Disetujui oleh:
Dosen Pembimbing 1
Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknik Elektro Ketua Program Studi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia serta
memberikan kemudahan, bagi penulis untuk dapat menyelesaikan penelitian dan tugas
laporan kerja “yang berjudul“ Analisa Dampak Overload Transformator Terhadap
Kualitas Daya di komplek cemara asri “ dapat selesai karena bantuan berbagai pihak .
maka dalam kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ka prodi Teknik Elektro Bapak Pristisal Wibowo, ST.,MT yang mengarahkan untuk
pelaksaan kegiatan kerja praktek ini
2. Dosen pembimbing “Laporan Kerja“ bapak Hamdani, ST., M.T yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis
3. Keluarga terutama orang tua yang tidak pernah henti-henti nya, memberikan doa
dukungan motivasi kepada penulis untuk segera menyelesaikan laporan ini.
4. Teman-teman di Fakultas Teknik Elektro, Universitas Pembangunan Panca Budi yang
telah memberikan bantuan nya.
5. Semua pihak yang penulis tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga kebaikan nya
dibalas oleh ALLAH SWT “ Amin “
Semoga laporan ini memberikan informasi bagi masyarakat yang bermanfaat dan
bermanfaat untuk mengembangkan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita
semua.
PENULIS
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN………………………………….……………... i
KATA PENGANTAR……………………………………….……………... ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………….. iii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………...... iv
DAFTAR TABEL………………………………………………………….. v
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….. 1
I.I. Latar Belakang………………………………………………….. 1
I.2. Rumusan Masalah………………………………………………. 1
I.3. Batasan Masalah……………………………………………....... 2
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik
Gambar 2.2 Bagian – Bagian Sistem Distribusi Primer
Gambar 2.3 Tegangan Menegah Ke Tegangan Rendah
Gambar 2.4 Diagram Satu Garis Gardu PortaL
Gambar 2.5 Contoh Konstruksi Gardu Portal
Gambar 2.6 Gardu Cantol
Gambar 2.7 Monogram Gardu Cantol 3 Fasa
Gambar 2.8 Bagan Transformator
Gambar 4.1 Kantor PT,PLN (Pers
Gambar 4.2 Single Line Diagram Penyulang Segeri
Gambar 4.3 Trafo Distribusi GT-PCDJ
Gambar 4.4 Diagram Presentase Pembebanan Trafo
DAFTAR TABEL
6
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sistem distribusi merupakan salah satu sistem dalam tenaga listrik yang mempunyai
peran penting karena berhubungan langsung dengan pemakai energi listrik, terutama pemakai
energi listrik tegangan menengah dan tegangan rendah. Jadi sistem ini selain berfungsi
menerima daya listrik dari sumber daya (trafo distribusi), juga akan mengirimkan serta
mendistribusikan daya tersebut ke konsumen. Mengingat bagian ini berhubungan langsung
dengan konsumen, maka kualitas listrik selayaknya harus sangat diperhatikan oleh Badan
Standarisasi Nasional. Pada sistem ketenagalistrikan terus mengalami perkembangan, salah
satunya yaitu dengan terjadinya pertumbuhan pelanggan atau beban energi listrik dari tahun ke
tahun. Sehingga dibutuhkan sistem pendistribusian tenaga listrik yang mempunyai keandalan
tinggi. Akan tetapi, sering terjadi permasalahan yang timbul pada pendistribusian
ketenagalistrikan. Salah satunya adalah pembebanan transformator distribusi yang sudah
melebihi kapasitas atau dapat dikatakan transformator overload. Transformator dikatakan
overload jika kapasitas pembebanannya lebih dari 80%. Apabila hal ini terjadi dalam waktu
yang lama, isolasi pada transformator mengalami kerusakan karena panas yang berlebihan
yang berujung pada rusaknya transformator. Selain hal tersebut,overload pada transformator
distribusi juga dapat menyebabkan terjadinya dropvoltage (jatuh tegangan). Terdapat dua
metode alternatif untuk mengatasi permasalahan transformator overload, yaitu dengan metode
pemasangan transformator sisipan dan uprating transformator. Transformator overload ini juga
terjadi di salah satu transformator distribusi di kompleks cemara asri, yaitu Trafo Distribusi
Penyulang Segeri .Tentu hal ini menunjukkan perlu adanya tindakan terhadap transformator
distribusi tersebut. Dengan memperhatikan letak beban maka tindakan yang tepat dilakukan
adalah dengan Uprating transformator. Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan studi
terhadap rencana Uprating transformator di transformator distribusi penyulang Segeri.
Diharapkan dengan penelitian ini, menambah keandalan sistem distribusi listrik di Jaringan
Tegangan Rendah (JTR) di Transformator Distribusi penyulang Segeri.
