Anda di halaman 1dari 112

RANCANG BANGUN KENDALI AUTOMASI

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA HYBRID 800 Wp


DENGAN INVERTER HYBRID
PADA RUANG LABORATORIUM PLC DAN SCADA
PRODI TEKNIK LISTRIK POLINES

Disusun oleh
ALDA WISNU ARBIYANTO 3.31.16.1.01
DWITA FADHILA PRASTUTI 3.31.16.1.08
FAHMI ARSAD HANAFI 3.31.16.1.09
LANTIP WISNU MURTI 3.31.16.1.13

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2019
RANCANG BANGUN KENDALI AUTOMASI
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA HYBRID 800 Wp
DENGAN INVERTER HYBRID
PADA RUANG LABORATORIUM PLC DAN SCADA
PRODI TEKNIK LISTRIK POLINES

Tugas akhir ini disusun untuk melengkapi sebagian persyaratan


menjadi Ahli Madya

Disusun oleh
ALDA WISNU ARBIYANTO 3.31.16.1.01
DWITA FADHILA PRASTUTI 3.31.16.1.08
FAHMI ARSAD HANAFI 3.31.16.1.09
LANTIP WISNU MURTI 3.31.16.1.13

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2019
HALAMAN PERSETUJUAN

Tugas Akhir dengan judul “Rancang Bangun Kendali Automasi Pembangkit


Listrik Tenaga Hybrid 800 Wp Dengan Inverter Hybrid Pada Ruang
Laboratorium PLC dan SCADA Prodi Teknik Listrik Polines” dibuat untuk
melengkapi sebagian persyaratan menjadi Ahli Madya pada Program Studi D3
Teknik Listrik, Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang dan disetujui
untuk diajukan dalam sidang ujian tugas akhir.

Semarang, 16 Agustus 2019

Pembimbing I Pembimbing II

Akhmad Jamaah, S.T.,M.Eng. Drs. Amir Subagyo, M.M.


NIP. 196203231985031004 NIP. 195901121987031001

Mengetahui,
Ketua Program Studi

Yusnan Badruzzaman, S.T.,M.Eng.


NIP. 197503132006041001

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Akhir dengan judul “Rancang Bangun Kendali Automasi Pembangkit


Listrik Tenaga Hybrid 800 Wp Dengan Inverter Hybrid Pada Ruang
Laboratorium PLC dan SCADA Prodi Teknik Listrik Polines”. Telah
dipertahankan dalam ujian wawancara dan diterima sebagai syarat untuk menjadi
Ahli Madya pada Program Studi D3 Teknik Listrik, Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Semarang pada tanggal …..

Tim Penguji
Penguji I, Penguji II, Penguji III,

Nama Nama Nama


NIP NIP NIP

Ketua Penguji, Sekretaris Penguji,

Nama Nama
NIP NIP

Mengesahkan
Ketua Jurusan Teknik Elektro

Dr. Amin Suharjono, S.T., M.T.


NIP. 197210271999031002

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang
berjudul “Rancang Bangun Kendali Automasi Pembangkit Listrik Tenaga
Hybrid 800 Wp dengan Inverter Hybrid pada Ruang Laboratorium PLC dan
SCADA Prodi Teknik Listrik Polines”. Terselesaikannya laporan ini sebagai
bukti telah menyelesaikan Tugas Akhir di Politeknik Negeri Semarang.
Laporan Tugas Akhir ini dapat tersusun dengan baik berkat bimbingan dan
kerjasama dari pihak-pihak yang telah membantu dan memberi pengarahan untuk
menyelesaikan laporan ini.
Pada kesempatan ini penulis berterimakasih kepada :
1. Bapak Ir.Supriyadi selaku Direktur Politeknik Negeri Semarang.
2. Bapak Dr. Amin Suharjono, S.T, M.T selaku Kepala Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Semarang.
3. Bapak Yusnan Badruzzaman, S.T, M.Eng selaku Kepala Program Studi Teknik
Listrik Politeknik Negeri Semarang.
4. Bapak Akhmad Jamaah S.T, M.Eng selaku dosen pembimbing utama yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir.
5. Bapak Drs. Amir Subagyo, M.M selaku dosen pembimbing pendamping yang
telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan Tugas
Akhir.
6. Bapak Daeng Supriyadi Pasisarha, S.T., M.Eng. selaku dosen wali penulis.
7. Seluruh dosen dan staff pegawai Jurusan Teknik Elektro, khususnya Program
Studi Teknik Listrik Politeknik Negeri Semarang.
8. Orang Tua penulis yang telah mendorong dan memberi semangat, serta
dukungan moril maupun materiil.
9. Segenap teman-teman mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, khususnya kelas LT-
3B yang selama kurang lebih 3 tahun telah saling memberi semangat dan saling
membantu selama menuntut ilmu bersama di Politeknik Negeri Semarang.

v
10. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu karena telah
membantu sehingga laporan ini dapat selesai sebaik-baiknya.

Semarang, 16 Agustus 2019

Penulis

vi
Abstrak
Alda Wisnu Arbiyanto, Dwita Fadhila Prastuti, Fahmi Arsad Hanafi, Lantip Wisnu Murti “Rancang
Bangun Kendali Automasi Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid 800 Wp dengan Inverter Hybrid pada
Ruang Laboratorium PLC dan Scada Prodi Teknik Listrik Polines”, Tugas Akhir DIII Jurusan
Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang, di bawah bimbingan Bapak Akhmad Jamaah S.T,
M.Eng dan Drs. Amir Subagyo, M.M, (bulan tahun) 2019, jumlah halaman 96.

Penggunaan energi listrik pada era sekarang ini sangatlah penting oleh karena itu diperlukan
sumber energi lstrik yang dapat diperbarui serta ramah lingkungan yang bertujuan untuk menjaga
kelestarian alam serta memenuhi kebutuhan akan tenaga listrik dan salah satu bentuk penghasil
energi listrik yang dapat diperbarui dan ramah lingkungan adalah Pembangkit Listrik Tenaga
Surya. Pembangkit Listrik Tenaga Surya dengan metode Hybrid adalah pembangkit listrik yang
terdiri lebih dari satu macam pembangkit, dimana menggabungkan beberapa sumber energi yang
dapat diperbaharui (renewable) dan atau yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable). Dalam
meyelesaiakan laporan ini kami melakukan studi pustaka dari berbagai sumber serta menganalisa
hasil dari perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya itu sendiri. Rancang Bangun Kendali
Automasi Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid 800 Wp dengan Inverter Hybrid pada Ruang
Laboratorium PLC dan Scada Prodi Teknik Listrik Polines menghasilkan energi sebesar 6,244 kWh
dalam pengujian hari Kamis tanggal 2 Agustus 2019 dari pukul 08.00 hingga 17.00.
Peralatan/komponen utama yang digunakan untuk merancang Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid
800 Wp pada beban penerangan pada ruang laboratorium PLC dan SCADA Prodi Teknik Listrik
Polines adalah Solarcell dan Grid Tie Inverter. Sistem ini berfungsi untuk menghemat penggunaan
energi listrik PLN.

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. iii


HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................. v
Abstrak .................................................................................................................. vii
DAFTAR ISI........................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................xi
DAFTAR TABEL ..................................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3. Pembatasan Masalah ............................................................................... 2
1.4. Tujuan 2
1.5. Manfaat 2
1.6. Metode Penulisan .................................................................................... 3
1.7. Sistematika Penulisan .............................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5
2.1. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) .............................................. 5
2.1.1. Komponen Utama.................................................................................... 5
2.1.2. Prinsip Kerja ............................................................................................ 6
2.1.3. Kelebihan dan Kekurangan Menggunakan PLTS ................................... 6
2.1.3.1. Kelebihan PLTS ......................................................................................6
2.1.3.2. Kelemahan PLTS.....................................................................................7
2.2. Solar Cell .................................................................................................7
2.2.1. Struktur Sel Surya (Solar Cell)................................................................8
2.2.2. Jenis – Jenis Solar Cell ............................................................................9
2.2.3. Prinsip Kerja Solar Cell.........................................................................11
2.3. Inverter ..................................................................................................12
2.3.1. Komponen Inverter ...............................................................................13
2.3.1.1. Komparator ............................................................................................13
2.3.1.2. Transistor MOSFET ..............................................................................14
2.3.2. Prinsip Kerja Inverter ............................................................................14

2.3.3. Jenis – jenis Inverter ..............................................................................16


viii
2.4. Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH)..........................................17
2.4.1. Komponen PLTH ..................................................................................17
2.4.1.1. Inverter Hybrid (Grid Tie Inverter).......................................................17
2.4.1.2. Solar Charge Controller........................................................................18
2.4.1.3. Accumulator ..........................................................................................19
2.4.2. Prinsip Kerja PLTH ...............................................................................20
2.4.3. Sistem Instalasi ......................................................................................20
2.5. Sistem Monitoring dan Controlling ......................................................21
2.5.1. PLC (Programmable Logic Controllers) ..............................................21
2.5.1.1. Prinsip Kerja ..........................................................................................22
2.5.1.2. Bagian – bagian PLC .............................................................................22
2.5.1.3. Bahasa Pemrograman ............................................................................24
2.5.1.4. Fungsi Logika ........................................................................................25
2.5.1.5. Perangkat Input ......................................................................................27
2.5.2. SCADA (Supervisory Control and Data Acquisition) ..........................27
2.5.2.1. Prinsip Kerja SCADA ...........................................................................29
2.5.2.2. Komponen SCADA ...............................................................................30
2.5.2.3. Fungsi SCADA ......................................................................................31
2.5.2.4. Sistem Pemrograman SCADA ..............................................................33
BAB III PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA HYBRID .......34
3.1. Deskripsi Kerja ......................................................................................34
3.2. Flow Chart .............................................................................................35
3.3. Diagram Blok ........................................................................................36
3.4. Data Beban Pada Ruang Laboratorium PLC dan SCADA....................37
3.5. Pemilihan Komponen dan Peralatan .....................................................38
3.6. Perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid ..................................52
3.6.1. Perancangan Pengawatan ......................................................................52
3.6.2. Perancangan Konstruksi ........................................................................53
3.6.3. Pemrograman PLC ................................................................................55
3.6.4. Pemrograman SCADA ..........................................................................62
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA .........................................................79
4.1. Data Penggunaan Energi Listrik............................................................79
4.1.1. Total Energi Listrik ...............................................................................80
4.1.2. Pengujian Beban Menggunakan Suplai PLN ........................................80

4.1.3. Pengujian Beban Menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid


………………………………………………………………………...81
4.2. Operasi Sistem.......................................................................................85
4.2.1. Sistem Manual .......................................................................................
ix 85
4.2.2. Sistem Otomatis ....................................................................................88
4.2.3. Sistem SCADA .....................................................................................90
4.3. Analisa Penghematan Energi Listrik .....................................................93
BAB V PENUTUP ................................................................................................94
5.1. Kesimpulan............................................................................................94
5.2. Saran 95
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................96
LAMPIRAN

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Surya ....................................5


Gambar 2.2. Bagan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya ................................6
Gambar 2.3. Struktur Sel Surya ...............................................................................8
Gambar 2.4. Panel Surya Jenis Monocrystalline .....................................................9
Gambar 2.5. Panel Surya Jenis Polycrystalline ......................................................10
Gambar 2.6. Panel Surya Jenis Thin Film Photovoltaic ........................................10
Gambar 2.7a. Struktur Atom ................................................................................. 12
Gambar 2.7b. Daerah Semikonduktor....................................................................12
Gambar 2.8. Perbandingan Modulating Wave dan Carrier Wave .........................14
Gambar 2.9. Diagram Inverter dengan Trafo CT ...................................................14
Gambar 2.10. Grafik Perubahan Gelombang DC ke AC .......................................16
Gambar 2.11. Diagram Kerja Inverter Hybrid .......................................................18
Gambar 2.12. Susunan Dasar Accumulator ...........................................................19
Gambar 2.13. Bagan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid ..........................20
Gambar 2.14. Rangkaian Panel Surya Secara Pararel............................................21
Gambar 2.15. Bagian – bagian PLC.......................................................................23
Gambar 2.16. Diagram Tangga untuk Sebuah Sistem Gerbang AND ...................25
Gambar 2.17. Diagram Tangga untuk Sebuah Sistem Gerbang OR ......................25
Gambar 2.18. Diagram Tangga untuk Sebuah Sistem Gerbang NOR ...................26
Gambar 2.19. Gerbang XOR..................................................................................26
Gambar 2.20. Diagram Tangga Untuk Sebuah Sistem Gerbang XOR ..................26
Gambar 2.21. Contoh Sistem SCADA...................................................................29
Gambar 2.22. Konfigurasi elemen penting dalam sistem SCADA ........................31
Gambar 3.1. Flowchart Proses Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid ............ 36
Gambar 3.2. Diagram Blok Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid ...........................36
Gambar 3.3. Solar Cell Kenika 200 Wp ................................................................39
Gambar 3.4. Inverter Hybrid Kenika 1000 W........................................................40
Gambar 3.5. Baterai Kenika 100Ah .......................................................................42
Gambar 3.6. PLC TM221CE16R Schneider ..........................................................43

xi
Gambar 3.7. Router TP-Link TL-WR841HP.........................................................44
Gambar 3.8a. MCB DC 63A................................................................................. 45
Gambar 3.8b. MCB DC 32A .................................................................................45
Gambar 3.9. MCB AC Schneider 6A ....................................................................46
Gambar 3.10. Kontaktor Ewig ST-10 ....................................................................47
Gambar 3.11. Kontaktor Ewig ST-35 ....................................................................48
Gambar 3.12. Relay Ewig ......................................................................................49
Gambar 3.13. Push Button .....................................................................................49
Gambar 3.14. Pilot Lamp .......................................................................................50
Gambar 3.15. Modem Serial Bus rs 485 HF2211 ..................................................51
Gambar 3.16. Digital Volt Watt Ampere kWh Meter DC 100A ...........................52
Gambar 3.17. Desain Box Panel Kontrol...............................................................53
Gambar 3.18. Tata Letak Box Panel Kontrol dan Inverter ....................................54
Gambar 3.19. Icon EcoStruxure Machine Expert – Basic .....................................55
Gambar 3.20. Tampilan Awal EcoStruxure Machine Expert - Basic ....................55
Gambar 3.21. Tampilan Layar “New Project” .......................................................56
Gambar 3.22. Pemilihan Tipe PLC yang akan digunakan .....................................56
Gambar 3.23. Question Agreement........................................................................57
Gambar 3.24. Tampilan Setelah Tipe PLC Sesuai Keinginan ...............................57
Gambar 3.25. Tampilan Layar Programming ........................................................58
Gambar 3.26. Editor Ladder ..................................................................................58
Gambar 3.27. Proses Download Program Dari PC ke PLC ...................................59
Gambar 3.28. Tampilan Halaman Pada Tab Commissioning ................................60
Gambar 3.29. Perangkat Lokal dan Tombol Login ...............................................60
Gambar 3.30. Tombol Perintah Download / Upload Program ..............................61
Gambar 3.31. Question Agreement........................................................................61
Gambar 3.32. Notifikasi Transfer Program Berhasil .............................................62
Gambar 3.33. Question Agreement........................................................................62
Gambar 3.34. Icon Vijeo Citect 7.20 .....................................................................63
Gambar 3.35. Tampilan Awal Vijeo Citect 7.20 ...................................................63
Gambar 3.36. Tampilan Menu “New Project” .......................................................64
Gambar 3.37. Tampilan Pengisian Nama Project ..................................................64

xii
Gambar 3.38. Tampilan Database Vijeo Citect .....................................................65
Gambar 3.39. Tampilan Database TA PLTS 2019 ................................................65
Gambar 3.40. Tampilan Contents of Communications..........................................66
Gambar 3.41. Perintah lanjutan Express Communication Wizard ........................67
Gambar 3.42. Pemilihan Manufacture, Model, Komunikasi yang Digunakan ......68
Gambar 3.43. Setting IP Address dan Port ............................................................68
Gambar 3.44. Express Communication Wizard.....................................................69
Gambar 3.45. Tampilan Database Communications .............................................69
Gambar 3.46. Tampilan Cluster .............................................................................70
Gambar 3.47. Tampilan awal database TA PLTS 2019 ........................................70
Gambar 3.48. Tampilan contents of system ...........................................................71
Gambar 3.49. Tampilan Users ...............................................................................71
Gambar 3.50. Tampilan database TA PLTS 2019 .................................................72
Gambar 3.51. Tampilan contents of tags ...............................................................72
Gambar 3.52. Tampilan variable tags ....................................................................72
Gambar 3.53. Tampilan Perintah Untuk Database Graphics .................................74
Gambar 3.54. Tampilan Database Graphics Pages ................................................74
Gambar 3.55. Tampilan New Pages.......................................................................75
Gambar 3.56. Citect Grapics Builder .....................................................................75
Gambar 3.57. Layout Pages SCADA.....................................................................76
Gambar 4.1.Grafik Energi Listrik Mode PLN Only (Wh) .................................... 81
Gambar 4.2. Grafik Energi Listrik Mode Hybrid (Wh) .........................................83
Gambar 4.3. Sudut Ideal Solar Cell Menerima Sinar Matahari .............................84
Gambar 4.4. Grafik Perbandingan Daya Pengujian Sistem Hybrid .......................85
Gambar 4.5a. MCB ................................................................................................86
Gambar 4.6. Tombol Pada Inverter ........................................................................86
Gambar 4.7. Selector Switch..................................................................................86
Gambar 4.8. Tombol Pada Pintu Panel ..................................................................87
Gambar 4.9a. MCB Input PLN & Output Inverter ................................................88
Gambar 4.10. Inverter ............................................................................................88
Gambar 4.11. Selector Switch................................................................................89
Gambar 4.12. Tombol Pada Pintu Panel ................................................................89

xiii
Gambar 4.13a. MCB ..............................................................................................90
Gambar 4.14. Inverter ............................................................................................90
Gambar 4.15. Koneksi Jaringan .............................................................................91
Gambar 4.16. Sistem SCADA ...............................................................................92

