Anda di halaman 1dari 32

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Pengertian Panel

3.1.1. Panel Secara Umum


Panel listrik adalah suatu susunan peralatan listrik / komponen
listrik yang dirangkai atau disusun sedemikian rupa didalam suatu papan
control sehingga saling berkaitan dan membentuk funsi sesuai dengan
kebutuhan yang diinginkan.
Panel listrik sering disebut dengan Panel Hubung Bagi dan
Kendali (PHB). PHB merupakan perlengkapan listrik yang digunakan
untuk mengendalikan dan membagi arus listrik yang juga merupakan
bagian dari sistem suplai tenaga listrik. PHB biasa dipasang sebelum
sampai ke peralatan konsumen.

3.1.2. Ketentuan Umum Panel Hubung Bagi dan Kendali (PHB)


Adapun beberapa ketentuan umum dalam pemasangan Panel
Hubung Bagi dan Kendali (PHB) menurut PUIL 2000, antara lain :
1. Penataan PHB
a. PHB harus ditata dan dipasang sedemikian rupa sehingga terlihat
rapi dan teratur, dan harus ditempatkan dalam ruang yang cukup
leluasa.
b. PHB harus ditata dan dipasang sedemikian rupa sehingga
pemeliharaan dan pelayanan mudah dan aman, dan bagian yang
penting mudah dicapai.
c. Semua komponen yang pada waktu kerja memerlukan pelayanan,
seperti instrumen ukur, tombol dan sakelar, harus dapat dilayani
dengan mudah dan aman dari depan tanpa bantuan tangga, meja
atau perkakas yang tidak lazim lainnya.
d. Penyambungan saluran masuk dan saluran keluar pada PHB harus
menggunakan terminal sehingga penyambungannya dengan
komponen dapat dilakukan dengan mudah, teratur dan aman.
Ketentuan ini tidak berlaku bila komponen tersebut letaknya dekat
saluran keluar atau saluran masuk.

11
e. Terminal kabel kendali harus ditempatkan terpisah dari terminal
saluran daya.
f. Beberapa PHB yang letaknya berdekatan dan disuplai oleh sumber
yang sama sedapat mungkin ditata dalam satu kelompok.
g. PHB tegangan rendah atau bagiannya, yang masing-masing
disuplai dari sumber yang berlainan harus jelas terpisah dengan
jarak sekurang- kurangnya 5 cm.
2. Ruang Pelayanan dan Ruang Bebas di Sekitar PHB
a. Di sekitar PHB harus terdapat ruang yang cukup luas sehingga
pemeliharaan, pemeriksaan, perbaikan, pelayanan dan lalulintas
dapat dilakukan dengan mudah dan aman.
b. Ruang pelayanan di sisi depan, lorong dan emper lalulintas pada
PHB tegangan rendah, lebarnya harus sekurang-kurangnya 0,75
m, sedangkan tingginya harus sekurang-kurangnya 2 m.
c. Jika di sisi kiri dan kanan ruang bebas yang berupa lorong terdapat
instalasi listrik tanpa dinding pengaman (dinding pemisah), lebar
ruang bebas ini harus sekurangkurangnya 1,5 m.
d. Pintu ruang khusus tempat PHB terpasang harus mempunyai
ukuran tinggi sekurang-kurangnya 2 m dan ukuran lebar sekurang-
kurangnya 0,75 m.
e. Dalam ruang sekitar PHB tidak boleh diletakkan barang yang
mengganggu kebebasan bergerak.
f. PHB harus dipasang di tempat yang jelas terlihat dan mudah
dicapai. Tempat itu harus dilengkapi dengan tanda pengenal
seperlunya dan penerangan yang cukup.
g. Dinding dan langit-langit ruang tempat PHB dipasang harus
terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar.
h. Sebaiknya PHB tidak ditempatkan dekat saluran Gas , Saluran
Uap maupun saluran air.
i. Untuk PHB terbuka tegangan rendah dengan rel telanjang
melintang dalam ruang bebas, tinggi rel tersebut di atas lantai
lorong harus sekurang-kurangnya 2,3 m.

12
Gambar 3. 1 Ruang Pelayanan Tampak Depan

Gambar 3. 2 Ruang pelayanan Tampak Atas

3. Penandaan
a. Di beberapa tempat yang jelas dan mudah terlihat pada sirkit arus
PHB dipasang pengenal yang jelas sehingga memudahkan
pelayanan dan pemeliharaan.
b. Tiap penghantar fase, penghantar netral dan penghantar atau rel
pembumi harus dapat dibedakan secara mudah dengan warna atau
tanda sesuai dengan PUIL 2000 Pasal 7 Ayat 2.
c. Memudahkan pelayanan dan pemeliharaan, harus dipasang bagan
sirkit PHB yang mudah dilihat.
d. Terminal gawai kendali harus diberi tanda atau lambang yang
jelas dan mudah dilihat sehingga memudahkan pemeriksaan.
e. PHB yang ada gawai kendalinya harus dilengkapi dengan gambar
beserta penjelasan secukupnya.
f. Pawai kendali harus ada tanda pengenal dan keterangan yang jelas
dan mudah dilihat sehingga memudahkan pelayanan.
g. PHB harus dipasang tanda-tanda yang jelas dan tidak mudah
terhapus sehingga terlihat pada kelompok mana perlengkapan
disambungkan dan pada terminal mana setiap fase dan netral
dihubungkan.