Adapun rumusan masalah dari analisis Uprating Trafo di kompleks cemara asri, yaitu:
bagaimana upaya penanggulangan transformator distribusi pada Penyulang Segeri GT-PCDJ
7
yang mengalami Overload? Berapa besar pembebanan transformator distribusi pada Penyulang
Segeri GT-PCDJ sebelum dan sesudah Uprating transformator?
I.3. Batasan Masalah
Agar permasalahan yang dibahas lebih spesifik dan pencerahannya juga tapi lebih
sesuai dengan rumusan masalah yang dipaparkan diatas, maka penyusunan tugas akhir ini
penulis memilih batasan-batasan masalah yang akan dibahas untuk dicari pemecahannya,
antara lain:
1. Metode Uprating dalam mengatasi masalah Overload pada transformator distribusi
GT-PCDJ di Penyulang Segeri.
2. Perhitungan presentase pembebanan transformator distribusi GT-PCDJ di
Penyulang Segeri yang mengalami Overload
I.4. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah, adapun tujuan kegiatan penelitian ini adalah :
1. Untuk mendapatkan cara mengatasi masalah Overload pada transformator
distribusi GT-PCDJ di Penyulang Segeri
2. Untuk mendapatkan besar hasil pembebanan transformator distribusi GT- PCDJ
sebelum dan sesudah Uprating Trafo.
I.5. Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa
a. Sebagai sarana dalam menyelesaikan suatu permasalahan sesuai bidang
keahlian dan untuk mempersiapkan diri dalam dunia kerja.
b. Sebagai penerapan teori yang didapat dibangku kuliah di kehidupan sehari-
hari.
2. Bagi Perusahaan
a. Mempermudah pegawai PLN dalam menangani masalah gangguan overload
khususnya pada transformator distribusi
b. Menambah wawasan serta menambah pengetahuan tentang gangguan dan
pemeliharaan Transformator Distribusi
I.6. Metodologi Penelitian
Pada tugas akhir ini penulis melakukan penelitian dan pengambilan data yang
dilakukan dengan metode:
1. Studi Literatur
8
Dalam metode ini penulis mengumpulkan bahan tulisan yang bersumber pustaka
yang relevan untuk mendukung tugas akhir ini.
2. Studi Bimbingan
Dalam hal ini, penulis mendiskusikan kepada Dosen Pembimbing Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Pengumpulan Data
Untuk menunjang tugas akhir ini penulis mengumpulkan data dari komplek
cemara asri
I.7. Sistematika Penulisan
Bab I : Bab ini menjelaskan tentang latar belakan, rumusan masalah, batasan masalah,
serta maksud dan tujuan dari penelitian yang dilakukan serta sistematika penulisan dari laporan
hasil penelitian. Bab II : Bab ini menjeaskan tentang teori-teori pendukung yang berkaitan
dengan judul penelitian. Bab III : Bab ini menjelaskan tentang waktu dan tempat penelitian,
serta metodepenelitian dalam proses melakukan penelitian Bab IV : Bab ini menjelaskan
tentang hasil penelitian, alat dan perhitungan serta pembahasan terkait judul penelitian. Bab V :
Bab ini merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran terkait judul penelitian.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Unit distribusi tenaga listrik merupakan salah satu bagian dari suatu sistem tenaga
listrik yang terdiri dari unit pembangkit, unit penyaluran atau transmisi dan unit distribusi yang
dimulai dari PMT incoming di Gardu Induk sampai dengan alat penghitung dan Pembatas
(APP) di instalasi konsumen. Unit distribusi dalam hal ini berfungsi untuk menyalurkan dan
mendistribusikan tenaga listrik dari pusat-pusat suplai atau gardu induk ke pusat-pusat beban
yang berupa gardu-gardu distribusi (gardu trafo) atau secara langsung mensuplai tenaga listrik
ke konsumen dengan mutu yang memadai.
Proses tenaga listrik didistribusikan dimulai dari tenaga listrik yang dihasilkan oleh
pembangkit tenaga listrik besar dengan tegangan dari 11 kV sampai 24 kV dinaikkan
tegangannya oleh gardu induk dengan transformator penaik tegangan menjadi 70 kV ,154 kV,
220 kV atau 500 kV kemudian disalurkan melalui saluran Transmisi. Tujuan menaikkan
tegangan ialah untuk memperkecil kerugian daya listrik pada saluran transmisi. Dari saluran
transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi 20 kV dengan transformator penurun tegangan
pada gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga
listrik dilakukan oleh saluran distribusi primer. Dari saluran distribusi primer inilah gardu-
gardu distribusi mengambil tegangan untuk diturunkan tegangannya dengan trafo distribusi
menjadi sistem tegangan rendah, yaitu 220/380 volt. Selanjutnya disalurkan oleh saluran
distribusi sekunder ke konsumen-konsumen. Untuk pengelompokan jaringan distribusi tenaga
listrik, dan pembagian serta pembatasan-pembatasannya dapat terlihat pada gambar 2.1.
