Oleh:
Drs. Ruslan, M.Pd.
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
Oleh:
Drs. Ruslan, M.Pd.
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2016
i
HALAMAN PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR
Ruslan
iii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ………………………………………………….. i
HALAMAN PENGESAHAN ………….……………………………. ii
KATA PENGANTAR ………………………………………………. iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………….... iv
iv
c. Parameter-parameter SCR ................................. 63
2. GTO (Gate Turn-Off thyristor) ………………….. 72
a. Kelebihan GTO .................................................. 72
b. Karakteristik Pensakelaran GTO ....................... 73
c. Rugi-rugi dan Pendinginan GTO ....................... 75
d. Lembar data GTO .............................................. 76
3. TRIAC (Trioda Alternating Current) …………….. 80
a. Struktur dan Simbol TRIAC .............................. 80
b. Karakteristik TRIAC ......................................... 81
Evaluasi …………………………………………………… 86
v
I. Tujuan Umum Perkuliahan …………………………… 135
II. Tujuan Khusus Perkuliahan ………………………….. 135
A. Konsep Dasar Penyearah Terkendali ………………… 135
B. Penyearah Terkendali Setengah Gelombang Satu Fase 136
C. Penyearah Terkendali Gelombang Penuh Satu Fase …. 156
1. Konverter Satu Fase Semi Terkendali ..................... 156
2. Konverter Satu Fase Terkendali Penuh ................... 163
D. Penyearah Terkendali Setengah Gelombang Tiga Fase 172
E. Penyearah Terkendali Gelombang Penuh Tiga Fase … 176
1. Konverter Tiga Fase Semi Terkendali ..................... 177
2. Konverter Tiga Fase Terkendali Penuh ................... 183
F. Konverter Ganda Tiga Fase …………………………. 188
G. Perbaikan Faktor Daya ……………………………….. 190
1. Pengendalian Sudut Pemadaman ............................ 190
2. Pengendalian Sudut Penyalaan secara Simetris ...... 193
3. Pengendalian dengan Memodulasi Lebar Pulsa ...... 196
4. Pengendalian dengan Memodulasi Lebar Pulsa 199
Sinusoidal ................................................................
Evaluasi ……………………………………………………. 201
vi
I. Tujuan Umum Perkuliahan …………………………… 235
II. Tujuan Khusus Perkuliahan …………………………... 235
A. Pendahuluan ………………………………………….. 235
B. Prinsip Kerja Menurunkan Tegangan secara Bertahap 237
1. Menurunkan Tegangan Secara Bertahap dengan 237
Beban R ...................................................................
2. Menurunkan Tegangan Secara Bertahap dengan 240
Beban RL .................................................................
C. Prinsip Kerja Menaikkan Tegangan Secara Bertahap … 244
D. Parameter Chopper …………………………………… 247
E. Tipe Chopper …………………………………………. 247
1. Chopper tipe A ........................................................ 248
2. Chopper tipe B ........................................................ 248
3. Chopper tipe C ........................................................ 249
4. Chopper tipe D ........................................................ 251
5. Chopper tipe E ........................................................ 251
F. Regulator Model Pensakelaran …………………......... 252
1. Regulator Buck ……………………………………. 253
2. Regulator Boost …………………………………… 257
3. Regulator Buck-Boost …………………………….. 260
4. Regulator Cuk ……………………………………... 264
G. Keterbatasan Pengonversi Satu Tingkat …………….. 269
H. Rangkaian Chopper Mengunakan Thyristor …………. 269
1. Chopper yang Dikomutasi Impuls …………………. 270
2. Pengaruh Sumber dan Induktansi Beban ………….. 276
3. Chopper Tiga Thyristor yang Dikomutasi Impuls … 277
4. Chopper Pulsa Resonansi …………………………. 279
I. Mendesain Rangkaian Chopper ……………………… 284
J. Kemagnetan ………………………………………….. 295
K. Simpulan ……………………………………………… 295
Evaluasi ……………………………………………………. 296
vii
Elektronika Daya
Bab
PERKEMBANGAN
DAN RUANG LINGKUP ELEKTRONIKA DAYA 1
I. TUJUAN UMUM PERKULIAHAN
Setelah membaca bab ini, mahasiswa diharapkan memahami perkembangan
konsep pengetahuan elektronika daya dan ruang lingkup pemanfaatan pengetahuan
Elektronika Daya.
discipline that involves the study, analysis, and design of circuits that
convert electrical energy from one form to another”.
Kontrol
Gambar 1.2. Blok Diagram Ruang Lingkup Elektronika Daya dengan Inti Peman-
faatannya sebagai Konverter Statis Antara Sumber dan Beban,
(Diadaptasi dari Fewson, 1998: 1).
Penyearah (Rectifier)
DC; V1 AC; V1; f1
V1 > V2 V1 V2; f1 = f2
Down-Chopper AC Voltage Controller
V1 < V2 V1 = V2; f1 f2
Up-Chopper Cyclo Converter
Memperhatikan bagan konversi energi listrik pada Gambar 1.3, dan dengan
adanya komponen semikonduktor daya, dapat dilakukan pengonversian energi
3. Inverter
Konverter DC ke AC disebut sebagai inverter. Inverter adalah konverter
yang berfungsi untuk mengubah daya dari sistem tegangan arus searah menjadi
sistem tegangan arus bolak-balik dengan tegangan dan frekuensi yang dapat diatur.
Inverter pada umumnya digunakan sebagai:
a. Pengendali kecepatan motor arus bolak-balik.
b. Suplai daya tak terputus.
c. Sisi keluaran jaringan transmisi arus searah.
d. Suplai daya pada pesawat, dan lain-lain.
4. Konverter DC ke DC
Konverter ini pada umumnya disebut juga sebagai DC-Chopper (perajang).
Konverter jenis ini mengubah daya listrik dari sistem tegangan arus searah yang
konstan menjadi sistem tegangan arus searah yang dapat diatur. DC-Chopper pada
umumnya digunakan sebagai:
a. Pengendali kecepatan motor arus searah bidang servo, robotik dan
industri.
b. Pengendali perangkat transportasi.
c. Catu daya tegangan searah konstan, dan lain-lain.
Tipe
Karakteristik Komponen
Komponen
Dioda Jangkauan kemampuan hantar arusnya, KHA dari 1 A s.d. 5000
A. Kemampuan tegangannya dari 10 s.d. 10 kV atau lebih.
Kecepatan pensaklarannya sekitar 20 ns, dan terendah sekitar
100 µs atau lebih. Dioda pada umumnya difungsikan sebagai
penyearah dan rangkaian-rangkaian dc.
BJT/Transistor Transistor BJT (Bipolar Juntion Transistor) menghantarkan
sirus kolektor dalam satu arah, ketika diberikan arus pada
terminal basis-emitor. KHA-nya sekitar 0,5 A s.d. 500 A atau
lebih. Tegangan kerjanya sekitar 30 s.d. 1200 V. Kecepatan
pensaklarannya sekitar 0.5 to 100 µs. Transistor BJT
difungsikan pada rangkaian-rangkaian dc-dc; Transistor BJT
dapat dirangkai bersama untuk dengan dioda untuk membuat
rangkaian inverters. transistor daya BJT dapat digantikan oleh
FEET dan IGBT.
FET FET (Field Effect Transistor) akan konduksi dan
menghantarkan arus pada saat gate-nya mendapat tegangan.
FET daya (beberapa model MOSFET), konstruksinya seperti
dua buah dioda yang dihubungkan paralel secara terbalik.
Jangkauan kemampuan hantar arusnya sekitar 0.5 A s.d. 150 A,
dan tegangannya sekitar 20 V s.d. 1000 V. Waktu
pensaklarannya cepat, sekitar 50 ns atau lebih rendah lagi
sampai 200 ns. FET difungsikan sebagai konverter dc-dc, dan
inverter.
IGBT (Insulated Gate Bibolar Transistor) merupakan tipe khusus dari
FET daya. IGBT memiliki fungsi yang sama dengan BJT
dengan basis seperti FET. Kecepatan pensaklarannya lebih
cepat dari BJT dan mudah digunakan. jangkauan KHA-nya
sekitar 10 A s.d. 600 A, dan jangkauan tegangan kerjanya
sekitar 600 s.d. 2500 V. IGBT sangat populer digunakan
sebagai inverters dengan daya 1 to 200 kW atau lebih.
SCR SCR (Silicon Controlled Rectifier) menghantar seperti sebuah
dioda setelah gate-nya disulut atau diberi pulsa tegangan. SCR
akan berhenti konduksi hanya pada saat arus dinolkan atau
dilepas dari sumber listrik. KHA sekitar 10 s.d. 5000 A atau
Selanjutnya, dioda daya dibagi menjadi tiga macam, yakni: (1) dioda daya
biasa (pada umumnya), disebut saja “dioda biasa”; (2) dioda kecepatan tinggi; dan
(3) dioda Schottky. Sebuah dioda memiliki dua terminal, yakni anoda dan katoda.
Dioda biasa mampu menahan tegangan hingga 3000 volt dan menghantarkan arus
sebesar 3500 ampere, dan rentang kecepatan pemulihannya dapat dilakukan
maksimum pada tegangan 3000 volt, 1000 ampere. Waktu pemulihan terbaliknya
bervariasi, antara 0,1 hingg 5 µs. Kecepatan pemulihan suatu dioda menjadi hal
mendasar pada pensaklaran frekuensi tinggi dari suatu konverter daya. Dioda
Schottky memiliki kemampuan menahan tegangan yang rendah, dan waktu
pemulihannya kecil, sekitar nano detik. Arus bocornya akan meningkat seiring
dengan peningkatan tegangan yang mensuplainya, dan itu terbatas pada 100 volt,
300 ampere. Sebuah dioda akan menghantar ketika tegangan pada terminal
anodanya lebih positif daripada tegangan pada katodanya. Kondisi dioda yang
demikian disebut sebagai dioda dibias maju (forward based). Jatuh tegangan pada
dioda dalam kondisi terbias maju sangat rendah, sekitar 0,5 s.d. 1,2 volt. Jika
tegangan pada terminal katodanya lebih positif daripada tegangan pada anodanya,
disebut sebagai dibias terbalik atau model terblok (reverse based or blocking
mode). Gambar 1.4 menunjukkan variasi konfigurasi dioda biasa dalam dua tipe,
tipe kancing, dan tipe piringan, atau terpres, atau bentuk hoki.
Komponen thyristor memiliki tiga terminal, yakni: anoda, katoda, dan gate
(gerbang). Pada saat diberikan arus yang kecil yang dialirkan antara terminal gate
dan katoda, maka thyristor akan menghantar, dengan syarat tegangan yang
diberikan pada terminal anoda lebih positif daripada tegangan pada terminal katoda.
Sekali thyristor menghantar, tanpa mengendalikan gate pun, thyristor akan terus
menghantar. Pada kondisi menghantar, jatuh tegangan pada thyristor diukur antara
terminal anoda dan katoda, sekitar 0,5 s.d. 2 volt. Thyristor yang konduksi dapat di-
off-kan dengan cara membalikkan potensial tegangan antara terminal anoda dan
katoda, anoda menjadi lebih negatif daripada katoda, atau melepaskan potensial
pada terminal katoda. Komutasi jaringan dapat meng-off-an thyristor, karena
jaringan listrik sebagai sumber tegangan input memiliki tegangan bolak-balik
sinusiodal secara alami dengan frekuensi antara 50 s.d. 60 Hz. Atau thyristor dapat
juga di-off-kan dengan menggunakan komutasi paksa dengan cara menggunakan
rangkaian eksternal yang sering disebut sebagai rangkaian komutasi. Gambar 1.5
menunjukkan tipe thyristor.
GTO dan SITH adalah thyristor yang mampu menuju-off sendiri. GTO dan
SITH di-on-kan dengan jalan memberikan pulsa positif yang singkat pada terminal
gate-nya, dan meng-off-kannya dengan cara memberikan pulsa negatif secara
singkat pada terminal gate-nya. Keduanya tidak memerlukan lagi rangkaian
komutasi eksternal, seperti thyristor lainnya. GTO sangat menarik dan baik untuk
komutasi paksa pada suatu konverter dengan kemampuan menahan tegangan dan
mengalirkan arus listrik 4000 V, 3000 A. SITH mampu mencapai 1200 V, 300 A.
Bagus digunakan pada konverter daya menengah dengan frekuensi kerja beberapa
ratus kHz hingga setara dengan frekuensi kerja GTO. Gambar 1.6 menunjukkan
bentuk GTO. Sementara MCT dapat di-on-kan dengan memberikan pulsa tegangan
negatif yang kecil pada gate MOS, dan untuk mematikannya cukup memberikan
pulsa tegangan positif yang kecil pada gate MOS. MCT lebih baik daripada GTO
yang memerlukan pulsa mematikannya sangat tinggi. MCT mampu beropersi pada
tegangan dan arus sebesar 1000 V, 100 A.
Resis-
Waktu
Frek. tansi
Batasan Pensak-
Tipe tertinggi saat
Tegangan/Arus laran
(Hz) ON
(µS)
(Ω)
Dioda Biasa 5000 V / 5000 A 1k 100 0.16m
High speed 3000 V /1000 A 10k 2–5 1m
Scottky 40 V / 60 A 20k 0.23 10m
Forced- Reverse
5000 V / 5000 A 1k 200 0.25m
turned-off blocking
thyristor High speed 1200 V / 1500 A 10k 20 0.47m
Reverse
2500 V / 400 V 5k 40 2.16m
blocking
Reverse
2500 V / 1000 A 5k 40 2.1m
conducting
GATT 1200 V / 400 A 20k 8 2.24m
Light triggered 6000 V / 1500 A 400 200 – 400 0.53m
TRIAC 1200 V / 300 A 400 200 – 400 3.57m
Self-turned-off GTO 4500 V / 3000 A 10k 15 2.5m
Thyristors SITH 4000 V / 2200 A 20k 6.5 5.75m
Transistor Tunggal 400 V / 250 A 20k 9 4m
Daya 400 V / 40 A 20k 6 31m
630 V / 50 A 25k 1.7 15m
Darlingtonn 1200 V / 400 A 10k 30 10m
SIT 1200 V / 300 A 100k 0.55 1.2
MOSFET Tunggal 500 V / 8.6 A 100k 0.7 0.6
Daya 1000 V / 4.7 A 100k 0.9 2
500 V / 50 A 100k 0.6 0.4m
IGBT Tunggal 1200 V / 400 A 20k 2.3 60m
MCT Tunggal 600 V / 60 A 20k 2.2 18m
Diadaptasi dari: Rashid, 1993: 8.
Gambar 1.9. Jangkauan Daya dan Frekuensi Kerja Komponen Elektronika Daya
pada Beberepa Perangkat Listrik (Rashid, 1993: 10)
(a) Saklar Thyristor
(b) Saklar GTO/MCT/SITH, dicontohkan polaritas terbalik dari Vg MCT
(c) Saklar Transistor
(d) Saklar MOSFET/IGBT
2. Konverter ac-dc
Konverter satu fase dengan dua buah thyristor komutasi alami ditunjukkan
pada Gambar 1.13. Nilai rata-rata dari tegangan output dapat dikontrol melalui
variasi atau perubahan waktu konduksi, t atau penundaan sudut asut gate-nya, α
thytistor. Bagian sumber input boleh satu atau tiga fase. Konverter ini sering disebut
penyearah terkendali (controlled rectifiers).
3. Konverter AC – AC
Konverter ini digunakan dengan tujuan untuk mendapatkan tegangan ac
yang bervariasi dari sumber ac yang tetap. Konverter satu fase menggunakan
sebuah TRIAC ditunjukkan pada Gambar 1.14. Tegangan output dikendalikan
melalui perubahan waktu konduksi dari TRIAC atau sudut penyulutannya, α. Jenis
konverter ini disebut juga sebagai pengendali tegangan ac.
4. Konverter dc – dc
Sebuah konverter dc – dc diketahui sebagai saklar regulator atau chopper.
Chopper menggunakan transistor, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.15.
Tegangan output rata-ratanya dikendalikan melalui perubahan waktu konduksi, t
dari Q1. Jika T merupakan periode chopper, maka t = δT. Dan δ adalah siklus dari
chopper.
5. Konverter dc – ac
6. Saklar Statis
Sejak komponen elektronika daya dapat digunakan sebagai saklar statis atau
kontaktor, suplai tegangan dapat disaklar untuk meneruskan tegangan ac – ac atau
dc – dc. Saklar seperti ini disebut sebagai saklar statis ac atau saklar statis dc.
Pembangkit sinyal
pengendali
pensaklaran
J. RINGKASAN
Teknologi komponen semikonduktor daya dan pengembangan rangkaian
terintegrasinya memiliki potensi yang sangat luas dalam penerapannya. Saat ini
telah tersedia di pasaran berbagai komponen semikonduktor daya yang
diperjualbelikan. Kemudian, pengembangannya terus-menerus dilakukan.
Konverter daya secara umum dapat dikelompokkan ke dalam enam kategori, yakni:
(1) penyearah, (2) konverter ac – dc, (3) konverter ac – ac, (4) konverter dc – dc,
(5) konverter dc – ac, dan (6) Saklar statis. Para desainer atau perancang rangkaian
elektronika daya perlu mendesain power dan rangkaian kontrolnya. Tegangan dan
arus harmonik pada umumnya yang dihasilkan oleh konverter dapat direduksi atau
diminimalisir melalui pemilihan kontrol yang strategis.
EVALUASI
Soal Esai:
1. Tuliskan pengertian elektronika daya menurut pemahaman Anda setelah
mempelajari beberapa definisi elektronika daya yang telah dikemukakan
oleh beberapa ahli pada BAB I.
2. Jelaskan secara tertulis latar belakang yang mendorong munculnya
pengetahuan Elektronika Daya.
3. Jelaskan secara tertulis ruang lingkup bidang pengetahuan elektronika daya
dalam sistem kelistrikan.
4. Jelaskan secara tertulis macam-macam konversi energi dalam sistem
kelistrikan.
5. Jelaskan secara tertulis macam-macam konverter yang digunakan dalam
sistem kelistrikan.
6. Jelaskan secara tertulis aplikasi dari tiap-tiap konverter.
7. Jelaskan secara tertulis aspek-aspek yang harus dipertimbangkan dalam
merancang konverter.
8. Tuliskan jenis-jenis thyristor!
9. Jelaskan apa yang dimaksud dengan rangkaian komutasi!
10. Jelaskan kapan suatu thyristor dikatakan menghantar atau konduksi!
11. Jelaskan cara yang tepat agar suatu thyristor yang sedang menghantar
menjadi off atau tersumbat!
12. Apa yang dimaksud dengan komutasi paksa? tuliskan argumentasi Anda!
13. Jelaskan perbedaan antara thyristor, SCR, dan TRIAC!
14. Jelaskan yang dimasud dengan karakteristik penyulutan (gating) GTO!
15. Jelaskan yang dimasud dengan waktu tersumbat (tur-off time) suatu
thyristor!
16. Tuliskan prinsip kerja konverter ac – dc!
17. Tuliskan prinsip kerja konverter ac – ac!
18. Tuliskan prinsip kerja konverter dc – dc!
19. Tuliskan prinsip kerja konverter dc – ac!
20. Jelsakan empat langkah yang harus dilakukan dalam mendesain perangkat
elektronika daya!
Tugas Proyek:
Pikirkan dan rancanglah suatu proyek sebagai perwujudan yang dapat
memudahkan mahasiswa untuk mempelajari dan mencapai tujuan perkuliahan
“Bab I: Perkembangan dan Konsep Dasar Elektronika Daya”, dengan
menuangkannya dalam bentuk poster atau karya yang lain yang Anda anggap
sebagai karya terbaik untuk pembelajaran bab ini.
BAB
KARAKTERISTIK & Pemanfaatan KOMPONEN
SEMIKONDUKTOR dalam ELEKTRONIKA DAYA
2
I. TUJUAN UMUM
A. DIODA
1. Simbol dan Konstruksi Dioda
Dioda merupakan salah satu komponen elektronika yang memainkan
peranan penting dalam rangkaian elektronika daya. Selain sebagai penyearah, dioda
dapat pula difungsikan sebagai dioda freewheel atau dioda komutasi. Simbol dioda
ditunjukkan pada Gambar 2.1.
Ketika dioda mendapat bias maju pada sambungan NP, maka elektron-
elektron bebas akan meninggalkan bahan tipe N, dan berkombinasi dengan hole
bebas dari bahan tipe P, sehingga pada tipe N terdapat muatan positif, sedangkan
pada tipe P terdapat muatan negatif seperti ditunjukkan pada Gambar 2.2. Dengan
demikian pada sambungan PN terdapat daerah defleksi yang memiliki potensial
barier, v yang besarnya bergantung pada jenis bahan semikonduktornya. Dioda
dengan bahan semikonduktor silikon memiliki potensial barier sekitar 0,6 s.d. 0,7
Volt, dan bahan semikonduktor Germanium, sekitar 0,3 Volt. Sementara itu, jika
dioda dibias terbalik, tipe P lebih negatif dan tipe N lebih positif, maka elektron-
elektron bebas tipe N akan bergerak mendekati sumber positif, dan ion-ion bebas
dari tipe P akan mendekati sumber negatif. Akibatnya, daerah defleksi
persambungan NP menjadi melebar dan tidak terjadi pengaliran elektron-elektron
dari tipe N ke tipe P, sehingga tidak terjadi pengaliran arus listrik. Kondisi ini sering
disebut sebagai kondisi tersumbat, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.3.
(a) (b)
Gambar 2.3 Pergerakan Elektron dalam Dioda yang Terbias: (a) Bias Maju; dan (b)
Bias Terbalik, (Floyd, 2008: 18-20)
2. Karakteristik Dioda
Apabila pada terminal anoda-katoda diberi sumber lebih negatif, daerah
defleksi akan melebar seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.3b. Akibatnya,
dioda hanya mengalirkan arus yang sangat kecil, yang disebut arus bocor. Jika
dioda diberi tegangan yang relatif positif terhadap katoda, atau dioda dalam kondisi
dibias maju (Forward Base), maka daerah defleksi akan menyempit seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.3a. Berdasarkan kedua jenis pembiasan dioda tersebut,
dikenal istilah tegangan breakdown dan tegangan atau potensial barier dioda.
Tegangan breakdown dioda bervariasi sekitar 50-an volt hingga ratusan volt.
Sementara potensial barier-nya sekitar 0,6 s.d. 0,7 volt untuk silikon dan 0,3 volt
untuk germanium. Pada saat tegangan bias maju melampaui potensial barier dioda,
dioda akan mengalirkan arus maju (IF) yang besar, seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.4, karakteristik dioda.
Tegangan sumber AC yang berasal dari suplai daya umum (PLN) biasanya
tidak mulus (smooth), dan terdapat komponen-komponen transient yang dapat
terjadi secara beraturan atau terjadi hanya dalam waktu-waktu tertentu. Komponen-
komponen transient pada suplai daya ini akan mempengaruhi pemilihan rating dan
parameter utama dioda, juga komponen semikonduktor elektronika daya lainya.
Komponen transien tegangan sumber AC ditunjukkan pada Gambar 2.5.
KOMPONEN
TRANSIENT
suatu lembar datasheet (lembar data) dioda daya, seperti ditunjukkan pada Gambar
2.6, yang diunduh pada tanggal 19 Agustus 2014 di http://www.vishay.com/
diodes/med-high-diodes/on-state-current-gteq-400-a-lteq-800-a/.
Beberapa parameter penting dioda yang selalu dicantumkan dalam lembar
data didefinisikan sebagai berikut:
a. Temperatur sambungan, Tj. Menyatakan temperatur rata-rata pada
seluruh bagian sambungan P-N. Tj(max) adalah temperatur sembungan
maksimum dioda dapat bertahan terhadap kegagalan karena kondisi thermal
rum away. Rentang temperatur sambungan Tj tipikal adalah -40oC hingga
125oC. Artinya, Tj(max) adalah 125oC. Datasheet dioda yang diunduh
menunjukkan nilai Tj berkisar -600C s.d. 2000C.
b. Temperatur penyimpanan, Tstg. Menentukan rentang temperatur
penyimpanan dan pengiriman dioda pada keadaan tidak konduksi. Nilai
tipikalnya antara -40 hingga 150oC. Datasheet dioda yang diunduh
menunjukkan nilai Tstg berkisar -650C s.d. 1750C (1N1184 dan 1N3765) dan
2000C (1N1184A dan 1N2128A).
c. Temperatur lingkungan, TA. Menyatakan temperatur dari medium
pendingin dan diukur dengan thermometer yang didekatkan pada heatsink
dioda.
d. Temperatur kotak, TC. TC adalah temperatur pada kotak, umumnya pada
badan dioda dan dapat diukur dengan thermocouple.
e. Resistansi thermal sambungan ke kotak, RthJc., adalah nilai efektif
resistansi thermal antara sambungan ke kotak komponen. Ia mengukur
kemampuan pemindahan panas material dan konstruksi mekanis dioda dan
dinyatakan dengan satuan oC/W. Gambar 2.6a-d menunjukkan lengkung
impedansi thermal pada kondisi transient. Dioda secara praktis memiliki
disipasi daya yang terbatas, dan ini akan menaikkan temperatur sambungan.
Temperatur sambungan harus dipertahankan agar tidak melampaui nilai
maksimumnya dengan memasang dioda pada heatsink. Jika PD adalah
disipasi daya pada dioda, RthJe dinyatakan dengan persamaan:
RthJC = (2.1)
Keterangan Rumus:
RthJC = Resistansi thermal sambungan ke kotak;
Tj = Temperatur sambungan;
TC = Temperatur kotak;
PD = Disipasi daya pada Dioda.
RthCS = (2.2)
Keterangan Rumus:
RthCS = Resistansi thermal sambungan ke kotak;
TC = Temperatur kotak;
TS = Temperatur heatsink;
PD = Disipasi daya pada Dioda.
RthSA = (2.3)
Keterangan Rumus:
RthSA = Resistansi thermal sambungan ke kotak;
TS = Temperatur heatsink;
TA = Temperatur lingkungan;
PD = Disipasi daya pada Dioda.
h. Arus maju rata-rata maksimum, Ifave. Adalah nilai arus maju rata-rata
maksimum yang diizinkan pada temperatur yang sudah dispesifikasikan.
Data ini biasanya dibuat untuk setengah gelombang sinus pada temperatur
kotak, TC = 85oC. Gambar 2.6a-d menunjukkan variasi tipikal arus rata-rata
pada temperatur kotak maksimum.
i. Arus maju efektif maksimum, IF(rms). Menyatakan nilai efektif maksimum
yang diizinkan dari arus maju. Nilai ini berkaitan dengan efek panas yang
ditimbulkan karena disipasi daya sebesar I2.R. Gambar 2.6a-d menunjukkan
disipasi daya maju rata-rata maksimum terhadap arus maju rata-rata untuk
bentuk gelombang sinusuidal dan kotak pada berbagai sudut konduksi.
j. Arus maju puncak berulang maksimum, IFRM. IFRM menyatakan arus
puncak masimum yang diizinkan yang diaplikasikan secara berulang. Nilai
ini biasanya dinyatakan untuk bentuk setengah gelombang sinusuidal.
k. Arus maju puncak tak berulang maksimum, IFSM . IFSM adalah arus
puncak maksimum yang diizinkan dari setengah gelombang sinus selama
10 msec. Pada temperatur yang ditentukan. Pengulangan hanya diizinkan
jika setelah ekspirasi interval minimum untuk mereduksi temperatur
maksimum sampai pada rentang yang diizinkan. Nilai puncak yang
diizinkan bervariasi tergantung jumlah pengulangan. Gambar 2.6a-d
menunjukkan arus surja tak berulang maksimum pada sejumlah pulsa arus.
l. Tegangan mundur puncak berulang maksimum, VRRM. Nilai ini
menentukan nilai maksimum yang diizinkan dari tegangan mundur yang
diaplikasikan secara berulang yang diakibatkan oleh terjadinya transient.
m. Tegangan mundur puncak tak berulang maksimum, VRSM. Adalah nilai
saat puncak maksimum dari tegangan mundur yang diaplikasikan pada
kondisi transient, tipikalnya 125% VRRM.
n. Tegangan jatuh maju, VF. Adalah nilai saat dari tegangan jatuh dan
nilainya tergantung dari temperatur sambungan, TJ. Gambar 2.6a-d
menunjukkan hubungan tegangan jatuh terhadap arus maju.
o. Tegangan maju maksimum, VMF. Adalah nilai saat dari tegangan jatuh
maju maksimum yang dispesifikasikan pada arus maju dan temperatur
sambungan.