13
3.1.3. Jenis – jenis Panel Listrik
Jenis – jenis panel listrik dapat dikategorikan menjadi :
1. Berdasarkan sistem pemasangannya :
a. PHB dengan sistem pemasangan tetap (non-withdrawable).
b. PHB dengan sistem pemasangan dapat dipindah-pindah
(removable).
c. PHB dengan sistem Laci (witdrawble).
2. Berdasarkan bentuk kontruksinya, terdiri dari 4 macam yaitu :
a. Kontruksi Terbuka
Kontruksi PHB jenis terbuka merupakan PHB yang terlihat dan
terjangkau dari segala sisinya. Pemasangan hanya diijinkan di
tempat tertutup yang khusus dan hanya boleh dimasuki oleh orang-
orang prosfesional dan ahli dalam bidang kelistrikan.

Gambar 3. 3 Panel Kontruksi Terbuka

b. Kontruksi Semi Tertutup


PHB jenis ini memiliki kontruksi berupa panel yang dilengkapi
pengaman yang mencegah kontaknya antar bagian di dalam PHB.
Bentuk dari PHB jenis ini hanya tertutup di bagian belakang dan
depan saja.

14
Gambar 3. 4 Panel Kontruksi Semi Tertutup

c. Kontruksi Lemari
PHB jenis ini memiliki kontruksi yang tertutup di semua sisinya,
sehingga pemasangannya tidak harus di tempat yang tertutup dan
sering dijumpai di lapangan.
d. Kontruksi Kotak (Box)
PHB jenis ini memiliki bentuk yang hampir sama dengan PHB jenis
lemari , hanya bentuknya yang lebih sederhana dan
ukurannya lebih kecil daripada jenis lemari. Bahan pembuat PHB
jenis ini terbuat dari bahan isolasi, plat logam, baja, dan sebagainya.
PHB ini dilengkap dengan tempat untuk pemasangan rel, sekering
, kontaktor, dan sebagainya.

3.1.4. Fungsi Panel Listrik


Panel listrik atau PHB memiliki fungsi secara umum untuk
mengendalikan dan membagi arus listrik, beberapa fungsi panel listrik
antara lain :
1. PHB untuk sistem control.
2. PHB untuk perbaikan faktor daya.
3. PHB untuk distribusi arus listrik.
4. PHB untuk sub distribusi arus listrik.
5. PHB untuk distribusi dan industri.
6. PHB untuk distribusi motor-motor listrik.
7. PHB untuk distribusi sistem saluran penghantar.

15
8. PHB untuk penerangan dan daya.
9. PHB untuk unit konsumen.

3.2 Sistem Distribusi Panel Daya

3.2.1. Main Distribution Panel (MDP)


Aliran energi listrik dari PLN ke konsumen terlebih dahulu
melewati panel MDP. Panel MDP adalah perangkat yang digunakan untuk
menyalurkan, membagi dan mendistribusikan energi listrik PLN ke panel
SDP (Sub Distribution Panel). Panel MDP sering disebut panel daya.

Gambar 3. 5 Main Distrubution Panel (MDP)

Sedangkan yang dimaksud dengan panel SDP adalah perangkat


yang berfungsi menyalurkan dan menditribusikan energi listrik dari Panel
MDP ke beban listrik baik untuk instalasi tenaga maupun untuk instalasi
penerangan. Panel SDP sering juga disebut panel distribusi.

Keuntungan dari Panel MDP antara lain :


1. Sebagai pembagi energi listrik secara merata dan tepat.
2. Sebagai pengaman instalasi dan pemakaian listrik.
3. Memudahkan dalam pemeriksaan, perbaikan atau pemeliharaan.

3.2.2. Panel COS


PLN sebagai sumber utama tidak selamanya kontinu dalam
penyalurannya sehingga dibutuhkan pengoperasian genset sebagai back-

16
up suplai utama (PLN). Pengoperasian genset mengambil alih suplai
tenaga listrik ke beban ataupun sebaliknya maka diperlukan sistem kontrol
manual tersebut biasanya disebut Change Over switch (COS) sistem
interlok PLN - Genset. COS berfungsi untuk memindahkan sumber energi
listrik satu ke sumber energi listrik lain untuk disuplai ke beban.

Gambar 3. 6 ATS Panel Tampak Dalam

3.3 Pengertian Panel COS


Dengan berkembangnya teknologi dan penggunaan energi listrik, tempat-
tempat tertentu seperti pusat perdagangan, perhotelan, perbankan, rumah sakit,
perkantoran maupun industri, memerlukan energi listrik yang terus menerus atau
kontinu dan handal dalam menjalankan fungsi maupun produksinya. Suplai energi
listrik utama yang berasal dari PLN tidak selamanya kontinu dalam penyalurannya,
sehingga untuk mendapatkan suplai energi listrik, dibutuhkan genset sebagai
cadangan suplai energi listrik utama yang berasal dari PLN.
Guna memudahkan kegiatan yang tidak efisien, dibutuhkan alat yang
berfungsi menghidupkan genset dan juga mensuplai energi listrik cadangan ke
beban ketika terjadi pemadaman listrik dari PLN. Alat yang digunakan yaitu
panel COS.
Change Over switch adalah proses pemindahan sumber energi listrik dari
sumber energi listrik satu ke sumber energi listrik lain.
COS bertugas memindahkan sambungan dari sumber listrik PLN ke
sumber listrik generator sehingga aliran listrik bisa tersambung ke beban.
Apabila sumber listrik PLN kembali normal atau COS juga berfungsi sebagai
memindahkan sumber listrik PLN ke PLN sesuai beban yang diperlukan, COS

17
bertugas untuk mengembalikan jalurnya dengan memindahkan kembali ke sisi
utama.
Pemakaian panel COS ini memiliki beberapa keuntungan antara lain:
1. Ketika sumber energi listrik dari PLN mati, sumber energy listrik berpindah
menuju genset.
2. Proses pemindahan energi listrik dari PLN ke genset membutuhkan waktu
yang cukup singkat.

