder ( Vp < Vs) untuk kuat arus primer selalu lebih besar dibanding

dengan kuat arus sekunder (Ip > Is). Pada pembangkit listrik, trafo ini
38

dimanfaatkan menaikkan tegangan yang keluar dari generator. Hal ini

bertujuan agar saat ditransmisikan ke jaringan listrik, listrik tidak akan

kehilangan banyak daya.

2. Transformator Step Down

Gambar 18 Transformator Step Down

Kebalikan dari trafo step up, transformeter Step Down berguna

untuk menurunkan tegangan. Ciri – ciri Transformator Step Down juga

dilihat pada jumlah lilitan pada kumparan primer selalu lebih besar

dibanding dengan jumlah lilitan pada kumparan sekunder (Np > Ns).

Tegangan pada primer juga lebih besar dibanding dengan tegangan

sekunder ( Vp > Vs) untuk kuat arus primer selalu lebih kecil dari kuat

arus sekunder ( Ip < Is)

Pada jaringan distribusi listrik, transformator ini berguna untuk

mengubah tegangan grid yang tinggi menjadi tegangan rendah yang

dapat dimanfaatkan pada peralatan rumah tangga. Misalnya pada

adaptor AC – DC.
39

3. Auto Transformer

Berbeda dengan kedua jenis trafo di atas, Auto Transformator hanya

memiliki satu kumparan saja. Satu kumparan ini menjadi kumparan

primer sekaligus kumparan sekunder yang disatukan dalam satu

rangkaian yang terhubung secara fisik dan magnetis.

Gambar 19 Auto Transformator

Selain itu trafo jenis ini tidak memiliki ujung lilitan yang tetap, auto

transformator menyediakan lebih banyak pilihan karena ujung lilitan

dapat diambil (disadap) dari tengah-tengah lilitan sebagai jalan

keluarnya tegangan sekunder.

2.12.2 Jenis-jenis Transformator Berdasarkan Bahan Inti

Prinsip kerja transformator dalam mentransfer energi listrik yaitu

dengan cara menghantarkan medan elektromagnetik melalui inti trafo.

Penggunaan inti trafo dengan bahan yang berbeda menyebabkan perbedaan

medan magnet yang dihasilkan oleh proses induksi.

Berdasarkan bahan intinya, transformator dapat dibedakan menjadi :


40

1. Transformator Inti Udara (Air Core Transformer)

Gambar 20 Transformator inti udara

Pada trafo jenis ini, gulungan primer dan gulungan sekunder

dililitkan pada inti yang berbahan non-magnetik yang umumnya

berbentuk tabung berongga. Bahan non-magnetik tersebut bisa berupa

kertas atau karton. Jadi proses induksi medan magnet primer dan dan

sekunder hanya melalui mediun udara saja.

2. Transformator Inti Besi ( Iron Core Transformer)

Gambar 21 Transformator inti besi

Pada trafo jenis ini, gulungan primer dan gulungan sekunder

dililitkan pada inti lempengan besi tipis yang sudah dilaminasi. Plat-

plat besi yang digunakan sebagai inti mempunyai bentuk serta ukuran

yang bervariasi, diantaranya seperti E, I, U, L dan lain lain.


41

3. Transformator Inti Ferrite

Gambar 22 Transformator inti ferrite

Transformator yang menggunakan bahan ferrite sebagai intinya

memiliki daya tembus magnet yang terbilang tinggi. Trafo jenis ini

lebih sering digunakan pada peralatan elektronik dibanding dengan

elektrik.

4. Transformator Toroid

Transformator toroid berisikan inti dari bahan besi atau ferrite. Trafo

jenis ini memiliki bentuk mirip toroid atau juga bisa di sebut seperti

donat, sehingga trafo ini sering disebut sebagai trafo donat.

Gambar 23 Transformator Toroid


42

2.13 Transistor sebagai sakelar

2.13.1 Pengertian

Transistor adalah komponen elektronika semikonduktor yang memiliki

3 kaki elektroda, yaitu Basis (dasar), Kolektor (pengumpul) dan Emitor

(pemancar). Transistor sebenarnya berasal dari kata “transfer” yang berarti

pemindahan dan “resistor” yang berarti penghambat. Dari kedua kata

tersebut dapat kita simpulkan, pengertian transistor adalah pemindahan

atau peralihan bahan setengah penghantar menjadi suhu tertentu. Transistor

pertama kali ditemukan pada tahun 1948 oleh William Shockley, John

Barden dan W.H, Brattain. Tetapi, komponen ini mulai digunakan pada

tahun 1958.

Jenis-jenis transistor dibedakan berdasarkan arus inputnya BJT

(Bipolar Junction Transistor) atau tegangan inputnya FET (Field Effect

Transistor). Yang membedakan transistor dengan komponen lain, adalah

memiliki 3 kaki utama, yaitu Base (B), Collector, (C) dan Emitter (E).

dimana base terdapat arus yang sangat kecil, yang berguna untuk mengatur

arus dan tegangan yang ada pada Emitor, pada keluaran arus Kolektor.

Sehingga apabila terdapat arus pada basis, tegangan yang besar pada

kolektor akan mengalir menuju emitor.

Bahan dasar pembuatan transistor itu sendiri atara lain Germanium,

Silikon, Galium Arsenide. Sedangkan kemasan dari transistor itu sendiri

biasanya terbuat dari Plastik, Metal, Surface Mount, dan ada juga beberapa

transistor yang dikemas dalam satu wadah yang disebut IC (Intregeted

Circuit).
43

2.13.2 Bipolar Junction Transistor (BJT)

Bipolar junction transistor (BJT) adalah jenis transistor yang memiliki

tiga kaki, yaitu (Basis, Kolektor, dan Emitor) dan di pisah menjadi dua arah

aliran, positif dan negatif.

Ada dua jenis tipe transistor BJT, yaitu tipe PNP dan NPN. Dimana

NPN, terdapat dua daerah negatif yang dipisah dengan satu daerah positif.

Dan PNP, terdapat dua daerah positif yang dipisah dengan daerah negatif.

1. Jenis NPN

Pada transistor jenis NPN terdapat arah arus aliran yang berbeda

dengan transistor jenis PNP, dimana NPN mengalir arus dari kolektor

ke emitor. Dan pada NPN, untuk mengalirkan arus tersebut dibutuhkan

sambungan ke sumber positif (+) pada kaki basis.

Gambar 24 Contoh rangkaian transistor

Cara kerja NPN adalah ketika tegangan yang mengenai kaki basis,

hingga dititik saturasi, maka akan menginduksi arus dari kaki kolektor

ke emitor. Dan transistor akan berlogika 1 (aktif). Dan apabila arus yang

melalui basis berkurang, maka arus yang mengalir pada kolektor ke


44

emitor akan berkurang, hingga titik cutoff. Penurunan ini sangatlah

cepat karena perbandingan penguatan yang terjadi antara basis dan

kolektor melebihi 200 kali.

2. Jenis PNP

Pada PNP, terjadi hal sebaliknya ketika arus mengalir pada kaki

basis, maka transistor berlogika 0 (off). Arus akan mengalir apabila

kaki basis diberi sambungan ke ground (-) hal ini akan menginduksi

arus pada kaki emitor ke kolektor, hal yang berbeda dengan NPN, yaitu

arus mengalir pada kolektor ke emitor. Penggunaan transistor jenis ini

mulai jarang digunakan. Dibanding dengan NPN, transistor jenis

PNP mulai sulit ditemukan dipasaran

2.13.3 Karakteristik

Transistor BJT digunakan untuk 3 penggunaan berbeda: mode cut off,

mode linear amplifier, dan mode saturasi. Penggunaan fungsi transistor bisa

menggunakan karakteristik dari masing-masing daerah kerja ini. Selain

untuk membuat fungsi daripada transistor, karakteristik transistor juga dapat

digunakan untuk menganalisa arus dan tegangan transistor.

Gambar 25 Kurva karakteristik Transistor


45

Karakteristik dari masing-masing daerah operasi transistor tersebut

dapat diringkas sebagai berikut.

1. Daerah Potong (cut off):

Dioda Emiter diberi prategangan mundur. Akibatnya, tidak terjadi

pergerakan elektron, sehingga arus Basis, IB = 0. Demikian juga, arus

Kolektor, IC = 0, atau disebut ICEO (Arus Kolektor ke Emiter dengan

harga arus Basis adalah 0).

2. Saturasi

Dioda Emiter diberi prategangan maju. Dioda Kolektor juga diberi

prategangan maju. Akibatnya, arus Kolektor, IC, akan mencapai harga

maksimum, tanpa bergantung kepada arus Basis, IB, dan βdc. Hal ini,

menyebabkan Transistor menjadi komponen yang tidak dapat

dikendalikan. Untuk menghindari daerah ini, Dioda Kolektor harus

diberi prateganan mundur, dengan tegangan melebihi VCE(sat), yaitu

tegangan yang menyebabkan Dioda Kolektor saturasi.

3. Aktif

Semua titik operasi antara titik sumbat dan penjenuhan adalah

daerah aktif dari transistor. Dalam daerah aktif, dioda emiter dibias

forward dan dioda kolektor dibias reverse. Perpotongan dari arus basis

dan garis beban adalah titik stationer (quiescent. Daerah kerja transistor

yang normal adalah pada daerah aktif, dimana arus IC konstan terhadap

berapapun nilai Vce. Pada daerah aktif arus kolektor sebanding dengan

arus basis. Penguatan sinyal masukan menjadi sinyal keluaran terjadi

pada daerah aktif.


46

2.14 Limit switch

Limit switch merupakan jenis saklar yang dilengkapi dengan katup

yang berfungsi menggantikan tombol, prinsip kerja limit switch sama seperti

saklar Push ON yaitu hanya akan menghubung pada saat katupnya ditekan

pada batas penekanan tertentu yang telah ditentukan dan akan memutus saat

saat katup tidak ditekan. Limit switch memiliki tiga buah terminal, yaitu:

central terminal, normally close (NC) terminal, dan normally open (NO)

terminal. Sesuai dengan namanya, limit switch digunakan untuk membatasi

kerja dari suatu alat yang sedang beroperasi. Terminal NC, NO, dan central

dapat digunakan untuk memutuskan aliran listrik pada suatu rangkaian atau

sebaliknya

Gambar 26 Limit switch.

Limit switch termasuk dalam kategori sensor mekanis yaitu sensor

yang akan memberikan perubahan elektrik saat terjadi perubahan mekanik

pada sensor tersebut. Penerapan dari limit switch adalah sebagai sensor posisi

suatu benda (objek) yang bergerak. Simbol dan bentuk fisik limit switch

ditunjukan pada gambar 31.