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Data Daya Beban Listrik .......................................................................37


Tabel 3.2. Spesifikasi Solar Cell Kenika ...............................................................39
Tabel 3.3. Spesifikasi Inverter Hybrid Kenika ......................................................40
Tabel 3.4. Spesifikasi Baterei Kenika 100Ah ........................................................42
Tabel 3.5. Spesifikasi PLC TM221CE16R Schneider ..........................................43
Tabel 3.6. Spesifikasi Router TP-Link TL-WR841HP .........................................44
Tabel 3.7. Spesifikasi MCB DC 63A TOMZN......................................................45
Tabel 3.8. Spesifikasi MCB DC 32A TOMZN......................................................45
Tabel 3.9. Spesifikasi MCB AC Schneider 6 A .....................................................46
Tabel 3.10. Spesifikasi Kontaktor Ewig ST-10 .....................................................47
Tabel 3.11. Spesifikasi Kontaktor ST-35 ...............................................................48
Tabel 3.12. Spesifikasi Relay Ewig .......................................................................49
Tabel 3.13. Spesifikasi Push Button ......................................................................50
Tabel 3.14. Spesifikasi Pilot Lamp ........................................................................50
Tabel 3.15. Spesifikasi Modem Serial Bus rs 485 HF2211 ...................................51
Tabel 3.16. Spesifikasi Digital Volt Watt Ampere kWh Meter DC 100A ............52
Tabel 3.17. Alamat I/O ..........................................................................................59
Tabel 3. 18. Daftar Variable Tags ..........................................................................73
Tabel 4.1 Data hasil dari pengukuran daya beban listrik ...................................... 79
Tabel 4.2. Data Terukur Penggunaan Energi Listrik di Ruang Laboratorium PLC
dan SCADA ...........................................................................................................80
Tabel 4.3. Hasil Pengujian Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid ............................82
Tabel 4.4. Data Input Solar Cell ............................................................................83

xv
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 KONSTRUKSI KOMPONEN


LAMPIRAN 2 KONSTRUKSI TATA LETAK PANEL
LAMPIRAN 3 DIAGRAM GARIS TUNGGAL
LAMPIRAN 4 DIAGRAM BEBAN
LAMPIRAN 5 KONSTRUKSI DALAM PANEL
LAMPIRAN 6 DIAGRAM PENGAWATAN
LAMPIRAN 7 PLC
LAMPIRAN 8 SPESIFIKASI KOMPONEN

xvi
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebutuhan energi listrik saat ini sangatlah penting dalam menunjang setiap
aktivitas manusia, ditambah dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat
yang secara tidak langsung juga telah meningkatkan kebutuhan energi listrik secara
besar-besaran, sehingga menuntut perusahaan penyedia energi listrik yaitu PLN
harus dapat memenuhi kebutuhan energi listrik secara optimal. Dalam penyediaan
energi listrik, Perusahaan Listrik Negara (PLN) menggunakan berbagai macam
pembangkit energi listrik, seperti PLTU dan PLTG yang memanfaatkan batubara
dan gas sebagai bahan bakar utama untuk beroperasi. Namun bahan bakar seperti
batubara dan gas yang digunakan untuk pembangkit listrik pasti akan habis seiring
berjalannya waktu.

Dengan dasar inilah diperlukan sistem sumber energi listrik yang renewable dan
ramah lingkungan, salah satunya yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Letak geografis Indonesia yang strategis dengan dilintasi garis khatulistiwa yang
membuat Indonesia tersinari oleh matahari secara konstan dan teratur, sehingga
akan tepat jika digunakan PLTS.

PLTS kurang handal untuk menghasilkan energi listrik secara kontinyu maka dari
itu untuk dapat menyuplai beban listrik agar dapat digunakan dengan baik maka
tetap diperlukan sumber energi listrik dari PLN. Sistem penyuplaian beban yang
menggunakan dua sumber energi listrik ini disebut Pembangkit Listrik Tenaga
Hybrid, dan pada sistem PLTH ini menggunakan suatu alat yang disebut inverter
hybrid untuk mengatur sumber energi listrik menuju beban. Sistem Hybrid ini akan
digunakan untuk menyuplai beban listrik pada Ruang Laboratorium PLC dan
SCADA Prodi Teknik Listrik Politeknik Negeri Semarang.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dibuatlah Tugas Akhir dengan judul
“Rancang Bangun Kendali Automasi Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid 800
Wp dengan Inverter Hybrid pada Ruang Laboratorium PLC dan SCADA
Prodi Teknik Listrik Polines”.

1
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan


yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara kerja dari inverter hybrid pada Pembangkit Listrik Tenaga
Hybrid ?
2. Bagaimana merancang sistem Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid dengan
inverter hybrid ?
3. Bagaimana melakukan controlling dan monitoring untuk PLTH ?

1.3. Pembatasan Masalah

Laporan Tugas Akhir ini akan membahas tentang :


1. Solar sel menghasilkan energi listrik sebesar 800 Wp untuk menyuplai beban
listrik atau mengisi baterai dengan kapasitas baterai 100 Ah.
2. Inverter Hybrid menggunakan dua sumber energi listrik yaitu solar sel dan
PLN.
3. Input tegangan pada inverter hybrid adalah antara 30VDC hingga 80VDC
sedangkan output tegangannya adalah 220VAC.
4. Informasi tegangan, arus dan daya listrik yang terdapat pada inverter hybrid
dapat di-monitoring dari beberapa tempat berbeda.
5. PLTH akan melayani beban satu fasa sebesar kurang lebih 1000 Watt.

1.4. Tujuan

1. Dapat mengetahui cara kerja dari inverter hybrid pada Pembangkit Listrik
Tenaga Hybrid.
2. Dapat merancang sistem Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid.
3. Dapat melakukan controlling dan monitoring untuk PLTH.

1.5. Manfaat

1. Mengurangi konsumsi energi listrik dari PLN dengan adanya sumber energi
listrik alternatif PLTH.
2. Menghemat biaya yang dikeluarkan dari pemakaian energi listrik PLN.
3. Saat PLTH bekerja secara optimal maka beban listrik tidak akan mati saat
sumber energi dari PLN trip.

2
1.6. Metode Penulisan

Dalam menyusun Tugas Akhir dipergunakan metode, antara lain :


1. Metode Observasi
Metode observasi adalah pengamatan langsung menggunakan alat indera atau
alat bantu untuk penginderaan suatu objek atau subjek. Observasi yang
dilakukan bertujuan untuk mencari tempat yang sesuai untuk penempatan solar
sel dan menghitung beban yang akan disuplai pada Ruang Laboratorium PLC
dan SCADA Prodi Teknik Listrik Polines.
2. Metode Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data yang diarahkan kepada
pencarian data dan informasi, yang didapat melalui laporan-laporan Tugas
Akhir Politeknik Negeri Semarang tahun-tahun sebelumnya yang berhubungan
dengan PLTS dan sistem hybrid, buku-buku tentang inverter hybrid dan solar
sel di perpustakaan pusat Politeknik Negeri Semarang.
3. Metode Wawancara
Metode ini digunakan untuk memperoleh data dan informasi yang jelas, lengkap
dan akurat dari dosen pembimbing dan owner PT.

1.7. Sistematika Penulisan

Penulisan laporan ini terbagi dalam lima bab yang disusun sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan, manfaat,
metode penulisan, dan sistematika penulisan Tugas Akhir.

BAB II LANDASAN TEORI


Menguraikan konsep dan prinsip dasar yang diperlukan untuk memecahkan
masalah dalam Tugas Akhir berkaitan dengan sistem kerja PLTH dan penggunaan
komponen penunjangnya.

3
BAB III KEGIATAN PELAKSANAAN
Menguraikan tahapan penyelesaian permasalahan Tugas Akhir yang dimulai dari
tahapan perancangan fisik dan pemilihan komponen, pembuatan alat secara fisik
maupun non-fisik dan pengukuran alat serta hasil unjuk kerja dari alat yang dibuat.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Membahas hasil dari penelitian atau hasil unjuk kerja rancang bangun PLTH,
dengan analisis dan pembahasanya yang berupa data secara kualitatif maupun
kuantitatif.

BAB V KESIMPULAN
Membahas tentang pernyataan tepat dan singkat mengenai hasil analisis dan
pembahasan rancang bangun PLTH dengan inverter hybrid.

4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) adalah pembangkit yang memanfaatkan


sinar matahari sebagai sumber penghasil listrik. Alat utama untuk menangkap,
perubah dan penghasil listrik adalah Photovoltaic yang secara umum disebut Modul
/ Panel Solar Cell. Dengan alat tersebut sinar matahari dirubah menjadi listrik
melalui proses aliran-aliran elektron negatif dan positif di dalam cell modul tersebut
karena perbedaan elektron. Hasil dari aliran elektron-elektron akan menjadi listrik
DC yang dapat langsung dimanfaatkan untuk mengisi baterai / aki sesuai tegangan
dan arus yang diperlukan.

2.1.1. Komponen Utama

Gambar 2.1. Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Surya


(sumber : http://kelas-fisika.com)
Pada gambar 2.1. menunjukan bahwa panel surya / solar cell merupakan komponen
penting pembangkit listrik tenaga surya. Panel surya mendapatkan tenaga listrik
pada pagi sampai sore hari sepanjang ada sinar matahari. Pada umumnya sinar
matahari yang diubah menjadi tenaga listrik sepanjang hari adalah 5 jam. Tenaga
listrik pada pagi–sore disimpan dalam baterai atau digunakan langsung untuk
menyuplai beban yang diatur menggunakan solar charge controller.

5
Untuk menyuplai beban DC tenaga listrik dapat langsung dikontrol menggunakan
solar charge controller langsung ke beban, apabila tenaga listrik digunakan unuk
menyuplai beban AC, output solar cell harus diubah menjadi tegangan AC
menggunakan inverter.

2.1.2. Prinsip Kerja

Gambar 2.2. Bagan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya


(sumber :http://kelas-fisika.com)
Berdasarkan gambar 2.2., prinsip kerja dari pembangkit listrik tenaga surya cukup
sederhana. Komponen utama dari sumber energi ini adalah sel fotovoltaik. Sel
tersebut memiliki peranan untuk menangkap panas matahari yang kemudian akan
diubah menjadi energi listrik. Energi listrik yang dihasilkan dapat dimanfaatkan
untuk menyuplai kebutuhan listrik rumah-rumah maupun industri. Jika
dibandingkan dengan pembangkit listrik yang lain, jenis pembangkit listrik ini
diklaim lebih ramah lingkungan, murah dan hampir tidak memiliki polusi ataupun
limbah.

2.1.3. Kelebihan dan Kekurangan Menggunakan PLTS

2.1.3.1. Kelebihan PLTS


Kelebihan penggunaan PLTS antara lain :
a. Tidak memerlukan bahan bakar, karena menggunakan sumber energi matahari
yang dapat diperoleh dimana saja secara cuma-cuma sepanjang tahun, sehingga
hampir tidak memerlukan biaya operasi.

6
b. Tidak memerlukan konstruksi yang berat dan menetap, sehingga dapat dipasang
dimana saja dan dapat dipindahkan bilamana dibutuhkan.
c. Bersifat moduler kapasitas listrik yang dihasilkan dapat disesuaikan dengan
kebutuhan dengan cara merangkai modul secara seri dan paralel.
d. Dapat dioperasikan secara otomatis (unattendable) maupun menggunakan
operator (attendable).
e. Ramah lingkungan. Tidak menimbulkan polusi suara maupun polusi asap.
f. Tidak ada bagian yang bergerak, sehingga hampir tidak memerlukan biaya
pemeliharaan, yang diperlukan hanya membersihkan modul apabila kotor dan
menambah air accu (aquades).

2.1.3.2. Kelemahan PLTS


Kelemahan penggunaan PLTS, antara lain :
a. Modul surya memiliki efisiensi konversi yang rendah dibandingkan jenis
pembangkit lainnya.
b. Untuk bekerja dengan baik, modul surya harus cukup mendapatkan penyinaran
matahari (tergantung pada musim).
c. Memerlukan area yang luas untuk pemasangan modul surya untuk
mendapatkan daya keluaran yang tinggi.
d. Harga modul surya (skala kecil) masih mahal sehingga biaya pembangkitan
yang dihasilkan juga mahal.

2.2. Solar Cell

Sel surya atau solar cell adalah sebuah fotovoltaic yaitu bahan semi konduktor yang
mengubah secara langsung energi cahaya menjadi energi listrik. Tegangan listrik
yang dihasilkan oleh sebuah sel surya sangat kecil, sekitar 0,6 V tanpa beban (open
circuit) atau 0,45 V dengan beban. Tegangan yang dihasilkan oleh sel surya atau
panel surya adalah tegangan DC.

7
2.2.1. Struktur Sel Surya (Solar Cell)

Sesuai dengan perkembangan sains dan teknologi, jenis-jenis teknologi sel surya
pun berkembang dengan berbagai inovasi.

Gambar 2.3.Struktur Sel Surya


(sumber : www.teknologisurya.WordPress.com)

Gambar 2.3. menunjukan ilustrasi sel surya dan bagian-bagiannya. Secara umum
terdiri dari :
a. Substrat / metal backing
Substrat adalah material yang menopang seluruh komponen sel surya. Material
substrat juga harus mempunyai konduktifitas listrik yang baik karena juga
berfungsi sebagai kontak terminal positif sel surya, sehingga umumnya
digunakan material metal atau logam seperti aluminium atau molybdenum.
b. Material semikonduktor
Material semikonduktor merupakan bagian inti dari sel surya yang biasanya
mempunyai tebal sampai beberapa ratus mikrometer untuk sel surya generasi
pertama (silikon), dan 1 sampai 3 mikrometer untuk sel surya lapisan tipis.
Material semikonduktor inilah yang berfungsi menyerap cahaya dari sinar
matahari. Pada gambar 2.7. semikonduktor yang digunakan adalah material
silikon, yang umum diaplikasikan di industri elektronik.
c. Kontak metal / contact grid
Selain substrat sebagai kontak positif, diatas sebagian material semikonduktor
biasanya dilapiskan material metal atau material konduktif transparan sebagai
kontak negatif.
d. Lapisan antireflektif
Refleksi cahaya harus diminimalisir agar mengoptimalkan cahaya yang terserap
oleh semikonduktor. Oleh karena itu biasanya sel surya dilapisi oleh lapisan anti-

8
refleksi. Material anti-refleksi ini adalah lapisan tipis material dengan besar
indeks refraktif optik antara semikonduktor dan udara yang menyebabkan
cahaya dibelokkan ke arah semikonduktor sehingga meminimumkan cahaya
yang dipantulkan kembali.
e. Enkapsulasi / cover glass
Bagian ini berfungsi sebagai enkapsulasi untuk melindungi modul surya dari
hujan atau kotoran.

2.2.2. Jenis – Jenis Solar Cell

Jenis-jenis solar cell digolongkan berdasarkan teknologi pembuatannya. Secara


garis besar dibagi dalam tiga jenis, yaitu:
a. Monocrystalline
Jenis ini terbuat dari batangan Kristal silikon murni yang diiris tipis-tipis. Dengan
teknologi seperti ini akan dihasilkan kepingan sel surya yang identik satu sama lain
dan berkinerja tinggi. Sehingga menjadikan sel surya yang paling efisien
dibandingkan jenis sel surya lainnya, sekitar 15% sampai 20%. Mahalnya harga
kristal silikon murni dan teknologi yang digunakan, menyebabkan mahalnya harga
jenis sel surya ini dibandingkan jenis sel surya yang lain di pasaran.

Kelemahannya, sel surya jenis ini jika disusun membentuk solar modul (panel
surya) akan menyisakan banyak ruangan yang kosong karena sel surya seperti ini
umumnya berbentuk segi enam atau bulat, tergantung dari bentuk batangan kristal
silikonnya.

Gambar 2.4. Panel Surya Jenis Monocrystalline


(sumber : www.sanfordlegenda.blogspot.com

9
Keterangan gambar :
1. Batangan kristal silikon murni.
2. Irisan kristal silikon yang sangat tipis.
3. Sebuah sel surya monokristal yang sudah jadi.
4. Sebuah panel surya monokristal yang berisi susunan sel surya monokristal
Nampak area kosong yang tidak tertutup karena bentuk sel surya jenis ini.

b. Polycrystalline
Jenis ini terbuat dari beberapa batang kristal silikon yang dilebur/dicairkan
kemudian dituangkan dalam cetakan yang berbentuk persegi. Kemurnian kristal
silikonnya tidak semurni pada sel surya monokristal, karenanya sel surya yang
dihasilkan tidak identik satu sama lain dan efisiensinya lebih rendah, sekitar 13%
sampai 16%.

Gambar 2.5. Panel Surya Jenis Polycrystalline


(sumber : www.sanfordlegenda.blogspot.com)

c. Thin Film Solar Cell (TFSC)


Jenis sel surya ini diproduksi dengan cara menambahkan satu atau beberapa lapisan
material sel surya yang tipis ke dalam lapisan dasar. Sel surya jenis ini sangat tipis
karenanya sangat ringan dan fleksibel terlihat pada gambar 2.6. Jenis ini dikenal
juga dengan nama Thin Film Photovoltaic (TFPV).

