Anda di halaman 1dari 154

SISTEM HIBRID PEMBANGKIT LISTRIK DENGAN KINCIR

ANGIN DAN PANEL SURYA

POWER PLANT HYBRID SYSTEM WITH WIND TURBINE AND


PHOTOVOLTAIC

SKRIPSI

Disusun oleh :
MUHAMMAD ANDHIKA DHARMAWAN
142.04.3003

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO


KONSENTRASI KETENAGAAN

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND
YOGYAKARTA
2017
SISTEM HIBRID PEMBANGKIT LISTRIK DENGAN KINCIR
ANGIN DAN PANEL SURYA

POWER PLANT HYBRID SYSTEM WITH WIND TURBINE AND


PHOTOVOLTAIC

SKRIPSI

Disusun oleh :

MUHAMMAD ANDHIKA DHARMAWAN


No. Mhs : 142.04.3003
Jurusan : Teknik Elektro
Konsentrasi : Energi
Jenjang : Strata Satu (S-1)
Fakultas : Teknologi Industri

INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND


YOGYAKARTA
2017
HALAMAN PENGESAHAN
SISTEM HIBRID PEMBANGKIT LISTRIK DENGAN KINCIR
ANGIN DAN PANEL SURYA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Teknik Program S-1

Pada Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas Teknik

Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Disusun oleh :
MUHAMMAD ANDHIKA DHARMAWAN
142.04.3003

Telah disetujui dan disahkan

pada tanggal 23 Januari 2017

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ir. Muhammad Suyanto, M.T Beny Firman, ST., M.Eng


NIK. 89.0760.378.E NIK.. 12.0786.649.E
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:


1. Skripsi ini tidak mengandung karya yang diajukan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga
tidak mengandung karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh
orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan
dalam daftar pustaka.

2. Informasi dan materi skripsi yang terkait hak milik, hak intelektual dan paten
merupakan milik bersama antara tiga pihak yaitu penulis, dosen pembimbing dan
Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta. Dalam hal penggunaan
informasi dan materi skripsi terkait paten maka akan diskusikan lebih lanjut untuk
mendapatkan persetujuan dari ketiga pihak tersebut di atas.

Yogyakarta, 23 Januari 2017

Muhammad Andhika Dharmawan

iii
PRAKATA
Assalamu’alaikum wr wb

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur atas segala nikmat dan karunia


Allah SWT kepada penulis yang selalu melimpahkan kasih sayang-Nya, sehingga
Skripsi ini selesai tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga senantiasa
tercurah kepada suri tauladan Rasulullah SAW, beserta keluarga, sahabat, dan
pengikutnya yang tetap setia hingga akhir jaman.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi
Strata-1 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri di Institut Sains &
Teknologi AKPRIND Yogyakarta.
Banyak hal dan ilmu yang didapatkan oleh penulis selama mengerjakan
Skripsi ini, kerja keras dan semangat tanpa putus asa serta motivasi dan dukungan
yang kuat menjadi pendorong penulis dalam mengerjakan Skripsi ini. Dalam
penulisan Skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dan bimbingan serta
saran yang membangun dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayahnya kepada
penulis, sehingga skripsi ini dapat selesai.
2. Bapak Dr. Ir. Amir Hamzah, M.T. selaku Rektor Institut Sains & Teknologi
AKPRIND Yogyakarta.
3. Bapak Dr. Ir. Toto Rusianto, M.T. selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri
di Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.
4. Bapak Sigit Priyambodo, S.T.,M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro,
Fakultas Teknologi Industri di Institut Sains & Teknologi AKPRIND
Yogyakarta yang senantiasa berusaha keras setiap hari untuk membangun
prodi ini menjadi sebaik mungkin.
5. Bapak Ir. Muhammad Suyanto, M.T selaku Dosen Pembimbing Skripsi, yang
memberikan bantuan dan masukan yang sangat membangun dan memotivasi
bagi penulis dari awal hingga selesainya Skripsi ini.

iv
6. Bapak Beny Firman, ST., M.Eng selaku Dosen Pembimbing Kedua Skripsi,
yang memberikan bantuan dan masukan yang sangat membangun dan
memotivasi bagi penulis dari awal hingga selesainya Skripsi ini.
7. Seluruh Dosen dan Karyawan Program Studi S-1 Jurusan Teknik Elektro,
Fakultas Teknologi Industri di Institut Sains & Teknologi AKPRIND
Yogyakarta.
8. Orang tua tercinta, Bapak Sumarsum dan Ibu Khrisnawaty, Mas Ario dan Dek
Andrey, serta seluruh keluarga yang selalu memberikan doa, motivasi, nasihat,
saran, dukungan baik secara moril maupun material.
9. Sahabat seperjuangan, Indra, Bowo, dan Oba yang telah membantu dan
memberikan saran yang sangat bermanfaat
10. Teman-teman seperjuangan S-1 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi
Industri di Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta yang telah
banyak memberikan bantuan, motivasi, keceriaan, dan pengalaman yang
berharga.
11. Kakak-kakak tingkat yang telah bersedia memberikan masukan, motivasi,
serta nasihat yang membangun bagi penulis.
12. Diajeng Indria Kusumawardhani.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
kesalahan dan kekurangsempurnaan, maka kritik dan saran yang konstruktif dari
semua pihak akan penulis terima dengan senang hati untuk kesempurnaan dan
kebaikan laporan Skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak dan bisa memperkaya wawasan ilmu pengetahuan. Aamiin Ya
Robbal’alamin…..

Wassalamu’alaikum wr wb

Yogyakarta, 23 Januari 2017

Muhammad Andhika Dharmawan

v
ABSTRACT
The utilization of solar energy as an alternative energy source to
overcome the energy crisis, especially petroleum, which occurred since 1970
received considerable attention from many countries in the world. In addition to
an unlimited amount, solar energy utilization also does not cause pollution that
can harm the environment. In 2009, the installed capacity in wind conversion
systems throughout Indonesia reached 1.4 MW which are spread across the
Selayar island (North Sulawesi), Nusa Penida (Bali), Yogyakarta, and Bangka
Belitung. Seeing the potential of coastal areas which are quite spacious, the
utilization of wind power as a source of renewable energy in Indonesia is very
likely to be further developed.
To utilize both form of energy, power plants hybrid system is used to
control solar panels and wind turbine simultaneously. This tool uses a loader with
the minimum system equiped with Atmega 328 that controls Power MOSFET
based on data from voltage and current sensors.
From the testing result, the powerplant’s hybrid system are capable of
generating a total energy of 175.05Wh whereas the total energy load need are
144Wh. This hybrid system also has a logger capable for data recording per
second. This hybrid system is designed to have the lowest error values of 0% and
the highest error values 8.34% in power regression test.

Keywords – Photovoltaic, Wind Turbine, Hybrid System, Data Logger

vi
INTISARI
Pemanfaatan energi matahari sebagai sumber energi alternatif untuk
mengatasi krisis energi, khususnya minyak bumi, yang terjadi sejak tahun 1970-an
mendapat perhatian yang cukup besar dari banyak negara di dunia. Di samping
jumlahnya yang tidak terbatas, pemanfaatannya juga tidak menimbulkan polusi
yang dapat merusak lingkungan. Pada tahun 2009, kapasitas terpasang dalam
sistem konversi angin di seluruh Indonesia mencapai 1,4 MW yang tersebar di
Pulau Selayar (Sulawesi Utara), Nusa Penida (Bali), Yogyakarta, dan Bangka
Belitung. Melihat potensi wilayah pantai cukup luas, pemanfaatan tenaga angin
sebagai sumber energi terbarukan di Indonesia sangat mungkin untuk
dikembangkan lebih lanjut.
Untuk memanfaatkan kedua energi tersebut digunakanlah alat sistem
hibrid yang dapat mengendalikan pembangkit listrik dengan panel surya dan
kincir angin secara bersamaan. Alat ini menggunakan bootloader dengan
minimum sistem dengan Atmega 328 yang mengendalikan Power MOSFET
berdasarkan data dari sensor tegangan dan arus.
Hasil pengujian sistem hibrid pembangkit mampu menghasilkan total
energi sebesar 175.05Wh dimana kebutuhan total energi beban sebesar 144Wh.
Sistem hibrid ini juga mempunyai logger untuk pencatatan data per detik. Sistem
hibrid ini dirancang memiliki nilai kesalahan terendah 0% dan tertinggi 8.34%
pada uji regresi power.

Kata kunci – Panel Surya, Kincir Angin, Sistem Hibrid, Data Logger

vii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN..................................................................................................... iii

PRAKATA ............................................................................................................. iv

ABSTRACT ............................................................................................................. vi

INTISARI.............................................................................................................. vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 2

1.3 Rumusan Masalah ..................................................................................... 4

1.4 Batasan Masalah ....................................................................................... 4

1.5 Maksud dan Tujuan................................................................................... 5

1.6 Manfaat ..................................................................................................... 5

1.7 Sistematika Penulisan Laporan ................................................................. 6

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................ 8

2.1 Potensi Energi Angin ................................................................................ 8

2.2 Potensi Energi Matahari .......................................................................... 11

2.2.1 Potensi energi matahari berdasarkan jam puncak matahari ........ 12

2.2.2 Potensi energi matahari berdasarkan potensi daya penyinaran ... 13

2.3 Kincir Angin ........................................................................................... 14

2.4 Panel Surya ............................................................................................. 23

2.5 Penyimpan energi.................................................................................... 27

2.6 Analisa Regresi ....................................................................................... 28

BAB III METODE PERANCANGAN SISTEM HIBRID................................... 30

viii
3.1 Prosedur dan Pengumpulan Data ............................................................ 30

3.2 Bahan Penelitian ..................................................................................... 31

3.3 Alat Penelitian......................................................................................... 34

3.4 Perancangan Alat .................................................................................... 35

3.4.1 Perancangan Perangkat Keras ..................................................... 36

3.4.2 Perancangan Perangkat Lunak .................................................... 48

3.5 Pengambilan Data ................................................................................... 49

3.6 Implementasi ........................................................................................... 49

3.6.1 Implementasi Perangkat Keras .................................................... 49

3.6.2 Implementasi Perangkat Lunak ................................................... 50

3.7 Hasil Pengujian ....................................................................................... 52

3.7.1 Sensor Tegangan ......................................................................... 52

3.7.2 Voltage Controller ...................................................................... 53

3.7.3 LCD (Liquid Crystal Display) .................................................... 55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 57

4.1 Hasil Penelitian ....................................................................................... 57

4.2 Analisa efektifitas pembangkit listrik terhadap beban energi ................. 62

4.2.1 Energi Listrik Beban ................................................................... 62

4.2.2 Energi listrik di Bangkitkan ........................................................ 63

4.3 Analisa regresi karakteristik pembangkit listrik tenaga hibrid ............... 64

4.4 Pembahasan............................................................................................. 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................... 89

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 89

5.2 Saran ....................................................................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 91

ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kapasitas dan Prediksi World Wide Energy 1997-2010 ................... 10
Gambar 2.2 Potensi Lama Penyinaran Matahari................................................... 12
Gambar 2.3 Potensi Daya Penyinaran Matahari ................................................... 13
Gambar 2.4 Jenis-jenis kincir angin ...................................................................... 14
Gambar 2.5 Karakteristik kincir angin .................................................................. 15
Gambar 2.6 Desain Sudu....................................................................................... 15
Gambar 2.7 Nose atau Hidung Kincir ................................................................... 15
Gambar 2.8 Blade atau Baling-Baling .................................................................. 16
Gambar 2.9 Generator ........................................................................................... 17
Gambar 2.10 Rotor pada generator kincir angin ................................................... 18
Gambar 2.11 Gulungan kawat pada stator ............................................................ 19
Gambar 2.12 Slip Ring .......................................................................................... 19
Gambar 2.13 Dudukan Arang ............................................................................... 20
Gambar 2.14 Kabel R, S, dan T ............................................................................ 20
Gambar 2.15 Sirip ekor kincir angin ..................................................................... 21
Gambar 2.16 Dummy Load Lampu Pijar .............................................................. 22
Gambar 2.17 Menara Tipe Three Angle ................................................................ 22
Gambar 2.18 Diagram Panel Photovoltaic ............................................................ 24
Gambar 2.19 Struktur Sel Surya Menggunakan Material Silikon ........................ 25
Gambar 2.20 Mono Crystalline ............................................................................. 26
Gambar 2.21 Poly Crystalline ............................................................................... 26
Gambar 2.22 Amorphous ...................................................................................... 27
Gambar 2.23 Spesifikasi Baterai yang Digunakan ............................................... 27
Gambar 3.1 Blok Diagram Alat ............................................................................ 36
Gambar 3.2 Rangkaian Shield ATMega ............................................................... 37
Gambar 3.3 Voltage Divider ................................................................................. 37
Gambar 3.4 Sensor Arus ACS712 ........................................................................ 38
Gambar 3.5 Rangkaian Sensor PV ........................................................................ 38
Gambar 3.6 Rangkaian Sensor WT ....................................................................... 39
Gambar 3.7 Rangkaian Sensor Baterai ................................................................. 39
Gambar 3.8 Simbol Optocoupler .......................................................................... 40

x
Gambar 3.9 Bentuk fisik Power MOSFET IRFP150 N-Channel ......................... 41
Gambar 3.10 Voltage Controll PV ........................................................................ 42
Gambar 3.11 Voltage Controll WT....................................................................... 42
Gambar 3.12 Voltage Controll DL........................................................................ 42
Gambar 3.13 Bentuk fisik LCD (Liquid Crystal Display) .................................... 43
Gambar 3.14 2Wire LCD ...................................................................................... 44
Gambar 3.15 Rangkaian RTC ............................................................................... 44
Gambar 3.16 Rangkaian Logger ........................................................................... 45
Gambar 3.17 Rangkaian Supply ............................................................................ 45
Gambar 3.18 Desain Casing Atas ......................................................................... 46
Gambar 3.19 Desain Casing Bawah ..................................................................... 47
Gambar 3.20 Desain Casing Samping Kiri dan Kanan......................................... 47
Gambar 3.21 Desain Casing Sisi Depan ............................................................... 47
Gambar 3.22 Desain Casing Sisi Belakang .......................................................... 48
Gambar 3.23 Tampilan dari Arduino IDE 1.6.8 ................................................... 48
Gambar 3.24 Bentuk Fisik Alat ............................................................................ 50
Gambar 3.25 Konfigurasi Pin ............................................................................... 50
Gambar 3.26 Icon Solar Panel .............................................................................. 51
Gambar 3.27 Void Setup ....................................................................................... 51
Gambar 3.28 Void Loop ........................................................................................ 52
Gambar 3.29 Pengujian Sensor Tegangan ............................................................ 53
Gambar 3.30 Pengujian Voltage Controller.......................................................... 53
Gambar 3.31 Voltage Controller Mati .................................................................. 54
Gambar 3.32 Voltage Controller Setengah Hidup ................................................ 55
Gambar 3.33 Voltage Controller Hidup ............................................................... 55
Gambar 3.34 Pengujian LCD ................................................................................ 56
Gambar 4.1 Pengujian Alat di Lapangan .............................................................. 57
Gambar 4.2 Pembangkit dan Beban ...................................................................... 58
Gambar 4.3 Tegangan Sistem Jam 11:00 – 11:05 ................................................ 58
Gambar 4.4 Arus Sistem Jam 11:00 – 11:05 ........................................................ 59
Gambar 4.5 Daya Sistem Jam 11:00 – 11:05 ........................................................ 59
Gambar 4.6 Tegangan Sistem Jam 18:00 – 18:01 ................................................ 59

xi
Gambar 4.7 Arus Sistem Jam 18:00 – 18:01 ........................................................ 60
Gambar 4.8 Daya Sistem Jam 18:00 – 18:01 ........................................................ 60
Gambar 4.9 Tegangan Sistem Jam 23:25 – 23:30 ................................................ 60
Gambar 4.10 Arus Sistem Jam 23:25 – 23:30....................................................... 61
Gambar 4.11 Daya Sistem Jam 23:25 – 23:30 ...................................................... 61
Gambar 4.12 Tegangan Sistem Jam 05:25 – 06:01............................................... 61
Gambar 4.13 Arus Sistem Jam 05:25 – 06:01....................................................... 62
Gambar 4.14 Daya Sistem Jam 05:25 – 06:01 ...................................................... 62
Gambar 4.15 Daya dan Arus Jam 10:00 ............................................................... 65
Gambar 4.16 Tegangan dan Waktu Jam 10:00 ..................................................... 65
Gambar 4.17 Daya dan Arus Jam 11:00 ............................................................... 66
Gambar 4.18 Tegangan dan Waktu Jam 11:00 ..................................................... 67
Gambar 4.19 Daya dan Arus Jam 12:00 ............................................................... 68
Gambar 4.20 Tegangan dan Waktu Jam 12:00 ..................................................... 68
Gambar 4.21 Daya dan Arus Jam 13:00 ............................................................... 69
Gambar 4.22 Tegangan dan Waktu Jam 13:00 ..................................................... 70
Gambar 4.23 Daya dan Arus Jam 14:00 ............................................................... 71
Gambar 4.24 Tegangan dan Waktu Jam 14:00 ..................................................... 71
Gambar 4.25 Daya dan Arus Jam 15:00 ............................................................... 72
Gambar 4.26 Tegangan dan Waktu Jam 15:00 ..................................................... 73
Gambar 4.27 Daya dan Arus Jam 16:00 ............................................................... 74
Gambar 4.28 Tegangan dan Waktu Jam 16:00 ..................................................... 74
Gambar 4.29 Daya dan Arus Jam 17:00 ............................................................... 75
Gambar 4.30 Tegangan dan Waktu Jam 17:00 ..................................................... 76
Gambar 4.31 Daya dan Arus Jam 18:00 ............................................................... 77
Gambar 4.32 Tegangan dan Waktu Jam 18:00 ..................................................... 77
Gambar 4.33 Daya dan Arus Jam 19:00 ............................................................... 78
Gambar 4.34 Tegangan dan Waktu Jam 19:00 ..................................................... 79
Gambar 4.35 Grafik Pengereman Dummy Load .................................................. 83
Gambar 4.36 Panel Surya Jam 11:16 .................................................................... 85
Gambar 4.37 Daya Maksimal Kincir Angin ......................................................... 88

xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pengelompokkan potensi energi angin, pemanfaatan dan lokasi
potensial. ................................................................................................. 8
Tabel 2.2 Kondisi Angin yang dapat Menghasilkan Energi ................................... 9
Tabel 2.3 Spesifikasi Blade atau Baling-Baling (Sudu)........................................ 16
Tabel 3.1 Bahan penelitian.................................................................................... 31
Tabel 3.2 Alat Penelitian ....................................................................................... 34
Tabel 3.3 Deskripsi powerMOSFET IRFP150 N-Channel .................................. 41
Tabel 3.4 Deskripsi fungsi pin pada lcd ................................................................ 43
Tabel 4.1 Rata-rata energi Panel Surya ................................................................. 63
Tabel 4.2 Rata-rata energi Kincir Angin ............................................................... 64
Tabel 4.3 Nilai Error Pengukuran Pembangkit Listrik Hibrid ............................. 80
Tabel 4.4 Beban Semu (Dummy Load) pada Kincir Angin .................................. 81
Tabel 4.5 Daya Maksimal Panel Surya ................................................................. 83
Tabel 4.6 Daya Maksimal Kincir Angin (Wind Turbine) ..................................... 86

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Energi angin merupakan energi stokastik. Kadang angin berhembus,
kadang tidak. Kita tidak yakin berapa banyak energi yang ada pada waktu - waktu
tertentu tetapi hal itu dapat diramalkan dengan suatu kemungkinan tertentu.
Jelas terlihat bahwa tidak ada satu hubungan secara langsung antara si pemakai
dan apa yang angin dapat tawarkan.

Turbin angin adalah kincir angin yang digunakan untuk membangkitkan


tenaga listrik. Turbin angin ini pada awalnya dibuat untuk mengakomodasi
kebutuhan para petani dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi dan
lain-lain.

Kini turbin angin lebih banyak digunakan untuk mengakomodasi


kebutuhan listrik masyarakat, dengan menggunakan prinsip konversi energi,
sehingga penulis mengharapkan penerapan keilmuan dalam bidang elektro untuk
merancang pembangkit listrik dengan memanfaatkan energi angin dengan
menggunakan kincir bersumbu horisontal.

Potensi energi angin di Indonesia umumnya berkecepatan lebih dari 5


meter per detik (m/detik). Hasil pemetaan Lembaga Penerbangan dan Antariksa
Nasional (Lapan) pada 120 lokasi menunjukkan, beberapa wilayah memiliki
kecepatan angin di atas 5 m/detik, masing-masing Nusa Tenggara Timur, Nusa
Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, dan Pantai Selatan Jawa.

Energi surya atau matahari telah dimanfaatkan di banyak belahan dunia


dan jika dieksplotasi dengan tepat, energi ini berpotensi mampu menyediakan
kebutuhan konsumsi energi dunia saat ini dalam waktu yang lebih lama. Matahari
dapat digunakan secara langsung untuk memproduksi listrik atau untuk
memanaskan bahkan untuk mendinginkan. Potensi masa depat energi surya hanya
dibatasi oleh keinginan kita untuk menangkap kesempatan.Ada banyak cara untuk
memanfaatkan energi dari matahari. Tumbuhan mengubah sinar matahari menjadi
energi kimia dengan menggunakan fotosintesis. Kita memanfaatkan energi ini
dengan memakan dan membakar kayu. Bagimanapun, istilah “tenaga surya”
mempunyai arti mengubah sinar matahari secara langsung menjadi panas atau
energi listrik untuk kegunaan kita. dua tipe dasar tenaga matahari adalah “sinar
matahari” dan “photovoltaic” (photo = cahaya, voltaic = tegangan). Photovoltaic
tenaga matahari melibatkan pembangkit listrik dari cahaya.

Sejak tahun 2005 telah ada upaya pemanfaatan energi terbarukan seperti
ombak, angin dan energi surya yang ditangkap panel surya untuk memnuhi
kebutuhan energi listrik. Meski hasilnya masih terbatas, karena perlu
pengembangan lebih lanjut teknologi yang disebutkan cocok untuk pasokan listrik
di daerah terpencil atau sebagai bagian dari sumber daya terbarukan.

Pantai Selatan Jawa sudah dikenal dengan kondisi alam yang kering, tapi
memiliki sumber daya alam di pesisir pantai yang belum dikembangkan. Hadirnya
teknologi untuk energi tebarukan membantu pengembangan di kawasan pantai.

Setidaknya dengan hadirnya teknologi energi terbarukan dapat


dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan energi listrik di kawasan yang selama
ini sulit dijangkau aliran listrik PLN dengan alasan ekonomi dan efisiensi.