2.15 Fuse

Fuse atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Sekering adalah

komponen yang berfungsi sebagai pengaman dalam Rangkaian Elektronika


47

maupun perangkat listrik. Fuse (Sekering) pada dasarnya terdiri dari sebuah kawat

halus pendek yang akan meleleh dan terputus jika dialiri oleh Arus Listrik yang

berlebihan ataupun terjadinya hubungan arus pendek (short circuit) dalam sebuah

peralatan listrik / Elektronika. Dengan putusnya Fuse (sekering) tersebut, Arus

listrik yang berlebihan tersebut tidak dapat masuk ke dalam Rangkaian

Elektronika sehingga tidak merusak komponenkomponen yang terdapat dalam

rangkaian Elektronika yang bersangkutan[5].

Karena fungsinya yang dapat melindungi peralatan listrik dan peralatan

Elektronika dari kerusakan akibat arus listrik yang berlebihan, Fuse atau sekering

juga seringdisebut sebagai Pengaman Listrik.

Gambar 27 Fuse

Nilai Fuse biasanya tertera pada badan Fuse itu sendiri ataupun diukir pada

Terminal Fuse, nilai Fuse diantaranya terdiri dari Arus Listrik (dalam satuan

Ampere (A) ataupun miliAmpere (mA) dan Tegangan (dalam satuan Volt (V)

ataupunMili Volt (mV).

2.16 Relay

Suatu peralatan elektronik yang berfungsi untuk memutuskan atau untuk

menghubungkan suatu rangkaian elektronik yang satu dengan rangkaian


48

elektronik yang lainnya merupakan sebuah pengertian dari relay. Pada dasarnya

relay adalah saklar elektro magnetik yang akan bekerja apabila arus mengalir

melalui kumparan, inti besi akan menjadi magnet dan akan menarik kontak-

kontak relay. Kontak-kontak dapat di tarik apabila garis magnet dapat

mengalahkan gaya pegas yang melawannya. Besarnya gaya magnet yang di

tetapkan oleh medan yang ada pada celah udara pada jangkar dan inti magnet, dan

banyaknya lilitan kumparan, kuat arus yang mengalir atau yang disebut dengan

imperal lilitan dan pelawan magnet yang berada pada sirkuit pemagnetan. Untuk

memperkuat medan magnet di bentuk suatu sirkuit.

Kontak-kontak atau kutub-kutub dari relay umumnya memiliki tiga dasar

pemakaian yaitu:

1. Bila kumparan di aliri arus listrik maka kontaknya akan menutup dan

disebut sebagai kontak Normally Open (NO).

2. Bila kumparan dialiri listrik maka kontaknya akan membuka dan

disebut sebagai Normally Close (NC)

3. Tukar sambung (Change Over / NO), relay jenis ini mempunya kontak

tengah yang normalnya tertutup tetapi melepaskan diri dari posisi dan

membuat kontak dengan yang lain bila relay di aliri listik. Relay dapat

dilihat pada gambar 8:

Gambar 28 Relay.
49

Sifat-sifat relay:

1. Impedensi kumparan, biasanya ditentukan oleh tebal kawat yang di

gunakan serta banyaknya lilitan.

2. Kuat arus yang di gunakan untuk menggerakkan relay, biasanya arus ini

di berikan oleh pabrik. Relay dengan perlawanan kecil memerlukan arus

besar, sedangkan relay dengan perlawanan besar memerlukan arus yang

kecil.

3. Tegangan yang di perlukan untuk menggerakkan relay.

4. Daya yang diperlukan untuk mengoperasikan relay besarnya sama dengan

nilai tegangan di kalikan arus.

5. Banyaknya kontak-kontak jangkar dapat membuka dan menutup lebih dari

satu kontak sekaligus, tergantung dari pada kontak dan jenis ralaynya.

Jarak antara kontak-kontak menentukan besarnya tegangan maksimum

yang di izinkan antara kontak tersebut

2.17 Sensor Ping

Sensor Ping merupakan sensor jarak ultrasonik buatan Parallax. Sensor ini

bekerja pada frekuensi 40 KHz dan hanya memiliki 3 jalur pin, yaitu jalur sinyal

(SIG), jalur VCC 5V dan jalur ground. Sensor Ping mendeteksi jarak objek dengan

cara memancarkan gelombang ultrasonik (40 KHz) selama 200µs, kemudian

mendeteksi pantulannya.

Spesifikasi sensor Ping adalah sebagai berikut:

a. Kisaran pengukuran 3cm – 3m.


50

b. Input trigger-positive TTL pulse, minimal 2µs, tipikal 5µs.

c. Echo hold off 750µs dari fall of trigger pulse.

d. Waktu tunda untuk pengukuran selanjutnya 200µs.

e. Indikator LED untuk aktifitas sensor.

Gambar 29 Sensor Ultrasonik

2.18 Lampu LED

Lampu LED (Light Emitting Diode) merupakan suatu semi konduktor yang

memancarkan cahaya monokromatik yang tidak koheren ketika diberi tegangan

maju. Gejala ini termasuk bentuk elektroluminesensi. Lampu LED yang telah

dikembangkan sejak akhir tahun 1950 adalah bentuk semikonduktor paduan p-n

(p-n junction) yang dapat mengemisikan photon atau cahaya apabila diterapkan

dengan tegangan yang sesuai pada sambungan tadi. Beberapa jenis material p dan

n dapat mengemisikan cahaya terlihat (visible light) dengan intensitas beragam.

Gambar 30 LED
51

Proses Pembangkitan Cahaya pada LED pada dasarnya terbentuk dari

paket-paket partikel yang memiliki energi dan momentum, tetapi tidak memiliki

massa. Partikel ini disebut foton. Foton dilepaskan sebagai hasil pergerakan

elektron. Pada sebuah atom, elektron bergerak pada suatu orbit yang mengelilingi

sebuah inti atom. Elektron pada orbital yang berbeda memiliki jumlah energi yang

berbeda. Elektron yang berpindah dari orbital dengan tingkat energi lebih tinggi

ke orbital dengan tingkat energi lebih rendah perlu melepas energi yang

dimilikinya. Energi yang dilepaskan ini merupakan bentuk dari foton. Semakin

besar energi yang dilepaskan, semakin besar energi yang terkandung dalam foton.

2.19 Buzzer

Buzzer merupakan suatu komponen yang dapat menghasilkan suara yang

mana apabila diberi tegangan pada input komponen, maka akan bekerja sesuai

dengan karakteristik dari alarm yang digunakan. Salah satu buzzer yang sering

digunakan dalam rangkaian elektronika seperti ditunjukkan pada Gambar 2.23.

Gambar 31 Buzzer

Dalam pembuatan perancangan ini, penulis menggunakan Buzzer sebagai

informasi. Hal ini dikarenakan, karakteristik dari komponen yang mudah untuk

diaplikasikan dan suara yang dihasilkan relative kuat. Buzzer merupakan sebuah
52

komponen elektronik yang dapat mengkonversikan energi listrik menjadi suara

yang didalamnya terkandung sebuah osilator internal untuk menghasilkan suara.

Dalam penggunaanya pada rangkaian, Buzzer dapat digunakan pada tegangan

sebesar antara 6V – 12V dan dengan tipikal arus sebesar 25mA.

2.20 Keypad

Modul keypad 3x4 merupakan suatu modul keypad berukuran 3 kolom x 4

baris seperti ditunjukkan pada Gambar 37. Modul ini dapat difungsikan sebagai

input dalam aplikasi seperti pengaman digital, absensi, pengendali kecepatan

motor, robotik, dan sebagainya.

Penggunaan keypad dilakukan dengan cara menjadikan tiga buah kolom

sebagai output scanning dan empat buah baris sebagai input scanning.

Gambar 32 Keypad 4x4.

Cara kerja rangkaian Keypad 4x4:

1. Mengirimkan logika Low untuk kolom 1 (Col1) dan logika HIGH untuk kolom

yang lain kemudian membaca data baris, misal tombol SW1 ditekan maka data

baris pertama (Row1) akan LOW sehingga data baris yang dibaca adalah 0111,
53

atau tombol yang ditekan tombol SW5 maka data pada baris ke 2 akan LOW

sehingga data yang terbaca 1011, atau tombol SW9 yang ditekan sehingga data

yang terbaca 1101, atau tombol SW13 yang ditekan maka data yang dibaca

adalah 1110 dan atau tidak ada tombol pada kolom pertama yang di tekan maka

data pembacaan baris akan 1111.

2. Mengirimkan logika Low untuk kolom 2 (Col2) dan logika HIGH untuk kolom

yang lain kemudian membaca data baris, misal tombol SW1 ditekan maka data

baris pertama (Row1) akan LOW sehingga data baris yang dibaca adalah 0111,

atau tombol yang ditekan tombol SW5 maka data pada baris ke 2 akan LOW

sehingga data yang terbaca 1011, atau tombol SW9 yang ditekan sehingga data

yang terbaca 1101, atau tombol SW13 yang ditekan maka data yang dibaca

adalah 1110 dan atau tidak ada tombol pada kolom pertama yang di tekan maka

data pembacaan baris akan 1111.

3. Mengirimkan logika Low untuk kolom 3 (Col3) dan logika HIGH untuk kolom

yang lain kemudian membaca data baris, misal tombol SW1 ditekan maka data

baris pertama (Row1) akan LOW sehingga data baris yang dibaca adalah 0111,

atau tombol yang ditekan tombol SW5 maka data pada baris ke 2 akan LOW

sehingga data yang terbaca 1011, atau tombol SW9 yang ditekan sehingga data

yang terbaca 1101, atau tombol SW13 yang ditekan maka data yang dibaca

adalah 1110 dan atau tidak ada tombol pada kolom pertama yang di tekan maka

data pembacaan baris akan 1111.

4. Mengirimkan logika Low untuk kolom 4 (Col4) dan logika HIGH untuk kolom

yang lain kemudian membaca data baris, misal tombol SW1 ditekan maka data

baris pertama (Row1) akan LOW sehingga data baris yang dibaca adalah 0111,
54

atau tombol yang ditekan tombol SW5 maka data pada baris ke 2 akan LOW

sehingga data yang terbaca 1011, atau tombol SW9 yang ditekan sehingga data

yang terbaca 1101, atau tombol SW13 yang ditekan maka data yang dibaca

adalah 1110 dan atau tidak ada tombol pada kolom pertama yang di tekan maka

data pembacaan baris akan 1111.