Gambar 2.6. Panel Surya Jenis Thin Film Photovoltaic


(sumber : www.sanfordlegenda.blogspot.com)

10
Berdasarkan materialnya, sel surya thin film ini digolongkan menjadi:
a. Amorphous Silicon (a-Si) Solarcells.
Sel surya dengan bahan Amorphous Silicon ini, awalnya banyak diterapkan
pada kalkulator dan jam tangan. Namun seiring dengan perkembangan
teknologi pembuatannya penerapannya menjadi semakin luas. Dengan teknik
produksi yang disebut "stacking" (susun lapis), dimana beberapa lapis
Amorphous Silicon ditumpuk membentuk sel surya, akan memberikan efisiensi
yang lebih baik antara 6% - 8%.
b. Cadmium Telluride (CdTe) Solarcells.
Sel surya jenis ini mengandung bahan Cadmium Telluride yang memiliki
efisiensi lebih tinggi dari sel surya Amorphous Silicon, yaitu sekitar: 9% - 11%.
c. Copper Indium Gallium Selenide (CIGS) Solarcells.
Dibandingkan kedua jenis sel surya thin film di atas, CIGS sel surya memiliki
efisiensi paling tinggi yaitu sekitar 10% - 12%. Selain itu jenis ini tidak
mengandung bahan berbahaya Cadmium seperti pada sel surya CdTe.

2.2.3. Prinsip Kerja Solar Cell

Sinar matahari terdiri dari partikel sangat kecil yang disebut dengan foton. Ketika
solar cell terkena sinar matahari, foton yang merupakan partikel sinar matahari
menghantam atom semi konduktor silikon solar cell, sehingga menimbulkan energi
yang cukup besar untuk memisahkan elektron dari struktur atomnya terlihat pada
gambar 2.7a. Elektron yang terpisah dan bermuatan negatif (-) tersebut akan bebas
bergerak pada daerah pita konduksi dari material semikonduktor. Atom yang
kehilangan elektron tersebut akan terjadi kekosongan pada strukturnya, kekosongan
tersebut dinamakan dengan “hole” dengan muatan positif (+).

Daerah semi konduktor dengan elektron bebas ini bersifat negatif dan bertindak
sebagai pendonor elektron, daerah semikonduktor ini disebut dengan
semikonduktor tipe N (N-type). Sedangkan daerah semikonduktor dengan hole
bersifat positif dan bertindak sebagai penerima (acceptor) elektron yang dinamakan
dengan semikonduktor tipe P (P-type) terlihat pada gambar 2.7b.

Di persimpangan daerah positif dan negatif (PN Junction), akan timbul energi yang
mendorong elektron dan hole untuk bergerak ke arah yang berlawanan. Elektron

11
akan bergerak menjauhi daerah negatif sedangkan hole akan bergerak menjauhi
daerah positif. Ketika diberikan sebuah beban berupa lampu maupun perangkat
listrik lainnya di persimpangan positif dan negatif (PN Junction) ini, maka akan
menimbulkan arus listrik.

Output yang dihasilkan oleh solar cell adalah DC. Lalu diubah menjadi AC dengan
mengunakan inverter.

Gambar 2.7a. Struktur Atom Gambar 2.7b. Daerah Semikonduktor


(sumber : www.teknologisurya.wordpress.com)
2.3. Inverter

Power Inverter atau biasanya disebut dengan Inverter adalah suatu rangkaian atau
perangkat elektronika yang dapat mengubah arus listrik searah (DC) ke arus listrik
bolak-balik (AC) pada tegangan dan frekuensi yang dibutuhkan sesuai dengan
perancangan rangkaiannya. Sumber-sumber arus listrik searah atau arus DC yang
merupakan input dari Power Inverter tersebut dapat berupa baterai, aki maupun sel
surya (solar cell). Inverter ini akan sangat bermanfaat apabila digunakan di daerah-
daerah yang memiliki keterbatasan pasokan arus listrik AC. Karena dengan adanya
Power Inverter, kita dapat menggunakan aki ataupun sel surya untuk menggerakan
peralatan-peralatan rumah tangga seperti televisi, kipas angin, komputer atau
bahkan kulkas dan mesin cuci yang pada umumnya memerlukan sumber listrik AC
yang bertegangan 220V ataupun 110V.

12
Bentuk-bentuk gelombang yang dapat dihasilkan oleh Power Inverter diantaranya
adalah gelombang persegi (square wave), gelombang sinus (sine wave), gelombang
sinus yang dimodifikasi (modified sine wave) dan gelombang modulasi pulsa lebar
(pulse width modulated wave) tergantung pada desain rangkaian inverter yang
bersangkutan. Namun pada saat ini, bentuk-bentuk gelombang yang paling banyak
digunakan adalah bentuk gelombang sinus (sine wave) dan gelombang sinus yang
dimodifikasi (modified sine wave). Sedangkan Frekuensi arus listrik yang
dihasilkan pada umumnya adalah sekitar 50Hz atau 60Hz dengan Tegangan output
sekitar 120V atau 240V. Output daya listrik yang paling umum ditemui untuk
produk - produk konsumen adalah sekitar 150 Watt hingga 3000 Watt.

2.3.1. Komponen Inverter

Dalam pengubahan arus listrik searah (DC) ke arus listrik bolak-balik (AC) inverter
diperlukan komponen-komponen sebagai berikut :

2.3.1.1. Komparator

Komparator secara umum berfungsi membandingkan dua nilai kemudian


memberikan hasil dari perbandingan tersebut. Komparator disini berfungsi untuk
membandingkan triangular waves (carrier waves) dan sine waves (modulating
waves). Untuk mengetahui output dari komparator, perlu diketahui terlebih dahulu
rumusan yang digunakan. Rumusan yang digunakan adalah sebagai berikut :

Artinya jika nilai sine waves lebih besar dibandingan daripada nilai-nilai triangle
waves, maka nilainya adalah 1. Begitu pun sebaliknya. Untuk mempermudah dalam
mengerti, dapat dilihat contoh sebagai berikut :

13
Gambar 2.8. Perbandingan Modulating Wave dan Carrier Wave
(sumber : https://fajrichair.wordpress.com)

2.3.1.2. Transistor MOSFET

Transistor MOSFET (Metal Oxide FET) memiliki tiga kutub, yaitu drain, source,
dan gate. Di bagian gate terisolasi oleh suatu bahan oksida. Transistor MOSFET di
sini berfungsi sebagai saklar elektronik karena tidak memungkinkan menggunakan
saklar mekanik.

2.3.2. Prinsip Kerja Inverter

Sederhananya, suatu Power Inverter yang dapat mengubah arus listrik DC ke arus
listrik AC ini hanya terdiri dari rangkaian Osilator, rangkaian Saklar (Switch) dan
sebuah Transformator (trafo) CT seperti yang ditunjukan pada gambar dibawah
ini.

Gambar 2.9. Diagram Inverter dengan Trafo CT


(sumber : https://teknikelektronika.com/)

14
Sumber daya yang berupa arus listrik DC dengan tegangan rendah (contoh 12V)
diberikan ke Center Tap (CT) Sekunder Transformator sedangkan dua ujung
Transformator lainnya (titik A dan titik B) dihubungkan melalui saklar (switch) dua
arah ke ground rangkaian. Jika saklar terhubung pada titik A akan menyebabkan
arus listrik jalur 1 mengalir dari terminal positif baterai ke Center Tap Primer
Transformator yang kemudian mengalir ke titik A Transformator hingga ke ground
melalui saklar. Pada saat saklar dipindahkan dari titik A ke titik B, arus listrik yang
mengalir pada jalur 1 akan berhenti dan arus listrik jalur 2 akan mulai mengalir dari
terminal positif baterai ke Center Tap Primer Transformator hingga ke ground
melalui Saklar titik B. Titik A, B dan Jalur 1, 2 dapat dilihat pada gambar diatas.

Peralihan ON dan OFF atau A dan B pada Saklar (Switch) ini dikendalikan oleh
sebuah rangkaian Osilator yang berfungsi sebagai pembangkit frekuensi 50Hz yaitu
mengalihkan arus listrik dari titik A ke titik B dan titik B ke titik A dengan
kecepatan 50 kali per detik. Dengan demikian, arus listrik DC yang mengalir di
jalur 1 dan jalur 2 juga bergantian sebanyak 50 kali per detik juga sehingga ekivalen
dengan arus listrik AC yang berfrekuensi 50Hz. Sedangkan komponen utama yang
digunakan sebagai Switch di rangkaian Switch Inverter tersebut pada umumnya
adalah MOSFET ataupun Transistor.

Sekunder Transformator akan menghasilkan Output yang berupa tegangan yang


lebih tinggi (contohnya 120V atau 240V) tergantung pada jumlah lilitan pada
kumparan sekunder Transformator atau rasio lilitan antara Primer dan Sekunder
Transformator yang digunakan pada Inverter tersebut.

15
Gambar 2.10. Grafik Perubahan Gelombang DC ke AC
(sumber : Bahan Ajar Elektronika Universitas Negeri Yogyakarta)

2.3.3. Jenis – jenis Inverter

Inverter terdiri dari bermacam-macam jenis, diantaranya :


a. Inverter berdasarkan jumlah fasa output
1. Inverter 1 fasa, yaitu inverter dengan output 1 fasa.
2. Inverter 3 fasa, yaitu inverter dengan output 3 fasa.
b. Inverter berdasarkan cara pengaturan tegangan
1. Voltage Fed Inverter (VFI), yaitu inverter dengan tegangan input yang
diatur konstan.
2. Current Fed Inverter (CFI), yaitu inverter dengan arus input yang diatur
konstan.
3. Variable DC Linked Inverter, yaitu inverter dengan tegangan input yang
dapat diatur.
c. Inverter berdasarkan bentuk gelombang output
1. Sine wave inverter, yaitu inverter yang memiliki tegangan output dengan
bentuk gelombang sinus murni. Inverter jenis ini dapat memberikan suplai
ke beban (induktor) atau motor listrik dengan efisiensi daya yang baik.

16
2. Sine wave modified inverter, yaitu inverter dengan tegangan output
berbentuk gelombang kotak yang dimodifikasi sehingga menyerupai
gelombang sinus. Inverter jenis ini memiliki efisiensi daya yang rendah
apabila digunakan untuk menyuplai beban induktor atau motor listrik.
3. Square wave inverter , yaitu inverter dengan output berbentuk gelombang
kotak, inverter jenis ini tidak dapat digunakan untuk menyuplai beban
induktif atau motor listrik.

2.4. Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH)

Pembangkit listrik tenaga hybrid adalah pembangkit listrik yang terdiri dari 1
macam pembangkit dimana menggabungkan beberapa sumber energi yang dapat
diperbaharui (renewable) dengan dan atau yang tidak dapat diperbaharui
(unrenewable). Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid ini memanfaatkan renewable
energi sebagai sumber utama (primer) yang dikombinasikan dengan Diesel-
Generator sebagai sumber energi cadangan (sekunder). Pada Pembangkit Listrik
Tenaga Hybrid, renewable energi dapat berasal dari energi matahari, angin dan lain-
lain yang dikombinasikan dengan Diesel-Generator Set seperti pada gambar 2.13.
sehingga menjadi suatu pembangkit yang lebih efisien, efektif dan handal untuk
dapat mensuplai kebutuhan energi listrik.

2.4.1. Komponen PLTH

Dalam perancangan Pembangkit Lisrik Tenaga Hybrid diperlukan komponen-


komponen yang dapat membuat sistem berjalan sesuai rencana.

2.4.1.1. Inverter Hybrid


Inverter Hybrid adalah perangkat elektronika yang berfungsi mengubah tegangan
DC menjadi tegangan AC dan dapat bekerja terhubung dengan jaringan listrik PLN
. Pada aplikasi pembangkit tenaga surya, input inverter berasal dari panel surya, dan
output dapat dihubungkan dengan beban.

Inverter Hybrid bekerja secara langsung dari panel surya dan juga dapat digunakan
secara bersamaan dengan penyedia jaringan listrik PLN. Sistem ini berkerja secara
sinkron dan otomatis berbagi beban, antara sistem panel surya sebagai yang utama

17
dan PLN sebagai backup. Bila suplai yang dihasilkan panel surya kurang atau tidak
memenuhi energi yang dibutuhkan, maka akan dipenuhi dari PLN. Selain itu,
gelombang output yang dihasilkan oleh inverter hybrid berbentuk sinus, maka
efisiensi yang dihasilkan lebih baik dibandingkan jenis inverter lainnya.

KELUARAN
INVERTER TEGANGAN
SUMBER DC AC
DARI PANEL
SOLAR

SUMBER AC
DARI PLN BATERAI
PLN

Gambar 2.11. Diagram Kerja Inverter Hybrid


(sumber : sumber pribadi)

Gambar 2.11. menjelaskan tentang prinsip kerja panel surya menggunakan inverter
hybrid. Energi listrik yang dihasilkan oleh panel surya akan diubah dari DC ke AC
oleh inverter hybrid yang selanjutnya akan disalurkan secara langsung melalui
instalasi jaringan listrik yang dipakai bersama jaringan PLN. Suplai utama beban
pemakaian listrik berasal dari panel surya. Pada malam hari, sistem panel surya
tidak menghasilkan energi, sehingga suplai penggunaan listrik berasal dari baterai
dan sumber penyedia listrik utama (PLN).

2.4.1.2. Solar Charge Controller


Controller adalah komponen di dalam sistem PLTS berfungsi sebagai pengatur arus
listrik (Current Regulator) baik terhadap arus yang masuk dari solar cell maupun
arus beban keluar / digunakan. Solar charge controller juga bekerja untuk menjaga
baterai dari pengisian yang berlebihan (Over Charge), hal ini mengatur tegangan
dan arus dari panel surya ke baterai. Solar charge controller biasanya sudah
terdapat didalam inverter hybrid. Solar charge controller yang baik biasanya
mempunyai kemampuan mendeteksi kapasitas baterai. Bila baterai sudah terisi
penuh maka secara otomatis pengisian arus dari panel surya berhenti. Cara deteksi

18
adalah dengan melalui monitor level tegangan tertentu, kemudian apabila level
tegangan turun maka baterai akan disi kembali.

Solar charge controller biasanya terdiri dari 1 input yang terhubung dengan output
panel sel surya, 1 output yang terhubung dengan baterai atau aki dan 1 output yang
terhubung dengan beban. Arus listrik DC yang berasal dari baterai dilengkapi
dengan diode protection yang hanya dilewati arus listrik DC dari panel sel surya ke
baterai, bukan sebaliknya.

2.4.1.3. Accumulator

Accumulator atau aki adalah alat listrik-kimiawi yang menyimpan energi dengan
mengubah energi listrik menjadi energi kima dan dapat mengeluarkan energi
dengan mengubah energi kima menjadi energi listrik. Contoh dari accumulator
antara lain baterai dan kapasitor. Accumulator terdiri dari tiga komponen penting
yaitu batang karbon sebagai anoda (elektroda positif), seng (Zn) sebagai katoda
(elektroda negatif) dan cairan elektrolit sebagai penghantar. Accumulator berisi
bahan-bahan kimia yang dapat memproduksi electron. Reaksi kimia yang dapat
menghasilkan electron disebut dengan Reaksi Elektrokimia. Dalam operasi
elektrolit yang terdiri dari karbon tanah, mengan dioksida, aminial sal dan seng
klorida menyebabkan elektron mengalir dan menyebabkan listrik. Accumulator
memiliki dua terminal, terminal pertama bertanda positif (+) dan terminal kedua
bertanda negatif (-).

Gambar 2.12. Susunan Dasar Accumulator


(sumber : www.scribd.com)

Prinsip kerja accumulator pada saat aki dipakai, kedua elektrodenya perlahan-lahan
akan menjadi timbale sulfat yang disebabkan oleh kedua elektroda bereaksi dengan
larutan asam sulfat. Pada rekasi tersebut, elektroda timbale melepaskan banyak

19
electron. Akibatnya, terjadi aliran arus listrik dari plat timbale dioksidanya. Setelah
beberapa lama dipakai, akhinya kedua elektroda tertutup oleh timbale sumfat.
Akibatnya diantara keduanya tidak ada lagi beda potensial. Keadaan tersebut
disebut aki rusak.

2.4.2. Prinsip Kerja PLTH

Gambar 2.13. Bagan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid


(sumber : https://suryawan12.wordpress.com)

Pada saat beban rendah maka beban disuplai 100% dari baterai dan PV module,
selama kondisi baterai masih penuh sehigga diesel tidak perlu beroperasi. Untuk
beban melebihi 75% dari beban inverter tergantung pada settingan atau kondisi
baterai sudah kosong sampai level yang disyaratkan, diesel mulai beroperasi untuk
mensuplai beban dan sebagian mengisi baterai sampai beban diesel mencapai 70%
– 80% kapasitasnya., semua itu tergantung setting parameter. Pada kondisi ini
Hybrid Controller bekerja sebagai charger untuk merubah tegangan AC dari
generator menjadi tegangan DC yang berfungsi mengisi baterai. Pada kondisi beban
puncak berupa diesel maupun inverter akan beroperasi secara bersama untuk
menuju pararel sistem apabila kapasitas terpasang diesel tidak mampu sampai
beban puncak. Jika kapasitas genset cukup untuk mensuplai beban puncak, maka
inverter tidak akan beroperasi pararel dengan genset.

2.4.3. Sistem Instalasi

Seperti baterai, sel surya juga dapat dirangkai secara seri maupun parallel. Pada
umumnya, setiap sel surya menghasilkan tegangan sebesar 0,45V ~ 0,50 V dan arus
listrik sebesar 0,1A pada saat menerima sinar cahaya yang terang. Sel surya yang

20
dirangkai secara seri akan meningkatkan tegangan sedangkan sel surya yang
dirangkai secara paralel akan meningkatkan arus. Output dari solar cell berupa
tegangan DC dan input PLN akan disambung menuju ke charger controller lalu
output dari charger controller digunakan untuk mengisi baterei dan disambung ke
inverter untuk di konversikan menjadikan tegangan AC. Output inverter akan
disambung ke beban yang sudah tersedia.