Gambar 2.6a Lembar Datasheet Dioda Seri 1N1183 ... 1N3208: Parameter
Kelistrikan
Gambar 2.6b Lembar Datasheet Dioda Seri 1N1183 ... 1N3208: Parameter
Kelistrikan
Gambar 2.6c Lembar Datasheet Dioda Seri 1N1183 ... 1N3208: Grafik
Karakterisitik
Gambar 2.6d Lembar Datasheet Dioda Seri 1N1183 ... 1N3208: Grafik
Karakterisitik
Gambar 2.6e Lembar Datasheet Dioda Seri 1N1183 ... 1N3208: Dimensi
Mekanikal
Kondisi saat pensakelaran ini ditunjukkan pada Gambar 2.6 dan 2.7
Pada saat dioda dalam operasi konduksi maju, kemudian arus maju ini
dikurangi hingga nilai nol (disebabkan oleh tanggapan alami rangkaian dioda atau
dengan memberikan bias mundur). Pada kondisi itu dioda masih terus konduksi
sebagai akibat dai pembawa muatan minoritas yang bertahan tersimpan pada
sambungan P-N atau dalam bulk bahan semikonduktor. Pembawa muatan minoritas
memerlukan waktu tertentu untuk berrekombinasi dengan pembawa muatan yang
berlawanan untuk dinetralisir. Waktu ini disebut sebagai waktu pemulihan mundur
(reverse recovery time), trr, dioda. Waktu trr ini diukur dari awal titik nol hingga
25% arus mundur maksimum IRR. Dibandingkan dengan kondisi pensakelaran-on,
pada kondisi pensakelaran-off memerlukan waktu pemulihan mundur yang lebih
besar. Rugi daya pada kondisi ini menjadi cukup besar.
Idealnya, suatu dioda tidak memiliki waktu pemulihan mundur. Dalam
beberapa pemakaian, pengaruh waktu pemulihan mundur tidak begitu berarti, dan
suatu dioda yang tidak mahal dapat dipergunakan. Waktu pemulihan bergantung
pada karakteristik pemulihan dan teknik pembuatannya. Selanjutnya, dioda daya
dapat diklasifikasikan dalam tiga katagori, yaitu:
1. Dioda Keperluan Umum
Dioda keperluan umum atau dioda standar memiliki waktu pemulihan yang
relatif tinggi, dengan nilai tipikal 25 mikrodetik. Dioda ini tersedia dengan
rating lebih kecil dari 1 Ampere sampai beberapa ratus ampere dengan
rating tegangan dari 50 Volt hingga sekitar 5 KiloVolt.
2. Dioda Pemulihan Cepat
Dioda pemulihan cepat atau fast-recovery dioda memiliki waktu pemulihan
yang rendah, yaitu kurang dari 5 mikrodetik. Dioda ini biasanya digunakan
pada rangkaian chopper atau inverter, dan tersedia dengan rating kurang dari
1 Ampere sampai beberapa ratus Ampere dengan rating tegangan dari 50
Volt hingga 3 kilo Volt.
3. Dioda Schottky
Dioda schottky dapat mengeliminasi problem penyimpanan muatan pada
sambungan P-N. Pengaruh pemulihan hanya disebabkan oleh kapasitansi
sendiri dari sambungan bahan semikonduktor. Dioda ini tersedia dengan
rating arus dari 1 Ampere hingga 300 Ampere. Biasanya digunakan pada
suplai daya tegangan rendah dengan arus tinggi.
B. TRANSISTOR BIPOLAR
1. Konstruksi dan Simbol Transistor
Transistor adalah komponen yang dibentuk oleh sambungan NPN atau PNP,
yang struktur serta simbolnya dapat dilihat pada Gambar 2.9a dan 2.9b.
C C
N P
B B
P N
N P
E E
Gambar 2.9. Konstruksi dan Simbol Transistor: (a) NPN, dan (b) PNP: B,
Terminal Basis; C, Terminal Kolektor; dan E, terminal Emitor
Daerah operasi suatu transistor yang aman ditunjukkan pada Gambar 2.11.
basis seperti ditunjukkan pada Gambar 2.12. Selama proses pensakelaran, nilai
sesaat Ic dan Vce diusahakan mendekati sumbu Ic dan Vce, dan sejauh mungkin dari
batas-batas kemampuan transistor.
Gambar 2.12. Rangkaian Pacu/penyulut Basis dan Bentuk Arus Basis yang
Direkomendasikan
Pada saat terdapat tegangan input Vin, kapasitor akan memberikan arus yang
besar sehingga transistor “ON”. Pada saat kapasitor terisi dengan polaritas seperti
pada Gambar 2.12, tidak akan berpengaruh pada transistor. Apabila tegangan input
dihilangkan, atau Vin = 0 volt, maka basis-emittor transistor mendapat bias mundur,
sehingga transistor segera off. Range kapasitor yang digunakan antara (100 sampai
1000) pF. Nilai IB berkisar 20 % sampai 30 % dari Ic. Hal ini dilakukan untuk
menekan rugi-rugi daya pada transistor. Dengan kondisi yang demikian, transistor
dapat digunakan sebagai sakelar.
Beberapa keuntungan transistor digunakan sebagai sakelar bila dibandingan
dengan sakelar elektromagnetik adalah:
a. Tidak terdapat bagian yang bergerak, sehingga tidak akan ada bagian yang
patah atau aus bila dioperasikan dengan frekuensi yang tinggi.
b. Dapat bekerja dalam orde milli sampai dengan mikrodetik.
c. Tidak terjadi fluktuasi atau bounce.
d. Bila bebannya bersifat induktif, tidak menimbulkan bunga api.
VCE, IC
VCE IC VCE
IB t
t
PLOSS
Contoh suatu lembar data trasnsistor daya ditunjukkan pada Gambar 2.14
yang diunduh pada tanggal 19 Agustus 2014 di www.datasheetcatalog.com.
Penyelesaian:
a. Dari gambar 2.14, diperoleh VCE(sat) = 1,0 s.d. 1,9 volt
b. Dari gambar 2.14, diperoleh VBE(sat) =2,3 s.d. 2,75 volt
C. THYRISTOR
Thyristor adalah komponen semikonduktor bistable, terdiri dari tiga atau
lebih sambungan yang dapat disakelar (difungsikan sebagai sakelar) dari keadaan
“off” ke keadaan “on” atau sebaliknya. Thyristor merupakan keluarga besar
komponen semikonduktor dengan 2, 3, atau 4 terminal. Komponen yang termasuk
keluarga thyristor antara lain: SCR, GTO, TRIAC, DIAC dan lain-lain.
Pada buku ini, hanya akan dibahas beberapa komponen pada rangkaian daya
yang sering digunakan, seperti: SCR dan TRIAC. Sedangkan SCS, LASCS dan
PUT yang merupakan SCR tipe khusus tidak dibahas dalam buku ajar ini.
A
P1
J1 K
N1
G J2
P2
J3
N2 G
(a) K (b)
b. Karakteristik SCR
Ketika anoda mendapat tegangan lebih positif terhadap katoda, maka SCR
dikatakan mendapat bias maju. Pada kondisi ini sambungan J2 dibias mundur,
sambungan J1 dan J3 dibias maju. Komponen ini masih dalam keadaan off dan
hanya mengalirkan arus bocor yang sangat kecil.
IA
IF
IG3 IG2
IH IG1 IG0
IL
VBR
V F VAK
c. Parameter-Parameter SCR
Seperti komponen semikonduktor lainnya, SCR memiliki kemampuan yang
dibatasi oleh kemampuannya mengalirkan arus saat konduksi dan menahan
tegangan saat tidak konduksi. Agar dapat digunakan dengan memuaskan, pabrik
pembuat komponen, memberikan spesifikasi secara komprehensip terhadap daftar
rating yang diberikannya melalui suatu lembar data. Beberapa parameter yang
penting untuk diketahui antara lain:
1) Rating arus rata-rata (IT): Rugi daya yang terjadi pada komponen untuk
tiap sudut konduksi yang berbeda-beda ditunjukkan dalam Gambar 2.17.
Data ini biasanya valid dalam rentang frekuensi antara 50 Hz hingga 400
Hz. Rating arus kontinyu maksimum tanpa melampaui temperatur sambungan
diperoleh dari kurva yang ditandai dengan DC. Jika arus rata-rata yang sama
terdapat pada sudut konduksi yang berbeda, arus sesaatnya akan lebih tinggi, karena
sudut konduksi turun. Hal ini tentunya akan menaikkan tegangan jatuh pada
Oleh karena itu sepatutnya arus rata-rata turun apabila sudut konduksi juga
turun. Untuk mencegah agar temperatur sambungan tidak dilampaui saat arus rata-
rata naik, pabrik pembuat memberikan kurva yang menyatakan hubungan
kemampuan SCR menahan temperatur terhadap perubahan arus. Kurva ini
ditunjukkan pada gambar 2.18.
2) Arus efektif (ITR). Guna mencegah panas yang berlebihan pada elemen
resistif dari thyristor, pabrik pembuat memberikan spesifikasi untuk arus
efektif thyristor.
3) Arus surja maksimum (ITSM). Rating ini dispesifikasikan untuk
menghadapi kondisi yang tak diinginkan seperti kegagalan atau hubung
singkat yang menghasilkan arus yang tinggi. Rating ini dinyatakan dalam
siklus tertentu, semakin besar jumlah siklusnya semakin kecil rating arus
yang diberikan.
4) Rating I2.t. Rating ini diperlukan utuk mengkoordinasikan dengan fuse
guna memproteksi peralatan bila terjadi kegagalan.
5) Laju kenaikan arus tak berulang (di/dt). Menyatakan laju perubahan arus
yang tak boleh dilampaui, karena dapat merusak komponen. Nilai ini
berkisar antara 50- 800 Amp/ µ.sec.
6) Tegangan blocking maju puncak berulang (VDRM), Menyatakan
tegangan puncak dimana SCR dapat memblok pada bias maju. Nilai ini
dispesifikasikan pada temperatur sambungan yang diizinkan dengan
rangkaian gate terbuka. Nilai ini menyatakan tegangan mundur puncak
dimana thyristor dapat bertahan tanpa terjadi breakdown pada temperatur
sambungan yang diizinkan.
7) Tegangan mundur puncak tak berulang (VRSM). Menyatakan
kemampuan thyristor memblok tegangan mundur transient.
8) Laju kenaikan tegangan kritis (dv/dt). Jika laju kenaikan tegangan maju
lebih besar dari yang dispesifikasikan, akan menyebabkan pensakelaran dari
SCR dalam keadaan “off” ke keadaan “on”. Metoda pensakelaran semacam
ini harus dihindari karena akan dapat menimbulkan rapat arus yang tinggi
yang dapat merusak thyristor.
9) Arus penyulut Gate minimum (IGmin). Menyatakan harga arus gate
minimum yang dapat mengkonduksikan thyristor. Meskipun demikian bila
laju kenaikan arus beban terlalu rendah diperlukan arus gate yang lebih
besar.
10) Arus gate maju puncak (IGFM). Menyatakan nilai puncak arus gate yang
tidak boleh dilampaui untuk menghindari kerusakan thyristor.
11) Rugi daya gate (PGave). Adalah harga rata-rata rugi daya yang disebabkan
oleh arus gate antara terminal gate dengan terminal utama.
12) Waktu turn-on (ton). Waktu yang diperlukan SCR untuk mencapai
konduksi penuh setelah dilakukan penyulutan.
13) Waktu turn-off (toff). Waktu yang diperlukan oleh thyristor dari titik arus
nol hingga thyristor memblok tegangan setelah diberi tegangan mundur.
Gambar 2.19d. Datasheet SCR IRK170, IRK230, dan IRK250: Sudut Konduksi,
Arus/Suhu, dan Model Aplikasi
a. Kelebihan GTO
1) Ketahanan terhadap tegangan lebih dan arus lebih yang lebih baik.
2) Kecepatan pensakelaran yang cukup baik.
3) Dapat di-on-kan dengan arus triger positif dan di-off-kan dengan arus
penyulutan negatif melalui terminal gate-nya tanpa bantuan sumber atau
rangkaian khusus.
4) Mampu dikembangkan hingga mencapai kapasitas daya sangat tinggi (5000
V, 4000 A.)
Pada selang waktu tersebut, rugi sesaat terbesar justru terjadi ketika masa
arus ekor berlangsung mengingat saat itu nilai VAK sudah cukup tinggi. Dari
gambaran di atas dapat disimpulkan bahwa peranan arus gate dalam pengendalian
kerja GTO sangat penting. Sebagai illustrasi, pada Gambar 2.22 ditunjukkan contoh
dari bentuk arus gate untuk suatu GTO. Sedangkan pada Gambar 2.23 disajikan
pengaruh dig/dt untuk turn-off terhadap kecepatan turn-off.
pendinginan komponen GTO yang berdaya besar. Selain single atau double side
cooling, dikenal pula cara pendinginan dengan menggunakan udara, gas freon dan
lain-lain. Usaha pengurangan rugi-rugi daya juga dilakukan melalui perbaikan
proses pensakelaran pada saat konduksi, penggunaan rangkaian snubber dan lain-
lain.
Gambar. C.2.1
Penyelesaian :
Pada arus thyristor IT = 600 A,
a. Dari Gambar 2.25b diperoleh ton = 8 det.
b. Dari Gambar 2.25a dan 2.25b, diperoleh penguatan turn-on GGQ = 3 dan IT =
600 A, sehingga arus gate turn-off, IGQ = 600 A/3 = 200 A.
c. Pada tegangan VD = 800 V, dari Gambar 2.25a dan 2.25b diperoleh energi turn-
on Won = 280 mJ, sehingga Pon = Won, x fs = 280 mJ x 2 KHz = 560 W. Untuk
arus dan tegangan masing-masing 600 A dan 800 V, pada Cs = 3 F, diperoleh
energi yang hilang pada saat turn-off, Woff = 440 mJ, sehingga Poff = Woff x fs =
440 mJ x 2 KHz = 880 W. Arus rata-rata GTO = 600 X 0,5 = 300 A. Dari
Gambar 2.25a dan 2.25b, diperoleh disipasi daya rata-rata PD = 750 W.
Dengan demikian rugi daya total, PT = Pon + Poff + PD = 2190 W.
d. Pada CS = 3 F, dan GGQ= 3, dari Gambar 2.25b diperoleh ITGQ = 1200 A.
e. Dari Gambar 2.25a dan 2.25b, untuk TJ = 125°C, = 0,5 A dan VGT = 0,6 V, dan
untuk TJ = 25° C, IGT = 2 A dan VGT = 1 V.
(a) (b)
b. Karakteristik TRIAC
IA
IF
IG3 IG2
IH IG1 IG0
IL
V F VAK
IG0 IG1 IG2
IG3
Model I positif
Komponen beroperasi pada kuadran I dari karakteristik V-I. Gambar 2.28
menunjukkan penampang lintang dan struktur TRIAC.
MT1 G(+)
N2
J3
P2
J2
N1
J1
P1
MT2(+)
Model I negatif
Penampang lintang struktur TRIAC pada model I negatif ini ditunjukkan
pada Gambar 2.30.
Karena struktur P1N1P2N3 konduksi, berarti SCR bantu konduksi dan arus
anoda SCR bantu akan mengendalikan gate SCR utama yang dibentuk oleh struktur
P1N1P2N3.
MT1 G
N2
J3
P2
J2
N1
J1
P1
MT2
Sambungan P2N2 dibias maju oleh arus gate IG. Hal ini akan menginjeksikan
elektron seperti digambarkan dengan titik-titik. Elektron-elektron ini berdifusi
melalui daerah P2 dan dikumpulkan oleh sambungan P2N1 yang menyebabkan
kenaikan arus melalui sambungan P2N1. Hole yang diinjeksikan dari P2 berdifusi
melalui N1 dan mencapai P1, sehingga terbentuk muatan ruang positif di daerah P1.
Elektron dari N4 berdifusi ke daerah P1 untuk menetralisasi muatan ruang positif.
Elektron-elektron ini akan tiba pada sambungan J2. Elektron-elektron ini akan
menghasilkan muatan ruang negatif di daerah N1 yang menghasilkan lebih banyak
hole yang diinjeksikan dari P2 ke N1. Proses regenerasi ini berlanjut hingga struktur
P2N1P1N4 benar-benar konduksi dan mengalirkan arus beban.
Proses konduksi dapat pula dianalogikan dengan menggunakan model
rangkaian transistor seperti Gambar 2.33.
N2 N1 N1 N4
P2 P1
N3
P2 P1
Dua transistor P2N1P1 dan N1P1N4 dari struktur utama. Sementara N2P2N1
membentuk transistor tambahan. Jika gate (basis N2P2N1) bertegangan positif
terhadap terminal MT1, maka elektron-elektron diinjeksikan dari emitor N2.
Elektron-elektron berkumpul pada kolektor dan menaikkan arus basis dan transistor
P2N1P1 ini mengawali kerja regenerasi dari struktur utama P2N1P1N4 sehingga
komponen disakelar ke keadaan konduksi.
MT1 G(-)
N3
P2
N1
P1
N4
MT2
N3 N1 N1 N4
P2 P1
N1
P2 P1
EVALUASI
Soal Latihan:
2. Tuliskan tipe dioda daya!
3. Apa yang dimaksud dengan arus bocor (leakage) suatu dioda?
4. Apa yang dimasud dengan waktu pemulihan kondisi terbalik suatu dioda?
5. Apa yang terjadi pada persambungan PN dioda pada waktu pemulihan
kondisi terbalik suatu dioda?
Tugas Proyek:
1. Buatlah satu proyek yang menunjukan satu atau beberapa komponen
elektronika daya (dioda, transistor, SCR, GTO, atau TRIAC) yang
difungsikan sebagai “sakelar statis”.
2. Buatlah satu proyek yang menunjukkan bahwa SCR dan atau GTO dapat
difungsikan sebagai “sakelar terkendali” yang hanya meneruskan arus
“searah” (hanya sinyal positif yang diteruskan). Sementara TRIAC sebagai
“sakelar terkendali” yang mampu meneruskan arus bolak-balik, ac
(meneruskan sinyal positif dan atau negatif).
A. PENYULUT
Komponen dan atau rangkaian elektronika yang dirangkai sedemikian rupa
dan disuplai sumber tegangan listrik, lalu difungsikan untuk menyulut gerbang dan
atau basis komponen elektronika daya agar menjadi aktif dalam kondisi tertentu.
Rangkaian elektronika atau beban tertentu yang bergantung pada komponen
tersulut akan bekerja sesuai dengan fungsi yang diinginkan. Komponen dan atau
rangkaian elektronika yang difungsikan untuk mengerakkan komponen lain agar
aktif bekerja sesuai fungsi yang diinginkan disebut penyulut.
B. KOMPONEN-KOMPONEN PENYULUT
1. DIAC
Diac (Dioda Alternating Current) adalah komponen tiga lapis seperti
transistor NPN tanpa terminal basis. Diac digunakan sebagai komponen penyulut
dalam bentuk rangkaian osilator relaksasi, terutama untuk menyulut triac. Diac
biasanya memiliki tegangan breakover 30 Volt. Simbol dan Karakteristik V-I untuk
Diac ditunjukkan dalam Gambar 3.1.
Gambar 3.1. DIAC: (a) Konstruksi dasar; (b) Simbol; dan (c) Karakteristik V-I
Diac
2. UJT
UJT (Uni Junction Transistor) merupakan komponen sambungan tunggal
bahan positif-negatif (P-N). Bahan tipe N dikonstruksi dua terminal, yaitu terminal
B2 dan terminal B1. Bahan tipe P adalah terminal Emitor diletakkan lebih dekat
terhadap terminal B2, seperti ditunjukkan pada Gambar 3.2a. Gambar 3.2a
menunjukkan penampang struktur UJT. Sementara simbol UJT ditunjukkan pada
Gambar 3.2b, dan rangkaian ekivalennya pada Gambar 3.3.
B2 B2
E P E
N
(a) B1 (b) B1
Pada saat VBB = 0 Volt, dan emitor diberi tegangan positif terhadap B1, UJT
memiliki karakteristik sama dengan dioda. Bila tegangan emitor VE = 0 Volt, dan
terminal B2B1 diberi tegangan positif, maka pada terminal emitor-basis 1 akan
dibias mundur sehingga pada emitor akan mengalir arus bocor yang kecil. Untuk
mereduksi arus bocor ini sampai nol diperlukan tegangan emitor VE yang lebih
RB1
besar, yaitu sebesar V1, dimana V1 = VB 2 B1 . Pada saat tegangan emitor
RB1 RB 2
lebih besar dari V1, akan mengalir arus maju emitor dengan nilai yang kecil, sampai
tegangan emitor sama dengan tegangan V1 ditambah dengan jatuh tegangan pada
dioda Vd. Pada kondisi tegangan ini, tegangan emitor sama dengan tegangan puncak
VP. Dengan memberikan tegangan emitor yang lebih besar dari Vp akan
menyebabkan kenaikan arus emitor yang besar diikuti oleh jatuh tegangan emitor-
basis 1. Karakteristik UJT ini dapat dilihat pada Gambar 3.4.
Gambar 3.5. (a) Rangkaian; (b) Karakeristik Statis; dan (c) Bentuk Sinyal
Keluaran UJT
3. Penyulutan Thyristor
Terdapat beberapa cara menyulut thyristor untuk mengkonduksikannya dari
keadaan tidak konduksi ke keadaan konduksi, yakni:
1) Memberikan tegangan breakover. Jika pada SCR diberikan tegangan
yang melampaui rating tegangan breakovernya, SCR akan bekerja seperti
sakelar dari keadaan tidak konduksi ke keadaan konduksi karena mengalami
avalanche breakdown.
2) Laju perubahan tegangan. Apabila pada SCR diberikan tegangan pada
anoda lebih positif dari katoda, maka sambungan J2 pada struktur SCR akan
dibias mundur, dan pada sambungan akan terbentuk kapasitansi. Jika suatu
tegangan diaplikasikan dengan tiba-tiba, maka arus pengisian akan mengalir
dan cenderung mengkonduksikan komponen. Jika muatan yang terdapat
pada kapasitansi sambungan C dinyatakan dengan Q dan tegangan yang
diberikan dinyatakan dengan V, maka arus listrik pada kapasitor dapat
dihitung dengan persamaan:
. .......................................... (3.1)
SUPLAI
SUMBER
TEG. AC DAYA
DC
TRAFO
Sinyal Umpan Balik
PEMBANGKIT PULSA 1
Sinyal Sinkronisasi PULSA
TRAFO
PULSA 2
PENGUAT TRAFO
PULSA PULSA 3
penyulut gate dari tegangan tinggi dari rangkaian anoda thyriator. Rangkaian
clamping pada dasarnya terdiri dari dioda yang dihubungkan seri dengan terminal
gate.
Terdapat tiga jenis pulsa yang dapat dihasilkan oleh rangkaian penyulut
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.7, yaitu:
1) Penyulut pulsa tunggal. Pada penyulutan dengan pulsa tunggal lebar pulsa
harus dipertahankan sampai arus anoda mampu mencapai arus latching dari
thyristor. Pada beban yang memiliki induktansi yang sangat tinggi, penyulut
pulsa tunggal kemungkinan akan gagal.
2) Penyulut pulsa DC kontinyu. Pada metode ini tegangan DC diaplikasikan
pada terminal gate selama periode konduksi. Penggunaan pulsa DC ini akan
menjamin keberhasilan penyulutan sekalipun induktansi beban cukup
tinggi, namun dengan konsekuensi terjadinya disipasi daya yang besar.
3) Penyulut pulsa berantai. Penyulut pulsa berantai banyak dipergunakan
karena pada penyulut pulsa berantai ini akan menjamin arus anoda SCR
dapat mencapai arus latching-nya meskipun beban memiliki induktansi
yang tinggi. Juga disipasi daya pada gate akan lebih kecil bila dibandingkan
dengan penyulut pulsa DC kontinyu.
PULSA
TUNGGAL
PULSA DC
PULSA
BERANTAI
SCR akan tersulut untuk konduksi apabila nilai saat tegangan anoda e mencapai:
Dimana Vd adalah tegangan jatuh anoda D; Igt adalah arus gate untuk menyulut SCR
dan Vgt adalah tegangan gate untuk menyulut yang berkaitan dengan nilai Igt.
......................................... (3.5)
Pada saat nilai Rv dicapai arus pada gate adalah Igt yang terjadi pada saat t
= 90°. Dengan demikian rangkaian penyulut ini dapat mengatur sudut penyulutan
SCR dari 0 <α<90°.
osilator relaksasi untuk memperoleh pulsa yang tajam. Rangkaian ini memiliki
stabilitas frekuensi yang baik terhadap perubahan tegangan sumber serta
temperatur. Gambar rangkaian penyulut UJT ini ditunjukkan pada Gambar 3.10.
Trafo pulsa dipergunakan untuk mengisolasi rangkaian penyulut dengan rangkaian
daya utama.
Rc
Sinyal sinkronisasi dikirim dari suplai daya yang sama dengan suplai daya
pada rangkaian daya thyristor melalui trafo penurun tegangan. Sinyal ini diberikan
ke peraba titik nol (zero crossing detector), yang menghasilkan gelombang kotak
pada titik A. Gelombang kotak ini kemudian dikirimkan ke integrator dan
penggeser fase untuk memperoleh bentuk gelombang C. Bentuk gelombang C ini
kemudian dibandingkan dengan gelombang tegangan DC variabel untuk
memperoleh E yang dibatasi oleh Zener agar kompatibel dengan IC TTL. Pulsa
pada F diumpankan ke monostable yang memberikan keluaran saling
berkomplemen G dan H. Lebar pulsa G dan H masing-masing disesuaikan menjadi
10 milidetik.
G1
H1
Dioda yang dihubungkan paralel dengan belitan primer trafo pulsa berfungsi
melindungi transistor. Demikian pula gate dari thyristor harus dilindungi dari
tegangan mundur yang besar. Oleh karena itu, ditempatkan sebuah dioda yang
dihubungkan paralel pada belitan sekunder trafo. Dioda yang dihubungkan seri
dengan gate berfungsi mencegah arus mundur yang mengalir dari gate selama
thyristor konduksi
D
C
B
180° dengan mengatur tegangan pengatur V. Pada pin 14 dan 15 akan dihasilkan
tegangan pulsa positif selama 30 det pada setiap setengah gelombang tegangan
sumber. Lebar pulsa dapat pula diatur bergantung pada nilai kapasitor C12 pada pin
12. Bentuk pulsa yang dihasilkan pada tiap pin yang bersesuaian ditunjukkan pada
Gambar 3.20, (Datasheet Siemen, di download pada www.datasheetarchive.com,
tanggal 26 Desember 2014).
Beberapa contoh penggunaan IC TCA dalam pemanfaatan energi listrik
ditunjukkan pada Gambar 3.21 berikut.
Gambar 3.21a. Pengontrolan Beban Triac dengan Arus Trigger Sampai 50 mA,
(Datasheet Siemen, diunduh pada www.datasheetarchive.com
dan www.datasheetcatalog.com tanggal 26 Desember 2014)
EVALUASI
Soal Latihan:
1. Gambarkan struktur dan karakteristik DIAC!
2. Gambarkan struktur dan karakteristik UJT!
3. Jelaskan cara mensakelar SCR dari keadaan tidak konduksi ke keadaan
konduksi!
4. Jelaskan prinsip-prinsip dasar yang harus dipenuhi oleh rangkaian penyulut.
5. Jelaskan beberapa pertimbangan dalam merancang rangkaian penyulut
SCR.
6. Gambarkan skema rangkaian penyulut dengan menggunakan Resistor, UJT
dan rangkaian teintegrasi, kemudian jelaskan proses kerjanya!
7. Jelaskan blok diagram dan cara kerja rangkaian terintegrasi TCA 785
Tugas Proyek:
Rancanglah sedemikian rupa sebuah rangkaian penyulut dengan
mempergunakan Resistor, UJT dan rangkaian terintegrasi.
PENYEARAH
BAB
4
I. TUJUAN UMUM PERKULIAHAN
Setelah membaca bab ini diharapkan mahasiswa pembaca akan dapat
memahami prinsip kerja rangkaian penyearah, parameter-parameter serta mampu
merancang rangkaian penyearah dengan filternya.
A. PARAMETER-PARAMETER PENYEARAH
Penyearah adalah suatu rangkaian yang mengubah sistem tegangan arus
bolak-balik menjadi sistem tegangan arus searah. Konverter ini terdiri dari
rangkaian dioda untuk mengubah sinyal arus bolak-balik menjadi sinyal arus
searah. Trafo berfungsi untuk mendapatkan tegangan yang sesuai dengan
kebutuhan tegangan pada beban. Rangkaian penyearah sangat banyak dibutuhkan
terutama untuk suplai daya arus searah bagi rangkaian pengendali atau rangkaian
2. Arus keluaran rata-rata, Idc. Merupakan nilai rata-rata arus keluaran hasil
penyearahan, nilai ini dapat dinyatakan dengan persamaan:
I … … … 4.2
Daya masukan ac, Pac, adalah daya yang ditunjukkan oleh pembacaan watt-
meter yang dihubungkan pada rangkaian penyearah dengan kumparan tegangan
dihubungkan pada belitan sekunder trafo.