.
BAB III

PERENCANAAN ALAT

3.1 Tahap Perencanaan

Sebelum melakukan pembuatan modul dan karya tulis ilmiah, penulis

terlebih dahulu membuat perencanaan yang akan dibuat. Hal Ini bertujuan untuk

memudahkan pembuatan modul serta karya tulis ilmiah agar hasil sesuai dengan

apa yang direncanakan.

Tahapan–tahapan perencanaan dalam pembuatan modul adalah sebagai

berikut :

1. Merancang wiring dan blok diagram diagram dari modul yang akan dibuat

berdasarkan cara kerja yang diinginkan.

2. Mendesain bentuk alat yang sesuai

3. Menentukan komponen-komponen yang diperlukan.

4. Merangkai komponen yang telah ditentukan

5. Merancang flowchart dari alat yang akan dibuat.

6. Menentukan titik–titik pengukuran untuk pendataan dan analisis rangkaian.

7. Teori – teori yang relevan serta hasil pendataan modul.

3.2 Spesifikasi Alat

1. Nama Alat : Simulasi kolimator rontgen otomatis mengikuti kaset film

dengan sistem elektrik dikendalikan secara wireless

2. Catu daya : + 12 Volt DC / Fuse 2 Ampere

3. Display : LCD

4. Penggerak : Motor DC 18 VDC

55
56

5. FFD : - Minimal : 90 cm

- Maksimal : 110 cm

- Otomatis : 90 cm sampai 110 cm

6. Kolimasi : Manual dan remot kontrol

7. Kaset : 35x43, 30x25, 24x30, dan 18x24

3.3 Blok Diagram

220VAC Power Supply

LCD 20x4 Driver lampu

Modul Penerima
LED
ArduinoMega
2560
Remote kontrol Driver Motor

Keypad
Motor DC

Sensor jarak
Buzzer

Gambar 33 Gambar blok diagram alat

3.4 Penjelasan Blok Diagram

1. 220VAC: Sumber catu daya utama yang befungsi untuk menjalankan bagian-

bagian komponen untuk bekerja dengan optimal, sumber utama 220AC berasal

dari listrik PLN.

2. Power Supply: catu daya yang berupa pengubah tegangan AC to DC, yang

diturunkan dari 220VAC ke berbagai tegangan DC. Power Supply berfungsi


57

untuk mengsuply berbagai rangkaian serta komponen yang membutuhkan

tegangan yang berupa DC.

3. ArduinoMega 2560: merupkan mikrokontrol yang berfungsi untuk mengontrol

kerja dari beberapa rangkaian dan mengubah sinyal Analog to Digital maupun

Digital to Analog sebagai komponen utama dari alat ini.

4. LCD: digunakan untuk menampilkan jarak penyinaran terhadap kaset film.

5. Modul penerima: merupakan driver penerima sinyal data dari remot kontrol.

6. Remote Kontrol: merupakan sebuah perangkat pengirim data yang

mengendalikan kolimator secara wireless.

7. Driver lampu: sebuah system untuk pengendali lampu LED yang diperintahkan

langsung dari ArduinoMega.

8. LED: sebuah simulasi pengganti lampu kolimator yang digantikan oleh LED .

9. Driver Motor: driver ini bekerja sesuia perintah dari ArduinoMega untuk

mengkonversi perintah yang diberikan kepada motor untuk bekerja.

10. Motor DC: motor ini bekerja untuk menggerakkan system elektrik naik-turun

jarak kolimator dan jendela kolimator yang dapat dikendalikan dengan manual

dan juga otomatis.

11. Keypad : berfungsi untuk memberikan perintah atau masukkan secara langsung

terhadap alat yang menentukan jarak, pergerakan buka tutup jendela, serta

menghidupkan atau mematikan lampu kolimator.

12. Sensor jarak : digunakan untuk menentukan jarak Focus Film Distance (FFD)

dengan jarak ukur 90cm dan 100cm.


58

3.5 Bentuk Gambar alat

Gambar 34 Bentuk gambar alat

3.6 Perencanaan Komponen dan Rangkaian

3.6.1 Rangkaian Power Supply

Gambar 35 Rangkaian power supply

Power Supply merupakan catu daya berupa tegangan VDC, difungsikan

untuk menyuplai atau memberi catu daya ke komponen atau rangkaian yang

membutuhkan tegangan VDC. Power Supply diatas bekerja menurunkan

tegangan dari 220 VAC menjadi tegangan sebesar 12 VDC.


59

3.6.2 Rangkaian Motor Naik dan Turun

Gambar 36 Rangkaian motor naik dan turun

Rangkaian motor naik turun merupakan pengendali untuk mengatur

naik dan turun yang menentukan sebuah jarak kolimasi. Pengaturan turun

naik ditentukan oleh sensor ping (jarak) untuk penentuan berapa jarak yang

diinginkan dengan diolah pada mikrokontroler. Rangkaian utama

menggunakan motor DC sebagai penggeraknya. Arah putaran motor DC

dikendalikan oleh rangkaian H Bridge. Driver type H digunakan untuk

mengontrol putaran motor yang dapat diatur arah putarannya CW (searah

jarum jam) maupun CCW (berlawanan jarum jam). Driver ini pada dasarnya

sebagai Switching (saklar) dari putaran motor dan secara bergantian untuk

membalik polaritas dari motor, pada rangkaian ini motor DC diberikan

tegangan supply sebesar 18VDC yang diperolah langsung dari power supply.
60

3.6.3 Komponen Jendela Kolimator

a. Rangkaian Driver Motor Jendela Kolimator

Gambar 37 Driver motor jendela kolimator

Rangkaian driver motor jendela kolimator merupakan pengendali untuk

mengatur lebar kolimasi. Pengaturan lebar jendela ditentukan oleh sensor

bukaan jendela untuk penentuan berapa besar kecilnya bukaan jendela yang

diinginkan dengan diolah mikrokontroler. Rangkaian utama menggunakan

motor DC diperlukan tegangan sebesar 12VDC. Arah putaran motor DC

dikendalikan oleh rangkaian H Bridge. Driver type H digunakan untuk

mengontrol putaran motor yang dapat diatur arah putarannya searah jarum

jam maupun berlawanan jarum jam. Driver ini pada dasarnya sebagai

Switching (saklar) dari putaran motor dan secara bergantian untuk membalik

polaritas dari motor


61

b. Rangkaian Sensor Bukaan Jendela Kolimator

Gambar 38 Rangkaian bukaan jendela kolimator

Rangkaian ini adalah rangkaian sensor untuk menentukan besar

kecilnya bukaan jendela yang sebagaimana disebutkan dalam rangkaian

driver motor jendela. Sensor ini menggunakan resistor variable yang

menghasilkan nilai ADC untuk diolah mikrokontroler yang telah

mendapatkan nilai resistansi yang diperlukan.

3.6.4 Rangkaian Buzzer

Gambar 39 Rangkaian Buzzer

Pada rangkaian ini berupa output dari mikro lalu transistor sebagai

sakelar yang kemudian output yang berupa bunyi. Pada rangkaian ini

diberikan tegangan supply sebesar 5VDC.


62

3.6.5 Rangkaian LCD

Gambar 40 Rangkain LCD

Display menggunakan komponen berupa LCD atau Liquid Crystal

Display merupakan suatu jenis media (tampilan) yang menggunakan kristal

cair (liquid crystal) untuk menghasilkan gambar yang terlihat dengan

ukuran 20 x 4(20 kolom dan 4 baris). Yang difungsikan untuk menampilkan

pengaturan jarak dan ukuran kaset yang dideteksi sensor.

3.6.6 Rangkaian Keypad

Gambar 41. Rangkaian Keypad

Pembacaan input dari keypad 4x4 ini dilakukan dengan cara

menggunakan proses scanning, dimana setiap penekanan satu tombol

merupakan kombinasi antara jalur baris dan kolom. Untuk masukkan ke

kolimator secara langsung


63

3.6.7 Rangkaian Sensor Jarak

Rangkaian sensor jarak ini merupakan rangkaian sensor untuk

menentukan jarak dengan memancarkan gelombang lalu menangkap

gelombang itu kembali, dan pada rangkaian ini diberikan tegangan supply

sebesar +5VDC untuk menjalankan sensor ini.

Gambar 42 Sensor Jarak

3.6.8 Rangkaian Driver Lampu

Gambar 43 Rangkaian Driver Lampu

Rangkaian ini berupa relay yang terkonfigurasi secara langsung dengan

teganan 18VDC yang digunakan untuk menghidupkan lampu yang telah

mendapatkan perintah dari mikrokontrol. Tengangan input driver sebesar

5VDC yang merupakan output dari perintah mikrokontroler.


64

3.6.9 Rangkaian remot control

a. Rangkaian pengirim

Gambar 44 Rangkaian Pengirim

Rangkaian pengirim remot control yang berisi ic dengan seri SCT2260

yang difungsikan sebagai decoder untuk mengirimkan masukkan untuk

perintah lalu output ic dihubungkan kepada input 315MHz Transmitter

yang kemudian akan diterima 315MHz Receiver. Pada tegangan supply

remot ini bersumber dari baterai sebesar 12VDC untuk menjalankan

modul remot ini.

b. Rangkaian penerima

Gambar 45 Rangkain Penerima

Rangkaian penerima remot kontrol berisi ic dengan seri PT2272

difungsikan endcoder untuk mengkonversikan masukkan dari 315MHz

transmitter yang kemudian menjadi data olah mikrokontrol.


65

3.7 Listing Program

Pembuatan alat simulasi kolimator rontgen otomatis mengikuti kaset film

dengan sistem elektrik dikendalikan oleh wireless berikut merupakan program

pada aplikasi arduino ide.

#include <TimerOne.h>

#include <Keypad.h>

#include <Wire.h>

#include <LiquidCrystal_I2C.h>

#include <HCSR04.h>

Listing 1 merupakan kode file header berfungsi untuk menambahkan library

dari program yang akan ditulis. #include <TimerOne.h> adalah untuk memanggil

timer1 . #include <keypad.h> digunakan untuk menyertakan pustaka (library)

keypad. #include <Wire.h> untuk mengaktifkan komunikasi serial I2C pada arduino.