Hybrid System atau Pembangkit Listrik Tenaga Hibrida (PLTH)


merupakan salah satu alternatif sistem pembangkit yang tepat diaplikasikan pada
daerah-daerah yang sukar dijangkau oleh sistem pembangkit besar seperti jaringan
PLN. PLTH ini memanfaatkan renewable energy sebagai sumber utama (primer).

Pada PLTH, renewable energy yang digunakan dapat berasal dari energi
matahari, angin, dan lain-lain sehingga menjadi suatu pembangkit yang lebih
efisien, efektif dan handal untuk dapat mensuplai kebutuhan energi listrik.

1.2 Tinjauan Pustaka


Kincir angin pertama kali digunakan untuk membangkitkan listrik
dibangun oleh P. La Cour dari Denmark diakhir abad ke-19. Setelah perang dunia
pertama, layar dengan penampang melintang menyerupai sudut propeler pesawat

2
sekarang disebut kincir angin tipe propeler' atau turbin. Eksperimen kincir angin
sudut kembar dilakukan di Amerika Serikat tahun 1940, ukurannya sangat besar
yang disebut mesin Smith-Putman, karena dirancang oleh Palmer Putman,
kapasitasnya 1,25 MW yang dibuat oleh Morgen Smith Company dari York
Pensylvania. Diameter propelernya 175 ft (55m) beratnya 16 ton dan menaranya
setinggi 100 ft (34m). Tapi salah satu batang propelernya patah pada tahun 1945.
(Pudjarsono, 2006)

Kincir angin juga membutuhkan beban semu untuk pengereman agar tidak
merusak baterai. Baterai gel memiliki tegangan yang direkomendasikan lebih
rendah di wilayah 13,8 untuk 14.1V untuk tegangan pengisian bulk. Pada puncak
tegangan pengisian, tegangan harus konstan, biasanya sekitar 14.2V untuk sistem
12V (tergantung suhu) dan arus akan berangsur-angsur berkurang karena baterai
mencapai 100%. (Itaca, 2016). Diatas 2.4Volt/cell atau 14.4 volt untuk baterai
12Volt, baterai akan mulai mengeluarkan gas dan mulai panas. (Hart, 2011)

Pada tahun 2005, cadangan minyak bumi di Indonesia pada tahun 2004
diperkirakan akan habis dalam kurun waktu 18 tahun dengan rasio
cadangan/produksi pada tahun tersebut. Sedangkan gas diperkirakan akan habis
dalam kurun waktu 61 tahun dan batubara 147 tahun. Sementara tingginya
kebutuhan migas tidak diimbangi oleh kapasitas produksinya menyebabkan
kelangkaan sehingga di hampir semua negara berpacu untuk membangkitkan
energi dari sumber- sumber energi baru dan terbarukan. (DESDM, 2005)

Salah satu permasalahan dalam bidang energi listrik adalah keterbatasan


sumber energi fosil yang merupakan sumber utama penghasil energi listrik di
Indonesia. Untuk mengurangi dampak ketergantungan listrik terhadap
ketersediaan fosil ini, maka dibutuhkan sumber energi listrik baru yang dapat
diperbaharui. Solar cell merupakan salah satu sumber penghasil energi listrik,
yang bersumber dari sinar matahari yang tidak terbatas, dan ramah lingkungan.
Dikarenakan sumber dari solar cell ini adalah matahari, maka keluaran dari solar
cell inipun tidak stabil, karena berubah-ubah sesuai cuaca yang terjadi dan
lingkungan sekitarnya, maka dibutuhkan suatu penyimpan energi yang dapat
menampung energi listrik keluaran solar cell. Baterai adalah salah satu peralatan

3
yang dapat menyimpan energi listrik dan dapat menampung energi keleuaran yang
berasal dari solar cell. (Sakti, 2015)

Pada distribusi arus dan tegangan dari sumber solar cell, walaupun
tegangan yang dihasilkan solar cell ± 17V, tetapi pendistribusiannya untuk
mengisi bate3rai sangat stabil dengan maksimum rata-rata 13.5V karena semua
distribusi pengisian diatur oleh solar charger controller. Tegangan dan arus akan
mulai meningkat pada pagi hari pukul 07.00 WIB, kemudian akan mencapai
levelyang maksimum pada siang hari pukul 10.00 – 14.00 WIB, dan mulai turun
hingga sore hari. (Sakti, 2015)

Kebutuhan energi di Indonesia khususnya dan di dunia pada umumnya


terus meningkat karena pertambahan penduduk, pertumbuhan ekonomi dan pola
konsumsi energi itu sendiri yang senantiasa meningkat. Salah satu sumber
pemasok listrik, Pembangkit Listrik Tenaga Angin dan Pembangkit Listrik
Tenaga Matahari akan terus dikembangkan untuk mencapai hasil yang maksimal
sebagai sumber energi terbarukan yang akan memegang peran penting terhadap
ketersediaan listrik.

1.3 Rumusan Masalah


Sehubungan dengan latar belakang masalah tersebut di atas, dapatlah
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana merancang dan menerapkan suatu desain atau prototipe Sistem


Hibrid untuk mengatur kincir angin dan panel surya yang handal, efektif dan
efisien.

2. Bagaimana agar sistem hibrid pembangkit listrik dengan kincir angin dan panel
surya dapat bekerja secara optimal dan efisien.

1.4 Batasan Masalah


Supaya penulisan skripsi ini dapat dengan mudah dimengerti, maka
penulis menetapkan batasan masalah dalam skripsi ini.
Adapun batasan masalah yang ditinjau dan diamati selama skripsi ini
meliputi:

4
a. Kemampuan Sistem Hibrid Pembangkit dalam mengeluarkan hasil yang
maksimal dari panel surya dan mengendalikan baling-baling yang berputar
secara horizontal-axis dalam menangkap kecepatan angin menjadi keluaran
energi listrik sesuai dengan keinginan.
b. Kemampuan peralatan dalam mengedalikan kincir angin menerima angin
yang berhembus terlalu kencang tanpa menyebabkan kerusakan akibat
putaran berlebih.
c. Kesetabilan output dari Sistem Hibrid Pembangkit yang berfungsi sebagai
pengatur keluaran energi listrik dari kincir angin dan panel surya.

1.5 Maksud dan Tujuan


Skripsi ini mempunyai maksud untuk memenuhi kurikulum serta
memenuhi syarat untuk menyelesaikan studi Strata–1 pada Jurusan Teknik
Elektro Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND
Yogyakarta. Skripsi ini juga mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Sebagai sarana untuk melatih kemampuan mahasiswa dalam perancangan alat


dalam dunia nyata dan pengumpulan data yang kemudian disusun menjadi
sebuah skripsi.
2. Sebagai wahana untuk mengaplikasikan teori di bangku kuliah dan
menyelesaikan masalah yang relevan didunia kerja.
3. Mempelajari pengaturan kerja pembangkit listrik dengan kincir angin dan
panel surya dengan menggunakan mikrokontroler berbasis ATMega 328
dengan sistem Arduino.
4. Mempelajari masalah-masalah yang berkaitan dengan perancangan sistem
hibrid pembangkit listrik dengan kincir angin dan panel surya.
5. Menerapkan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

1.6 Manfaat
Skripsi ini mempunyai 3 manfaat yang terdapat pada mahasiswa, akademis
dan masyarakat. Manfaat-manfaat itu adalah:

5
1. Manfaat bagi Mahasiswa
a. Untuk melaksanakan salah satu TRI DHARMA Perguruan Tinggi
dengan membandingkan dan menerapkan teori-teori yang diperoleh di
bangku kuliah dengan praktek yang sebenarnya.
b. Menambah pengetahuan dengan melaksanakan studi langsung yang
sesuai dengan disiplin ilmu yang dipelajari.
c. Mengetahui masalah-masalah yang sering terjadi dan dapat memberikan
pertimbangan-pertimbangan dalam menyelesaikan suatu masalah.
2. Manfaat bagi Akademis
a. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan Mahasiswa dalam
menguasai ilmu yang didapatkan di bangku kuliah.
b. Sebagai materi evaluasi di bidang akademik untuk mengembangkan dan
meningkatkan mutu pendidikan.
3. Manfaat bagi masyarakat
Dengan adanya pembuatan alat ini sehingga dapat membantu dan
memberikan solusi terhadap masalah penyediaan energi yang murah dan ramah
lingkungan.

1.7 Sistematika Penulisan Laporan


Dalam bagian ini penulis memberikan gambaran secara umum tentang
sistematika penulisan laporan skripsi ini, sistematika penulisan yang akan
digunakan adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Merupakan pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, tinjauan
pustaka, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI


Mengungkapkan dasar teori yang memuat uraian tentang energi angin,
energi matahari, kincir angin, nose, blade, sirip ekor, brake system, generator,
tower, panel surya dan sistem penyimpan energi.

6
BAB III METODE PERANCANGAN SISTEM HIBRID
Pembuktian ide dengan membuat dan menganalisis prototipe sistem hibrid
pembangkit listrik dengan kincir angin dan panel surya. Mengungkapkan prosedur
penelitian yang berisi mengenai bahan dan alat yang digunakan, metode pengujian
dan alat ujinya.

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN


Berisikan seluruh hasil penelitian dan pembahasan dan analisa data yang
diperoleh dalam korelasi dan algoritma yang sesuai.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


Adalah bab penutup yang berisi kesimpulan dari bab-bab sebelumnya dan
saran yang diperoleh dari hasil dan analisa.

7
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Potensi Energi Angin


Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya energi yang sangat
melimpah, salah satunya adalah sumber energi angin. Indonesia yang merupakan
negara kepulauan dan salah satu negara yang terletak di garis khatulistiwa
merupakan faktor, bahwa Indonesia memiliki potensi energi angin yang
melimpah. Pada dasarnya angin terjadi karena ada perbedaan suhu antara udara
panas dan udara dingin. Di daerah katulistiwa, udaranya menjadi panas
mengembang dan menjadi ringan, naik ke atas dan bergerak ke daerah yang lebih
dingin. Sebaliknya daerah kutub yang dingin, udara menjadi dingin dan turun ke
bawah. Dengan demikian terjadi perputaran udara berupa perpindahan udara dari
kutub utara ke garis katulistiwa menyusuri permukaan bumi dan sebaliknya suatu
perpindahan udara dari garis katulistiwa kembali ke kutub utara, melalui lapisan
udara yang lebih tinggi.

Tabel 2.1 Pengelompokkan potensi energi angin, pemanfaatan dan lokasi potensial.

Daya Spesifik Kapasitas


Kec. Angin
Kelas (W/m2) (kW) Lokasi
(m/s)
Jawa, NTB, NTT,
Skala Kecil 2,5 – 4,0 < 75 s/d 10 Maluku, Sulawesi

Skala NTB, NTT, SulSel,


Menengah 4,0 – 5,0 75 – 150 10 – 100
SulTra
Sulsel, NTB, NTT,
Skala Besar > 5,0 > 150 > 100 Pantai Selatan Jawa
Sumber : LAPAN, 2005

Potensi energi angin di Indonesia cukup memadai, karena kecepatan angin


rata-rata berkisar 3,5 - 7 m/s. Hasil pemetaan Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional (LAPAN) pada 120 lokasi menunjukkan, masing-masing

8
wilayah yang memiliki kecepatan angin di atas 5 m/detik, yaitu Nusa Tenggara
Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, dan Pantai Selatan Jawa.

Salah satu pemanfaatan energi angin adalah penggunaan turbin angin yang
banyak digunakan untuk kebutuhan pertanian, seperti untuk menggerakkan pompa
untuk keperluan irigasi, serta kebutuhan akan energi yaitu sebagai pembangkit
listrik energi angin. Berbagai macam penemuan turbin angin sebagai pembangkit
energi alternatif sudah ditemukan sejak lama dengan berbagai macam bentuk
desain. Turbin angin tipe propeller adalah salah satu macam turbin angin yang
ditemukan sebagai pemanfaatan energi angin yang bekerja dengan memanfaatkan
kecepatan angin. Bentuk sudut dibuat sedemikian rupa sehingga dapat
menghasilkan gaya dorong yang akan memutar rotor. Besarnya putaran rotor
yang dihasilkan berbanding lurus dengan besarnya kecepatan angin.

Syarat-syarat dan kondisi angin yang dapat digunakan untuk menghasilkan


energi listrik dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut:

Tabel 2.2 Kondisi Angin yang dapat Menghasilkan Energi

(Sumber tabel : Green and Clean Energy for Indonesia)

9
Pada tahun 2009, kapasitas terpasang dalam sistem konversi angin di
seluruh Indonesia mencapai 1,4 MW yang tersebar di Pulau Selayar (Sulawesi
Utara), Nusa Penida (Bali), Yokyakarta, dan Bangka Belitung. Melihat potensi
wilayah pantai cukup luas, pemanfaatan tenaga angin sebagai sumber energi
terbarukan di Indonesia sangat mungkin untuk dikembangkan lebih lanjut
(Baruna, 2010).

Gambar 2.1 Kapasitas dan Prediksi World Wide Energy 1997-2010

(Sumber : World Wind Energy Association)

Indonesia, negara kepulauan yang 2/3 wilayahnya adalah lautan dan


mempunyai garis pantai terpanjang di dunia yaitu ± 80.791,42 Km merupakan
wilayah potensial untuk pengembangan pembanglit listrik tenaga angin.
Pemanfaatan energi angin merupakan pemanfaatan energi terbarukan yang paling
berkembang saat ini. Berdasarkan data dari WWEA (World Wind Energy
Association), sampai dengan tahun 2007 perkiraan energi listrik yang dihasilkan
oleh turbin angin mencapai 93.85 GigaWatts, menghasilkan lebih dari 1% dari
total kelistrikan secara global. Amerika, Spanyol dan China merupakan negara
terdepan dalam pemanfaatan energi angin. Diharapkan pada tahun 2010 total
kapasitas pembangkit listrik tenaga angin secara glogal mencapai 170 GigaWatt.
Gambar 2.1 menunjukkan grafik Kapasitas dan Prediksi Energi oleh World Wide
Energy 1997-2010.

10
2.2 Potensi Energi Matahari
Pemanfaatan energi matahari sebagai sumber energi alternatif untuk
mengatasi krisis energi, khususnya minyak bumi, yang terjadi sejak tahun 1970-an
mendapat perhatian yang cukup besar dari banyak negara di dunia. Di samping
jumlahnya yang tidak terbatas, pemanfaatannya juga tidak menimbulkan polusi
yang dapat merusak lingkungan.
Potensi energi surya di Indonesia sangat besar yakni sekitar 4.8 KWh/m2
atau setara dengan 112.000 GWp, namun yang sudah dimanfaatkan baru sekitar
10 MWp. Saat ini pemerintah telah mengeluarkan roadmap pemanfaatan energi
surya yang menargetkan kapasitas PLTS terpasang hingga tahun 2025 adalah
sebesar 0.87 GW atau sekitar 50 MWp/tahun. Jumlah ini merupakan gambaran
potensi pasar yang cukup besar dalam pengembangan energi surya di masa
datang.
Komponen utama sistem pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dengan
menggunakan teknologi fotovoltaik adalah sel surya. Sel surya konvensional yang
sudah komersil saat ini menggunakan teknologi wafer silikon kristalin yang
proses produksinya cukup kompleks dan mahal. Secara umum, pembuatan sel
surya konvensional diawali dengan proses pemurnian silika untuk menghasilkan
silika solar grade (ingot), dilanjutkan dengan pemotongan silika menjadi wafer
silika. Selanjutnya wafer silika diproses menjadi sel surya, kemudian sel-sel surya
disusun membentuk modul surya. Tahap terakhir adalah mengintegrasi modul
surya dengan BOS (Balance of System) menjadi sistem PLTS. BOS adalah
komponen pendukung yang digunakan dalam sistem PLTS seperti inverter,
batere, sistem kontrol, dan lain-lain.
Saat ini pengembangan PLTS di Indonesia telah mempunyai basis yang
cukup kuat dari aspek kebijakan. Namun pada tahap implementasi, potensi yang
ada belum dimanfaatkan secara optimal. Secara teknologi, industri photovoltaic
(PV) di Indonesia baru mampu melakukan pada tahap hilir, yaitu memproduksi
modul surya dan mengintegrasikannya menjadi PLTS, sementara sel suryanya
masih impor. Padahal sel surya adalah komponen utama dan yang paling mahal
dalam sistem PLTS. Harga yang masih tinggi menjadi isu penting dalam
perkembangan industri sel surya. Berbagai teknologi pembuatan sel surya terus

11
diteliti dan dikembangkan dalam rangka upaya penurunan harga produksi sel
surya agar mampu bersaing dengan sumber energi lain.
Mengingat ratio elektrifikasi di Indonesia baru mencapai 55-60 % dan
hampir seluruh daerah yang belum dialiri listrik adalah daerah pedesaan, maka
PLTS yang dapat dibangun hampir di semua lokasi merupakan alternatif sangat
tepat untuk dikembangkan. Dalam kurun waktu tahun 2005-2025, pemerintah
telah merencanakan menyediakan 1 juta Solar Home System berkapasitas 50 Wp
untuk masyarakat berpendapatan rendah serta 346,5 MWp PLTS hibrid untuk
daerah terpencil. Hingga tahun 2025 pemerintah merencanakan akan ada sekitar
0,87 GW kapasitas PLTS terpasang.
Dengan asumsi penguasaan pasar hingga 50%, pasar energi surya di
Indonesia sudah cukup besar untuk menyerap keluaran dari suatu pabrik sel surya
berkapasitas hingga 25 MWp per tahun. Hal ini tentu merupakan peluang besar
bagi industri lokal untuk mengembangkan bisnisnya ke pabrikasi sel surya.
(Litbang ESDM, 2016)

2.2.1 Potensi energi matahari berdasarkan jam puncak matahari


Wilayah paling barat dan timur memiliki proses penyinaran ideal yang
paling besar, yaitu 5 jam. Dengan area melingkupi, di barat adalah Aceh,
Sumatera Utara, Riau dan Kepulauan Riau, Jambi dan sebagian Bengkulu.
(Janaloka, 2015)

Gambar 2.2 Potensi Lama Penyinaran Matahari

(Sumber : http://solargis.info)

12
Sedangkan di area timur meliputi seluruh Papua, Maluku, Nusa Tenggara
Timur, Nusa Tenggara Barat, dan sebagian Sulawesi dengan rata-rata penyinaran
4,5 – 4,8 jam.
Daerah pulau Jawa, Jakarta memiliki lama penyinaran paling kecil, hanya
sekitar 3 – 3,5 jam per hari. Disusul Bandung dan Bogor. Potensi energi terbesar
ada di daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah, dengan rata-rata penyinaran 4 jam
per hari.
Pulau Kalimantan potensinya cukup baik yaitu antara 4 – 4,5 jam
penyinaran per hari. Variasai perbedaan tidak terlalu besar. (Janaloka, 2015)

2.2.2 Potensi energi matahari berdasarkan potensi daya penyinaran


Berdasarkan data dari Dewan Energi Nasional, potensi energi matahari di
Indonesia mencapai rata-rata 4,8 kilowatt hour (kwh) per meter persegi atau setara
112.000 GWp. Jika dibandingkan dengan potensi Jerman dan Eropa maka potensi
luasan lahan di Indonesia lebih besar sepuluh kali lipat.
Total potensi daya penyinaran matahari ini didapat dari besar radiasi
matahari per m2, sebesar 1 KWh, dikalikan dengan lama rata-rata jam puncak
matahari. Misalkan daerah Papua jam puncak matahari sebesar 5 jam, maka total
potensi daya yang dapat terserap adalah 5 KWh/m2 per hari. (Janaloka, 2015)

Gambar 2.3 Potensi Daya Penyinaran Matahari

(Sumber : http://solargis.info)

13
2.3 Kincir Angin
Secara umum kincir angin dapat di bagi menjadi 2, yaitu kincir angin yang
berputar dengan sumbu horizontal, dan yang berputar dengan sumbu vertikal.
Gambar 2.4 menunjukan jenis-jenis kincir angin berdasarkan bentuknya.
Sedangkan gambar 2.5 menunjunkan karakteristik setiap kincir angin sebagai
fungsi dari kemampuannya untuk mengubah energi kinetik angin menjadi energi
putar turbin untuk setiap kondisi kecepatan angin. Dari gambar 2.5 dapat
disimpulkan bahwa kincir angin jenis multi-blade dan Savonius cocok digunakan
untuk aplikasi Pembangkit Listrik Tenaga Angin kecepatan rendah. Sedangkan
kincir angin tipe Propeller, paling umum digunakan karena dapat bekerja dengan
lingkup kecepatan angin yang luas.

Gambar 2.4 Jenis-jenis kincir angin

(Sumber : http://jendeladenngabei.blogspot.co.id)

14
Gambar 2.5 Karakteristik kincir angin

(Sumber : http://jendeladenngabei.blogspot.co.id)

Gambar 2.6 Desain Sudu

Bagian-bagian turbin angin secara umum yaitu:


a. Hidung Kincir (Nose)
Nose berfunsi membuat aliran udara di permukaan sudu
terdistribusi lebih baik, sehingga mengurangi kemungkinan turbulensi.

Gambar 2.7 Nose atau Hidung Kincir

15
b. Blade (Sudu atau Baling-Baling)
Blade atau sudu merupakan bagian dari turbin angin yang berfungsi
menangkap angin. Sudu mulai berputar ketika menerima angin dengan
kecepatan 3 m/s dan akan menghasilkan daya yang dapat digunakan.

Gambar 2.8 Blade atau Baling-Baling

Tabel 2.3 Spesifikasi Blade atau Baling-Baling (Sudu)

Spesifikasi Ukuran Keterangan

Panjang 1 11 cm Panjang Gagang

Panjang 2 45 cm Panjang Lembar Sudu

Panjang 3 56 cm Panjang Ujung Ke Poros

Lebar 1 3 cm Lebar Gagang

Lebar 2 9 cm Lebar Pangkal Sudu

Lebar 3 4.5 cm Lebar Ujung Sudu

Sudut 21.8o Kemiringan Sudu

Sudu memiliki karakter aerodinamis. Gaya-gaya yang bekerja pada


sudu kincir pada dasarnya terdiri dari tiga gaya yaitu:
1) Gaya Aksial
Gaya Aksial merupakan gaya yang bekerja pada kincir angin dan
mempunyai arah yang sama dengan arah angin. Gaya ini ditampung
oleh poros dan bantalan.