3. Proses pemindahan energi listrik dari PLN ke PLN untuk menghemat biaya
pemakaian listrik.
4. Mencegah terjadinya kerusakan alat – alat elektronik akibat terjadi drop
tegangan ataupun hilangnya salah satu fasa.
5. Meringankan tugas teknisi listrik.

3.4 Komponen – Komponen Panel ATS


Komponen – komponen di dalam panel ATS dengan sistem Deepsea
memiliki perbedaan mendasar dibandingkan dengan panel ATS pada umumnya,
perbedaan itu terdapat pada sistem kontrol yang tidak dirangkai dalam sistem
melainkan tergabung secara otomatis dengan modul deepsea dengan begitu tidak
diperlukan Timer dan Motorized Module Case Circuit Breaker. Komponen yang
digunakan adalah sebagai berikut :

3.4.1. Kotak Panel


Kotak panel adalah kotak yang terbuat dari plat besi sebagai
tempat komponen – komponen listrik yang disusun dan dirangkai
dalam kotak tersebut. Kotak panel yang digunakan pada
rangakaian COS ini memiliki spesifikasi yang memungkinkan untuk
pemasangan grounding secara internal untuk mengamankan terjadinya
short circuit pada panel dikarenakan penggunaan busbar sebagai
penghantar COS

Gambar 3. 7 Kotak Panel


18
3.4.3. Miniature Circuit Breaker
MCB adalah pengaman rangkaian listrik yang dilengkapi dengan
pengaman suhu yang mengginakan bimetal untuk pengaman beban lebih
dan juga dilengkapi relai elektromagnetik untuk pengaman hubung
singkat. MCB banyak digunakan untuk pengaman sirkuit satu fasa
maupun tiga fasa.
Keuntungan menggunakan MCB antara lain :
1. Dapat memutuskan rangkaian 3 fasa walaupun terjadi hubung
singkat pada salah satu fasanya.
2. Dapat digunakan kembali setelah rangkaian di perbaiki akibat
hubung singkat atau beban lebih
3. Mempunyai tanggapan yang baik apabila terjadi hubung singkat atau
beban lebih.
Pada MCB terdapat 2 jenis pengaman yaitu secara thermis dan
secara electromagnetis, pengaman suhu berfungsi untuk mengamankan
arus beban lebih, sedangkan pengaman elektromagnetis berfungsi
untuk mengamankan dari arus hubung singkat. Pengaman thermis pada
MCB mempunyai prinsip sama dengan thermal over load yaitu
menggunakan dua buah logam yang di hubungkan dengan bimetal.
Pengaman suhu memiliki kelambatan memproteksi, karena
bergantung pada besarnya arus yang harus diamankan. Sedangkan
pengaman elektromagnetik menggunakan sebuah kumparan yang dapat
menarik sebuah anker dari besi lunak. MCB dibuat hanya memiliki satu
kutub untuk pengaman satu fasa, sedangkan untuk pengaman 3 fasa
biasanya memiliki 3 kutub dengan tuas yang disatukan, sehingga apabila
terjadi gangguan pada salah satu kutub maka kutub yang lain juga akan
ikut terputus.

3.4.4. Moulded Case Circuit Breaker


MCCB adalah singkatan dari Moulded Case Circuit Breaker,
sebagai pengaman terjadinya hubung singkat short circuit dan beban lebih
overload agar tidak terjadinya kerusakan pada motor listrik maupun
kebakaran yang disebabkan oleh short circuit yang selalu menimbulkan
bunga api. Adapun Karakter MCCB sebagai berikut:
1. Hanya menggunakan 3 phase.
2. Nilai Ampere lebih dari 100A dan maksimum 1000A
3. 50 / 60 Hz
4. Menggunakan Thermal Magnetic
5. Fixed atau adjudment jadi, setinganya bisa diatur atau tidak jika
memilih fixed
Untuk mccb schneider mempunya 4 jenis tipe trip yaitu,
1. Magnetic trip (MA)
2. Thermal Magnetic Trip (TM)\
3. Micrologic 1.3
4. Micrologic 2.0
5. Micrologic 5/6

21
Dari 4 jenis module tipe trip diatas akan saya ajarkan kepada anda
satu persatu untuk settingnya, bisa anda lihat untuk MA adalah tipe trip
yang murah dan sedehana dan paling tinggi adalah tipe microloc 5 dan 6,
ini harganya juga mahal tetapi fungsinya sangat lengkap.
1. Magnetic Trip (MA)

Gambar 3. 9 Selector Magnetic Trip


Untuk jenis trip MA atau bisa disebut magnetic trip hanya
mendukung settingan short circuit untuk settingan ampere adalah
fixed jadi in-nya fixed tidak bisa diubah, begini anda membeli mccb
yang tipe MA rating amperenya adalah 100A jadi in=100A tidak bisa
dirubah lagi.
Im adalah Magnetic Protection Short Circuit, di gambar atas jenis
mccbnya adalah MA220 yaitu 220A dan dapat di setting Imnya
sampai 3100A dengan rumus :
Im = In x Adjust selector
pada gambar diatas settinganya langsung menunjukan nilai
ampere yang sudah dikalikan In, rangenya 6- 14, jadi In bisa dikalikan
antara 9 - 14 untuk settingan Im, untuk waktunya itu tidak ada jadi
langsung trip .
2. Thermal Magnetic Trip (TM)