#include <LiquidCrystal_I2C.h> berfungsi sebagai HeaderFile, dimana headerfile

digunakan untuk mengaktifkan fungsi pustaka yang akan digunakan. #include

<HCSR04.h> untuk menyertakan pustaka(library) sensor ultrasonic.

lcd.clear(); lcd.print(" SECARA


lcd.setCursor(0,0); WIRELLES ");
lcd.print(" SIMULATOR delay(1000);
KOLIMATOR"); lcd.setCursor(0,0);
lcd.setCursor(0,1); lcd.print(" SINGGIH
lcd.print(" RONTGEN ADIYANA ");
OTOMATIS "); lcd.setCursor(0,1);
lcd.setCursor(0,2); lcd.print(" Nim : 1804090 ");
lcd.print("MENGIKUTI lcd.setCursor(0,2);
KASET FILM"); lcd.print(" UNIV. WIDYA
lcd.setCursor(0,3); HUSADA ");
lcd.print(" DENGAN lcd.setCursor(0,3);
ELEKTRIK "); lcd.print("Teknik Elektromedik
delay(1000); ");
lcd.setCursor(0,3); delay(1000);
66

Listing 2 merupakan program yang digunakan sebagai tampilan awal ketika

alat dihidupkan dengan delay selama 1 detik, program tersebut akan diproses

kemudian akan menampilkan tulisan “simulasi kolimator rontgen otomatis

mengikuti kaset film dengan sistem elektrik dikendalikan oleh wireless, singgih

adiyana nim: 1804090, univ. widya husada semarang, dan teknik elektromedik”

pada LCD.

void set_detik() case '*':


{ nilai = 0;
char key = keypad.getKey(); total = 0;
lcd.setCursor(17,2); first = 0;
lcd.print(" "); lcd.setCursor(17,2);
lcd.cursor(); lcd.print(" ");
lcd.blink(); lcd.cursor();
lcd.setCursor(17,2); lcd.blink();
lcd.setCursor(17,2);
while(key!='#') break;
{ }
char key = keypad.getKey();
if(key=='#')
switch(key) {
{ first = (total != 0 ? total :
case '0' ... '9': // This keeps first);
collecting the first value until a detik = detik;
operator is pressed "#" detik_set = detik;
lcd.cursor(); lcd.setCursor(17,2);
lcd.blink(); lcd.print(detik);
lcd.setCursor(17,2); lcd.noCursor();
lcd.noBlink();
first = first * 10 + (key - '0'); first = 0,// reset values
lcd.print(first); back to zero for next use
break;
delay(500);lcd.noCursor();lc
case '#': d.noBlink();
detik = first; break;
lcd.setCursor(17,2); }
lcd.print(detik);
first = 0; }
break; }
67

Pada Listing 3. Merupakan program setting waktu yang berupa jam, menit,

detik untuk lamanya waktu menyala LED kolimator sesuai settingan user.

void set_detik() lcd.cursor();


{ lcd.blink();
char key = keypad.getKey(); lcd.setCursor(15,1);
lcd.setCursor(17,2);
lcd.print(" "); first = first * 10 + (key - '0');
lcd.cursor(); lcd.print(first);
lcd.blink(); break;
lcd.setCursor(17,2);
case '#':
while(key!='#') tinggi_set = first;
{ lcd.setCursor(15,1);
char key = keypad.getKey(); lcd.print(tinggi_set);
first = 0;
switch(key) break;
{
case '0' ... '9': // This keeps case '*':
collecting the first value until a nilai = 0;
operator is pressed "#" total = 0;
lcd.cursor(); first = 0;
lcd.blink(); lcd.setCursor(15,1);
lcd.setCursor(17,2); lcd.print(" ");
lcd.cursor();
first = first * 10 + (key - '0'); lcd.blink();
lcd.print(first); lcd.setCursor(15,1);
break; break;
}
case '#':
detik = first; if(key=='#')
void set_tinggi() {
{ first = (total != 0 ? total : first);
char key = keypad.getKey(); tinggi_set=tinggi_set;
lcd.setCursor(15,1); lcd.setCursor(15,1);
lcd.print(" "); lcd.print(tinggi_set);
lcd.cursor(); lcd.noCursor();
lcd.blink(); lcd.noBlink();
lcd.setCursor(15,1); first = 0,// reset values back to
zero for next use
while(key!='#')
{ delay(500);lcd.noCursor();lcd.n
char key = keypad.getKey(); oBlink();
switch(key) break;
{ }
case '0' ... '9': // This keeps
collecting the first value until a }
operator is pressed "#" }
68

Pada Listing 3. Merupakan program setting jarak antara jendela kolimator

dengan bucky stand kolimator sesuai dengan ukuran kaset film yang digunakan.

3.8 Flowchart

Start

Inisialisasi LCD
Interupsi timer,
port, dan ADC

Tampil Nama,
NIM, Judul Alat
di LCD

Baca ADC untuk


sistem menutup

T
Sistem Standbay

A B C D Data timer
aktif

Set waktu. Set jarak Motor Y


Motor
Simpan. simpan manual
manual Gerak motor
turun (5s).
naik (5s). vertikal
horizontal
sesuai ADC
Stop
Stop

A
69

Timer aktif

Timer habis

Tutup motor vertikal


Motor horizontal

Finish

3.9 Standar Operassional Alat

Standar operasional pengoperasian dalam menggunakan Simulasi kolimator

rontgen otomatis mengikuti kaset film dengan sistem elektrik dikendalikan

oleh wireless yaitu sebagai berikut:

1. Tekan tombol on/off ke posisi on untuk menghidupkan alat.

2. Masukan kaset film pada bucky stand

3. Setting lama waktu menyala

4. Setting tinggi kolimator sesuai ukuran jarak yang ditentukan

5. Tekan angka 1 untuk ukuran 1 di keypad, tekan angka 2 untuk ukuran

2 pada keypad, tekan angka 3 untuk ukuran 3 pada keypad, dan tekan 4

untuk ukuran 4 pada keypad

6. Jika ingin menggunakan remot langsung tekan angka yang sama seperti

poin 5, apabila sudah mengatur tinggi dan lama lampu kolimator

menyala.
70

7. Ulangi cara diatas untuk ukuran kaset yang bebeda.

8. Matikan jika selesai di gunakan dengan menekan tombol power ke off.


BAB IV

PENGUKURAN DAN PENDATAAN

4.1 Pengertian Pengukuran

Kegiatan membandingkan suatu besaran yang diukur dengan alat ukur yang

digunakan sebagai satuan merupakan sebuah pengertian dari pengukuran.

Definisi pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas,

biasanya terhadap suatu standar atau satuan ukur. Selain itu, pengukuran juga

dapat diartikan sebagai pemberian angka terhadap suatu karakteristik tertentu

yang dimiliki oleh seseorang, hal, atau objek tertentu menurut aturan atau

formulasi yang jelas dan disepakati. Pengukuran menggunakan alat ukur yang

baku dengan hasil pengukuran berupa besaran kuantitatif atau sistem angka.

Pada bab ini titik pengukuran ditentukan berdasarkan kebutuhan yang

digunakan untuk pembanding antara perkiraan nilai menurut teori dan hasil

pengukuran langsung pada titik pengukuran. Hasil dari pengukuran ini akan

disajikan dalam sebuah tabel yang bertujuan untuk mempermudah dalam

menganalisis data.

4.2 Persiapan Pengukuran

Peralatan yang digunakan penulis untuk mendapatkan data yang diinginkan

adalah sebagai berikut :

1. Multimeter Digital

2. Stopwatch

3. Laptop

4. Buku

71
72

4.3 Metode pengukuran

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan multimeter

dengan pengukuran terhadap titik yang telah ditentukan dengan ground. Pada

metode tersebut untuk menentukan hasil nilai yang sesuai dengan kebutuhan

untuk menganalisis. Titik-titik pengukuran tersebut adalah sebagai berikut.

a) Titik pengukura pertama (TP1)

Yaitu pengukuran tegangan 18 V dan 15V pada output dioda bridge.

b) Titik pengukura kedua (TP2)

Yaitu pengukuran pada output power supply (regulator +12 VDC)

c) Titik pengukura ketiga (TP3)

Yaitu pengukuran pada tegangan motor naik dan turun.

d) Titik pengukura keempat (TP4)

Yaitu pengukuran pada tegangan motor jendela (kiri-kanan).

e) Titik pengukura kelima (TP5)

Yaitu pengukuran pada input buzzer (ON).

f) Titik pengukura keenam (TP6)

Yaitu pengukuran pada basis transistor.

g) Titik pengukura ketujuh (TP7)

Yaitu pengukuran pada input driver lampu.

h) Titik pengukuran kedelapan (TP8)

Yaitu pengukuran pada nilai ADC sensor jendela.


73

4.4 Hasil Pengukuran

Hasil pendataan/pengukuran yang penulis lakukan, penulis bagi menjadi

dua bagian yaitu hasil pengukuran kondisi beberapa sampel output dari

mikrokontroler dan hasil pengukuran tegangan output dari bagian power supply.

4.4.1 Hasil pengukura pertama TP1 (output bridge)

Tabel 1 hasil pengukuran TP 1a

Hasil Gambar / Foto


Hasil teori
Pengukuran

Tegangan Hasil teori tegangan

terukur bridge 18VDC

(DC 19,85V)

Tabel 2 hasil pengukuran TP 1b

Hasil Gambar / Foto


Hasil teori
Pengukuran

Tegangan Hasil teori tegangan

terukur bridge 15VDC

(DC 16,14V)
74

4.4.2 Hasil pengukuran kedua TP2 (Regulator 12V)

Tabel 3 hasil pengukuran TP 2

Hasil Gambar / Foto


Hasil teori
Pengukuran
Tegangan

terukur Hasil teori tengangan output

(DC 12,16 regulator 12VDC

V)

4.4.3 Hasil pengukura ketiga TP 3 (motor naik dan turun)

Tabel 4 hasil pengukuran TP 3a

Hasil Gambar / Foto


Hasil teori
Pengukuran
Tegangan

terukur
Tegangan diberikan sebesar
ketika naik
18VDC
(DC

+15,87V)

Tabel 5 hasil pengukuran TP 3b

Hasil Gambar / Foto


Hasil teori
Pengukuran
Tegangan

terukur Tegangan diberikan sebesar

ketika turun 18VDC

(DC -

17,16V)
75

4.4.4 Hasil pengukura pkeempat TP4 (motor jendela)

Tabel 6 Hasil pengukuran TP4a

Hasil Gambar / Foto


Hasil teori
Pengukuran

Tegangan Tegangan diberikan sebesar

terukur 12VDC

(DC +9,98V)

Tabel 7 Hasil pengukuran TP4b

Hasil Gambar / Foto


Hasil teori
Pengukuran

Tegangan Tegangan diberikan sebesar

terukur 12VDC

(DC +9,80V)