10
Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik
11
step-down. Dalam hal ini jelas bahwa sistem distribusi merupakan bagian yang penting dalam
sistem tenaga listrik secara keseluruhan (Bambang Winardi, Agung Warsito, and Meigy
Restanaswari Kartika, 2015) (Jeandy T. I. Kume, Ir. Fielman Lisi, MT., Sartje Silimang, ST.,
MT, 2016). Gambar 2.1. Diagram satu garis sistem tenaga listrik.
II.2. Sistem Distribusi Primer
Sistem distribusi primer digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu induk
distribusi ke pusat beban. Sistem ini dapat menggunakan saluran udara, kabel udara, maupun
kabel tanah sesuai dengan tingkat keandalan yang diinginkan dan kondisi serta situasi
lingkungan. Saluran distribusi ini direntangkan sepanjang daerah yang akan di suplay tenaga
listrik sampai ke pusat beban. Terdapat 7 bermacam-macam bentuk rangkaian jaringan
distribusi primer. Berikut adalah gambar bagian-bagian distribusi primer secara umum (Suhadi,
2008). Gambar 2.3. Bagian-bagian Sistem Distribusi Primer Sumber : (Suhadi, 2008) Bagian-
bagian sistem distribusi primer terdiri dari : 1.Transformator daya, berfungsi untuk
menurunkan dan menaikkan tegangan 2. Pemutus tegangan, berfungsi sebagai pengaman yaitu
pemutus daya 3. Penghantar, berfungsi sebagai penghubung daya 4. Busbar, sebagai titik
pertemuan antara trafo daya dengan peralatan lainnya 5.Gardu hubung, menyalurkan daya ke
gardu distribusi tanpa mengubah tegangan. Gardu distribusi, berfungsi untuk menurunkan
tegangan menengah menjadi tegangan rendah.
Sistem distribusi primer, sering disebut Sistem Jaringan Tegangan Menengah (JTM)
dengan tegangan operasi nominal 20 kV atau 11,6 kV. Jaringan ini yang mendistribusikan
energi listrik dari gardu induk ke gardu distribusi.
Bagian-bagian sistem distribusi primer terdiri dari :
1. Transformator Daya, berfungsi untuk menurunkan Tegangan
2. Pemutus Tegangan, berfungsi sebagai pengaman yaitu pemutus daya.
3. Penghantar, berfungsi sebagai penghubung daya.
4. Gardu Hubung, untuk menyalurkan daya ke Gardu distribusi tanpa mengubah
tegangan.
5. Gardu Distribusi, untuk menurunkan Tegangan 20 kV ke 220-380 V Untuk
pengelompokan bagian distribusi secara umum dapat dilihat
pada gambar berikut yaitu gambar 2.2, yang merupakan bagian-bagian distribusi primer secara
umum.
12
Gambar 2 2 bagian bagian sistem distribusi primer
Keterangan :
1. Transformator daya
2. Pemutus tegangan
3. Penghantar
4. Gardu Hubung
5. Gardu Distribusi
II.3. Sistem Distribusi Sekunder
Sistem distribusi sekunder seperti pada Gambar 2.2 merupakan salah satu bagian dalam
sistem distribusi, yaitu mulai dari gardu trafo sampai pada pemakai akhir atau konsumen
(Jeandy T. I. Kume, Ir. Fielman Lisi, MT., Sartje Silimang, ST., MT, 2016). 13 Gambar 2.9.