Gambar 3. 10 Selector Thermal Magnetic Trip 22


Jenis trip TM ini mendukung untuk mengatur besarnya In / Ir
tidak seperti jenis trip MA yang hanya Short Circuit saja. Pada contoh
diatas mccb yang dipilih adalah TM250D yang berkapasitas 250A, nah
ini bisa disetting Ir-nya mulai dari 175A - 250A terdapat 4 step saja
anda bisa settingnya. untuk Imnya anda bisa membaca penjelasanya
pada bagian Trip jenis MA, disini saya jabarkan apaitu Ir, Ir adalah
Thermal Protection yang berarti setting untuk overload , Ir ini
mempunya range waktu antara 0.7 - 1 detik, ini fixed ya tidak bisa
dirubah mungkin untuk micrologic 2.0 bisa dirubah.
3. Micrologic 1.3

Gambar 3. 11 Selector Micrologic 1.3

Jenis trip ini sama halnya dengan MA hanya mendukung


settingan Im atau short circuit bedanya hanya di range yang panjang
dan terdapat waktu jeda saat short circuit.
Isd adalah Short Current Protection, sama halnya dengan Im
tetapi ini beda istilah saja karena membedakan antara menggunakan
Micrologic 1.3 dan MA. Untuk Micrologic 1.3 ini mempunya waktu
tunda 10 ms atau 0.1 detik.

23
4. Micrologic 2.0

Gambar 3. 12 Selector Micrologic 2.0


Micrologic 2.0 ini lengkap untuk settingnya dan rangenya juga
semakin banyak ada 9 step settingan jadi gini jika mempunya mccb
40A maka rangenya bisa diatur mulai 18A-40A sesuai perkalian Ir.
Io, Setting Awal Ampere diatas menggunakan mccb 250A yang
bisa disetting 9 step 100-250A. Dari 100 - 250A bisa disetting lagi
lebih spesifik dengan mengatur Irnya.
Ir, Long Time Protection ( Overload ) ini yang menambah
rangenya jadi banyak pilihan jadi tidak hanya Io.
5. Micrologic 5 dan 6

Gambar 3. 13 Selector Micrologic 5 dan 6

Micrologic 5 dan 6 ini jujur saya belum pernah setting dan belum
pernah beli juga ini keluaran baru 2017 dari schneider, mungkin istilah
saja yang akan saya jelaskan. Ir, Long Time Protection ( Overload )
Isd, Short Time Protection
Ig, Ground Fault Protection
24
li, Instantaneous Protection

3.4.5. Aksesoris pada Circuit Breaker


1. MN/UVR/UVT = UNDER VOLTAGE RELEASE
Bila UVT diisi tegangan maka coil akan bekerja menarik togle
mekaniknya, sehingga ACB/MCCB bisa bekerja secara Normal Close
(ON)/Open (OFF) tanpa ada hambatan. Bila tegangan dilepas maka
togle mekanik akan kembali normal melepas togle dan
menekan/mengunci sistim mekanik pada ACB sehingga ACB akan
Trip (Bila posisi sebelumnya ON) atau akan mengunci sistim mekanik
ACB/MCCB sehingga tidak bisa dioperasikan ON/OFF baik secara
Auto maupun Manual bila UVT terpasang.

Gambar 3. 14 UVT

2. XF = CLOSING RELEASE
Bila diisi tegangan maka coil akan bekerja menekan/mendorong
togle mekanik ACB sehingga ACB akan Close/ON (pemasangan
pararel dengan tombol mekanik ON), Setelah ACB/MCCB ON/Close
maka Closing Release coil harus dilepas tegangannya agar togle
kembali diposisi semula dan tidak mengunci sistim OFF/Open, ini
biasa dilakukan dengan cara menginterlock salah satu cable control
yang menuju ke coil melalui Auxiliary Contact yang tersedia (NC)
sehingga sewaktu ACB sudah Close/ON, sistim ke Coil terputus dan
XF tidak bekerja lagi.

25
Gambar 3. 15 XF
3. MX = SHUNT TRIP
Sistim kerja persis sama dengan XF, biasanya barangnya juga
sama/satu macam. Hanya sedikit perbedaannya adalah terletak pada
FUNGSI dan LETAK pemasangannya. Fungsi MX adalah untuk
membuka ACB/Open, pada saat diisi tegangan, coil akan mendorong
togle mekanik yang menekan sistim mekanik OFF pada ACB sehingga
ACB/MCCB akan OFF/Open. Pemasangan biasanya pararel dengan
tombol mekanik OFF pada ACB. Karena sistim kerja hanya sesaat
maka wiring cable harus dilewatkan dulu melalui Auxiliary Contact
NO (terbuka/open contact pada saat CB Off/Open. Dan harus Contact
pada saat ACB pada posisi ON/Close.

Gambar 3. 16 MX (Shunt Trip)


4. OF/SD = AUXILIARY CONTACT
Hanya berupa Switch ON/OFF NO (Normally Open/kondisi
normal terbuka/lepas), NC (Normally Close/kondisi normal
26
berhubungan/sambung) dan C (Common/basis yang bisa dihubungkan
dengan NO/NC)

Gambar 3. 17 OF/SD (Auxiliary Contact)

5. SDE = AUXILIARY TRIP


Pada prinsipnya sama dengan OF/SD, hanya saja Auxiliary jenis
ini hanya akan bekerja/posisi switch berubah akibat terjadinya Trip
Overload/OverCurrent/Fault lainnya. Fungsi Auxiliary ini adalah
untuk memberikan proteksi tambahan agar bila terjadi
Fault/semacamnya maka motor ACB/MCCB, MN,MX,XF akan
secara automatis tidak dapat difungsikan kecuali di reset secara
manual atau melalui Remote Reset.