4.4.5 Hasil pengukura kelima TP5 (input buzzer)

Tabel 8 Hasil pengukuran TP 5

Hasil Gambar / Foto


Hasil teori
Pengukuran

Tegangan
Tegangan buzzer sebesar
terukur
5VDC
(DC 4,91 V)
76

4.4.6 Hasil pengukuran keenam TP6 (transistor sebagai saklar)

Tabel 9 Hasil pengukuran TP 6

Hasil Gambar / Foto


Hasil teori
Pengukuran

Tegangan
Tegangan transistor
terukur
sebesar 5VDC
(DC 0,7V)

4.4.7 Hasil pengukura ketujuh TP7 (input driver lampu.)

Tabel 10 Hasil pengukuran TP7

Hasil Hasil teori Gambar / Foto


Pengukuran
Tegangan Tegangan input

terukur driver sebesar

(19,86V) 5VDC

4.4.8 Hasil pengukuran kedelapan TP8 (nilai ADC sensor jendela)


Tabel 11 hasil pengukuran TP8

Hasil
Hasil Teori Gambar/Foto
Pengukuran

Tegangan
terukur 0,216
(236,4mV)
77

Tegangan
terukur 1,61
(1,660V)

Tegangan
terukur
1,11
(1,148V)

Tegangan
terukur
1,69
(1,693V)

Tegangan
terukur
1,14
(1,177V)

Tegangan
terukur
1,14
(1,180V)

Tegangan
terukur
3,14
(3,215V)

Tegangan
terukur
3,28
(3,351V)
BAB V

PEMBAHASAN DAN ANALISA

Pada bab ini penulis akan membahas cara kerja dari keseluruhan rangkaian

“Simulasi kolimator rontgen otomatis mengikuti kaset film dengan sistem elektrik

dikendalikan oleh wireless” dan selanjutnya membuat analisa perbandingan antara

hasil - hasil pendataan dengan hasil perhitungan berdasarkan teori yang ada.

5.1 Pembahasan Cara Kerja Rangkaian secara Keseluruh

78
79

Pada rangkaian Power supply, bekerja menurunkan tegangan dari 220 VAC

menjadi tegangan sebesar 12 VDC. Diberi pengaman sebuah Fuse sebesar 2A dan

saklar untuk pemutus circuit sebelum lilitan primer trafo, apabila terjadi short

circuit, maka Fuse akan terputus secara otomatis sehingga tidak ada komponen

yang rusak. Tegangan 220 VAC diturunkan menggunakan trafo step down

sehingga menjadi 15 VAC dan 18 VAC. Output yang dihasilkan masih AC

sinusoidal. Tegangan dikonversi menjadi VDC menggunakan 8 buah diode

rectifier sebesar 2 A dan 1 A atau diode bridge, hasil output masih terdapat

gelombang ripple yang besar. Tegangan DC ini lalu difilter atau penyaring

tegangan dengan kapasitor 2200uF/25V, kemudian tegangan distabilkan melalui

IC Regulator. IC Regulator 7812 untuk menurunkan tegangan dari 18 VDC

menjadi 12 VDC untuk menyuplai motor DC dan IC Regulator 7812 menurunkan

tegangan dari 15 VDC menjadi 12 VDC untuk menyuplai mikrokontroler.

Kemudian agar tegangan keluaran lebil rata dan memperkecil tegangan ripple

maka diperlukan lagi satu kapasitor 220nF/V untuk setiap keluarannya.

Kemudian mikrokontroler berfungsi untuk mengontrol kerja dari beberapa

rangkaian komponen seperti keypad, sensor jarak, motor dc. Pada penggunaannya

alat ini menggunakan dua pilihan metode yaitu, metode yang pertama digunakan

secara langsung terhadap alat dan metode kedua yaitu dengan menggunakan remot

kontrol. Mode tersebut tidak dapat digunakan secara bersamaan maka pengguna

harus memilih salah satu metode yang ada.

Pada rangkaian display, terdapat LCD 20X4, fungsinya untuk menampilkan

data – data masukan atau keluaran berupa huruf dan angka. Perintah dari keypad

dan remot akan ditampilkan di display berupa pengaturan jarak dan ukuran kaset
80

film. Saat alat bekerja, akan menampilkan jarak dan ukuran kaset film sesuai

dengan input.

Untuk metode langsung terhadap alat, motor servo, sensor jarak dan sensor

bukaan jendela pada modul ini sangan berpengaruh terhadap otomatis alat ini.

Motor servo pada modul ini digunakan untuk mengatur luas bidang kolimasi

menggunakan dua buah motor dc serta turun naik kolimator dengan menggunakan

1 motor dc. Cara kerja dari motor servo bukaan jendela kolimator dengan

menetukan titik sudut yang dipakai pada masing-masing ukuran kaset film

sehingga setiap kaset memiliki nilai sudut yang berbeda. Untuk menentukan nilai

sudut yang sesuai ukuran kaset dengan cara penyesuaian terlebih dahulu terhadap

sensor bukaan jendela, jika nilai sensor sudah didapat yang sesuai dengan ukuran

kaset maka mikrokontroler akan mengirimkan sinyal kepada driver motor yang

terhubung dengan pin PWM dari mikrokontrol. Sedangkan untuk motor naik dan

turun menggunakan metode swicth sehingga dapat memutar kutub positif dan

negatif sehingga menghasilkan putaran bolak-balik. Sensor jarak berfungsi untuk

menentukan jarak Focus-to Film distance (FFD), dengan jarak 90 cm dan 100 cm.

pada saat trigger memancarkan sinyal KHz tepat mengenai objek(transmitter).

Setelah mengenai objek maka sinyal akan tepantul kembali lalu diterima oleh pin

echo yang terdapat pada sensor dan akan diproses oleh mkrokontroler untuk

menghitung jarak dalam satuan centimeter.

Kemudian untuk sensor bukaan jendela kolimator menggunakan dua buah

potensiometer dimana jika tuas terhubung pada jendela kolimator dan kaki output

dihubungkan dengan pin ADC pada mikrokontroler sebagai input, pada saat tuas

bergeser maka akan menghasilkan suatu nilai analog dan akan diproses atau
81

konversi oleh mikrokontroler menjadi nilai digital.

Sama halnya dengan metode pertama, metode kedua ini hanya mengganti

masukkan keyboard dengan remot kontrol dengan menekan tombol 1 pada remot

diikuti dengan pergerakan naik turun, bukaan jendela secara otomatis, begitupun

dengan pilihan yang kedua diikuti dengan naik turun serta bukaan jendela dengan

luas bidang yang berbeda.

Selanjutnya lampu akan menyala ketika tombol lampu ditekan , ketika

tombol ditekan makan koil relay lampu akan mendapat tegangan dan akan

merubah kontak relay yang awalnya NC menjadi NO, dimana COM relay

dihubungkan dengan tegangan 220VAC dan kaki NO dihubungkan kesalah satu

kaki lampu, sehingga lampu akan menyala ketika kontak relay berpindah dari NC

ke NO.
82

5.2 Analisa Data pada Titik Pengukuran (TP)

Sebagai tolok ukur dari keakuratan fungsional alat dan sebagai bahan

pertanggungjawaban atas kebenaran data hasil pengukuran, maka pada bab ini

penulis sertakan analisa data pada tiap-tiap titik pengukuran yang ada. Analisa ini

untuk melakukan perbandingan hasil pengukuran praktek sehingga dapat

diketahui bahwa data sudah sesuai dengan range yang ditentukan oleh datasheet

dan presentase kesalahan (PK) dengan rumus berikut ini.

( ) ( )
PK = X 100
( )

Dimana :

PK : Persentase Kesalahan

HT : Hasil Teori

HU : Hasil Ukur

5.2.1 Analisa rangkaian TP 1

1. Power Supply (TP1a)

Titik pengukuran 1a Merupakan output dari dioda bridge. Secara teori

output dioda bridge adalah tegangan DC nilai maksimal diperoleh dengan

rumus sebagai berikut.

Vmax = Vefektif x √2

= 18 x 1,41

= 25,3 VAC

V DC =
π
83

,
=
3,14

= 16,1 + 2,8 (Nilai untuk satu dioda yaitu 0,7.V dioda

0,7 x 4= 2,8)

= 18,9

Di ketahui dari hasil pengukuran TP1a adalah 19,8V. Dengan

perhitungan sebagai berikut :

(HT) − (HU)
PK(%) = X 100
(HT)

( , ) ( , )
= X 100 = 4,76%
( , )

Hal ini menandakan bahwa dioda bridge masih bekerja dengan normal

karena tegangan outputan masih dalam nilai toleransi.

2. Power Supply(TP1b)

Titik pengukuran 1b merupakan output dari dioda bridge. Secara teori

output dioda bridge adalah tegangan DC nilai maksimal diperoleh dengan

rumus :

Vmax = Vefektif x √2

= 15 x 1,41

= 21,15 VAC

V DC =
π

,
=
3,14

= 13,4 + 2,8 (Nilai untuk satu dioda yaitu 0,7.V dioda

0,7 x 4= 2,8)

= 16,2 V.

Di ketahui dari hasil pengukuran TP1b adalah 16,14 V. Dengan


84

perhitungan sebagai berikut :

( )
PK=| | × 100

( , , )
=| | × 100 = 0,37 %
,

Hal ini menandakan bahwa dioda bridge masih bekerja dengan normal

karena tegangan outputan masih dalam nilai toleransi.

5.2.2 Analisa rangkaian TP 2

Titik pengukuran 2 merupakan output tegangan IC 7812 yang akan

memberikan tegangan ke Mikrokontroler. Menurut datasheet range output

dari IC 7812 adalah 11,75 VDC - 12,25 VDC. Hasil pengukuran yang

didapat adalah 12,6 VDC (sudah sesuai dengan range yang sudah

ditentukan pada datasheet).

(HT) − (HU)
PK(%) = X 100
(HT)

(12) − (12,6)
= X 100
(12)

= 1.33 %

Diketahui tegangan hasil pengukuran output regulator 7805 adalah

4,94 V. Hal ini menandakan bahwa regulator 7805 masih bekerja dengan

normal karena tegangan keluarannya masih dalam nilai toleransi.

5.2.3 Analisa rangkaian TP 3

Titik pengukuran 3 merupakan tegangan pada motor DC naik dan turun.

Dimana untuk motor dc ini mendapatkan supply sebesar 18 VDC. Untuk

motor naik didapatkan nilai tegangan sebesar +15,87 VDC dan Motor turun

dengan nilai -17,16 VDC.


