LANDASAN TEORI
11
e. Terminal kabel kendali harus ditempatkan terpisah dari terminal
saluran daya.
f. Beberapa PHB yang letaknya berdekatan dan disuplai oleh sumber
yang sama sedapat mungkin ditata dalam satu kelompok.
g. PHB tegangan rendah atau bagiannya, yang masing-masing
disuplai dari sumber yang berlainan harus jelas terpisah dengan
jarak sekurang- kurangnya 5 cm.
2. Ruang Pelayanan dan Ruang Bebas di Sekitar PHB
a. Di sekitar PHB harus terdapat ruang yang cukup luas sehingga
pemeliharaan, pemeriksaan, perbaikan, pelayanan dan lalulintas
dapat dilakukan dengan mudah dan aman.
b. Ruang pelayanan di sisi depan, lorong dan emper lalulintas pada
PHB tegangan rendah, lebarnya harus sekurang-kurangnya 0,75
m, sedangkan tingginya harus sekurang-kurangnya 2 m.
c. Jika di sisi kiri dan kanan ruang bebas yang berupa lorong terdapat
instalasi listrik tanpa dinding pengaman (dinding pemisah), lebar
ruang bebas ini harus sekurangkurangnya 1,5 m.
d. Pintu ruang khusus tempat PHB terpasang harus mempunyai
ukuran tinggi sekurang-kurangnya 2 m dan ukuran lebar sekurang-
kurangnya 0,75 m.
e. Dalam ruang sekitar PHB tidak boleh diletakkan barang yang
mengganggu kebebasan bergerak.
f. PHB harus dipasang di tempat yang jelas terlihat dan mudah
dicapai. Tempat itu harus dilengkapi dengan tanda pengenal
seperlunya dan penerangan yang cukup.
g. Dinding dan langit-langit ruang tempat PHB dipasang harus
terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar.
h. Sebaiknya PHB tidak ditempatkan dekat saluran Gas , Saluran
Uap maupun saluran air.
i. Untuk PHB terbuka tegangan rendah dengan rel telanjang
melintang dalam ruang bebas, tinggi rel tersebut di atas lantai
lorong harus sekurang-kurangnya 2,3 m.
12
Gambar 3. 1 Ruang Pelayanan Tampak Depan
3. Penandaan
a. Di beberapa tempat yang jelas dan mudah terlihat pada sirkit arus
PHB dipasang pengenal yang jelas sehingga memudahkan
pelayanan dan pemeliharaan.
b. Tiap penghantar fase, penghantar netral dan penghantar atau rel
pembumi harus dapat dibedakan secara mudah dengan warna atau
tanda sesuai dengan PUIL 2000 Pasal 7 Ayat 2.
c. Memudahkan pelayanan dan pemeliharaan, harus dipasang bagan
sirkit PHB yang mudah dilihat.
d. Terminal gawai kendali harus diberi tanda atau lambang yang
jelas dan mudah dilihat sehingga memudahkan pemeriksaan.
e. PHB yang ada gawai kendalinya harus dilengkapi dengan gambar
beserta penjelasan secukupnya.
f. Pawai kendali harus ada tanda pengenal dan keterangan yang jelas
dan mudah dilihat sehingga memudahkan pelayanan.
g. PHB harus dipasang tanda-tanda yang jelas dan tidak mudah
terhapus sehingga terlihat pada kelompok mana perlengkapan
disambungkan dan pada terminal mana setiap fase dan netral
dihubungkan.
13
3.1.3. Jenis – jenis Panel Listrik
Jenis – jenis panel listrik dapat dikategorikan menjadi :
1. Berdasarkan sistem pemasangannya :
a. PHB dengan sistem pemasangan tetap (non-withdrawable).
b. PHB dengan sistem pemasangan dapat dipindah-pindah
(removable).
c. PHB dengan sistem Laci (witdrawble).
2. Berdasarkan bentuk kontruksinya, terdiri dari 4 macam yaitu :
a. Kontruksi Terbuka
Kontruksi PHB jenis terbuka merupakan PHB yang terlihat dan
terjangkau dari segala sisinya. Pemasangan hanya diijinkan di
tempat tertutup yang khusus dan hanya boleh dimasuki oleh orang-
orang prosfesional dan ahli dalam bidang kelistrikan.