Gambar 3. 18 SDE (Auxiliary Trip)

6. MCH = GEAR MOTOR/MOTOR MECHANISM


Berupa Sistim mekanik dan Motor yang berfungsi untuk
menyiapkan spring mekanik dalam keadaan siap untuk dioperasikan
ON (Close) atau OFF (Open). Biasanya sudah dilengkapi dengan
fasilitas pemutus tegangan bila kondisi motor sudah selesai tugasnya,

27
maka motor tidak akan bekerja lagi. Fasilitas lain yang tersedia adalah
biasanya Motor MCCB/ACB setelah melakukan reset/Energize, maka
motor akan berhenti sendiri, tetapi kadang-kadang dilengkapi dengan
fasilitas tambahan NO, sehingga apabila Motor selesai Energize maka
akan keluar tegangan pula (Aux NO) yang bisa dimanfaatkan lagi untuk
Closing/Open ACB/MCCB melalui XF/MX.

Gambar 3. 19 Gear Motor (MCH)


3.4.6. Phase Failure Relay
Phase failure relay (PFR) adalah alat kontrol yang berfungsi untuk
memonitor kondisi tegangan 3 phase yang mengalir di dalam sistem
kontrol. Adapun fungsi utamanya adalah sebagai kontrol pengaman untuk
mengamankan kontrol dari sebuah situasi / kondisi tegang yang salah,
seperti:
1. Salah satu, dua phasa, atau ke tiga fasenya hilang
2. Urutan fase yang salah
3. Tegangan under voltage
4. Tegangan over voltage
5. frequensi abnormal under / upper
Apabila terjadi situasi yang tidak normal seperti yang disebutkan
diatas, "dalam jangka waktu settingan", maka otomatis contak relay
kontrol PFR akan berubah seperti perubahan pada alat kontrol lain,
maksudnya yang semula NO menjadi NC, begitupun sebaliknya. Jangka
waktu settingan adalah waktu perubahan kontak setelah situasi abnormal
tersebut bisa kita setting. Logikanya apabila settingan toleransi kita
settingan 30 detik, maka apabila situasi abnormal tersebut tetap terjadi
dalam rentang waktu 30 menit, baru kemudian kontak relay berubah.

28
apabila dalam rentang waktu tersebut situasi kembali menjadi normal,
maka kontak relay tidak akan berubah.

3.4.7. Rail Copper


Rail copper merupakan batang tembaga yang bersifat konduktor
dan berfungsi untuk mengalirkan arus listrik pada rangkaian yang
memiliki daya dan arus yang besar. Dalam panel ATS , Rail copper
digunakan untuk terminal fasa R-S-T Netral dan Ground, karena panel ini
berukuran cukup besar maka pemasangan Rail copper
disangga dengan menggunakan rekolit gantung. Rail copper memiliki
ukuran dan kekuatan hantar arus berbeda.

Gambar 3. 20 Rail Cooper / Busbar

3.4.8. Lampu Indikator


Lampu indikator adalah sebuah komponen listrik yang berfungsi
untuk memberikan indikator atau tanda kondisi panel. Lampu indikator
dapat digunakan sebagai indikator tegangan 3 fasa, indikator saat bekerja
baik, maupun rangkaian saat terjadi kerusakan. Dengan melihat lampu
indikator, kondisi panel dapat diketahui.

3.4.9. Selector Switch


Fungsi dari sakelar pemilih auto – manual adalah untuk
memindahkan aliran arus yang digunakan. Apabila sakelar pemilih dalam
posisi manual maka arus listrik akan dipindahkan menuju push button dan
module, sehingga ATS bekerja secara manual. Apabila sakelar pemilih
dalam posisi auto maka arus listrik akan berpindah menuju relai dan
module, ATS bekerja secara otomatis sesuai dengan pengaturan yang telah
dikehendaki.

29
3.4.10. Push Button
Push Button merupakan komponen kontrol yang sangat berguna,
alat ini dapat kita jumpai pada panel listrik atau di luar panel listrik. Fungsi
tombol tekan adalah untuk mengontrol kondisi on atau off rangkaian
listrik, prinsip kerja tombol tekan adalah kerja sesaat maksudnya jika
tombol kita tekan sesaat maka akan kembali pada posisi semula.

Gambar 3. 21 Tombol Tekan / Push button


Berdasarkan fungsinya tombol tekan terbagi atas 3 tipe kontak :
1. Kontak NO (Normally Open = Kondisi terbuka)
Tombol jenis ini biasanya digunakan untuk menghubungkan
arus pada suatu rangkaian Kontrol atau sebagai tombol start. Fungsi
mengalirkan arus pada tombol ini terjadi apabila pada bagian knop nya
ditekan sehingga kontaknya saling terhubung dan aliran listrik akan
terputus apabila knop nya dilepas karena terdapat pegas.
2. Kontak NC (Normally Close = Kondisi Tertutup)
Tombol jenis ini adalah jenis kontak tertutup biasanya di
gunakan untuk memutus arus listrik yaitu dengan cara menekan
knopnya sehingga kontaknya terpisah, jika knop di lepas maka kembali
pada posisi semula. Tombol jenis ini digunakan untuk tombol stop.
3. Kontak NO dan NC
Kontak pada tombol tekan jenis ini merupakan gabungan antara
kontak NO dan kontak NC, mereka bekerja secara bersamaan dalam

30
satu poros. Jika tombol di tekan maka kontak NO yang semula terbuka
(open) dan kontak NC yang terhubung (close) akan berbalik arah yaitu
Kontak NO akan menjadi terhubung (close) dan Kontak NC akan
menjadi terbuka (open). Jika knop pada tombol di lepaskan maka akan
kembali ke posisi semula.