Hubungan tegangan menengah ke tegangan rendah dan konsumen Sumber : (Suhadi, 2008)
Sistem distribusi sekunder digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu distribusi ke
beban-beban yang ada di konsumen. Pada sistem distribusi sekunder bentuk saluran yang
paling banyak digunakan ialah sistem radial. Sistem ini dapat menggunakan kabel yang
berisolasi maupun konduktor tanpa isolasi. Melihat letaknya, sistem distribusi ini merupakan
bagian yang langsung berhubungan dengan konsumen, jadi sistem ini berfungsi menerima daya
listrik dari sumber daya (trafo distribusi), juga akan mengirimkan serta mendistribusikan daya
tersebut ke konsumen. mengingat bagian ini berhubungan langsung dengan konsumen, maka
kualitas listrik selayaknya harus sangat diperhatikan.Sistem penyaluran daya listrik pada
Jaringan Tegangan Rendah dapat dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut: - Saluran Udara
Tegangan Rendah (SUTR) Jenis penghantar yang dipakai adalah kabel telanjang (tanpa isolasi)
seperti kabel AAAC, kabel ACSR. 14 - Saluran Kabel Udara Tegangan Rendah (SKUTR)
Jenis penghantar yang dipakai adalah kabel berisolasi seperti kabel LVTC (Low Voltage
Twisted Cable).ukuran kabel LVTC adalah : 2x10mm2, 2x16mm2, 4x25mm2, 3x 35mm2,
3x50mm2, 3x70mm2. Menurut SPLN No.3 Tahun1987, jaringan tegangan rendah adalah
jaringan tegangan rendah yang mencakup seluruh bagian jaringan beserta perlengkapannya,
13
dari sumber penyaluran tegangan rendah sampai dengan alat pembatas/pengukur.Sedangkan
STR (Saluran Tegangan Rendah) ialah bagian JTR tidak termasuk sambungan pelayanan
(bagian yang menghubungkan STR dengan alat pembatas/pengukur)
Sistem distribusi sekunder, sering disebut Sistem Jaringan Tegangan Rendah (JTM) dengan
tegangan operasi nominal 220/380 Volt. Jaringan ini yang mendistribusikan energi listrik dari
gardu distribusi ke pelanggan. Sistem distribusi sekunder seperti pada Gambar 2.3 halaman 9,
merupakan salah satu bagian dalam sistem distribusi.
Melihat letaknya, sistem distribusi ini merupakan bagian yang langsung berhubungan
dengan konsume, njadi sistem ini berfungsi menerima daya listrik dari sumber daya
(transformator distribusi), juga akan mengirimkan serta mendistribusi-kan daya tersebut ke
konsumen.
Sistem penyaluran daya listrik pada Jaringan tegangan rendah dapat dibedakan menjadi dua
yaitu sebagai berikut :
1. Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) Jenis penghantar yang dipakai adalah
kabel telanjang (tanpa isolasi) seperti kabel AAAC, kabel ACSR.
2. Saluran Kabel Udara Tegangan Rendah (SKUTR) Jenis penghantar yang dipakai
adalah kabel berisolasi seperti kabel LVTC (Low Voltage Twisted Cable).
Menurut SPLN No.74 tahun 1987 yang dimaksud dengan sambungan JTR adalah
sambungan rumah (SR) penghantar di bawah tanah atau di atas tanah termasuk peralatannya
mulai dari titik penyambungan tiang JTR sampai alat pembatas dan pengukur (APP). Jaringan
14
ini menggunakan tegangan rendah. Sebagaimana halnya dengan distribusi primer, terdapat pula
pertimbangan perihal keadaan pelayanan dan regulasi tegangan.
Pada sistem distribusi sekunder bentuk saluran yang paling banyak digunakan ialah
sistem radial. Sistem ini dapat menggunakan kabel yang berisolasi maupun konduktor tanpa
isolasi. Sistem ini biasanya disebut sistem tegangan rendah yang langsung akan dihubungkan
kepada konsumen atau pemakai tenaga listrik dengan melalui peralatan-peralatan sebagai
berikut:
Gardu distribusi adalah suatu tempat atau bangunan instalasi yang didalamnya terdapat
alat-alat seperti pemutus,penghubung, pengaman dan transformator distribusi untuk
mendistribusikan tenaga listrik sesuai dengan kebutuhan tegangan konsumen. Peralatan ini
berfungsi untuk menunjang mencapai pendistribusian tenaga listrik secara baik yang
mencangkup koinunitas pelayanan yang terjamin, mutu yang tinggi dan menjamin keselamatan
bagi manusia. Fungsi gardu distribusi adalah sebagai berikut :
1. Menyalurkan Tenaga Listrik ke konsumen Tegangan Rendah
2. Menurunkan Tegangan Menengah ke Tegangan Rendah
3. Sebagai Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah
Konstruksi Gardu distribusi dirancang berdasarkan optimalisasi biaya terhadap maksud
dan tujuan penggunaannya yang kadang kala harus disesuaikan dengan peraturan Pemda
setempat. Komponen-komponen gardu, yaitu :
1. Pengaman Trafo (FCO, Arrester)
2. Trafo Distribusi
3. Kawat penghantar
4. PHB-TR (Papan Hubung Bagi – Tegangan Rendah)
5. Grounding
15
6. Dan Alat-alat pendukung lainnya
Instalasi Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah atau PHB TR yaitu :
1. Sirkit Masuk + Saklar induk
2. Rel/ Busbar Pembagi
3. Sirkit Keluar + Pengaman Lebur Maksimum 8 Sirkit.
Spesifikasi mengikuti kapasitas transformator distribusi yang dipakai. Instalasi kabel
daya dan kabel kontrol, yaitu KHA kabel daya antara kubikel ke transformator minimal 125 %
arus beban nominal transformator.