16
2) Gaya Sentrifugal
Gaya Sentrifugal adalah gaya yang meninggalkan titik tengah.
Bila kincir berbentuk simetrik, semua gaya sentrifugal akan saling
meniadakan atau hasilnya sama dengan nol.
3) Gaya Tangensial
Gaya Tangensial merupakan gaya yang dihasilkan momen dan
bekerja tegak lurus pada radius dan merupakan gaya produktif.

c. Generator
Generator arus bolak-balik (AC) atau disebut dengan alternator
adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk mengkonversi energi mekanik
(gerak) menjadi energi listrik (elektrik) dengan perantara induksi medan
magnet. Perubahan energi ini terjadi karena adanya perubahan medan
magnet pada kumparan jangkar (tempat terbangkitnya tegangan pada
generator).
Dikatakan generator sinkron karena jumlah putaran rotornya sama
dengan jumlah putaran medan magnet pada stator. Kecepatan sinkron ini
dihasilkan dari kecepatan putar rotor dengan kutub-kutub magnet yang
berputar dengan kecepatan yang sama dengan medan putar pada stator.
Kumparan medan pada generator sinkron terletak pada rotornya sedangkan
kumparan jangkarnya terletak pada stator.

Gambar 2.9 Generator

17
Generator merupakan komponen penting pada kincir angin yang
berfungsi merubah energi kinetik pada poros penggerak menjadi energi
listrik. Generator pada kincir ini terletak bagian belakang baling-baling.
Tegangan dan arus yang dihasilkan generator ini masih berupa tegangan
AC (Alternating Current). Bagian-bagian dalam generator tersebut adalah
sebagai berikut:
i. Rotor
Rotor berfunsi menghubungkan sudu dengan poros utama. Rotor
terdiri dari komponen yang keseluruhannya berputar ketika beroperasi.
Tempat terjadinya ekstrasi energi kinetik angin menjadi energi mekanik
rotasi rotor. Pada rotor terdapat susunan magnet permanen dimana pada
saat poros memutar magnet dalam kumparan akan menimbulkan
perubahan flux magnet di dalam kumparan atau gulungan kawat dan
menembus tegak lurus terhadap kumparan sehingga menyebabkan beda
potensial antara ujung-ujung kumparan yang dapat menimbulkan gaya
gerak listrik (GGL).

Gambar 2.10 Rotor pada generator kincir angin

ii. Stator
Stator merupakan bagian yang tidak berputar dalam generator
yang terdiri dari gulungan kawat-kawat penghantar yang dapat
menimbulkan listrik saat rotor berputar.

18
Gambar 2.11 Gulungan kawat pada stator

iii. Slip Ring


Slip Ring merupakan komponen yang terdapat lapisan tembaga
melingkar yang berfungsi sebagai jalur berputarnya arang sebagai
penghantar listrik. Slip Ring berfungsi untuk mencegah melilitnya kabel
R, S, dan T bagian bawah.

Gambar 2.12 Slip Ring

iv. Dudukan Arang


Dudukan Arang dihubungkan dengan kabel R, S, dan T dari
generator (atas). Arang dipasangkan pada dudukannya dan akan
berputar melewati lintasan tembaga ketika rotor berputar arang ini
berfungsi sebagai penghantar listrik menuju kabel R, S, dan T bagian
bawah.

19
Gambar 2.13 Dudukan Arang

v. Kabel R, S, dan T
Kabel R, S, dan T merupakan kabel dari rangkaian 3 fase dari
gulungan kawat pada stator. Kabel R, S, dan T ini akan masuk ke
rangkaian jembatan dioda yang akan menjadi keluaran kabel positif dan
negatif.

Gambar 2.14 Kabel R, S, dan T

d. Sirip Ekor Kincir


Kincir angin tipe horisontal membutuhkan pengubah arah kincir
angin. Arah angin yang berubah perlu diikuti perubahan arah kincir angin

20
untuk optimisasi pemanenan energi angin. Pengubah arah ini
menggunakan sirip ekor pada kincir untuk menyesuaikan arah kincir angin
dengan arah angin yang terletak dibelakang generator dan dihubungkan
dengan ekor kincir.

Gambar 2.15 Sirip ekor kincir angin

e. Dummy Load
Dummy Load berfungsi sebagai pengontrol kincir angin ketika beroperasi
terlalu cepat. Dummy Load ini mulai beroperasi apabila tegangan yang
dihasilkan generator kincir angin jauh diatas tegangan baterai (dalam
skripsi ini adalah 14.2 volt). Dummy Load ini dirancang untuk
mengendalikan kincir bila terjadi angin kencang dan mengontrol melalui
tegangan baterai. Prinsip kerja dari pengereman kincir angin ini adalah
dengan memberikan beban semu lansung ke kincir angin agar kincir
menjadi terbebani.

21
Gambar 2.16 Dummy Load Lampu Pijar

f. Menara Kincir
Menara Kincir berfungsi menopang turbin dan meningkatkan
ketinggian kincir angin dari permukaan tanah (pada PLTH tinggi kincir
minimal 7 meter). Semakin tinggi posisi kincir dan semakin tidak
terhalang obyek di sekitar kincir, maka pemanenan energi angin akan lebih
optimal. Secara umum menara untuk kincir angin tipe horisontal dibagi
menjadi tiga tipe yaitu tipe three angle, tipe latis dan tipe silinder.

Gambar 2.17 Menara Tipe Three Angle

Menara tipe three angle lebih mudah untuk penginstalasian dan


lebih ekonomis dalam masalah biaya. Menara ini memerlukan seling untuk

22
berdiri kokoh. Kelemahan dari menara tipe three angle ini membutuhkan
perawatan yang lebih daripada menara tipe lainnya, selain itu menara tipe
three angle ini banyak memakan lahan untuk pendiriannya. Perawatan
menara tipe three angle meliputi perawatan seling dan span screw.
Menara merupakan bagian yang sangat rentan terhadap korosi.
Apabila dilihat dari lokasi kincir angin yang dekat dengan laut maka
proses korosi karena air laut mudah terjadi. Untuk mengatasi hal tersebut
maka menara kincir perlu dilapisi dengan bahan anti korosi yaitu cairan
zinc. Proses pelapisan ini disebut hot dip galvanize, dimana besi atau baja
akan dicelupkan pada cairan zinc yang dipanaskan pada temperatur 450oC.

2.4 Panel Surya


Photovoltaic (PV) merupakan suatu peralatan yang dapat mengkonversi
energi foton dari sinar matahari menjadi energi listrik. Sistem PV ini terdiri dari
beberapa sel surya, yang masing-masing sel dikaitkan satu sama lain baik dalam
hubungan seri maupun paralel untuk membentuk suatu rangkaian PV yang
umumnya disebut modul PV. Sebuah modul PV biasanya terdiri dari 36 sel atau
72 sel surya (Mintorogo D S, 2000).
Siang hari modul surya atau panel solar cell menerima cahaya matahari
yang kemudian diubah menjadi listrik melalui proses photovoltaic. Energi listrik
yang dihasilkan oleh modul surya dapat lansung disalurkan ke beban atau
disimpan dalam baterai sebelum digunakan ke beban.

23
Gambar 2.18 Diagram Panel Photovoltaic

(Sumber : http://renewable-solar-energy.blogspot.co.id)
Komponen-komponen yang menyusun panel surya (Photovoltaic) adalah
sebagai berikut:
a. Cover Glass (Enkapsulasi)
Bagian enkapsulasi melindungi sel surya dari kotoran berupa debu dan
terpaan hujan. Kotoran yang menempel pada bagian ini harus dibersihkan
untuk menjaga kinerja sel surya agar tetap optimal.
b. Lapisan Anti Reflektif
Cahaya yang terserap harus dioptimalkan dengan mengurangi refleksi
cahaya. Lapisan anti reflektif diperlukan karena mampu membelokkan cahaya
ke arah semikonduktor dan meminimalakan cahaya dipantulkan kembali.
c. Material Semikonduktor
Material semikonduktor berfungsi menyerap energi foton yang berada
pada sinar matahari. Sel surya terbuat dari bahan semikonduktor seperti
material CdTe (Cadmium Telluride) dan amorphous siliconbagian
semikonduktor terdiri dari junction yaitu tipe-n dan tipe-p.

24
d. Contact Grid (Kotak Metal)
Kotak metal merupakan material konduktif transparan sebagai kotak
negatif.
e. Metal Backing (Substrat)
Substrat merupakan material yang berfungsi sebagai penopang
komponen sel surya dan kotak terminal positif. Bahan penyusun yang lazim
digunakan adalah material metal atau logam seperti molybdenum atau
aluminium.

Gambar 2.19 Struktur Sel Surya Menggunakan Material Silikon

(Sumber : Thanki. K. R.; 2016)

Cahaya matahari yang terdiri atas foton dikonversi menjadi energi listrik
menggunakan sel surya yang terbuat dari bahan semikonduktor. Semikonduktor
bekerja mengguynakan prinsip p-n junction, yaitu junction antara semikonduktor
tipe-p dan semikonduktor tipe-n. dalam struktur atom, semikonduktor tipe-n
memiliki kelebihan elektron sedangkan semikonduktor tipe-p memiliki kelebihan
hole dalam struktur atomnya. Ketika cahaya matahari yang mengandung foton
mengenai susunan p-n junction maka elektron akan bergerak dari semikonduktor
menuju kotak negatif, yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai listrik. Listrik yang
dihasilkan merupaka listrik DC (Direct Current). Ada 3 jenis sel surya yang
dikenal di pasaran berdasarkan bahan semikonduktor yang digunakan, yaitu:
a. Mono Crystalline
Mono Crystalline memiliki kristal yang seragam, setiap atomnya terpasang
secara ideal pada posisinya dan merupakan bahan semikonduktor terbaik
dengan efisiensi paling tinggi.

25
Gambar 2.20 Mono Crystalline

(Sumber : https://en.wikipedia.org)
b. Poly Crystalline
Poly Crystalline tersusun dari beberapa bentuk kristal. Batas antara kristal
yang satu dengan yang lain terlihat cukup jelas sehingga menurunkan
performa sel surya. Memiliki efisiensi yang lebih rendah dari panel surya
jenis Mono Crystalline.

Gambar 2.21 Poly Crystalline

(Sumber : https://en.wikipedia.org)
c. Amorphous
Amorphous tersusun dari materi yang acak sehingga banyak terdapat cacat.
PV jenis ini memiliki efisiensi paling rendah.

26
Gambar 2.22 Amorphous

(Sumber : https://en.wikipedia.org)

2.5 Penyimpan energi


Pada sistem stand alone,, dibutuhkan baterei untuk menyimpan energi
listrik berlebih yang dihasilkan turbin angin dan panel surya.

Gambar 2.23
2. Spesifikasi Baterai yang Digunakan

Energi angin dan matahari tidak selalu ada sepanjang hari untuk digunakan
sebagai penyuplai listrik dikarenakan kecepatan angin dan radiasi sinar matahari
setiap saat selalu berubah-ubah
berubah ubah dan tidak sama atau selalu ada sepanjang hari.

27
Oleh karena itu digunakan alat penyimpan energi yang dihasilkan dari kincir
angin dan panel surya yang berfungsi sebagai back up tenaga listrik. Ketika terjadi
penggunaan beban meningkat dan kecepatan angin serta radiasi sinar matahari
menurun maka permintaan daya listrik tidak dapat terpenuhi. Hal tersebut dapat
diatasi dengan mengambil cadangan energi dari baterai atau aki sebagai penyuplai
listrik pada pengguna.
Spesifikasi aki yang digunakan menggunakan jenis Absorbent Glass Mat
Battery (AGM). Aki jenis ini memiliki separator (pemisah) yang terdiri dari
fiberglass yang diletakkan di antara pelat-pelat selnya yang bertujuan menyerap
cairan elektrolit agar tersimpan di pori-pori fiberglass. Fungsi fiberglass ini mirip
seperti handuk yang menyerap air ketika salah satu ujung handuknya dicelupkan
ke dalam ember yang berisi air.
Diantara kelebihan AGM (Absorbed Glass Mat Battery) baterai yang
digunakan adalah:
- Hampir semua aki AGM sistem pengecasannya sama seperti pengecasan aki
pada umumnya. Tidak memerlukan syarat-syarat dan alat pengecas (charger)
yang khusus.
- Dapat disimpan untuk waktu yang lama tanpa harus dicas ulang karena self-
discharge nya sangat rendah (1% - 3% per bulan). (Self-discharge = penurunan
kapasitas / tegangan aki pada kondisi tanpa beban karena adanya resistansi
internal).
- Karena resistansi internal-nya sangat rendah, aki tidak akan kepanasan walau
digunakan pada beban yang membutuhkan arus yang besar atau saat di-cas
ulang dengan arus listrik yang tinggi.
- Bebas perawatan, anti penguapan, anti bocor dan tetap beroperasi walaupun
dalam cuaca sangat dingin, bahkan walau casing akinya retak atau pecah akan
tetap beroperasi dengan baik. (Lead Acid Battery, 2013)

2.6 Analisa Regresi

Analisa Regresi digunakan untuk melihat karakteristik tegangan, arus dan


daya yang dihasilkan pembangkit listrik tenaga hibrid dengan pengamatan
terhadap waktu. Menentukan kesalahan pengukuran menggunakan regresi power

28
yang terdapat pada perangkat lunak yang mana menggunakan persamaan regresi
power.
= (2-1)

dimana,

= data pada sumbu


= daya pada sumbu
= kemiringan( , )
= titik perpotongan( , )

Persamaan tersebut digunakan untuk melihat persentase kesalahan dari


pengukuran yang dilakukan. Dengan menggunakan persamaan (2-1), digunakan
salah satu nilai hasil pengukuran untuk mencari nilai perhitungan hasil persamaan
regresi. Dari hasil perhitungan, kemudian dapat dihitung besar kesalahan
pengukuran dengan membandingkan hasil pengukuran dan hasil perhitungan
menggunakan persamaan berikut.

= 100% × 100% (2-2)

29
BAB III
METODE PERANCANGAN SISTEM HIBRID

Bab ini menjelaskan tentang metodologi penelitian alat yang akan dibuat.
Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penelitian dan penulisan laporan
skripsi ini adalah sebagai berikut:

3.1 Prosedur dan Pengumpulan Data


Prosedur dan pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis meggunakan
metode eksperimental dengan pendekatan kuantitatif yaitu melakukan pengamatan
untuk mencari data penelitian yang bertujuan membuat gambaran secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai sistem hibrid yang menggabungkan
pembangkit listrik tenaga angin dan pembangkit listrik tenaga matahari.
Kemudian mengambil data tegangan, arus dan daya yang dihasilkan oleh turbin
angin dengan berbagai kecepatan angin yang berhembus serta data tegangan, arus
dan daya yang dihasilkan oleh panel surya. Selain itu penelitian ini menggunakan
pula metode Observasi partisipatif. yaitu penulis terlibat langsung dalam kegiatan
sehari-hari sistem yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data.
Prosedur pengambilan data dilakukan selama 2 hari, siang dan malam.
Teknik pengumpulan data merupakan salah satu langkah untuk
mendapatkan data dari objek yang diteliti sebelum mengambil kesimpulan akhir.
Penentuan teknik pengumpulan data tergantung pada jenis dan sumber data yang
diperlukan. Secara umum teknik pengumpulan data ini meliputi pengamatan
(observasi), wawancara, dan dokumentasi.
1. Observasi (pengamatan).
Penulis melakukan observasi langsung pada peralatan sistem hibrid, kincir
angin, panel surya dan beban yang terpasang untuk memperoleh data daya
listrik yang dihasilkan oleh kincir angin dan panel surya tersebut.
2. Wawancara.
Teknik wawancara dilakukan sebagai studi pendahuluan, selanjutnya penulis
juga melakukan wawancara secara mendalam untuk mengetahui berbagai hal
tentang sistem hibrid pada pembangkit listrik dengan menggunakan kincir
angin dan panel surya.

30
3. Dokumentasi.
Teknik pengumpulan data dengan dokumen pada penelitian ini, merupakan
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara, yaitu dengan
cara mempelajari data-data tertulis berupa buku-buku serta mempelajari
dokumen tertulis lainnya yang berkaitan dengan sistem hibrid.

3.2 Bahan Penelitian


Sistem Hibrid Pembangkit Listrik memiliki instalasi peralatan yang
digunakan untuk mengatur pembangkitan listrik sebagai berikut:
Tabel 3.1 Bahan penelitian

31
Tabel lanjutan 3.1 Bahan penelitian

32
NO Nama Bahan Jumlah Keterangan
21 Induktor 100μH 1 Sebagai komponen penunjang LM2576
22 Capacitor 2200μF 1 Sebagai komponen penunjang LM2576
23 Ground Isolator 1 Sebagai komponen pembeda ground
24 IC Regulator 7805 1 Sebagai komponen step-down catu daya
25 Capacitor 10μF 2 Sebagai komponen penunjang IC 7805
26 LED Hijau 1 Sebagai penanda peralatan hidup
1 Sebagai Konektor Aki
1 Sebagai Konektor Load
27 Terminal Blok 1 Sebagai Konektor WT
1 Sebagai Konektor DL
1 Sebagai Konektor PV
28 ACS 712 3 Sebagai sensor arus
29 Resistor 68kΩ 3 Sebagai komponen voltage sensor
30 Capacitor 100nF 3 Sebagai komponen voltage sensor
1 Sebagai penyearah jalur input WT
31 Dioda 15SQ045
1 Sebagai penyearah jalur input PV
2 Sebagai Voltage Controlled WT
32 Opto PC817 2 Sebagai Voltage Controlled DL
2 Sebagai Voltage Controlled PV
1 Sebagai komponen Voltage Controll WT
33 Resistor 20Ω 1 Sebagai komponen Voltage Controll DL
1 Sebagai komponen Voltage Controll PV
1 Sebagai komponen Voltage Controll WT
34 Capacitor 33μF 1 Sebagai komponen Voltage Controll DL
1 Sebagai komponen Voltage Controll PV
1 Sebagai komponen Voltage Controll WT
35 Dioda 1N4148 1 Sebagai komponen Voltage Controll DL
1 Sebagai komponen Voltage Controll PV
2 Sebagai komponen Voltage Controll WT
36 Capacitor 220μF
2 Sebagai komponen Voltage Controll PV
1 Sebagai komponen Voltage Controll WT
37 Dioda SR5100
1 Sebagai komponen Voltage Controll PV
1 Sebagai komponen Voltage Controll WT
38 Induktor 30μH
1 Sebagai komponen Voltage Controll PV
1 Sebagai komponen Voltage Controll WT
39 IRFP150N 1 Sebagai komponen Voltage Controll DL
1 Sebagai komponen Voltage Controll PV
40 Switch ON OFF ON 1 Sebagai saklar peralatan sistem hibrid
41 Fuse 3A 4 Sebagai pemutus tegangan
42 Binding Post Merah 5 Sebagai konektor terminal DC positif
43 Binding Post Hitam 5 Sebagai konektor terminal DC negatif

Tabel lanjutan 3.1 Bahan penelitian

33
NO Nama Bahan Jumlah Keterangan
44 Heatsink * Sebagai pendingin komponen
45 Akrilik * Sebagai bahan baku utama casing alat
46 PCB Double Layer * Sebagai shield board
47 Black housing * Sebagai konektor female
48 Header female * Sebagai konektor male
49 Kabel Pelangi * Sebagai penyalur arus listrik
50 Kawat Email * Sebagai penyalur arus listrik
* secukupnya yang dibutuhkan oleh peralatan

3.3 Alat Penelitian


Pada implementasinya penelitian ini membutuhkan beberapa alat untuk
penelitian, termasuk peralatan yang dirancang khusus untuk kegiatan penelitian.
Alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2 Alat Penelitian

No. Jenis alat Nama alat Keterangan


Untuk melakukan pemograman
Arduino IDE 1.6.7
Perangkat terhadap alat
1
Lunak Eagle 7.2.0 Untuk mendesain boardsistem
Corel Draw X7 Untuk mendesain box
Alat ukur tegangan, arus dan
Multimeter digital
hambatan listrik
2 Alat Ukur
Untuk mengukur panjang ataupun
Penggaris
membuat garis lurus
Untuk menyolder komponen pada
Solder 40 Watt
PCB
Tempat menyimpan/meletakkan
Dudukan solder
solder yang panas
3 Alat solder Pasta solder Pembersih mata solder
Alat bantu pencabut/penyedot
Solder Vacuum
timah hasil proses penyolderan
Alat bantu saat proses
Third hand tool
penyolderan
Tabel lanjutan 3.2 Alat Penelitian

34
No. Jenis alat Nama alat Keterangan
Bor tangan Untuk membuat lubang
Tang jepit Untuk menjepit komponen/benda
Untuk memotong
Tang potong
bahan/komponen
Untuk mengunci dan melepaskan
Obeng
4 Alat perkakas baut
Untuk memotong bahan yang
Cutter
diperlukan
Untuk memotong bahan yang
Gunting
diperlukan
Gergaji tangan Untuk memotong PCB

3.4 Perancangan Alat


Perancangan alat pada penelitian ini merupakan perencanaan dan
perancangan sistem, agar sistem yang dibuat sesuai dengan harapan. Perencanaan
dilakukan untuk memudahkan pembuatan dan pengintegrasian berbagai
komponen elektronika yang akan dibuat, selain itu juga untuk memudahkan
pembelajaran tentang diagram alir sistem yang berhubungan dengan pelaksanaan
perancangan, pembuatan dan penyelesaian skripsi.
Perancangan berisi tahapan - tahapan yang dilakukan dalam
merealisasikan perencanaan. Pada bagian perancangan terdiri dari 2 bagian yaitu
perancangan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Bagian-
bagian tersebut akan dibahas dan dijelaskan pada sub bab ini. Diagram blok alat
ditunjukkan pada Gambar 3.1.

Photovoltaic LCD 20x4 Logger Wind Turbine

Voltage 35 Voltage
Sensor Sensor
Charger
Control

Gambar 3.1 Blok Diagram Alat

3.4.1 Perancangan Perangkat Keras

3.4.1.1 Rangkaian ATMega (ATMega Shield)


Rangkaian ATMega (ATMega Shield) adalah sebuah papan PCB yang
dibuat khusus agar ATMega dapat berhubungan dengan sistem yang sedang
dikontrol serta menunjang kinerja yang lebih baik. Pada alat yang dibuat penulis
ini, rangkaian Atmega (ATMega Shield) digunakan untuk menghubungkan pin I/O
ATMega dengan rangkaian sensor, rangkaian optocoupler, Clock, Logger, dan
LCD 20x4. Gambar dari rangkaian Arduino Shield ditunjukkan pada Gambar 3.2.

36
Gambar 3.2 Rangkaian Shield ATMega

3.4.1.2 Rangkaian Sensor


Voltage Divider atau Pembagi Tegangan adalah suatu rangkaian sederhana
yang mengubah tegangan besar menjadi tegangan yang lebih kecil. Fungsi dari
Pembagi Tegangan ini di Rangkaian Elektronika adalah untuk membagi Tegangan
Input menjadi satu atau beberapa Tegangan Output yang diperlukan oleh
Komponen lainnya didalam Rangkaian. Hanya dengan menggunakan dua buah
Resistor
esistor atau lebih dan Tegangan Input, kita telah mampu membuat sebuah
rangkaian pembagi tegangan yang sederhana.