3.4.11. Emergency Stop


Tombol emergency stop merupakan tombol yang berfungsi
sebagai pemutus rangkaian ketika terjadi error pada rangkaian listrik. Cara
kerja alat ini dengan menekan tombol sehingga posisi tombol terkunci.
Untuk mengembalikan ke posisi semula dengan memutar tombol tersebut
kearah kanan.

Gambar 3. 22 Emergency Stop

3.4.12. Kabel
Kabel adalah kawar penghantar listrik berisolasi tunggal. Dapat
juga dua atau lebih kawat berisolasi bersama-sama merupakan kesatuan.
Kabel kawat (penghantar arus listrik) berbungkus karet, plastik yang juga
digunakan sebagai bahan penyekat. Kabel merupakan sebuah alat yang
digunakan untuk mentransmisikan sinyal dari satu tempat ke tempat lain.
Dalam pembuatan panel ATS ini digunakan kabel NYY.

31
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Perencanaan Panel ATS


Didalam proses pembuatan panel ATS harus dilakukan perencanaan
kompenen secara cermat, baik dalam penentuan bahan, perhitungan daya hingga
pembuatan dan finishing panel. Sebelum memulai proses tersebut, hal pertama
yang harus dilakukan adalah mengetahui daya yang akan diaplikasikan dalam
panel. Dan menentukan modul kontroler sebagai sistem pengendali utama panel
ATS-AMF.
4.1.1. Menentukan Besarnya Arus Genset
Menentukan besarnya arus genset sangatlah penting, untuk
menentukan pengaman serta spesifikasi dari bahan lainnya. Berikut
adalah perhitungan besarnya arus nominal pada sistem dengan daya
genset 100 kVA:
Daya : V. In. √3 .
100.000 : 380 . In . 1,73.
100.000 : 657 . In
In : 100.000/657
In : 152,2 A
Dari data diatas didapatkan arus nominal genset 152,2 A
4.1.2. Menentukan Besarnya Pengaman Outgoing
Pemilihan pengaman sanagtlah penting dalam perencanaan
panel. Selain demi keamanan, pemilihan pengaman juga berpengaruh
pada kelayakan pengoperasian panel. Dalam perencanaan panel ATS ini,
pengaman yang digunakan adalah MCCB tanpa Motorized.
Pemilihan besarnya kemampuan arus nominal pada pengaman
ditentukan dengan rumus pendekatan yang besarnya sama dengan 125%
In dari Genset. Dengan catatan Daya kerja PLN 105 KVA dan Genset 100
KVA.
Dari data sebelumnya In genset sebesar 152,2 A
In Pengaman : In . 125%
In Pengaman : 152,2 . 1,25
In Pengaman : 190,25 A
Dari data diatas didapatkan arus nominal pengaman 190,25 A . Pada
saluran outgoing nantinya akan dibagi menjadi 2 kelompok beban
sehingga dalam pemasangan panel ini digunakan MCCB dengan
spesifikasi Schneider 100 A tanpa Motorized yang berjumlah 2 buah
4.1.3. Menentukan Besarnya Switching
Pemilihan switching sangat berpengaruh kepada performa
perpindahan suplay dari PLN ke Genset maupun sebaliknya, dengan
memperhatikan suplay Daya Genset yang mencapai 100 KVA dan

32
suplay Daya PLN 100 KVA diperlukan switching dengan spesifikasi
khusus untuk menahan arus yang besar. Pemilihan besarnya kemampuan
arus nominal pada switching ditentukan dengan rumus pendekatan yang
besarnya sama dengan 125% In Daya Suplai.
1. Switching Incoming PLN
Daya : V. In. √3 .
82.500 : 380 . In . 1,73
82.500 : 657 . In
In : 82.500 /657
In : 125,57 A
In pengaman : 125%. 125,57
In pengaman : 156,96 A
Dari data diatas didapatkan arus pengaman untuk switching Incoming
PLN adalah 156,96 A. Dalam pemasangan panel ini digunakan
MCCB 3 fasa dengan spesifikasi Schneider 160 A dilengkapi Case
Holder.
2. Switching Incoming Genset
Daya : V. In. √3 .
100.000 : 380 . In . 1,73
100.000 : 657 . In
In : 100.000/657
In : 152,2 A
In pengaman : 125%. 152,2
In pengaman : 190,25 A
Dari data diatas didapatkan arus nominal untuk switching Incoming
Genset adalah 190,25 A. Dalam pemasangan panel ini digunakan
MCCB 3 fasa dengan spesifikasi Schneider 200 A dilengkapi Case
Holder

4.1.4. Menentukan KHA Penghantar


Penghantar yang digunakan dalam panel ATS ini adalah jenis
NYY. Dengan besar kemampuan hantar arus ditentukan melalui rumus
125%. In. Berikut adalah penghitungan KHA penghantar :
1. KHA Penghantar NYY Incoming PLN
Daya : V. In. √3 . 125%
82.500 : 380 . In . 1,73 .
82.500 : 657 . In .
In : 82.500/657
In : 125,57 A
KHA : 125%. 125,57
KHA : 156,96 A

33
Dari data diatas didapatkan nilai KHA untuk Incoming PLN adalah
156,96 A dengan kabel NYY dapat menggunakan luas penampang 50
mm2 yang memiliki KHA sebesar 160 A.