4. Faktor bentuk. Menyatakan perbandingan antara nilai efektif tegangan
keluaran dengan nilai rata-rata tegangan keluaran hasil penyearahan, parameter
ini dinyatakan dengan:
ff … … … 4.4
atau
atau
V … … … 4.7
Dimana:
2 2
V dan sin cos 2 cos 4 … … … 4.8
2 3 15
Jika Vrms adalah nilai efektif dari tegangan keluaran penyearah V0, dan Vrrms
adalah nilai efektif kandungan riak tegangan, yang terdiri dari komponen-
komponen arus bolak-balik, maka faktor riak diperoleh melalui persamaan:
/
V , sehingga … … … 4.9 .
Dengan demikian faktor riak, r menjadi:
/
r … … … 4.10
%R 100% … … … 4.11
dc yang dikirim ke beban dengan rating daya dari belitan sekunder trafo, dan
dinyatakan dengan:
TUF … … … 4.12
vO
dioda, serta resistansi dalam belitan sekunder trafo, tegangan yang sampai ke beban
akan berkurang sebesar tegangan jatuh pada dioda dan resistansi dalam trafo.
Sementara pada saat muncul siklus negatif tegangan sumber, dioda akan
mendapat bias mundur sehingga anoda mendapatkan tegangan yang lebih negatif
daripada katoda. Akibatnya, dioda tidak mengalirkan arus. Pada siklus ini dioda
menahan tegangan sumber. Bentuk gelombang tegangan dan arus keluaran
penyearah ini ditunjukkan pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2. Penyearah Setengah Gelombang 1 Fase: (a) Rangkaian; dan (b)
Bentuk Gelombang Tegangan dan Arus Keluaran Penyearah Satu
Fase Setengah Gelombang, (Rashid, Muhammad, (1999: 52)
P … … … 4.16
2√2
dimana, ; dan
4
p 0,406 … … … … … … … 4.19
kali daya yang diterima oleh beban. Sementara itu, trafonya sendiri dialiri arus
searah yang akan menimbulkan masalah saturasi dc pada inti.
Apabila penyearah diberi beban yang bersifat induktif seperti ditunjukkan
pada Gambar 4.3a, maka periode konduksi dari dioda akan lebih besar dari 1800.
Dioda ini akan off setelah arus beban mencapai nol. Bentuk gelombang tegangan
dan arus ditunjukkan pada Gambar 4.3b. Dioda freewheel ditunjukkan pada
Gambar 4.3a. Dioda ini berfungsi untuk mencegah timbulnya siklus negatif
tegangan keluaran yang muncul pada beban, sehingga energi yang tersimpan pada
induktor akan naik.
Pada kondisi t = , arus dari dioda D1 ditransfer ke dioda freewheel D2,
dan proses ini disebut komutasi, oleh karena itu dioda D2 atau Dk disebut juga
sebagai dioda komutasi. Bentuk gelombang tegangan dan arus keluaran pada
penyearah dengan beban yang mengandung induktansi ditunjukkan pada Gambar
4.3b.
D1
D2/k
(a) (b)
Gambar 4.3. Penyearah dengan Beban Induktif: (a) Rangkaian; dan (b) Bentuk
Gelombang Tegangan dan Arus pada Penyearah 1/2 Gelombang
Satu Fase
Penyelesaian:
Arus keluaran penyearah: 10 .
sehingga tegangan efektif sekunder trafo, Vrms= 356,57 vo1t/ 2 = 252,1 volt.
Jika digunakan hasil perhitungan di atas, maka diperoleh:
a. Spesifikasi trafo yang diperlukan pada saat rangkaian terbuka adalah:
1) Tegangan sekunder trafo (pada saat rangkaian terbuka) adalah Vst = 252 Volt.
Berdasarkan bentuk gelombang tegangan tersebut, nilai tegangan dc dapat
ditentukan:
Dimana: tan 2 .
Gambar 4.5. Penyearah dengan Tap Tengah: (a) Rangkaian; dan (b) Bentuk
Gelombang Tegangan/Arus untuk Penyearah Satu Fase
Gelombang Penuh dengan Tap Tengah
1
… … … 4.23
… … … 4.24
.
Berdasarkan bentuk gelombang yang ditunjukkan pada Gambar 4.6 di atas,
daya belitan sekunder trafo, Strafo dapat dinyatakan sebagai:
2. . , :
… … … . 4.25
√2 2 2
Dengan demikian, maka daya belitan sekunder trafo, Strafo dapat dinyatakan sebagai:
… … … 4.26
√2
Berdasarkan nilai-nilai besaran tersebut, maka penyearah memiliki
parameter-parameter sebagai berikut:
Faktor bentuk : ff = 1,11 111% … … … 4.27
√2
8
= 0,8105 ......... (4.29)
2
Pdc-beban =
Vm / 2 .......... (4.31)
R
2
Vm
Strafo = ......... (4.32)
2R
= 0,573
Nampak bahwa pada rangkaian penyearah ini memiliki parameter yang
lebih baik dibanding dengan penyearah setengah gelombang. Disamping
kandungan riak tegangan yang lebih kecil, yaitu 48,2 % ia memiliki efisiensi dan
TUF yang lebih tinggi, sehingga untuk daya yang sama pada penyearah ini
diperlukan rating trafo yang lebih rendah. Kekurangannya dibanding penyearah
setengah gelombang hanya terletak pada rating dioda yang dipergunakan di mana
pada penyearah dengan trafo tap tengah harus mempergunakan dioda dengan nilai
PIV dua kali lebih besar.
A
IO
SUPLAI
AC (PLN) VS VO
B
Pada siklus positif tegangan sumber, yaitu pada 0 < t < dioda Dl dan D2
konduksi sehingga beban mendapatkan tegangan dan mengalirkan arus dengan
lingkaran arus (loop) A - Dl - R D2 - B - A. Pada siklus ini D3 dan D4 mendapat bias
mundur dan masing-masing memblok tegangan puncak sebesar Vm. Sedang pada
saat < t < 2 , dioda D3 dan D4 mendapat bias maju sehingga beban dialiri arus
dengan loop B - D3 - R - D4 - A - B. Sebagai hasilnya bentuk gelombang tegangan
pada beban akan sama dengan penyearah tap tengah, sehingga tegangan keluaran
yang dihasilkan Vdc=2Vm/ .
Parameter-parameter penyearah inipun sama dengan penyearah satu fase
yang mempergunakan trafo tap tengah, kecuali bahwa arus yang mengalir pada
belitan sekundernya adalah arus bolak-balik penuh, dengan demikian hal ini akan
menaikkan nilai TUF dari penyearah. Nilai TUF ini dapat dihitung sebagai berikut:
R
Dari besaran di atas, maka diperoleh:
Pdcbeban
TUF = = 0,812 ......................................... (4.33)
S trafo
Dari persamaan (4.33) dengan memasukkan tegangan jatuh pada dioda dan trafo
kita peroleh:
Tegangan maksimum sekunder trafo, Vm = x (100 + 3 + 6)/2 = 171 Volt.
TRAFO 3 FASE: ‐ Y
Ia
Io
Ib
Vo
Ic
Gambar 4.8. Bentuk Gelombang Tegangan Dan Arus Pada Penyearah Tiga
Fase Sistem Jembatan
demikian, tiap dioda yang digunakan harus memiliki PIV sebesar 3 .Vm.
Berdasarkan bentuk gelombang tegangan pada Gambar 4.8 di atas, maka nilai
tegangan keluaran rata-rata dapat ditentukan dengan persamaan:
Tegangan keluaran rata-rata :
3 3 3
ωt dωt … … … 4.34
6
3
1,6554 … … … 4.35
6
3
6 6 … … 4.37
= 1,3517.Vm/R.
Dengan demikian, Strafo=2,8673.Vm/R ....................... (4.38)
Berdasarkan nilai-nilai besaran tersebut di atas, dapat ditentukan parameter-
parameter penyearah sebagai berikut:
Faktor bentuk : ff = Vrms/Vdc = 1,000885 ................... (4.39)
Faktor riak : r = [ff2 – 1]1/2= 0,42 .......................... (4.40)
Faktor penyearahan
P
: P = dcOut dimana, Pdc-out =
3 3Vm / 2
; dan
Pacin R
Pac-in =
1,6554.Vm 2
R
= 0,998 .................... ... (4.41)
Pdcbeban
Transformer Utilitation Factor : TUF = , dimana:
Strafo
Pdc-beban =
3 3Vm /
2
; sehingga
R
Strafo =
2,8673.Vm 2
R
= 0,954 ........................................ (4.42)
Berdasarkan beberapa parameter di atas tampak bahwa penyearah tiga fase
sistem jembatan ini memiliki penampilan yang jauh lebih baik daripada penyearah
sebelumnya. Selain efisiensi dan TUF yang lebih baik serta faktor riak yang sangat
rendah pada belitan trafo sekunder, juga tidak akan terjadi saturasi magnetisasi DC.
Hal ini terjadi karena pada lilitan sekundernya dialiri oleh arus bolak-balik. Dengan
faktor riak yang rendah ini akan memudahkan untuk membuat filter agar diperoleh
tegangan DC yang benar-benar rata.
Penyelesaian:
P 1000
Arus keluaran penyearah, Idc = = = 10 Ampere
Vdc 100
Arus maju rata-rata dioda If = 10 Amp./3= 3,3 Ampere.
Tegangan jatuh maju dioda, Vd= 2 x 1,5 V = 3 Volt.
Tegangan jatuh pada trafo, VT =If x Rs = 3,3 Ampere x 1,2 = 5 V.
Rugi daya pada dioda, Pd = 6 x (Id x Vd) = 6 x (3,3 Ampere x 3 V) = 59,4 W.
Rugi daya pada sekunder trafo PT = If x VT = 3 x 3,3A x 4 V = 30 W.
Dari persamaan (4.33), dengan memasukkan tegangan jatuh pada dioda dan trafo
kita peroleh:
Tegangan maksimum sekunder trafo, Vm = X (100 + 3 + 4) /3 3 = 64,77 Volt,
sehingga tegangan efektif trafo = 64,77 volt/√2 = 45,80 atau 46 volt.
Dengan hasil perhitungan di atas, maka:
a. Spesifikasi trafo yang diperlukan pada saat rangkaian terbuka adalah:
1) Tegangan fase sekunder trafo (pada saat rangkaian terbuka) adalah Vs= 46
Volt.
2) Daya pada lilitan sekunder trafo, dan persamaan (4.42) diperoleh:
Strafo = (Pbeban + Rugi-rugi)/TUF. 1089,4 /0,954 1,11 KVA.
3) Perbandingan transformasi, a = VPrimer/Vsekunder=125/46 = 2,72
E. RANGKAIAN FILTER
Pada rangkaian penyearah, umumnya dikehendaki tegangan keluaran yang
benar-benar rata. Sementara itu, tegangan keluaran dari penyearah yang telah
dibahas pada bagian sebelumnya masih memiliki tegangan riak. Sebagai contoh
pada penyearah setengah gelombang memiliki kandungan riak sebesar 121%.
Penyearah gelombang penuh kandungan riaknya masih mencapai 48,2%.
Sementara penyearah tiga fase, karena kandungan riaknya sangat kecil, terutama
untuk sistem jembatan yang hanya 5%, tidak perlu dibahas lebih lanjut lagi.
Pada kondisi nyata, rangkaian penyearah satu fase yang sering digunakan
adalah sistem jembatan. Oleh karena itu, pada bagian ini hanya akan dibahas sistem
jembatan. Selanjutnya, terkait dengan mengurangi rugi tegangan output penyearah
ini, terdapat tiga jenis rangkaian filter yang sering digunakan, yaitu:
1. filter induktor;
2. filter kapasitor; dan
3. filter induktor-kapasitor.
1. Filter Induktor
2. Gambar 4.9, menunjukkan sebuah penyearah satu fase sistem jembatan
dengan filter induktor. Karena sifat induktor yang memperlambat
perubahan arus, maka akan dihasilkan arus yang lebih rata seperti
ditunjukkan pada Gambar 4.10.
IO
SUPLAI
AC (PLN) VS VO
Gambar 4.10. Bentuk Gelombang Tegangan dan Arus Pada Beban dengan dan
Tanpa Filter
… … … 4.38
Dimana:
1 2
… … … 4.39
2 4 1
. … … … 4.40
1 1
,
2
. 0 … … … 4.41
nωL ⦟θ … … … 4.43 ,
dimana:
θ tan nωL
R … … … 4.44 .
dengan demikian nilai arus sesaat, io(ωt) pada beban menjadi:
4 1 1
2 4 … … … 4.45
3 15
Dimana:
Dari persamaan (4.45), kita peroleh nilai efektif kandungan arus riaknya adalah:
4 1 1
⋯ … … … 4.46
2 3 15
Dan persamaan di atas, kandungan riak terbesar disebabkan oleh harmonisa kedua,
oleh karenanya hanya dengan memperhitungkan harmonisa kedua, kita peroleh
nilai efektif kandungan riak adalah:
4
3 2. .
Sehingga,
.
… … … 4.47
3√2
Dari persamaan (4.47) tersebut nampak bahwa nilai kandungan riak akan
semakin kecil apabila tahanan beban semakin kecil atau dengan kata lain arus beban
semakin besar, atau kandungan riak semakin kecil bila induktansinya diperbesar.
Penyelesaian:
Seperti disebutkan di atas bahwa kandungan riak terbesar disebabkan oleh
harmonisa kedua, pada persamaan (4.47) diperoleh faktor riak adalah:
RL
r , sehingga diperoleh:
3 2.L
20
0,3H
3 2.2 . 66,64
2. Filter Kapasitor
Pada rangkaian filter induktor, faktor riak akan naik apabila RL besar atau
arus beban kecil. Rangkaian filter yang cukup murah untuk beban-beban kecil dapat
diperoleh dari kapasitor yang dihubungkan paralel dengan beban, seperti
ditunjukkan pada Gambar 4.11.
IO
SUPLAI VO
AC (PLN)
VS
EVALUASI
Soal Latihan:
1. Jelaskan macam-macam parameter penting rangkaian penyearah!
2. Jelaskan prinsip kerja penyearah satu fase!
3. Buatlah dua kasus sendiri, lalu hitung tegangan dan arus keluaran penyearah
satu fase!
Tugas Proyek:
Rancanglah sedemikian rupa sebuah rangkaian penyearah yang lengkap dengan
filternya!
BAB
PENYEARAH TERKENDALI 5
I. TUJUAN UMUM
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa atau pembaca diharapkan akan
dapat memahami prinsip kerja penyearah terkendali dan cara-cara melakukan
pengaturan daya pada penyearah terkendali untuk bermacam-macam beban.
komutasi. Komutasi SCR pada kondisi seperti ini disebut terkomutasi secara alami.
Sering juga disebut konverter komutasi alami atau konverter komutasi jala-jala.
Ditinjau dari tegangan masukannya, konverter ini diklasifikasikan menjadi
dua tipe, yaitu: 1) Konverter satu fase; dan 2) Konverter tiga fase. Sementara
berdasarkan tegangan keluaran yang dapat dihasilkan, konverter ini dapat
dikelompokkan menjadi: 1) Konverter semi terkendali atau konverter satu kuadran,
yaitu konverter yang hanya menghasilkan tegangan keluaran positif. Penyearah
yang tergolong pada konverter ini antara lain: Penyearah satu fase setengah
gelombang; penyearah satu fase gelombang penuh semi terkendali; dan penyearah
terkendali tiga fase gelombang penuh semi terkendali. 2) Konverter terkendali
penuh atau konverter dua kuadrant, yaitu konverter yang dapat menghasilkan
tegangan keluaran positif dan negatif. Penyearah yang tergolong pada konverter ini
adalah penyearah terkendali satu fase terkendali penuh; penyearah terkendali
setengah gelombang tiga fase; dan penyearah terkendali tiga fase terkendali penuh.
A K
IO
G
Vo
Vs
Vm
IG π ωt
α
V
Vm ωt
Io π ωt
Im
VAK π
ωt
π
ωt
1
2
1 … … … 5.1
2
Persamaan (5.1) menunjukkan bahwa tegangan keluaran dapat divariasikan
dari Vm/ hingga 0 dengan sudut penyulutan dari 0 sampai . Tegangan keluaran
rata-rata maksimum Vdo = Vm/ . Dengan demikian tegangan keluaran rata-rata
untuk tiap sudut penyulutan , Vd dapat dinyatakan:
Vd 0
Vd (1 Cos ) ............................ (5.2)
2
Untuk beban yang bersifat resistif-induktif, seperti yang ditunjukkan pada Gambar
5.3, maka karakteristik arus dan tegangan akan berbeda dengan beban yang hanya
bersifat resistif saja.
A K
IO
G
VO
Arus beban tidak akan sefase dengan tegangan, sehingga pada saat SCR
mendapatkan pulsa tegangan penyulut pada t = , arus beban akan naik dari nol
secara eksponensial, dan tidak segera mencapai nol saat tegangan beban mencapai
nol. Dengan demikian SCR akan konduksi lebih lama dan pada beban akan muncul
siklus tegangan negatif. Bentuk gelombang tegangan dan arus ditunjukkan pada
Gambar 5.4.
Setelah diberikan pulsa penyulut pada gerbang dan SCR konduksi, akan
berlaku persamaan:
............................ (5.3)
Dimana: tan ⁄
Nilai A pada persamaan (5.4) dapat ditentukan dengan memasukkan kondisi awal
arus i, dimana pada saat t = , i = 0. sehingga diperoleh persamaan:
⁄ ⁄
. ........... (5.5)
Gambar 5.4. Bentuk Gelombang Tegangan dan Arus Pada Penyearah Terkendali
Satu Fase Setengah Gelombang Beban Resistif-Induktif
Perhatikan Gambar 5.4. Arus beban akan mencapai nilai nol pada saat
, sehingga dari persamaan (5.5) akan diturunkan persamaan (5.6) berikut:
Sin ( ) sin ( ).e R / L ( / t ) ................................... (5.6)
Nilai ini dapat ditentukan dengan menyelesaikan persamaan 5.6. Dari Gambar
5.4 pula, sudut konduksi SCR dapat ditentukan sebagai berikut:
....................... (5.7)
Dan kurva yang menyatakan hubungan antara in dan , yang dihitung dari
persamaan (5.8) untuk nilai dari 0° hingga 90° dengan langkah 15° ditunjukkan
pada Gambar 5.6.
⁄ ⁄
in ωt φ Sin α φ .e .............. (5.9)
A K
G
VO
Gambar 5.8. Penyearah terkendali setengah gelombang satu fase dengan beban
mengandung elemen tegangan lawan
Gambar 5.9. Bentuk gelombang tegangan dan arus untuk rangkaian pada
Gambar 5.8.
Pada saat SCR konduksi setelah diberikan pulsa penyulutan pada sudut ∝
dimana ∝ , dan terdapat tiga komponen arus yaitu:
∝ adalah sudut dimana SCR mulai konduksi dan adalah periode konduksi SCR.
Pada kondisi ωt = α, dan i = 0, dari persamaan 5.11 akan diperoleh persamaan:
∝ . ........................... (5.12).
Dimana … … … … … … … … 5.13 .
Dengan mensubstitusi persamaan (5.10), (5.12), dan (5.13) ke dalam persamaan
(5.11) diperoleh persamaan:
. . ; ∝ … … … 5.14
Sedangkan untuk nilai efektif yang dinormalisasikan dari arus keluaran dapat
diperoleh dengan persamaan:
⁄
1
… … … 5.19
2
Dengan menggunakan prosedur yang sama dan menggunakan nilai in akan
didapatkan kurva yang menunjukkan hubungan antara m dan in untuk berbagai
harga α dan π. Gambar 5.13 menunjukkan hubungan antara m dan im untuk berbagai
harga α pada φ = π/6.
Penyelesaian:
a. Untuk sudut penyulut α = 45°dan φ = 0°, dari Gambar 5.6 dan 5.7
diperoleh In = 0,27 dan Im = 0,48. Sedang arus maksimum Im = Vm/R =
127. 2 /10 — 18 Ampere, sehingga:
1) Arus rata-rata Idc = 0,27x18 = 4,85 Ampere;
2) Arus efektif Ir = 0,48x18 = 8,62 Ampere;
3) Daya pada beban Pdc Idc2 x R = 235 watt;
4) Daya masukan ac Pac = Irms2 x R = 743 watt; dan
5) Efisiensi penyearahan ɳ = Pdc/Pac = 31,6°/o.
Sementara untuk sudut penyulut α = 135° dan φ = 0° dari Gambar 5.6 dan 5.7,
diperoleh In = 0,05 dan Im = 0,10. Sedang arus maksimum Im = Vm/R 127. 2
/10 = 18 Ampere. sehingga:
1) Arus rata-rata Idc 0,05x18 = 0,90 Ampere;
2) Arus efektif I,= 0,10x18 = 1.80 Ampere;
3) Daya pada beban Pdc= Icd2 x R = 8 watt;
4) Daya masukan ac Pac = Irms2 x R = 32,4 watt; dan
5) Efisiensi penyearahan ɳ = Pd P 24.7%.
b. Untuk sudut penyulut α = 45°dan φ = 45° dari Gambar 5.5 diperoleh γ = 180°
dari Gambar 5.6 dan 5.7 diperoleh In = 0,32 Ampere, dan Im = 0.50 Ampere.
Sementara itu, arus maksimum Im = Vm/Z = 127.12/10J2 = 12.7 Ampere,
sehinga:
1) Arus rata-rata Idc = 0,32 x12,7 = 4,06 Ampere;
2) Arus efektif Ir = 0,05 x 12,7 = 5,35 Ampere;
3) Daya pada beban Pdc = Idc2 x R = 165 watt;
4) Daya masukan ac Pac = Irms2 x R = 403 watt; dan
5) Efisiensi penyearahan ɳ = Pdc/Pac = 40,9%.
Untuk sudut penyulutan α = 1350 dan φ 450 dari Gambar 5.5 diperoleh γ = 740,
dan dari Gambar 5.6 dan 5.7 diperoleh In = 0,05 Ampere dan Im = 0,10
Ampere.
1) Arus rata-rata Idc = 0,32 x12,7 = 4,06 Ampere;
2) Arus efektif Ir = 0,10 x 12,7 = 1,27 Ampere;
Gambar C5. 1. Bentuk gelombang tegangan anoda katoda contoh soal 5.1:
a). untuk φ = 0° dan b). untuk φ = 450
VO
Gambar C5.3 Bentuk Gelombang Tegangan dan Arus pada Pengisian Baterai:
(a) Saat Awal Pengisian Bateai; dan (b) Saaat Akhir Pengisian
Baterai
Penyelesaian:
R = 0; ωL = 3Ω; φ = 900 dan Im =Vm/ωL = 51,85 Ampere.
Dari Gambar 5.16, untuk α = 600 dan α = 1200, sudut konduksi γ = 1800 dan
γ = 850
Bentuk gelombang tegangan dan arus ditunjukkan pada Gambar C5.3a dan
C5.3b.
Gambar 5.19. Penyearah Satu Fase Semi Terkendali: (a) Rangkaian, (b) Kuadran,
dan (c) Bentuk Geleombang Tegangan dan Arus
1 … … … … … … … 5.20
Kondisi dan harga Vdc akan bervariasi dari 2Vm/π ke 0 mengikuti sudut α dari 0 ke
π. Nilai maksimum tegangan output rata-rata disebut sebagai Vdm = 2Vm/π, dan
tegangan yang dinormalisasi, Vn adalah:
0,5 1 ∝ … … … … … … … … 5.21
… … … … … 5.23
∝ , …
√2 … … … … … … 5.24
, , ,…
Kemudian nilai rms komponen harmonik dari arus input dapat diselesaikan dengan
persamaan:
1 ⁄
2√2
… … … … … 5.26
√2 2
Dari persamaan (5.26) diperoleh nilai rms arus utama, Is1 adalah:
2√2
2
Arus input rms dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (5.26), yakni:
⁄
, ,…
… … … … … … … 5.28
2
Kemudian, dengan menggunakan persamaan (3.52), PF dapat dihitung, yakni:
√2 1
⁄
… … … … … … … 5.29
2
1 0,4835 48,35%
4
0,7071
4
0,6366
2
0 … … … … … … 5.30
Dengan inisial kondisi iLi(ωt = 0) = ILo pada kondisi steady state dijabarkan
dengan persamaan:
1 , 0 … … … 5.31
Kemudian, periode terakhir untuk model ini adalah pada saat ωt = α. Arus beban
pada kondisi ini dituliskan sebagai IL1. Persamaannya adalah:
1 ; 0 … … 5.32
√2 … … … … … … 5.33
Penyelesaiannya menjadi:
√2
; 0
tan .
0 … … … … … 5.34
Terakhir untuk Model 2 ini adalah ketika terjadi kondisi steady-state:
.
Terapkan kondisi ke dalam persamaan (5.32) untuk mendapatkan ILo,
sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:
√2
;
0 … … … … (5.35)
Arus rms thyristor dapat didapatkan dengan menggunakan persamaan (5.34), yakni:
⁄
1
2
Penyeleaian:
R = 2,5 Ω, L = 6,5 mH, f = 60 Hz, ω = 2π x 60 = 377 rad/s, dan Vs = 120 volt.
a. Arus beban pada kondisi steady-state ketika ωt = 0, ILo = 29,77 A, Arus
beban steady-state ketika ωt = α, IL1 = 7,6 A.
b. Arus rata-rata thyristor, IA = 11,42 A.
c. Arus rms thyristor pada kondisi ωt = α s.d. π adalah: IR = 20,59 A.
d. Arus output rms, Irms = 30,92 A.
e. Arus output rata-rata, Idc = 28,45 A.
Gambar 5.20. Konverter Satu Fase Terkendali Penuh: (a) Rangkaian Konverter;
(b) Kuadran Daerah Kerja; dan (c) Bentuk Gelombang
hingga sumber tegangan input yang melalui T1 dan T2 menjadi lebih negatif. Pada
saat tegangan input berayun polarisasi negatif setengah gelombang berikutnya,
thyristor T3 dan T4 dibias maju. Bersamaan dengan itu, T1 dan T2 dibias terbalik
dan tersumbat, dan memblok sumber tegangan. Saat itu T1 dan T2 disebut
terkomutasi jala-jala atau alami. Saat itu pula arus beban ditransfer dari T1 dan T2
ke T3 dan T4. Sementara itu, Gambar 5.20b menujukkan daerah kerja konverter,
dan Gambar 5.20c menunjukkan bentuk gelombang tegangan input, tegangan
output, arus input, dan arus output.
Pada periode dari α s.d. π, tegangan input, vs dan arus input, is adalah positif,
dan daya listrik mengalir dari sumber tegangan ke beban. Pada saat periode dari π
ke π + α, tegangan sumber vs menjadi negatif, sementara arus input tetap positif,
dan akan menyebabkan pengaliran daya negatif dari beban ke sumber tegangan.
Keadaan ini disebut sebagai konverter bekerja dalam inversion mode (mode
terbalik). Sudut penyulutan, α menyebabkan terjadinya dua kondisi rata-rata
tegangan output negatif dan positif. Variasi kondisi inilah sehingga konverter ini
bekerja pada dua kuadran. Konverter ini banyak digunakan di industri yang
membutuhkan daya listrik hingga 15 kW.
Tegangan output rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
⁄
2
2
2
2
2
… … … … … … … … 5.36
2
Tegangan output, Vdc ini akan bervariasi dari 2Vm/π hingga -2Vm/π sebagai
akibat dari perubahan sudut penyalaan, α dari 0 hingga π. Tegangan output rata-rata
maksimum, Vdm = 2Vm/π, dan normalisasi tegangan output rata-rata, Vn diperoleh
dengan persamaan:
… … … … … … … … 5.37
⁄
2
2
⁄
1 cos 2
2
……………… 5.38
√2
Ketika konverter hanya melayani beban yang bersifat resistif, maka T1 dan
T2 akan kondisi pada periode α s.d. π. Sementara T3 dan T4 akan konduksi pada
periode α + π s.d. 2π. Sementara untuk menghitung tegangan rata-rata dan rms
output digunakan persamaan (5.20) dan (5.22).
cos sin ; :
, ,…
1 1
cos 0
2 2
1
cos
1
cos cos
4
sin untuk n 1, 3, 5, …
1
sin sin
4
cos …… 1, 2, 3, …
0 … … 2, 4, …
Kalau Idc = 0, maka arus input dapat dituliskan sebagai:
√2 sin ;
, , ,…
dan adalah nilai sudut arus harmonis. Nilai rms dari harmonis
arus input adalah:
1 ⁄
4 2√2
… … … … … … 5.40
√2 √2
dan nilai rms dari arus utama adalah:
2√2
Kemudian, nilai rms dari arus input dapat dihitung dengan persamaan
(5.40), yakni:
⁄
, , …
1 0,483, 48,3%.