Gambar 2.14. Rangkaian Panel Surya Secara Pararel


(sumber : www.teknikelektronika.com)

2.5. Sistem Monitoring dan Controlling

Pembuatan sebuah sistem pembangkitan tenaga listrik tenaga hybrid untuk


menyuplai sebuah beban listrik tertentu tentunya memiliki beberapa data seperti
tegangan dan arus beban maupun pembangkitan yang harus mudah untuk dipantau
dan dikendalikan. Hal ini tentu diperlukan sebuah sistem pemantauan (Monitoring)
dan sistem kendali (Controlling) yang baik untuk memudahkan dalam menjaga
kualitas dan kuantitas dari daya yang digunakan. Ada berbagai alat dan sistem untuk
menunjang hal tersebut diantaranya :

2.5.1. PLC (Programmable Logic Controllers)

Programmable Logic Controllers (PLC) adalah komputer elektronik yang mudah


digunakan (user friendly) yang memiliki fungsi kendali untuk berbagai tipe dan
tingkat kesulitan yang beraneka ragam. Berdasarkan namanya konsep PLC adalah
sebagai berikut :

21
1. Programmable
Menunjukkan kemampuan dalam hal memori untuk menyimpan program yang
telah dibuat yang dengan mudah diubah-ubah fungsi atau kegunaannya.
2. Logic
Menunjukkan kemampuan dalam memproses input secara aritmatik dan logic
(ALU), yakni melakukan operasi membandingkan, menjumlahkan,
mengalikan, membagi, mengurangi, negasi, AND, OR, dan lain sebagainya.
3. Controller
Menunjukkan kemampuan dalam mengontrol dan mengatur proses sehingga
menghasilkan output yang diinginkan.

2.5.1.1. Prinsip Kerja

PLC merupakan alat pengendali yang dapat memproses input kemudian dapat
mengeksekusi output. PLC menggunakan program yang dapat dirancang
menggunakan berbagai pemodelan program sehingga pemrogram dapat mengatur
sistem kerja alat yang dikendalikan. Secara umum, cara kerja sistem PLC cukup
sederhana, yaitu :

a. PLC mendapatkan sinyal dari input device. Input device adalah benda fisik yang
memicu eksekusi logika/program pada PLC. Sebagai contoh yaitu saklar dan
sensor.
b. PLC mengerjakan logika program yang telah dibuat yang terdapat didalamnya.
c. PLC memberikan sinyal output pada output device. Output device adalah benda
fisik yang diaktifkan oleh PLC sebagai hasil eksekusi program. Contohnya
yaitu motor, solenoid, dan lain-lain.

Interface atau antar muka yang terpasang pada PLC memungkinkan PLC
dihubungkan secara langsung ke actuator atau transducer tanpa memerlukan relay.

2.5.1.2. Bagian – bagian PLC

Sebagai perangkat pengendali proses, PLC mempunyai bagian-bagian penting yang


mendukung unjuk kerja sistemnya. Bagian-bagian pada PLC ditunjukkan oleh
gambar 2.15.

22
Gambar 2.15. Bagian – bagian PLC
(sumber: belajarplconline.wordpress.com,2010)
1. CPU (Central Unit Processing Unit)
Unit ini merupakan otak dari PLC. Disinilah program akan diolah sehingga sistem
kontrol yang telah kita design bekerja seperti apa yang kita inginkan. Prinsip operasi
dari CPU secara ringkas sebagai berikut.
a. CPU menerima (membaca) data input dari berbagai alat yang merasakan
(sensing) mengeksekusi program pemakai yang disimpan dari memori, dan
mengirimkan perintah output yang tepat untuk mengendalikan piranti.
b. Sumber tegangan arus searah diperlukan untuk menghasilkan tegangan level
rendah yang digunakan oleh pemroses (processor ) dan modul I/O.
Supply daya ini ditempatkan pada unit CPU / mungkin sebagai unit yang
ditempatkan secara terpisah tergantung pada pembuat sistem PLC.
c. Sebagian besar CPU berisi baterai cadangan yang menjaga program operasi tetap
ada dalam penyimpanan, pada kejadian gagalnya daya yang diberikan.

2. Memory
Seperti halnya sistem komputer, memory PLC terdiri atas RAM dan ROM.
Kapasitas memory antara satu PLC dengan yang lain berbeda-beda tergantung pada
tipe dan pabrik pembuatnya.

3. Modul Input dan Output


PLC Modicon memiliki Input/Output (I/O) bermacam-macam ada yang memiliki
I/O 10, I/O 16, I/O 20, I/O 24, I/O 40 dan jika diperlukan dapat ditambahkan modul
I/O tambahan (expansion I/O modules) baik I/O diskrit maupun I/O analog. PLC
yang digunakan dalam pembuatan peralatan simulator proses kontrol adalah PLC

23
Modicon modular TM221CE16R dengan jumlah I/O 16 yang terdiri dari 9 input
dan 7 output. Modul input mempunyai beberapa fungsi diantaranya:
a. Mendeteksi ketika sinyal diterima dari sensor.
b. Mengkonversi sinyal input menjadi level tegangan yang bisa diterima
prosessor.
c. Mengisolasi PLC dari fluktuasi tegangan atau arus sinyal input.
d. Mengirim sinyal ke indikator input PLC sehingga bisa diketahui input mana
yang sedang menerima sinyal.

Modul output mempunyai beberapa fungsi diantaranya :


a. Output unit pada PLC juga berfungsi sebagai interface terhadap
peralatan luar.
b. Output PLC bertindak sebagai switch terhadap power supply untuk
mengoperasikan peralatan output (misal : relay, kontaktor, valve, dll ).
c. Komponen yang biasa dipakai PLC sebagai bagian output unit adalah relay
untuk AC/DC, TRIAD untuk AC saja, dan Transistor atau FET untuk DC saja.

4. Unit Catu Daya


Unit catu daya atau power supply berfungsi untuk memberikan sumber daya ke
PLC. Unit catu daya bekerja dengan tegangan masukkan 240V AC dan
menyediakan tegangan keluaran 24V DC serta arus 2,5 A, tipikal untuk keperluan
catu daya bagi CPU maupun peralatan-peralatan input luar.

2.5.1.3. Bahasa Pemrograman

Bahasa pemrograman antara PLC satu dengan yang lain berbeda. Dalam tugas akhir
ini PLC yang digunakan adalah PLC Modicon. Bahasa pemrograman yang dipakai
dalam PLC meliputi :
1. ladder diagram,
2. instruction list languages,
3. squential function charis (SFC),
4. high-level languages.
Bahasa pemrograman yang sering dipakai adalah ladder diagram. Bahasa
pemrograman ini relatif paling mudah dipahami karena secara umum simbol yang

24
digunakan mirip dengan gambar dalam rangkaian relay atau kontaktor. Dalam
ladder diagram terdapat instruksi-instruksi untuk melakukan logika yang sesuai
dengan rancangan program yang diinginkan.

2.5.1.4. Fungsi Logika

Banyak kontrol-kontrol dalam PLC (Programmable Logic Controllers) yang


mengharuskan dilakukannya tindakan-tindakan pengontrolan ketika suatu
kombinasi dari kondisi-kondisi tertentu terpenuhi. Hal tersebut dapat digambarkan
dengan sebuah persamaan atau gerbang-gerbang logika. Gerbang-gerbang logika
yang biasa digunakan, antara lain:
1. AND
Untuk menghasilkan output ON (logika 1) maka input A dan input B harus dalam
keadaan ON. Gerbang AND pada sebuah diagram tangga ditunjukkan pada gambar
2.16.

Gambar 2.16. Diagram Tangga untuk Sebuah Sistem Gerbang AND


(Sumber : Bolton, William. 2003. Programmable Logic Controller (PLC))

2. OR

Untuk menghasilkan output ON (logika 1) maka input A atau input B (atau


keduanya) dalam keadaan ON. Sistem gerbang OR pada sebuah diagram tangga
diperlihatkan pada gambar 2.17.

Gambar 2.17. Diagram Tangga untuk Sebuah Sistem Gerbang OR


(Sumber : Bolton, William. 2003. Programmable Logic Controller (PLC))

25
3. NOT

Sistem gerbang NOT pada sebuah diagram tangga ditunjukkan pada gambar 2.18.
berikut ini.

Gambar 2.18. Diagram Tangga untuk Sebuah Sistem Gerbang NOR


(Sumber : Bolton, William. 2003. Programmable Logic Controller (PLC))

4. XOR

Sebuah gerbang OR menghasilkan output ketika salah satu atau kedua inputnya
berada dalam kondisi 1. Akan tetapi, pada situasi-situasi tertentu, dibutuhkan
sebuah gerbang yang dapat menghasilkan output ketika salah satu di antara kedua
inputnya, tidak keduanya sekaligus, bernilai 1. Gerbang seperti ini disebut gerbang
OR eksklusif atau XOR. Salah satu cara untuk mendapatkan gerbang semacam ini
adalah dengan menggabungkan gerbang-gerbang NOT, AND, dan OR seperti
gambar 2.19 dan 2.20 berikut ini. (Bolton. 2003)

Gambar 2.19. Gerbang XOR


(Sumber : Bolton, William. 2003. Programmable Logic Controller (PLC))

Gambar 2.20. Diagram Tangga Untuk Sebuah Sistem Gerbang XOR


(Sumber : Bolton, William. 2003. Programmable Logic Controller (PLC))

26
2.5.1.5. Perangkat Input

Perangkat input merupakan modul masukan yang bertugas mengatur hubungan


PLC dengan piranti eksternal atau periferal yang bisa berupa saklar-saklar, unit
penggerak motor, sensor dan berbagai macam sumber sinyal. Komponen input
menerima sinyal dari unit pengindera periferal, dan memberikan pengaturan sinyal,
terminasi, isolasi, maupun indikator keadaan sinyal masukan. Yang kemudian akan
diproses oleh CPU. Macam-macam perangkat input PLC yang kami gunakan dalam
tugas akhir ini yaitu : sakelar pilih, sensor PIR.

2.5.2. SCADA (Supervisory Control and Data Acquisition)

Sistem SCADA adalah sistem yang dapat melakukan pengawasan, pengendalian,


dan akuisisi data terhadap sebuah plant. Semua aplikasi yang mendapatkan data-
data suatu sistem di lapangan dengan tujuan untuk pengendalian sistem merupakan
sebuah aplikasi SCADA. Sistem SCADA mempunyai empat buah tingkatan,
sebagai berikut :
1. Instrumen dan perangkat kendali, berupa sensor atau aktuator yang
langsungberhubungan dengan berbagai macam alat pada sistem yang
dikendalikan.
2. Remote Terminal Unit (RTU), sebuah unit yang dilengkapi dengan
sistemmandiri seperti sebuah komputer, yang ditempatkan pada lokasi dan
tempat-tempat tertentu di lapangan. RTU bertindak sebagai pengumpul data
lokal yang mendapatkan datanya dari sensor-sensor dan mengirimkan
perintah langsung ke peralatan di lapangan.
3. Sistem komunikasi, merupakan medium yang menghubungkan unit master
SCADA dengan RTU di lapangan.
Master station, merupakan komputer yang digunakan sebagai pengolah pusatdari
sistem SCADA. Unit master ini menyediakan HMI (Human Machine Iterface) bagi
pengguna, dan secara otomatis mengatur sistem sesuai dengan masukan-masukan
(dari sensor) yang diterima.

27
Fungsi khusus dari Sistem SCADA adalah :

a. Telecontrol
Berfungsi melakukan perintah Remote Control (Open / Close) terhadap peralatan
yang berada dilapangan.

b. Telesignaling
Berfungsi mengumpulkan data status dan alarm (Open, Close, power Supplyfault,
indikasi relay atau parameter lainnya) yang dianggap perlu, yang dapat membantu
operator dalam memonitor peralatan yang berada di lapangan. Dengan ini
diharapkan gangguan pada bagian tertentu dapat dideteksi lebih cepat karena
pemantauan dari pusat kontrol dan diketahui dalam waktu yang real time.

c. Telemetering

Berfungsi mengukur beban yang terpasang pada alat ukur tenaga listrik (Arus,
Tegangan, Daya Aktif, Frekuensi dll) dan semua peralatan yang berada di lapangan.
Hasil pemantauan ini, selain digunakan sebagai pencatat data pengoperasian alat
juga dapat digunakan dalam kaitannya untuk melakukan Remote Control.
Dalam kenyataannya SCADA banyak digunakan untuk mengendalikan :
a. Transmisi dan distribusi listrik
SCADA yang digunakan untuk mendeteksi besaranya arus dan tegangan,
pemantauan operasi circuit breaker, dan untuk mematikan menghidupkan the
power grid.
b. Penampungan dan distribusi air
SCADA digunakan untuk pemantauan dan pengaturan laju aliran air, tinggi
reservoir, tekanan pipa dan berbagai macam faktor lainnya.

c. Bangunan, fasilitas dan lingkungan


Manajer fasilitas menggunakan SCADA untuk mengendalikan HVAC, unit-
unit pendingin, penerangan, dan sistem keamanan.

d. Produksi
Sistem SCADA mengatur inventory komponen-komponen, mengatur otomasi
alat atau robot, memantau proses dan kendali kualitas.

28
e. Transportasi KA listrik
SCADA digunakan untuk pemantauan dan pengendalian distribusi listrik,
automasi sinyal traffic KA, melacak dan menemukan lokasi KA,
mengendalikan palang KA dan lain sebagainya.

f. Lampu lalu-lintas
SCADA digunakan untuk memantau lampu lalu-lintas, mengendalikan laju
trafik, dan mendeteksi sinyal-sinyal yang salah. Sistem SCADA
mengumpulkan informasi, misalnya posisi terjadinya kebocoran pipa,
mengirimkan informasi ke kantor pusat, menampilkan analisa dan
pengontrolan yang diperlukan pada suatu kejadian, dan menampilkan
informasi dalam bentuk logical dan tampilan yang teratur.

Proses, sistem, mesin yang akan dipantau dan dikendalikan melalui sebuah jaringan
peralatan ‘cerdas’ dengan antar muka ke sistem melalui sensor dan luaran kontrol.
Dengan jaringan ini, sistem SCADA membolehkan kita untuk melakukan
pemantauan dan pengontrolan komponen-komponen sistem tersebut. Pemantauan
dan pengendalian secara real-time menggunakan SCADA meningkatkan efisiensi
dan memaksimalkan keuntungan. Contoh sistem SCADA ditunjukkan oleh Gambar
2.21.

Gambar 2.21. Contoh Sistem SCADA


(Sumber : www.google.com)

2.5.2.1. Prinsip Kerja SCADA

SCADA (Supervisory Control And Data Acquisition) atau Master Terminal Unit
(MTU) adalah kendali yang dilakukan di atas kendali lokal atau Remote Terminal

29
Unit (RTU) ). Sistem SCADA digunakan sebagai alat pengatur pada kerja
peralatan-peralatan dalam suatu sistem secara langsung (real time) dari jarak jauh.
SCADA mengumpulkan data yang diperoleh dari RTU (remote terminal unit) pada
MTU (master terminal unit) dan mengeksekusi perintah terhadap sistem yang
sedang berjalan tersebut. Dilihat dari karakteristik sistem kontrolnya, sistem
SCADA terbagi menjadi dua, yaitu open loop (komunikasi jarak jauh) dan closed
loop (komunikasi jarak dekat). Perbedaan diantara keduanya hanyalah alat
komunikasi yang digunakan, dimana pada sistem kontrol open loop, sistem
SCADA menggunakan jaringan WAN (wireless area network) dengan dilengkapi
sistem radio (pengirim dan penerima sinyal) untuk ribuan I/O dan pengontrolan bisa
dilakukan dengan jarak ribuan kilometer. Untuk closed loop, sistemnya mirip
dengan DCS (Distributed Control System), dimana sistem ini merupakan sistem
atau unit pengumpul dan kontrol data yang biasanya ditempatkan pada area terbatas
dan sistem komunikasi yang digunakan oleh DCS berupa LAN (Local Area
Network). Sistem SCADA sangat bergantung dari jumlah RTU dalam hal
mengumpulkan data dan mengirimkan data tersebut kembali ke pusat
menggunakan sistem komunikasi pada pusat utama. Ketepatan dan efisiensi waktu
dapat memungkinkan proses dan pengoperasian di industri menjadi optimal. hal
lainnya yang dapat diperoleh adalah efisiensi pekerjaan data yang realible dan yang
paling penting adalah pengoperasiannya dapat dilakukan dengan aman. RTU
menyediakan informasi secara otomatis dengan menggunakan sensor analog atau
digital pada setiap jaringan pengontrolan.

2.5.2.2. Komponen SCADA

Sebuah sistem SCADA memiliki 4 (empat) fungsi, yaitu : akuisisi data, komunikasi
data jaringan, penyajian data, kontrol (proses). Fungsi-fungsi tersebut didukung
sepenuhnya melalui 4 (empat) komponen SCADA, yaitu :
1. Sensor (baik yang analog maupun digital) dan relay kontrol yang langsung
berhubungan dengan berbagai macam aktuator pada sistem yang dikontrol.
2. RTU (Remote Telemetry Units). Merupakan unit-unit komputer kecil (mini),
maksudnya sebuah unit yang dilengkapi dengan sistem mandiri seperti sebuah
komputer, yang ditempatkan pada lokasi dan tempat-tempat tertentu di

30
lapangan. RTU bertindak sebagai pengumpul data lokal yang mendapatkan
datanya dari sensor dan mengirimkan perintah langsung ke peralatan di
lapangan.
3. Unit master SCADA (Master Terminal Unit - MTU). Merupakan komputer
yang digunakan sebagai pengolah pusat dari sistem SCADA.Unit master ini
menyediakan HMI (Human Machine Iterface) bagi pengguna, dan secara
otomatis mengatur sistem sesuai dengan masukan-masukan (dari sensor) yang
diterima.
4. Jaringan komunikasi, merupakan medium yang menghubungkan unit master
SCADA dengan RTU-RTU di lapangan. Jaringan komunikasi dalam SCADA
ditunjukkan oleh gambar 2.22.