2. KHA Penghantar NYY Incoming Genset


Daya : V. In. √3 . 125%
100.000 : 380 . In . 1,73 .
100.000 : 657 . In .
In : 100.000/657
In : 152,2 A`
KHA : 125%. 152,2
KHA : 190,25 A
Dari data diatas didapatkan nilai KHA untuk Incoming Genset adalah
190,25 A dengan kabel NYY dapat menggunakan luas penampang 70
mm2 yang memiliki KHA sebesar 200 A.
3. KHA Busbar
Daya : V. In. √3 . 125%
100.000 : 380 . In . 1,73 .
100.000 : 657 . In .
In : 100.000/657
In : 152,2 A`
KHA : 125%. 152,2
KHA : 190,25 A
Dari data diatas didapatkan nilai KHA untuk Busbar adalah 190,25 A
dapat menggunakan busbar dengan lebar 20 mm dan ketebalan 3 mm.
yang memiliki KHA sebesar 245 A.
4. KHA Outgoing
Daya : V. In. √3 . 125%
50.000 : 380 . In . 1,73 .
50.000 : 657 . In .
In : 50.000/657
In : 76,1 A`
KHA : 125%. 76,1
KHA : 95,125 A
Dari data diatas didapatkan nilai KHA untuk Outgoing adalah 95,125
A dengan kabel NYY dengan luas penampang 25 mm2. yang memiliki
KHA sebesar 105 A.

34
4.2 Cara Kerja ATS
Dalam panel ATS pada PT. Laju Sinergi Metalindo digunakan sistem
kontrol menggunakan Motor Rest dan Timer. Dari sistem tersebut dapat
dilakukan dua buah kontrol yaitu kontrol manual dan otomatis dimana
memungkinkan operator mengoperasikan sistem sesuai kebutuhan. Berikut
merupakan cara kerja ATS.
4.2.1. Cara Kerja Manual
Berikut prosedur pengujian sistem secara manual:

MULAI

TIDAK
SWITCH
MANUAL AUTO
?

YA

YA
PB ON PLN
SWITCH PLN
DITEKAN
? ON

TIDAK TIDAK
PB OFF PLN
DITEKAN
?

YA

YA
PB ON
GENSET SWITCH GENSET
DITEKAN ON
?

TIDAK

TIDAK PB OFF GENSET


DITEKAN
SELESAI
?

YA

35
1. Sistem bekerja secara manual ketika selector switch diposisikan pada
posisi manual.
2. Diasumsikan terdapat sumber PLN dan terdeteksi oleh Phase Failure
Relay.
3. Operator menekan Pushbutton Start PLN untuk melakukan Switch
Main Contactor incoming PLN sehingga Daya mengalir dari PLN
menuju Busbar dan menuju Outgoing yang disalurkan ke beban
4. Ketika Terdeteksi sumber PLN Terputus dan Tegangan dari genset
sudah terdeteksi oleh Phase Failure Relay maka operator dapat
melakukan Switch Main Contactor incoming Genset dengan cara
menekan Push Button Start sehingga arus mengalir dari PLN menuju
Busbar dan menuju Outgoing yang disalurkan ke beban
5. Ketika sumber PLN teraliri arus kembali dan Phase Failure Relay
sudah mendeteksi maka Switch PLN tidak langsung menyuplai beban,
operator harus memutus switching Incoming Genset terlebih dahulu.
6. Setelah operator menekan tombol Stop pada Incoming Genset, maka
Incoming PLN dapat menuju beban dengan menekan push button Start
PLN.
Jadi untuk memindah sumber satu ke lainnya diharuskan memutuskan
salah satu sumber terlebih dahulu sebelum menyambungkan sumber lainnya, hal
ini berfungsi agar sumber PLN tidak tersambung dengan Genset.
4.2.2. Cara Kerja Otomatis
Berikut cara kerja sistem secara Otomatis
MULAI

TIDAK
SWITCH
AUTO MANUAL
?

YA

SUMBER
SWITCH PLN
PLN MATI
? ON

YA

A B

36
A B

YA
GENERATOR
READY
SWITCH GENSET
? ON

TIDAK

SELESAI

1. Sistem bekerja secara otomatis ketika selector switch diposisikan


pada posisi otomatis
2. Kita simulasikan sistem telah mendeteksi suplay PLN akfif
3. Sistem akan langsung membuat timer 1 bekerja dan selama waktu
tertentu makaakan memindah kontak timer pertama.
4. Kontak yimer pertama akan membuat Motor Rest pada Incoming PLN
bekerja sehingga MCCB 3 fasa bekerja dan menyalurkan arus listrik
menuju busbar dan menuju switch pada outgoing.
5. Saat suplai PLN mati dan generator sudah ready kontak OF PLN akan
kembali tersambung sehingga arus dapat tesambung pada timer yang
telah diatur dengan waktu tertentu, setelah waktu tersebut terpenuhi
maka Switch untuk Incoming Genset akan bekerja menyuplai daya
menuju beban.
6. Setelah suplai PLN kembali aktif, maka timer kedua akan bekerja,
setelah waktu yang sudah ditentukan maka relay akan memutus suplai
tegangan pada timer ketiga sehingga Switch pada Incoming Genset
akan terputus dan OF Genset kembali tersambung.
7. Kemudian timer pertama akan kembali bekerja, setelah waktu pada
timer terpenuhi maka Motor Rest pada Switch untuk Incoming PLN
akan bekerja sekaligus MCCB 3 fasa untuk Incoming PLN akan
menyuplai daya menuju beban

4.3 Keuntungan Pemakaian ATS


Pemakaian panel ATS memudahkan sebuah instansi untuk melakukan
backup daya sebagai suplay darurat secara cepat dan tanggap kepada sistem
ketika terjadi gangguan di jaringan suplai PLN. Aktifitas tetap dapat berjalan
normal dengan menggunakan suplay cadangan berupa genset. Hal ini tentu
menguntungkan bagi instansi maupun industri yang memerlukan suplay
kontinyu untuk menunjang proses produksi. Selain itu berikut adalah
keuntungan pemakaian ATS secara rinci :

37
4.3.1. Melancarkan aktifitas produksi
Dengan menggunakan panel ATS sistem suplay daya yang
terhubung ke jaringan produksi dapat disuplay secara kontinyu dengan
backup daya cadangan ketika terjadi gangguan pada suplay PLN. Dengan
melakukan sistem secara otomatis maka switching daya secara otomatis
dengan waktu yang singkat dalam hitungan detik setelah PLN padam yang
dapat mencegah terjadinya kehilangan waktu produksi.