Secara garis besar gardu distribusi dibedakan atas :
1. Jenis Pemasangannya :
a. Gardu Pasangan Luar : (Gardu Portal, Gardu Cantol)
b. Gardu Pasangan Dalam : (Gardu Beton, Gardu Kios/ MC)
2. Jenis Konstruksinya :
a. Gardu Batu
b. Gardu Tiang
c. Gardu Kios/ MC
3. Jenis Penggunanya :
a. Gardu Pelanggan Umum
b. Gardu pelanggan khusus
Khusus pengertian Gardu Hubung adalah gardu yang ditujukan untuk memudahkan
manuver pembebanan dari satu penyulang ke penyulang lain yang dapat dilengkapi atau tidak
dilengkapi RTU (Remote Terminal Unit). Untuk fasilitas ini lazimnya dilengkapi fasilitas DC
Supply dari Trafo Distribusi pemakaian sendiri atau Trafo distribusi untuk umum yang
diletakkan dalam satu kesatuan. Untuk jenis konstruksi Gardu Tiang terbagi atas 2 yakni :
1. Gardu Portal
Gardu Portal adalah gardu distribusi tipe pasangan terbuka (out-door) dengan memakai
konstruksi dua tiang atau lebih. Pada gardu portal, transformator distribusi dipasang pada
bagian atas dan papan hubung bagi tegangan rendah atau PHB-TR diletakan pada bagian
bawah. Diagram satu garis daripada gardu portal ditunjukan pada gambar dibawah ini:
16
Gambar 2.4 Diagram satu garis gardu portal
Secara garis besar, masing-masing komponen utama dari gardu portal adalah sebagai berikut:
1. SUTM (Saluran Udara Tegangan Menengah)
SUTM adalah saluran atau jaringan kabel distribusi dimana sumber tegangan menengah
20KV disalurkan dari gardu induk menuju pusat-pusat beban atau pelanggan tegangan
menengah.
2. FCO (Fuse Cut Out)
FCO adalah komponen proteksi yang bekerja apabila arus yang melewatinya lebih
besar dari arus maksimum yang diijinkan.
3. LA (Lightning Arrester)
Lightning arrester adalah komponen proteksi yang akan melindungi sistem dari
gangguan kenaikan tegangan karena sambaran petir ke saluran distribusi.
4. Transformator Distribusi
Transformator distribusi adalah perangkat listrik yang bertugas untuk mengkonversikan
tegangan menengah menjadi tegagan rendah dan menyalurkan arus yang lebih besar ke
pusat-pusat beban atau pelanggan.
17
5. PHB TR (Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah).
PHB-TR adalah suatu kombinasi dari satu atau lebih Perlengkapan Hubung Bagi
Tegangan Rendah dengan peralatan kontrol, peralatan ukur, pengaman dan kendali
yang saling berhubungan. Keseluruhannya dirakit lengkap dengan sistem pengawatan
dan mekanis pada bagian-bagian penyangganya. PHB TR digunakan untuk membagi
dan menyalurkan daya ke pusat-pusat beban dengan kapasitas yang lebih kecil.
Pembagian Kapasitas Transformator dan PHB TR pada Gardu Portal. Pada gardu
distribusi tipe portal, maka penggunaan kapasitas transformator distribusi dibagi
menjadi 2 kriteria, yaitu: —Gardu Portal 50 kVA – 100 kVA Pada gardu portal dimana
transformator distribusi yang dipasang pada kisaran 50kVA ~ 100kVA, maka PHB TR
(papan hubung bagi tegangan rendah ) yang dipasang adalah PHB TR 2 jurusan. ——
Gardu Portal 160 – 400 kVA Pada gardu portal dimana transformator distribusi yang
dipasang pada kisaran 160kVA ~ 400kVA, maka PHB TR (papan hubung bagi
tegangan rendah ) yang dipasang adalah PHB TR 4 jurusan.
Gambar di bawah adalah monogram gardu portal dengan phb tr 2 jurusan dan 4 jurusan.