Dari persamaan DF, (5.28) dan (5.39) faktor perpindahan, DF diperoleh sebagai
berikut:
cos 1 cos … … … … … … 5.41 .
b.
2
cos 54,02 0,5
120
√2
2√2 0,90032
⁄
1 0,4834 48,34%
Catatan: Komponen utama dari arus input mencapai 90,03% dari Ia dan
faktor harmonisasi sekitar 48,34%.
√2 ⁄ ⁄
sin … … … 5.42
⁄
√2 sin sin
⁄ ⁄
;
1
0 … … … … … 5.43
Nilai kritis dari α diperoleh ketika Ia bernilai nol, yang dapat digunakan
untuk menentukan nilai: θ, R, L, E, dan V melalui model iterasi. Sementara itu, nilai
arus rms dapat dicari dengan menggunakan persamaan (5.42) sebagai berikut:
⁄
.
Penyelesaian:
Diketahui: α = 600, R = 0,5 ohm, L = 6,5 mH, f = 60 Hz, ω = 2πf = 377rad/s, Vs =
120V, tan ⁄ 78,47 .
a. Arus beban, ILo dalam keadaan “steady-state”, pada saat ωt = α, adalah ILo =
49,34 A.
b. Arus rata-rata thyristor, IA = 44,05 A, (gunakan persamaan (5.43) untuk
menghitung IA).
c. Arus rms thyristor, IR = 63,71 A.
d. Arus output rms, √2 √2 63,71 90,1 A.
2
cos 2 … … … 5.45
Kalau salah satu konverter bekerja dan berfungsi sebagai penyearah, maka
yang satu lagi tidak, sehingga diperoleh persamaan:
; atau cos 2 cos 1 cos 1
yang dimulai dari ωt = 2π – α1. Ketika tegangan output rata-rata dari kedua
konverter itu berada pada sudut ωt = π + α1 sampai 2π – α1, maka arus sirkulasinya,
ir akan menjadi sama dengan nol. Persamaan untuk mendapatkan arus sirkulasi pada
kondisi demikian adalah:
1 1
sin sin
Penyelesaian:
Diketahui: ω = 2π x 60 = 377 rad/detik, α1 = 600, Vm = √2 x 120 = 169,7V,
f = 60 Hz, dan Lr = 40 mH. Untuk ωt = 2π dan α1 = π/3; persamaan (5.47)
memberikan nilai arus sirkulasi puncak sebagai berikut:
2 169,71
1 cos 1 11,25 A
377 0,04
Arus puncak beban, Ir = 169,71/10 = 16,97 A. Arus puncak konverter 1 =
(16,97 + 11,25) = 28,22 A.
tidak normal digunakan pada sistem praktis, sebab arus suplai masih mengandung
komponen dc.
Jika tegangan fase van = Vm sin ωt, maka tegangan output rata-rata pada saat
arus beban mengalir adalah:
√
sin cos … … … 5.48 . Vm adalah
tegangan puncak fase. Tegangan output rata-rata maksimum pada saat sudut tunda,
α = 0, adalah:
√
; dan normalisasi tegangan output rata-rata adalah:
cos … … … … … 5.49 .
Jika beban bersifat resistif dan α = π/6, besaran Vdc, Vn, dan Vrms dapat dicari
sebagai berikut:
1 cos … … … 5.49 .
√
⁄
3
sin
2
⁄
5 1
√3 sin 2 … … … 5.50
24 4 8 3
arus rata-rata dan rms thyristor; (d) efisiensi penyearahan; (e) faktor utilisasi
transformator, TUF; dan (f) faktor daya input,PF.
Penyelesaiaan:
Tegangan fase, Vs = 208/√3 = 120,1 V, Vm = √2 Vs = 169,83 V, Vn = 0,5,
dan R = 10Ω.
Tegangan output maksimum, Vdm adalah:
√ ,
3√3 140,45 .
Konverter ini menghasilkan tiga pulsa tegangan keluaran untuk setiap satu
periode tegangan masukan, sehingga konverter ini di sebut pula konverter tiga
pulsa. Karena transformator yang di pergunakan pada konverter ini di aliri oleh arus
searah, sehingga akan dapat menimbulkan saturasi magnetisasi DC. Oleh karena
itu, konverter ini kurang populer dalam penggunaannya. Namun demikian untuk
menghindari saturasi magnetisasi DC, dapat dipergunakan transformator dengan
belitan sekunder yang dihubungkan zig-zag, seperti di tunjukkan pada gambar 5.23
dan bentuk gelombang arus suplai serta arus beban di tunjukkan pada gambar 5.24.
IO
S
VO
(a) Rangkaian
Gambar 5.25. Konverter Tiga Fase Semi Terkendali: (a) Rangkaian; dan (b)
Bentuk Gelombang pada α = 900
Rangkaian pada Gambar 5.25a menggunakan tiga SCR dan tiga dioda. Tiap-
tiap diode akan konduksi selama 1200 di mulai dari perpotongan fase-fase tegangan
masukan. Apabila tegangan fase dinyatakan dengan persamaan:
,
2 /3 ,
2 /3 ,
maka tegangan line ke line menjadi:
√3. /6 ,
√3. 5 /6 ,
√3. /2 ,
√3. /6 .
Titik referensi pengukuran sudut penyulutan dimulai pada . Dengan
⁄
/
3
2 /
⁄
3 2
√3 √3 … … … 5.56
4 3
Contoh Soal 5.9.
Ulangi contoh soal 5.5, tetapi menggunakan konverter tiga fase semi
terkendali seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.25.
Jawaban:
Diketahui tegangan fase, 120,1 , √2 169,83 ,
√
c. Arus rata-rata satu thyristor, IA = Idc/3 = 14,05/3 = 4,68 A, dan arus rms
thyristor IR = Irms/√3 = 18,01/√3 = 10,4 A.
d. Faktor efisiensi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
, ,
0,608 atau 60,8%.
, ,
e. Ketika thyristor konduksi pada sudut sulut 2π/3, maka arus Iine input rms
2
adalah: 3 14,71 A. Tegangan input dalam skala volt-
Dimana Vab adalah tegangan input rms line-to-line. Arus beban, iL1 selama
berada pada interval 1 dapat diperoleh dari persamaan:
dan ∝ .
adalah tegangan input rms line-to-line. Arus beban iL2 selama dalam interval 2
diperoleh dengan persamaan:
sin ; dan
sin ,
√3 sin ;
√3 sin ; dan
√3 sin .
3 3
√3 sin
4 6
√
cos ...................................... (5.57)
cos … … … … … … … 5.58 .
Gambar 5.28. Konfigurasi Rangkaian 12-pulsa Keluaran: (a) Seri; dan (b) Paralel
Penyelesaian:
Diketahui bahwa: tegangan fase, Vs = 208/√3 = 120,1 V; Vm = √2 Vs =
169,83 V; Vn = 0,5; dan R = 10 Ω. Tegangan output maksimum, Vdm = 3 √3 Vm/π
= 3√3 x 169,83/π = 280,9 V. Tegangan output rata-rata, Vdc = 0,5 x 280,9 = 140,45
V.
(a) Dari persamaan (5.58), Vn = Vdc/Vdm = Cos α = 0,5, dan sudut tunda α
= 600.
(b) Arus output rata-rata, Idc = Vdc/R = 140,45/10 = 14,05 A. Berdasarkan
⁄
√
persamaan (5.59): √3 169,83 cos 2 60
0778 77,8%.
(e) Arus rms input jala-jala, 4/6 13 , dan daya volt-
ampere, VI = 3VsIs = 3 x 120,1 x 13 = 4683,9 W. Kemudian, berdasarkan
persamaan faktor penggunaan transformator, TUF = Vdc/VsIs = (140,45
x 14,05)/4683,9 = 0,421.
(f) Daya output, Po = 15,93 10 2537,6 . Kemudian,
faktor daya, PF = 2537,6/4683,9 =0,542 (lagging).
Catatan: Faktor dayanya lebih rendah daripada konverter tiga fase semi
terkendali, tetapi lebih tinggi daripada konverter setengah
gelombang tiga fase.
sin ; dan
sin ,
√3 sin ;
√3 sin ; dan
√3 sin .
Jika vo1 dan vo2 dianggap sebagai tegangan output konverter 1 dan 2, dan pada saat
yang bersamaan tegangan akan melintasi induktor dengan interval waktu (π/6 + α1)
≤ ωt ≤ (π/2 + α1) secara berurutan sebagai:
√3 sin sin
6 2
3 cos … … … … … … … 5.60
6
Gambar 5.29. Konverte Ganda Tiga Fase: (a) Rangkaian; dan (b) Bentuk
Gelombang Tegangan Input, Tegangan Output, dan Tegangan
Jatuh pada Induktor
1
3 cos
6
Karaktersitik setiap GTO dapat dinyalakan jika disulutkan pulsa positif pada
gerbangnya seperti pada kondisi thyrirtor normal, dan dapat dimatikan dengan
menyulutkan pulsa negatif pada gerbangnya.
Gambar 5.30. Komutasi Paksa pada Konverter Semi terkendali Satu Fase
⁄
1
sin … … … 5.65
√2
Penyelesaian:
(a) Bentuk gelombang arus input, seperti yang disajikan pada Gambar 5.31a,
arus input yang mengalir dapat dijabarkan melalui deret Fourier berikut:
cos sin
, ,…
Dimana:
/ /
1
0
2 / /
1
cos 0
1 4
sin sin ; 1, 3, …
2
0; 2, 4, …
√2 sin … … … 5.66
, , ,…
Dimana:
tan 0 … … … 5.67
… … … 5.70
⁄ ⁄
1 … … … 5.71
4 1 cos
cos 1 … … … … … … 5.72
2√2
sin … … … 5.72
2
0.5774
⁄
1 0,803 80.3%
0,7797
Catatan: Faktor daya mengalami perbaikan yang signifikan, lebih tinggi daripada
converter terkendali penuh satu fase yang disajikan pada Gmbar 5.32a.
Sementara itu, faktor harmonik meningkat.
menggabungkan efek dari semua pasangan. Jika pulsa mth dimulai ωt = αm, dan
lebarnya adalah yang tegangan output rata-rata karena jumlah p pulsa
ditemukan dari persamaan:
2
sin
2
Jika arus beban dengan nilai rata-rata sebagai Ia yang terus mengalir dan
rippelnya dapat diabaikan, maka pada saat yang bersamaan arus input dapat
dijabarkan dengan deret Fourier sebagai berikut:
Karena bentuk gelombang arus input simetris, maka tidak mungkin ada
harmonisasi, bahkan arus dc, Idc akan bernilai nol, dan koefisiennya ditunjukkan
pada persamaan berikut:
1
cos
1 1
cos cos 0
sin (5.75)
1 1
sin sin
2
cos cos , untuk 1,3,5, …
√2 sin ∅ ;
, ,…
⁄
Dimana: ∅ tan ⁄ 0 dan /√2.
√
EVALUASI
Soal Latihan:
1. Jelaskan cara penyearah terkendali satu fase!
2. Buatlah dua kasus, kemudian hitung lH tegangan keluaran dan daya yang
dikirim ke beban bila diketahui tegangan masukan, dan impedansi beban
pada penyearah terkendali 1/2 gelombang satu fase!
3. Gambarkan bentuk gelombang tegangan dan arus keluaran untuk beban
yang bersifat resistif, resistif-induktif, resistif-Induktif-Tegangan Lawan!
4. Jelaskan dan gambarkan macam-macam rangkaian penyearah terkendali
satu fase gelombang penuh!
5. Buatlah dua kasus, kemudian hitung variasi tegangan dan daya yang dikirim
ke beban bila diketahui tegangan masukan, dan impedansi beban pada
penyearah terkendali satu fase gelombang penuh!
Tugas Proyek:
1. Rancanglah sedemikian rupa sebuah rangkaian penyearah setengah
gelombang dan gelombang penuh, baik yang tidak terkendali maupun
terkendali satu fase!
2. Rancanglah sedemikian rupa sebuah rangkaian penyearah setengah
gelombang dan gelombang penuh, baik yang tidak terkendali maupun
terkendali tiga fase!
KOMUTASI THYRISTOR
BAB
6
I. TUJUAN UMUM PERKULIAHAN
Setelah membaca bab ini mahasiswa atau pembaca diharapkan mengetahui
dan memahami cara-cara mengkomutasikan thyristor dan selanjutnya dapat
merencang rangkaian komutasi thyristor.
1. Komutasi Jala-jala
Komutasi jala-jala disebut juga komutasi alami. Apabila rangkaian thyristor
mendapat sumber daya dari sistem tegangan ac, siklus negatif pada tegangan ac
akan dapat mengkomutasikan thyristor secara alami. Oleh karena itu, teknik
mengkomutasikan seperti ini disebut dengan komutasi jala-jala. Siklus tegangan
negatif ini harus dipertahankan selama selang waktu yang lebih besar dari waktu
turn-off thyristor seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.1 yang menyajikan
bentuk gelombang pada konverter terkendali satu fase. Selang waktu pemberian
tegangan mundur t0 harus lebih besar daripada waktu turn-off yang dispesifikasikan
oleh thyristor, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.1.
Jika hendak memastikan terjadinya komutasi, maka kejadian berikut harus
terdapat pada rangkaian thyristor, yakni:
1. Thyristor berikutnya yang akan konduksi harus berada dalam kondisi bias
maju.
2. Ketika thyristor yang berikutnya diberikan pulsa penyulut, arus beban harus
dipindah dari thyristor sebelumnya.
3. Thyristor yang akan dikomutasikan harus berada dalam keadaan bias
mundur, selama selang waktu yang lebih besar dari waktu turn-off yang
dispesifikasikan pada thyristor.
Beberapa konverter yang mempergunakan komutasi jala-jala adalah:
Penyearah terkendali, Pengendali tegangan AC dan siklokonverter.
A K
VO
(a)
VT
(b)
Gambar 6.1 Bentuk Gelombang pada Konverter Terkendali Satu Fase: (a)
Rangkaian; dan (b) Bentuk Gelombang Keluaran
Penyelesaian:
Waktu turn-off thyristor harus lebih kecil dari t0, dimana:
178⁄180 .
2. . 60
9,25 . ............................ (6.1).
Pada umumnya, waktu turn-off thyristor pengatur fase dalam skala mikro detik,
oleh karena itu waktu t0 sudah cukup besar untuk memastikan terjadinya komutasi.
Gambar 6.2. Rangkaian Komutasi Beban: (a) Untuk Beban R Rendah; dan (b)
Untuk Beban R Tinggi
Perhatikan Gambar 6.2. (a). Pada saat thyristor T mendapatkan pulsa penyulut pada
t = 0, berlaku:
1
. . … … … … 6.2
Jika R2 < 4L/C, maka arus i akan mengalir pada kondisi peredaman kecil.
Penyelesaian dari persamaan (6.2) untuk arus peredaman yang kecil dapat
dinyatakan dengan persamaan:
........................... (6.3); dimana
⁄
⁄2 ; ;
√
… … … … … … … 6.4
.
. … … … … … … 6.5
… … … … … … … 6.6
.
… … … … … … … … … 6.7
Dengan cara yang sama, rangkaian Gambar 6.2 (b) dapat dianalisis sebagai berikut.
Pada saat thyristor T mendapat penyulutan pada t= 0, untuk kondisi awal
… … … … … … … … 6.8
.
dan
1
1
.
iR(t) = VR/R, dan karena VR = VC, maka
. 1 … … … 6.9
dan hukum kirchoff tentang arus, arus yang mengalir pada thyristor adalah:
. 1 . … … … … 6.10
.
Bentuk-bentuk gelombang rangkaian Gambar 6.2 (b) ditunjukkan pada Gambar 6.3,
10 10 4 9170 .
4000 .
3. Komutasi Paksa
Jika thyristor dikomutasikan dengan menggunakan elemen-elemen luar L
dan C yang tidak dilewati oleh arus beban secara terus menerus, maka proses
komutasi ini disebut komutasi paksa. Akibat transient komutasi berlangsung pada
periode yang sangat singkat, maka waktu turn-off pada komutasi paksa jauh lebih
kecil daripada komutasi jala-jala. Namun demikian, thyristor yang dikomutasikan
harus mendapatkan bias mundur selama selang waktu yang lebih besar dari waktu
turn-off yang dispesifikasikan. Thyristor yang terlebih dahulu mengalirkan arus
dapat dikomutasikan dengan memberikan pulsa tegangan mundur yang besar atau
dengan melewatkan pulsa arus luar yang lebih besar daripada arus beban dengan
arah yang berlawanan. Oleh karena itu komutasi paksa dapat diklasifikasikan
sebagai “komutasi tegangan” dan “komutasi arus”.
a. Komutasi Tegangan
Gambar 6.4. menunjukkan beberapa cara prinsip dasar komutasi tegangan.
Tegangan dapat diberikan secara paralel seperti gambar 6.4, atau seri seperti
Gambar 6.5.
Gambar 6.4. Prinsip Dasar Komutasi Paksa Tegangan yang Diberikan Secara
Paralel
Gambar 6.5. Prinsip Dasar Komutasi Tegangan yang Diberikan Secara Seri
Sakelar “S” pada Gambar 6.5 dapat berupa thyristor lain yang merupakan
bagian dari rangkaian komutasi. Jika thyristor ini aktif hanya selama selang waktu
komutasi, maka rangkaian komutasi disebut “komutasi tegangan bantu (Auxilliary
voltage commutation)“. Jika thyristor ini juga mengalirkan arus beban selain
digunakan untuk mengkomutasikan thyristor, maka rangkaian komutasi ini disebut
“komutasi tegangan berkomplement (complementary voltage commutation)”.
. … … … … … … … … … 2.12 .
Dan
1
. … … … … … … … … … … 6.13
1 … … … … … … … … 6.14
Saat arus kapasitor berada di bawah arus holding dari thyristor T2, thyristor
T2 akan terkomutasi secara alami. Pada saat thyristor T1 mendapat pulsa penyulut
untuk mengalirkan arus ke beban akan terjadi osilasi dengan loop C-T1-L-D-C,
sehingga polaritas tegangan pada kapasitor berlawanan dengan arah semula.
Dengan adanya dioda yang dipasang pada jalur rangkaian komutasi. Namun
Gambar 6.7 Bentuk-bentuk Gelombang Tegangan dan Arus Rangkaian Gambar 6.6
b. Komutasi Arus
Selanjutnya prinsip-prinsip komutasi arus ditunjukkan pada Gambar 6.10.
Pulsa arus biasanya dihasilkan dari rangkaian resonansi LC yang dikopel secara
langsung atau melalui trafo. Pulsa arus yang dihasilkan dapat dihubungkan secara
seri dengan thyristor utama atau dihubungkan paralel. Sebagaimana komutasi
tegangan, bila sakelar S yang dapat berupa thyristor lain, hanya bekerja selama
proses komutasi. Rangkaian komutasi disebut komutasi arus bantu, dan apabila
sakelar S ini juga mengalirkan arus ke beban, maka rangkaian komutasinya disebut
komutasi arus berkomplemen.
Prinsip kerja dari rangkaian komutasi ini adalah sebagai berikut: Misalnya
mula-mula thyristor T1 konduksi untuk mengalirkan arus ke beban. Kemudian,
kapasitor akan termuati dengan polaritas seperti ditunjukkan pada Gambar 6.11
karena proses komutasi sebelumnya. Bentuk gelombang Tegangan dan arus ini
ditunjukkan pada Gambar 6. 12.
Penyelesaian:
Untuk menentukan nilai kapasitor, perhatikan bentuk gelombang thyristor
T1 saat T2 disulut. Dari persamaan (6.11) dan (6.13) dengan kondisi awal Vc=-E,
diperoleh :
Vc= E(1-2e-t/RC), saat Vc=0, dimana thyristor T1 turn-off berlaku, 0 = 100 (102 e-
0,0001/5C
), sehingga didapatkan C = 29 µF.
Untuk menentukan nilai induktansi dapat diperoleh dari frekuensi osilasi, dimana
frekuensi osilasi 1/√ . Perhatikan bentuk gelombang T2, T2 akan turn-off pada ¼
periode osilasi, sehingga, 1/4x100x10-6 =1/2π√ akan diperoleh, L= 0,14 mH.
Penyelesaian:
Perhatikan bentuk gelombang ic pada gambar 6.12. Selang waktu komutasi
diperlukan sebesar tc, dimana awal komutasi dimulai pada arus ic=IL=40 ampere,
dan berakhir pada ic=IL=40 ampere. Persamaan arus osilasi ic=Im Sin ( )
dimana Im 40 ampere. Dipilih Im= 60 amp. Saat t=0, ic=40 amp. Diperoleh =
0.73, pada pertengahan tc, ic=Im dicapai pada saat ( 0,73) = π/2, dimana t sama
dengan setengah waktu turn-off T1 = 20 µdet, dan karena 1/√ , maka
1/√ (π/2- 0,73)/20.10-6 = 42051 rad/det.
Energi osilasi, 0,5LxI2 = 0,5CxV2, dimana I=60 dan V dipilih sama dengan 2E =400
volt, maka diperoleh L = 44,44C, sehingga dengan memasukkan persamaan L pada
, diperoleh:
C = 3,57 µF. Dan L = 158,6 µH.
(a) (b)
Gambar 6.15 Komutasi Pulsa Luar: (a) Mempergunakan Sakelar Transistor; dan (b)
Mempergunakan Kopling Trafo
EVALUASI
Soal Latihan:
1. Jelaskan persyaratan agar thyristor dapat dikomutasikan!
2. Jelaskan macam-macam rangkaian komutasi thyristor!
3. Jelaskan pengertian komutasi usia-jala! Lengkapi penjelasan Anda dengan
gambar!
4. Buatlah satu kasus, kemudian tentukan waktu turn-off thyristor yang
dipergunakan pada komutasi jala-jala!
5. Jelaskan pengertian komutasi beban! Lengkapi penjelasan Anda dengan
gambar!
6. Jelaskan persyaratan rangkaian beban agar thyristor dapat komutasi sendiri;
7. Buatlah satu kasus, kemudian tentukan waktu turn-off thyristor yang
dipergunakan pada komutasi beban bila diketahui nilai-nilai rangkaian
komutasi!
8. Jelaskan pengertian komutasi paksa! Lengkapi penjelasan Anda dengan
gambar!
9. Jelaskan macam-macam rangkaian komutasi paksa! Lengkapi penjelasan
Anda dengan gambar!
Tugas Proyek:
Tiap-tiap kelompok merancang dan membuat satu proyek rangkaian komutasi
thyristor.
BAB
PENGENDALI TEGANGAN AC 7
I. TUJUAN UMUM PERKULIAHAN
Setelah membaca bab ini, mahasiswa atau pembaca diharapkan memahami
prinsip kerja pengendali tegangan AC dan cara-cara pengaturan daya pada beban.
A. PENDAHULUAN
Apabila suatu thyristor dihubungkan antara suplai daya dan beban, daya
yang mengalir pada beban dapat dikendalikan dengan memvariasikan nilai efektif
tegangan yang diberikan pada beban. Tipe pengendalian semacam ini disebut
dengan pengendali tegangan AC. Pada umumnya pengendali tegangan AC
digunakan sebagai:
1. Pengendali temperatur untuk kebutuhan industri;
2. Pengubah tap trafo;
3. Pengatur cahaya;
4. Pengendali kecepatan motor induksi tiga fase.
B. PENGENDALI ON-OFF
Prinsip pengendali ini dapat diilustrasikan seperti pada Gambar 7.1, dan
bentuk gelombang tegangan keluarannya ditunjukkan pada Gambar rangkaian 7.2.
T1
T2
sin . … … … … 7.1 .
2
K = n/(m+n).
1
. .
2
= 2 … … … … … … … … … … … … 7.2
√
VDC = . .
= 2 1 … … … … … … … … … … … … … 7.3
IL
VS VO
1
.
2
= .................... (7.4).
√
L ...................................... (7.5)
i= ........................ (7.6)
dimana, Z = dan /
Nilai A pada persamaan (7.4), dapat ditentukan dengan memasukkan kondisi awal
arus i, dimana pada saat , i = 0, sehingga diperoleh:
/
i= . .............. (7.7)
Perhatikan Gambar 7.8, arus beban akan mencapai nol pada saat , sehingga
dari persamaan (7.7) diperoleh persamaan:
/
. ........................ (7.8)
Nilai ini dapat ditentukan dengan menyelesaikan persamaan (7.6). Berdasarkan
Gambar 7.4, sudut konduksi SCR dapat ditentukan dengan persamaan:
........... (7.10)
√
IT1
Io = Ia
Ia
Beban ≪ Induktif
IT2 IT3
Ib VO
Ic
IDm
2
;
3
2
.
3
Sementara tegangan line ke line mengikuti prsamaan berikut:
√3
5
√3
6
9
√3
6
Gambar 7.8. Bentuk Gelombang dari Rangkaian Gambar 7.7. pada α = 900
Gambar 7.9. Bentuk Gelombang dari Rangkaian Gambar 7.7, pada α ≤ π/3
(a)
(b)
Gambar 7.10. Rangkaian Pengatur Tegangan AC 3 Fase Terkendali Penuh: (a)
Hubungan Delta (); dan (b) Hubungan Bintang (Y)
EVALUASI
Soal Latihan:
1. Jelaskan cara kerja pengendali tegangan AC satu fase!
2. Buatlah satu kasus, kemudian hitung tegangan keluaran dan daya yang
dikirim ke beban bila di ketahui tegangan masukan serta impedansi beban
pada pengendali tegangan AC satu fase!
Tugas Proyek:
Rancanglah sedemikian rupa satu rangkaian pengendali tegangan AC satu fase
dan tiga fase!
CHOPPER
BAB
8
I. TUJUAN UMUM PERKULIAHAN
Setelah membaca bab ini, mahasiswa atau pembaca diharapkan akan dapat
memahami penggunaan chopper untuk berbagai pemanfaatan energi listrik DC.
A. PENDAHULUAN
Dalam berbagai pemanfaatan energi listrik di industri sering diperlukan
variasi tegangan DC untuk kebutuhan beban, sehingga diperlukan peralatan yang
mampu mengkonversi tegangan dc ke dc sesuai kebutuhan. Peralatan yang
mampu melakukan hal tersebut disebut Chopper DC, atau disebut saja Chopper.
Chopper merupakan suatu konverter untuk merubah energi listrik dari
sistem tegangan dc yang tetap ke sistem tegangan dc yang dapat diubah-ubah. Baik
nilainya dinaikkan, maupun diturunkan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
+ DC +
v CHOPPER Vo ‐
E
‐
… … … 8.3 i
… … … 8.4
/
Faktor k dapat divariasikan dari 0 hingga 1 yang diperoleh dari variasi nilai
t1, T, atau f. Kemudian, tegangan output Vo dapat divariasikan dari 0 hingga V yang
diperoleh dari pengendalian k, dan pengaliran dapat dikendalikan.
a. Pengendalian dalam kondisi frekuensi konstan, (Constant-frequency
operation). Frekuensi chopper, f (untuk periode chopper T) dijaga tetap
… … … 8.5
0,5 2376,2 .
sin 2 cos 2
220 2
sin 2 1000 140,06 sin 6283,2 … … … 8.8
,
Dan nilai rms 99,04 .
√
Catatan:
Perhitungan efisiensi, dengan memperhitungkan rugi-rugi hantaran
chopper, tetapi tanpa memperhitungkan rugi-rugi sakelar pada saat on dan
of ketika chopper dioperasikan. Efisiensi chopper dalam prakteknya sekitar
92% s.d. 99%.
… … … 8.9 .
/
1 … … … 8.10
… … … 8.11 .
0 … … … 8.12
/
1 … … … 8.13
Model ini valid pada 0 ≤ t ≤ t2 [= (1 – k)T]. Di bagian akhir model ini arus
beban diperoleh melalui persamaan berikut:
… … … 8.14
Pada saat siklus pertama berakhir pada model 2, waktu siklus operasi
chopper selanjutnya adalah T = 1/f = t1 + t2.
/ /
1 … … … 8.15
/ /
1 … … … 8.16
∆ .
/
1
∆ /
… … … 8.17
1
∆ tan … … … 8.19 .
Jika 4fL ≫ R, tanh θ ≅ , maka nilai arus rippel maksimum yang mendekati adalah:
∆ … … … 8.20 .
/
1 dan persamaan (8.13)
dengan standar pengujian pada 0 ≤ t ≤ t2, pada i2(t = t2) = I3 = I1 = 0, adalah:
1 .