4.3.2. Memudahkan Pengoperasian Bakcup Daya


Dengan menggunakan panel ATS akan membantu mempermudah
melakukan starting genset dan switching secara otomatis yang
memungkinkan teknisi dapat melakukan pengontrolan melalui ruang
panel sehingga dapat memangkas waktu kerja yang tidak efisien menjadi
lebih efisien dan terkontrol.

4.3.3. Mengamankan Komponen Elektronik


Peralatan dan sistem produksi saat ini banyak yang menggunakan
komponen elektronik baik untuk sensor, kontrol maupun komponen
elektronik seperti komputer, AC, dan lain sebagainya. Kestabilan suplay
daya akan memproteksi komponen elektronik dari mal fungsi yang
mungkin terjadi, maupun terjadinya lost pada salah satu fasa yang tidak
terdeteksi oleh sistem dapat membuat turunnya tegangan suplay yang
menyebabkan fogging pada komponen elektronik. Untuk itu dengan panel
ATS dapat terkontrol adanya hilang fasa maupun terputusnya suplai daya
PLN dan secara otomatis melakukan backup daya dengan menghidupkan
genset dan switching beban ke genset.

38
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan :
1. Pemakaian ATS memudahkan dan melancarkan kontrol suplai listrik ke
beban dari suplai listrik utama ke suplai listrik cadangan (genset),
menggantikan peran manusia sebagai operator dalam mengatur suplai listrik
dari penyuplai listrik utama ke penyuplai listrik cadangan/
2. Penggunaan panel ATSdapat mempersingkat waktu dalam pengoperasian
genset, dimana pengoperasian genset tidak perlu peran operator dan bekerja
secara otomatis ketika suplai listrik utama padam.
3. Untuk pengoperasian panel ATS dan genset perlu adanya data ataupun arsip
mengenai instruksi kerja, cara pengoperasian maupun gambar-gambar
rangkaian untuk mempermudah teknisi melakukan perawatan dan perbaikan.

5.2 Saran
Dalam kesempatan ini, setelah penulis mencermati setiap pokok bahasan dalam
laporan ini, penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Perawatan secara teratur wajib dilaksanakan untuk memastikan sistem
bekerja secara normal
2. Sistem tetap perlu dilakukan pengecekan manual walaupun terdapat
indikator pada panel sebagai data pembanding yang dapat mencegah
terjadinya mal fungsi sistem
3. Hal-hal mendasar seperti Kondisi Accu, Oli Genset wajib dilakukan
penggantian secara berkala untuk memastikan sistem bekerja optimal

39
DAFTAR PUSTAKA

[1] Author. 2000. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000).
Jakarta : BSN

[2] Sumardjati, Prih. 2008. Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik Jilid 1


Untuk SMK. Jakarta : Dirjen Dikti Depdiknas

[3] Suryawan, Maman.2012. Makalah Perakitan dan Pengujian Panel ATS –


AMF. Undip Semarang : Semarang
[4] http://tithagalz.wordpress.com/2011/03/27/pengertian- pengumpulan-
data/
[5] http://widisudharta.weebly.com/metode-penelitian-skripsi.html
[6] http://meirsyahnp.blogspot.com/2011/11/teknik-teknik- pengumpulan-
data.html
[7] http://sentradayaabadi01.blogspot.com/p/amf-ats.html
[8] http://www.deepseaplc.com/products/dse-genset/auto-mains- utility-
failure/dse4420/
[9] http://www.mediaproyek.com/2013/10/perbedaan-mcb-dan- mccb.html
[10] http://www.google.co.id
[11] http://www.wikipedia.com
[12] http://www.scribd.com

40
LAMPIRAN

List Alat dan Bahan

No Nama Barang Merk Sat Vol


1 Box Panel H120 x W100 x D30 DT 1 unit
2 MCCB 3P 100 A 25kA CVS100B Schneider 2 pcs
3 System ATS DT 1 lot
4 Phase Failure Relay Chint 2 pcs
5 Amperemeter + CT 200/5A CIC 3 pcs
6 Voltmeter + Selektor CIC 1 pcs
7 HZ meter CIC 1 pcs
8 Pilot Lamp + Fuse 3P Fortindo 5 pcs
9 MCB 1Ph 6 A 4,5kA Schneider 9 pcs
10 Batt Charger 12 V 5 A Schneider 1 pcs
11 MCCB 4P 160A NSX160F, c/w : Schneider 1 set
- Gear Motor (MCH)
- Under Voltage Release (MN)
- MX Delay
- Aux. Contact
12 MCCB 4P 200A NSX250F, c/w : Schneider 1set
- Gear Motor (MCH)
- Under Voltage Release (MN)
- MX Delay
- Aux. Contact
13 Push Lamp Fortindo 4 Pcs
14 Emergency Reset Fortindo 1 pcs
15 Busbar DT 1 Pcs
16 Material Bantu DT 1 Lot
17 Wiring DT 1 lot
18 Isolator 8 pcs

41
Gambar Genset

Gambar Panel

Anda mungkin juga menyukai