Gardu Portal adalah gardu distribusi tipe pasangan terbuka dengan memakai konstruksi
dua tiang atau lebih. Tempat kedudukan transformator sekurang kurang nya 3 vmeter di atas
permukaan tanah. Transformator distribusi dipasang pada bagian atas dan papan hubung bagi
tegangan rendah atau PHB-TR diletakan pada bagian bawah. Diagram satu garis daripada
gardu portal ditunjukan pada gambar 2.4.:
Fault Indicator (dalam hal ini PMFD :Pole Mounted Fault Detector) perlu di pasang
pada section jaringan dan percabangan untuk memudahkan pencarian titik gangguan, sehingga
jaringan yang tidak mengalami gangguan dapat dipulihkan lebih cepat. Berikut merupakan
bagian dari gardu portal, yaitu :
1). Peralatan Hubung :
- Fuse Cut Out 24 kV
- Saklar Pada Rak TR
2). Peralatan Proteksi :
- Fuse Cut Out 24 kV
- Lightning Arrester24 kV
- NH Fuse
3). Kawat / Penghantar :
- Kawat Penghubung dari Sumber ke Fuse Cut Outdan Arrester
- Kawat Penghubung dari Fuse CutOutatau Arrester ke Trafo
- Kawat Penghubung dari Trafo Distribusi ke PHB-TR
- Kawat Keluar
4). Pentanahan
- Pentanahan Arrester
- Pentanahan Body Trafo Distribusi
- Pentanahan Panel Bagi Tegangan Rendah
2. Gardu Cantol
Pada gardu distribusi tipe cantol, transformator yang terpasang adalah transformator
dengan daya kurang atau sama dengan 100 kVA Fase 3 atau Fase 1. Transformator
terpasang adalah jenis CSP (Completely Self Protected Transformer) yaitu peralatan
switching dan proteksinya sudah Terpasang lengkap dalam tangki trasformator.
20
2. Gardu Cantol
Gardu cantol adalah gardu distribusi tipe tiang untuk pasangan terbuka (out-door) dengan
memakai konstruksi satu tiang. Seluruh bagian transformator distribusi dan papan hubung
bagi atau (PHB TR) dicantolkan pada satu tiang yang sama. Tranformator distribusi di
pasang pada pada bagian atas dan lemari panel / PHB-TR pada bagian bawah.
Kapasitas transformator distribusi dan PHB TR pada gardu cantol.
Pada Gardu Distribusi tipe cantol, transformator yang terpasang adalah transformator dengan
daya ≤ 100 kVA Fase 3 atau Fase 1. Transformator terpasang adalah jenis CSP (Completely
Self Protected Transformer) yaitu peralatan switching dan proteksinya sudah terpasang lengkap
21
dalam tangki transformator.
22
Gardu Cantol 50KVA (CSP)
23
24
GARDU CANTOL FASA3
25
CT30 – Digunakan untuk PHB TR Gardu Cantol Kapasitas 50kVA ~ 100kV
26
Gambar 2.6 Gardu Cantol
27
primer dan sekunder. Rasio perubahan tegangan akan tergantung dari rasio jumlah lilitan
pada kedua kumparan. Biasanya kumparanterbuat dari kawat tembaga yang dibelit seputar
“kaki“ inti transformator. Berikut merupakan bagan transformator pada gambar 2.8.
Transformator merupakan salah satu alat listrik yang dapat mengubah level tegangan
listrik dari satu ke level tegangan listrik lainnya berdasarkan jumlah lilitan atau kumparan
yang ada didalam bagian primer dan sekundernya. Apabila salah 11 satu kumparan di
berikan tegangan listrik, maka akan timbul fluksi yang akan menginduksi kumparan
lainnya sehingga timbul tegangan di kumparan lainnya. Kerja transformator berdasarkan
induksi-elektromagnet. Dalam bidang tenaga listrik pemakaian transformator di
kelompokkan menjadi tiga, yaitu : 1. Transformator daya 2. Transformator distribusi 3.
Transformator pengukuran, terdiri atas transformator arus dan transformator tegangan.
Berdasarkan cara melilitkan kumparan pada inti, terdapat dua macam transformator, yaitu
tipe inti dan tipe cangkang. Gambarnya dapat dilihat pada gambar 2.5 Gambar 2.5
Transformator tipe inti dan tipe cangkang Prinsip kerja transformator adalah berdasarkan
hukum Ampere dan hukum Faraday, yaitu: arus listrik dapat menimbulkan medan magnet
dan sebaliknya medan magnet dapat menimbulkan arus listrik. Jika pada salah satu
kumparan pada transformator diberi arus bolak-balik maka jumlah garis gaya magnet akan
berubahubah akibatnya muncul fluks magnet yang berubah-ubah pula, sehingga pada 12
kumparan primer akan timbul gerak gaya listrik (GGL) induksi ep. besarnya GGL induksi
pada kumparan primer didapatkan persamaan 2.1 ep = −Np 𝑑∅ 𝑑𝑡
Volt…………………………….………………………………… (2.1) Keterangan : ep :
GGL induksi sesaat pada kumparan primer Np : Jumlah lilitan pada kumparan primer 𝑑∅ :
Perubahan garis-garis gaya magnet (weber) 1 weber = 108 maxwell 𝑑𝑡 : Perubahan waktu
(detik) Fluksi magnet juga menginduksikan GGL induksi ep juga dialami oleh kumparan
sekunder, karena merupakan fluks bersama dengan demikian fluks tersebut
menginduksikan GGL induksi es pada kumparan sekunder [3]. Persamaannya dapat
dilihat pada persamaan 2.2 eS = −N𝑆 𝑑∅ 𝑑𝑡 Volt …………………………….