Contoh 8.2
Sebuah chopper dengan beban RL, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8.4
dengan tegangan sumber, Vs = 220 V, R = 5 Ω, L = 7,5 mH, f = 1 kHz, k = 0,5, dan
E = 0 V. Hitunglah: (a) arus beban minimum sesaat I1; (b) Arus beban puncak sesaat
I2; (c) arus beban rippel puncak-puncak; (d) nilai rata-rata arus beban Ia; (e) arus
beban rms Io; (f) Resistansi input dilihat pada sisi sumber Ri; dan (g) Arus chopper
rms IR.
Penyelesaian:
Diketahui: Vs = 220 V; R = 5 Ω; L = 7,5 mH; k = 0,5 dan f = 1 kHz.
Berdasarkan persamaan (8.15), I2 = 0,7165I1 + 12, 473 dan persamaan (8.16)
I1 = 0,7165I2 + 0.
(a) Dengan menggunakan kedua persamaan tersebut diperoleh nilai I1 =
18,37 A.
(b) I2 = 25,63 A.
(c) ΔI = I2 – I1 = 25,63 – 18,37 = 7,26 A. Dari persamaan (8.19) ΔImaks =
7,26 A, dan persamaan (8.20) memberikan nilai pendekatan/perkiraan,
ΔImaks = 7,33 A.
, ,
(d) Arus beban rata-rata kira-kira: 22 .
(e) Anggaplah bahwa arus beban mengalir secara linier dari I1 ke I2, dengan
demikian arus beban dapat dihitung dengan persamaan:
∆
; untuk 0 1 . Nilai ram arus beban dapat dihitung
melalui persmaaan:
… … … 8.21 .
√ √
Contoh 8.3
Rangkaian chopper yang ditunjukkan pada Gambar 8.4 memiliki nilai
resistansi beban R = 0,25 Ω; tegangan input Vs = 550 V, dan tegangan baterai
E = 0 V. Arus beban rata-rata Ia = 200 A, dan frekuensi chopper f = 250 Hz.
Gunakanlah nilai tegangan output rata-rata untuk menghitung beban yang
bersifat induktansi L, dengan arus rippel beban maksimum sebesar 10% dari
Ia.
Penyelesaian:
Diketahui: Vs = 550 V; R = 0,25 Ω; E = 0 V; f = 250 Hz; T = 1/f = 0,004 detik;
dan Δi = 200 x 0,1 = 20 A. Tegangan output rata-rata Va = kVs = RIa. Tegangan
yang melingkupi induktor adalah:
1 .
SW
∆ … … … 8.23
I1 sebagai inisial dari arus model 1. Pada model 1, arus akan terus meningkat pada
kondisi 0 atau 0.
I2 sebagai inisial arus dari model 2. Untuk sistem stabil, arus akan turun dan
Jika kondisi ini tidak memuaskan, arus pada induktor bakat terus muncul
dan akan menyebabkan ketidakstabilan sistem. Kemudian, untuk mengontrol
transfer daya harus menjaga kondisi: 0 < Vs < E ………… (8.27)
Persamaan (8.27) menunjukkan bahwa tegangan sumber Vs harus lebih
rendah daripada tegang E, agar dapat ditransfer daya dari sumber yang tetap atau
variabel ke tegangan DC yang tetap. Chopper akan mentransfer daya sumber DC
tetap atau reostat. Ketika chopper di-on-kan, maka energi akan ditransfer dari
sumber Vs ke induktor L. Ketika chopper di-off-kan, maka sejumlah energi akan
disimpan pada induktor dan akan mengisi baterai E.
Catatan: Jika chopper tidak dioperasikan, maka vs menjadi lebih tinggi dari
E untuk mentransfer daya dari Vs ke E.
D. PARAMETER CHOPPER
Komponen semikonduktor hanya membutuhkan waktu yang sedikit untuk
on dan off. Selanjutnya, siklus k hanya dapat dikontrol antara nilai minimum dan
maksimum yang bersesuaian dengan nilai minimum dan maksimum tegangan
output. Frekuensi pensakelaran chopper juga terbatas. Hal ini dapat dibaca dari
persamaan (8.20).
E. TIPE CHOPPER
Chopper penurun tegangan secara bertahap seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 8.3a hanya mengalirkan daya dari suplai ke beban dan digolongkan sebagai
chopper tipe A. Jika ditinjau dari pengaliran arus dan tegangan, maka chopper dapat
digolongkan menjadi lima tipe atau klasifikasi, yakni:
1. Chopper tipe A;
2. Chopper tipe B;
3. Chopper tipe C;
4. Chopper tipe D; dan
1. Chopper tipe A
Tinjauannya dilihat dari arus beban yang mengalir ke beban. Pada chopper
tipe A, tegangan dan arus beban berada pada diagram positif, sebagaimana yang
ditunjukkan pada Gambar 8.8a. Chopper ini hanya menempati satu kuadran dalam
pengoperasiannya, yakni kuadran I. Chopper ini sering disebut sebagai penyearah.
2. Chopper tipe B
Arus beban mengalir keluar dari beban. Tegangan beban bernilai positif dan
arus beban bernilai negatif, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8.8b. Chopper
ini hanya menempati satu kuadran juga, kuadran IV. Chopper ini sering disebut
sebagai inverter. Chopper tipe A dan B ditunjukkan pada Gambar 8.9a. Ketika
sakelar S1 di-on-kan, tegangan E mendorong arus mengalir menuju ke induktor L
dan tegangan beban vL menuju nol. Bentuk masing-masing tegangan dan arus beban
1 0 … … … 8.28 . Pada
1 ; untuk 0 … … … 8.29
3. Chopper tipe C
Chopper yang mengalirkan arus selain positif atau negatif, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 8.8c. Tegangan beban senantiasa positif. Tipe chopper
ini disebut juga sebagai chopper dua kuadran (I dan IV).
Pada rangkaian chopper tipe C, terdapat dua SCR dan dua buah dioda yang
dapat dikonduksikan dan dikomutasikan. Untuk operasi arus positif, thyristor T1
dan dioda D1 dioperasikan sebagaimana chopper type A. Untuk operasi arus negatif
thyristor T2 dan dioda D2 dioperasikan sementara T1 dan D1 off sebagaimana
chopper tipe B. Jika E 0, dan T2 dikonduksikan arus negatif akan mengalir dan
energi dari baterai E akan disimpan dalam filter L. Jika thyristor T2 yang konduksi
dan T1 off, maka chopper bekerja sebagai chopper tipe B. Sementara jika T1 yang
konduksi dan T2 off, maka chopper bekerja sebagai chopper tipe A. Jadi chopper C
merupakan penggabungan chopper tipe A dan B.
Selain rangkaian chopper tipe A, B, dan C, masih dikenal rangkaian chopper
tipe D dan E seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8.11 dan Gambar 8.12.
4. Chopper tipe D
Pada chopper tipe D, arus beban senantiasa positif. Tegangan beban boleh
saja selain positif atau negatif, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8.8d.
Chopper tipe D dapat dioperasikan bukan sebagai penyearah atau sebagai inverter,
seperti ditunjukkan pada Gambar 8.11. Jika S1 dan S4 on (tertutup), maka vL dan iL
positif. Jika S1 dan S4 off (terbuka), maka arus beban iL akan positif dan terus
mengalir untuk beban yang bersifat sangat induktif. Dioda D2 dan D3 membagi
cabang arus beban dan tegangan beban yang akan membalik.
5. Chopper tipe E
Chopper tipe E memberikan arus beban yang berlawanan dengan positif
atau negatif, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8.8e. Tegangan beban selain
positif juga negatif. Chopper tipe E disebut juga sebagai chopper empat kuadran (I
– IV). Chopper tipe C dapat dikombinasikan untuk mendapatkan chopper tipe E,
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8.12a. Polaritas tegangan dan arus beban
ditunjukkan pada Gambar 8.12b. Komponen yang bekerja menurut posisi kuadran
kerja chopper ditunjukkan pada Gambar 8.12c. Untuk bekerja pada keempat
1. Regulator Buck
Pada regulator buck, tegangan output rata-rata Va akan lebih rendah
daripada tegangan input Vs –inilah yang disebut “Buck”, sebuah regulator yang
sangat populer. Gambar rangkaian regulator buck (regulator penurun)
menggunakan sebuah BJT daya seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8.14a, dan
rangkaian ini lebih cocok disebut sebagai chopper penurun (stepdown chopper).
Pengoperasian rangkaian dibagi menjadi dua model. Model 1 dimulai saat transistor
Q1 disakelar off (dibuka) pada saat t = t1. Dioda freewheeling Dm konduksi untuk
meneruskan energi yang tersimpan di dalam induktor dan induktor mengeluarkan
arus secara kontinu melalui komponen L, C, beban, dan dioda Dm. Arus induktor
akan berhenti setelah transistor Q1 disakelar on (ditutup) pada siklus berikutnya.
Rangkaian ekuivalen untuk Model ini ditunjukkan pada Gambar 8.14b. Bentuk
gelombang tegangan dan arus ditunjukkan pada Gambar 8.14c, yang dimaksudkan
untuk mempertahankan agar arus tetap mengalir di dalam induktor L. Arus induktor
akan berhenti bergantung frekuensi pensakelaran, filter induktansi, dan kapasitansi
kapasitor.
Gambar 8.14. Regulator Penurun Tegangan dengan Arus Induktor iL yang Kontinu
∆
atau … … … 8.31
… … … 8.34
∆ … … … 8.37
atau
1
∆ … … … 8.38
1 ∆ ∆ ∆
∆ 0 … … … 8.39
4 8 8
∆ … … … 8.40
8
atau
1
∆ … … … 8.41
8
Chopper step-down (Regulator buck) hanya memerlukan satu transistor.
Rangkaiannya simpel, tetapi memiliki efisiensi yang tinggi, sekitar 90%.
Differensiasi arus beban menunjukkan keterbatasan dari induktor yang digunakan.
Sementara itu, penghentian dan penyaringan arus input dengan halus diperlukan
untuk keperluan normal. Regulator buck membagi satu polarisasi menjadi tegangan
output dan arus output yang tidak langsung. Regulator buck memerlukan rangkaian
proteksi yang mampu membuat hubung singkat berupa jalur dioda.
Contoh 8.4
Rangkaian chopper “regulator buck” seperti yang ditunjukkan pada Gambar
8.14a memberikan tegangan input, Vs = 12 V. Diharapkan mampu
memberikan tegangan output rata-rata, Va = 5 V, dan tegangan rippel output
puncak-puncak sebesar 20 mV. Frekuensi pensakelarannya 25 kHz. Jika arus
rippel puncak-puncak induktor dibatasi maksimal 0,8 A, hitunglah: (a) faktor
siklus, k; (b) filter induktansi L; dan (c) filter kapasitor C.
Penyelesaian:
Diketahui: Vs = 12 V; ΔVc = 20 mV; ΔI = 0,8 A; frekuensi f = 25 kHz; dan
Va = 5 V.
(a) Berdasarkan persamaan (8.34), Va = kVs dan k =Va/Vs =5/12 = 0,4167 =
41,67%.
(b) Menurut persamaan (8.37):
5 12 5
145,83
0,8 25.000 12
2. Regulator boost
Pada chopper regulator boost, tegangan output lebih besar daripada
tegangan input, sehingga disebut “boost”. Regulator boost menggunakan MOSFET
daya seperti yang ditunjukka pada Gambar 8.15a.
atau
∆
… … … 8.43
dan arus induktor menurun secara linier dari I2 ke I1 pada saat t2 sehingga,
∆
… … … 8.44
atau
∆
… … … 8.45
∆ .
… … … 8.46
1
Dengan mengasumsikan bahwa 1 , maka arus input
rata-rata adalah: … … … 8.47 .
∆ … … … 8.49
atau
∆ … … … 8.50
Pada saat transistor on, maka kapasitor mensuplai arus ke beban dalam
kondisi t = t1. Arus rata-rata yang diberikan oleh kapasitor pada saat itu adalah Ic =
Ia dan tegangan rippel rata-rata kapasitor adalah:
1 1
∆ 0 … … … 8.51
∆ … … … 8.52
atau
∆ … … … 8.53
Penyelesaian:
Diketahui: Vs = 5 V; Va = 15 V; f = 25 kHz; L = 150 µH; dan C = 220 µF.
(a) Dari persamaan (8.46) didapat: 15 = 5/(1 – k) atau k = 2/3 = 0,6667 =
66,67%.
(b) Dari persamaan (8.49) diperoleh:
5 15 5
∆ 0,89 .
25.000 150 10 15
(c) Dari persamaan (8.47) diperoleh:
∆ 0,89
1,5 1,945 .
2 2
(d) Dari persamaan (8.53) diperoleh:
0,5 0,6667
∆ 60,61 .
25.000 220 10
3. Regulator Buck-boost
Regulator buck-boost dapat dibagi menjadi dua jika ditinjau dari tegangan
ouputnya yang bisa lebih rendah atau lebih tinggi daripada tegangan inputnya –
disebutlah “buck-boost”. Polaritas tegangan outputnya berlawanan dengan
tegangan inputnya. Regulator ini dikenal juga sebagai “inverting regulator”.
Rangkaian regulator ini ditunjukkan pada Gambar 8.16a.
Rangkaian pengoperasian chopper jenis ini dapat dibagi menjadi dua model. Model
1, ketika transistor Q1 di-on-kan dioda Dm dibias terbalik. Arus input muncul dan
mengalir melewati induktor L dan transistor Q1. Model 2, transistor Q1 di-off-kan
dan arus yang mengalir pada induktor L akan mengalir melewati L, C, Dm, dan
beban. Energi yang tersimpan di dalam induktor akan ditransfer ke beban, dan arus
Jika diasumsikan bahwa arus induktor muncul dan mengalir secara linier dari I1 ke
I2 pada saat t1, maka tegangan sumber Vs dapat dihitung sebagai berikut:
∆I
… … … 8.54
dan arus induktor menurun secara linier dari I2 ke I1 pada saat t2, sehingga
diperoleh:
∆
… … … 8.56 ,
atau
∆
… … … 8.57 ,
∆ .
… … … 8.58
1
Jika diasumsikan bahwa rugi-rugi daya rangkaian, VsIs = -VaIa = VsIak/(1 – k),
maka rata-rata arus input Is dalam hubungannya dengan rata-rata arus output
adalah:
… … … 8.59
1
Periode pensakelaran T dapat dihitung dari persamaan:
1 ∆ ∆ ∆
… … … 8.60
∆ … … … 8.61
atau
∆ … … … 8.62
Ketika transistor Q1 on, kapasitor mensuplai arus ke beban saat t = t1. Nilai rata-
rata arus buang kapasitor Ic = Ia dan tegangan rippel puncak-puncak kapasitor
adalah:
∆ … … … 8.64
atau
∆ … … … 8.65 .
Contoh 8.6.
Regulator buck-boost seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8.16a, memiliki
tegangan input Vs = 12 V; faktor siklus k= 0,25; dan frekuensi pensakelaran
25 kHz. Induktansi L = 125 µH dan kapasitansi filter kapasitor C = 220 µF.
Arus beban rata-rata Ia = 1,25 A. Hitunglah: (a) tegangan output rata-rata Va;
(b) tegangan rippel output puncak-puncak ΔVc; arus rippel puncak-puncak
induktor ΔI; dan (d) arus puncak transistor Ip.
Penyelesaian:
Diketahui: Vs = 12 V; k = 0,25; Ia = 1,25 A; f = 25 kHz; L = 150 µH; dan C
= 220 µF.
(a) Dari persamaan (8.58) Va = (-12 x 0,25)/(1 – 0,25) = -4 V.
(b) Dari persamaan (8.65) tegangan rippel output puncak-puncak adalah:
1,25 0,25
∆ 56,68 .
25.000 220 10
4. Regulator cuk
Rangkaian regulator cuk menggunakan BJT daya sebagaimana ditunjukkan
pada Gambar 8.17a. Seperti regulator Buck-boost, regulator cuk membagi tegangan
output menjadi lebih rendah atau lebih tinggi daripada tegangan input, tetapi
polaritas tegangan output bertolak belakang atau berbalikan dengan tegangan input.
Oleh karena itu, regulator cuk dinamai inventor [1]. Pada saat tegangan input di-
on-kan dan transistor Q1 disakelar off (terbuka), dioda Dm dibasa maju, dan
kapasitor mengisi melalui L1, Dm, dan tegangan input suplai, Vs.
Kerja rangkaian dapat dibagi menjadi dua model. Kerja Model 1 dimulai
ketika transistor Q1 di-on-kan, saat itu t = 0. Arus akan muncul pada induktor L1.
Pada saat yang sama tegangan kapasitor C1 membias terbalik dioda Dm, sehingga
dia menyumbat. Kapasitor membuang energinya ke rangkaian melalui C1, C2, ke
beban, dan ke L2. Kerja Model 2 dimulai ketika transistor Q1 tersumbat saat t = t1.
Kapasitor C1 terisi muatan dari tegangan sumber dan energi yang tersimpan pada
induktor L2 yang ditransfer ke beban. Dioda Dm dan transistor Q1 mensikronkan
proses pensakelaran. Kapasitor C1 mentransfer setengah energi yang diperoleh dari
sumber tegangan ke beban. Rangkaian ekuivalen kedua model operasi tersebut
ditunjukkan pada Gambar 8.17b. Dan bentuk gelombang arus dan tegangan steady-
state ditunjukkan pada Gambar 8.17c, pada saat arus beban mengalir.
Anggaplah bahwa arus dari induktor L1 muncul dan mengalir secara linier
dari IL11 ke IL12 pada saat t1, sehingga diperoleh:
∆
… … … 8.66
atau
∆
… … … 8.67
Vc1 adalah tegangan rata-rata pada kapasitor C1, dan ΔI1 = IL12 – IL11. Kemudian
dari persamaan (8.66) dan (8.68) diperoleh:
∆ .
… … … 8.70
1
Diasumsikan bahwa arus filter induktor L2 muncul dan mengalir secara linier dari
IL21 ke IL22 pada saat t1, sehingga diperoleh:
∆
… … … 8.71
atau
∆
… … … 8.72
dan arus induktor L2 akan terus berkurang secara linier dari IL22 ke IL21 saat t2,
sehingga diperoleh:
∆
… … … 8.73
atau
∆
… … … 8.74
dimana ΔI2 = IL22 – IL21. Dari persamaan (8.71) dan (8.73), diperoleh:
… … … 8.75 .
… … … 8.76 .
1
Dengan mengasumsikan bahwa rugi-rugi rangkaian, VsIs = -VaIa = VsIak/(1 – k),
sehingga diperoleh rata-rata arus input sebagai berikut:
… … … 8.77
1
∆ … … … 8.79
atau
∆ … … … 8.80 .
∆ … … … 8.82 atau
∆ … … … 8.83 .
Pada saat transistor Q1 beralih kondisi dari on ke off, energi yang ditransfer oleh
kapasitor C1 diperoleh dari pengisian muatan oleh arus input pada saat t = t2. Arus
pengisian rata-rata C1 adalah IC1 = Is, dan tegangan rippel puncak-puncak kapasitor
C1 adalah:
1 1
∆ … … … 8.84
∆ … … … 8.85
atau
1
∆ … … … 8.86
Jika diasumsikan bahwa arus rippel beban Δio dapat diabaikan, maka ∆ ∆ .
Contoh 8.7.
Tegangan input regulator cuk sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 8.17a
adalah Vs = 12 V. Faktor k = 0,25 dan frekuensi pensakelaran 25 kHz.
Induktansi filter L2 = 150 µH dan kapasitansi filter C2 = 220 µF. Kapasitansi
kapasitor pentransfer energi C1 = 200 µF dan induktansi L1 = 180 µH. Arus
beban rata-rata Ia = 1,25 A. Hitunglah: (a) tegangan output rata-rata Va; (b)
arus input rata-rata Is; (c) arus rippel puncak-puncak induktor L1, ΔI1; (d)
tegangan rippel puncak-puncak kapasitor C1, ΔVC1; (e) arus rippel puncak-
puncak induktor L2, ΔI2; (f) tegangan rippel puncak-puncak kapasitor C2,
ΔVC2; dan (g) arus puncak transistor Ip.
Penyelesaian:
Diketahui: Vs = 12 V; k = 0,25; Ia = 1,25 A; f = 25 kHz; L1 = 180 µH; C1 =
200 µF; L2 = 150 µH; dan C2 = 220 µH.
(a) Dari persamaan (8.76), Va = (-0,24 x 12)/(1 – 0,25) = -4 V.
(b) Dari persamaan (8.77), Is = (1,25 x 0,25)/(1 – 0,25) = 0,42 A.
(c) Dari persamaan (8.80), ΔI1 = (12 x 0,25)/(25.000 x 180 x 10-6) = 0,67 A.
sin … … … 8.91 .
… … … 8.92 .
T1 T1
T1 T1
menjadi –Vc. Hal ini sering disebut sebagai chopper dalam keadaan siap komutasi.
… … … 8.94
dimana Im adalah arus beban puncak. Waktu off rangkaian toff harus lebih tinggi
daripada waktu off thyristor, tq. Variasi toff diikuti oleh variasi arus beban, dan harus
dirancang untuk kondisi terburuk, yang mungkin terjadi pada nilai maksimum arus beban
dan nilai minimum tegangan kapasitor.
… … … 8.95
Model 3 dimulai ketika dioda freewheel Dm mulai konduksi, dan arus beban
berkurang. Energi yang tersimpan di dalam induktansi sumber Ls akan ditransfer ke
kapasitor. Arusnya dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
cos … … … 8.97
dan tegangan sesaat kapasitor vc adalah:
sin 8.98
menuju nol dan kapasitor terisi kembali oleh tegangan pengisian Vx menurut
persamaan:
∆ … … … 8.99
dimana Vs dan Vx adalah tegangan lebih dan tegangan puncak kapasitor komutasi
yang muncul pada rangkaian model 3 ini. Persamaan (8.98) terkait dengan tegangan
lebih pengisian kapasitor diperoleh persamaan sebagai berikut:
∆ … … … 8.100
∆ sin … … … 8.101 .
rendah akan menjadi nol, dan dioda D1 berhenti menghantar. Persamaan (8.102)
tegangan komutasi yang cukup pada kapasitor dengan persamaan berikut:
2∆ ∆ … … … 8.103 .
Jika tidak terjadi pengisian lebih, maka tidak akan terjadi penurunan pengisian.
Model 5 mulai bekerja pada saat proses komutasi selesai dan arus beban
terus mengalir melalui Dm (D1 ditiadakan atau D1 dihubung singkat pada Model 4).
Model ini berakhir bekerja pada saat thyristor utama disulut ulang untuk siklus
berikutnya. Perbedaan bentuk gelombang antara arus dan tegangan pada chopper
thyristor yang dikomutasi impuls ditunjukkan pada Gambar 8.20.
Tegangan output rata-rata untuk chopper ini dapat dihitung dengan
persamaan berikut:
1 1
… … … 8.104 .
2
Dengan menggunakan satuan-satuan yang terkait dengan persamaan (8.104) pada
saat k = 0, tegangan output yang diperoleh menjadi sebagai berikut:
0 0,5 … … … 8.105
Hal itu merupakan batas minimum tegangan output chopper. Kemudian T1 harus
on pada waktu minimum untuk memberikan pengisian terbalik pada
kapasitor, dan nilai tr harus ditetapkan pada rancangan rangkaian. Kemudian, untuk
meminimumkan waktu siklus dan tegangan output, nilai tr ditetapkan adalah:
… … … 8.106 .
1 … … … 8.109
Contoh 8.8.
Beban yang memiliki nilai induktif tinggi dikontrol oleh chopper seperti
yang ditunjukkan pada rangkaian Gambar 8.18 mendapatkan arus beban rata-rata,
Ia = 425 A dengan nilai arus puncak Im = 450 A. Tegangan input suplai, Vs = 220
V. Frekuensi chopper, f = 400 Hz, dan waktu menuju tersumbat thyristor utama, tq
= 18 µs. Jika arus puncak yang mengalir pada thyristor utama dibatasi 180% dari
Im dan induktansi sumber dapat diabaikan (Ls = 0), maka hitunglah: (a) kapasitansi
komutasi C; (b) induktansi Lm; (c) tegangan output minimum dan maksimum.
Penyelesaian:
Ia = 425 A; Im = 450 A; Vs = 220 V; f = 400 Hz; Th = 18 µs; Ls = 4 µH;
da C = 40 µF.
(a) Dari persamaan (8.100) dapat dihitung tegangan lebih, ∆ 450
Gambar 8.22. Chopper Tiga Thyristor Dikomutasi dengan Impuls dan Pengisian
Terbalik Independen
menjadi –Vc. Kemudian resonansi terus beosilasi melalui dioda D1 dan thyristor T1.
… … … 8.114
… … … 8.115
2 2
… … … 8.116 .
… … … 8.117 .
Model 5 mulai bekerja ketika dioda freewheel Dm mulai konduksi dan arus
beban mengalir melalui Dm. Energi yang tersimpan pada induktor komutasi Lm dan
induktor sumber Ls ditransfer ke kapasitor C. Selanjutnya, ,
arus kelebihan pengisian akan menuju nol dan kapasitor akan diisi kembali dengan
tegangan:
∆ … … … 8.118 .
dimana
∆ … … … 8.119 .
Model 6 mulai ketika pengisian lebih tercapai dan dioda D1 menjadi off.
Arus beban terus saja mengalir menuju titik terendah hingga thyristor utama disulut
ulang pada siklus berikutnya. Pada kondisi stedy-state, Vc = Vs. Tegangan output
rata-rata diberikan oleh persamaan berikut:
1
0,5
0,5 … … … 8.120 .
Meskipun rangkain tidak memiliki kendala pada nilai minimum siklus k,
dalam prakteknya nilai k tidak bisa menjadi nol. Nilai maksimum k adalah:
1 … … … 8.121 .
Contoh 8.10.
Beban yang mengandung nilai induktansi yang tinggi yang dikendalikan
oleh chopper, seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 8.24 memberikan arus rata-
rata Ia = 425 A dengan nilai arus puncak Im = 450 A. Tegangan suplai Vs = 220 V.
Frekuensi chopper f = 400 Hz, induktansi komutasi Lm = 8 µH, dan kapasitansi
komutasi C = 40 µF. Jika induktansi sumber adalah Ls = 4 µH, hitunglah (a) arus
resonansi puncak, Ip; (b) tegangan beban puncak, Vx; (c) waktu mematikan, toff;
dan (d) tegangan output minimum dan maksimum.
Penyelesaian:
Waktu pembalikan, √8 40 56,2 . Dari persamaan (8.119)
tegangan lebih, ∆ 450 8 4 /40 246,5 dan dari persamaan
(8.118) tegangan puncak kapasitor, VC = Vx = 220 + 246,5 = 466,5 V.
37,6 .
(d) Dari persamaan (8.117), 220 19,6 dan 37,6
Sebuah chopper dengan beban yang memiliki induktansi tinggi seperti yang
disajikan pada Gambar 8.27a. Arus rippel beban dapat diabaikan (ΔI = 0). Jika arus
beban rata-rata, Ia, arus puncak beban Im = Ia + ΔI = Ia. Arus input yang berbentuk
pulsa ditunjukkan pada Gambar 8.27b, mengandung harmonisasi dan dapat
diuraikan dalam bentuk deret Fourier sebagai berikut:
sin 2 cos 2
resonansi. Jika f/f0 ≫ 1, yang berlaku untuk semua kasus, arus harmonik nah pada
suplai adalah:
… … … 8.125 .
Gambar 8.28. Chopper
dengan Filter Input
Gambar 8.29. Rangkaian Ekuivalen
untuk Arus‐arus Harmonik
Penyelesaian:
Vs = 220 V; Im = 440 A; toff = 25 µs; Ls = 4 µH; dan Vo(min) = 0,05 x 220 =
11 V. Variasi bentuk gelombang arus dan tegangan kapasitor ditunjukkan
pada Gambar 8.30.
(a) Dari persamaan (8.94), (8.99), dan (8.100), waktu menuju kondisi off
adalah:
atau
2
.
30
380 0,8 440 352 atau 34,96 .
(c) Pada tahap ini akan dihitung jangkauan kualitas parameter masing-
masing komponen.
T1: Arus rata-rata, Iav = 440 A, asumsikan bahwa faktor siklus k = 1.
Arus puncak Ip = 440 + 0,8 x 440 = 792 A.
Arus rms maksimum yang sampai ke beban, Ir1 = 440 A.
Arus rms untuk pembalik resonansi:
0,8 440 /2 0,352 101,8 300/2 43,5 .
Contoh 8.12.
Desainer ingin mendesain suatu rangkaian chopper pulsa resonansi seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 8.24. Chopper tersebut beroperasi pada tegangan
suplai Vs = 220 V dan arus beban puncak , Im = 440 A. Arus resonansi puncak
dibatasi hingga 150% dari Im. Waktu menuju off, toff = 25µs, dan induktansi sumber
Ls = 4 µH. Tentukanlah: (a) Nilai komponen LmC; (b) tegangan pengisian lebih;
dan (c) Tegangan komutasi yang mungkin diperoleh, Vc.