Gambar 2.22. Konfigurasi elemen penting dalam sistem SCADA


(Sumber : www.google.com)

2.5.2.3. Fungsi SCADA

Sistem SCADA mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut :

1. Akuisisi Data

Pada kenyataannya, kita membutuhkan pemantauan yang jauh lebih banyak dan
kompleks untuk pengukuran terhadap masukan dan beberapa sensor digunakan
untuk pengukuran terhadap keluaran (tekanan, massa jenis, idensitas dan lain
sebagainya). Beberapa sensor bisa melakukan pengukuran kejadian secara
sederhana yang bisa dideteksi menggunakan saklar ON/OFF, masukan seperti ini
disebut sebagai masukan diskrit atau masukan digital. Misalnya untuk mengetahui
apakah sebuah alat sudah bekerja (ON) atau belum (OFF), konveyornya sudah jalan

31
(ON) atau belum (OFF), mesinnya sudah mengaduk (ON) atau belum (OFF), dan
lain sebagainya. Beberapa sensor yang lain bisa melakukan pengukuran secara
kompleks, dimana angka atau nilai tertentu itu sangat penting, masukan seperti ini
disebut masukan analog, biasa digunakan untuk mendeteksi perubahan secara
continue, misalnya : tegangan, arus, idensitas cairan, suhu, dan lain sebagainya.
Untuk kebanyakan nilai-nilai analog, ada batasan tertentu yang didefinisikan
sebelumnya, baik batas atas maupun batas bawah. Misalnya, Anda ingin
mempertahankan suhu antara 30 dan 35 derajat Celcius, jika suhu ada di bawah atau
diatas batasan tersebut, maka akan memicu alarm (baik lampu dan/atau bunyinya).

2. Komunikasi Data

Pada awalnya, SCADA melakukan komunikasi data melalui radio, modem atau
jalur kabel serial khusus. Saat ini data-data SCADA dapat disalurkan melalui
jaringan Ethernet atau TCP/IP. Untuk alasan keamanan, jaringan komputer untuk
SCADA adalah jaringan komputer lokal (LAN – Local Area Network) tanpa harus
mengekspos data-data penting di Internet. Komunikasi SCADA diatur melalui
suatu protokol, jika zaman dahulu digunakan protokol khusus yang sesuai dengan
produsen SCADA-nya, sekarang sudah ada beberapa standar protokol yang
ditetapkan, sehingga tidak perlu khawatir masalah ketidakcocokan komunikasi lagi.
Karena kebanyakan sensor dan relay kontrol hanyalah peralatan listrik yang
sederhana, alat-alat tersebut tidak bisa menghasilkan atau menerjemahkan protokol
komunikasi. Dengan demikian dibutuhkan RTU yang menjembatani antara sensor
dan jaringan SCADA. RTU mengubah masukan-masukan sensor ke format
protokol yang bersangkutan dan mengirimkan ke master SCADA, selain itu RTU
juga menerima perintah dalam format protokol dan memberikan sinyal listrik yang
sesuai ke relay kontrol yang bersangkutan.

3. Penyajian Data Sistem

SCADA melakukan pelaporan status berbagai macam sensor (baik analog maupun
digital) melalui sebuah komputer khusus yang sudah dibuatkan HMI-nya (Human
Machine Interface) atau HCI-nya (Human Computer Interface). Akses ke kontrol
panel ini bisa dilakukan secara lokal maupun melalui website. Bahkan saat ini sudah
tersedia panel-panel kontrol yang Touch Screen.

32
2.5.2.4. Sistem Pemrograman SCADA

Proses pemrograman SCADA adalah dengan menggunakan software dan salah satu
software SCADA yang terdapat dipasaran adalah CX Designer. Software ini dapat
melakukan pemantauan alamat bit-bit pada PLC, selain itu CX Designer dapat
digunakan sebagai simulator yang dikombinasikan dengan CX Programmer untuk
menguji kerja program PLC sebelum ditransfer ke dalam PLC.

33
BAB III
PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA HYBRID

3.1. Deskripsi Kerja

Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid dirancang untuk memaksimalkan pemakaian


energi listrik dari solar cell dan mengurangi konsumsi energi listrik dari PLN pada
Ruang Laboratorium PLC dan SCADA Prodi Teknik Listrik Politeknik Negeri
Semarang. Sistem ini bekerja dengan cara menggabungkan beberapa sumber energi
listrik yaitu PLN, PLTS dan baterai. Sistem kontrol untuk penyuplaian beban
memiliki 3 mode yaitu PLTS Only, PLN Only, dan Hybrid. Panel surya dengan
kapasitas daya suplai 800Wp digunakan untuk menyuplai beban pencahayaan,
beberapa stop kontak dan sebuah proyektor pada sebuah ruangan.

Sistem penyuplaian beban pada PLTS ini bekerja secara Hybrid yaitu sumber energi
dari panel surya menyuplai beban dengan bantuan sumber energi dari PLN. Solar
panel menghasilkan tegangan DC yang akan diterima oleh charger controller yang
berada di dalam inverter. Kemudian charger controller akan membagi tegangan ke
dalam baterai dan inverter hybrid. Baterai digunakan sebagai back-up daya saat
sumber energi dari panel surya tidak terproduksi. Inverter Hybrid berfungsi untuk
mengubah tegangan DC menjadi tegangan AC serta mensinkronkan tegangan
PLTS dengan tegangan PLN yang selanjutnya dapat mensuplai beban pada ruang
laboratorium PLC dan SCADA.

Perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid pada Ruang Laboratorium PLC


dan SCADA Prodi Teknik Listrik Politeknik Negeri Semarang menggunakan 4
lembar solar cell (photovoltaic) yang masing-masing memiliki label dengan
kapasitas 200Wp. Energi matahari dikonversikan menjadi energi listrik oleh solar
cell dan menghasilkan tegangan output DC. Tegangan DC ini diubah lagi menjadi
tegangan AC menggunakan inverter hybrid 1000 Watt agar dapat langsung
digunakan bersama (sinkron) jaringan listrik PLN untuk menyuplai beban
penerangan. Besarnya energi yang dihasilkan PLTS dapat diketahui melalui
monitoring yang dapat dilihat pada box panel menggunakan alat ukur. Selain itu

34
dapat dilakukan monitoring dan controlling dari suatu ruang terpisah menggunakan
sistem PLC dan SCADA.

3.2. Flow Chart

Mulai

INPUT:
Tegangan dari PLN (Vin PLN)
Tegangan dari Panel Surya (Vin PLTS)

PEMILIHAN MODE SISTEM

PLN Y
Vin PLN = 1
ONLY Vin PLTS =

Y VinPLN = 0
PLTS
ONLY VinPLTS =

BYPASS
Y Vin PLN =
HYBRID INV
1

N
BATERAI
MENYUPLAI Vin PLN = Pengaturan
ENERGI 0 Tegangan Oleh

CONVERTIN
N IF KAP G DC TO AC
BATT ˂

A B C

35
A B C

PENYUPLAIAN
CHARGING TEGANGAN AC MENUJU
BATTERAI BEBAN LISTRIK

SELESAI

Gambar 3.1. Flowchart Proses Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid


(sumber : pribadi)

3.3. Diagram Blok

KELUARAN
INVERTER TEGANGAN
SUMBER DC AC
DARI PANEL
SOLAR

SUMBER AC
DARI PLN BATERAI
PLN

Gambar 3.2. Diagram Blok Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid


(sumber : pribadi)

36
3.4. Data Beban Pada Ruang Laboratorium PLC dan SCADA

Rancang bangun Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid dengan kapasitas daya 800Wp
ini digunakan untuk menyuplai beban penerangan, proyektor, komputer dan
beberapa stop kontak di Ruang Laboratorium PLC dan SCADA Prodi Teknik
Listrik Politeknik Negeri Semarang. Pada Tabel 3.1 memuat data nameplate daya
beban listrik yang terpasang pada laboratorium PLC dan SCADA Prodi Teknik
Listrik Politeknik Negeri Semarang.

Tabel 3.1. Data Daya Beban Listrik


Jumlah Daya Jumlah Daya
NO Jenis Beban
(Buah) (Watt) (Watt)
1 Lampu LED 18 2x8 288
2 Proyektor 1 250 250
Stop kontak
3 4 100 400
(1 komputer, 1 Trainer PLC dan
2 Laptop)
Total Daya 938

Beban listrik maksimal pada ruang laboratorium PLC dan SCADA digunakan
pukul 07.00 s/d 21.00 (14 Jam) pada hari Senin sampai Kamis, sedangkan pada hari
Jumat digunakan dari pukul 07,00 s/d 18.00 (11 Jam). Jadi total energi yang
digunakan pada ruang laboratorium PLC dan SCADA sebesar 938 Watt x 14 Jam
= 13132 Wh atau 13,132 kWh pada hari Senin sampai Kamis, sedangkan pada hari
Jumat energi yang digunakan sebesar 938 Watt x 11 Jam = 10318 Wh atau 10,318
kWh.

PLTS hanya dapat menghasilkan energi saat solar cell tersinari oleh cahaya
matahari, dengan asumsi sinar matahari pada kondisi terik dapat menghasilkan daya
maksimal pada pukul 10.00 s/d pukul 15.00 (5 Jam). Pada saat kondisi lokasi
peletakan solar cell tersinari oleh cahaya matahari secara optimal maka akan
dihasilkan daya sebesar ±1000W/m2, Berdasarkan nameplate kapasitas panel surya
yang dipasang sebesar 800 Wp, dengan menggunakan 4 loyang panel surya yang
tiap loyangnya menghasilkan tegangan maksimal 36 Volt dan arus maksimal 5,6A
sehingga besar daya maksimal untuk tiap loyangnya sebesar 36 Volt x 5,6A = 201,6
Wp. Dari nameplate dapat dilakukan perhitungan daya maksimal untuk

37
penggunaan 4 loyang panel surya adalah sebesar 201,6 Wp x 4 = 806,4 Wp,
kemudian untuk energi yang dihasilkan pada waktu optimal sebesar 806,4 Watt x 5
Jam = 4032 Wh atau 4,032 kWh. Energi yang dihasilkan oleh panel surya tidak
cukup untuk menyuplai beban listrik secara keseluruhan pada Ruang Laboratorium
PLC dan SCADA, sehingga sumber energi listrik dari PLN ikut menyuplai beban
listrik dengan sistem hybrid yang menggunakan inverter hybrid.

3.5. Pemilihan Komponen dan Peralatan

Pemilihan komponen yang digunakan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan


prinsip kerja sistem agar tidak terjadi kesalahan. Berikut adalah daftar komponen
utama Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid serta komponen yang ada di dalam panel
listrik.

1. Solar Cell

Perancangan PLTH ini menggunakan solar cell sebanyak 4 lembar yang masing-
masing berkapasitias 200 Wp. Tapi jika diukur secara nyata masing-masing solar
cell akan menghasilkan tegangan maksimal sebesar 36 V DC dan arus maksimal
dari masing-masing solar cell 5,6A, maka kapasitas dari masing-masing solar cell
adalah 36V x 5,6A = 201,6 Wp. Solar cell berguna untuk mengubah energi cahaya
matahari menjadi energi listrik dengan prinsip efek photovoltaic. Estimasi energi
listrik yang di dapatkan dari 4 lembar solar cell ini sebesar 805,6 Wp x 5 jam =
4028 Wh atau 4,028 kWh. Berdasarkan spesifikasi dari solar cell, 4 lembar solar
cell Kenika dapat menghasilkan 805,6 Wp dengan masing-masing solar cell
menghasilkan 201,6 Wp dengan tegangan maksimum yang mencapai 72 V, karena
solar cell ini disusun secara seri-paralel. Maka dari itu arus maksimal yang dapat
,
dicapai yaitu sebagai berikut : = 11,189 A

38
Berikut spesifikasi dari solar cell Kenika yang digunakan pada PLTH ini:

Gambar 3.3. Solar Cell Kenika 200 Wp


(sumber : http://www.kenika.com/products)
Tabel 3.2. Spesifikasi Solar Cell Kenika
Model NPS200W
Cell Type Polycrystalline
Peak Power 200 Wp
Open Circuit Voltage 45V DC
Maximum Power Voltage 36V DC
Short Circuit Current 6A
Maximum Power Current 5,56 A
Dimension (mm) 990x1320x35
Weight 21 kg

2. Inverter Hybrid

Perancangan PLTH ini menggunakan Inverter Hybrid 1000 W dengan tipe Kenika
EAF 1000 W. Inverter jenis ini memiliki rated hingga 1000 W sehingga beban tidak
boleh melebihi 1000 W. Pemilihan inverter ini berdasarkan solar cell yang hanya
dapat menghasilkan 805,6 Wp dan beban yang disuplai tidak lebih dari 1000 W.
Inverter ini juga memiliki pengaman otomatis jika terjadi kelebihan beban
(melebihi beban rated inverter) dan akan langsung melakukan bypass ke PLN
sehingga tidak terjadi pemutusan beban, inverter hybrid ini berguna untuk
mengubah sumber DC dari solar cell dan baterei ke sumber AC yang digunakan
untuk menyuplai beban pada ruang PLC.

Perbedaan inverter hybrid dengan inverter biasa yaitu dapat membagi beban yang
disuplai dengan sumber dari PLN saat solar cell tidak mendapatkan energi puncak

39
nya. Dengan inverter hybrid ini PLTH dapat mempunyai 3 mode yaitu PLTS only,
PLN only dan Hybrid. PLTS only digunakan saat solar cell dapat menghasilkan
energi untuk menyuplai beban secara penuh. PLN only digunakan saat solar cell
tidak dapat menghasilkan energi sehingga beban sepenuhnya di suplai oleh PLN
dan mode Hybrid digunakan saat solar cell tidak dapat menghasilkan energi secara
maksimal sehingga akan di bantu oleh PLN untuk menyuplai beban secara penuh.

Berikut spesifikasi dari Inverter Hybrid Kenika yang digunakan pada PLTH ini:

Gambar 3.4. Inverter Hybrid Kenika 1000 W


(sumber : http://www.kenika.com )

Tabel 3.3. Spesifikasi Inverter Hybrid Kenika


Model EAF 1000 W
Rated Voltage 24 Vdc
Battery Type PB-Acid
Rated Capacity >100 Ah
PV input
Maximum Input Voltage 100 Vdc
Maximum Operating Voltage 33-80 Vdc
Maximum Charging Current 50 A
AC input
AC Input Range (Bypass Mode) 0 ∼ 132 Vac / 0 ∼ 264 Vac (High-End
Limit)
Rated Input Voltage 100 Vac / 110 Vac / 115 Vac / 120 Vac or
200 Vac / 220 Vac / 230 Vac / 240 Vac

40
Rated Input Frequency 50 Hz / 60 Hz
Maximum Charging Current 20A
Inverter Output
Output Voltage 100 Vac / 110 Vac / 115 Vac / 120 Vac or
200 Vac / 220 Vac / 230 Vac / 240 Vac
Rated Output Power 1000 W
Power Factor 1
Wave Sinusoidal
Rated Output Frequency 50 Hz / 60 Hz
Baterai
Rated Battery Voltage 24 Vdc
Charging Current 5-50 A
Lead Acid Battery 12 cells
Lithium Battery 8 cells
Conversion time (AC to DC) Typical 4 ms, Maximum 10 ms
Overload (Linear Load) 05% for 5 mins, 110% for 2 mins, 125% for
1 mins, 150% for 10 s, 180% for 1
Proteksi Output Overload – Short-Circuit –
Overdischarge – Overchange – Battery
Lightning Protection Level 3
Komunikasi RS232 / USB / RS485; SNMP / Wi-Fi /
GPRS (Opsional)
IP Rating IP 21
Operating Temperature 0°C - 40°C
Dimension (mm) 365.5 × 442 × 210
Weight (kg) 19,5 kg

3. Baterai

Perancangan PLTH ini menggunakan baterai Kenika 12Vdc sebesar 100Ah


sebanyak 4 buah baterai dihubung seri-paralel dengan keluaran 24Vdc jadi total
energi yang dapat disimpan sebanyak 200Ah. Baterai digunakan untuk menyimpan
sisa energi listrik yang dihasilkan solar cell dan baterai juga digunakan untuk back-
up daya pada sistem PLTH ini. PLTH ini menggunakan accu kering untuk
mengurangi perawatan pada baterai. Pertimbangan menggunakan 4 buah baterai
yang berkapasitas masing-masing 100Ah adalah jumlah beban yang akan di suplai
jika terjadi pemadaman dari PLN cukup besar sehingga memerlukan cadangan
energi yang besar untuk menyuplai beban. Seluruh penggunaan baterai diatur di

41
dalam Inverter Hybrid termasuk charging pada baterai, sehingga baterai tidak
mengalami over charging.

Berikut spesifikasi dari baterai Kenika yang digunakan pada PLTH ini :

Gambar 3.5. Baterai Kenika 100Ah


(sumber : http://www.kenika.com)

Tabel 3.4. Spesifikasi Baterei Kenika 100Ah


Model Kenika Baterai Deep Cycle 121000D
Nominal Voltage 12V
Rated Capacity 100Ah
Dimension (mm) 329x172x225
Weight (kg) 32,6 (kg)
Terminal T6

4. PLC

Perancangan PLTH ini menggunakan PLC TM221CE16R untuk mengontrol input


dan output inverter melalui program SCADA agar dapat di kontrol di tempat yang
berbeda menggunakan bantuan router. PLC ini akan mengontrol on/off dari sistem
PLTH ini seperti ouput solar cell (AC), input solar cell (DC), input baterai (DC),
output PLN (AC), output mode Hybrid (AC) dan Emergency. Pemilihan PLC jenis
ini berdasarkan input dan output yang akan digunakan, karena hanya menggunakan
sedikit input dan output seperti untuk tombol on/off, selector switch
otomatis/manual, tombol emergency yang memerukan 9 input dan 6 output untuk

42
kontaktor dan buzzer maka PLC jenis ini sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.