…………………………..…….(2.2) Keterangan: eS : GGL induksi sesaat pada kumparan
sekunder NS : Jumlah lilitan pada kumparan sekunder 𝑑∅ : Perubahan garis-garis gaya
magnet (weber) 1 weber = 108 maxwell 𝑑𝑡 : Perubahan waktu (detik)
28
Gambar 2.8 Bagan Transformator
Prinsip dasar transfer energi pada transformator adalah dengan memberikan tegangan
bolak-balik pada belitan primer untuk membangkitkan medan magnetik. Garis-garis fluks
dari medan magnetic tersebut akan memotong konduktor belitan sekunder, menginduksi
tegangan pada terminalnya. Besar tegangan pada kedua terminal berbanding lurus terhadap
jumlah lilitan masing-masing belitan. Pengelompokan transformator berdasarkan fasanya
terdiri atas 2 yaitu transformator 1 fasa dan transformator 3 fasa
1. Transformator Satu Fasa
Transformator fasa tunggal atau trafo 1 fasa adalah sebuah transformator yang menuju
pada sistem trafo arus bolak balik dengan menggunakan satu sistem di mana tegangan
trafo berubah secara serempak. Sistem ini digunakan apabila sebagian besar bebannya
adalah alat penerangan dan pemanas. Trafo jenis ini dapat dimasuki tegangan 1 fasa.
Trafo fasa tunggal biasa terdapat di daerah pemukiman penduduk yang masih
menggunakan listrik dengan skala kecil. Trafo adalah perangkat statis yang mentransfer
daya listrik dalam satu rangkaian ke rangkaian lain dengan frekuensi yang sama. Ini
terdiri dari gulungan primer dan sekunder. Trafo ini beroperasi dengan prinsip
induktansi timbal balik. Ketika transformator primer dihubungkan ke suplai AC, arus
mengalir dalam kumparan dan medan magnet terbentuk. Kondisi ini dikenal sebagai
induktansi timbal balik dan aliran arus sesuai dengan Hukum Faraday induksi
elektromagnetik. Ketika arus meningkat dari nol ke nilai maksimumnya, medan magnet
menguat dan diberikan oleh dɸ/dt. Elektromagnet ini membentuk garis gaya magnet
dan mengembang keluar dari kumparan membentuk jalur fluks magnet. Belitan kedua
belitan dihubungkan oleh fluks magnet ini. Kekuatan medan magnet yang dihasilkan di
inti bergantung pada jumlah belitan pada belitan dan jumlah arus. Fluks dan arus
magnet berbanding lurus satu sama lain.
29
Ketika garis fluks magnet mengalir di sekitar inti, ia melewati belitan sekunder, menginduksi
tegangan di atasnya. Hukum Faraday digunakan untuk menentukan tegangan yang diinduksi
melintasi kumparan sekunder dan diberikan oleh: N. dɸ/dt dimana, 'N' adalah jumlah lilitan
kumparan Frekuensinya sama pada belitan primer dan sekunder. Jadi, kita dapat mengatakan
bahwa tegangan yang diinduksi sama pada kedua belitan karena fluks magnet yang sama
menghubungkan kedua kumparan bersama. Juga, tegangan total yang diinduksi berbanding
lurus dengan jumlah lilitan di kumparan. Mari kita asumsikan bahwa belitan primer dan
sekunder transformator memiliki belitan tunggal pada masing-masing. Dengan asumsi tidak
ada rugi-rugi, arus mengalir melalui kumparan untuk menghasilkan fluks magnet dan
menginduksi tegangan satu volt pada kumparan sekunder.
Karena suplai AC, fluks magnet bervariasi secara sinusoidal dan diberikan oleh,
ɸ = ɸ maks Sin ωt
Hubungan antara ggl yang diinduksi, E dalam belitan kumparan dari kumparan N diberikan
oleh,
E = N (d∅)/dt
E = N*ω*ɸ max cosωtφ
Emaks = Nωɸ max
Erm = Nω/√2*ɸ max = 2π/√2*f*N*ɸ maks
Erms = 4,44 fNɸ maks
Dimana,
f adalah frekuensi dalam Hertz, diberikan oleh ω / 2π.