Gambar 3.3 Voltage Divider

Sensor arus pada rangkaian ini merupakan modul sensor untuk mendeteksi
besar arus yang mengalir lewat blok terminal menggunakan current sensor chip
ACS712 yang memanfaatkan efek Hall. Efek Hall adalah fenomena fisika dimana
aliran listrik / elektron dalam pelat konduktor terpengaruh oleh paparan medan
magnet,

37
Gambar 3.4 Sensor Arus ACS712

Rangkaian Sensor pada peralatan ini seperti terlihat pada Gambar 3.5,
Gambar 3.6, dan Gambar 3.7
3. menggunakan dua sensor yaitu sensor tegangan
dengan sistem Voltage Divider dan menggunakan sensor arus ACS712.

Gambar 3.5 Rangkaian Sensor PV

38
Gambar 3.6 Rangkaian Sensor WT

Gambar 3.7 Rangkaian Sensor Baterai

3.4.1.3 Rangkaian Optocoupler dan Mosfet


Optocoupler adalah suatu piranti yang terdiri dari 2 bagian yaitu
transmitter dan receiver, yaitu antara bagian cahaya dengan bagian deteksi sumber
cahaya terpisah biasanya optocoupler digunakan sebagai saklar elektrik,yang
bekerja otomatis. Pada dasarnya Optocoupler terdiri dari dua bagian yaitu :

1. Pada transmitter dibangun dari sebuahsebuah


sebuahsebuah LED infra merah. Jika
dibandingkan
bandingkan dengan menggunakan LED biasa, LED infra merah
memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap sinyal tampak. Cahaya
yang dipancarkan oleh LED infra merah tidak terlihat oleh mata
telanjang.

39
2. Pada bagian receiver dibangun dengan dasar komponen Photodiode.
Photodiode merupakan suatu transistor yang peka terhadap tenaga
cahaya. Suatu sumber cahaya menghasilkan energi panas, begitu pula
dengan spektrum infra merah. Karena spekrum inframerah mempunyai
efek panas yang lebih besar dari cahaya tampak, maka Photodiode
lebih peka untuk menangkap radiasi dari sinar infra merah.

Gambar 3.8 Simbol Optocoupler

Pada alat ini akan menerapkan dual complimenter optoisolator, yaitu


menggunakan dua optocoupler dengan cara menghubung seri kedua komponen
tersebut yang dimaksud untuk mengendalikan gate MOSFET dan ground-
isolation pada rangkaian mikrokontroller terhadap arus balik.

MOSFET (Metal Oxide Semiconductor Field Effect Transistor) adalah


suatu transistor dari bahan semikonduktor (silicon) dengan tingkat konsentrasi
ketidakmurnian tertentu. Tingkat dari ketidakmurnian ini akan menentukan jenis
transistor tersebut, yaitu transistor MOSFET tipe-N (NMOS) dan transistor
MOSFET tipe-P (PMOS). Bahan silicon ini yang akan digunakan sebagai
landasan (substrat) penguras (drain), sumber (source), dan gerbang (gate).
Selanjutnya transistor ini dibuat sedemikian rupa agar antara substrat dan
gerbangnya dibatasi oleh oksida silicon yang sangat tipis. Oksida ini diendapkan
di atas sisi kiri kanal, sehingga transistor MOSFET akan mempunyai kelebihan
dibanding dengan transistor BJT (Bipolar Junction Transistor), yaitu
menghasilkan disipasi daya yang rendah. Power MOSFET juga merupakan
perangkat voltage-controlled dan hanya memerlukan input arus yang kecil.
Kecepatan pensaklaran sangat cepat dan waktu pensaklaran dari nanoseconds.
Maka dari itu alat ini akan menggunakan power MOSFET model IRFP150N yang
merupakan mosfet NMOS.

40
Gambar 3.9 Bentuk fisik Power MOSFET IRFP150 N-Channel

Berikut adalah deskripsi dari Power MOSFET IRF150 N-Channel yang


digunakan sebagai komponen voltage controlled.

Tabel 3.3 Deskripsi powerMOSFET IRFP150 N-Channel

( ) 100
( )( ) = 10 0.036
( . )( ) 110
( ) 15
( ) 58

Pada Gambar 3.10, Gambar 3.11, dan Gambar 3.12 terdapat dua buah
optocoupler sebagai ground isolator dari rangkaian MOSFET, dengan adanya dua
optocoupler ini maka mikrokontroller akan terlindungi arus dan tegangan balik
dari rangkaian MOSFET.

41
Gambar 3.10 Voltage Controll PV

Gambar 3.11 Voltage Controll WT

Gambar 3.12 Voltage Controll DL

42
3.4.1.4 Rangkaian LCD (Liquid Crystal Display)
LCD (Liquid Crystal Display) adalah suatu jenis media tampil yang
menggunakan kristal cair sebagai penampil utama.

Gambar 3.13 Bentuk fisik LCD (Liquid Crystal Display)

Pada penelitian ini, aplikasi LCD yang digunakan adalah LCD dot matrik
dengan jumlah karakter 20 x 4. LCD sangat berfungsi sebagai penampil yang
nantinya akan digunakan untuk menampilkan status kerja alat. Berikut ini
deskripsi fungsi pin-pin yang terdapat pada LCD.

Tabel 3.4 Deskripsi fungsi pin pada lcd

Pin Deskripsi
1 Ground
2 Vcc (+5V)
3 Pengaturkontras
4 “RS” Instruction/RegisterSelect
5 “R/W” Read/Write LCDRegisters
6 “EN”Enable
7-14 Data I/OPins
15 Vcc
16 Ground

Rangkaian pengendali LCD menggunakan 2Wire adalah modul LCD yang


dikendalikan dengan protokol shift register.

43
Gambar 3.14 2Wire LCD

3.4.1.5 Rangkaian Clock


Rangkaian RTC (Real Time Clock) adalah modul untuk jam, dimana akan
menyimpan dan memberi pewaktuan yang real atau sesuai waktu pada saat ini.
Rangkaian sangat sederhana hanya terdiri dari 1 ic, 2 resistor
resistor dan satu baterai
cmos. Resistor
esistor pull up harus dipasang kalau tidak rangkaian tidak akan berfungsi.
Rangkaian ini mempunyai
mempunyai 3 keluaran yaitu SDA, SCL dan SQW namun yang
dipakai untuk jam hanya 2 yaitu SDA dan SCL yang nantinya akan di hubungkan
ke mikrokontroler. Khusus untuk SQW keluaran berupa sinyal / pulsa kotak untuk
tujuan pengukuran. Baterai yang dipakai adalah baterai
baterai kancing dengan kode
CR2032, fungsi baterai ini sebagai power supply cadangan ketika tidak ada arus
dari power supply utama ke ic DS1307.
DS1307

Gambar 3.15 Rangkaian RTC

44
3.4.1.6 Rangkaian Logger
Rangkaian logger pada peralatan ini menggunakan SDCard Adapter untuk
menyimpan file pencatatan tanggal, waktu, besaran tegangan, arus dan posisi
Dummy Load.

Gambar 3.16 Rangkaian Logger

3.4.1.7 Rangkaian Supply


Agar rangkaian dapat berfungsi dengan baik maka diperlukan sebuah
rangkaian catu daya, rangkaian catu daya pada penelitian ini menggunakan IC
LM2576-12 yang menurunkan tegangan sampai 35v menjadi 12v untuk
mensuplai tegangan masukkan ke voltage controlled melalui ground isolator dan
rankaian 5V. Rangkaian 5v menggunakan IC 7805 yang menurunkan tegangan
dari 12v menjadi 5v. Rangkaian supply 5v digunakan untuk mensuplai sistem
kontrol ATMega dan LCD 20 x 4.

Gambar 3.17 Rangkaian Supply

45
3.4.1.8 Desain Casing Alat
Perancangan Casing alat dibuat menggunakan akrilik sebagai bahan
bakunya dengan ketebalan 5 mm. Desain casing terdiri dari beberapa lapisan,
yakni lapisan atas, lapisan bawah, dan lapisan samping.
Pada sisi atas terdapat satu buah lubang untuk tempat LCD dan satu buah
lubang untuk tempat SDCard. Desain Casing bagian atas diperlihatkan pada
gambar dibawah ini.

Gambar 3.18 Desain Casing Atas

Pada sisi bawah terdapat empat buah lubang untuk dudukan PCB dan
Heatsink. Desain Casing bagian bawah diperlihatkan pada gambar dibawah ini.

46
Gambar 3.19 Desain Casing Bawah

Pada sisi samping kiri dan kanan hanya sebagai penutup box. Desain
Casing samping kiri dan kanan diperlihatkan pada gambar dibawah ini.

Gambar 3.20 Desain Casing Samping Kiri dan Kanan

Pada sisi depan terdapat enam buah lubang bagian atas untuk lubang
dudukan konektor DC dan tiga buah lubang bagian bawah untuk lubang dudukan
sekering. Desain Casing sisi depan diperlihatkan pada gambar dibawah ini.

Gambar 3.21 Desain Casing Sisi Depan

47
Pada sisi belakang terdapat empat buah lubang bagian atas untuk lubang
dudukan konektor DC, dua buah lubang bagian bawah untuk lubang dudukan
sekering dan dua buah lubang kecil bagian bawah untuk lubang dudukan SDCard.
Desain Casing sisi belakang diperlihatkan pada gambar dibawah ini.

Gambar 3.22 Desain Casing Sisi Belakang

3.4.2 Perancangan Perangkat Lunak


Pada penelitian ini perangkat lunak digunakan sebagai kumpulan perintah
agar mikrokontroller (alat) dapat bekerja sesuai dengan yang diharapkan.Untuk
melakukan pemrograman terhadap ATMega, maka digunakan perangkat lunak
Arduino IDE yang berperan untuk menulis program, meng-compile program
menjadi kode biner dan meng-upload program ke dalam memori
mikrokontroller.Pada gambar 3.23 diperlihatkan tampilan dari Arduino IDE versi
1.6.8.

Gambar 3.23 Tampilan dari Arduino IDE 1.6.8

48
Untuk melakukan pemrograman terhadap board Arduino digunakan
bahasa pemrograman dari Arduino IDE yakni bahasa pemrograman C/C++ yang
telah dimodifikasi sehingga memudahkan pengguna dalam melakukan
pemrograman. Selain itu, pada Arduino IDE telah disediakan berbagai fasilitas
pendukung seperti contoh kode program (sketch), library, serial monitor, dan
berbagai fasilitas pendukung lainnya.

3.5 Pengambilan Data


Pengambilan data dilakukan seluruh komponen dirangkai menjadi satu.
Pengambilan data dilakukan bersamaan dengan pengujian tiap komponen.
Pengujian sensor tegangan dan arus dilakukan untuk mengkalibrasi sensor dengan
alat ukur multimeter standar. Pengujian dilakukan dengan cara mengukur
tegangan secara bersamaan dimana posisi sensor/alat dan kalibrator diletakkan
saling berdekatan. Data yang diambil adalah nilai ADC (Analog to Digital
Converter) dari pembacaan sensor saat terdapat tegangan pada rentang 0volt
sampai dengan 24volt. Pengukuran nilai ADC dilakukan dalam menggunakan
program pembacaan tegangan sehingga nilai ADC yang terukur langsung
ditampilkan pada LCD alat. Nilai ADC yang telah didapat kemudian digunakan
sebagai data untuk mencari model matematis hubungan antara sensor tegangan
dengan tegangan yang mengalir, maka alat/mikrokontroller dapat menghitung
besar tegangan dalam satuan per seratus atau dua angka dibelakang koma.

3.6 Implementasi
Perancangan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software)
akan diimplementasikan untuk membuat sistem yang diharapkan dalam
membentuk alat sistem hibrid pembangkit listrik dengan kincir angin dan panel
surya.

3.6.1 Implementasi Perangkat Keras


Implementasi perangkat keras dari sistem ini terbagi dalam beberapa
bagian meliputi rangkaian sensor tegangan dan arus, rangkaian ATMega Shield
dengan pin I/O ATMega yang terhubung dengan rangkaian yang sudah
terintegrasi dan catu daya. Bentuk fisik alat secara keseluruhan ditunjukkan pada
Gambar 3.24.

49
Gambar 3.24 Bentuk Fisik Alat

3.6.2 Implementasi Perangkat Lunak


Pada implementasi perangkat lunak program Arduino difungsikan agar
Arduino dapat memproses data yang telah dibaca oleh perangkat sensor yang
terhubung dengan ATMega.

Gambar 3.25 Konfigurasi Pin


Gambar 3.25 merupakan konfigurasi pin masukkan ATMega shield. A0 –
A7 pada baris ini menunjukkan pin yang digunakan untuk pembacaan nilai yang
didapat dari rangkaian sensor dan clock. D5 – D13 merupakan pin digital.

50
Gambar 3.26 Icon Solar Panel
Gambar 3.26 merupakan contoh pembuatan icon untuk sol
solar panel sebagai
penanda untuk angka keluaran tegangan dan arus yang berda di baris di
bawahnya.

Gambar 3.27 Void Setup

51
Pada Gambar 3.27
3. merupakan kode program fungsi void setup pada
Arduino. Fungsi void setup merupakan persiapan awal program yang hanya
diaktifkan satu kali saat sistem dihidupkan.

Gambar 3.28 Void Loop


Pada Gambar 3.28
3. merupakan salah satu kode program fungsi void loop.
Fungsi ini akan dijalankan berulang kali setelah fungsi void setup dan akan
berhenti saat sistem dimatikan.

3.7 Hasil Pengujian


Pada bagian ini menjelaskan tentang pengujian sistem per bagian.
Pengujian peralatan sistem hibrid pembangkit listrik dengan kincir angin dan
panel surya dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan sistem.

3.7.1 Sensor Tegangan


Sensor Tegangan yang akan di gunakan harus di uji terlebih dahulu
dengan cara percobaan menggunakan panel surya dan multimeter sebagai
pembanding besaran dan sebagai kalibrasi dari sensor
sensor tegangan dengan sistem
voltage divider yang dipakai. Gambar 3.29 menunjukkan perbandingan
pengukuran tegangan dengan menggunakan multimeter dan sensor tegangan
yang dibuat.

52
Gambar 3.29 Pengujian Sensor Tegangan

3.7.2 Voltage Controller


Pengujian voltage controller agar output dari kincir angin dan panel
surya mengeluarkan hasil yang maksimal dan bisa di kontrol. Pengisian pada
baterai yang berlebihan dapat menyebabkan berkurangnya umur pakai
baterai. Pengujian voltage controller pada peralatan menggunakan multimeter
untuk mengetahui tegangan yang melalui voltage controller seperti yang
terlihat pada Gambar 3.30.

Gambar 3.30 Pengujian Voltage Controller

53
Pada Gambar 3.31 dapat dilihat voltage controller dapat mengontrol
besaran tegangan yang akan disalurkan ke baterai dan load. Pengujian ini
dengan merubah besaran PWM untuk mengendalikan voltage controller yang
dihasilkan oleh Arduino/ATMega dengan menggunakan trimpot. Lampu led
yang menyala terang pada sisi kanan menandakan besaran sinyal yang
digunakan sehingga voltage controller mati dan tidak menyalurkan tegangan.
Tegangan yang terbaca pada multimeter adalah 0 volt.

Gambar 3.31 Voltage Controller Mati

Voltage Controller akan bekerja kembali untuk menyambungkan


tegangan jika trimpot diputar dan akan menurunkan tegangan setengah dari
tegangan masukan, dalam pengujian ini adalah 6.23Volt. Hal ini
menggunakan prinsip buck converter. Seperti yang terlihat pada Gambar
3.32, lampu led sebagai penanda voltage controllerr bekerja, hidup sama
terang pada kedua lednya yang menandakan sistem bekerja setengah hidup.

54
Gambar 3.32 Voltage Controller Setengah Hidup

Voltage Controller akan bekerja penuh untuk menyambungkan aliran


tegangan jika trimpot diputar penuh dan lampu led sebagai penanda voltage
controller bekerja akan hidup terang pada sisi kiri dari optocoupler.pada
percobaan ini nilai tegangan yang digunakan adalah 12.59Volt.

Gambar 3.33 Voltage Controller Hidup

3.7.3 LCD (Liquid Crystal Display)


Pengujian LCD agar tampilan data dari alat yang dibuat bisa terlihat
dengan baik. Pemasangan LCD ke sistem peralatan menggunakan metode
2wire shift register dengan pertimbangan untuk meminimalisir jumlah
sambungan dari LCD ke ATMega. Dengan sistem ini maka hanya

55
membutuhkan dua sambungan saja yaitu SCL dan SDA. SCL adalah jalur
clock, dan SDA adalah jalur data.

Gambar 3.34 Pengujian LCD

56
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan membahas tentang hasil dari pengujian sistem hibrid
pembangkit listrik dengan kincir angin dan panel surya. Secara keseluruhan
pengujian alat ini bertujuan untuk mengetahui bahwa alat bekerja dengan baik
sehingga menghasilkan sistem yang diinginkan.

4.1 Hasil Penelitian


Untuk menguji sistem hibrid pembangkit dengan menggunakan kincir
angin dan panel surya, dilakukan pengamatan di lapangan yaitu memasang
peralatan sistem hibrid, kincir angin, panel surya, beban dan aki dengan rentang
pengamatan selama dua hari. Pada Gambar 4.1 memperlihatkan pemasangan
peralatan yang akan mengendalikan kincir angin dengan tambahan dummy load
dan panel surya serta beban berupa lampu jalan dan dilakukan pencatatan secara
otomatis dengan rentang waktu 1 detik selama dua hari (31 Agustus sampai
dengan 2 September 2016).

Gambar 4.1 Pengujian Alat di Lapangan

57
Gambar 4.2 Pembangkit dan Beban

Data hasil pengamatan peralatan sistem hibrid harus menunjukkan


kesesuaian dengan tujuan pembuatan, yaitu bisa membuat dua pembangkit bisa
bekerja secara berbarengan. Hasil yang didapatkan juga harus bisa tercatat
sehingga bisa diteliti dan di analisis, sehingga bisa dilihat kemampuan kerja dari
peralatan sistem hibrid pembangkit listrik dengan kincir angin dan panel surya
seperti yang terlihat pada Gambar 4.3 - Gambar 4.14.

16
14
12
10
8 PV_VOLT (V)
6 BAT_VOLT (V)
4 WT_VOLT (V)
2
0
11:00:00
11:00:15
11:00:30
11:00:45
11:01:00
11:01:16
11:01:31
11:01:46
11:02:01
11:02:16
11:02:32
11:02:47
11:03:02
11:03:17
11:03:32
11:03:48
11:04:03
11:04:18
11:04:33
11:04:48

Gambar 4.3 Tegangan Sistem Jam 11:00 – 11:05

58
0
2
4
6
8
10
12
14
16
0
1
2

0,5
1,5
2,5

0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
18:00:00 11:00:00
18:00:03 11:00:00 11:00:15
18:00:06 11:00:17 11:00:30
18:00:09 11:00:34 11:00:45
18:00:12 11:00:51 11:01:00
18:00:15 11:01:08 11:01:16
18:00:18 11:01:26 11:01:31
18:00:21 11:01:43 11:01:46
18:00:24 11:02:00 11:02:01
18:00:27 11:02:17 11:02:16
18:00:30 11:02:35 11:02:32
18:00:33 11:02:52 11:02:47
18:00:37 11:03:09 11:03:02

59
18:00:40 11:03:26 11:03:17
18:00:43 11:03:44 11:03:32
18:00:46 11:04:01 11:03:48
18:00:49 11:04:03
11:04:18
18:00:52 11:04:18
11:04:35
18:00:55 11:04:33
11:04:53
18:00:58 11:04:48
Gambar 4.4 Arus Sistem Jam 11:00 – 11:05

Gambar 4.5 Daya Sistem Jam 11:00 – 11:05

Gambar 4.6 Tegangan Sistem Jam 18:00 – 18:01


PV_WATT (W)

PV_VOLT (V)
PV_AMP (A)

WT_WATT (W)
BAT_WATT (W)

WT_VOLT (V)
WT_AMP (A)

BAT_VOLT (V)
BAT_AMP (A)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
0,5
1,5
2,5

0
1
2

0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
23:25:00
18:00:00
23:25:15 18:00:00 18:00:03
23:25:30 18:00:04 18:00:06
23:25:46
18:00:08 18:00:09
23:26:01
18:00:12
23:26:16 18:00:12
18:00:15
23:26:31 18:00:16 18:00:18
23:26:47 18:00:20 18:00:21
23:27:02 18:00:24
18:00:24
23:27:17 18:00:27
23:27:32 18:00:28
18:00:30
23:27:48 18:00:32 18:00:33
23:28:03 18:00:37 18:00:37

60
23:28:18 18:00:40
18:00:41
23:28:33 18:00:43
23:28:48 18:00:45
18:00:46
23:29:04 18:00:49 18:00:49
23:29:19 18:00:53 18:00:52
23:29:34 18:00:55
18:00:57
23:29:49 18:00:58
Gambar 4.7 Arus Sistem Jam 18:00 – 18:01

Gambar 4.8 Daya Sistem Jam 18:00 – 18:01

Gambar 4.9 Tegangan Sistem Jam 23:25 – 23:30


PV_AMP (A)

PV_WATT (W)

PV_VOLT (V)
WT_AMP (A)

WT_WATT (W)

WT_VOLT (V)
BAT_AMP (A)

BAT_VOLT (V)
BAT_WATT (W)
0
2
4
6
8
10
12
0,5
1,5

0
1
2

0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
5:25:00 23:25:00
5:26:49 23:25:00 23:25:15
5:28:38 23:25:17 23:25:30
5:30:26 23:25:35 23:25:46
5:32:15 23:25:52 23:26:01
5:34:04 23:26:09 23:26:16
5:35:53 23:26:26 23:26:31
5:37:42 23:26:44 23:26:47
5:39:31 23:27:01 23:27:02
5:41:20 23:27:17
23:27:18
5:43:09 23:27:32
23:27:35
5:44:58 23:27:48
23:27:53
5:46:47 23:28:03
5:48:36 23:28:10

61
23:28:18
5:50:25 23:28:27
23:28:33
5:52:14 23:28:44
23:28:48
5:54:03 23:29:02
23:29:04
5:55:52 23:29:19 23:29:19
5:57:41 23:29:36 23:29:34
5:59:30 23:29:53 23:29:49
Gambar 4.10 Arus Sistem Jam 23:25 – 23:30

Gambar 4.11 Daya Sistem Jam 23:25 – 23:30

Gambar 4.12 Tegangan Sistem Jam 05:25 – 06:01


PV_AMP (A)

PV_WATT (W)

PV_VOLT (V)
WT_AMP (A)

WT_WATT (W)

WT_VOLT (V)
BAT_AMP (A)

BAT_VOLT (V)
BAT_WATT (W)
0,3

0,25

0,2

0,15 PV_AMP (A)


BAT_AMP (A)
0,1
WT_AMP (A)
0,05

0
5:25:00
5:26:54
5:28:48
5:30:42
5:32:36
5:34:30
5:36:24
5:38:18
5:40:12
5:42:06
5:44:00
5:45:54
5:47:48
5:49:42
5:51:36
5:53:30
5:55:24
5:57:18
5:59:12
Gambar 4.13 Arus Sistem Jam 05:25 – 06:01

3,00

2,50

2,00

1,50 PV_WATT (W)


BAT_WATT (W)
1,00
WT_WATT (W)

0,50

0,00
5:25:00
5:26:54
5:28:48
5:30:42
5:32:36
5:34:30
5:36:24
5:38:18
5:40:12
5:42:06
5:44:00
5:45:54
5:47:48
5:49:42
5:51:36
5:53:30
5:55:24
5:57:18
5:59:12

Gambar 4.14 Daya Sistem Jam 05:25 – 06:01

4.2 Analisa efektifitas pembangkit listrik terhadap beban energi


Analisa efektifitas pembangkit digunakan untuk melihat perbandingan
besaran energi listrik yang dibutuhkan dengan energi listrik yang dibangkitkan
sehingga bisa dilihat kemampuan pembangkit dalam menghasilkan energi.