Berikut spesifikasi PLC Schneider yang digunakan pada PLTH ini:

Gambar 3.6. PLC TM221CE16R Schneider


(sumber : https://www.se.com/id/id/product/TM221CE16R/ )
Tabel 3.5. Spesifikasi PLC TM221CE16R Schneider
Model MODICON M221 TM221CE16R
Rate supply voltage 100~240 VAC
Output voltage 5 - 125 VDC,5 - 250 VAC
Output current 2A
I/O 16
Frequency 50/60 Hz
Input voltage 24 V
Dimension (mm) 90 x 70 x 95 mm
Weight (kg) 0,345 kg

5. Router

Perancangan PLTH ini menggunakan Router TP-Link TL-WR841HP. Router ini di


gunakan untuk menghubungkan antara PLC dan program SCADA sehingga tidak
memerlukan kabel komunikasi. Penggunaan router ini bertujuan untuk efektifitas
pengiriman data dari PLC ke SCADA. Pertimbangan pemilihan router ini karena
jangkauan router ini luas dan konektivitas yang cepat.

43
Berikut spesifikasi Router TP-Link TL-WR841HP yang digunakan pada PLTH ini:

Gambar 3.7. Router TP-Link TL-WR841HP


(sumber : https://www.tendacn.com/id/product/f9.html )
Tabel 3.6. Spesifikasi Router TP-Link TL-WR841HP
Wireless 300 Mbps on 2.4 GHz
Antennas 2 x 9dBi detachable antennas
Ports 1 10/100 Mbps WAN + 4 10/100 Mbps LAN
Dimensions 9 x 7.5 x 1.9 in (228 x 190 x 48 mm)

6. MCB DC

Perancangan PLTH ini menggunakan MCB DC merk TOMZN untuk


mengamankan baterai dan solar cell. MCB DC ini untuk mengamankan baterai dan
solar cell dari gangguan arus lebih. Untuk pemilihan kapasitas MCB DC ini
masing-masing berbeda. Untuk baterai menggunakan MCB DC 63 A, pemilihan
MCB DC 63 A dengan pertimbangan kapasitas inverter yang hanya mencapai 1000
Watt dengan toleransi 10% dan tegangan baterai 24 Volt maka dapat diketahui arus
sebesar = 41,6 A. hasil dari arus tersebut lalu dikalikan dengan 1,2 x In

yang hasilnya sebesar 49,92A, Sehingga digunakan MCB DC sebesar 63 A.


Sedangkan untuk solar cell arus maksimal sesuai name plate sebesar 5,6 A untuk
satu lembar solar cell, sehingga dengan adanya empat lembar solar cell yang
dihubung seri-paralel jumlah arus maksimal yang dihasilkan sebesar 11,189A, lalu
dikalikan dengan 1,2 x In yang hasilnya 13,43. Sebenarnya hanya diperlukan MCB
DC 16A, karena MCB DC 16A sulit ditemukan dipasaran sehingga digunakan
MCB DC 32 A dengan pertimbangan tidak di bawah dari arus maksimal yang
dihasilkan oleh solar cell.

44
Berikut spesifikasi MCB DC yang digunakan pada PLTH ini :

Gambar 3.8a. MCB DC 63A Gambar 3.8b. MCB DC 32A


(sumber : www.tokopedia.com )

Tabel 3.7. Spesifikasi MCB DC 63A TOMZN


Brand TOMZN
Code TOB1Z-63
Current 63A
Pole 2 Pole
Max Voltage DC 440 Vdc
Breaking Current 6000 A
Standard IEC60947, IEC60898
Berat 0.19 kg

Tabel 3.8. Spesifikasi MCB DC 32A TOMZN


Brand TOMZN
Code TOB1Z-63
Current 32A
Pole 2 Pole
Max Voltage DC 600 Vdc
Breaking Current 6000 A
Standard IEC60947, IEC60898
Berat 0.19 kg

7. MCB AC

Perancangan PLTH ini menggunakan MCB AC sebesar 6A. MCB AC ini


digunakan untuk memutus beban ketika beban melebihi batas daya yang sudah
dihitung sebesar 1000 Watt. Pertimbangan memilih MCB AC 6A dikarenakan arus

45
maksimal yang dihasilkan beban sebesar = 5,545 A, maka digunakan

MCB AC 6A.

Berikut spesifikasi MCB AC yang digunakan pada PLTH ini :

Gambar 3.9. MCB AC Schneider 6A


(sumber : http://kliklistrik.com)

Tabel 3.9. Spesifikasi MCB AC Schneider 6 A


Brand Schneider
Pole 1 pole
Arus 6A
Breaking Current 4500 A
Max Voltage AC 230 Vac

8. Kontaktor

Perancangan PLTH ini menggunakan kontaktor sebanyak 5 buah kontaktor merk


Ewig dengan spesifikasi yang berbeda-beda. Tujuan penggunaan kontaktor sebagai
aktuator untuk menghubungkan PLC dan beban sama seperti relay tapi konstruksi
dari kontaktor lebih kuat dibandingkan relay, karena kontaktor langsung
menghubungkan arus yang tinggi maka ukuran kontaktor harus disesuaikan dengan
besarnya arus yang akan dihubungkan. Dalam sistem PLTH ini akan menggunakan
5 kontaktor yang terdiri dari kontaktor solar cell (AC) untuk kendali mode PLTS
Only, kontaktor PLN (AC) untuk kendali mode PLN Only, kontaktor Hybrid (AC)
untuk kendali mode Hybrid, kontaktor baterai (DC) untuk kendali baterai, kontaktor
solar cell (DC) untuk kendali solar cell. Untuk kontaktor mode PLTS Only, mode
PLN only dan mode Hybrid menggunakan kontaktor 20A. Pemilihan kontaktor
ketiga mode itu berdasarkan dengan MCB AC yang digunakan pada beban sebesar

46
6A maka dari itu kontaktor harus lebih tinggi dari MCB AC tersebut. Untuk
kontaktor solar cell (DC) menggunakan kontaktor 20A, yang membedakan hanya
tegangan yang lewat. Untuk kontaktor baterei (DC) dibutuhkan kontaktor dengan
arus yang tinggi, karena arus yang melewati baterai sebesar 41A. Karena harga dari
kontaktor yang memiliki arus besar itu mahal maka dalam sistem PLTH ini
menggunakan kontaktor yang sama dengan kontaktor AC di atas sebesar 20A agar
dapat menghubungkan arus yang besar tersebut maka saat pemasangan 3 kontak
utama atau kontak tenaganya harus diparalel input dan output-nya sehingga arus
maksimal dari kontaktor itu dapat meningkat hingga 60A, hal ini dapat di lakukan
jika beban hanya menggunakan beban 1 fasa.

Berikut spesifikasi kontaktor Ewig yang digunakan pada PLTH ini:

Gambar 3.10. Kontaktor Ewig ST-10


(sumber : www.tokopedia.com )

Tabel 3.10. Spesifikasi Kontaktor Ewig ST-10


Type Ewig ST-10
Rated Insulation Voltage 690 V
Rated impulse withstand voltage 6 kV
Rated frequency 50/60 Hz
Rated operasional current 100 to 240VAC 20 A
Rated operasional current 380 to 440VAC 11 A
Dimensions (mm) 36x75x78

47
Gambar 3.11. Kontaktor Ewig ST-35
(sumber : pribadi )

Tabel 3.11. Spesifikasi Kontaktor ST-35


Type Ewig ST-35
Rated Insulation Voltage 690 V
Rated impulse withstand voltage 6 kV
Rated frequency 50/60 Hz
Rated operasional current 100 to 240VAC 60 A
Rated operasional current 380 to 440VAC 60 A
Dimensions (mm) 75x89x91

9. Relay

Perancangan PLTH ini menggunakan relay Ewig 5A. relay digunakan untuk
menghubungkan beban dan kontak ouput pada PLC sehingga dapat mengamankan
PLC dari gangguan arus lebih karena PLC jenis TM221CE16R maksimal arusnya
hanya 2A. pemilihan relay dengan kapasitas 5A berdasarkan arus saat terjadi
pengontakan tidak akan besar sehingga cukup jika hanya digunakan relay sebesar
5A jika terjadi arus lebih maka yang rusak adalah kontak bantu dari relay dan tidak
sampai merusak PLC tersebut.

48
Berikut spesifikasi relay Ewig 5A yang digunakan pada PLTH ini:

Gambar 3.12. Relay Ewig


(sumber : https://id-live.slatic.net/ )

Tabel 3.12. Spesifikasi Relay Ewig


Operating Voltage Contact Coil AC 220/240
Rated Load 5 A 220 VAC
Rated Load 5 A 30 VDC
Maximum Contact Voltage 250 Vac, 125 VDC

10. Push Button

Perancangan PLTH ini menggunakan double push button sebanyak 3 buah. Push
button ini berguna untuk menyalakan dan mematikan sistem PLTH ini melalui
PLC. Pemilihan double push button mempertimbangkan efisiensi dan estetika pada
panel. Pada sebuah double push button terdapat satu tombol NO dan satu tombol
NC.
Berikut spesifikasi push button yang digunakan pada PLTH ini:

Gambar 3.13. Push Button


(sumber : pribadi )

49
Tabel 3.13. Spesifikasi Push Button
Merk TAB
Jenis Barang control push button / double push button / push
button on-off / saklar tekan
Tipe APBB-22N
Ukuran Diameter Lubang 22/25 mm
Ukuran Kepala Push Button 28x55 mm
Kontak 1 NO (warna hijau) + 1 NC (warna merah)

11. Pilot Lamp

Perancangan PLTH ini menggunakan pilot lamp sebanyak lima buah untuk
indikator dari sistem PLTH, yaitu tiga buah pilot lamp berwarna hijau yang
digunakan, indikator mode PLTS Only, indikator mode PLN Only, indikator mode
Hybrid, satu buah pilot lamp berwarna kuning untuk indikator beban dan satu buah
pilot lamp berwarna merah untuk indikator emergency/stop.

Berikut spesifikasi pilot lamp yang digunakan pada PLTH ini :

Gambar 3.14. Pilot Lamp


(sumber : www.tokopedia.com )

Tabel 3.14. Spesifikasi Pilot Lamp


Merk Ewig
Type Ad16 22dv 22mm
Voltage 220 Vac

12. Modem Serial Bus

Perancangan PLTH ini menggunakan Modem Serial Bus rs 485 HF2211. Modem
serial bus rs 485 ini digunakan untuk komunikasi antara Inverter dan PLC agar

50
SCADA. RS 485 adalah sebuah teknik komunikasi data serial yang berhubungan
secara one to many dan dapat menghubungkan hingga 32 beban sekaligus.

Berikut spesifikasi Modem Serial Bus yang digunakan pada PLTH ini :

Gambar 3.15. Modem Serial Bus rs 485 HF2211


(sumber : https://shop.marcomweb.it/ )

Tabel 3.15. Spesifikasi Modem Serial Bus rs 485 HF2211


Support RS232/RS422/RS485 to Ethernet/Wi-Fi Conversion,
Serial Speed Upto 460800 bps
Wide DC Input 5~36VDC or 9~50VDC
Certificate FCC/CE/RoHS
Size 95 x 65 x 25 mm (L x W x H)
MIPS MCU 4MB Flash and 8MB SRAM

13. Digital Volt Watt Ampere kWh Meter DC 100 A

Perancangan PLTH ini menggunakan alat ukur digital untuk tegangan DC. Alat
ukur digital ini digunakan untuk monitoring arus dan tegangan keluaran dari baterai
dan solar cell. Pemilihan penggunaan alat ukur ini karena mempermudah
pembacaan dari pengukuran karena menggunakan pembacaan digital serta dapat
mengamati baterai dan solar cell setiap saat.

51
Berikut spesifikasi Digital Volt Watt Ampere kWh Meter DC 100A yang
digunakan pada PLTH ini :

Gambar 3.16. Digital Volt Watt Ampere kWh Meter DC 100A


(sumber : https://www.tokopedia.com/)

Tabel 3.16. Spesifikasi Digital Volt Watt Ampere kWh Meter DC 100A
Tipe PZEM-051
Tegangan kerja 6.5-100 VDC
Tegangan uji 6.5-100 VDC
Nilai daya 100 A / 10 kW
Meaurement akurasi 1.0 kelas
Ukuran 89,6 x 49,6 x 24,4 mm (Panjang x Lebar x Tinggi)
Layar LCD 51 x 30mm (Panjang x Lebar)
Warna Hitam

3.6. Perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid

Dalam membuat sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid diperlukan sebuah


perancangan yang meliputi :

3.6.1. Perancangan Pengawatan

Dalam perancangan sistem Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid terdapat diagram


pengawatan yang terdiri dari diagram pengawatan kontrol dan tenaga. Rangkaian
tersebut terlampir pada lampiran 6.

52
Sistem pembangkit ini dapat dikendalikan secara Manual dan Otomatis. Untuk
pengendalian secara manual yaitu menggunakan Push Button yang terdapat pada
panel yaitu Push Button 1 untuk mengaktifkan dan menonaktifkan kontaktor K1
untuk mode PLN Only, Push Button 2 untuk mengaktifkan dan menonaktifkan
kontaktor K2 untuk mode PLTS Only, serta Push Button 3 untuk mengaktifkan dan
menonaktifkan kontaktor K3 untuk mode Hybrid. Sedangkan untuk pengendalian
secara Otomatis, sistem dibuat bekerja secara Otomatis yaitu mode PLTS Only, jika
daya kurang dari 200W tersisa maka akan berpindah menjadi mode Hybrid tanpa
terjadi pemadaman listrik yang seluruhnya dikontrol oleh PLC.

3.6.2. Perancangan Konstruksi

Perancangan konstruksi Inverter PLTH ini meliputi :


1. Desain Box Panel Kontrol
Box panel kontrol ini memiliki ukuran 50 x 70 x 20 cm dengan tebal plat 1 mm.
Berikut adalah gambar 3.17. Desain box panel kontrol.

Gambar 3.17. Desain Box Panel Kontrol


(sumber : pribadi)

53
Keterangan :
1. Push Button ON Mode PLN Only
2. Push Button OFF Mode PLN Only
3. Push Button ON Mode PV Only
4. Push Button OFF Mode PV Only
5. Push Button ON Mode Hybrid Only
6. Push Button ON Mode Hybrid Only
7. Tombol Emergency
8. Selector Switch
9. Metering PV
10. Metering Baterai
11. Indikator Emergency
12. Indikator Supply Beban
13. Indikator Mode PLN Only
14. Indikator Mode PV Only
15. Indikator Mode Hybrid
2. Desain Tata Letak Box Panel Kontrol dan Inverter
Box panel kontrol diletakkan 1 m dari bawah dan bersebelahan dengan inverter
dengan jarak 17 cm seperti pada gambar 3.18.

Gambar 3.18. Tata Letak Box Panel Kontrol dan Inverter


(sumber : pribadi)

54
3.6.3. Pemrograman PLC

Perancangan ini menggunakan pemograman Ladder Diagram, berfungsi untuk


mengatur kinerja keseluruhan sistem yang terdiri dari beberapa peralatan yang
digunakan sehingga sistem ini dapat bekerja dengan baik. Perancangan Ladder
Diagram ini menggunakan software EcoStruxure Machine Expert - Basic.

Berikut adalah tahapan dalam pembuatan program menggunakan software


EcoStruxure Machine Expert - Basic
1. Untuk menggunakan software EcoStruxure Machine Expert - Basic, klik icon
EcoStruxure Machine Expert - Basic pada desktop seperti pada gambar 3.19.

Gambar 3.19. Icon EcoStruxure Machine Expert – Basic


2. Klik 2x maka tampilan awal akan seperti gambar berikut :

Gambar 3.20. Tampilan Awal EcoStruxure Machine Expert - Basic


Setelah menunggu status loading selesai, selanjutnya tampilan akan berubah lagi.
Kemudian tampilan layar program akan muncul seperti gambar 3.21, yaitu layar
“New Project”

55
Gambar 3.21. Tampilan Layar “New Project”
3. Kemudian pilihlah tipe PLC yang digunakan yakni tipe TM221CE16R, lalu
langsung saja PLC tersebut di-drag ke sebelah kiri.

DRAG

Gambar 3.22. Pemilihan Tipe PLC yang akan digunakan


4. Kemudian akan muncul tampilan seperti gambar berikut, lalu pilih “Yes”.
Seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.23 berikut ini,

56
Gambar 3.23. Question Agreement
5. Kemudian akan muncul tampilan PLC Modicon TM221CE16R seperti pada
gambar berikut. Pada Tugas Akhir ini program disetting sesuai yang di tunjukkan
pada gambar berikut ini :

Gambar 3.24. Tampilan Setelah Tipe PLC Sesuai Keinginan


6. Kemudian dari halaman Configuration, pilih ke halaman Programming setelah
itu pada EcoStruxure Machine Expert - Basic akan menampilkan slide untuk
penulisan program yang ditunjukkan pada gambar berikut ini :

57
Gambar 3.25. Tampilan Layar Programming
Untuk memulai menggambar ladder, pahami terlebih dahulu instruksi-instruksi
yang ada. Kemudian buat program ladder diagram menggunakan tools yang
tersedia sesuai dengan rancangan yang akan dibuat.

Gambar 3.26. Editor Ladder


Untuk ladder diagram dapat dilihat pada lampiran 7. Dengan alamat I/O sebagai
berikut.