1 … … … 8.127 .
1
1 … … … 8.128 .
2
Penyelesaian:
Diketahui: Ia = 100 A; f = 350 Hz; k = 0,50; Ce = 4500 µF; Le = 0,3 µH;
136,98 , sehingga persamaan (8.123) dapat ditulis
menjadi:
cos 2 sin 2
dimana A1 = (Ia/π) sin 2πk dan B1 = (Ia/π)(1 – cos 2πk). Total arus puncak
dihitung dengan persamaan:
√2
1 cos 2 .
1 cos 2 45,02 .
dan arus ini akan bernilai maksimum ketika faktor k = 0,5. Komponen
fundamental dari chopper kategori arus harmonik yang disuplai dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan (8.124) sebagai berikut:
1 45,02
5,98 .
1 / 1 350/136,98
Jika f/f0 ≫ 1, maka arus harmonik dalam suplai akan memenuhi pendekatan:
Contoh 8.14.
Sebuah chopper buck seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8.31. Memiliki
tegangan input, Vs = 110 V; tegangan beban rata-rata, Va = 60 V; dan arus
beban rata-rata, Ia = 20 A. Frekuensi chopper, f = 20 kHz. Tegangan dan
Penyelesaian:
Diketahui: Vs = 110 V; Va = 60 V; Ia = 20 A.
∆ 0,025 0,025 60 1,5 .
Plot grafik hasil PSpice ditunjukkan pada Gambar 8.33, dimana I(VX) =
arus beban, I(Le) = arus induktor Le, dan V(4) = tegangan kapasitor. Dengan
menggunakan PSpice pada Gambar 8.32 diketahui nilai Va = Vc = 59,462
V; ΔVc = 1,782 V; ΔI= 2,029 A; I(av) =19,813 A; ΔIL = 0,3278 A; dan Ia
= 19,8249 A.
Gambar 8.33. Plot Grafik Hasil Aplikasi PSpice toh untuk Contoh 8.14
J. KEMAGNETAN
Induktansi digunakan untuk menghasilkan osilasi resonansi untuk tegangan
balik dari kapasitor komutasi dan penyumbatan (turn-off) thyristor. Hal ini
merupakan elemen penyimpan energi dalam regulator model pensakelaran, dan
juga sebagai elemen filter untuk menghaluskan arus output harmonik. Dengan kata
lain, frekuensi tinggi dapat mereduksi atau memperkecil ukuran induktor untuk
nilai yang sama terhadap arus rippel dan penyaringan yang diperlukan. Mendesain
konverter DC – DC perlu mempertimbangkan dengan baik frekuensi pensakelaran,
ukuran induktor, dan rugi-rugi pensakelaran.
K. SIMPULAN
Chopper DC dapat digunakan sebagai transformator DC untuk menaikkan
atau menurunkan tegangan DC dari tegangan DC yang tetap. Chopper DC dapat
digunakan sebagai regulator tegangan DC model pensakelaran dan mentransfer
energi antara dua sumber DC. Kemudian, secara umum harmonik pada sisi input
dan sisi beban chopper. Chopper dapat dipergunakan pada frekuensi yang tetap dan
yang bervariasi. Frekuensi yang bervariasi pada umumnya digunakan pada chopper
harmonik, tetapi mendesainnya cukup sulit. Chopper dengan frekuensi tetap
digunakan pada kondisi normal. Untuk mereduksi ukuran filter dan menjaga agar
rippel arus tetap rendah diperlukan frekuensi yang tinggi pada pengaturan chopper.
Diperlukan rangkaian ekstra untuk mengatur proses meng-off-kan thyristor utama
EVALUASI
Soal Latihan:
1. Apa yang dimaksud dengan chopper dc atau konverter dc – dc? Jelaskan
secara tertulis!
2. Jelaskan prinsip kerja step-down bagi sebuah chopper!
3. Jelaskan prinsip kerja step-up bagi sebuah chopper!
4. Apa yang dimaksud dengan chopper terkendali “modulasi lebar pulsa”?
5. Apa yang dimaksud dengan chopper terkendali “modulasi frekuensi”?
6. Apa yang dimaksud dengan meningkatkan dan menurunkan variasi
frekuensi chopper?
7. Apa yang dimaksud dengan efek induktansi beban terhadap arus rippel
beban?
8. Apa yang dimaksud dengan efek frekuensi chopper terhadap arus rippel
beban?
9. Apa yang dimaksud dengan transfer energi secara terkendali antara dua
sumber tegangan DC?
10. Tuliskan parameter kinerja chopper!
11. Apa yang dimaksud dengan regulator model pensakelaran?
12. Jelaskan empat jenis model penskalaran chopper!
Tugas Proyek:
Rancanglah sedemikian rupa sebuah chopper dengan tetap memperhitungkan
rippel dan tingkat harmonisasi frekuensi chopper!
DAFTAR PUSTAKA
Bose, K., Bimal. 2006. Power Electronics and Motor Drives: Advances and Trends.
San Diego: Academic Press of Elsevier.
Boylestad, L, Robert. dan Nashelsky, Lois. 2009. Electronic Device and Circuit
Theory. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Enrico, Macii, (Ed.), 2004. Ultra Low-Power Electronics And Design. New York:
Kluwer Academic Publishers.
Mohan, Ned, Undeland M., Tore, Robbins, P., William 1989. Power Electronics:
Converters, Applications, and Design. New York: John Wiley and Sons.
Team Staf Elektronika Daya. 1998. Modul Elektronika Daya Pelatihan Dosen
IKIP Ujung Pandang. Bandung: Laboratorium Elektronika Daya Jurusan
Teknik Elektro Politeknik ITB.
LAMPIRAN‐LAMPIRAN
Oleh:
Drs. Ruslan, M.Pd.
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2016
i
ANALISIS PEMBELAJARAN/PERKULIAHAN ELEKTRONIKA DAYA
A. ENTRY BIHAVIOR:
1. Teori Dasar Listrik; 2. Pengukuran listrik; dan 3. Rangkaian Elektronika.
BAB IV PENYEARAH
18. Menjelaskan pengertian penyearah;
19. Menjelaskan parameter penting rangkaian penyearah;
20. Menjelaskan prinsip kerja penyearah satu fase;
21. Menjelaskan prinsip kerja penyearah tiga fase;
22. Menentukan spesifikasi trafo dan dioda yang dipergunakan pada
penyearah;
23. Menjelaskan fungsi rangkaian filter pada penyearah;
307
24. Merancang berbagai rangkaian penyearah berfilter.
BAB V PENYEARAH TERKENDALI
25. Menjelaskan pengertian penyearah terkendali;
26. Menjelaskan cara kerja penyearah terkendali satu fase;
27. Menjelaskan cara kerja penyearah terkendali tiga fase;
28. Menjelaskan mode operasi converter pada penyearah terkendali;
29. Menjelaskan pengaruh induktansi sumber terhadap kerja penyearah
terkendali; dan
30. Merancang penyearah terkendali 1 fase dan 3 fase.
308
D. SKEMA HASIL ANALISIS PEMBELAJARAN
7. Membuat proyek yang 12. Merancang proyek 17. Merancang rangkaian 24. Merancang berbagai 30. Merancang 34. Membuat proyek 46. Merancang salah
38. Merancang proyek
dapat menjadi terkait dengan penyulut dengan rangkaian penyearah perangkat satu dari empat jenis
pengendali
pengantar perwujudan pembiasan mempergunakan penyearah berfilter terkendali 1 fase pengomutasi chopper
tegangan AC satu
tujuan umum transistor dan Resistor, UJT dan thyristor fase dan tiga fase
perkuliahan penyulutan rangkaian terintegrasi
23. Menjelaskan fungsi 29. Menjelaskan 45. Menjelaskan cara
rangkaian filter pada pengaruh 33. Menjelaskan terbaik mendesain
6. Menjelaskan jurnal dan 11. Menjelaskan model 37. Menjelaskan cara
16. Mengetahui blok penyearah induktansi sumber klasifikasi rangkaian chopper
konferensi elektronika penyulutan TRIAC kerja pengendali
daya diagram dan cara terhadap kerja rangkaian komutasi
tegangan AC tiga
kerja rangkaian thyristor
fase terkendali
terintegrasi TCA 785 44. Menjelaskan
22. Menentukan penuh
5. Menjelaskan rangkaian 10. Menjelaskan sebagai penyulut 28. Menjelaskan mode rangkaian chopper
spesifikasi trafo dan
elektronika daya pemanfaatan operasi converter mengunakan
dioda yang 32. Menjelaskan
dalam sistem macam-macam pada penyearah thyristor
dipergunakan pada persyaratan agar 36. Menjelaskan cara
ketenaga-listrikan kompo-nen penyearah terkendali
15. Menjelaskan thyristor dapat kerja pengendali
kelompok thyristor
pemanfaatan dikomutasikan tegangan AC satu
beberapa komponen 43. Menjelaskan
fase
elektronika daya 27. Menjelaskan cara keterbatasan
4. Menjelaskan berbagai 21. Menjelaskan prinsip
9. Menjelaskan kerja penyearah pengkonversi satu
jenis komponen utama sebagai penyulut kerja penyearah tiga
pemanfaatan terkendali tiga fase 31. Menjelaskan tingkat pada
elektronika daya fase
transistor dalam pengertian 35. Menjelaskan Chopper
elektronika daya komutasi pengertian
14. Menjelaskan -prinsip
26. Menjelaskan cara pengendalian
3. Menjelaskan konversi dasar yang harus
20. Menjelaskan prinsip kerja penyearah t AC 42. Menjelaskan
energi listrik dalam dipenuhi oleh
kerja penyearah terkendali satu fase regulator model
sistem kelistrikan 8. Menjelaskan rangkaian penyulut
satu fase pensaklaran
pemanfaatan dioda
dalam elektronika
daya 25. Menjelaskan
13. Menjelaskan 19. Menjelaskan 41. Menjelaskan empat
2. Menjelaskan ruang pengertian
pengertian penyulut. parameter penting tipe chopper
lingkup perkembangan penyearah
elektronika daya rangkaian
penyearah
40. Menjelaskan prinsip
1. Menjelaskan pengert- kerja chopper
18. Menjelaskan pengertian
ian elektronika daya
penyearah
39. Menjelaskan
pengertian chopper
Entry Bihavior
309
SILABUS
Nama Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Makassar
Fakultas : Fakultas Teknik
Jurusan : Pendidikan Teknik Elektro
Program Studi : Pendidikan Teknik Elektro S1
Nama Mata Kuliah : Elektronika Daya, Kode: MKB21407
Semester : Genap (IV)
Alokasi Waktu : 16 x (3 x 50) menit
Standar Kompetensi : 1. Mahasiswa memahami konsep dan ruang lingkup penggunaan/aplikasi pengetahuan elektronika daya.
: 2. Mahasiswa dapat mengakplikasikan kompetensi elektronika daya yang dimiliki untuk menghasilkan produk kelistrikan dalam mengatasi masalah‐masalah
pemanfaatan enegri listrik.
Deskripsi Singkat Mata Kuliah
Mata kuliah ini adalah salah satu mata kuliah wajib yang termuat dalam kurikulum 2007 untuk program studi S1 Pendidikan Teknik Elektro dan D3 Teknik Elektro pada jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Negeri Makassar (JPTE FT UNM). Mata kuliah ini masuk dalam kelompok Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB) dalam kurikulum 2007 JPTE FT UNM. Mata kuliah Elektronika Daya disusun dalam 8 Bab (pokok
bahasan) yang secara umum membahas tentang konversi tenaga listrik dengan memanfaatkan komponen elektronika daya. Perkuliahan diawali dengan menjelaskan tentang perkembangan dan ruang lingkup elektronika
daya. Kemudian komponen utama semikonduktor Elektronika Daya. Selanjutnya, dibahas tentang rangkaian penyulut thyristor, komponen‐komponen pendukung elektronika daya yang merupakan komponen semikonduktor
dan perkembangan pemanfaatannya dalam bidang elektronik dan elektrikal; rangkaian penyulut yang merupakan rangkaian pengatur, sehingga konverter‐konverter dapat diatur keluarannya; filter, komutasi, dan pengaman.
Terakhir, pembahasan tentang konverter‐konverternya berbasis elektronika daya. Berikutnyanya adalah membahas tentang penyearah yang meliputi penyearah tak terkendali, penyearah terkendali, chopper, pengatur
tegangan ac, dan inverter. Pada bagian akhir perkuliahan, mahasiswa peserta mata kuliah ini diwajibkan juga membuat minimal satu jenis proyek akhir yang dirancang, dikerjakan, diujicobakan, dan difinalisasi sebagai proyek
akhir mata kuliah. Proyek dikerjakan baik secara individu maupun secara berkelompok dengan jumlah anggota kelompok sekurang‐kurangnya 3 orang, dan sebanyak‐banyaknya 5 orang per kelompok.
299
C. Ruang Lingkup 2. Berlangsung 4. Small Group proyek. panduan. Power Electronic Handbook.
Pengetahuan presentase hasil Discussion. 4. Lembar 2. Buatlah ringkasan 3th.Ed. Newnes: Burlington.
Elektronika Daya dalam kajian materi dan 5. Jigsaw observasi. atas kajian materi 3.Rashid, H., Muhammad.
Sistem Kelistrikan, diskusi kelas. 6. Main Mapping. 5. Lembar Anda berbasis 1993. Power electronics:
D. Komponen 3. Terkumpul produk 7. Poster Session. penilaian kelompok. circuits, devices, and
Elekronika Daya. proyek hasil kerja 8. Poster Comment portopolio. 3. Diskusikan di dlm applications. 2th. Ed. New
E. Karaktersitik Kontrol kelompok. kelas hsl kajian Anda. Jersey: Prentice‐Hall.
Komponen Elektronika 4. Buatlah main 4.Rashid, H. Muhammad (Ed.‐in‐
Daya. mapping atas materi Chief). 2011. Power Electronic
F. Jenis Rangkaian pertemuan hari ini Handbook. New York: Elsevier
Elektronika Daya. sebagai produk hasil Inc.
G. Mendesain proyek.. 5.Skvarenina, L., Timothy.
Perangkat Elektronika 2002. The Power Electronics
Daya. Handbook Industrial
H. Eferk Perangkat Electronics Series. Boca Raton:
Elektronika Daya. CRC Press LLR.
I. Modul‐modul 6.Ruslan. 2015. Buku Ajar
Rangkaian Daya. Elektronika Dayar. Makassar:
K. Jurnal dan JPTE‐FT UNM.K19
Konferensi Elekronika Alat/Bahan:
Daya. 1. 3 lusin spidol Snowman PW‐
12A
2. 3 rol plaster kertas, 24 x
21M.
3. Kertas postit, 101x76mm 40
sheet/colour 280 sheet/7
coulors;
4. 20 lbr kertas plano;
5. 20 lbr karton manila 3
warna.
Menjelaskan komponen utama A. Dioda 1. Mengkaji 1. Terkumpul 1.Ceramah. 1. Ringkasan 1. Panduan Kajian 1. Bacalah materi 2 x (3 x 50) Sumber:
semikonduktor Elektronika Teori. ringkasan hasil 2. Information materi kajian. materi. dalam modul yang 1.Boylestad, L, Robert. dan
B. Transistor (BJT, FET,
Daya 2. Presentase. kajian materi secara Search. 2. Produk 2. Panduan ditugaskan pada Nashelsky, Lois. 2009.
IGBT)
3 Membuat individu & 3 The Power of proyek diskusi kelompok Anda Electronic Device and Circuit
299
3. Membuat individu & 3. The Power of proyek. diskusi. kelompok Anda Electronic Device and Circuit
C. Thyristor: SCR, MCT,
proyek kelompok. Two 3. Panduan masing‐masing sesuai Theory. New Jersey: Pearson
GTO, TRIAC
2. Berlangsung 3.Small Group proyek. panduan. Prentice Hall.
presentase hasil Discussion. 4. Lembar 2. Buatlah ringkasan 2. Floyd, L, Thomas. 2008.
kajian materi dan 4. Poster Session. observasi. atas kajian materi Electronic Devices
diskusi kelas. 5. Poster Comment 5. Lembar Anda berbasis Convensional Current Version,
3. Terkumpul produk penilaian kelompok. Eight Ed. New Jersey: Pearson
proyek hasil kerja portopolio. 3. Diskusikan di dlm Prentice Hall.
kelompok. kelas hsl kajian Anda. 3.Rashid, H., Muhammad.
4. Buatlah main 1993. Power electronics:
mapping atas materi circuits, devices, and
pertemuan hari ini applications. 2th. Ed. New
sebagai produk hasil Jersey: Prentice‐Hall.
proyek. 4.Rashid, H. Muhammad (Ed.‐in‐
5. 2. Buatlah satu Chief). 2011. Power Electronic
proyek yang Handbook. New York: Elsevier
menunjukkan bahwa Inc.
SCR dan atau GTO 5. Ruslan. 2015. Buku Ajar
dapat difungsikan Elektronika Dayar. Makassar:
sebagai “saklar JPTE‐FT UNM.
terkendali” yang 6. Power Dioda. Diakses pada
hanya meneruskan tanggal 19 Agustus 2014 di
arus “searah” (hanya http://www.vishay.com/diodes
sinyal positif yang /med‐high‐diodes/on‐state‐
diteruskan). current‐gteq‐400‐a‐lteq‐800‐a/
Sementara TRIAC 7. Power Transistor. Diakses
sebagai “saklar pada tanggal 19 Agustus 2014
terkendali” yang di www.datasheetcatalog.com
mampu meneruskan 8. Power SCR. Diakses pada 19
arus bolak‐balik, ac Agustus 2014 di www.irf.com.
Menjelaskan rangkaian A. Komponen‐ 1. Mengkaji 1. Terkumpul 1.Ceramah. 1. Ringkasan 1. Panduan Kajian 1. Bacalah materi 2x (3x50) Sumber:
penyulut thyristor Komponen Penyulut Teori. ringkasan hasil 2. Information materi kajian. materi. dalam modul yang 1.Boylestad, L, Robert. dan
B. Prinsip‐prinsip 2. Presentase. kajian materi secara Search 2. Produk 2. Panduan ditugaskan pada Nashelsky, Lois. 2009.
Perencanaan Rangkaian 3. Membuat individu & 3.Small Group proyek. diskusi. kelompok Anda Electronic Device and Circuit
Penyulut proyek kelompok. Discussion. 3. Panduan masing‐masing sesuai Theory. New Jersey: Pearson
299
C. Jenis Rangkaian 2. Berlangsung 4. Jigsaw proyek. panduan. Prentice Hall.
Penyulutu Thyristor presentase hasil 5. Main Mapping. 4. Lembar 2. Buatlah ringkasan 2. Floyd, L, Thomas. 2008.
Sederhana kajian materi dan 5. Poster Session. observasi. atas kajian materi Electronic Devices
diskusi kelas. 6. Poster Comment 5. Lembar Anda berbasis Convensional Current Version,
3. Terkumpul produk penilaian kelompok. Eight Ed. New Jersey: Pearson
proyek hasil kerja portopolio. 3. Diskusikan di dlm Prentice Hall.
kelompok. kelas hsl kajian Anda. 3.Rashid, H., Muhammad.
4.Rancanglah 1993. Power electronics:
sedemikian rupa circuits, devices, and
sebuah rangkaian applications. 2th. Ed. New
penyulut dengan Jersey: Prentice‐Hall.
mempergunakan 4.Rashid, H. Muhammad (Ed.‐in‐
Resistor, UJT dan Chief). 2011. Power Electronic
rangkaian Handbook. New York: Elsevier
terintegrasi. Inc.
5. Ruslan. 2015. Buku Ajar
Elektronika Dayar. Makassar:
JPTE‐FT UNM.
6. Pengontrolan Beban Triac
dengan Arus Trigger Sampai 50
mA. Datasheet Siemen, di
download pada
www.datasheetarchive.com
dan
www.datasheetcatalog.com
tanggal 26 Desember 2014.
Alat/Bahan:
1 3 lusin spidol Snowman PW‐
Menjelaskan tentang A. Parameter‐ 1. Mengkaji 1. Terkumpul 1.Ceramah 1. Ringkasan 1. Panduan Kajian 1. Bacalah materi 2 x (3x50) Sumber:
Penyearah parameter Penyearah. Teori. ringkasan hasil (pengantar). materi kajian. materi. dalam modul yang 1. Rashid, H., Muhammad.
2. Presentase. kajian materi secara 2. Information 2. Produk 2. Panduan ditugaskan pada 1993. Power electronics:
B. Penyearah Satu
3. Membuat individu & Search proyek. diskusi. kelompok Anda circuits, devices, and
Phase Setengan
proyek kelompok. 3. The Power of 3. Panduan masing‐masing sesuai applications. 2th. Ed. New
Gelombang.
C. Penyearah Satu 2. Berlangsung Two. proyek. panduan. Jersey: Prentice‐Hall.
Phase Gelombang presentase hasil 4. Small Group 4. Lembar 2. Buatlah ringkasan 2. Rashid, H., Muhammad.
Penuh. kajian materi dan Discussion. observasi. atas kajian materi 1993. (terjemahan). PT
D. Penyearah Tiga diskusi kelas. 4. Jigsaw 5. Lembar Anda berbasis Prenhallindo. 1999. Elektronika
Phase Gelombang 3. Terkumpul produk 5. Main Mapping. penilaian kelompok. Daya: Rangkaian, Devais, dan
Penuh. proyek hasil kerja 6. Poster Session. portopolio. 3. Diskusikan di dlm Aplikasinya Jilid 1. Jakarta: PT
k l k 7 P t C t k l h l k ji A d P h lli d
299
E. Rangkaian Filter. kelompok. 7. Poster Comment kelas hsl kajian Anda. Prenhallindo.
4. Rancanglah 3. Rashid, H., Muhammad (Ed.‐
sedemikian rupa in‐Chief). 2011. Power
sebuah rangkaian Electronic Handbook. New
penyearah, lengkap York: Elsevier Inc.
dengan filternya! 4. Buku Ajar.
Alat/Bahan:
1. 3 lusin spidol Snowman PW‐
12A
2. 3 rol plaster kertas, 24 x
Menjelaskan tentang A. Konsep Dasar 1. Mengkaji 1. Terkumpul 1.Ceramah . 1. Ringkasan 1. Panduan Kajian 1. Bacalah materi 3 x (3x50) 21M
Sumber:
penyearah terkendali Penyearah Terkendali. Teori. ringkasan materi 2. Information materi kajian. materi. dalam modul yang 1. Rashid, H., Muhammad.
B. Tenyearah 2. Presentase. hasil hasil kajian Search 2. Produk 2. Panduan ditugaskan pada 1993. Power electronics:
Terkendali Satu Phasa 3. Membuat teori kelompok & 3. The Power of proyek. diskusi. kelompok Anda circuits, devices, and
Setengan Gelombang. proyek individu. Two. 3. Panduan masing‐masing sesuai applications. 2th. Ed. New
C. Tenyearah 2. Berlangsung 4. Small Group proyek. panduan. Jersey: Prentice‐Hall.
Terkendali Satu Phasa presentase hsl kajian Discussion. 4. Lembar 2. Buatlah ringkasan 2. Rashid, H., Muhammad.
Gelombang Penuh. dan diskusi kelas. 4. Jigsaw observasi. atas kajian materi 1993. (terjemahan). PT
D. Tenyearah 3. Terkumpul produk 5. Main Mapping. 5. Lembar Anda berbasis Prenhallindo. 1999. Elektronika
Terkendali Tiga Phasa proyek hasil kerja 6. Poster Session. penilaian kelompok. Daya: Rangkaian, Devais, dan
Setengan Gelombang. kelompok. 7. Poster Comment portopolio. 3. Diskusikan di dlm Aplikasinya Jilid 1. Jakarta: PT
E. Tenyearah kelas hsl kajian Anda. Prenhallindo.
Terkendali Tiga Phasa 4.1. Rancanglah 3. Rashid, H., Muhammad (Ed.‐
Gelombang Penuh. sedemikian rupa in‐Chief). 2011. Power
F. Konverter Ganda sebuah rangkaian Electronic Handbook. New
Tiga Pasha. penyearah setengah York: Elsevier Inc.
G. Perbaikan Faktor gelombang dan 4. Team Staf Elektronika Daya.
Daya. gelombang penuh, 1998. Modul Elektronika Daya
baik yang tidak Pelatihan Dosen IKIP Ujung
terkendali maupun Pandang. Bandung:
terkendali satu phasa! Laboratorium Elektronika Daya
4.2. Rancanglah Jurusan Teknik Elektro
sedemikian rupa Politeknik ITB.
sebuah rangkaian 5. Buku Ajar.
penyearah setengah Alat/Bahan:
gelombang dan 1. 3 lusin spidol Snowman PW‐
gelombang penuh, 12A
Menjelaskan Komutasi A. Jenis‐Jenis Rangkaian 1. Mengkaji 1. Terkumpul 1.Ceramah . 1. Ringkasan 1. Panduan Kajian 1. Bacalah materi 3 x 50 Sumber:
Thyristor. Komutasi. Teori. ringkasan hasil 2. Information materi kajian. materi. dalam modul yang 1. Rashid, H., Muhammad.
1. Komuasi Jala‐jala. 2. Presentase. kajian materi secara Search 2. Produk 2. Panduan ditugaskan pada 1993. Power electronics:
3. Membuat individu & 3. The Power of proyek. diskusi. kelompok Anda circuits, devices, and
2. Komutasi Beban.
proyek kelompok. Two. 3. Panduan masing-masing sesuai applications. 2th. Ed. New
3. Komutasi Paksa. 2. Berlangsung 4. Small Group proyek. panduan. Jersey: Prentice‐Hall.
presentase hsl kajian Discussion 4 Lembar 2 Buatlah ringkasan 2 Rashid H Muhammad
299
presentase hsl kajian Discussion. 4. Lembar 2. Buatlah ringkasan 2. Rashid, H., Muhammad.
4. Komutasi Paksa. atas kajian materi
materi dan diskusi 4. Jigsaw observasi. 1993. (terjemahan). PT
kelas. 5. Main Mapping. 5. Lembar Anda berbasis Prenhallindo. 1999. Elektronika
3. Terkumpul produk 6. Poster Session. penilaian kelompok. Daya: Rangkaian, Devais, dan
proyek hasil kerja 7. Poster Comment portopolio. 3. Diskusikan di dlm Aplikasinya Jilid 1. Jakarta: PT
kelompok. kelas hsl kajian Anda. Prenhallindo.
4. Masing-masing 3. Rashid, H., Muhammad (Ed.‐
kelompok merancang
in‐Chief). 2011. Power
dan membuat satu
Electronic Handbook. New
proyek rangkaian
York: Elsevier Inc.
komutasi thyristor.
4. Team Staf Elektronika Daya.
1998. Modul Elektronika Daya
Pelatihan Dosen IKIP Ujung
Pandang. Bandung:
Laboratorium Elektronika Daya
Jurusan Teknik Elektro
Politeknik ITB.
5. Buku Ajar.
Alat/Bahan:
1. 3 lusin spidol Snowman PW‐
12A
2. 3 rol plaster kertas, 24 x
21M.
3. Kertas postit, 101x76mm 40
sheet/colour 280 sheet/7
coulors;
4. 20 lbr kertas plano;
5. 20 lbr karton manila 3
warna.
Media:
Menjelaskan tentang A. Pendahuluan. 1. Mengkaji 1. Terkumpul 1.Ceramah . 1. Ringkasan 1. Panduan Kajian 1. Bacalah materi 2 x (3 x 50) Sumber:
Pengendali Tegangan AC Teori. ringkasan hasil 2. Information materi kajian. materi. dalam modul yang 1. Rashid, H., Muhammad.
B. Pengendali On‐Off.
2. Presentase. kajian materi secara Search 2. Produk 2. Panduan ditugaskan pada 1993. Power electronics:
C. Pengendali Tegangan 3. Membuat individu & 3. The Power of proyek. diskusi. kelompok Anda circuits, devices, and
AC ‐Pengendali Phasa‐. proyek kelompok. Two. 3. Panduan masing-masing sesuai applications. 2th. Ed. New
2. Berlangsung 4. Small Group proyek. panduan. Jersey: Prentice‐Hall.
D, Pengendali
presentase hasil Discussion. 4. Lembar 2. Buatlah ringkasan 2. Rashid, H., Muhammad.
Tegangan AC 3 Phasa
kajian materi dan 4. Jigsaw observasi. atas kajian materi 1993. (terjemahan). PT
Semi Terkendali.
di k i k l 5 M i M i 5 L b Anda berbasis P h lli d 1999 El kt ik
299
diskusi kelas. 5. Main Mapping. 5. Lembar Anda berbasis Prenhallindo. 1999. Elektronika
E. Pengendali
3. Terkumpul produk 6. Poster Session. penilaian kelompok. Daya: Rangkaian, Devais, dan
Tegangan AC 3 Phasa 3. Diskusikan di dlm
Terkendali Penuh. proyek hasil kerja 7. Poster Comment portopolio. Aplikasinya Jilid 1. Jakarta: PT
kelompok. kelas hsl kajian Anda. Prenhallindo.