4.2.1 Energi Listrik Beban


Penerangan Jalan Umum mempunyai rentang waktu beroperasi dari pukul
18.00 lampu menyala dan mati pada pukul 06.00, sehingga lampu beroperasi
selama 12 jam. Energi yang terpakai pada PJU ini adalah:

62
W = (P x t) x cos θ

= 15 x 12 x 0.8

= 144Wh per hari

4.2.2 Energi listrik di Bangkitkan


Panel surya dapat menghasilkan energi mulai dari jam 05.33 sampai jam
17.55 pada percobaan ini. Energi rata-rata yang dihasilkan panel surya ini adalah:

Tabel 4.1 Rata-rata energi Panel Surya

Jam Rata-rata energi (Watt)


11.00 15.92
12.00 13.74
13.00 12.46
14.00 10.02
15.00 5.93
16.00 2.98
17.00 1.64
18.00 0.00
19.00 0.00
20.00 0.00
21.00 0.00
22.00 0.00
23.00 0.00
24.00 0.00
1.00 0.00
2.00 0.00
3.00 0.00
4.00 0.00
5.00 1.03
6.00 4.70
7.00 9.03
8.00 13.63
9.00 18.74
10.00 18.94

Total energi rata-rata yang dihasilkan panel surya adalah 128.75Wh per hari
Kincir angin dapat menghasilkan energi selama 24 jam pada percobaan ini. Energi
rata-rata yang dihasilkan kincir angin ini adalah:

63
Tabel 4.2 Rata-rata energi Kincir Angin

Jam Rata-rata energi (Watt)


11.00 0.44
12.00 0.87
13.00 2.46
14.00 4.54
15.00 5.64
16.00 6.45
17.00 5.17
18.00 3.87
19.00 2.94
20.00 4.42
21.00 2.46
22.00 1.00
23.00 1.23
24.00 2.48
1.00 0.64
2.00 0.01
3.00 0.01
4.00 0.01
5.00 0.01
6.00 0.01
7.00 0.02
8.00 0.08
9.00 0.87
10.00 0.66

Total energi rata-rata yang dihasilkan kincir angin adalah 46.3Wh per hari
Total energi yang dibangkitkan per hari adalah 175.05Wh

4.3 Analisa regresi karakteristik pembangkit listrik tenaga hibrid


Tujuan pengujian ini adalah untuk melihat karakteristik tegangan, arus dan
daya yang dihasilkan pembangkit listrik tenaga hibrid dengan pengamatan
terhadap waktu.

64
a. Jam 10:00 Panel Surya

Daya dan Arus


1,5

y = 0,0666x1,0324
R² = 0,9901
Arus (A)

1,4

1,3
18,40 18,60 18,80 19,00 19,20 19,40 19,60 19,80
Daya (W)

Gambar 4.15 Daya dan Arus Jam 10:00

Tegangan dan Waktu


13,7

13,68
Tegangan (V)

13,66

13,64

13,62

13,6
9:59:59 10:00:01 10:00:03 10:00:05 10:00:06 10:00:08 10:00:10
Waktu

Gambar 4.16 Tegangan dan Waktu Jam 10:00

Menentukan kesalahan pengukuran menggunakan regresi power


yang terdapat pada perangkat lunak yang mana menggunakan persamaan
2-1. Pada Gambar 4.15 terdapat persamaan regresi dari grafik
perbandingan tegangan dan arus. Persamaan tersebut digunakan untuk
melihat persentase kesalahan dari pengukuran yang dilakukan.
.
= 0.066 (4-1)

65
= 19.46 ; = 1.43

.
= 0.066(19.46 )

= 0.066 × 21.399

= 1.41

dari hasil perhitungan, kemudian dapat dihitung besar kesalahan


pengukuran dengan membandingkan hasil pengukuran dan hasil
perhitungan menggunakan persamaan 2-2.

1.43
= 100% × 100%
1.41

= 100% (101.41%)

= 1.41%

b. Jam 11:00 Panel Surya

Daya dan Arus


1,5
y = 0,0865x0,9922
R² = 0,9944
Arus (A)

1
14,00 14,20 14,40 14,60 14,80 15,00 15,20
Daya (W)

Gambar 4.17 Daya dan Arus Jam 11:00

66
Tegangan dan Waktu
11,84

11,82

Tegangan (V)
11,8

11,78

11,76
10:59:58 11:00:01 11:00:03 11:00:06 11:00:08 11:00:11
Waktu

Gambar 4.18 Tegangan dan Waktu Jam 11:00

Saat waktu diubah, persamaan regresi yang dihasilkan oleh


karakteristik juga berubah, ini disebabkan oleh nilai pengukuran tidak
sama dengan sebelumnya. Seperti perhitungan yang diatas, untuk
menghitung persentase kesalahan pengukuran, maka digunakan persamaan
berikut,

.
= 0.086 (4-2)

= 14.49 ; = 1.23

.
= 0.086(14.49 )

= 1.22

maka persentase kesalahan adalah,

1.23
= 100% × 100%
1.22

= 100% (100.82%)

= 0.82%

67
c. Jam 12:00 Panel Surya

Daya dan Arus


1,3

1,28 y = 0,0788x1,0251
R² = 0,99
Arus (A) 1,26

1,24

1,22

1,2
14,50 14,60 14,70 14,80 14,90 15,00 15,10 15,20 15,30
Daya (W)

Gambar 4.19 Daya dan Arus Jam 12:00

Tegangan dan Waktu


11,9

11,88
Tegangan (V)

11,86

11,84

11,82

11,8
12:00:08 12:00:10 12:00:13 12:00:16 12:00:18 12:00:21
Waktu

Gambar 4.20 Tegangan dan Waktu Jam 12:00

Saat waktu diubah, persamaan regresi yang dihasilkan oleh


karakteristik juga berubah, ini disebabkan oleh nilai pengukuran tidak
sama dengan sebelumnya. Seperti perhitungan yang diatas, untuk
menghitung persentase kesalahan pengukuran, maka digunakan persamaan
berikut,

68
.
= 0.078 (4-3)

= 15.13 ; = 1.28

.
= 0.078(15.13 )

= 1.26

maka persentase kesalahan adalah,

1.28
= 100% × 100%
1.26

= 100% (101.58%)

= 1.58%

d. Jam 13:00 Panel Surya

Daya dan Arus


1,2

y = 0,0908x0,9741
1,1 R² = 0,9993
Arus (A)

0,9
10,80 11,80 12,80 13,80
Daya (W)

Gambar 4.21 Daya dan Arus Jam 13:00

69
Tegangan dan Waktu
11,8

11,75

Tegangan (V)
11,7

11,65
12:59:58 13:00:00 13:00:03 13:00:05 13:00:07 13:00:10
Waktu

Gambar 4.22 Tegangan dan Waktu Jam 13:00

Saat waktu diubah, persamaan regresi yang dihasilkan oleh


karakteristik juga berubah, ini disebabkan oleh nilai pengukuran tidak
sama dengan sebelumnya. Seperti perhitungan yang diatas, untuk
menghitung persentase kesalahan pengukuran, maka digunakan persamaan
berikut,

.
= 0.090 (4-4)

= 12.25 ; = 1.04

.
= 0.090(12.25 )

= 1.03

maka persentase kesalahan adalah,

1.04
= 100% × 100%
1.03

= 100% (100.97%)

= 0.97%

70
e. Jam 14:00 Panel Surya

Daya dan Arus


0,85

Arus (A)
0,8
y = 0,0815x0,9532
R² = 0,9934

0,75
10,80 11,00 11,20 11,40 11,60 11,80
Daya (W)

Gambar 4.23 Daya dan Arus Jam 14:00

Tegangan dan Waktu


13,83

13,8
Tegangan (V)

13,77

13,74

13,71
13:59:59 14:00:01 14:00:04 14:00:07 14:00:09
Waktu

Gambar 4.24 Tegangan dan Waktu Jam 14:00

Saat waktu diubah, persamaan regresi yang dihasilkan oleh


karakteristik juga berubah, ini disebabkan oleh nilai pengukuran tidak
sama dengan sebelumnya. Seperti perhitungan yang diatas, untuk
menghitung persentase kesalahan pengukuran, maka digunakan persamaan
berikut,

.
= 0.081 (4-5)

71
= 11.59 ; = 0.84

.
= 0.081(11.59 )

= 0.83

maka persentase kesalahan adalah,

0.84
= 100% × 100%
0.83

= 100% (101.20%)

= 1.20%

f. Jam 15:00 Kincir Angin

Daya dan Arus


1,2

0,8
Arus (A)

y = 0,0671x1,0377
0,4 R² = 0,9996

0
0,00 5,00 10,00 15,00
Daya (W)

Gambar 4.25 Daya dan Arus Jam 15:00

72
Tegangan dan Waktu
16

Tegangan (V)
15

14

13
15:00:03 15:00:10 15:00:17 15:00:24 15:00:31 15:00:38
Waktu

Gambar 4.26 Tegangan dan Waktu Jam 15:00

Saat waktu diubah, persamaan regresi yang dihasilkan oleh


karakteristik juga berubah, ini disebabkan oleh nilai pengukuran tidak
sama dengan sebelumnya. Seperti perhitungan yang diatas, untuk
menghitung persentase kesalahan pengukuran, maka digunakan persamaan
berikut,

.
= 0.067 (4-6)

= 13.62 ; = 0.99

.
= 0.067(13.62 )

= 1.00

maka persentase kesalahan adalah,

0.99
= 100% × 100%
1.00

= 100% (99.00%)

= 1.00%

73
g. Jam 16:00 Kincir Angin

Daya dan Arus


2,7

1,8
Arus (A) y = 0,0724x0,9984
R² = 0,9998

0,9

0
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00
Daya (W)

Gambar 4.27 Daya dan Arus Jam 16:00

Tegangan dan Waktu


14,5
Tegangan (V)

14

13,5

13
15:59:54 16:00:04 16:00:13 16:00:23 16:00:32 16:00:42
Waktu

Gambar 4.28 Tegangan dan Waktu Jam 16:00

Saat waktu diubah, persamaan regresi yang dihasilkan oleh


karakteristik juga berubah, ini disebabkan oleh nilai pengukuran tidak
sama dengan sebelumnya. Seperti perhitungan yang diatas, untuk
menghitung persentase kesalahan pengukuran, maka digunakan persamaan
berikut,

.
= 0.072 (4-7)

74
= 11.02 ; = 0.79

.
= 0.072(11.02 )

= 0.79

maka persentase kesalahan adalah,

0.79
= 100% × 100%
0.79

= 100% (100%)

= 0%

h. Jam 17:00 Kincir Angin

Daya dan Arus


2

1,5
Arus (A)

1
y = 0,0786x0,9802
R² = 0,9962
0,5

0
-5,00 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00
Daya (W)

Gambar 4.29 Daya dan Arus Jam 17:00

75
Tegangan dan Waktu
16

Tegangan (V)
14

12

10
17:00:00 17:00:02 17:00:05 17:00:07 17:00:10 17:00:13
Waktu

Gambar 4.30 Tegangan dan Waktu Jam 17:00

Saat waktu diubah, persamaan regresi yang dihasilkan oleh


karakteristik juga berubah, ini disebabkan oleh nilai pengukuran tidak
sama dengan sebelumnya. Seperti perhitungan yang diatas, untuk
menghitung persentase kesalahan pengukuran, maka digunakan persamaan
berikut,

.
= 0.078 (4-8)

= 25.60 ; = 1.87

.
= 0.078(25.60 )

= 1.87

maka persentase kesalahan adalah,

1.87
= 100% × 100%
1.87

= 100% (100%)

= 0%

76
i. Jam 18:00 Kincir Angin

Daya dan Arus


2

1,5
Arus (A)
1
y = 0,0773x1,0036
R² = 0,9985
0,5

0
-5,00 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00
Daya (W)

Gambar 4.31 Daya dan Arus Jam 18:00

Tegangan dan Waktu


15,5
Tegangan (V)

14

12,5

11
18:00:00 18:00:05 18:00:10 18:00:16 18:00:21
Waktu

Gambar 4.32 Tegangan dan Waktu Jam 18:00

Saat waktu diubah, persamaan regresi yang dihasilkan oleh


karakteristik juga berubah, ini disebabkan oleh nilai pengukuran tidak
sama dengan sebelumnya. Seperti perhitungan yang diatas, untuk
menghitung persentase kesalahan pengukuran, maka digunakan persamaan
berikut,

.
= 0.077 (4-9)

77
= 18.75 ; = 1.43

.
= 0.077(18.75 )

= 1.45

maka persentase kesalahan adalah,

1.43
= 100% × 100%
1.45

= 100% (98.62%)

= 1.38%

j. Jam 19:00 Kincir Angin

Daya dan Arus


0,15

y = 0,0928x1,0407
R² = 0,9831
0,1
Arus (A)

0,05

0
0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20
Daya (W)

Gambar 4.33 Daya dan Arus Jam 19:00

78
Tegangan dan Waktu
16

14

Tegangan (V)
12

10

8
18:59:58 19:00:00 19:00:03 19:00:05 19:00:08 19:00:11
Waktu

Gambar 4.34 Tegangan dan Waktu Jam 19:00

Saat waktu diubah, persamaan regresi yang dihasilkan oleh


karakteristik juga berubah, ini disebabkan oleh nilai pengukuran tidak
sama dengan sebelumnya. Seperti perhitungan yang diatas, untuk
menghitung persentase kesalahan pengukuran, maka digunakan persamaan
berikut,

.
= 0.092 (4-10)

= 1.12 ; = 0.11

.
= 0.092(1.12 )

= 0.11

maka persentase kesalahan adalah,

0.11
= 100% × 100%
0.11

= 100% (100%)

= 0%

79
Jadi error seluruh hasil pengamatan dan perhitungan kemudian dapat
disusun dalam tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3 Nilai Error Pengukuran Pembangkit Listrik Hibrid

No. Waktu Error (%) Keterangan


1 10:00 1.41 Panel Surya
2 11:00 0.82 Panel Surya
3 12:00 1.58 Panel Surya
4 13:00 0.97 Panel Surya
5 14:00 1.20 Panel Surya
6 15:00 1.00 Kincir Angin
7 16:00 0 Kincir Angin
8 17:00 0 Kincir Angin
9 18:00 1.38 Kincir Angin
10 19:00 0 Kincir Angin

4.4 Pembahasan
Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara atau perbedaan suhu
udara pada suatu daerah atau wilayah. Pada suatu wilayah, daerah yang menerima
energi panas matahari lebih besar akan mempunyai suhu udara yang lebih panas
dan tekanan udara yang cenderung lebih rendah. Sehingga akan terjadi perbedaan
suhu dan tekanan udara antara daerah yang menerima energi panas lebih besar
dengan daerah lain yang lebih sedikit menerima energi panas, akibatnya akan
terjadi aliran udara pada wilayah tersebut. Aliran udara tersebutlah yang kemudian
dimanfaatkan sebagai penggerak dari kincir angin sehingga menghasilkan listrik.
Total energi surya yang diserap oleh atmosfer, lautan, dan daratan Bumi
sekitar 3.850.000 eksajoule (EJ) per tahun. Pada tahun 2002, jumlah energi ini
dalam waktu satu jam lebih besar dibandingkan jumlah energi yang digunakan
dunia selama satu tahun. Jumlah ini diperkirakan dua kali lebih banyak
dibandingkan dengan semua sumber daya alam Bumi yang tidak terbarukan yang
bisa diperoleh digabungkan, seperti batubara, minyak bumi, gas alam, dan
uranium. Energi ini dapat dimanfaatkan dengan menggunakan serangkaian
teknologi seperti pemanas surya, fotovoltaik surya, listrik panas surya, arsitektur
surya, dan fotosintesis buatan.

80
Hasil penelitian ini dapat kita lihat bahwa kecepatan angin dan panas
matahari dapat dimanfaatkan menjadi energi listrik. Dapat kita lihat bahwa dengan
ditaruh beban secara lansung pada rangkaian maka kincir angin dan panel surya
dapat menghidupkan lampu secara lansung tetapi ketidak konstanan angin dan
radiasi matahari menyebabkan lampu tidak bisa dihidupkan secara terus menerus
dan dibutuhkan penyimpanan di baterai agar terjadi kelansungan suplai energi.
Selain kincir angin dapat menghasilkan listrik diketahui banyak hal yang
harus diperhatikan. Saat angin berhembus sangat kencang pada kincir angin, maka
sudu akan berputar dengan kencang dan membutuhkan sistem pengereman untuk
mencegah turbin mengalami kerusakan. Sehingga membutuhkan pengawasan dan
kontrol secara berkala untuk menghindari terjadinya kerusakan pada turbin.
Dummy Load atau beban semu adalah alat untuk mencegah sudu berputar terlalu
kencang. Beban semu berupa rangkaian lampu pijar dengan spesifikasi 12Volt
akan disambungkan ke peralatan sistem hibrid dan akan bekerja jika tegangan
kincir lebih besar dari 14.2Volt. beban semu akan dihubungkan lansung dengan
kincir angin sehingga putaran generator akan melambat.

Tabel 4.4 Beban Semu (Dummy Load) pada Kincir Angin

WAKTU WT (V) WT (A) WT (W) Dummy Load


11:03:00 1.98 0.06 0.12 OFF
11:03:01 1.98 0.01 0.02 OFF
11:03:02 1.98 0.01 0.02 OFF
11:03:03 2.02 0.01 0.02 OFF
11:03:04 2.55 0.01 0.03 OFF
11:03:05 3.51 0.01 0.04 OFF
11:03:06 3.89 0.01 0.04 OFF
11:03:07 4.77 0.01 0.05 OFF
11:03:08 7.24 0.01 0.07 OFF
11:03:09 9.61 0.01 0.1 OFF
11:03:10 11.36 0.01 0.11 OFF
11:03:11 15.06 0.01 0.15 ON
11:03:12 0.3 1.63 0.49 OFF
11:03:13 7.4 0.01 0.07 OFF
11:03:14 10.33 0.01 0.1 OFF
11:03:15 11.7 0.06 0.7 OFF

81
Lanjutan Tabel 4.4 Beban Semu (Dummy Load) pada Kincir Angin

WAKTU WT (V) WT (A) WT (W) Dummy Load


11:03:16 11.74 0.3 3.52 OFF
11:03:17 11.59 0.01 0.12 OFF
11:03:18 12.58 0.79 9.94 OFF
11:03:19 14.61 0.01 0.15 ON
11:03:20 0.38 2.02 0.77 OFF
11:03:21 8.08 0.01 0.08 OFF
11:03:22 9.72 0.01 0.1 OFF
11:03:23 11.7 0.06 0.7 OFF
11:03:24 11.67 0.01 0.12 OFF
11:03:25 11.86 0.45 5.34 OFF
11:03:26 15.1 0.06 0.91 ON
11:03:27 0.3 1.23 0.37 OFF
11:03:28 6.37 0.01 0.06 OFF
11:03:29 6.56 0.01 0.07 OFF
11:03:30 6.52 0.01 0.07 OFF
11:03:31 7.51 0.06 0.45 OFF
11:03:32 9.04 0.01 0.09 OFF
11:03:33 9.91 0.01 0.1 OFF
11:03:34 11.78 0.01 0.12 OFF
11:03:35 14.22 0.01 0.14 ON
11:03:36 0.38 2.02 0.77 OFF
11:03:37 8.08 0.01 0.08 OFF
11:03:39 11.86 0.7 8.3 OFF
11:03:40 11.74 0.3 3.52 OFF
11:03:41 11.86 0.4 4.74 OFF
11:03:42 11.82 0.06 0.71 OFF
11:03:43 14.18 0.01 0.14 OFF
11:03:44 14.87 0.01 0.15 ON
11:03:45 0.38 2.02 0.77 OFF
11:03:46 8.08 0.01 0.08 OFF
11:03:47 11.82 0.06 0.71 OFF
11:03:48 11.78 0.26 3.06 OFF
11:03:49 11.59 0.01 0.12 OFF
11:03:50 11.63 0.01 0.12 OFF
11:03:51 12.31 0.01 0.12 OFF
11:03:52 12.43 0.01 0.12 OFF

82
Lanjutan Tabel 4.4 Beban Semu (Dummy Load) pada Kincir Angin

WAKTU WT (V) WT (A) WT (W) Dummy Load


11:03:53 11.63 0.01 0.12 OFF
11:03:54 11.59 0.06 0.7 OFF
11:03:55 11.63 0.06 0.7 OFF
11:03:56 11.67 0.06 0.7 OFF
11:03:57 11.13 0.01 0.11 OFF
11:03:58 12.16 0.06 0.73 OFF
11:03:59 13.57 0.01 0.14 OFF

16
14
12
10
8 WT (V)
6 WT (A)
4 WT (W)
2
0
11:03:00
11:03:04
11:03:08
11:03:12
11:03:16
11:03:20
11:03:24
11:03:28
11:03:32
11:03:36
11:03:41
11:03:45
11:03:49
11:03:53
11:03:57

Gambar 4.35 Grafik Pengereman Dummy Load

Dalam sistem hibrid yang telah dirancang, daya yang dihasilkan panel
surya sangat maksimal atau mempunyai efisiensi yang tinggi dengan spesifikasi
panel surya dapat menghasilkan daya 20WP. Hal ini tidak terlepas karena sistem
yang dirancang mengikuti sistem buck converter sehingga penurunan tegangan
tidak mengganggu nilai daya yang dihasilkan seperti terlihat pada Gambar 4.36.