14
Gambar 3. 4 Panel Kontruksi Semi Tertutup
c. Kontruksi Lemari
PHB jenis ini memiliki kontruksi yang tertutup di semua sisinya,
sehingga pemasangannya tidak harus di tempat yang tertutup dan
sering dijumpai di lapangan.
d. Kontruksi Kotak (Box)
PHB jenis ini memiliki bentuk yang hampir sama dengan PHB jenis
lemari , hanya bentuknya yang lebih sederhana dan
ukurannya lebih kecil daripada jenis lemari. Bahan pembuat PHB
jenis ini terbuat dari bahan isolasi, plat logam, baja, dan sebagainya.
PHB ini dilengkap dengan tempat untuk pemasangan rel, sekering
, kontaktor, dan sebagainya.
15
8. PHB untuk penerangan dan daya.
9. PHB untuk unit konsumen.
16
up suplai utama (PLN). Pengoperasian genset mengambil alih suplai
tenaga listrik ke beban ataupun sebaliknya maka diperlukan sistem kontrol
manual tersebut biasanya disebut Change Over switch (COS) sistem
interlok PLN - Genset. COS berfungsi untuk memindahkan sumber energi
listrik satu ke sumber energi listrik lain untuk disuplai ke beban.
17
bertugas untuk mengembalikan jalurnya dengan memindahkan kembali ke sisi
utama.
Pemakaian panel COS ini memiliki beberapa keuntungan antara lain:
1. Ketika sumber energi listrik dari PLN mati, sumber energy listrik berpindah
menuju genset.
2. Proses pemindahan energi listrik dari PLN ke genset membutuhkan waktu
yang cukup singkat.
3. Proses pemindahan energi listrik dari PLN ke PLN untuk menghemat biaya
pemakaian listrik.
4. Mencegah terjadinya kerusakan alat – alat elektronik akibat terjadi drop
tegangan ataupun hilangnya salah satu fasa.
5. Meringankan tugas teknisi listrik.
21
Dari 4 jenis module tipe trip diatas akan saya ajarkan kepada anda
satu persatu untuk settingnya, bisa anda lihat untuk MA adalah tipe trip
yang murah dan sedehana dan paling tinggi adalah tipe microloc 5 dan 6,
ini harganya juga mahal tetapi fungsinya sangat lengkap.
1. Magnetic Trip (MA)
23
4. Micrologic 2.0
Micrologic 5 dan 6 ini jujur saya belum pernah setting dan belum
pernah beli juga ini keluaran baru 2017 dari schneider, mungkin istilah
saja yang akan saya jelaskan. Ir, Long Time Protection ( Overload )
Isd, Short Time Protection
Ig, Ground Fault Protection
24
li, Instantaneous Protection
Gambar 3. 14 UVT
2. XF = CLOSING RELEASE
Bila diisi tegangan maka coil akan bekerja menekan/mendorong
togle mekanik ACB sehingga ACB akan Close/ON (pemasangan
pararel dengan tombol mekanik ON), Setelah ACB/MCCB ON/Close
maka Closing Release coil harus dilepas tegangannya agar togle
kembali diposisi semula dan tidak mengunci sistim OFF/Open, ini
biasa dilakukan dengan cara menginterlock salah satu cable control
yang menuju ke coil melalui Auxiliary Contact yang tersedia (NC)
sehingga sewaktu ACB sudah Close/ON, sistim ke Coil terputus dan
XF tidak bekerja lagi.
25
Gambar 3. 15 XF
3. MX = SHUNT TRIP
Sistim kerja persis sama dengan XF, biasanya barangnya juga
sama/satu macam. Hanya sedikit perbedaannya adalah terletak pada
FUNGSI dan LETAK pemasangannya. Fungsi MX adalah untuk
membuka ACB/Open, pada saat diisi tegangan, coil akan mendorong
togle mekanik yang menekan sistim mekanik OFF pada ACB sehingga
ACB/MCCB akan OFF/Open. Pemasangan biasanya pararel dengan
tombol mekanik OFF pada ACB. Karena sistim kerja hanya sesaat
maka wiring cable harus dilewatkan dulu melalui Auxiliary Contact
NO (terbuka/open contact pada saat CB Off/Open. Dan harus Contact
pada saat ACB pada posisi ON/Close.