85

Karena pada motor dc ini menghiraukan kecepatan maka yang kita

butuhkan di motor dc ini adalah torsi motor tersebut yang diharapkan

mampu untuk menggerakkan beban yang cukup berat, maka pada saat motor

bergerak keatas didapatkan nilai sebesar +15,87 VDC dikarekan beban yang

cukup berat maka membutuhkan tegangan yang kuat sehingga

mengakibatkan penurunan tegangan yang signifikan terhadap rangkaian

drivernya, sedangkan pada saat turun motor dc cenderung lebih ringan

terlebih melihat gaya gravitasi sehingga beban yang diterima motor dc tidak

terlalu besar.

5.2.4 Analisa rangkaian TP 4

Titik pengukuran 4 merupakan tegangan pada motor DC jendela

kolimator. Dimana untuk motor dc ini mendapatkan supply sebesar 12 VDC.

Untuk motor naik didapatkan nilai tegangan sebesar +9,98 VDC dan Motor

turun dengan nilai -9,80 VDC.

5.2.5 Analisa rangkaian TP 5

TP 4 merupakan pengukuran pada kaki buzzer terhadap ground, dimana

hasil pada saat buzzer mati yaitu 0.02 V, sedangkan saat buzzer hidup yaitu

4,91 V.

( )
PK Buzzer Hidup =| | × 100

( , )
=| | × 100 = 1,8 %

Nilai tersebut sudah sesuai dengan datasheet yaitu pada saat buzzer

mendapat inputan high dari mikro, nilainya mencapai 4,91 V. Pada saat

buzzer mati tegangan 0,02V.


86

5.2.6 Analisa rangkaian TP 6

Pada titik pengukura TP6 merupakan pengukuran pada basis transistor

sebagai saklar dimana dalam kondisi jenuh (saturasi) adalah kondisi

transistor ketika Vce = 0 volt sampai 0.8 volt, ini untuk jenis transistor

silikon. Untuk hasil pengukuranya didapatkan nilai sebesar 0,752 volt. Jadi

kesimpulannya kondisi transistor telah jenuh atau keadaan saturasi.

5.2.7 Analisa rangkaian TP 7

TP 7 merupakan pengukuran pada input kaki driver lampu terhadap

ground, dimana hasil pada saat driver lampu mati yaitu 0V, sedangkan saat

driver lampu hidup yaitu 4,96 V.

(HT) − (HU)
PK(%) = X 100
(HT)

(5) − (4,96)
= X 100
(5)

= 0,8 %

Nilai tersebut sudah sesuai dengan datasheet yaitu pada saat driver

lampu mendapat inputan high dari mikro, nilainya mencapai 4,96V. Pada

saat driver lampu mati tegangan 0 V.

5.2.8 Analinas TP 8

1. Bukaan Vertikal (RV2)

TP 8a merupakan pengukuran potensiometer pada bukaan vertikal

(RV2). Nilai ADC dapat dilihat pada LCD. Lalu untuk mendapatkan nilai

Hasil Teori (HT), penulis mengkonversi niai digital yang dibaca oleh

mikrokontroler ke nilai analog.


87

Sedangkan untuk nilai ukur didapat dengan mengukur output potensiometer

menggunakan voltmeter. Berikut merupakan rumus yang digunakan.

DAC= 𝑥𝐷𝐴𝐶

Untuk pengukuran dari masing-masing ukuran kaset bias dilihat pada table

berikut ini.

Tabel 12 Analisa TP8b

Persentase Persentase
Ukuran Hasil Teori Hasil
ADC Kesalahan (PK) Kesalahan(PK)
Kaser (DAC) Ukur
potensiometer Kolimasi

PK(%) PK(%)
DAC= 𝑥 18
,
18 45 236,4 = 𝑥 100 = 𝑥 100
= 0,216
= 9,25% = 0%

PK(%) PK(%)
DAC= 𝑥 336
, ,
24 336 1,660 = 𝑥 100 = 𝑥 100
,
= 1,612
= 3,1% = 0%

PK(%) PK(%)
DAC= 𝑥 233
, ,
30 233 1,148 = 𝑥 100 = 𝑥 100
,
= 1,11
= 2,7% = 0%

PK(%) PK(%)
DAC= 𝑥 354
, ,
35 354 1,693 = 𝑥 100 = 𝑥 100
,
= 1,69
= 0% = 0%
88

2. Bukaan Horizontal (RV1)

TP 8b merupakan pengukuran potensiometer pada bukaan horizontal

(RV1). Nilai ADC dapat dilihat pada LCD. Lalu untuk mendapatkan nilai

Hasil Teori (HT), penulis mengkonversi niai digital yang dibaca oleh

mikrokontroler ke nilai analog.

Sedangkan untuk nilai ukur didapat dengan mengukur output

potensiometer menggunakan voltmeter. Berikut merupakan rumus yang

digunakan.

DAC= 𝑥𝐷𝐴𝐶

Untuk pengukuran dari masing-masing ukuran kaset bias dilihat pada

table berikut ini.

Tabel 13 Analisa TP8a

Persentase Persentase
Ukuran Hasil
ADC Hasil Teori (DAC) Kesalahan (PK) Kesalahan(PK)
Kaser Ukur
potensiometer Kolimasi

PK(%) PK(%)
DAC= 𝑥 238
, ,
24 238 1,177 = 𝑥 100 = 𝑥 100
,
= 1,14
= 2,6% = 0%

PK(%) PK(%)
DAC= 𝑥 239
, ,
30 239 1,180 = 𝑥 100 = 𝑥 100
,
= 1,14
= 2,6% = 0%
89

PK(%) PK(%)
DAC= 𝑥 656
, ,
25 656 3,215 = 𝑥 100 = 𝑥 100
,
= 3,14
= 2,2% = 0%

PK(%) PK(%)
DAC= 𝑥 385
, ,
43 685 3,351 = 𝑥 100 = 𝑥 100
,
= 3,28
= 2,1% = 0%
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan alat simulasi kolimator maka

penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut.

1. Alat yang dibuat dapat digunakan secara efektif pada jarak 90-110 cm

dengan ukuran kaset 35x43, 30x25, 24x30, dan 18x24.

2. Kontrol secara wireless dengan menggunakan RF 315MHz dapat digunakan

antara jarak 0 cm hingga 300 cm.

3. Ketajaman garis bayang ditentukan oleh pemilihan daya lampu LED.

Apabila daya lampu yang digunakan semakin besar maka ketajaman garis

bayang akan semaikin berkurang.

6.2 Saran

Penulis memiliki saran untuk pengembangan dalam pembuatan alat ini

sebagai berikut :

1. Menambahkan ukuran kaset yang lebih banyak.

2. Menambahkan sistem setting jarak dan waktu pada remot.

3. Memperjauh jangkauan wireless remot.

90
91

DAFTAR PUSTAKA

[1]JobsDB. 2014. “Human Error”. (https://id.jobsdb.com/id-id/articles/human-err).

Diakses pada 27 Januari 2021 jam 20.01 WIB.

[2]HARYONO, ADI.2017.”SIMULASI KOLIMATOR PESAWAT RONTGEN

MENGGUNAKAN LAMPU LED DIKENDALIKAN OLEH APLIKASI

BERBASIS OS ANDROID”.SKRIPSI.teknik elektromedik.Universitas

Muhammadiyah, Yogyakarta

[3]Ferry Suyatno, Lely Yuniarsari, Beny Syawaludin. 2009. “PEREKAYASAAN

PROTOTIP PESAWAT SINAR-X DIAGNOSIS BERBASIS

MIKROKONTROLER”.(jurnal.batan.go.id > prima > jurnal). Diakses pada 31

Agustus 2020 jam 15.22 WIB

[4]Kadir, Abdul. 2018.”ARDUINO MEGA: Panduan untuk Mempelajari Pembuatan

Berbagai Proyek Elektronika”. Yogyakarta: ANDI

[5]Dickson Kho, “Teknik Elektronika,” 2018. [online]. Available :

https://teknikelektronika.com/mengukur-pengertian-fungsi-fuse-sekering.

[Diakses 10 Juni 2021].

[6]Dickson Kho, “Teknik Elektronika,” 2015. [Online]. Available:

https://teknikelektronika.com/pengertian-resistor-jenis-jenis-resistor/.

[Diakses 10 Juni 2021].


92

Lampiran 1 Koding Alat

#include <TimerOne.h>
// This example uses the timer interrupt to blink an LED
// and also demonstrates how to share a variable between
// the interrupt and the main program.

// The interrupt will blink the LED, and keep


// track of how many times it has blinked.
int ledState = LOW;
volatile unsigned long blinkCount = 0; // use volatile for shared variables

#include <Keypad.h>

#include <Wire.h>
#include <LiquidCrystal_I2C.h>

LiquidCrystal_I2C lcd(0x27,20,4); // set the LCD address to 0x27 for a 16 chars and 2 line
display

#include <HCSR04.h>

UltraSonicDistanceSensor distanceSensor(13, 12); // Initialize sensor that uses digital pins


13(trigeer) and 12(echo).
float tinggi=0;
float cal_tinggi=-87;
float tinggi_set,tinggi_set_pembanding;
boolean kolimator=0;

int count, tanda, mode;

int jam,menit,detik,time_waktu;
int jam_set,menit_set,detik_set;
long nilai=0;
long first = 0;
long second = 0;
double total = 0;
int input;

int nilai_A =42;


int nilai_B =44;
int nilai_C =46;
int nilai_D =48;

int button_nilai_A =0;


int button_nilai_B =0;
int button_nilai_C =0;
int button_nilai_D =0;

boolean status_baca_sensor;
float mp=0.004702;
float cp=-0.98276;
float ml=0.006173;
93

float cl=0;

int sensor_p=A0, sensor_l=A1, nilai_p, nilai_l;

float panjang, lebar;

int buzz = 6;//buzzer


int lampu = 5;//lampu
int m_buka_p = 7;//motor buka panjang
int m_tutup_p = 8;//motor tutup panjang
int m_buka_l = 3;//motor buka lebar
int m_tutup_l = 4;//motor tutup lebar

//inisialisasi pin pwm penggerak motor


int r1 = 9;
int pwm_motor_naik = 0; //ubah nilai pwm dari 0 sampai 255 untuk mengatur kecepatan
motor naik
int r2 = 10;
int pwm_motor_turun = 0; //ubah nilai pwm dari 0 sampai 255 untuk mengatur kecepatan
motor turun

int PWM_Value = 0;

const byte ROWS = 4; //four rows


const byte COLS = 4; //three columns
char keys[ROWS][COLS] = {
{'1','2','3','A'},
{'4','5','6','B'},
{'7','8','9','C'},
{'*','0','#','D'}
};
byte rowPins[ROWS] = {28, 26, 24, 22}; //connect to the row pinouts of the keypad
byte colPins[COLS] = {36, 34, 32, 30}; //connect to the column pinouts of the keypad