Tabel 4.5 Daya Maksimal Panel Surya

Jam PV (V) PV (A) PV (W) BAT (V)


11:16:00 13.65 1.37 18.7 13
11:16:01 13.65 1.43 19.52 13
11:16:02 13.69 1.43 19.58 13
11:16:03 13.69 1.43 19.58 13.04
11:16:04 13.69 1.43 19.58 13
11:16:05 13.69 1.43 19.58 13

83
Lanjutan Tabel 4.5 Daya Maksimal Panel Surya

Jam PV (V) PV (A) PV (W) BAT (V)


11:16:06 13.69 1.43 19.58 13.04
11:16:07 13.69 1.43 19.58 13.04
11:16:08 13.65 1.37 18.7 13
11:16:09 13.65 1.37 18.7 13
11:16:10 13.65 1.43 19.52 13
11:16:11 13.65 1.43 19.52 13.04
11:16:12 13.69 1.37 18.76 13.04
11:16:13 13.69 1.43 19.58 13
11:16:14 13.69 1.37 18.76 13.04
11:16:15 13.69 1.43 19.58 13.04
11:16:16 13.65 1.43 19.52 13
11:16:17 13.65 1.37 18.7 13
11:16:18 13.65 1.37 18.7 13
11:16:19 13.65 1.43 19.52 13
11:16:20 13.65 1.43 19.52 13.04
11:16:21 13.69 1.43 19.58 13.04
11:16:22 13.69 1.43 19.58 13.04
11:16:23 13.69 1.43 19.58 13.08
11:16:24 13.69 1.37 18.76 13.04
11:16:25 13.65 1.43 19.52 13.04
11:16:26 13.65 1.43 19.52 13.04
11:16:27 13.69 1.43 19.58 13.04
11:16:28 13.69 1.43 19.58 13
11:16:30 13.69 1.43 19.58 13.04
11:16:31 13.69 1.43 19.58 13.04
11:16:32 13.72 1.37 18.8 13.08
11:16:33 13.69 1.43 19.58 13
11:16:34 13.65 1.43 19.52 13
11:16:35 13.65 1.43 19.52 13
11:16:36 13.69 1.43 19.58 13.04
11:16:37 13.69 1.43 19.58 13
11:16:38 13.69 1.43 19.58 13.04
11:16:39 13.69 1.37 18.76 13.04
11:16:40 13.65 1.43 19.52 13
11:16:41 13.65 1.37 18.7 13
11:16:42 13.65 1.43 19.52 13.04

84
Lanjutan Tabel 4.5 Daya Maksimal Panel Surya

Jam PV (V) PV (A) PV (W) BAT (V)


11:16:43 13.69 1.43 19.58 13
11:16:44 13.69 1.43 19.58 13.04
11:16:45 13.69 1.43 19.58 13.04
11:16:46 13.69 1.43 19.58 13.04
11:16:47 13.72 1.37 18.8 13.08
11:16:48 13.61 1.23 16.74 12.96
11:16:49 13.61 1.28 17.42 12.96
11:16:50 13.69 1.43 19.58 13
11:16:51 13.65 1.43 19.52 13
11:16:52 13.65 1.28 17.47 13
11:16:53 13.72 1.37 18.8 13.04
11:16:54 13.69 1.43 19.58 13.04
11:16:55 13.69 1.43 19.58 13.04
11:16:56 13.65 1.37 18.7 12.96
11:16:57 13.65 1.43 19.52 12.96
11:16:58 13.61 1.43 19.46 12.96

20

16

12
PV (V)
PV (A)
8
PV (W)
4 BAT (V)

0
11:16:00
11:16:03
11:16:06
11:16:09
11:16:12
11:16:15
11:16:18
11:16:21
11:16:24
11:16:27
11:16:31
11:16:34
11:16:37
11:16:40
11:16:43
11:16:46
11:16:49
11:16:52
11:16:55
11:16:58

Gambar 4.36 Panel Surya Jam 11:16

Dalam sistem hibrid yang telah dirancang, daya aktual yang dihasilkan
kincir angin dapat menghasilkan daya yang cukup tinggi dengan spesifikasi
generator dapat menghasilkan daya 400Watt seperti terlihat pada Gambar 4.37.

85
Tabel 4.6 Daya Maksimal Kincir Angin (Wind Turbine)

Jam WT (V) WT (A) WT (W) BAT (V)


16:05:47 14.37 5.89 84.64 14.03
16:05:55 14.98 6.33 94.82 14.87
16:06:03 14.33 4.13 59.18 13.65
16:06:27 14.35 8.68 124.56 15.71
16:06:35 14.62 9.81 143.42 16.47
16:06:43 14.67 4.62 67.78 15.29
16:07:07 14.45 4.91 70.95 13.91
16:10:32 15.36 3.78 58.06 14.64
16:10:47 14.75 6.33 93.37 14.49
16:12:30 14.41 4.27 61.53 14.18
16:12:46 14.6 4.37 63.8 14.26
16:13:34 14.22 4.47 63.56 15.86
16:15:08 15.17 10.2 154.73 15.21
16:15:16 14.83 4.57 67.77 14.56
16:15:48 14.83 4.76 70.59 14.68
16:15:56 15.33 3.73 57.18 15.13
16:17:14 14.26 6.43 91.69 13.88
16:17:22 14.37 6.23 89.53 13.72
16:17:46 14.68 3.88 56.96 13.95
16:17:54 14.49 6.43 93.17 13.99
16:18:02 14.37 4.32 62.08 13.5
16:18:26 14.59 5.4 78.79 15.06
16:21:12 14.37 4.37 62.8 14.26
16:23:26 15.21 5.5 83.66 15.17
16:23:34 14.39 4.22 60.73 15.63
16:25:40 14.56 4.76 69.31 13.95
16:26:12 15.13 4.18 63.24 14.33
16:26:27 14.22 3.98 56.6 13.65
16:27:07 14.3 4.62 66.07 13.65
16:33:11 14.82 3.78 56.02 15.1
16:34:45 14.3 4.71 67.35 13.88
16:35:40 14.56 5.79 84.3 13.84
16:36:28 14.18 3.88 55.02 13.38
16:37:39 14.33 4.76 68.21 13.72
16:38:34 14.14 5.06 71.55 13.5
16:39:06 14.03 4.27 59.91 13.42

86
Lanjutan Tabel 4.6 Daya Maksimal Kincir Angin (Wind Turbine)

Jam WT (V) WT (A) WT (W) BAT (V)


16:41:13 15.13 3.83 57.95 14.83
16:41:29 14.86 4.81 71.48 15.17
16:41:43 15.13 5.89 89.12 14.98
16:41:52 14.64 4.57 66.9 14.49
16:42:00 15.05 3.69 55.53 15.36
16:43:04 14.97 5.06 75.75 15.48
16:43:34 14.45 4.08 58.96 13.84
16:43:58 15.29 6.43 98.31 14.6
16:44:06 14.74 5.2 76.65 15.59
16:47:15 14.37 4.81 69.12 14.22
16:48:11 15.13 5.25 79.43 14.56
16:49:06 14.45 4.91 70.95 13.88
16:50:01 14.98 4.37 65.46 14.6
16:53:27 15.13 4.13 62.49 14.37
17:03:51 14.6 4.81 70.23 13.99
17:04:22 15.48 4.62 71.52 14.72
17:07:24 14.07 4.22 59.38 13.34
17:09:07 14.52 4.57 66.36 14.41
17:15:33 14.18 4.91 69.62 13.99
17:24:14 14.52 11.38 165.24 14.56
17:24:23 14.18 4.57 64.8 13.42
17:37:56 14.33 7.26 104.04 14.11
17:45:02 14.22 5.11 72.66 13.91
17:48:59 14.79 8.24 121.87 14.52
17:49:22 14.75 4.37 64.46 13.99

87
180
160
140
120
100 WT (V)
80 WT (A)
60 WT (W)
40
BAT (V)
20
0
16:05:47
16:06:35
16:10:47
16:15:08
16:17:14
16:18:02
16:23:34
16:27:07
16:36:28
16:41:13
16:42:00
16:44:06
16:50:01
17:07:24
17:24:23
17:49:22
Gambar 4.37 Daya Maksimal Kincir Angin

Dapat dilihat pada Gambar 4.3 - Gambar 4.14 pengujian alat, bahwa alat
yang dirancang telah mampu bekerja dengan baik. Pengembangan sistem hibrid
masih perlu dilakukan untuk meningkatkan listrik yang dihasilkan dan dapat
mengendalikan di tegangan yang lebih tinggi.

88
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa diambil dari bab-bab sebelumya adalah sebagai
berikut:

1. Sistem Hibrid Pembangkit Listrik dengan Kincir Angin dan Panel Surya yang
dirancang mampu menghasilkan daya ketika angin lebih dari 2.5m/s untuk
memutar kincir dan ketika ada radiasi matahari pada saat cuaca cerah.
2. Sistem Hibrid pada Pembangkit listrik tenaga angin yang dirancang mampu
memberikan batasan tegangan sebesar 14.2Volt pada kincir angin dengan
menggunakan dummy load. Saat melebihi batas tegangan, voltage controller
Wind Turbine akan mati sehingga tidak ada pengisian pada baterai dan
voltage controller Dummy Load akan hidup sehingga kincir angin lansung
tersambung dengan beban semu, sedangkan ketika tegangan turun dibawah
batas atau kurang dari 14.2Volt, voltage controller Wind Turbine akan hidup
dan voltage controller Dummy Load akan mati sehingga terjadi pengisian
pada baterai.
3. Pembangkit listrik tenaga angin bekerja dalam rentang waktu 24 jam selama
pengujian alat. Kincir angin mulai menunjukkan penurunan produksi listrik
mulai tanggal 01 September jam 02:00 menjadi rata-rata 0.01Watt dan hanya
sesekali berputar. Kincir angin mulai berputar secara konstan lagi pada
tanggal 01 September jam 08:57 dengan daya naik mulai dari 0.87Watt
hingga mencapai 37.00Watt.
4. Pembangkit listrik tenaga surya bekerja dalam rentang waktu 12 jam.
Tegangan mulai naik menjadi 1Volt di jam 05:16 dan akan berada diatas
tegangan baterai sebesar 10.26Volt dimana tegangan baterai adalah 10.03Volt
pada jam 05:33 dan arus yang dihasilkan lebih besar dari 1 ampere pada jam
07:55. Tegangan panel surya mulai turun dibawah tegangan baterai menjadi
12.77Volt dimana tegangan baterai adalah 12.92Volt pada jam 17:28.
5. Terjadinya perbedaaan hasil daya yang dihasilkan dengan spesifikasi
pembangkit menunjukkan perlunya peningkatan efisiensi.

89
5.2 Saran
Saran yang bisa diberikan oleh penulis yang diperoleh dari hasil dan
analisa yang bisa dijadikan acuan untuk pengembangan adalah:

1. Pengembangan Sistem Hibrid Pembangkit Listrik dengan Kincir Angin dan


Panel Surya masih perlu dilakukan untuk meningkatkan efisiensi
menghasilkan listrik yang lebih baik.
2. Pengembangan Sistem Hibrid Pembangkit Listrik dengan Kincir Angin dan
Panel Surya untuk meningkatkan hasil pembacaan agar hasil lebih spesifik
dengan indikasi beberapa tingkat keparahan.
3. Desain Sistem Hibrid Pembangkit Listrik dengan Kincir Angin dan Panel
Surya dibuat lebih baik lagi, sehingga memberi kemudahan yang
menggunakannya.
4. Untuk pengembangan kedepan, Sistem Hibrid Pembangkit Listrik dengan
Kincir Angin dan Panel Surya ditambah kemampuan untuk pengendalian ke
tegangan yang lebih tinggi sampai di tegangan 240Volt
5. Pengembangan Sistem Hibrid Pembangkit Listrik dengan Kincir Angin dan
Panel Surya diharapkan bisa terhubung dengan jarinan nirkabel dan bisa
diakses via website..

90
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Kadir. 1999. Mesin Sinkron. Jakarta: Djambatan.

Agrios G. N. 1978. VAWT. Academic Press, Inc. New York, USA. 703 p.

Artena . 1987. Generator Angin (Alih Bahasa Harun dan Ir. Sobandi Sachri ):
Binacipta

Carlson, D. 2001. Wind Energy, a 90-minute Explanatory Video, Scientific


Enterprises, Inc., Hazel Hills Farm, Wisconsin. USA.

Hofman, Harm. 1987. Energi Angin (Alih Bahasa Harun ): Binacipta Suharsimi.

https://en.wikipedia.org/wiki/Amorphous_silicon (diakses tanggal 01 November


2016)

http://www.evdl.org/pages/hartcharge.html (diakses tanggal 01 November 2016)

https://indone5ia.wordpress.com/2011/05/21/prinsip-kerja-pembangkit-listrik-
tenaga-angin-dan-perkembangannya-di-dunia/ (diakses tanggal 01
November 2016)

http://www.itacanet.org/a-guide-to-lead-acid-battries/ (diakses tanggal 01


November 2016)

https://janaloka.com/potensi-energi-matahari-di-indonesia/ (diakses tanggal 01


November 2016)

http://jendeladenngabei.blogspot.co.id/2012/11/pembangkit-listrik-tenaga-bayu-
angin.html (diakses tanggal 01 November 2016)

https://nugrohoadi.wordpress.com/category/sustainable-energy-
management/page/2/ (diakses tanggal 01 November 2016)

http://renewable-solar-energy.blogspot.co.id/2011_07_01_archive.html (diakses
tanggal 01 November 2016)

http://sanfordlegenda.blogspot.co.id/2013/09/Lead-Acid-Battery-Mengenal-jenis-
jenis-aki.html (diakses tanggal 01 November 2016)

91
http://www.energi.lipi.go.id/utama.cgi?cetakartikel&1177294977 (diakses tanggal
01 November 2016)

Indartono, Yuli S. 2005. Krisis Energi di Indonesia. Graduate School of Science


and Technology, Kobe University, Japan.

Irawan. 2012. Pembangkit Listrik Hybrid Di Pantai Pandansimo Bantul.


Yogyakarta

Jansen, T.J., 1995: Teknologi Rekayasa Sel Surya, PT Pradnya Paramita, Jakarta.

Kadir, Abdul. 1995. Energi Sumber Daya Inovasi, Tenaga Listrik, dan Potensi
Ekonomi. Jakarta : UI Press.

Okta, Nanang. 2006. Menabur Angin, Menuai Energi. Yayasan Pijar


Cendikiawan. Bandar lampung.

Quaschning, V., 2004: Renewable Energy World, Science Publisher, German.

Rijono, Yon 1997. Dasar Teknik Tenaga Listrik (Edisi Revisi). Yogyakarta: Andi
Offset.

Rusminto Tjatur W, 2003: Solar Cell Sumber Energi masa depan yang ramah
lingkungan, Berita Iptek, Jakarta.

Sumanto. 1992. Mesin-mesin Sinkron. Yogyakarta: Andi Offset.

Wilson W.W., 1996: Teknologi Sel Surya : Perkembangan Dewasa Ini dan yang
Akan Datang, Edisi ke empat, Elektro Indonesia, Jakarta.

92
Lampiran Rangkaian ATMega
Lampiran Rangkaian Display, Clock dan Logger
Lampiran Rangkaian Photovoltaic
Lampiran Rangkaian Supply, Accu dan Load
Lampiran Rangkaian Wind dan Limitter
Lampiran Program

/*
ARDUINO PINS CONNECTIONS
A0 - PV_PIN
A1 - PV_AMPin
A2 - BAT_PIN
A3 - BAT_AMPin //belum pasang
A4 - SDA REAL TIME CLOCK (RTC)
A5 - SCL REAL TIME CLOCK (RTC)
A6 - WT_PIN
A7 - WT_AMPin
D5 - PWM_WT
D6 - PWM_DL
D7 - CLOCK LCD
D8 - DATA/ENABLE LCD
D9 - PWM_PV
D11 - MOSI
D12 - MISO
D13 - SCK
*/

#include <SPI.h>
#include <SD.h>
#include <Wire.h>
#include <Time.h>
#include <LiquidCrystal_SR.h>
#include <DS1307RTC.h>
#include <TimerOne.h>

LiquidCrystal_SR lcd(8, 7, TWO_WIRE);


// ||
// | \-- Clock Pin
// \---- Data/Enable Pin

#define AVG_NUM 10 //pengali untuk nilai rata-rata data yang diterima


#define val 1024
#define val_wt 1024

//=====nilai pengali untuk rumus=====//


#define AMP_OFFSET 2.5
#define ADC 0.0049

//=====icon untuk solar panel=====//


#define PV 1
byte pv[8] =
{
Lanjutan Lampiran Program

0b11111,
0b10101,
0b11111,
0b10101,
0b10101,
0b11111,
0b10101,
0b11111,
};

//=====icon untuk baterai=====//


#define BAT 2
byte bat[8] =
{
0b01110,
0b11011,
0b10001,
0b10001,
0b11111,
0b11111,
0b11111,
0b11111,
};

//=====icon untuk kincir angin=====//


#define WINDA 3
byte winda[8] =
{
0b01110,
0b00110,
0b00011,
0b00010,
0b00010,
0b01111,
0b01100,
0b01000,
};

#define WINDB 4
byte windb[8] =
{
0b00010,
0b00110,
0b11110,
0b01000,
0b01000,
Lanjutan Lampiran Program

0b11000,
0b01100,
0b01110,
};

//============variable SD card dan data logger===========//


const int chipSelect = 4; //SD Card
char filename[] = "00000000.CSV";
File myFile;
long id = 1;
//unsigned long timestamp;

//=====variable millis=====//
unsigned long sebelum = 0;
const long rentang = 1000;

const int gate_pv = 9;


const int gate_wt = 5;
const int gate_dl = 6;
//int val = 0;
//int val_wt = 0;

//=====voltage sensor pin=====//


const int PV_PIN = A0;
const int BAT_PIN = A2;
const int WT_PIN = A6;

//=====current sensor pin=====//


const int PV_AMPin = A1;
const int BAT_AMPin = A3; //soon
const int WT_AMPin = A7;

float pv_amp = 0.0;


float pv_volt = 0.0;

float bat_amp = 0.0;


float bat_volt = 0.0;
float bat_watt = 0.0;

float wt_amp = 0.0;


float wt_volt = 0.0;
//float wt_watt = 0.0;

float pv_watt = 0.0;


float last_pv_watt = 0.0;
float wt_watt = 0.0;
Lanjutan Lampiran Program

float last_wt_watt = 0.0;

char kondisi[25]="";

boolean mpptOn = false;


const boolean initialise = true;

boolean mpptOn_wt=false;
const boolean initialise_wt=true;

void setup()
{
Serial.begin(9600);
lcd.begin(20, 4);
lcd.home();

//===test RTC===//
while (!Serial);
Serial.println(F("RTC_Oke"));
lcd.setCursor(0, 0);
lcd.print(F("RTC_Oke"));
delay(500);

//===test SD_Dard sebagai Datalogger===//


if (!SD.begin(chipSelect)) {
Serial.println(F("SD_CARD_Gagal"));
lcd.setCursor(0, 1);
lcd.print(F("SD_CARD_Gagal"));
delay(500);
return;
}
Serial.println(F("SD_CARD_Oke"));
lcd.setCursor(0, 1);
lcd.print(F("SD_CARD_Oke"));
//=====start data logger dengan header====//
getFileName();
// logger();
headerLog(); //header hanya akan tercetak setiap dilakukan reset pada alat

delay(1000);
lcd.clear();
lcd.setCursor(0, 0);
lcd.print(F("M. Andhika Dharmawan"));
lcd.print(F(" 142.04.3003"));

//set PWM
Lanjutan Lampiran Program

// pinMode(gate_pv, OUTPUT);
// pinMode(gate_wt, OUTPUT);
pinMode(gate_dl, OUTPUT);
digitalWrite(gate_dl, LOW);
//
// TCCR0B = (TCCR0B & 0b11111000) | 0x01;
// analogWrite(gate_wt, 255);
Timer1.initialize(20); //panjang pulsa 8uS
delay(2000);
lcd.clear();
}

void loop()
{
read_data();
read_pwm();
read_pwm_wt();
monitoring_lcd();

//=====tulis SD.card setiap 1 detik=====//


unsigned long sekarang = millis();
if (sekarang - sebelum >= rentang) {
sebelum = sekarang;
logger_oke();
id++;
}
}

//=====smoothing data=====//
//mengurangi data bouncing pada pembacaan sensor
int read_adc(int channel) {
int sum = 0;
int temp;
int i;

for (i = 0; i < AVG_NUM; i++) {


temp = analogRead(channel);
sum += temp;
delayMicroseconds(30);
}
return (sum / AVG_NUM);
}

//header log dipersiapkan untuk


Lanjutan Lampiran Program

//keterangan dari data yang direkam


void headerLog() { //Write Log.csv File Header
File logFile = SD.open(filename, FILE_WRITE);
if (logFile)
{
logFile.println(", , , , , , , , , , , , , ,"); //Just a leading blank line, incase there was
previous data
logFile.println(F("ID, TANGGAL, WAKTU, PV_VOLT (V), PV_AMP (A),
PV_WAT (W), BAT_VOLT (V), BAT_AMP (A), BAT_WATT (W), WT_VOLT
(V), WT_AMP (A), WT_WATT (W),DUMMYLOAD_STATE"));
//id, tanggal, waktu, pv_volt, pv_amp, pv_wat, bat_volt, bat_amp, bat_watt,
wt_volt, wt_amp, wt_watt, pv_state, wt_state, dummyload_state
// ("ID, Time (ms), Tanggal, Waktu, PV_Voltage (V), PV_Current (A),
PV_Power (W), BAT_Voltage (V), BAT_Current (A), BAT_Power (W),
WT_Voltage(V), WT_Current(A), WT_Power (W)");
logFile.close();
Serial.println(F("ID, TANGGAL, WAKTU, PV_VOLT (V), PV_AMP (A),
PV_WAT (W), BAT_VOLT (V), BAT_AMP (A), BAT_WATT (W), WT_VOLT
(V), WT_AMP (A), WT_WATT (W), DUMMYLOAD_STATE"));
}
else
{
Serial.println("Couldn't open log file");
return;
}
}

//fungsi ini digunakan untuk menampilkan nilai


//waktu dalam dua digit
void print2digits (int number)
{
if (number >= 0 && number < 10)
{
lcd.write('0');
}
lcd.print(number);
}