27
maka motor tidak akan bekerja lagi. Fasilitas lain yang tersedia adalah
biasanya Motor MCCB/ACB setelah melakukan reset/Energize, maka
motor akan berhenti sendiri, tetapi kadang-kadang dilengkapi dengan
fasilitas tambahan NO, sehingga apabila Motor selesai Energize maka
akan keluar tegangan pula (Aux NO) yang bisa dimanfaatkan lagi untuk
Closing/Open ACB/MCCB melalui XF/MX.
28
apabila dalam rentang waktu tersebut situasi kembali menjadi normal,
maka kontak relay tidak akan berubah.
29
3.4.10. Push Button
Push Button merupakan komponen kontrol yang sangat berguna,
alat ini dapat kita jumpai pada panel listrik atau di luar panel listrik. Fungsi
tombol tekan adalah untuk mengontrol kondisi on atau off rangkaian
listrik, prinsip kerja tombol tekan adalah kerja sesaat maksudnya jika
tombol kita tekan sesaat maka akan kembali pada posisi semula.
30
satu poros. Jika tombol di tekan maka kontak NO yang semula terbuka
(open) dan kontak NC yang terhubung (close) akan berbalik arah yaitu
Kontak NO akan menjadi terhubung (close) dan Kontak NC akan
menjadi terbuka (open). Jika knop pada tombol di lepaskan maka akan
kembali ke posisi semula.
3.4.12. Kabel
Kabel adalah kawar penghantar listrik berisolasi tunggal. Dapat
juga dua atau lebih kawat berisolasi bersama-sama merupakan kesatuan.
Kabel kawat (penghantar arus listrik) berbungkus karet, plastik yang juga
digunakan sebagai bahan penyekat. Kabel merupakan sebuah alat yang
digunakan untuk mentransmisikan sinyal dari satu tempat ke tempat lain.
Dalam pembuatan panel ATS ini digunakan kabel NYY.
31
BAB IV
PEMBAHASAN
32
suplay Daya PLN 100 KVA diperlukan switching dengan spesifikasi
khusus untuk menahan arus yang besar. Pemilihan besarnya kemampuan
arus nominal pada switching ditentukan dengan rumus pendekatan yang
besarnya sama dengan 125% In Daya Suplai.
1. Switching Incoming PLN
Daya : V. In. √3 .
82.500 : 380 . In . 1,73
82.500 : 657 . In
In : 82.500 /657
In : 125,57 A
In pengaman : 125%. 125,57
In pengaman : 156,96 A
Dari data diatas didapatkan arus pengaman untuk switching Incoming
PLN adalah 156,96 A. Dalam pemasangan panel ini digunakan
MCCB 3 fasa dengan spesifikasi Schneider 160 A dilengkapi Case
Holder.
2. Switching Incoming Genset
Daya : V. In. √3 .
100.000 : 380 . In . 1,73
100.000 : 657 . In
In : 100.000/657
In : 152,2 A
In pengaman : 125%. 152,2
In pengaman : 190,25 A
Dari data diatas didapatkan arus nominal untuk switching Incoming
Genset adalah 190,25 A. Dalam pemasangan panel ini digunakan
MCCB 3 fasa dengan spesifikasi Schneider 200 A dilengkapi Case
Holder
33
Dari data diatas didapatkan nilai KHA untuk Incoming PLN adalah
156,96 A dengan kabel NYY dapat menggunakan luas penampang 50
mm2 yang memiliki KHA sebesar 160 A.
34
4.2 Cara Kerja ATS
Dalam panel ATS pada PT. Laju Sinergi Metalindo digunakan sistem
kontrol menggunakan Motor Rest dan Timer. Dari sistem tersebut dapat
dilakukan dua buah kontrol yaitu kontrol manual dan otomatis dimana
memungkinkan operator mengoperasikan sistem sesuai kebutuhan. Berikut
merupakan cara kerja ATS.
4.2.1. Cara Kerja Manual
Berikut prosedur pengujian sistem secara manual:
MULAI
TIDAK
SWITCH
MANUAL AUTO
?