Keypad keypad = Keypad( makeKeymap(keys), rowPins, colPins, ROWS, COLS );

void nada(){
digitalWrite(buzz,HIGH);
delay(500);
digitalWrite(buzz,LOW);
delay(500);
digitalWrite(buzz,HIGH);
delay(500);
digitalWrite(buzz,LOW);
delay(500);
}

void lampu_on(){digitalWrite(lampu,HIGH);}
void lampu_off(){digitalWrite(lampu,LOW);}
void buka_p(){digitalWrite(m_buka_p,HIGH);}
void tutup_p(){digitalWrite(m_tutup_p,HIGH);}
void stop_p(){digitalWrite(m_buka_p,LOW);digitalWrite(m_tutup_p,LOW);}
void buka_l(){digitalWrite(m_buka_l,HIGH);}
94

void tutup_l(){digitalWrite(m_tutup_l,HIGH);}
void stop_l(){digitalWrite(m_buka_l,LOW);digitalWrite(m_tutup_l,LOW);}
void m_naik(){pwm_motor_naik=200;analogWrite(r1, pwm_motor_naik);}
void m_turun(){pwm_motor_turun=200;analogWrite(r2, pwm_motor_turun);}
void m_stop(){pwm_motor_naik=0;analogWrite(r1,
pwm_motor_naik);pwm_motor_turun=0;analogWrite(r2, pwm_motor_turun);}

void idel()
{
lcd.setCursor(0,0);
lcd.print("P: |L: |M= ");
lcd.setCursor(0,1);
lcd.print("H(Cm)= | ");
lcd.setCursor(0,2);
lcd.print("Time_Set= 00:00:00 ");
lcd.setCursor(0,3);
lcd.print("Time_Act= 00:00:00 ");
delay(1000);
}

void baca_sensor_posisi()
{
nilai_p=analogRead(sensor_p);
nilai_l=analogRead(sensor_l);

panjang=(mp*nilai_p)+cp;
lebar=(ml*nilai_l)+cl;

//lcd.setCursor(2,0);lcd.print(panjang);
//lcd.setCursor(12,0);lcd.print(lebar);
lcd.setCursor(2,0);lcd.print(nilai_p);
lcd.setCursor(12,0);lcd.print(nilai_l);

delay(10);
}

void baca_tinggi()
{
Serial.println(distanceSensor.measureDistanceCm());
tinggi=distanceSensor.measureDistanceCm();
tinggi=tinggi-cal_tinggi;
lcd.setCursor(6,1);
lcd.print(tinggi,1);
delay(150);
}

void set_jam()
{
char key = keypad.getKey();
lcd.setCursor(11, 2);
lcd.print(" ");
lcd.cursor();
lcd.blink();
lcd.setCursor(11,2);
95

while(key!='#')
{
char key = keypad.getKey();

switch(key)
{
case '0' ... '9': // This keeps collecting the first value until a operator is pressed "#"
lcd.cursor();
lcd.blink();
lcd.setCursor(11,2);

first = first * 10 + (key - '0');


lcd.print(first);
break;

case '#':
jam = first;
lcd.setCursor(11,2);
lcd.print(jam);
first = 0;
break;

case '*':
nilai = 0;
total = 0;
first = 0;
lcd.setCursor(11,2);
lcd.print(" ");
lcd.cursor();
lcd.blink();
lcd.setCursor(11,2);
break;
}

if(key=='#')
{
first = (total != 0 ? total : first);
jam = jam;
jam_set = jam;
lcd.setCursor(11,2);
lcd.print(jam);
lcd.noCursor();
lcd.noBlink();
first = 0,// reset values back to zero for next use
delay(500);lcd.noCursor();lcd.noBlink();
break;
}

}
}

void set_menit()
{
char key = keypad.getKey();
lcd.setCursor(14,2);
96

lcd.print(" ");
lcd.cursor();
lcd.blink();
lcd.setCursor(14,2);

while(key!='#')
{
char key = keypad.getKey();

switch(key)
{
case '0' ... '9': // This keeps collecting the first value until a operator is pressed "#"
lcd.cursor();
lcd.blink();
lcd.setCursor(14,2);

first = first * 10 + (key - '0');


lcd.print(first);
break;

case '#':
menit = first;
lcd.setCursor(14,2);
lcd.print(menit);
first = 0;
break;

case '*':
nilai = 0;
total = 0;
first = 0;
lcd.setCursor(14,2);
lcd.print(" ");
lcd.cursor();
lcd.blink();
lcd.setCursor(14,2);
break;
}

if(key=='#')
{
first = (total != 0 ? total : first);
menit = menit;
menit_set = menit;
lcd.setCursor(14,2);
lcd.print(menit);
lcd.noCursor();
lcd.noBlink();
first = 0,// reset values back to zero for next use
delay(500);lcd.noCursor();lcd.noBlink();
break;
}

}
}
97

void set_detik()
{
char key = keypad.getKey();
lcd.setCursor(17,2);
lcd.print(" ");
lcd.cursor();
lcd.blink();
lcd.setCursor(17,2);

while(key!='#')
{
char key = keypad.getKey();

switch(key)
{
case '0' ... '9': // This keeps collecting the first value until a operator is pressed "#"
lcd.cursor();
lcd.blink();
lcd.setCursor(17,2);

first = first * 10 + (key - '0');


lcd.print(first);
break;

case '#':
detik = first;
lcd.setCursor(17,2);
lcd.print(detik);
first = 0;
break;

case '*':
nilai = 0;
total = 0;
first = 0;
lcd.setCursor(17,2);
lcd.print(" ");
lcd.cursor();
lcd.blink();
lcd.setCursor(17,2);
break;
}

if(key=='#')
{
first = (total != 0 ? total : first);
detik = detik;
detik_set = detik;
lcd.setCursor(17,2);
lcd.print(detik);
lcd.noCursor();
lcd.noBlink();
first = 0,// reset values back to zero for next use
delay(500);lcd.noCursor();lcd.noBlink();
98

break;
}

}
}

void set_tinggi()
{
char key = keypad.getKey();
lcd.setCursor(15,1);
lcd.print(" ");
lcd.cursor();
lcd.blink();
lcd.setCursor(15,1);

while(key!='#')
{
char key = keypad.getKey();

switch(key)
{
case '0' ... '9': // This keeps collecting the first value until a operator is pressed "#"
lcd.cursor();
lcd.blink();
lcd.setCursor(15,1);

first = first * 10 + (key - '0');


lcd.print(first);
break;

case '#':
tinggi_set = first;
lcd.setCursor(15,1);
lcd.print(tinggi_set);
first = 0;
break;

case '*':
nilai = 0;
total = 0;
first = 0;
lcd.setCursor(15,1);
lcd.print(" ");
lcd.cursor();
lcd.blink();
lcd.setCursor(15,1);
break;
}

if(key=='#')
{
first = (total != 0 ? total : first);
tinggi_set=tinggi_set;
lcd.setCursor(15,1);
lcd.print(tinggi_set);
99

lcd.noCursor();
lcd.noBlink();
first = 0,// reset values back to zero for next use
delay(500);lcd.noCursor();lcd.noBlink();
break;
}

}
}

void koreksi_tinggi()
{
delay(100);
baca_tinggi();
tinggi_set_pembanding=tinggi-tinggi_set;
//lcd.setCursor(3,0);lcd.print(tinggi_set_pembanding);
delay(100);
if((tinggi_set_pembanding>=-3.4)&&(tinggi_set_pembanding<=3.4)){m_stop();count=0;
tanda=0;}
if((tinggi_set_pembanding<=-3.5)||(tinggi_set_pembanding>=3.5)){m_stop();count=25;
tanda=1;}
delay(500);

//while((nilai_sensor>507)||(nilai_sensor<505))
while(tanda==1)
{
baca_tinggi();
count=count-1;
if(count<=0){tanda=0;m_stop();break;}
//lcd.setCursor(18,1);lcd.print(count);
if(tinggi>tinggi_set){m_turun();}//motor turun
if(tinggi<tinggi_set){m_naik();}//motor naik
if((tinggi==tinggi_set+0.2)&&(tinggi==tinggi_set-0.2)){tanda=0;m_stop();break;}
}

m_stop();count=0;tanda=0;tinggi_set_pembanding=0;
tinggi=tinggi_set;
lcd.setCursor(6,1);
lcd.print(tinggi,1);
nada();
delay(200);
}

void awal()
{
lcd.clear();
lcd.setCursor(0,1);
lcd.print("Cek Motor...........");
delay(100);
baca_sensor_posisi();
tanda=0;
count=150;

//while((nilai_sensor>507)||(nilai_sensor<505))
while(tanda==0)
100

{
baca_sensor_posisi();
count=count-1;
//lcd.setCursor(16,0);lcd.print(count);
if(nilai_p>0){tutup_p();}//tutup panjang
if(nilai_l>0){tutup_l();}//tutup lebar
if((nilai_p==0)&&(nilai_l==0)){tanda=1;stop_p();stop_l();break;}
}
stop_p();stop_l();count=0;

tanda=0;
count=40;

//while((nilai_sensor>507)||(nilai_sensor<505))
while(tanda==0)
{
count=count-1;
delay(100);
lcd.setCursor(18,1);lcd.print(count);
tutup_p();//tutup panjang
tutup_l();//tutup lebar
if(count==0){tanda=1;stop_p();stop_l();break;}
}
stop_p();stop_l();count=0;
nada();
delay(200);
}

void proses_mode_1()//mode 1 18x24


{
delay(100);
lampu_on();
baca_sensor_posisi();
tanda=0;
count=150;

//while((nilai_sensor>507)||(nilai_sensor<505))
while(tanda==0)
{
baca_sensor_posisi();
count=count-1;
//lcd.setCursor(16,0);lcd.print(count);
if(nilai_p<238){buka_p();}//buka panjang
if(nilai_l<45){buka_l();}//buka lebar
if(nilai_p>=238){stop_p();}
if(nilai_l>=45){stop_l();}
if((nilai_p>=238)&&(nilai_l>=45)){tanda=1,stop_p();stop_l();break;}
}
stop_p();stop_l();count=0;tanda=0;
nada();
delay(200);
kolimator=1;
}

void proses_mode_2()//mode 1 24x30


101

{
delay(100);
lampu_on();
baca_sensor_posisi();
tanda=0;
count=150;