4. Rancanglah 3. Rashid, H., Muhammad (Ed.‐
sedemikian rupa satu
in‐Chief). 2011. Power
rangkaian pengendali
Electronic Handbook. New
tegangan AC satu dan
York: Elsevier Inc.
tiga phasa!
4. Team Staf Elektronika Daya.
1998. Modul Elektronika Daya
Pelatihan Dosen IKIP Ujung
Pandang. Bandung:
Laboratorium Elektronika Daya
Jurusan Teknik Elektro
Politeknik ITB.
Menjelakan tentang Chopper. A. Pendahuluan. 1. Mengkaji 1. Terkumpul 1.Ceramah . 1. Ringkasan 1. Panduan Kajian 1. Bacalah materi 2 x (3 x 50) Sumber:
Teori. ringkasan hasil 2. Information materi kajian. materi. dalam modul yang 1. Rashid, H., Muhammad.
B. Prinsip Kerja
2. Presentase. kajian materi secara Search 2. Produk 2. Panduan ditugaskan pada 1993. Power electronics:
Menurunkan Tegangan
3. Membuat individu & 3. The Power of proyek. diskusi. kelompok Anda circuits, devices, and
secara Bertahap.
proyek kelompok. Two. 3. Panduan masing-masing sesuai applications. 2th. Ed. New
C. Prinsip Kerja 2. Berlangsung 4. Small Group proyek. panduan. Jersey: Prentice‐Hall.
Menaikkan Tegangan presentase hasil Discussion. 4. Lembar 2. Buatlah ringkasan 2. Rashid, H., Muhammad.
secara Bertahap. kajian materi dan 4. Jigsaw observasi. atas kajian materi 1993. (terjemahan). PT
D. Parameter Chopper. diskusi kelas. 5. Main Mapping. 5. Lembar Anda berbasis Prenhallindo. 1999. Elektronika
3. Terkumpul produk 6. Poster Session. penilaian kelompok. Daya: Rangkaian, Devais, dan
E. Tipe Chopper. 3. Diskusikan di dlm
proyek hasil kerja 7. Poster Comment portopolio. Aplikasinya Jilid 1. Jakarta: PT
F. Regulator Model kelas hsl kajian Anda.
kelompok. Prenhallindo.
Pensaklaran. 4. Rancanglah 3. Rashid, H., Muhammad (Ed.‐
G. Keterbatasan sedemikian rupa
in‐Chief). 2011. Power
Pengkonversi Satu sebuah chopper
Electronic Handbook. New
Tingkat. dengan tetap
York: Elsevier Inc.
memperhitungkan
H. Rangkaian Chopper 4. Team Staf Elektronika Daya.
rippel dan tingkat
Berbahan Thyristor. 1998. Modul Elektronika Daya
harmonisasi frekuensi
I. Mendesain Rangkaian Pelatihan Dosen IKIP Ujung
chopper!
Chopper. Pandang. Bandung:
Laboratorium Elektronika Daya
J. Kemagnetan.
Jurusan Teknik Elektro
Politeknik ITB.
Menyetujui: Makassar, 20 Juli 2015
Ketua Jurusan JPTE FT UNM, Dosen Pengampu Mata Kuliah,
Drs. Marsud Hamid, M,Kes. Drs. Ruslan, M.Pd.
NIP 19570402 198601 1 002 NIP 19631231 199003 1028
299
Elektronika Daya
Rencana Perkuliahan Pertemuan I - II Halaman 310
Elektronika Daya
3. Terkumpul produk hasil proyek kerja kelompok berupa Main Mapping tentang
“Konsep Pengetahuan Elektronika Daya dan Ruang Lingkup Pemanfaatan
Pengetahuan Elektronika Daya”.
D. Materi Perkuliahan
1. Pengertian dan Lingkup Penerapan Elektronika Daya;
2. Perkembangan Elektronika Daya;
3. Ruang Lingkup Pengetahuan Elektronika Daya dalam Sistem Kelistrikan;
4. Komponen Elektronika Daya;
5. Karakteristik Kontrol Komponen Elektronika Daya;
6. Jenis Rangkaian Elektronika Daya;
7. Langkah Mendesain Perangkat Elektronika Daya;
8. Efek Perangkat Elektronika Daya;
9. Modul-Modul Rangkaian Daya;
10. Jurnal Dan Konferensi Elektronika Daya; dan
11. Ringkasan.
Baca Bahan Ajar Elektronika Daya halaman: 1 – 32!
Rencana Perkuliahan Pertemuan I - II Halaman 311
Elektronika Daya
G. Kegiatan Perkuliahan
ALOKASI
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN WAKTU
(menit)
1. Pendahuluan a. Mempersipkan kelas: cek absen, cek kondisi 15
kelas: papan tulis, spidol White Board, LCD
Proyektor, Layar Proyektor, Sumber listrik, Meja
dan kursi dosen, meja dan kursi mahasiswa, alat
dan bahan perkuliahan, dan sumber belajar.
b. Menyampaikan pengantar: Meperkenalkan
secara umum mata kuliah (MK) Elektronika Daya.
Kedudukan dan pentingnya MK Elektronika Daya
bagi Prodi dan keperluan pemanfaatan energi
listrik. (Metode Ceramah)
c. Menyampaikan Tujuan dan indikator pencapaian
tujuan Perkuliahan Pertemuan I dan II,
d. Membagi mahasiswa dalam beberapa kelompok
yang beranggotakan 3 – 5 orang.
2. Inti a. Meminta setiap mahasiswa membaca cepat dan 30
bermakna materi perkuliahan: Kelompok I.a … I.n,
membaca materi h: 2 - 12; Kelompok II.a … II.n,
Rencana Perkuliahan Pertemuan I - II Halaman 312
Elektronika Daya
H. Penilaian
1. Penilaian Sikap (Lampiran 1);
2. Penilaian Proses, (Lampiran: 2 & 3);
3. Penilaian Keterampilan, (Lampiran 4);
Rencana Perkuliahan Pertemuan I - II Halaman 314
Elektronika Daya
LAMPIRAN 1.
Rencana Perkuliahan Pertemuan I - II Halaman 315
Elektronika Daya
LAMPIRAN 2
PENILAIAN PROSES
Rencana Perkuliahan Pertemuan I - II Halaman 316
Elektronika Daya
LAMPIRAN 3
Rencana Perkuliahan Pertemuan I - II Halaman 317
Elektronika Daya
LAMPIRAN 4
PENILAIAN KETERAMPILAN
Rencana Perkuliahan Pertemuan I - II Halaman 318
Elektronika Daya
RENCANA PELAKSANAAN PERKULIAHAN (RPP)
Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Makassar
Fakultas : Fakultas Teknik
Jurusan : Pendidikan Teknik Elektro
Program Studi : S1 Pendidikan Teknik Elektro
Mata Kuliah : Elektronika Daya (Kode MK: MKB21407)
Semester : Genap (IV)
Pokok Bahasan : Komponen Semikonduktor Elektronika Daya
Pertemuan/Alokasi Waktu : III dan IV/2 x (3 x 50 menit)
A. Tujuan Umum Perkuliahan
Setelah membaca dan mengkaji pokok bahasan ini mahasiswa diharapkan dapat
memahami karakteristik komponen semi konduktor, termasuk komponen semi konduktor
daya serta parameter‐parameternya.
B. Tujuan Khusus Pekuliahan
Setelah membaca dan mengkaji pokok bahasan ini, mahasiswa dan atau pembaca
diharapkan dapat:
1.
Menjelaskan pemanfaatan dioda dalam elektronika daya.
2.
Menjelaskan pemanfaatan transistor dalam elektronika daya.
3.
Menjelaskan pemanfaatan macam‐macam komponen keluarga thyrystor.
4.
Menjelaskan model penyulutan TRIAC.
5.
Merancang proyek terkait pemanfaatan dioda, transistor, dan penyulutan thyristor
(SCR, GTO, dan TRIAC)
C. Indikator Pencapaian Tujuan Perkuliahan
Setelah pertemuan perkuliahan berlangsung, yang menjadi indikator pencapaian
tujuan perkuiahan adalah:
1. Terkumpul ringkasan materi hasil hasil kajian teori per kelompok & individu.
2. Berlangsung presentase hasil kajian dan diskusi kelas.
3. Terkumpul produk hasil proyek kerja kelompok berupa: (a) satu proyek yang menunjukan
satu atau beberapa komponen elektronika daya (dioda, transistor, SCR, GTO, atau TRIAC)
yang difungsikan sebagai “saklar statis”; dan (b) satu proyek yang menunjukkan bahwa
SCR dan atau GTO, atau TRIAC yang dapat difungsikan sebagai “saklar terkendali” yang
hanya meneruskan arus “searah” (hanya sinyal positif yang diteruskan). Sementara TRIAC
Rencana Perkuliahan Pertemuan III - IV Halaman 319
Elektronika Daya
sebagai “saklar terkendali” yang mampu meneruskan arus bolak‐balik, ac (meneruskan
sinyal positif dan atau negatif).
D. Materi Perkuliahan
1. Dioda
2. Transistor (BJT, FET, IGBT)
3. Thyristor: SCR, MCT, GTO, TRIAC
E. Pendekatan, Model, dan Metode
Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah konstruktivistik. Sementara itu,
model pembelajarannya adalah berbasis proyek dengan menggunakan sejumlah metode
pembelajaran sebagai berikut:
1. Metode ceramah;
2. Metode Information Search;
3. Metode The Power of Two;
4. Metode Small Group Discussion;
5. Metode Jigsaw;
6. Metode Poster Session;
7. Metode Main Mapping; dan
8. Metode Poster Comment.
F. Media, Alat, dan Sumber Belajar
1. Media: Media persentase berupa: Laptop, LCD‐Proyektor, dan Layar‐proyektor.
2. Alat/bahan: papan White board, spidol White Board, kertas Plano, spidol snowman
warna‐warni, karton Manila, plaster kertas, lem kertas, dan gunting kertas.
3. Sumber belajar:
a. Boylestad, L, Robert. dan Nashelsky, Lois. 2009. Electronic Device and Circuit
Theory. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
b. Floyd, L, Thomas. 2008. Electronic Devices Convensional Current Version, Eight Ed.
New Jersey: Pearson Prentice Hall.
c. Rashid, H., Muhammad. 1993. Power Electronics: Circuits, Devices, and
Applications. 2th. Ed. New Jersey: Prentice‐Hall.
d. Rashid, H. Muhammad (Ed.‐in‐Chief). 2011. Power Electronic Handbook. New
York: Elsevier Inc.
e. Ruslan. 2016. Buku Ajar Elektronika Dayar. Makassar: JPTE‐FT UNM.
f. Power Dioda. Diakses pada tanggal 19 Agustus 2014 di
http://www.vishay.com/diodes/med‐high‐diodes/on‐state‐current‐gteq‐400‐a‐
lteq‐800‐a/
g. Power Transistor. Diakses pada tanggal 19 Agustus 2014 di
www.datasheetcatalog.com
h. Power SCR. Diakses pada 19 Agustus 2014 di www.irf.com.
Rencana Perkuliahan Pertemuan III - IV Halaman 320
Elektronika Daya
G. Kegiatan Perkuliahan
ALOKASI
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN WAKTU
(menit)
1. Pendahuluan a. Mempersipkan kelas: cek absen, cek kondisi kelas: 15
papan tulis, spidol White Board, LCD Proyektor, Layar
Proyektor, Sumber listrik, Meja dan kursi dosen, meja
dan kursi mahasiswa, alat dan bahan perkuliahan, dan
sumber belajar.
b. Menyampaikan pengantar: Meperkenalkan secara
umum komponen utama Elektronika Daya dan
pemanfaatan dalam sistem kelistrikan. (Metode
Ceramah)
c. Menyampaikan Tujuan dan indikator pencapaian tujuan
Perkuliahan Pertemuan III dan IV,
d. Membagi mahasiswa dalam beberapa kelompok yang
beranggotakan 3 – 5 orang.
2. Inti a. Meminta setiap mahasiswa membaca cepat dan 30
bermakna materi perkuliahan: Kelompok I.a … I.n,
membaca materi Dioda, h: 35 ‐48; Kelompok II.a … II.n,
membaca materi Transistor, h: 49 ‐ 58; dan Kelompok
III.a … III.n, membaca materi Thyristor, h: 59 ‐ 86
Kemudian menjawab semua pertanyaan dari masing‐
masing materi dikaji. (Metode Information Search).
b. Meminta mahasiswa mendiskusikan materinya dalam 10
kelompoknya masing‐masing secara berpasangan
(Metode The Power of Two), secara sekolompok
(Metode Small Group Discussion), kemudian membuat
catatan ringkasan materi kelompok.
c. Meminta kelompok I.a … I.n membentuk kelompok I; 20
kelompok II.a … II.n membentuk Kelompok II; dan
kelompok III.a … III.n membentuk Kelompok III.
Kemudian masing‐masing kelompok mendiskusikan
kembali ringkasan yang telah dibuat sebelumnya dan
membuat ringkasan akhir kelompok I, II, dan III. (Metode
Small Group Discussion).
d. Masing‐masing kelompok I, II, dan III menunjuk 2 orang 30
wakilnya untuk mempersiapkan dan menyampaikan
hasil ringkasannya kepada kelompok yang lain.
e. Meminta kepada kedua orang wakil dari masing‐masing
kelompok berkunjung ke kelompok lain untuk
mempresentasekan ringkasan materinya, hingga semua
kelompok telah memahami ketiga bagian materi yang
dikaji. (Metode Jigsaw)
Rencana Perkuliahan Pertemuan III - IV Halaman 321
Elektronika Daya
f. Meminta mahasiswa kembali ke kelompok awal masing‐ 10
masing.
g. Dosen menjelaskan secara singkat cara membuat peta
konsep. (Metode Ceramah)
h. Meminta setiap kelompok untuk membuat POSTER peta 80
konsep tentang: “Komponen Semikonduktor
Elektronika Daya” pada Karton Manila yang disediakan.
(Metode Poster Session dan Main Mapping)
i. Meminta setiap kelompok memajang dan 50
mempresentasekan POSTER peta konsepnya masing‐
masing dengan penampilan terbaik. Sementara setiap
anggota kelompok lain sebagai audiens memperhatikan
dengan baik dan membuat catatan penilaian persentase
pada lembar penilaian persentase yang diberikan.
j. Meminta setiap mahasiswa mengamati semua poster 30
dan memberikan penilaian pada masing‐masing poster
yang diamati pada lembar pengamatan yang diberikan.
(Metode Poster Comment)
3. Penutup 1. Mahasiswa diminta menyimpulkan hasil‐hasil perkuliahan 25
hari ini.
2. Dengan bantuan presentasi komputer, dosen
menayangkan apa yang telah dipelajari dan disimpulkan
3. Dosen memberikan tugas PR agar mahasiswa
menyelesaikan tugas main mappingnya dengan baik untuk
dipresentasekan pada pertemuan ke‐4 dengan mengacu
pada buku ajar halaman 33 s.d. 82 dan sumber lain yang
disarankan dalam pertemuan ini.
4. Dosen menyampaikan konsep yang akan dipelajari pada
pertemuan yang akan datang.
5. Dosen mengakhiri kegiatan perkuliahan dengan
menyampaikan kesimpulan dan pesan untuk tetap belajar
dan mencari konsep dari berbagai sumber sesuai dengan
materi yang akan diajarkan pada pertemuan berikutnya.
Rencana Perkuliahan Pertemuan III - IV Halaman 322
Elektronika Daya
H. Penilaian
1. Penilaian Sikap (Lampiran 1);
2. Penilaian Proses, (Lampiran: 2 & 3);
3. Penilaian Keterampilan, (Lampiran 4);
4. Penilaian Hasil: Tes Tulis (lembar soal 1 dan 2).
Makassar, 20 Juli 2015
Menyetujui: Dosen Pengampu Mata Kuliah,
Ketua Jurusan JPTE‐FT UNM,
Drs. Marsud Hamid, M.Kes. Drs, Ruslan, M.Pd.
NIP 19570402 198601 1 002 NIP 19631231 199003 1 028
Rencana Perkuliahan Pertemuan III - IV Halaman 323
Elektronika Daya
LAMPIRAN 1.
PENILAIAN SIKAP SOSIAL
Petunjuk pengisian dan Penilaian Sikap Sosial:
Isilah nilai mahasiswa pada setiap aspek yang terpenuhi sesuai kriteria dan nilai yang
ditunjukkan pada “Tabel Aspek/Variabel yang Dinilai”.
Isikan pada setiap aspek yang diovservasi:
1. Angka 4 jika memenuhi kriteria SANGAT BAIK;
2. Angka 3 jika hanya memenuhi kriteria BAIK;
3. Angka 2 jika hanya memenuhi kriteria CUKUP; dan
4. Angka 1 jika hanya memenuhi kriteria KURANG.
Tabel Aspek/Variabel yang Dinilai
SANGAT
BAIK CUKUP KURANG
No. Deskripsi Aspek/Variabel BAIK
4 3 2 1
1. Kesungguhan mahasiswa mencari dan mengkaji materi
2. Kesungguhan manuliskan ringkasan hasil kajian materi
3. Kemauan dan kesungguhan mendengarkan dengan
penuh perhatian
4. Kemauan melibatkan diri dalam aktivitas di kelas dan
atau diskusi kelompok
5. Kemauan menerima teman lain apa adanya (memhami
keunikan yang dimiliki oleh setiap orang).
6. Kepedulian dengan persoalan yang dihadapi oleh orang
lain
7. Kesungguhan dalam menjawab pertanyaan.
Lembar Observasi dan Penilaian Sikap Sosial Mahasiswa
Aspek/Variabel yang dinilai Total
No. No. Stambuk Nama Mahasiswa
1 2 3 4 5 6 7 Nilai
1.
…
…
…
n.
Rencana Perkuliahan Pertemuan III - IV Halaman 324
Elektronika Daya
LAMPIRAN 2
PENILAIAN PROSES
Petunjuk pengisian dan Penilaian Proses:
Isilah nilai mahasiswa pada setiap aspek yang terpenuhi sesuai kriteria dan nilai yang
ditunjukkan pada “Tabel Aspek/Variabel yang Dinilai”.
Isikan pada setiap aspek yang diovservasi:
1. Angka 4 jika memenuhi kriteria SANGAT BAIK;
2. Angka 3 jika hanya memenuhi kriteria BAIK;
3. Angka 2 jika hanya memenuhi kriteria CUKUP; dan
4. Angka 1 jika hanya memenuhi kriteria KURANG.
Tabel Aspek/Variabel yang Dinilai Secara Umum
SANGAT
BAIK CUKUP KURANG
No. Deskripsi Aspek/Variabel BAIK
4 3 2 1
1. Mendengarkan pendapat teman lainnya.
2. Mengajukan usul, atau memberikan pendapat.
3. Menyelesaikan tugas dengan baik.
4. Membantu teman lain yang membutuhkan.
5. Selalu fokus saat menyelesaikan tugas.
6. Mampu menjalin kerjasama dengan orang lain.
7. Menempatkan diri dengan baik dalam berbagai situasi.
8. Aktif dalam diskusi di kelas.
9. Mendapatkan nilai yang baik.
10. Memiliki peran dominan dalam lingkungan kelompok dan kelas.
11. Teliti dalam berpendapat, mengerjakan soal dan tugas‐tugas.
12. Menjadi penengah dalam perdebatan dalam diskusi di kelas.
Lembar Observasi dan Penilaian Proses Belajar Mahasiswa Secara Umum
Rencana Perkuliahan Pertemuan III - IV Halaman 325
Elektronika Daya
LAMPIRAN 3
PENILAIAN PROSES KHUSUS AKTIVITAS DISKUSI
Petunjuk pengisian dan Penilaian Proses:
Isilah nilai mahasiswa pada setiap aspek yang terpenuhi sesuai kriteria dan nilai yang
ditunjukkan pada “Tabel Aspek/Variabel yang Dinilai”.
Isikan pada setiap aspek yang diovservasi:
1. Angka 3 jika memenuhi kriteria SANGAT BAIK;
2. Angka 2 jika hanya memenuhi kriteria BAIK; dan
3. Angka 1 jika hanya memenuhi kriteria MEMERLUKAN BANTUAN
Tabel Aspek/Variabel yang Dinilai Khusus Saat Diskusi
Aspek/Variabel yang dinilai Total
No. No. Stambuk Nama Mahasiswa
1 2 3 Nilai
1.
…
…
…
n.
Rencana Perkuliahan Pertemuan III - IV Halaman 326
Elektronika Daya
LAMPIRAN 4
PENILAIAN KETERAMPILAN
Petunjuk pengisian dan Penilaian Proses:
Isilah nilai mahasiswa pada setiap aspek yang terpenuhi sesuai kriteria dan nilai yang
ditunjukkan pada “Tabel Aspek/Variabel yang Dinilai”.
Isikan pada setiap aspek yang diovservasi:
1. Angka 3 jika memenuhi kriteria SANGAT BAIK;
2. Angka 2 jika hanya memenuhi kriteria BAIK; dan
3. Angka 1 jika hanya memenuhi kriteria MASIH PERLU BERLATIH
Tabel Aspek/Variabel yang Dinilai Khusus Saat Diskusi
Aspek/Variabel yang dinilai Total
No. No. Stambuk Nama Mahasiswa
1 2 3 Nilai
1.
…
…
…
n.
Rencana Perkuliahan Pertemuan III - IV Halaman 327
Elektronika Daya
RENCANA PELAKSANAAN PERKULIAHAN (RPP)
Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Makassar
Fakultas : Fakultas Teknik
Jurusan : Pendidikan Teknik Elektro
Program Studi : S1 Pendidikan Teknik Elektro
Mata Kuliah : Elektronika Daya (Kode MK: MKB21407)
Semester : Genap (IV)
Pokok Bahsan : Rangkaian Penyulut Thyristor
Pertemuan/Alokasi Waktu : V – VI/2 x (3 x 50 menit)
A. Tujuan Umum Perkuliahan
Setelah membaca dan mengkaji pokok bahasan ini, pembaca dan atau mahasiswa
diharapkan dapat mengenal beberapa komponen rangkaian penyulut thyristor dan
memahami prinsip kerja rangkaian penyulut SCR, serta macam‐macam rangkaian penyulut
untuk tiap‐tiap konverter.
B. Tujuan Khusus Pekuliahan
Setelah membaca dan mengkaji pokok bahasan ini, mahasiswa dan atau pembaca
diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pengertian penyulut.
2. Menjelaskan prinsip‐prinsip dasar yang harus dipenuhi oleh rangkaian penyulut.
3. Menjelaskan pemanfaatan beberapa komponen elektronika daya sebagai penyulut.
4. Menggambarkan skema rangkaian penyulut dengan menggunakan Resistor, UJT dan
rangkaian terintegrasi.
5. Menjelaskan blok diagram dan cara kerja rangkaian terintegrasi TCA 785.
6. Merancang rangkaian penyulut dengan mempergunakan Resistor, UJT dan rangkaian
terintegrasi.
C. Indikator Pencapaian Tujuan Perkuliahan
Setelah pertemuan perkuliahan berlangsung, yang menjadi indikator pencapaian
tujuan perkuiahan adalah:
1. Terkumpul ringkasan materi hasil hasil kajian teori per kelompok & individu.
2. Berlangsung presentase hasil kajian dan diskusi kelas.
3. Terkumpul produk hasil proyek kerja kelompok berupa sebuah rangkaian penyulut
dengan mempergunakan Resistor, UJT dan rangkaian terintegrasi.
Rencana Perkuliahan Pertemuan V - VI Halaman 328
Elektronika Daya
D. Materi Perkuliahan
1. Pengertian Penyulut;
2. Prinsip‐prinsip Dasar yang Harus Dipenuhi Oleh Rangkaian Penyulut;
3. Pemanfaatan Beberapa Komponen Elektronika Daya sebagai Penyulut;
4. Skema Rangkaian Penyulut dengan Menggunakan Resistor, UJT dan Rangkaian
Terintegrasi; dan
5. Blok Diagram dan Cara Kerja Rangkaian Terintegrasi TCA 785.
E. Pendekatan, Model, dan Metode
Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah konstruktivistik. Sementara itu,
model pembelajarannya adalah berbasis proyek dengan menggunakan sejumlah metode
pembelajaran sebagai berikut:
1. Metode ceramah;
2. Metode Information Search;
3. Metode The Power of Two;
4. Metode Small Group Discussion;
5. Metode Jigsaw;
6. Metode Poster Session;
7. Metode Main Mapping; dan
8. Metode Poster Comment.
F. Media, Alat, dan Sumber Belajar
1. Media: Media persentase berupa: Laptop, LCD‐Proyektor, dan Layar‐proyektor.
2. Alat/bahan: papan White board, spidol White Board, kertas Plan, spidol snowman
warna‐warni, karton Manila, blaster kertas, dan gunting kertas.
3. Sumber belajar:
a. Boylestad, L, Robert. dan Nashelsky, Lois. 2009. Electronic Device and Circuit
Theory. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
b. Floyd, L, Thomas. 2008. Electronic Devices Convensional Current Version, Eight
Ed. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
c. Rashid, H., Muhammad. 1993. Power Electronics: Circuits, Devices, and
Applications. 2th. Ed. New Jersey: Prentice‐Hall.
d. Rashid, H. Muhammad (Ed.‐in‐Chief). 2011. Power Electronic Handbook. New
York: Elsevier Inc.
e. Ruslan. 2015. Buku Ajar Elektronika Daya. Makassar: JPTE‐FT UNM.
f. Pengontrolan Beban Triac dengan Arus Trigger Sampai 50 mA. Datasheet Siemen,
di download pada www.datasheetarchive.com dan www.datasheetcatalog.com
tanggal 26 Desember 2014.
Rencana Perkuliahan Pertemuan V - VI Halaman 329
Elektronika Daya
G. Kegiatan Perkuliahan
ALOKASI
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN WAKTU
(menit)
1. Pendahuluan a. Mempersipkan kelas: cek absen, cek kondisi kelas: 15
papan tulis, spidol White Board, LCD Proyektor, Layar
Proyektor, Sumber listrik, Meja dan kursi dosen, meja
dan kursi mahasiswa, alat dan bahan perkuliahan, dan
sumber belajar.
b. Menyampaikan pengantar: Meperkenalkan secara
umum mata kuliah (MK) Elektronika Daya. Kedudukan
dan pentingnya MK Elektronika Daya bagi Prodi dan
keperluan pemanfaatan energi listrik. (Metode
Ceramah)
c. Menyampaikan Tujuan dan indikator pencapaian
tujuan Perkuliahan Pertemuan I dan II,
d. Membagi mahasiswa dalam beberapa kelompok yang
beranggotakan 3 – 5 orang.
2. Inti a. Meminta setiap mahasiswa membaca cepat dan 30
bermakna materi perkuliahan: Kelompok I.a … I.n,
membaca materi Penyulut, DIAC dan UJT, h: 86 ‐ 89”;
Kelompok II.a … II.n, membaca materi Penyulutan
Thyristor, dan Prinsip‐prinsip Penyulutan, h: 90 ‐ 93;
dan Kelompok III.a … III.n, membaca materi Jenis
Rangkaian Penyulut Thyristor Sederhana, h: 94 – 106.
Kemudian menjawab semua pertanyaan dari masing‐
masing materi dikaji. (Metode Information Search).
b. Meminta mahasiswa mendiskusikan materinya dalam 10
kelompoknya masing‐masing secara berpasangan
(Metode The Power of Two), secara sekolompok
(Metode Small Group Discussion), kemudian membuat
catatan ringkasan materi kelompok.
c. Meminta kelompok I.a … I.n membentuk kelompok I; 20
kelompok II.a … II.n membentuk Kelompok II; dan
kelompok III.a … III.n membentuk Kelompok III.
Kemudian masing‐masing kelompok mendiskusikan
kembali ringkasan yang telah dibuat sebelumnya dan
membuat ringkasan akhir kelompok I, II, dan III.
(Metode Small Group Discussion).
d. Masing‐masing kelompok I, II, dan III menunjuk 2 30
orang wakilnya untuk mempersiapkan dan
menyampaikan hasil ringkasannya kepada kelompok
yang lain.
e. Meminta kepada kedua orang wakil dari masing‐
masing kelompok berkunjung ke kelompok lain untuk
Rencana Perkuliahan Pertemuan V - VI Halaman 330
Elektronika Daya
Rencana Perkuliahan Pertemuan V - VI Halaman 331
Elektronika Daya
H. Penilaian
1. Penilaian Sikap (Lampiran 1);
2. Penilaian Proses, (Lampiran: 2 & 3);
3. Penilaian Keterampilan, (Lampiran 4);
4. Penilaian Hasil: Tes Tulis (lembar soal 1 dan 2).
Makassar, 20 Juli 2015
Menyetujui: Dosen Pengampu Mata Kuliah,
Ketua Jurusan JPTE‐FT UNM,
Drs. Marsud Hamid, M.Kes. Drs, Ruslan, M.Pd.