58
Tabel 3.17. Alamat I/O
I/O FUNGSI
%I0.0 PLN NO
%I0.1 PLN NC
%I0.2 PV NO
%I0.3 PV NC
%I0.4 HYBRID NO
%I0.5 HYBRID NC
%I0.6 AUTO
%I0.7 MANUAL
%I0.8 EMERGENCY

%Q0.0 RELAY PLN


%Q0.1 RELAY PV
%Q0.2 RELAY HYBRID
%Q0.3 RELAY PV
%Q0.4 RELAY BATERAI
%Q0.5 EMERGENCY
%Q0.6 -

Kemudian setelah selesai membuat ladder diagram pada tab Programming,


dilakukan proses download program dari PC ke PLC. Langkah-langkahnya yaitu:
a. Periksa kembali program yang barusan dibuat, terdapat error atau tidak.
b. Sambungkan kabel komunikasi (mini USB) ke PLC dan USB pada PC.

Gambar 3.27. Proses Download Program Dari PC ke PLC


c. Pada program EcoStruxure Machine Expert - Basic klik “Commissioning”.

59
Gambar 3.28. Tampilan Halaman Pada Tab Commissioning
d. Pilih perangkat yang ada di ethernet device, pilihlah sesuai PLC yang
digunakan, kemudian klik “Login”.

Gambar 3.29. Perangkat Lokal dan Tombol Login


e. Kemudian tunggu sampai prosesnya selesai dan perhatikan dibawahnya
terdapat pilihan lagi yaitu PC to Controller artinya program akan di transfer ke PLC
dan ada satu lagi yaitu Controller to PC artinya jika ingin mengambil program dari
PLC ke komputer atau laptop lalu pilihlah yang PC to Controller.

60
Gambar 3.30. Tombol Perintah Download / Upload Program
f. Akan muncul pertanyaan seperti gambar berikut, lalu klik “OK”.

Gambar 3.31. Question Agreement

61
g. Tunggu hingga prosesnya selesai dan program sudah berhasil di masukkan ke
PLC sehingga bisa dilakukan pengujian dengan klik “Start Controller”.

Gambar 3.32. Notifikasi Transfer Program Berhasil.


h. Kemudian akan muncul kotak pertanyaan, lalu klik “OK”.

Gambar 3.33. Question Agreement


i. PLC sudah dalam keadaan run

3.6.4. Pemrograman SCADA

Setelah membuat Ledder Diagram PLC, langkah yang selanjutnya yaitu membuat
program SCADA dalam suatu software. Software ini bertujuan untuk memonitoring

62
dan mengontrol prinsip dari peralatan yang digunakan, sehingga semua dapat diatur
menggunakan program SCADA yang sudah dibuat.

Pada project tugas akhir ini, kami menggunakan Vijeo Citect 7.20 sebagai software
yang akan digunakan untuk membuat program SCADA. Langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut :
1. Membuat New Project
a. Buka software Vijeo Citect 7.20, dengan klik icon Vijeo Citect pada desktop.
Icon Vijeo Citect seperti pada gambar 3.34.

Gambar 3.34. Icon Vijeo Citect 7.20

b. Klik 2x maka tampilan akan seperti berikut.

Gambar 3.35. Tampilan Awal Vijeo Citect 7.20


Setelah menunggu loading selesai, selanjutnya tampilan akan berubah lagi.
Kemudian tampilan layar program akan muncul seperti gambar 3.36, yaitu tampilan
menu “New Project”

63
Gambar 3.36. Tampilan Menu “New Project”
Kemudian klik new project seperti yang diberi tanda panah diatas.

c. Setelah itu akan muncul menu tampilan seperti pada gambar, lengkapi tampilan
tersebut seperti gambar berikut. Setelah selesai klik “OK”.

Gambar 3.37. Tampilan Pengisian Nama Project


d. Maka akan muncul database baru dengan judul “TA PLTS 2019”.

64
Gambar 3.38. Tampilan Database Vijeo Citect
e. Kemudian klik 2x “Communications” kemudian pilih Express I/O Device
Setup

Gambar 3.39. Tampilan Database TA PLTS 2019

65
Gambar 3 40. Tampilan Contents of Communications

f. Setelah memilih express I/O device setup maka akan muncul tampilan baru
seperti pada gambar 3.41, lalu klik next.

66
Gambar 3.41. Perintah lanjutan Express Communication Wizard

67
g. Ketika muncul tampilan seperti pada gambar berikut. Lalu pilih pilih modbus
TCP/Ethernet sebagai komunikasi antara SCADA dan PLC yang akan
digunakan, lalu klik next.

Gambar 3.42. Pemilihan Manufacture, Model, Komunikasi yang Digunakan

h. Masukan alamat IP sesuai alamat IP pada PLC yang digunakan, isi port 502.
Lalu tekan next.

Gambar 3.43. Setting IP Address dan Port


i. Setelah itu klik next dan finish.

68
Gambar 3.44. Express Communication Wizard
j. Lalu pilih cluster pada tampilan database communications seperti pada gambar
3.45.

Gambar 3. 45. Tampilan Database Communications

69
Kemudian akan muncul tampilan baru seperti gambar 3.46 berikut. Dan isilah
cluster name, lalu klik add.

Gambar 3.46. Tampilan Cluster

k. Kemudian kembali ke tampilan database awal lagi dan pilih system.

Gambar 3.47. Tampilan awal database TA PLTS 2019


Setelah itu akan muncul tampilan seperti pada gambar 3.48, lalu pilih user dan buat
user dengan memasukkan nama user seperti pada gambar 3.49

70
Gambar 3.48. Tampilan contents of system

Gambar 3.49. Tampilan Users


l. Kemudian klik tags pada tampilan awal database TA PLTS 2019, pilih variable
tags. Masukan variable tags sesuai pada gambar berikut. Jika sudah klik add
sekali.

71
Gambar 3.50. Tampilan database TA PLTS 2019

Gambar 3.51. Tampilan contents of tags

Gambar 3.52. Tampilan variable tags

72
Tabel 3.18. menunjukan daftar tag yang dibuat dalam program SCADA
Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid.

Tabel 3. 18. Daftar Variable Tags


I/O
NO Data
Variable Tag Name Cluster Name Address Device
Type
Name

1. SCD ON TA INVERTER HYB %M60 IODev Digital


2. SCD OFF TA INVERTER HYB %M61 IODev Digital
3. Manual ON TA INVERTER HYB %M62 IODev Digital
4. Manual OFF TA INVERTER HYB %M63 IODev Digital
5. Auto ON TA INVERTER HYB %M64 IODev Digital
6. Auto OFF TA INVERTER HYB %M65 IODev Digital
7. Pb PLN TA INVERTER HYB %M100 IODev Digital
8. Pb PV TA INVERTER HYB %M101 IODev Digital
9. Pb Hybrid TA INVERTER HYB %M102 IODev Digital
10. Pb Reset TA INVERTER HYB %M80 IODev Digital
11. Pb Emergency TA INVERTER HYB %M103 IODev Digital
12. Volt IN PLN TA INVERTER HYB %MW101 IODev Long
13. Volt Out Inverter TA INVERTER HYB %MW103 IODev Long
14. Daya Inverter TA INVERTER HYB %MW105 IODev Long
15. Kapasitas Inverter TA INVERTER HYB %MW107 IODev Long
16. Volt PV TA INVERTER HYB %MW109 IODev Long
17. Daya PV TA INVERTER HYB %MW111 IODev Long
18. Volt Baterai TA INVERTER HYB %MW113 IODev Long
19. Kapasitas Baterai TA INVERTER HYB %MW115 IODev Long
20. Indikator PLN TA INVERTER HYB %M20 IODev Digital
21. Indikator PV TA INVERTER HYB %M21 IODev Digital
22. Indikator Hybrid TA INVERTER HYB %M22 IODev Digital
23. Indikator Emergency TA INVERTER HYB %M8 IODev Digital
24. Indikator OL INV TA INVERTER HYB %MW22 IODev Int
25. Indikator Communication TA INVERTER HYB %MW21 IODev Long
26. Kontak PV TA INVERTER HYB %M50 IODev Digital
27. Kontak Baterai TA INVERTER HYB %M51 IODev Digital
28. Keep Manual TA INVERTER HYB %M71 IODev Digital
29. Keep Auto TA INVERTER HYB %M72 IODev Digital
30. Keep SCADA TA INVERTER HYB %M70 IODev Digital
31. All ON TA INVERTER HYB %M32 IODev Digital
32. PLN HYB ON TA INVERTER HYB %M30 IODev Digital
33. PV HYB ON TA INVERTER HYB %M31 IODev Digital
34. K PV TA INVERTER HYB %M50 IODev Digital
35. K BATERE TA INVERTER HYB %M51 IODev Digital

73
m. Setelah variable tags sudah dibuat semua, kembali ke Database lalu klik
“Graphics” untuk mebuat layout

Gambar 3.53. Tampilan Perintah Untuk Database Graphics


n. Jika sudah klik “pages” seperti gambar berikut.

Gambar 3.54. Tampilan Database Graphics Pages


o. Kemudian klik “New Pages”

74
Gambar 3.55. Tampilan New Pages
p. Jika sudah akan muncul gambar seperti di bawh lalu klik “tab_style_1” lalu
klik “OK”.

Gambar 3.56. Citect Grapics Builder


q. Setelah itu buat lah layout seperti gambar dibawah lalu isikan variable tags
yang sudah tersedia.

75
Gambar 3.57. Layout Pages SCADA
r. Setelah layout dibuat dan diisikan dengan Variable Tags maka Compile lah
data dengan Klik “File” lalu “Compile”

76
s. Jika Compile berhasil maka akan menunjukan petunjuk seperti gambar berikut

t. Setelah compile data, maka dilanjutkan dengan men-Setup Wizard dengan


mengklik gambar sebagai berikut

u. Setelah data telah ter-compile dan ter-setup maka SCADA dapat di jalankan
dengan mengklik “Run”

v. Setelah itu akan muncul layout seperti gambar berikut.

77
w. Isikan username untuk menjalankan SCADA.

x. SCADA telah siap dijalankan.

78
BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISA

Tahap pengujian Tugas Akhir “Rancang Bangun Kendali Outomasi Pembangkit


Listrik Tenaga Hybrid 800Wp dengan Inverter Hybrid pada Ruang
Laboratorium PLC dan SCADA Program Studi Teknik Listrik Politeknik
Negeri Semarang” ini menguji penghematan penggunaan energi listrik dari PLN
dengan membandingkan besar energi listrik sebelum dioperasikan secara hybrid
dengan setelah dioperasikan secara hybrid. Pengujian ini menggunakan sistem yang
bisa dikendalikan dengan tiga mode yaitu mode auto, mode manual, dan mode
SCADA untuk memudahkan pengamatan dan pengoperasian sistem.

4.1. Data Penggunaan Energi Listrik

Rancang bangun Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid dengan kapasitas 800Wp ini
digunakan untuk menyuplai beban penerangan, proyektor, komputer dan beberapa
stop kontak di Ruang Laboratorium PLC dan SCADA Prodi Teknik Listrik
Politeknik Negeri Semarang. Pada Tabel 4.1 memuat data daya beban listrik yang
disuplai Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid pada Ruang Laboratorium PLC dan
SCADA Program Studi Teknik Listrik Politeknik Negeri Semarang.

Tabel 4.1 Data Hasil Dari Pengukuran Daya Beban Listrik.


Jumlah Daya Jumlah Daya
NO Jenis Beban
(Buah) (Watt) (Watt)
1 Lampu LED 18 2 x 6,65 239,52
2 Stop Kontak
1 50,625 50,625
- Komputer
- Trainer PLC 1 13,5 13,5
- Laptop 2 35 70
- Proyektor
1 256,5 256,5
Total Daya 630,145

79
4.1.1. Total Energi Listrik

Dari tabel 4.1. dapat dihitung pengunaan energi listrik dengan beban penuh
selama 9 jam sebagai berikut.
Energi = Daya × Waktu
= 630,145 W × 9 jam
= 5671,305 Wh
= ,
4.1.2. Pengujian Beban Menggunakan Suplai PLN

Pengukuran penggunaan energi pada ruang labotarium PLC dan SCADA Program
Studi Teknik Listrik Politeknik Negeri Semarang dilakukan pada hari Jumat, 2
Agustus 2019. Tabel 4.2. memuat hasil pengukuran energi PLN yang digunakan
pada ruang labotarium PLC dan SCADA.

Tabel 4.2. Data Terukur Penggunaan Energi Listrik di Ruang Laboratorium PLC
dan SCADA.
METERING INPUT PLN METERNG OUTPUT HYBRID
NO Waktu V I P W V I P W
(Volt) (Ampere) (Watt) (Wh) (Volt) (Ampere) (Watt) (Wh)
1 08.00 225 3,01 541,80 0 0 0 0 0
2 08.30 225 3,03 545,40 272,7 0 0 0 0
3 09.00 227 3,00 544,80 545,1 0 0 0 0
4 09.30 226 3,15 569,52 829,86 0 0 0 0
5 10.00 227 3,23 586,57 1123,14 0 0 0 0
6 10.30 224 3,10 555,52 1400,90 0 0 0 0
7 11.00 224 3,05 546,56 1674,18 0 0 0 0
8 11.30 226 2,98 538,78 1943,58 0 0 0 0
9 12.00 227 2,97 539,35 2213,25 0 0 0 0
10 12.30 227 3,21 582,94 2504,72 0 0 0 0
11 13.00 225 3,23 581,40 2795,42 0 0 0 0
12 13.30 226 3,11 562,29 3076,56 0 0 0 0
13 14.00 227 3,00 544,80 3348,96 0 0 0 0
14 14.30 227 3,02 548,43 3623,18 0 0 0 0
15 15.00 228 3,12 569,09 3907,72 0 0 0 0
16 15.30 227 3,10 562,96 4189,20 0 0 0 0
17 16.00 228 3,22 587,33 4482,87 0 0 0 0
18 16.30 229 2,98 545,94 4755,84 0 0 0 0
19 17.00 230 3,10 570,40 5041,04 0 0 0 0

80
Metering input PLN menunjukkan tegangan, arus, daya, dan energi supply dari PLN
menuju ke beban listrik. Energi yang digunakan dari pukul 08.00 hingga 17.00
sebesar 5041,04Wh atau 5,041kWh. Sedangkan tegangan, arus dan daya rata-rata
penggunaan listrik berkisar pada nilai 226,579V, 3,085A dan 559,151W. Dari data
tersebut dalam satu hari penggunaan daya listrik tertinggi pada pukul 16.00 WIB

6000

5000

4000
Energi (Wh)

3000

INPUT PLN
2000

1000

0
8.00
8.30
9.00
9.30
10.00
10.30
11.00
11.30
12.00
12.30
13.00
13.30
14.00
14.30
15.00
15.30
16.00
16.30
17.00 Waktu

Gambar 4.1.Grafik Energi Listrik Mode PLN Only (Wh)


(sumber : pribadi)

Gambar 4.1. menunjukkan representasi penggunaan energi listrik dari Input PLN
pada pengujian hari Jumat, 2 Agustus 2019 pukul 08.00 – 17.00 untuk pengujian
mode PLN Only.

Grafik penggunaan energi listrik dengan mode PLN Only relatif stabil karena
mensuplai beban yang sama, kestabilan ini juga dipengaruhi karena sitem PLN
Only tidak mensuplai sistem kontrol dari panel karena sistem kontrol disuplai oleh
baterai dan Solar Cell.

4.1.3. Pengujian Beban Menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid

Pengujian Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid pada ruang labotarium PLC dan
SCADA Program Studi Teknik Listrik Politeknik Negeri Semarang dilakukan pada
hari Kamis, 1 Agustus 2019. Tabel 4.3. memuat hasil pengujian beban mengunakan
supply Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid.

81
Tabel 4.3. Hasil Pengujian Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid
METERING INPUT PLN METERING OUTPUT HYBRID
NO Waktu V I P W V I P W
(Volt) (Ampere) (Watt) (Wh) (Volt) (Ampere) (Watt) (Wh)
1 08.00 224 4,43 793,86 0 223,1 3,01 671,53 0
2 08.30 225 4,48 806,40 403,20 223,2 2,98 665,14 332,57
3 09.00 227 4,44 806,30 806,35 227,4 2,88 654,91 660,02
4 09.30 226 4,45 804,56 1208,63 228,5 2,90 662,65 991,35
5 10.00 226 4,46 806,37 1611,82 223,9 3,06 685,13 1333,92
6 10.30 224 3,22 577,02 1900,33 223,1 3,04 678,22 1673,03
7 11.00 225 2,77 498,60 2149,63 222,7 3,22 717,09 2031,58
8 11.30 226 1,90 343,52 2321,39 224,7 3,22 723,53 2393,34
9 12.00 225 1,64 295,2 2468,99 228,5 3,20 731,20 2758,94
10 12.30 226 1,63 294,70 2616,34 226,5 3,09 699,89 3108,89
11 13.00 225 1,50 270,00 2751,34 223,4 3,13 699,24 3458,51
12 13.30 226 1,49 269,39 2886,04 224,4 3,10 695,64 3806,33
13 14.00 226 1,74 314,59 3043,33 224,8 3,13 703,62 4158,14
14 14.30 226 1,69 305,55 3196,11 224,5 3,05 684,73 4500,50
15 15.00 227 2,01 365,02 3378,62 225,3 3,07 691,67 4864,34
16 15.30 227 2,36 428,58 3592,90 224,7 3,20 719,04 5205,86
17 16.00 227 2,78 504,85 3845,33 228,5 3,10 708,35 5560,03
18 16.30 229 3,65 668,68 4179,67 227,2 3,02 686,14 5903,10
19 17.00 230 3,45 634,80 4497,07 228,2 2,99 682,32 6244,26

Metering output hybrid menunjukkan tegangan, arus, daya dan energi hasil dari
inverter atau PLTH yang telah sinkron dengan PLN. Metering input PLN
menunjukkan tegangan, arus, daya dan energi suplai dari PLN menuju kebeban
listrik.