YA
YA
PB ON PLN
SWITCH PLN
DITEKAN
? ON
TIDAK TIDAK
PB OFF PLN
DITEKAN
?
YA
YA
PB ON
GENSET SWITCH GENSET
DITEKAN ON
?
TIDAK
YA
35
1. Sistem bekerja secara manual ketika selector switch diposisikan pada
posisi manual.
2. Diasumsikan terdapat sumber PLN dan terdeteksi oleh Phase Failure
Relay.
3. Operator menekan Pushbutton Start PLN untuk melakukan Switch
Main Contactor incoming PLN sehingga Daya mengalir dari PLN
menuju Busbar dan menuju Outgoing yang disalurkan ke beban
4. Ketika Terdeteksi sumber PLN Terputus dan Tegangan dari genset
sudah terdeteksi oleh Phase Failure Relay maka operator dapat
melakukan Switch Main Contactor incoming Genset dengan cara
menekan Push Button Start sehingga arus mengalir dari PLN menuju
Busbar dan menuju Outgoing yang disalurkan ke beban
5. Ketika sumber PLN teraliri arus kembali dan Phase Failure Relay
sudah mendeteksi maka Switch PLN tidak langsung menyuplai beban,
operator harus memutus switching Incoming Genset terlebih dahulu.
6. Setelah operator menekan tombol Stop pada Incoming Genset, maka
Incoming PLN dapat menuju beban dengan menekan push button Start
PLN.
Jadi untuk memindah sumber satu ke lainnya diharuskan memutuskan
salah satu sumber terlebih dahulu sebelum menyambungkan sumber lainnya, hal
ini berfungsi agar sumber PLN tidak tersambung dengan Genset.
4.2.2. Cara Kerja Otomatis
Berikut cara kerja sistem secara Otomatis
MULAI
TIDAK
SWITCH
AUTO MANUAL
?
YA
SUMBER
SWITCH PLN
PLN MATI
? ON
YA
A B
36
A B
YA
GENERATOR
READY
SWITCH GENSET
? ON
TIDAK
SELESAI
37
4.3.1. Melancarkan aktifitas produksi
Dengan menggunakan panel ATS sistem suplay daya yang
terhubung ke jaringan produksi dapat disuplay secara kontinyu dengan
backup daya cadangan ketika terjadi gangguan pada suplay PLN. Dengan
melakukan sistem secara otomatis maka switching daya secara otomatis
dengan waktu yang singkat dalam hitungan detik setelah PLN padam yang
dapat mencegah terjadinya kehilangan waktu produksi.
38
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan :
1. Pemakaian ATS memudahkan dan melancarkan kontrol suplai listrik ke
beban dari suplai listrik utama ke suplai listrik cadangan (genset),
menggantikan peran manusia sebagai operator dalam mengatur suplai listrik
dari penyuplai listrik utama ke penyuplai listrik cadangan/
2. Penggunaan panel ATSdapat mempersingkat waktu dalam pengoperasian
genset, dimana pengoperasian genset tidak perlu peran operator dan bekerja
secara otomatis ketika suplai listrik utama padam.
3. Untuk pengoperasian panel ATS dan genset perlu adanya data ataupun arsip
mengenai instruksi kerja, cara pengoperasian maupun gambar-gambar
rangkaian untuk mempermudah teknisi melakukan perawatan dan perbaikan.
5.2 Saran
Dalam kesempatan ini, setelah penulis mencermati setiap pokok bahasan dalam
laporan ini, penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Perawatan secara teratur wajib dilaksanakan untuk memastikan sistem
bekerja secara normal
2. Sistem tetap perlu dilakukan pengecekan manual walaupun terdapat
indikator pada panel sebagai data pembanding yang dapat mencegah
terjadinya mal fungsi sistem
3. Hal-hal mendasar seperti Kondisi Accu, Oli Genset wajib dilakukan
penggantian secara berkala untuk memastikan sistem bekerja optimal
39
DAFTAR PUSTAKA
[1] Author. 2000. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000).
Jakarta : BSN
40
LAMPIRAN
41
Gambar Genset
Gambar Panel