//menentukan nama file menggunakan


//tanggal bulan tahun YYYYMMDD.CSV
void getFileName() {
tmElements_t tm;

if (RTC.read(tm)) {
int tahun = (tmYearToCalendar(tm.Year));
Lanjutan Lampiran Program

int bulan = tm.Month;


int hari = tm.Day;

//menentukan nama file menggunakan tanggal bulan tahun YYYYMMDD.CSV


filename[0] = (tahun / 1000) % 10 + '0'; //To get 1st digit from year()
filename[1] = (tahun / 100) % 10 + '0'; //To get 2nd digit from year()
filename[2] = (tahun / 10) % 10 + '0'; //To get 3rd digit from year()
filename[3] = tahun % 10 + '0'; //To get 4th digit from year()
filename[4] = bulan / 10 + '0'; //To get 1st digit from month()
filename[5] = bulan % 10 + '0'; //To get 2nd digit from month()
filename[6] = hari / 10 + '0'; //To get 1st digit from day()
filename[7] = hari % 10 + '0'; //To get 2nd digit from day()
}
Serial.println(filename);
}
Lampiran Sub Program a
void perturb(boolean init = false)
{
static byte pulseWidth = 0;
static boolean trackDirection = false;

if (init) {
pulseWidth = 1024;
trackDirection = false;
}
else {
if (!trackDirection) {
if (pulseWidth != 0) {
pulseWidth--;
} else {
trackDirection = true;
}
}
else {
if (pulseWidth != 1024) {
pulseWidth++;
} else {
trackDirection = false;
}
}
}
Timer1.pwm(gate_pv, pulseWidth);
// analogWrite(gate_wt, pulseWidth/4);
if ((pv_watt - last_pv_watt) < -0.1)
trackDirection = !trackDirection;
// if ((wt_watt - last_wt_watt) < -0.1)trackDirection = !trackDirection;
}
Lampiran Sub Program b
void read_pwm() {
// val = 1024;
if (val > 1020) {
Timer1.pwm(gate_pv, val);
// analogWrite(gate_wt, val/4);
if (mpptOn) {
perturb();
}
else {
mpptOn = true;
perturb(initialise);
}
}
else {
if (!mpptOn) {
Timer1.pwm(gate_pv, val);
// analogWrite(gate_wt, val/4);
}
else {
mpptOn = false;
}
}
}

// sensorValue = analogRead(potpin);
// sensorValue = map(sensorValue, 0, 941, 0, 1024);
// Serial.print(sensorValue);
// Serial.print(analogRead(potpin));
Lampiran Sub Program c
void perturb_wt(boolean init = false)
{
static byte pulseWidth_wt = 0;
static boolean trackDirection_wt = false;

if (init) {
pulseWidth_wt = 1024;
trackDirection_wt = false;
}
else {
if (!trackDirection_wt) {
if (pulseWidth_wt != 0) {
pulseWidth_wt--;
} else {
trackDirection_wt = true;
}
}
else {
if (pulseWidth_wt != 1024) {
pulseWidth_wt++;
} else {
trackDirection_wt = false;
}
}
}
analogWrite(gate_wt, pulseWidth_wt);
// analogWrite(gate_wt, pulseWidth/4);
if ((wt_watt - last_wt_watt) < -0.1)trackDirection_wt = !trackDirection_wt;
// if ((wt_watt - last_wt_watt) < -0.1)trackDirection = !trackDirection;
}
Lampiran Sub Program d
void read_pwm_wt() {
// val = 1024;
if (val_wt > 1020) {
// Timer1.pwm(gate_wt, val);
analogWrite(gate_wt, val_wt / 4);
if (mpptOn_wt) {
perturb_wt();
}
else {
mpptOn_wt = true;
perturb_wt(initialise_wt);
}
}
else {
if (!mpptOn_wt) {
// Timer1.pwm(gate_pv, val);
analogWrite(gate_wt, val / 4);
}
else {
mpptOn_wt = false;
}
}
}
Lampiran Sub Program e1
void monitoring_lcd(void) {
lcd.home ();
//=====ICON MPPT Hybrid=====//
lcd.createChar(PV, pv);
lcd.setCursor (1, 1);
lcd.write (PV);
lcd.print("PV");
// lcd.write (PV);

lcd.createChar(BAT, bat);
lcd.setCursor (8, 1);
lcd.print("BAT");
lcd.write (BAT);

lcd.createChar(WINDA, winda);
lcd.createChar(WINDB, windb);
lcd.setCursor (15, 1);
lcd.print("WT");
lcd.write (WINDA);
lcd.write (WINDB);

//=====read data=====//------------------------------------------------
float R1 = 68000.0;
float R2 = 10000.0;

//=====sisi solar sel=====//

float last_pv_amp = 0.0;


float pv_input = 0.0;
int pv_value = 0;

//=====sisi baterai=====//
float last_bat_amp = 0.0;
float bat_input = 0.0;
int bat_value = 0;

//=====sisi kincir angin=====//


float last_wt_amp = 0.0;
float wt_input = 0.0;
int wt_value = 0;

//=====variabel power meter=====//


float bat_watt = 0.0;
float last_bat_watt = 0.0;
float wt_watt = 0.0;
float last_wt_watt = 0.0;
Lanjutan Lampiran Sub Program e1
//=====meter sisi pv=====//
pv_value = read_adc(PV_PIN);
pv_input = (pv_value + 9) * 5.0 / 1023;
pv_volt = pv_input / (R2 / (R1 + R2));
if (pv_volt < 0)pv_volt = 0;

pv_amp = (AMP_OFFSET - (read_adc(PV_AMPin) * ADC)) * 10;


last_pv_amp = pv_amp;
if (pv_amp < 0)pv_amp = 0;

pv_watt = pv_volt * pv_amp;


last_pv_watt = pv_watt;

//=====meter sisi battery=====//


bat_value = read_adc(BAT_PIN);
bat_input = (bat_value - 2) * 5.0 / 1023;
bat_volt = bat_input / (R2 / (R1 + R2));
if (bat_volt < 0)bat_volt = 0;

bat_amp = (AMP_OFFSET - (read_adc(BAT_AMPin) * ADC)) * 10;


last_bat_amp = bat_amp;
if (bat_amp < 0)bat_amp = 0;

bat_watt = bat_volt * bat_amp;


last_bat_watt = bat_watt;

//=====meter sisi wt=====//


wt_value = read_adc(WT_PIN);
wt_input = (wt_value + 8) * 5.0 / 1023;
wt_volt = wt_input / (R2 / (R1 + R2));
if (wt_volt < 0)wt_volt = 0;

wt_amp = (AMP_OFFSET - (read_adc(WT_AMPin) * ADC)) * 10;


last_wt_amp = wt_amp;
if (wt_amp < 0)wt_amp = 0;

wt_watt = wt_volt * wt_amp;


last_wt_watt = wt_watt;
//=====end of read data command=====//---------------------------------------------

//=====display meter PV=====//


char pvvolt[20];
char pv[10];
dtostrf(pv_volt, 5, 2, pv);
sprintf(pvvolt, "%sV ", pv);
lcd.setCursor (0, 2);
Lanjutan Lampiran Sub Program e1
lcd.print(pvvolt);

char pvamp[20];
char pva[10];
dtostrf(pv_amp, 4, 2, pva);
sprintf(pvamp, "%sA ", pva);
lcd.setCursor(0, 3);
lcd.print(pvamp);

//=====display meter battery=====//


char batvolt[20];
char bat[10];
dtostrf(bat_volt, 5, 2, bat);
sprintf(batvolt, "%sV ", bat);
lcd.setCursor (7, 2);
lcd.print(batvolt);

char batamp[20];
char bata[10];
dtostrf(bat_amp, 4, 2, bata);
sprintf(batamp, "%sA ", bata);
lcd.setCursor(7, 3);
lcd.print(batamp);

//=====display meter wt=====//


char wtvolt[20];
char wt[10];
dtostrf(wt_volt, 5, 2, wt);
sprintf(wtvolt, "%sV ", wt);
lcd.setCursor (14, 2);
lcd.print(wtvolt);

char wtamp[20];
char wta[10];
dtostrf(wt_amp, 4, 2, wta);
sprintf(wtamp, "%sA ", wta);
lcd.setCursor(14, 3);
lcd.print(wtamp);
}
Lampiran Sub Program e2
void read_data(void) {

float R1 = 68000.0;
float R2 = 10000.0;

//=====sisi solar sel=====//


// float pv_amp = 0.0;
float last_pv_amp = 0.0;
// float pv_volt = 0.0;
float pv_input = 0.0;
int pv_value = 0;

//=====sisi baterai=====//
// float bat_amp = 0.0;
float last_bat_amp = 0.0;
// float bat_volt = 0.0;
float bat_input = 0.0;
int bat_value = 0;

//=====sisi kincir angin=====//


// float wt_amp = 0.0;
float last_wt_amp = 0.0;
// float wt_volt = 0.0;
float wt_input = 0.0;
int wt_value = 0;

//=====variabel power meter=====//

// float bat_watt = 0.0;


float last_bat_watt = 0.0;
// float wt_watt = 0.0;
float last_wt_watt = 0.0;

//=====meter sisi pv=====//


pv_value = read_adc(PV_PIN);
pv_input = (pv_value + 7) * 5.0 / 1023;
pv_volt = pv_input / (R2 / (R1 + R2));
if (pv_volt < 0)pv_volt = 0;
// Serial.print("pv volt= ");
// Serial.print(pv_volt);
// Serial.print(",");
// Serial.println(analogRead(PV_PIN));

pv_amp = (2.5 - ((read_adc(PV_AMPin) + 3) * 0.0049)) * 10;


last_pv_amp = pv_amp;
Lanjutan Lampiran Sub Program e2
if (pv_amp < 0)pv_amp = 0;
// Serial.print("pv amp= ");
// Serial.print(pv_amp);
// Serial.print(",");
// Serial.println(analogRead(PV_AMPin));

pv_watt = pv_volt * pv_amp;


last_pv_watt = pv_watt;

//=====meter sisi battery=====//


bat_value = read_adc(BAT_PIN);
bat_input = (bat_value - 2) * 5.0 / 1023;
bat_volt = bat_input / (R2 / (R1 + R2));
if (bat_volt < 0)bat_volt = 0;
// Serial.print("bat volt= ");
// Serial.print(bat_volt);
// Serial.print(",");
// Serial.println(analogRead(BAT_PIN));

bat_amp = (2.5 - ((read_adc(BAT_AMPin) + 5) * 0.0049)) * 10;


last_bat_amp = bat_amp;
if (bat_amp < 0)bat_amp = 0;
// Serial.print("bat amp= ");
// Serial.print(bat_amp);
// Serial.print(",");
// Serial.println(analogRead(BAT_AMPin));

bat_watt = bat_volt * bat_amp;


last_bat_watt = bat_watt;

//=====meter sisi wt=====//


wt_value = read_adc(WT_PIN);
wt_input = (wt_value + 5) * 5.0 / 1023;
wt_volt = wt_input / (R2 / (R1 + R2));
if (wt_volt < 0)wt_volt = 0;

wt_amp = (2.5 - (read_adc(WT_AMPin) * 0.0049)) * 10;


last_wt_amp = wt_amp;
if (wt_amp < 0)wt_amp = 0;

wt_watt = wt_volt * wt_amp;


last_wt_watt = wt_watt;
}
Lampiran Sub Program f
void logger_oke() {

//====waktu dan tanggal=====//


tmElements_t tm;

if (RTC.read(tm)) {
int tahun = (tmYearToCalendar(tm.Year));
int bulan = tm.Month;
int hari = tm.Day;
int jam = tm.Hour;
int menit = tm.Minute;
int detik = tm.Second;

//=====print ke lcd - tanggal=====//


lcd.setCursor(0, 0);
print2digits(hari);
lcd.write('/');
print2digits(bulan);
lcd.write('/');
lcd.print(tahun);

//=====Print ke LCD - Jam=====//


lcd.setCursor(12, 0);
print2digits(jam);
lcd.write(':');
print2digits(menit);
lcd.write(':');
print2digits(detik);

//rekam data waktu


char tanggal [25] = "";
char waktu[25] = "";
sprintf(tanggal, "%04d/%02d/%02d", tahun, bulan, hari);
sprintf (waktu, "%02d:%02d:%02d", jam, menit, detik);

//==============dummy load===============//
// char kondisi[25] = "";
if (wt_volt > 14.2) {
digitalWrite(gate_wt, HIGH);
digitalWrite(gate_dl, LOW);

sprintf(kondisi, "%s", "ON");

} else {
digitalWrite(gate_dl, HIGH);
sprintf(kondisi, "%s", "OFF");
}
Lanjutan Lampiran Sub Program f
// timestamp = millis();
/*
String dataString = String(id) + ", " + String(timestamp) + ", " +
String(tanggal) + ", " + String (waktu) + ", " + String(pv_volt) + ", " +
String(pv_amp) + ", " + String(pv_watt);
// + ", " + String(bat_volt) + ", " + String(bat_amp)
// + ", " + String(bat_watt) + ", " + String(wt_volt) + ", " + String(wt_amp)
+ ", " + String(wt_watt);
*/

File logFile = SD.open(filename, FILE_WRITE);


if (logFile)
{
//menuliskan seluruh data ke SD card
logFile.print(id);
logFile.print(","); //1
logFile.print(tanggal);
logFile.print(","); //2
logFile.print(waktu);
logFile.print(","); //3
logFile.print(pv_volt);
logFile.print(","); //4
logFile.print(pv_amp);
logFile.print(","); //5
logFile.print(pv_watt);
logFile.print(","); //6
logFile.print(bat_volt);
logFile.print(","); //7
logFile.print(bat_amp);
logFile.print(","); //8
logFile.print(bat_watt);
logFile.print(","); //9
logFile.print(wt_volt);
logFile.print(","); //10
logFile.print(wt_amp);
logFile.print(","); //11
logFile.print(wt_watt);
logFile.print(","); //11
logFile.println(kondisi);

//memberhentikan penulisan ke SD card


logFile.close();

//data serial untuk debugging


Serial.print(id);
Serial.print(","); //1
Serial.print(tanggal);
Lanjutan Lampiran Sub Program f
Serial.print(","); //2
Serial.print(waktu);
Serial.print(","); //3
Serial.print(pv_volt);
Serial.print(","); //4
Serial.print(pv_amp);
Serial.print(","); //5
Serial.print(pv_watt);
Serial.print(","); //6
Serial.print(bat_volt);
Serial.print(","); //7
Serial.print(bat_amp);
Serial.print(","); //8
Serial.print(bat_watt);
Serial.print(","); //9
Serial.print(wt_volt);
Serial.print(","); //10
Serial.print(wt_amp);
Serial.print(","); //11
Serial.print(wt_watt);
Serial.print(","); //11
Serial.println(kondisi);
}
else
{
Serial.println("Couldn't access file");
}
}
}
0
2
4
6
8
10
12
14
16

0,5
1,5
2,5

0
1
2
3

0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
11:00:00 11:00:00
11:00:00 11:02:51 11:02:51
11:03:00 11:05:42 11:05:42
11:06:01 11:08:34 11:08:34
11:09:01 11:11:26 11:11:26
11:12:02 11:14:17 11:14:17
11:15:03 11:17:09 11:17:09
11:18:04 11:20:01 11:20:01
11:21:05 11:22:53 11:22:53
11:24:06 11:25:45 11:25:45
11:27:07 11:28:37 11:28:37
11:30:09 11:31:29 11:31:29
11:33:10 11:34:21
11:34:21
11:36:11 11:37:13
11:37:13
11:39:12 11:40:05
11:40:05
11:42:13 11:42:56
11:42:56
11:45:14 11:45:48
11:45:48
11:48:15 11:48:40
11:48:40
11:51:16 11:51:32
11:51:32
11:54:17
11:54:24 11:54:24
11:57:18
11:57:16
Lampiran 11:00 – 31 Agustus 2016

11:57:16

PV_WATT (W)
PV_AMP (A)
PV_VOLT (V)

WT_WATT (W)
WT_AMP (A)
WT_VOLT (V)
BAT_VOLT (V)

BAT_WATT (W)
BAT_AMP (A)
0
2
4
6
8
10
12
14
16

0,5
1,5
2,5

0
1
2
3

0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
12:00:00 12:00:00
12:00:00 12:02:52 12:02:52
12:03:00 12:05:43 12:05:43
12:06:00 12:08:35 12:08:35
12:09:00 12:11:27 12:11:27
12:12:00 12:14:19 12:14:19
12:15:00 12:17:11 12:17:11
12:18:00 12:20:03 12:20:03
12:21:00 12:22:55 12:22:55
12:24:00 12:25:47 12:25:47
12:27:00 12:28:39
12:28:39
12:30:00 12:31:31
12:31:31
12:33:00 12:34:23
12:34:23
12:36:00 12:37:15
12:37:15
12:39:00 12:40:07
12:40:07
12:42:01 12:42:59
12:42:59
12:45:01
12:45:50 12:45:50
12:48:01
12:48:42 12:48:42
12:51:01
12:51:34 12:51:34
12:54:01
12:54:26 12:54:26
12:57:01
12:57:18
Lampiran 12:00 – 31 Agustus 2016

12:57:18

PV_WATT (W)
PV_AMP (A)
PV_VOLT (V)

WT_WATT (W)
WT_AMP (A)
WT_VOLT (V)
BAT_VOLT (V)

BAT_WATT (W)
BAT_AMP (A)
0
2
4
6
8
10
12
14
16

0,5
1,5
2,5
3,5
4,5

0
1
2
3
4
5

0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
13:00:00 13:00:00
13:00:00 13:02:52 13:02:52
13:03:00 13:05:43 13:05:43
13:06:00 13:08:35 13:08:35
13:09:00 13:11:27 13:11:27
13:12:00 13:14:19 13:14:19
13:15:00 13:17:11 13:17:11
13:18:00 13:20:03 13:20:03
13:21:00 13:22:55 13:22:55
13:24:00 13:25:47 13:25:47
13:27:00 13:28:38
13:28:38
13:30:00 13:31:30
13:31:30
13:33:00 13:34:22
13:34:22
13:36:00 13:37:14
13:37:14
13:39:00 13:40:06
13:40:06
13:42:00 13:42:58
13:42:58
13:45:00
13:45:50 13:45:50
13:48:00
13:48:42 13:48:42
13:51:01
13:51:34 13:51:34
13:54:01
13:54:26 13:54:26
13:57:01
13:57:19
Lampiran 13:00 – 31 Agustus 2016

13:57:19

PV_WATT (W)
PV_AMP (A)
PV_VOLT (V)

WT_WATT (W)
WT_AMP (A)
WT_VOLT (V)
BAT_VOLT (V)

BAT_WATT (W)
BAT_AMP (A)
0
2
4
6
8
10
12
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
14:00:00 14:00:00

0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
140,00
160,00
180,00
14:00:00 14:02:52 14:02:52
14:05:44 14:05:44
14:03:10
14:08:36 14:08:36
14:06:21
14:11:29 14:11:29
14:09:32
14:14:21 14:14:21
14:12:42
14:17:13 14:17:13
14:15:53
14:20:06 14:20:06
14:19:03
14:22:58 14:22:58
14:22:14
14:25:50 14:25:50
14:25:24
14:28:42 14:28:42
14:28:35
14:31:34 14:31:34
14:31:45
14:34:26 14:34:26
14:34:56
14:37:18 14:37:18
14:38:06
14:40:10 14:40:10
14:41:17
14:43:03 14:43:03
14:44:27
14:45:55 14:45:55
14:47:37
14:48:47 14:48:47
14:50:48
14:51:39 14:51:39
14:53:58
14:54:31 14:54:31
14:57:08
14:57:23
Lampiran 14:00 – 31 Agustus 2016

14:57:23

PV_WATT (W)
PV_AMP (A)
PV_VOLT (V)

WT_WATT (W)
WT_AMP (A)
WT_VOLT (V)
BAT_VOLT (V)

BAT_WATT (W)
BAT_AMP (A)
0
2
4
6
8
10
12
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
15:00:01 15:00:01

0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
140,00
160,00
15:00:01 15:02:53 15:02:53
15:05:45 15:05:45
15:03:11
15:08:37 15:08:37
15:06:21
15:11:29 15:11:29
15:09:32
15:14:21 15:14:21
15:12:42
15:17:13 15:17:13
15:15:52
15:20:05 15:20:05
15:19:03
15:22:57 15:22:57
15:22:13
15:25:49 15:25:49
15:25:24
15:28:41 15:28:41
15:28:34
15:31:33 15:31:33
15:31:44
15:34:25 15:34:25
15:34:55
15:37:17 15:37:17
15:38:05
15:40:09 15:40:09
15:41:15
15:43:01 15:43:01
15:44:26
15:45:53 15:45:53
15:47:36
15:48:45 15:48:45
15:50:46
15:51:37 15:51:37
15:53:57
15:54:29 15:54:29
15:57:07
15:57:21
Lampiran 15:00 – 31 Agustus 2016

15:57:21

PV_WATT (W)
PV_AMP (A)
PV_VOLT (V)

WT_WATT (W)
WT_AMP (A)
WT_VOLT (V)
BAT_VOLT (V)

BAT_WATT (W)
BAT_AMP (A)
0
2
4
6
8
10
12
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
16:00:00 16:00:00

0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
140,00
160,00
16:00:00 16:02:52 16:02:52
16:05:44 16:05:44
16:03:10
16:08:36 16:08:36
16:06:21
16:11:28 16:11:28
16:09:31
16:14:20 16:14:20
16:12:41
16:17:12 16:17:12
16:15:52
16:20:04 16:20:04
16:19:02
16:22:56 16:22:56
16:22:13
16:25:48 16:25:48
16:25:23
16:28:40 16:28:40
16:28:33
16:31:33 16:31:33
16:31:44
16:34:25 16:34:25
16:34:54
16:37:17 16:37:17
16:38:05
16:40:09 16:40:09
16:41:15
16:43:01 16:43:01
16:44:25
16:45:53 16:45:53
16:47:36
16:48:45 16:48:45
16:50:46
16:51:37 16:51:37
16:53:56
16:54:29 16:54:29
16:57:07
16:57:21
Lampiran 16:00 – 31 Agustus 2016

16:57:21

PV_WATT (W)
PV_AMP (A)
PV_VOLT (V)

WT_WATT (W)
WT_AMP (A)
WT_VOLT (V)
BAT_VOLT (V)