PLTH dapat menghasilkan energi sebesar 6244,26 Wh atau 6,244 kWh pada
pengujian dari pukul 08.00 hingga 17.00 dengan puncak daya mencapai 731,2 W
pada pukul 12.00. Sedangkan konsumsi listrik dari PLN tercatat sebesar
4497,07Wh atau 4,497kWh serta mencapai puncak daya terendah konsumsi PLN
sebesar 269,39W pada pukul 13.30, hal ini disebabkan karena suplai energi listrik
dari solar cell mencapai jumlah tertingginya sehingga mengurangi jumlah
penggunaan energi listrik dari PLN dalam sistem PLTH.

82
Grafik Energi Listrik Mode Hybrid (Wh)
7000

6000

5000
Energi (Wh)

4000

3000 Input PLN


Output Hybrid
2000
Input PLTS
1000

0
8.00
8.30
9.00
9.30
10.00
10.30
11.00
11.30
12.00
12.30
13.00
13.30
14.00
14.30
15.00
15.30
16.00
16.30
17.00
Waktu

Gambar 4.2. Grafik Energi Listrik Mode Hybrid (Wh)


(sumber : pribadi)

Gambar 4.2. menunjukkan representasi penggunaan energi listrik dari Input PLN,
Input Solar Cell, dan Output Hybrid pada pengujian hari Kamis, 1 Agustus 2019
pukul 08.00 – 17.00 untuk pengujian mode hybrid.

Nilai energi input dari PLN yang bervariatif sangat dipengaruhi oleh besar energi
yang dihasilkan oleh solar cell dengan data input solar cell sebagai berikut :

Tabel 4.4. Data Input Solar Cell


METERING INPUT SOLAR CELL
NO WAKTU VDC IDC
P (Watt) W (Wh)
(Volt) (Ampere)
1 08.00 61,63 4,64 286 0
2 08.30 68,67 5,16 354 177
3 09.00 68,63 5,51 378 366
4 09.30 69,65 5,64 393 562,5
5 10.00 60,60 6,82 413 769
6 10.30 59,58 7,05 420 979
7 11.00 64,50 8,96 578 1268
8 11.30 56,80 10,85 616 1576
9 12.00 58,20 10,79 628 1890
10 12.30 62,70 9,01 565 2172,5
11 13.00 65,40 8,72 570 2457,5
12 13.30 67,30 7,43 500 2707,5
13 14.00 68,30 6,60 451 2933

83
Tabel 4.5. Data Input Solar Cell (Lanjutan)
14 14.30 64,30 6,03 388 3127
15 15.00 64,70 4,87 315 3284,5
16 15.30 64,80 3,94 255 3412
17 16.00 66,70 2,40 160 3492
18 16.30 66,80 0,42 28 3506
19 17.00 57,80 0,24 14 3513

Dari Tabel 4.4. Data Input Solar Cell diatas dapat dilihat bahwa daya yang
dihasilkan oleh solar cell yang tidak mencapai target yang ditentukan yaitu 800 Wp.
Hal ini dapat disebabkan karena beberapa hal sebagai berikut.
1. Polusi udara yang menyebabkan kualitas sinar matahari berkurang,
2. Kondisi cuaca yang berawan sehingga solar cell terhalangi untuk mendapatkan
sinar matahari,
3. Debu yang terdapat pada modul solar cell yang mengurangi jumlah sinar
matahari yang dapat di terima solar cell.
4. Sudut pemasangan solar cell yang tidak dapat mencapai sudut ideal untuk
mendapatkan radiasi sinar matahari seperti pada gambar 4.3. karena
penempatan solar cell sudah ditentukan sejak awal (di atap gedung bengkel
listrik).

Gambar 4.3. Sudut Ideal Solar Cell Menerima Sinar Matahari


(sumber : pribadi)

5. Efek Geometric ini mempengaruhi jumlah radiasi sinar matahari yang mungkin
bisa berubah setiap hari bahkan setiap tahun. Efek geometric sendiri adalah
efek yang disebabkan oleh pergerakan matahari terhadap bumi.
6. Penyambungan kabel yang panjang memungkinkan terjadi nya pengurangan
voltase yang dihasilkan solar cell.

84
900
800

700

600
Daya (W)

500

400 PLN
PV
300
HYBRID
200

100

0
08.00
08.30
09.00
09.30
10.00
10.30
11.00
11.30
12.00
12.30
13.00
13.30
14.00
14.30
15.00
15.30
16.00
16.30
17.00
Waktu

Gambar 4.4. Grafik Perbandingan Daya Pengujian Sistem Hybrid


(sumber : pribadi)

Dari grafik 4.4. didapatkan hasil bahwa ketika matahari mulai terik solar cell
memproduksi daya listrik yang lebih optimal yang ditunjukan garis merah sehingga
menyebabkan penggunaan daya dari PLN yang ditunjukan garis biru berkurang.

4.2. Operasi Sistem

Perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid dengan kapasitas 800Wp pada


Ruang Laboratorium PLC dan SCADA Prodi Teknik Listrik Polines ini dapat
dioperasikan dengan tiga sistem, yaitu sistem manual, sistem Otomatis dan sistem
SCADA.

4.2.1. Sistem Manual

Berikut adalah langkah-langkah untuk megoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga


Hybrid secara manual:
1. Langkah awal adalah dengan menyalakan MCB DC Baterai (63A), kemudian
dikuti MCB DC PV (32A), MCB Input PLN (10A), dan MCB Output Inverter (6A)

85
Gambar 4.5a. MCB Gambar 4.5b. MCB Gambar 4.5c. MCB
Input PLN & Output Input PV Baterai
Inverter
2. Langkah selanjutnya menyalakan Inverter dengan menekan tombol ON pada
Inverter sampai Inverter aktif

Gambar 4.6. Tombol Pada Inverter


3. Putar selector switch yang ada pada panel agar posisi menunjuk ke angka 2.

Gambar 4.7. Selector Switch


4. Untuk memilih atau mengaktifkan mode yang akan dijalankan adalah dengan
menekan tombol yang ada diluar panel.

86
BUZZER

Tombol
Emergency

PLN PLTS
Only Only HYBRID

Gambar 4.8. Tombol Pada Pintu Panel


5. Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid ini dapat berjalan dengan tiga pilihan mode,
yaitu PLN Only, PLTS Only, dan Hybrid. Mode yang diaktifkan disesuaikan pada
kondisi sumber energi dari PLN dan Solar Cell
6. Jika menekan tombol ON pada mode PLN Only maka sumber PLN akan secara
penuh menyuplai beban. Mode PLN Only dapat dimatikan dengan tombol OFF
pada mode PLN Only.
7. Jika menekan tombol ON pada mode PLTS Only maka sumber dari solar cell
dan back up daya dari baterai akan secara penuh menyuplai beban. Mode PLTS ini
dapat dimatikan dengan tombol OFF pada mode PLTS Only.
8. Jika menekan tombol ON pada mode Hybrid maka gabungan sumber dari PLN
dan PLTS akan secara penuh menyuplai beban. Mode Hybrid dapat dimatikan
dengan tombol OFF pada mode Hybrid.
9. Jika terjadi gangguan dapat menekan tombol emergency pada panel agar sistem
mati dan buzzer akan menyala sebagai tanda adanya gangguan. Untuk
menormalkan tombol emergency diputar ke kanan.

87
4.2.2. Sistem Otomatis

Berikut adalah langkah-langkah untuk megoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga


Hybrid secara Otomatis:
1. Langkah awal adalah dengan menyalakan MCB DC Baterai (63A), kemudian
dikuti MCB DC PV (32A). MCB Input PLN (10A), dan MCB Output Inverter (6A)

Gambar 4.9a. MCB Gambar 4.9b. MCB Gambar 4.9c. MCB


Input PLN & Output Input PV Baterai
Inverter
2. Langkah selanjutnya menyalakan Inverter dengan menekan tombol ON pada
Inverter sampai Inverter aktif.

Gambar 4.10. Inverter


3. Putar selector switch yang ada pada panel agar posisi menunjuk ke angka 1.

88
Gambar 4.11. Selector Switch
4. Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid ini dapat berjalan secara Otomatis dengan
mode PLTS Only yang menggunakan Baterai dan Solar Cell sebagai sumber utama.
5. Jika daya yang diproduksi oleh Solar Cell kurang dari 200 Watt maka mode
akan secara Otomatis berganti ke mode Hybrid yang menggunakan 2 sumber energi
listrik yaitu PLN dan PLTS.
6. Jika terjadi gangguan dapat menekan tombol emergency pada panel agar sistem
mati dan buzzer akan menyala sebagai tanda adanya gangguan. Untuk
menormalkan tombol emergency diputar ke kanan.

BUZZER

Tombol
Emergency

PLN PLTS
Only Only HYBRID

Gambar 4.12. Tombol Pada Pintu Panel

89
4.2.3. Sistem SCADA

Berikut adalah langkah-langkah untuk megoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga


Hybrid dengan sistem SCADA:
1. Langkah awal adalah dengan menyalakan MCB DC Baterai (63A), kemudian
dikuti MCB DC PV (32A). MCB Input PLN (10A), dan MCB Output Inverter (6A)

Gambar 4.13a. MCB Gambar 4.13b. MCB Gambar 4.13c. MCB


Input PLN & Output Input PV Baterai
Inverter

2. Langkah selanjutnya menyalakan Inverter dengan menekan tombol ON pada


Inverter sampai Inverter aktif.

Gambar 4.14. Inverter


3. Koneksikan PC kedalam jaringan “Ta_Listrik_2019” dengan Password
“listrikpolines”

90
Gambar 4.15. Koneksi Jaringan

4. Jika telah terkoneksikan dengan jaringan kemudian “Run” SCADA untuk


mengoperasikannya

91
Gambar 4.16. Sistem SCADA
5. Sistem dapat dioperasikan menggunakan SCADA dengan menekan tombol
“SCADA ON” dan memilih akan dikendalikan secara manual ataupun Otomatis
dengan menekan salah satu tombol dibawahnya.
6. Jika menekan “MANUAL ON” maka dapat mengatur sistem dengan SCADA
untuk memilih mode yang dikehendaki serta dapat melakukan pemantauan secara
langsung.
7. Jika menekan “AUTO ON” maka hanya akan dapat melakukan pemantauan
dari SCADA karena sistem dijalankan secara Otomatis.

92
4.3. Analisa Penghematan Energi Listrik

Dari pengujian pemakaian energi listrik pada beban di Ruang Laboratorium PLC &
SCADA yang dilakukan pada hari Kamis, 1 Agustus 2019 pukul 08.00 hingga
pukul 17.00 WIB untuk mode Hybrid menggunakan energi sebesar 4497,07Wh dari
PLN. Untuk pengujian mode PLN Only dilakukan pada hari Jumat, 2 Agustus 2019
pada pukul 08.00 hingga pukul 17.00 WIB memakan energi listrik PLN sebesar
5041,04Wh.

Dari data yang diperoleh, pemakaian energi listrik PLN sebelum disuplai dengan
PLTS lebih besar dibandingkan dengan pemakaian energi listrik PLN setelah
disuplai dengan PLTS. Presentase pemakaian energi listrik PLN dengan sistem
,
hybrid dari total energi listrik yang dibutuhkan beban sebesar
,
100% =

89,2%. Maka penghematan energi listrik sebesar 100% - 89,2% = 10,8%.

Dari perhitungan diatas maka dapat diketahui untuk pengujian yang dilakukan pada
hari Kamis, 1 Agustus 2019 pukul 08.00 hingga pukul 17.00 WIB untuk mode
Hybrid, PLTS dalam kurun waktu 10 jam berkontribusi dalam penyuplaian energi
listrik sebesar 10,8% dari total kebutuhan energi listrik untuk beban penuh,
presentase penghematan energi listrik ini dipengaruhi oleh cuaca di tempat solar
cell dipasang. Suplai daya listrik dari PLTS tertinggi dihasilkan pada pukul 12.00
yaitu sebesar 85,88% dari daya listrik total yang dibutuhkan dan suplai daya listrik
terendah yang dihasilkan oleh PLTS adalah pada pukul 17.00 dengan presentase
sebesar 2,05% dari total daya listrik yang dibutuhkan. Apabila cuaca sedang terik,
maka PLTS dapat menghasilkan daya yang maksimal, sehingga presentase
penghematan daya PLN tinggi. Sedangkan apabila cuaca sedang mendung atau
hujan, PLTS tidak dapat menghasilkan daya yang maksimal, sehingga
penghematan daya PLN rendah.

Rancang bangun sistem Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid dengan kapasitas PLTS
800WP dapat dikatakan sistem skala kecil, dan apabila sistem yang dibangun
semakin besar, maka hasil yang didapat dari PLTS akan lebih besar dan
memperpendek waktu pengembalian investasi awal.

93
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari hasil Tugas Akhir berjudul “Rancang Bangun Kendali Automasi


Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid 800 Wp dengan Inverter Hybrid pada
Ruang Laboratorium PLC dan SCADA Prodi Teknik Listrik Polines” dapat
diambil kesimpulan :
1. Cara kerja Inverter Hybrid untuk mengubah arus searah yang berasal dari solar
cell dan baterai menjadi arus bolak-balik yang kemudian disinkronkan dengan
jaringan PLN untuk menyuplai beban listrik pada Ruang Laboratorium PLC
dan SCADA Prodi Teknik Listrik Polines. Inverter Hybrid yang digunakan
adalah tipe Kenika EAF 1000 Watt. Dengan inverter hybrid ini PLTH dapat
mempunyai 3 mode yaitu PLTS only, PLN only dan Hybrid.
2. Perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid pada Ruang Laboratorium
PLC dan SCADA Prodi Teknik Listrik Politeknik Negeri Semarang
menggunakan 4 lembar solar cell (photovoltaic) yang masing-masing
berkapasitas 200Wp. Energi matahari dikonversikan menjadi energi listrik oleh
solar cell dan menghasilkan arus searah. Arus searah ini diubah lagi menjadi
arus bolak-balik menggunakan inverter hybrid 1000 Watt agar dapat langsung
digunakan bersama jaringan listrik PLN untuk menyuplai beban penerangan
dan beberapa stop kontak.
3. Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid ini dapat dimonitor dan dikontrol dengan
dua cara yaitu yang pertama secara langsung menggunakan layar LCD dan
push button yang tersedia di panel dan inverter hybrid serta yang kedua dapat
dimonitor dan dikontrol dari tempat yang berbeda menggunakan program
SCADA yang telah dibuat menggunakan software Vijeo Citect 7.20
4. Berdasarkan pengujian yang dilakukan pada hari kamis dan jumat tanggal 2
dan 3 Agustus 2019 didapatkan hasil bahwa energi yang mampu disuplai oleh
PLTS adalah sebesar 10,80% dari total energi penggunaan beban, dengan daya

94
maksimal yang mampu dihasilkan PLTS sebesar 628 W pada pukul 12.00 dan
daya terkecil sebesar 14 W pada pukul 17.00
5. Daya yang dihasilkan oleh solar cell dipengaruhi beberapa factor seperti
polusi, cuaca, debu pada solar cell, sudut pemasangan solar cell, efek
geometris dan penyambungan kabel. Secara garis besar daya solar cell akan
meningkat jika solar cell terkena sinar matahari secara optimal.

5.2. Saran

Dalam pembuatan Tugas Akhir ini masih terdapat kekurangan, sehingga diperlukan
saran–saran untuk pengembangan lebih lanjut. Saran–saran yang disampaikan
dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Kapasitas solar cell dibuat lebih besar agar total energi yang dihasilkan PLTH
dapat memenuhi seluruh kebutuhan beban penerangan pada Ruang
Laboratorium PLC dan SCADA Prodi Teknik Listrik Polines.
2. Pemilihan pengaman serta komponen pada panel kontrol harus disesuaikan
dengan arus yang mengalir pada rangkaian. Jika ada penambahan beban
maupun kapasitas dari PLTH, maka sangat disarankan untuk meninjau ulang
pengaman dan kemampuan komponen panel yang digunakan.
3. Untuk menghasilkan output solar cell yang maksimal, sebaiknya dilakukan
perawatan setiap tahunnya. Karena debu yang terdapat pada solar cell
mempengaruhi keluaran solar cell.

95
DAFTAR PUSTAKA

[1] Djatmiko, Istanto. 2010. Bahan Ajar Elektronika Daya. Yogyakarta :


Universitas Negeri Yogyakarta
[2] Rashid, Muhammad. 2001. Power Electronics Handbook. Florida : Academic
Press
[3] Ramadhani, Bagus. 2018. Instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya Dos &
Don’t. Jakarta : GIZ
[4] R. Wengenmary, T.Buhrke. 2008. Renewable Energy-Sustainable Energy
Concepts of the Future. Wiley-vch verlag: Weinhem
[5] Dewandha Vicky Mochammad. 2011. Makalah Sistem Perancanagan
Elektronika Inverter. Depok : Politeknik Negeri Jakarta
[6] CLEAN. 2016. Installation, Operation & Maintanance of Solar PV Microgrid
Systems. India : GSES
[7] Yusuf, Fadli. 2014. Makalah PLTS Tersedia pada
https://elektro2013.blogspot.com/2014/12/makalah-pembangkit-listrik-tenaga-
surya.html
[8] Teknik Elektronika. 2019. Pengertian Invereter & Prinsip Kerjanya. Tersedia
pada https: // teknikelektronika.com/ pengertian –inverter –prinsip –kerja –
power -inverter/

96

Anda mungkin juga menyukai