NIP 19570402 198601 1 002 NIP 19631231 199003 1 028
Rencana Perkuliahan Pertemuan V - VI Halaman 332
Elektronika Daya
LAMPIRAN 1.
PENILAIAN SIKAP SOSIAL
Petunjuk pengisian dan Penilaian Sikap Sosial:
Isilah nilai mahasiswa pada setiap aspek yang terpenuhi sesuai kriteria dan nilai yang
ditunjukkan pada “Tabel Aspek/Variabel yang Dinilai”.
Isikan pada setiap aspek yang diovservasi:
1. Angka 4 jika memenuhi kriteria SANGAT BAIK;
2. Angka 3 jika hanya memenuhi kriteria BAIK;
3. Angka 2 jika hanya memenuhi kriteria CUKUP; dan
4. Angka 1 jika hanya memenuhi kriteria KURANG.
Tabel Aspek/Variabel yang Dinilai
SANGAT
BAIK CUKUP KURANG
No. Deskripsi Aspek/Variabel BAIK
4 3 2 1
1. Kesungguhan mahasiswa mencari dan mengkaji materi
2. Kesungguhan manuliskan ringkasan hasil kajian materi
3. Kemauan dan kesungguhan mendengarkan dengan
penuh perhatian
4. Kemauan melibatkan diri dalam aktivitas di kelas dan
atau diskusi kelompok
5. Kemauan menerima teman lain apa adanya (memhami
keunikan yang dimiliki oleh setiap orang).
6. Kepedulian dengan persoalan yang dihadapi oleh orang
lain
7. Kesungguhan dalam menjawab pertanyaan.
Lembar Observasi dan Penilaian Sikap Sosial Mahasiswa
Aspek/Variabel yang dinilai Total
No. No. Stambuk Nama Mahasiswa
1 2 3 4 5 6 7 Nilai
1.
…
…
…
n.
Rencana Perkuliahan Pertemuan V - VI Halaman 333
Elektronika Daya
LAMPIRAN 2
PENILAIAN PROSES
Petunjuk pengisian dan Penilaian Proses:
Isilah nilai mahasiswa pada setiap aspek yang terpenuhi sesuai kriteria dan nilai yang
ditunjukkan pada “Tabel Aspek/Variabel yang Dinilai”.
Isikan pada setiap aspek yang diovservasi:
1. Angka 4 jika memenuhi kriteria SANGAT BAIK;
2. Angka 3 jika hanya memenuhi kriteria BAIK;
3. Angka 2 jika hanya memenuhi kriteria CUKUP; dan
4. Angka 1 jika hanya memenuhi kriteria KURANG.
Tabel Aspek/Variabel yang Dinilai Secara Umum
SANGAT
BAIK CUKUP KURANG
No. Deskripsi Aspek/Variabel BAIK
4 3 2 1
1. Mendengarkan pendapat teman lainnya.
2. Mengajukan usul, atau memberikan pendapat.
3. Menyelesaikan tugas dengan baik.
4. Membantu teman lain yang membutuhkan.
5. Selalu fokus saat menyelesaikan tugas.
6. Mampu menjalin kerjasama dengan orang lain.
7. Menempatkan diri dengan baik dalam berbagai situasi.
8. Aktif dalam diskusi di kelas.
9. Mendapatkan nilai yang baik.
10. Memiliki peran dominan dalam lingkungan kelompok dan kelas.
11. Teliti dalam berpendapat, mengerjakan soal dan tugas‐tugas.
12. Menjadi penengah dalam perdebatan dalam diskusi di kelas.
Lembar Observasi dan Penilaian Proses Belajar Mahasiswa Secara Umum
LAMPIRAN 3
PENILAIAN PROSES KHUSUS AKTIVITAS DISKUSI
Petunjuk pengisian dan Penilaian Proses:
Isilah nilai mahasiswa pada setiap aspek yang terpenuhi sesuai kriteria dan nilai yang
ditunjukkan pada “Tabel Aspek/Variabel yang Dinilai”.
Isikan pada setiap aspek yang diovservasi:
1. Angka 3 jika memenuhi kriteria SANGAT BAIK;
2. Angka 2 jika hanya memenuhi kriteria BAIK; dan
3. Angka 1 jika hanya memenuhi kriteria MEMERLUKAN BANTUAN
Tabel Aspek/Variabel yang Dinilai Khusus Saat Diskusi
Aspek/Variabel yang dinilai Total
No. No. Stambuk Nama Mahasiswa
1 2 3 Nilai
1.
…
…
…
n.
Rencana Perkuliahan Pertemuan V - VI Halaman 335
Elektronika Daya
LAMPIRAN 4
PENILAIAN KETERAMPILAN
Petunjuk pengisian dan Penilaian Proses:
Isilah nilai mahasiswa pada setiap aspek yang terpenuhi sesuai kriteria dan nilai yang
ditunjukkan pada “Tabel Aspek/Variabel yang Dinilai”.
Isikan pada setiap aspek yang diovservasi:
1. Angka 3 jika memenuhi kriteria SANGAT BAIK;
2. Angka 2 jika hanya memenuhi kriteria BAIK; dan
3. Angka 1 jika hanya memenuhi kriteria MASIH PERLU BERLATIH
Tabel Aspek/Variabel yang Dinilai Khusus Saat Diskusi
Aspek/Variabel yang dinilai Total
No. No. Stambuk Nama Mahasiswa
1 2 3 Nilai
1.
…
…
…
n.
Rencana Perkuliahan Pertemuan V - VI Halaman 336
Elektronika Daya
RENCANA PELAKSANAAN PERKULIAHAN (RPP)
Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Makassar
Fakultas : Fakultas Teknik
Jurusan : Pendidikan Teknik Elektro
Program Studi : S1 Pendidikan Teknik Elektro
Mata Kuliah : Elektronika Daya (Kode MK: MKB21407)
Semester : Genap (IV)
Pokok Bahasan : Penyearah
Pertemuan/Alokasi Waktu : VII – VIII/2 x (3 x 50 menit)
A. Tujuan Umum Perkuliahan
Setelah membaca bab ini, mahasiswa diharapkan memahami perkembangan konsep
pengetahuan Elektronika Daya dan ruang lingkup pemanfaatan pengetahuan Elektronika
Daya.
B. Tujuan Khusus Pekuliahan
Setelah membaca bab ini, mahasiswa dan atau pembaca diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pengertian penyearah.
2. Menjelaskan parameter penting rangkaian penyearah.
3. Menjelaskan prinsip kerja peneyarah satu fase.
4. Menjelaskan prinsip kerja penyearah tiga fase.
5. Menjelaskan cara menentukan spesifikasi trafo dan dioda yang dipergunakan pada
penyearah.
6. Menjelaskan fungsi rangkaian filter pada penyearah.
7. Merancang berbagai rangkaian penyearah berfilter.
C. Indikator Pencapaian Tujuan Perkuliahan
Setelah pertemuan perkuliahan berlangsung, yang menjadi indikator pencapaian
tujuan perkuiahan adalah:
1. Terkumpul ringkasan materi hasil hasil kajian teori per kelompok & individu.
2. Berlangsung presentase hasil kajian dan diskusi kelas.
3. Terkumpul produk hasil proyek kerja kelompok berupa Main Mapping tentang “konsep
pengetahuan Elektronika Daya dan ruang lingkup pemanfaatan pengetahuan
Elektronika Daya.
D. Materi Perkuliahan
1. Pengertian Penyearah;
2. Parameter Penting Rangkaian Penyearah;
3. Prinsip Kerja Penyearah Satu Fase;
4. Prinsip Kerja Penyearah Tiga Fase;
5. Menentukan spesifikasi trafo dan dioda yang dipergunakan pada penyearah;
6. Rangkaian filter pada penyearah;
E. Pendekatan, Model, dan Metode
Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah konstruktivistik. Sementara itu,
model pembelajarannya adalah berbasis proyek dengan menggunakan sejumlah metode
pembelajaran sebagai berikut:
1. Metode ceramah;
2. Metode Information Search;
3. Metode Small Group Discussion;
4. Metode Jigsaw;
5. Metode Poster Session;
6. Metode Main Mapping; dan
7. Metode Poster Comment.
F. Media, Alat, dan Sumber Belajar
1. Media: Media persentase berupa: Laptop, LCD‐Proyektor, dan Layar‐proyektor.
2. Alat/bahan: papan White board, spidol White Board, kertas Plan, spidol snowman
warna‐warni, karton Manila, blaster kertas, dan gunting kertas.
3. Sumber belajar:
a. Fewson, Denis. 1998. Introcuction to Power Electronics. London: Arnold
b. Floyd, L, Thomas. 2008. Electronic Devices Convensional Current Version, Eight Ed.
New Jersey: Pearson Prentice Hall.
c. Mazda, Fraidoon. 2003. Power Electronic Handbook. 3th.Ed. Newnes: Burlington.
d. Mohan, Ned, Undeland M., Tore, Robbins, P., William 1989. Power Electronics:
Converters, Applications, and Design. New York: John Wiley and Sons.
e. Rashid, H., Muhammad. 1993. Power Electronics: Circuits, Devices, and Applications.
2th. Ed. New Jersey: Prentice‐Hall.
f. Rashid, H., Muhammad. 1993. (terjemahan). PT Prenhallindo. 1999. Elektronika
Daya: Rangkaian, Devais, dan Aplikasinya Jilid 1. Jakarta: PT Prenhallindo.
g. Rashid, H., Muhammad (Ed.‐in‐Chief). 2011. Power Electronic Handbook. New York:
Elsevier Inc.
h. Ruslan. 2016. Bahan Ajar Mata Kuliah Elektronika Daya. Makassar: JPTE FT UNM.
G. Kegiatan Perkuliahan
ALOKASI
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN WAKTU
(menit)
1. Pendahuluan a. Mempersipkan kelas: cek absen, cek kondisi kelas: 15
papan tulis, spidol White Board, LCD Proyektor, Layar
Proyektor, Sumber listrik, Meja dan kursi dosen, meja
dan kursi mahasiswa, alat dan bahan perkuliahan, dan
sumber belajar.
b. Menyampaikan pengantar: Meperkenalkan secara
umum mata kuliah (MK) Elektronika Daya. Kedudukan
dan pentingnya MK Elektronika Daya bagi Prodi dan
keperluan pemanfaatan energi listrik. (Metode
Ceramah)
c. Menyampaikan Tujuan dan indikator pencapaian
tujuan Perkuliahan Pertemuan I dan II,
d. Membagi mahasiswa dalam beberapa kelompok yang
beranggotakan 3 – 5 orang.
2. Inti a. Meminta setiap mahasiswa membaca cepat dan 30
bermakna materi perkuliahan: Kelompok I.a … I.n,
membaca materi “Parameter-parameter Penyearah
dan Penyearah Setengah Gelombang Satu Fase”, h:
108 ‐ 116; Kelompok II.a … II.n, membaca materi
“Penyearah Gelombang Penuh Satu Fase”, h: 116 ‐
122; dan Kelompok III.a … III.n, membaca materi
“Penyearah Gelombang Penuh Tiga Fase”, h: 123 ‐
130. Kemudian menjawab semua pertanyaan dari
masing‐masing materi dikaji. (Metode Information
Search).
b. Meminta mahasiswa mendiskusikan materinya dalam 10
kelompoknya masing‐masing dan membuat catatan
ringkasan materi.
c. Meminta kelompok I.a … I.n membentuk kelompok I; 20
kelompok II.a … II.n membentuk Kelompok II; dan
kelompok III.a … III.n membentuk Kelompok III.
Kemudian masing‐masing kelompok mendiskusikan
kembali ringkasan yang telah dibuat sebelumnya dan
membuat ringkasan akhir kelompok I, II, dan III.
(Metode Small Group Discussion).
d. Masing‐masing kelompok I, II, dan III menunjuk 2 30
orang wakilnya untuk mempersiapkan dan
menyampaikan hasil ringkasannya kepada kelompok
yang lain.
e. Meminta kepada kedua orang wakil dari masing‐
masing kelompok berkunjung ke kelompok lain untuk
mempresentasekan ringkasan materinya, hingga
LAMPIRAN 1.
PENILAIAN SIKAP SOSIAL
Petunjuk pengisian dan Penilaian Sikap Sosial:
Isilah nilai mahasiswa pada setiap aspek yang terpenuhi sesuai kriteria dan nilai yang
ditunjukkan pada “Tabel Aspek/Variabel yang Dinilai”.
Isikan pada setiap aspek yang diovservasi:
1. Angka 4 jika memenuhi kriteria SANGAT BAIK;
2. Angka 3 jika hanya memenuhi kriteria BAIK;
3. Angka 2 jika hanya memenuhi kriteria CUKUP; dan
4. Angka 1 jika hanya memenuhi kriteria KURANG.
Tabel Aspek/Variabel yang Dinilai
SANGAT
BAIK CUKUP KURANG
No. Deskripsi Aspek/Variabel BAIK
4 3 2 1
1. Kesungguhan mahasiswa mencari dan mengkaji materi
2. Kesungguhan manuliskan ringkasan hasil kajian materi
3. Kemauan dan kesungguhan mendengarkan dengan
penuh perhatian
4. Kemauan melibatkan diri dalam aktivitas di kelas dan
atau diskusi kelompok
5. Kemauan menerima teman lain apa adanya (memhami
keunikan yang dimiliki oleh setiap orang).
6. Kepedulian dengan persoalan yang dihadapi oleh orang
lain
7. Kesungguhan dalam menjawab pertanyaan.
Lembar Observasi dan Penilai Sikap Sosial Mahasiswa
Aspek/Variabel yang dinilai Total
No. No. Stambuk Nama Mahasiswa
1 2 3 4 5 6 7 Nilai
1.
…
…
…
n.
LAMPIRAN 2
PENILAIAN PROSES
Petunjuk pengisian dan Penilaian Proses:
Isilah nilai mahasiswa pada setiap aspek yang terpenuhi sesuai kriteria dan nilai yang
ditunjukkan pada “Tabel Aspek/Variabel yang Dinilai”.
Isikan pada setiap aspek yang diovservasi:
1. Angka 4 jika memenuhi kriteria SANGAT BAIK;
2. Angka 3 jika hanya memenuhi kriteria BAIK;
3. Angka 2 jika hanya memenuhi kriteria CUKUP; dan
4. Angka 1 jika hanya memenuhi kriteria KURANG.
Tabel Aspek/Variabel yang Dinilai Secara Umum
SANGAT
BAIK CUKUP KURANG
No. Deskripsi Aspek/Variabel BAIK
4 3 2 1
1. Mendengarkan pendapat teman lainnya.
2. Mengajukan usul, atau memberikan pendapat.
3. Menyelesaikan tugas dengan baik.
4. Membantu teman lain yang membutuhkan.
5. Selalu fokus saat menyelesaikan tugas.
6. Mampu menjalin kerjasama dengan orang lain.
7. Menempatkan diri dengan baik dalam berbagai situasi.
8. Aktif dalam diskusi di kelas.
9. Mendapatkan nilai yang baik.
10. Memiliki peran dominan dalam lingkungan kelompok dan kelas.
11. Teliti dalam berpendapat, mengerjakan soal dan tugas‐tugas.
12. Menjadi penengah dalam perdebatan dalam diskusi di kelas.
Lembar Observasi dan Penilai Proses Belajar Mahasiswa Secara Umum
LAMPIRAN 3
PENILAIAN PROSES KHUSUS AKTIVITAS DISKUSI
Petunjuk pengisian dan Penilaian Proses:
Isilah nilai mahasiswa pada setiap aspek yang terpenuhi sesuai kriteria dan nilai yang
ditunjukkan pada “Tabel Aspek/Variabel yang Dinilai”.
Isikan pada setiap aspek yang diovservasi:
1. Angka 3 jika memenuhi kriteria SANGAT BAIK;
2. Angka 2 jika hanya memenuhi kriteria BAIK; dan
3. Angka 1 jika hanya memenuhi kriteria MEMERLUKAN BANTUAN
Tabel Aspek/Variabel yang Dinilai Khusus Saat Diskusi
Aspek/Variabel yang dinilai Total
No. No. Stambuk Nama Mahasiswa
1 2 3 Nilai
1.
…
…
…
n.
LAMPIRAN 4
PENILAIAN KETERAMPILAN
Petunjuk pengisian dan Penilaian Proses:
Isilah nilai mahasiswa pada setiap aspek yang terpenuhi sesuai kriteria dan nilai yang
ditunjukkan pada “Tabel Aspek/Variabel yang Dinilai”.
Isikan pada setiap aspek yang diovservasi:
1. Angka 3 jika memenuhi kriteria SANGAT BAIK;
2. Angka 2 jika hanya memenuhi kriteria BAIK; dan
3. Angka 1 jika hanya memenuhi kriteria MASIH PERLU BERLATIH
Tabel Aspek/Variabel yang Dinilai Khusus Saat Diskusi
Aspek/Variabel yang dinilai Total
No. No. Stambuk Nama Mahasiswa
1 2 3 Nilai
1.
…
…
…
n.
Oleh:
Drs. Ruslan, M.Pd.
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2016
i
PANDUAN PROYEK
PERKULIAHAN ELEKTRONIKA DAYA
A. PENGANTAR
Panduan ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman dan arah
yang sama bagi mahasiswa dalam merencanakan, melaksanakan, dan
mempertanggungjawabkan proyeknya. Selain itu, panduan ini bertujuan
agar mahasiswa yang menggunakan panduan ini dapat menghasilkan
proyek yang sesuai dengan tujuan perkuliahan mata kuliah elektronika
daya.
B. PERSIAPAN PROYEK
Sebelum menentukan jenis dan pelaksanaan proyek, dosen dan
mahasiswa perlu melakukan persiapan. Persiapan yang perlu dilakukan
oleh dosen dan mahasiswa adalah sebagai berikut:
1. Persiapan dosen:
a. Mepersiapkan perangkat perkuliahan berupa:
1) Rencana Pelaksanaan Perkuliahan
2) Sejumlah masalah dan tema proyek berbasis tujuan perkuliahan
3) Dokumen penilaian (dokumen penilain pengetahuan, sikap, dan
keterampilan atau kinerja);
4) Ruangan dan atau tempat pengerjaan dan ujicobaproyek.
5) Media pembelajaran
b. Fasilitas penunjang sesuai kebutuhan pengerjaan dan ujicoba masing-
masing proyek.
c. Membagi mahasiswa dalam beberapa kelompok dengan jumlah
anggota kelompok 3 s.d. 5 orang mahasiswa.
345
C. PENGERJAAN DAN UJICOBA PROYEK
Setiap kelompok mengerjakan proyek sesuai dengan proposal yang
diajukan dan telah mendapat persetujuan dari dosen pengampu mata
kuliah untuk dikerjakan dan diujicobakan. Hasil akhir dari pengerjaan dan
ujicoba proyek adalah proyek akhir (gambar, skema, langkah prosedur
dan atau bentuk fisik) dan laporan hasil proyek yang siap diseminarkan.
D. SEMINAR HASIL
Hasil akhir proyek oleh masing-masing kelompok wajib
diseminarkan di depan kelas untuk mendapatkan tanggapan dan saran
perbaikan dari sesama mahasiswa peserta mata kuliah elektronika daya
dan dosen pengampu mata kuliah elektronika daya.
E. PROYEK FINAL
Kelompok yang telah melaksanakan seminar hasil, wajib
melakukan revisi laporan dan perbaikan terhadap proyek akhirnya untuk
mendapatkan persetujuan dari dosen pengampu mata kuliah dan
menghasilkan laporan dan proyek final. Laporan (soft copy dan sebanyak
2 rangkap hard copy) dan proyek final wajib diserahkan ke dosen
pengampu untuk menjadi bukti fisik yang akan digunakan sebagai
kelengkapan penilaian portofolio. Setiap kelompok wajib mengarsipkan
laporan final minimal sebanyak anggota kelompok.
346
LAMPIRAN 1: Pengajuan Judul Proyek
HALAMAN SAMPUL
LEMBAR PENGAJUAN JUDUL
Identitas Mahasiswa/Kelompok Mahasiswa:
a. Nama Mahasiswa/Kelompok Mahasiswa: ………………………..
b. Nama dan NIM mahasiswa:
Ketua Kelompok: ……………………
Anggota: ………….. (minimal 2 dan maksimal 4 orang mahasiswa).
Judul Proyek:
1. …………………………………………………………………………
2. …………………………………………………………………………
3. …………………………………………………………………………
Deskripsi Singkat Proyek
Berisi masalah dan batasan masalah, serta langkah solusi
pemecahan masalah yang ditawarkan melalui proyek yang akan dihasilkan.
Uraian sekurang-kurangnya satu halaman dan maksimal 2 halaman.
…………………………………….
Drs. Ruslan, M.Pd.
347
LAMPIRAN 2: Sistimatika Proposal Proyek
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
A. PENDAHULUAN
Uraikan nama proyek, dan latar belakang yang menjadi alasan
pentingnya proyek itu dikerjakan. Tuliskan sejumlah masalah yang
dapat diselesaikan dengan proyek Anda. Uraikan manfaat teoritis
dan praktis yang dapat diperoleh dari proyek Anda.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumuskan masalah yang yang paling prioritas dari sejumlah
masalah yang telah Anda identifikasi pada bagian pendahuluan
untuk diatasi melalui proyek yang akan Anda hasilkan.
C. KAJIAN TEORI PENDUKUNG
Uraikan sejumlah teori dan atau konsep yang paling terkait dengan
proyek yang akan Anda buat. Baik yang terkait dengan proyek atau
aplikasi yang relevan, maupun yang terkait dengan komponen
elektronika daya yang digunakan dalam proyek Anda.
D. METODE PENYELESAIAN PROYEK
Uraikan metode dan langkah-langkah atau prosedur dalam bentuk
narasi dan flowchart, mulai persiapan, pengerjaan dan ujicoba,
hingga pada finalisasi proyek. Buat tabel tentang Daftar Alat dan
Bahan Proyek yang memuat No., Nama Bahan dan Alat, Harga,
Deskripsi Kegunaan, dan Keterangan. Buat Tabel secara rinci
tentang Rencana Anggaran dan Belanja Proyek, mulai persiapan,
pengerjaan dan ujicoba proyek, serta pelaporan dan finalisasi
proyek. Buat secara rinci dalam bentuk tabel Jadwal Proyek, mulai
persiapan, pengerjaan dan ujicoba, dan finalisasi proyek
DAFTAR PUSTAKA
Tuliskan semua buku, artikel, jurnal atau sumber yang telah dikutip pada
bagian “Kajian Teori Pendukung” dengan mengikuti pola penulisan daftar
pustaka yang digunakan pada “Buku Panduan Penulisan Sekripsi dan
Tugas Akhir” terbitan Fakultas Teknik UNM tahun 2013.
348
LAMPIRAN 3: Sistimatika Laporan Proyek
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
A. PENDAHULUAN
Uraikan nama proyek, dan latar belakang yang menjadi alasan
pentingnya proyek itu dikerjakan. Tuliskan sejumlah masalah yang
dapat diselesaikan dengan proyek Anda. Uraikan manfaat teoritis
dan praktis yang dapat diperoleh dari proyek Anda.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumuskan masalah yang yang paling prioritas dari sejumlah
masalah yang telah Anda identifikasi pada bagian pendahuluan
untuk diatasi melalui proyek yang akan Anda hasilkan.
C. KAJIAN TEORI PENDUKUNG
Uraikan sejumlah teori dan atau konsep yang paling terkait dengan
proyek yang akan Anda buat. Baik yang terkait dengan proyek atau
aplikasi yang relevan, maupun yang terkait dengan komponen
elektronika daya yang digunakan dalam proyek Anda.
D. METODE PENYELESAIAN PROYEK
Uraikan metode dan langkah-langkah atau prosedur dalam bentuk
narasi dan flowchart, mulai persiapan, pengerjaan dan ujicoba,
hingga pada finalisasi proyek. Buat tabel tentang Daftar Alat dan
Bahan Proyek yang memuat No., Nama Bahan dan Alat, Harga,
Deskripsi Kegunaan, dan Keterangan. Buat Tabel secara rinci
tentang Rencana Anggaran dan Belanja Proyek, mulai persiapan,
pengerjaan dan ujicoba proyek, serta pelaporan dan finalisasi
proyek. Buat secara rinci dalam bentuk tabel Jadwal Proyek, mulai
persiapan, pengerjaan dan ujicoba, dan finalisasi proyek
E. HASIL DAN PEMBAHASAN PROYEK
1. Hasil Proyek
Uraikan hasil proyek Anda secara rinci, termasuk detail dimensi
proyek yang Anda hasilkan. Baik dalam bentuk gambar, narasi
yang mendeskripsikan proyek Anda, maupun foto-foto
persiapan, pengerjaan dan ujicoba, serta finalisasi proyek.
Uraikan pula keunggulan dan keterbatasan proyek yang Anda
hasilkan.
2. Pembahasan Hasil Proyek
349
Uraikan pembehasan hasil proyek Anda dengan cara
mengkonfirmasi hasil yang Anda peroleh dengan sejumlah teori.
Baik yang mendukung, maupun yang kontra dengan proyek
yang Anda hasilkan.
F. SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
Uraikan simpulan Anda dengan memfokuskan diri pada
jawaban atau solusi terhadap masalah yang telah Anda ajukan
pada bagian “Rumusan Masalah”.
2. Saran
Uraikan saran yang memungkinkan pembaca untuk dapat
menggunakan proyek Anda dengan tepat, lebih baik, dan aman.
Tuliskan saran yang memungkinkan pembaca untuk mengatasi
keterbatasan proyek Anda, atau alternatif yang dapat dilakukan
oleh untuk meningkatkan kualitas proyek sejenisnya pada
kesempatan lain.
DAFTAR PUSTAKA
Tuliskan semua buku, artikel, jurnal atau sumber yang telah dikutip pada
bagian “Kajian Teori Pendukung” dengan mengikuti pola penulisan daftar
pustaka yang digunakan pada “Buku Panduan Penulisan Sekripsi dan
Tugas Akhir” terbitan Fakultas Teknik UNM tahun 2013.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Foto-foto proyek (persiapan, pelaksanan, dan finalisasi)
2. Dan lain-lain yang dianggap penting
350
Oleh:
Drs. Ruslan, M.Pd.
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2016
i
KONTRAK PERKULIAHAN
MATA KULIAH ELEKTRONIKA DAYA
..............................................
NIP .......................................
351
Lampiran Kontrak Perkuliahan
BIODATA MAHASISWA
PESERTA PERKULIAHAN
MATA KULIAH ELEKTRONIKA DAYA
Nama Lengkap :
Jenis Kelamin :
Tempat & Tanggal Lahir :
Nama SMA/Sederajat Asal :
Nama Ibu Kandung :
Nama Ayah Kandung :
Jumlah Bersaudara :
Nama Kakak Kandung : 1.
2.
3.
...
Nama Adik Kandung : 1.
2.
3.
...
Alamat Tempat Tinggal :
Kota Makassar :
Kab./Kota Asal :
Hobi : 1.
2.
3.
...
Organisasi Kemahasiswaan : 1.
yang diikuti 2.
3.
...
Makanan Pavorit : 1.
2.
...
Senang Belajar dengan Cara. : Mendengarkan.
Beri tanda ceklist di kotak Melihat/mengamati.
kiri pernyataan Melakukan/mengerjakan.
Lainya. Tuliskan: .........................................................
Nomor Kontak : Mhs. :
Ibu :
Bapak :
...
4 cm x 6 cm
................................................
NIM:
352
Oleh:
Drs. Ruslan, M.Pd.
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2016
i
DAFTAR HADIR PERKULIAHAN
Nama Mata Kuliah : Elektronika Daya
Semester : Genap 2015/2016
Dosen Pengampuh : Drs. Ruslan, M.Pd.
1 353
38 1324042005 Eka Maulana Usman L Y h h h h 4 0 0 0 25%
39 1424042024 Nur Azizah P Y h h h h 4 0 0 0 25%
40 1424042008 Indra Wijaya L Y h h h h 4 0 0 0 25%
41 1424042025 Syahrial Yudistira L Y h h h h 4 0 0 0 25%
42 1324041010 Muhammad Rijal L T a h h h 3 0 0 0 19%
Jumlah Hadir: 41 40 41 41 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 163
Jumlah Alpa: 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
Jumlah Sakit: 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
Jumlah Izin: 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Persentase Kehadiran: 98% 95% 98% 98% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 24%
2 353