BAT_WATT (W)
BAT_AMP (A)
0
2
4
6
8
10
12
0
2
4
6
8
10
12
14
16
17:00:00 17:00:00

0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
140,00
160,00
180,00
17:00:00 17:02:52 17:02:52
17:05:44 17:05:44
17:03:10
17:08:36 17:08:36
17:06:21
17:11:28 17:11:28
17:09:31
17:14:20 17:14:20
17:12:41
17:17:12 17:17:12
17:15:52
17:20:04 17:20:04
17:19:02
17:22:56 17:22:56
17:22:12
17:25:48 17:25:48
17:25:23
17:28:40 17:28:40
17:28:33
17:31:32 17:31:32
17:31:43
17:34:24 17:34:24
17:34:54
17:37:16 17:37:16
17:38:04
17:40:08 17:40:08
17:41:14
17:43:00 17:43:00
17:44:24
17:45:52 17:45:52
17:47:35
17:48:44 17:48:44
17:50:45
17:51:36 17:51:36
17:53:55
17:54:28 17:54:28
17:57:05
17:57:19
Lampiran 17:00 – 31 Agustus 2016

17:57:19

PV_WATT (W)
PV_AMP (A)
PV_VOLT (V)

WT_WATT (W)
WT_AMP (A)
WT_VOLT (V)
BAT_VOLT (V)

BAT_WATT (W)
BAT_AMP (A)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18:00:00
18:00:00

0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
18:02:44
18:02:52
18:00:00 18:05:29
18:05:43
18:03:10 18:08:13
18:08:35
18:06:20 18:10:58
18:11:26
18:09:29 18:13:42
18:14:18
18:12:39 18:16:27
18:17:09
18:15:49 18:19:11
18:20:01
18:18:59 18:21:56
18:22:52
18:22:09 18:24:40
18:25:44
18:25:19 18:27:24
18:28:35
18:28:28 18:30:09
18:32:53 18:31:27
18:31:38
18:35:38 18:34:19
18:34:48
18:38:22 18:37:10
18:37:58
18:41:06 18:40:01
18:41:07
18:43:51 18:42:53
18:44:17
18:46:35 18:45:44
18:47:27
18:49:20 18:48:36
18:50:37
18:52:04 18:51:27
18:53:46
18:54:48 18:54:19
18:56:56
18:57:10
Lampiran 18:00 – 31 Agustus 2016

18:57:33

PV_WATT (W)
PV_AMP (A)
PV_VOLT (V)

WT_WATT (W)
WT_AMP (A)
WT_VOLT (V)
BAT_VOLT (V)

BAT_WATT (W)
BAT_AMP (A)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0
2
4
6
8
10
12
14
16
19:00:00
19:00:00

0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
100,00
19:02:44
19:02:51
19:00:00 19:05:29
19:05:43
19:03:10 19:08:13
19:08:35
19:06:20 19:10:58
19:11:26
19:09:29 19:13:42
19:14:18
19:12:39 19:16:26
19:17:09
19:15:49 19:19:11
19:20:01
19:18:59 19:21:55
19:22:52
19:22:08 19:24:40
19:25:44
19:25:18 19:27:24
19:28:35
19:28:28 19:30:08
19:32:53 19:31:27
19:31:38
19:35:37 19:34:18
19:34:47
19:38:21 19:37:09
19:37:57
19:41:06 19:40:01
19:41:07
19:43:50 19:42:52
19:44:17
19:46:35 19:45:44
19:47:26
19:49:19 19:48:36
19:50:36
19:52:04 19:51:27
19:53:46
19:54:48 19:54:19
19:56:56
19:57:10
Lampiran 19:00 – 31 Agustus 2016

19:57:32

PV_WATT (W)
PV_AMP (A)
PV_VOLT (V)

WT_WATT (W)
WT_AMP (A)
WT_VOLT (V)
BAT_VOLT (V)

BAT_WATT (W)
BAT_AMP (A)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0
2
4
6
8
10
12
14
16
20:00:00 20:00:00

0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
20:02:51 20:02:51
20:00:00
20:05:43 20:05:43
20:03:10
20:08:34 20:08:34
20:06:19
20:11:26 20:11:26
20:09:29
20:14:18 20:14:18
20:12:39
20:17:09 20:17:09
20:15:49
20:20:01 20:20:01
20:18:59
20:22:52 20:22:52
20:22:09
20:25:44 20:25:44
20:25:19
20:28:36 20:28:36
20:28:29
20:31:27 20:31:27
20:31:38
20:34:19 20:34:19
20:34:48
20:37:10 20:37:10
20:37:58
20:40:02 20:40:02
20:41:08
20:42:54 20:42:54
20:44:18
20:45:45 20:45:45
20:47:28
20:48:37 20:48:37
20:50:38
20:51:28 20:51:28
20:53:47
20:54:20 20:54:20
20:56:57
20:57:12
Lampiran 20:00 – 31 Agustus 2016

20:57:12

PV_WATT (W)
PV_AMP (A)
PV_VOLT (V)

WT_WATT (W)
WT_AMP (A)
WT_VOLT (V)
BAT_VOLT (V)

BAT_WATT (W)
BAT_AMP (A)
0
1
2
3
4
5
6
0
2
4
6
8
10
12
14
16
21:00:00

0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
21:00:00
21:02:45
21:00:00 21:02:52
21:05:29
21:03:01 21:05:43
21:08:14
21:06:02 21:08:35
21:10:58
21:09:02 21:11:27
21:12:03 21:13:43
21:14:18
21:16:27
21:15:04 21:17:10
21:18:05 21:19:12
21:20:01
21:21:05 21:21:56
21:22:53
21:24:06 21:24:41
21:25:45
21:27:07 21:27:25
21:28:36
21:30:08 21:30:10
21:31:28
21:33:09 21:32:54
21:35:39 21:34:20
21:36:09 21:37:11
21:39:10 21:38:23
21:41:08 21:40:03
21:42:11 21:42:54
21:45:11 21:43:52
21:46:37 21:45:46
21:48:12 21:48:38
21:51:13 21:49:21
21:52:06 21:51:29
21:54:13
21:54:50 21:54:21
21:57:14
21:57:12
Lampiran 21:00 – 31 Agustus 2016

21:57:34

PV_WATT (W)
PV_AMP (A)
PV_VOLT (V)

WT_WATT (W)
WT_AMP (A)
WT_VOLT (V)
BAT_VOLT (V)

BAT_WATT (W)
BAT_AMP (A)
0
2
4
6
8
10
12
14
16

0,5
1,5
2,5
3,5
4,5

0
1
2
3
4
5

0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
22:00:00 22:00:00
22:00:00 22:02:52 22:02:52
22:03:01 22:05:43 22:05:43
22:06:02 22:08:35 22:08:35
22:09:02 22:11:26 22:11:26
22:12:03 22:14:18 22:14:18
22:15:03 22:17:09 22:17:09
22:18:04 22:20:00 22:20:00
22:21:04 22:22:52 22:22:52
22:24:05 22:25:43 22:25:43
22:27:05 22:28:35 22:28:35
22:30:06 22:31:26 22:31:26
22:33:06 22:34:17
22:34:17
22:36:07 22:37:09
22:37:09
22:39:08 22:40:01
22:40:01
22:42:09 22:42:52
22:42:52
22:45:09 22:45:44
22:45:44
22:48:10 22:48:36
22:48:36
22:51:11 22:51:27
22:51:27
22:54:12 22:54:19
22:54:19
22:57:12
22:57:10
Lampiran 22:00 – 31 Agustus 2016

22:57:10

PV_WATT (W)
PV_AMP (A)
PV_VOLT (V)

WT_WATT (W)
WT_AMP (A)
WT_VOLT (V)
BAT_VOLT (V)

BAT_WATT (W)
BAT_AMP (A)
0
2
4
6
8
10
12
14
16

0,5
1,5
2,5
3,5
4,5

0
1
2
3
4

0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
45,00
50,00
23:00:00 23:00:00
23:00:00 23:02:52 23:02:52
23:03:01 23:05:43 23:05:43
23:06:02 23:08:35 23:08:35
23:09:02 23:11:27 23:11:27
23:12:03 23:14:18 23:14:18
23:15:04 23:17:10 23:17:10
23:18:05 23:20:01 23:20:01
23:21:05 23:22:53 23:22:53
23:24:06 23:25:45 23:25:45
23:27:07 23:28:36 23:28:36
23:30:08 23:31:28 23:31:28
23:33:08 23:34:19
23:34:19
23:36:09 23:37:11
23:37:11
23:39:09 23:40:02
23:40:02
23:42:10 23:42:53
23:42:53
23:45:10 23:45:45
23:45:45
23:48:11 23:48:36
23:48:36
23:51:11 23:51:27
23:51:27
23:54:12
23:54:19 23:54:19
23:57:12
23:57:10
Lampiran 23:00 – 31 Agustus 2016

23:57:10

PV_WATT (W)
PV_AMP (A)
PV_VOLT (V)

WT_WATT (W)
WT_AMP (A)
WT_VOLT (V)
BAT_VOLT (V)

BAT_WATT (W)
BAT_AMP (A)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0
2
4
6
8
10
12
14
16
0:00:00 0:00:00

0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
0:02:52 0:02:52
0:00:00
0:05:43 0:05:43
0:03:10
0:08:35 0:08:35
0:06:20
0:11:26 0:11:26
0:09:29
0:14:18 0:14:18
0:12:39
0:17:09 0:17:09
0:15:49
0:20:01 0:20:01
0:18:59
0:22:53 0:22:53
0:22:09
0:25:44 0:25:44
0:25:19
0:28:36 0:28:36
0:28:29
0:31:27 0:31:27
0:31:38
0:34:19 0:34:19
0:34:48
0:37:10 0:37:10
0:37:58
0:40:02 0:40:02
0:41:08
0:42:54 0:42:54
0:44:18
0:45:45 0:45:45
0:47:28
0:48:37 0:48:37
0:50:38
0:51:28 0:51:28
0:53:48
0:54:20 0:54:20
0:56:58
0:57:12 0:57:12
Lampiran 00:00 – 01 September 2016

PV_WATT (W)
PV_AMP (A)
PV_VOLT (V)

WT_WATT (W)
WT_AMP (A)
WT_VOLT (V)
BAT_VOLT (V)

BAT_WATT (W)
BAT_AMP (A)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1:00:00 1:00:00

0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
1:02:52 1:02:52
1:00:00
1:05:44 1:05:44
1:03:10
1:08:36 1:08:36
1:06:20
1:11:28 1:11:28
1:09:31
1:14:20 1:14:20
1:12:41
1:17:11 1:17:11
1:15:51
1:20:03 1:20:03
1:19:01
1:22:55 1:22:55
1:22:11
1:25:47 1:25:47
1:25:21
1:28:38 1:28:38
1:28:31
1:31:30 1:31:30
1:31:41
1:34:22 1:34:22
1:34:51
1:37:14 1:37:14
1:38:02
1:40:06 1:40:06
1:41:12
1:42:57 1:42:57
1:44:22
1:45:49 1:45:49
1:47:32
1:48:41 1:48:41
1:50:42
1:51:33 1:51:33
1:53:52
1:54:24 1:54:24
1:57:02
1:57:16 1:57:16
Lampiran 01:00 – 01 September 2016

PV_WATT (W)
PV_AMP (A)
PV_VOLT (V)

WT_WATT (W)
WT_AMP (A)
WT_VOLT (V)
BAT_VOLT (V)

BAT_WATT (W)
BAT_AMP (A)
0
2
4
6
8
10
12

0,00
0,01
0,02
0,03
0,04
0,05
0,06
0,07
0,08
0,1

0
0,05
0,15
0,2
0,25
2:00:00
2:00:00 2:00:00
2:02:52
2:03:01 2:02:52
2:05:44
2:06:02 2:05:44
2:08:35
2:09:03 2:08:35
2:11:27
2:12:04 2:11:27
2:14:19
2:15:05 2:14:19
2:17:11
2:18:06 2:17:11
2:20:03
2:21:07 2:20:03
2:22:54
2:24:08 2:22:54
2:25:46
2:27:09 2:25:46
2:28:38 2:28:38
2:30:10
2:31:30 2:31:30
2:33:11
2:34:22 2:34:22
2:36:12
2:37:14 2:37:14
2:39:13
2:40:05 2:40:05
2:42:14
2:42:57 2:42:57
2:45:15
2:45:49 2:45:49
2:48:15
2:48:41 2:48:41
2:51:16
2:51:33 2:51:33
2:54:17
2:54:25 2:54:25
2:57:18
2:57:16 2:57:16
Lampiran 02:00 – 01 September 2016

PV_WATT (W)
PV_AMP (A)
PV_VOLT (V)

WT_WATT (W)
WT_AMP (A)
WT_VOLT (V)
BAT_VOLT (V)

BAT_WATT (W)
BAT_AMP (A)
0
2
4
6
8
10
12

0,00
0,01
0,02
0,03
0,04
0,05
0,06
0,07
0,08
0,09
0,10
0,1

0
0,05
0,15
0,2
0,25
3:00:00
3:00:00 3:00:00
3:02:52
3:03:00 3:02:52
3:05:44
3:06:00 3:05:44
3:08:36
3:09:00 3:08:36
3:11:27
3:12:00 3:11:27
3:14:19
3:15:00 3:14:19
3:17:11
3:18:00 3:17:11
3:20:03
3:21:00 3:20:03
3:22:55
3:24:00 3:22:55
3:25:47
3:27:00 3:25:47
3:28:38 3:28:38
3:30:00
3:31:30 3:31:30
3:33:00
3:34:22 3:34:22
3:36:00
3:37:14 3:37:14
3:39:00
3:40:06 3:40:06
3:42:00
3:42:58 3:42:58
3:45:00
3:45:50 3:45:50
3:48:00
3:48:41 3:48:41
3:51:00
3:51:33 3:51:33
3:54:00
3:54:25 3:54:25
3:57:00
3:57:17 3:57:17
Lampiran 03:00 – 01 September 2016

PV_WATT (W)
PV_AMP (A)
PV_VOLT (V)

WT_WATT (W)
WT_AMP (A)
WT_VOLT (V)
BAT_VOLT (V)

BAT_WATT (W)
BAT_AMP (A)
0
2
4
6
8
10
12

0,00
0,01
0,02
0,03
0,04
0,05
0,06
0,07
0,08
0,1

0
0,05
0,15
0,2
0,25
4:00:00
4:00:00 4:00:00
4:02:52
4:03:00 4:02:52
4:05:43
4:06:00 4:05:43
4:08:35
4:09:00 4:08:35
4:11:27
4:12:00 4:11:27
4:14:19
4:15:00 4:14:19
4:17:11
4:18:00 4:17:11
4:20:03
4:21:00 4:20:03
4:22:55
4:24:00 4:22:55
4:25:46
4:27:00 4:25:46
4:28:38 4:28:38
4:30:00
4:31:30 4:31:30
4:33:00
4:34:22 4:34:22
4:36:00
4:37:14 4:37:14
4:39:00
4:40:06 4:40:06
4:42:00
4:42:58 4:42:58
4:45:00
4:45:50 4:45:50
4:48:00
4:48:41 4:48:41
4:51:00
4:51:33 4:51:33
4:54:00
4:54:25 4:54:25
4:57:00
4:57:17 4:57:17
Lampiran 04:00 – 01 September 2016

PV_WATT (W)
PV_AMP (A)
PV_VOLT (V)

WT_WATT (W)
WT_AMP (A)
WT_VOLT (V)
BAT_VOLT (V)

BAT_WATT (W)
BAT_AMP (A)
0
2
4
6
8
10
12

0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
0,1

0
0,05
0,15
0,2
0,25
0,3
5:00:00
5:00:00 5:00:00
5:02:52
5:03:00 5:02:52
5:05:43
5:06:00 5:05:43
5:08:35
5:09:00 5:08:35
5:11:27
5:12:00 5:11:27
5:14:19
5:15:00 5:14:19
5:17:11
5:18:00 5:17:11
5:20:03
5:21:00 5:20:03
5:22:55
5:24:00 5:22:55
5:25:47
5:27:00 5:25:47
5:28:39 5:28:39
5:30:00
5:31:31 5:31:31
5:33:00
5:34:23 5:34:23
5:36:00
5:37:15 5:37:15
5:39:01
5:40:07 5:40:07
5:42:01
5:42:59 5:42:59
5:45:01
5:45:51 5:45:51
5:48:01
5:48:43 5:48:43
5:51:02
5:51:35 5:51:35
5:54:02
5:54:27 5:54:27
5:57:02
5:57:19 5:57:19
Lampiran 05:00 – 01 September 2016

PV_WATT (W)
PV_AMP (A)
PV_VOLT (V)

WT_WATT (W)
WT_AMP (A)
WT_VOLT (V)
BAT_VOLT (V)

BAT_WATT (W)
BAT_AMP (A)
0
2
4
6
8
10
12

0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8

0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
8,00
6:00:00 6:00:00
6:00:00
6:02:53 6:02:53
6:03:01
6:05:45 6:05:45
6:06:01
6:08:37 6:08:37
6:09:02
6:11:30 6:11:30
6:12:02
6:14:22 6:14:22
6:15:03
6:17:14 6:17:14
6:18:03
6:20:07 6:20:07
6:21:04
6:22:59 6:22:59
6:24:04
6:25:52 6:25:52
6:27:05
6:28:44 6:28:44
6:30:05
6:31:36 6:31:36
6:33:06
6:34:29 6:34:29
6:36:07
6:37:21 6:37:21
6:39:07
6:40:13 6:40:13
6:42:08
6:43:06 6:43:06
6:45:08
6:45:58 6:45:58
6:48:09
6:48:51 6:48:51
6:51:09
6:51:43 6:51:43
6:54:10
6:54:35 6:54:35
6:57:10
6:57:28 6:57:28
Lampiran 06:00 – 01 September 2016

PV_WATT (W)
PV_AMP (A)
PV_VOLT (V)

WT_WATT (W)
WT_AMP (A)
WT_VOLT (V)
BAT_VOLT (V)

BAT_WATT (W)
BAT_AMP (A)
0
2
4
6
8
10
12

0,2
0,4
0,6
0,8
1,2

0
1

0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
7:00:00 7:00:00
7:00:00 7:02:51 7:02:51
7:03:00 7:05:43 7:05:43
7:06:01 7:08:34 7:08:34
7:09:02 7:11:25 7:11:25
7:12:02 7:14:17 7:14:17
7:15:03 7:17:08 7:17:08
7:18:03 7:20:00 7:20:00
7:21:04 7:22:51 7:22:51
7:24:04 7:25:42 7:25:42
7:27:05 7:28:34 7:28:34
7:30:06 7:31:25 7:31:25
7:33:06 7:34:17
7:34:17
7:36:07 7:37:08
7:37:08
7:39:07 7:40:00
7:40:00
7:42:08 7:42:51
7:42:51
7:45:09 7:45:43
7:45:43
7:48:10 7:48:34
7:48:34
7:51:10 7:51:26
7:51:26
7:54:11 7:54:17
7:54:17
7:57:12
7:57:09 7:57:09
Lampiran 07:00 – 01 September 2016

PV_WATT (W)
PV_AMP (A)
PV_VOLT (V)

WT_WATT (W)
WT_AMP (A)
WT_VOLT (V)
BAT_VOLT (V)

BAT_WATT (W)
BAT_AMP (A)
0
2
4
6
8
10
12
14
16

0,5
1,5
2,5

0
1
2

0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
8:00:00 8:00:00
8:00:00 8:02:52 8:02:52
8:03:01 8:05:44 8:05:44
8:06:02 8:08:35 8:08:35
8:09:03 8:11:27 8:11:27
8:12:03 8:14:18 8:14:18
8:15:04 8:17:10 8:17:10
8:18:05 8:20:01 8:20:01
8:21:06 8:22:53 8:22:53
8:24:06 8:25:44 8:25:44
8:27:07 8:28:36 8:28:36
8:30:08 8:31:28 8:31:28
8:33:09 8:34:19
8:34:19
8:36:10 8:37:11
8:37:11
8:39:11 8:40:03
8:40:03
8:42:12 8:42:54
8:42:54
8:45:12 8:45:46
8:45:46
8:48:13 8:48:38
8:48:38
8:51:14 8:51:29
8:51:29
8:54:15 8:54:21
8:54:21
8:57:16
8:57:13 8:57:13
Lampiran 08:00 – 01 September 2016

PV_WATT (W)
PV_AMP (A)
PV_VOLT (V)

WT_WATT (W)
WT_AMP (A)
WT_VOLT (V)
BAT_VOLT (V)

BAT_WATT (W)
BAT_AMP (A)
0
2
4
6
8
10
12
14
16

0,5
1,5
2,5
3,5
4,5

0
1
2
3
4

0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
9:00:00 9:00:00
9:00:00 9:02:52 9:02:52
9:03:01 9:05:44 9:05:44
9:06:02 9:08:36 9:08:36
9:09:03 9:11:27 9:11:27
9:12:04 9:14:19 9:14:19
9:15:05 9:17:11 9:17:11
9:18:06 9:20:03 9:20:03
9:21:07 9:22:54 9:22:54
9:24:08 9:25:46 9:25:46
9:27:09 9:28:38 9:28:38
9:30:10 9:31:29 9:31:29
9:33:11 9:34:21
9:34:21
9:36:12 9:37:13
9:37:13
9:39:13 9:40:05
9:40:05
9:42:13 9:42:56
9:42:56
9:45:14 9:45:48
9:45:48
9:48:15 9:48:40
9:48:40
9:51:16 9:51:31
9:51:31
9:54:17 9:54:23
9:54:23
9:57:18
9:57:15 9:57:15
Lampiran 09:00 – 01 September 2016

PV_WATT (W)
PV_AMP (A)
PV_VOLT (V)

WT_WATT (W)
WT_AMP (A)
WT_VOLT (V)
BAT_VOLT (V)

BAT_WATT (W)
BAT_AMP (A)
0
2
4
6
8
10
12
14
16

0,5
1,5
2,5
3,5

0
1
2
3
4

0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
10:00:00 10:00:00
10:00:00 10:02:52 10:02:52
10:03:01 10:05:45 10:05:45
10:06:02 10:08:38 10:08:38
10:09:03 10:11:31 10:11:31
10:12:03 10:14:22 10:14:22
10:15:03 10:17:14 10:17:14
10:18:02 10:20:05 10:20:05
10:21:02 10:22:57 10:22:57
10:24:02 10:25:49 10:25:49
10:27:02 10:28:41
10:28:41
10:30:02 10:31:32
10:31:32
10:33:02 10:34:24
10:34:24
10:36:02 10:37:16
10:37:16
10:39:02 10:40:08
10:40:08
10:42:02 10:43:00
10:43:00
10:45:02
10:45:52 10:45:52
10:48:02
10:48:44 10:48:44
10:51:02
10:51:36 10:51:36
10:54:02
10:54:28 10:54:28
10:57:02
10:57:19 10:57:19
Lampiran 10:00 – 01 September 2016

PV_WATT (W)
PV_AMP (A)
PV_VOLT (V)

WT_WATT (W)
WT_AMP (A)
WT_VOLT (V)
BAT_VOLT (V)

BAT_WATT (W)
BAT_AMP (A)

Anda mungkin juga menyukai