//while((nilai_sensor>507)||(nilai_sensor<505))
while(tanda==0)
{
baca_sensor_posisi();
count=count-1;
//lcd.setCursor(16,0);lcd.print(count);
if(nilai_p<238){buka_p();}//buka panjang
if(nilai_l<335){buka_l();}//buka lebar
if(nilai_p>=238){stop_p();}
if(nilai_l>=335){stop_l();}
if((nilai_p>=238)&&(nilai_l>=335)){tanda=1,stop_p();stop_l();break;}
}
stop_p();stop_l();count=0;tanda=0;
nada();
delay(200);
kolimator=1;
}

void proses_mode_3()//mode 1 26x36


{
delay(100);
lampu_on();
baca_sensor_posisi();
tanda=0;
count=150;

//while((nilai_sensor>507)||(nilai_sensor<505))
while(tanda==0)
{
baca_sensor_posisi();
count=count-1;
//lcd.setCursor(16,0);lcd.print(count);
if(nilai_p<656){buka_p();}//buka panjang
if(nilai_l<229){buka_l();}//buka lebar
if(nilai_p>=656){stop_p();}
if(nilai_l>=229){stop_l();}
if((nilai_p>=656)&&(nilai_l>=229)){tanda=1,stop_p();stop_l();break;}
}
stop_p();stop_l();count=0;tanda=0;
nada();
delay(200);
kolimator=1;
}

void proses_mode_4()//mode 1 35x43


{
delay(100);
lampu_on();
102

baca_sensor_posisi();
tanda=0;
count=150;

//while((nilai_sensor>507)||(nilai_sensor<505))
while(tanda==0)
{
baca_sensor_posisi();
count=count-1;
//lcd.setCursor(16,0);lcd.print(count);
if(nilai_p<685){buka_p();}//buka panjang
if(nilai_l<342){buka_l();}//buka lebar
if(nilai_p>=685){stop_p();}
if(nilai_l>=342){stop_l();}
if((nilai_p>=685)&&(nilai_l>=342)){tanda=1,stop_p();stop_l();break;}
}
stop_p();stop_l();count=0;tanda=0;
nada();
delay(200);
kolimator=1;
}

void setup(){
pinMode(r1, OUTPUT);
pinMode(r2, OUTPUT);
pwm_motor_naik=0;
analogWrite(r1, pwm_motor_naik);
analogWrite(r1, 0);
pwm_motor_turun=0;
analogWrite(r2, pwm_motor_turun);
analogWrite(r2, 0);
Serial.begin(9600);
lcd.init(); // initialize the lcd
lcd.init();
// Print a message to the LCD.
lcd.backlight();
pinMode(nilai_A, INPUT);
pinMode(nilai_B, INPUT);
pinMode(nilai_C, INPUT);
pinMode(nilai_D, INPUT);

pinMode(buzz,OUTPUT);
pinMode(lampu,OUTPUT);
pinMode(m_buka_p,OUTPUT);
pinMode(m_tutup_p,OUTPUT);
pinMode(m_buka_l,OUTPUT);
pinMode(m_tutup_l,OUTPUT);
jam=1;menit=1;detik=1;//hold waktu
awal();
tampil_judul();
nada();
idel();
Timer1.initialize(1000000);// timer aktif to run every 1 seconds
//Timer1.initialize(1000000);// timer aktif to run every 1 seconds
103

Timer1.attachInterrupt(blinkLED);
}

void loop(){
char key = keypad.getKey();
button_nilai_A = digitalRead(nilai_A);
button_nilai_B = digitalRead(nilai_B);
button_nilai_C = digitalRead(nilai_C);
button_nilai_D = digitalRead(nilai_D);
//baca_tinggi();

//if
((button_nilai_A==1)&&(button_nilai_B==0)&&(button_nilai_C==0)&&(button_nilai_D=
=0)||(key=='1'))//posisi 1 remote angka 1
if
((button_nilai_C==1)&&(button_nilai_B==0)&&(button_nilai_A==0)&&(button_nilai_D=
=0)||(key=='1'))//posisi 1 remote angka 1
{
mode=1;
lcd.setCursor(18,0);
lcd.print(mode);
delay(100);
koreksi_tinggi();
delay(100);
proses_mode_1();
}

//if
((button_nilai_B==1)&&(button_nilai_C==0)&&(button_nilai_A==0)&&(button_nilai_D=
=0)||(key=='2'))//posisi 2 remote angka 2
if
((button_nilai_A==1)&&(button_nilai_B==0)&&(button_nilai_C==0)&&(button_nilai_D=
=0)||(key=='2'))//posisi 2 remote angka 2
{
mode=2;
lcd.setCursor(18,0);
lcd.print(mode);
delay(100);
koreksi_tinggi();
delay(100);
proses_mode_2();
}

if
((button_nilai_D==1)&&(button_nilai_A==1)&&(button_nilai_C==0)&&(button_nilai_B=
=1)||(key=='0'))//angka 0
{
mode=0;
lcd.setCursor(18,0);
lcd.print(mode);
//delay(100);
//koreksi_tinggi();
//delay(100);
//proses_mode_2();
}
104

if
((button_nilai_C==1)&&(button_nilai_B==0)&&(button_nilai_A==1)&&(button_nilai_D=
=0)||(key=='3'))//posisi 3 remote angka 3

{
mode=3;
lcd.setCursor(18,0);
lcd.print(mode);
delay(100);
koreksi_tinggi();
delay(100);
proses_mode_3();
}

//if
((button_nilai_D==0)&&(button_nilai_A==0)&&(button_nilai_C==0)&&(button_nilai_B=
=1)||(key=='4'))//anka 0
if
((button_nilai_D==1)&&(button_nilai_A==0)&&(button_nilai_C==0)&&(button_nilai_B=
=0)||(key=='4'))//posisi 4 remote angka 4
{
mode=4;
lcd.setCursor(18,0);
lcd.print(mode);
delay(100);
koreksi_tinggi();
delay(100);
proses_mode_4();
}

if (status_baca_sensor==1)//baca sensor terus


{
baca_tinggi();
baca_sensor_posisi();
}

if (key=='0')//hidupkan lampu
{
lampu_on();
}

if (key=='9')//baca_sensor
{
status_baca_sensor=1;
}

if (key=='5')//buka panjang
{
buka_p();
delay(500);
stop_p();
}
105

if (key=='6')//tutup panjang
{
tutup_p();
delay(500);
stop_p();
}

if (key=='7')//buka lebar
{
buka_l();
delay(500);
stop_l();
}

if (key=='8')//tutup lebar
{
tutup_l();
delay(500);
stop_l();
}

if (key=='*')//stop sistem
{
stop_p();
stop_l();
lampu_off();
kolimator=0;status_baca_sensor=0;
idel();
delay(200);
lcd.setCursor(18, 0);lcd.print(" ");
jam=1;menit=1;detik=1;//hold waktu
unsigned long blinkCopy; // holds a copy of the blinkCount
noInterrupts();
blinkCopy = blinkCount;
interrupts();
nada();delay(100);
}

if (key=='A')//set waktu
{
delay(200);nada();
set_jam();
set_menit();
set_detik();
delay(100);
}else

if (key=='B')//set tinggi
{
delay(200);nada();
set_tinggi();
delay(100);
}else

if (key=='C')//motor naik
106

{
m_naik();
delay(500);
m_stop();
delay(500);
}

if (key=='D')//motor turun
{
m_turun();
delay(500);
m_stop();
delay(500);
}

if ((jam==0)&&(menit==0)&&(detik==0))//stop sistem
{
stop_p();
stop_l();
lampu_off();
kolimator=0;
//tanda_kembali=1;
jam=1;menit=1;detik=1;//hold waktu
unsigned long blinkCopy; // holds a copy of the blinkCount
noInterrupts();
blinkCopy = blinkCount;
interrupts();
//terapi=0;tanda_naik=0;tanda_turun=0;sudut_set=0;status_baca_sensor=0;
delay(200);
nada();
awal();
idel();
jam=jam_set;menit=menit_set;detik=detik_set;//hold waktu
tinggi_set=tinggi_set;
lcd.setCursor(17,2);lcd.print(detik);
lcd.setCursor(14,2);lcd.print(menit);
lcd.setCursor(11,2);lcd.print(jam);
lcd.setCursor(15,1);
lcd.print(tinggi_set);
}

if (kolimator==1)//baca timer
{
lcd.setCursor(17,3);lcd.print(detik);
lcd.setCursor(14,3);lcd.print(menit);
lcd.setCursor(11,3);lcd.print(jam);
if(detik<=9){lcd.setCursor(18,3);lcd.print(" ");}
if(menit<=9){lcd.setCursor(15,3);lcd.print(" ");}
if(jam<=9){lcd.setCursor(12,3);lcd.print(" ");}
}

void blinkLED(void)
{
107

if ((ledState == LOW)&&(kolimator==1))
{
//ledState = HIGH;blinkCount = blinkCount + 1;

{
if(detik!=0){detik--;}
else if (detik==0)
{
if(menit!=0){menit--;detik=59;}
else if (menit==0)
{
if(jam!=0){jam--;menit=59;detik=59;}
}
}
}
}else
{ledState = LOW;}
//digitalWrite(led, ledState);
}

void tampil_judul()
{
lcd.clear();
lcd.setCursor(0,0);
lcd.print(" SIMULATOR KOLIMATOR");
lcd.setCursor(0,1);
lcd.print(" RONTGEN OTOMATIS ");
lcd.setCursor(0,2);
lcd.print("MENGIKUTI KASET FILM");
lcd.setCursor(0,3);
lcd.print(" DENGAN ELEKTRIK ");
delay(1000);
lcd.setCursor(0,3);
lcd.print(" SECARA WIRELLES ");
delay(1000);
lcd.setCursor(0,0);
lcd.print(" SINGGIH ADIYANA ");
lcd.setCursor(0,1);
lcd.print(" Nim : 1804090 ");
lcd.setCursor(0,2);
lcd.print(" UNIV. WIDYA HUSADA ");
lcd.setCursor(0,3);
lcd.print("Teknik Elektromedik ");
delay(1000);
}
108

Lampiran 1 Datasheet Arduino Mega 2560


109
110
111
112

Lampiran 2 Datasheet LM78XX Series


113
114
115
116

Lampiran 3 Datasheet C945


117
118
119
120

Lampiran 5 Datasheet
121
122
123
124
125

Anda mungkin juga menyukai