N adalah jumlah lilitan kumparan
ɸ adalah jumlah fluks di Webers
30
Persamaan di atas adalah Persamaan GGL Transformer. Untuk ggl, belitan primer
transformator E, N adalah jumlah belitan primer (NP), sedangkan untuk ggl, E dari belitan
sekunder transformator, jumlah belitan, N adalah (NS).
- Kontruksi Transformator Satu Fasa
Trafo satu fasa sederhana memiliki setiap belitan yang dililitkan secara silinder pada
dahan besi lunak secara terpisah untuk menyediakan rangkaian magnet yang
diperlukan, yang biasanya disebut sebagai "inti transformator". Ini menawarkan jalur
untuk aliran medan magnet untuk menginduksi tegangan antara dua belitan.
Seperti yang terlihat pada gambar di atas, kedua belitan tidak cukup dekat untuk
memiliki kopling magnet yang efisien. Dengan demikian, menyatukan dan
meningkatkan rangkaian magnet di dekat kumparan dapat meningkatkan kopling
magnet antara lilitan primer dan sekunder. Laminasi baja tipis harus digunakan untuk
mencegah kehilangan daya dari inti.Berdasarkan bagaimana belitan dililitkan di sekitar
inti laminasi baja pusat, konstruksi transformator dibagi menjadi dua jenis
a. Transformator tipe Inti
Dalam jenis konstruksi ini, hanya setengah dari belitan yang dililitkan secara silindris di
sekitar setiap kaki transformator untuk meningkatkan kopling magnet seperti yang
ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Jenis konstruksi ini memastikan bahwa garis
gaya magnet mengalir melintasi kedua belitan secara bersamaan. Kerugian utama dari
trafo tipe inti adalah fluks kebocoran yang terjadi karena aliran sebagian kecil garis
gaya magnet di luar inti.
c. Aplikasi
Penerapan transformator fasa tunggal disebutkan di bawah ini.
o Untuk menurunkan sinyal jarak jauh untuk mendukung perangkat elektronik
perumahan dan komersial ringan
o Di televisi untuk pengaturan tegangan
o Untuk meningkatkan daya di inverter rumah
o Untuk memasok listrik ke daerah non-perkotaan
o Untuk mengisolasi dua rangkaian secara elektrik seperti primer dan sekunder
ditempatkan saling berjauhan.
2. Transformator Tiga Fasa
Transformator tiga fasa mempunyai inti dengan tiga kaki dan setiap kaki mendukung
belitan primer dan sekunder. Transformator tiga fasa sebenarnya adalah tiga
transformator yang dihubungkan secara khusus satu sama lain. Lilitan primer biasanya
dihubungkan secara bintang (Y) dan lilitan sekunder dihubungkan secara delta (Δ). Di
dalam trafo ini terdapat tiga konduktor yang mengalirkan arus AC (yang sama
frekuensinya) yang mencapai nilai maksimum pada saat yang tidak bersamaan.
a. Spesifikasi Umum Daya Pengenal Transformator Distribusi : 1978 IEC Nilai-nilai
daya pengenal tranformator distribusi yang lebih banyak dipakai dalam SPLN 8° 76
– 1 (1976) seperti pada tabel 2.1
32
Tabel 2.1Nilai Daya Pengenal Transformator Distribusi
34
1. Finansial
Metode penambahan daya transformator atau metode uprating adalah metode
menambahkan daya, sebagai contoh dari 200 kVA menjadi 400 kVA sedangkan
beberapa jenis transformator seperti transformator sisip harus melakukan beberapa
perencanaan diantaranya mengenai pethitungan finansial, lahan, waktu, tempat seperti
diperkotaan, material, penjualan kVA terhadap konsumen. Selain daripada itu, metode
transformator sisip jauh lebih mahal dibandingkan dengan metode uprating
transformator dikarenakan metode ini hanya menambah kapasitas daya yang lebih besar
dari daya yg sebelumnya.
2. Lahan
Saat ingin melakukan uprating transformator hanya menambah daya yang lebih besar
dari daya sebelumnya sehingga tidak perlu membutuhkan lahan yang luas bahkan
material tambahan juga tidak diperlukan. Jadi berdasarkan jarak jaringan yang paling
ideal untuk menempatkan Trafo sisipan tersebut adalah 50 meter dari Trafo Utama.
35
Gambar 1. Diagram Alir Uprating Transformator
Berikut ini langkah langkah yang dilakukan untuk melakukan uprating transformator
distribusi 20 KV pada Gardu PNBS ditunjukkan oleh Gambar 1. Berdasarkan gambar tersebut
yang pertama yaitu mengidentifikasi Transformator mana yang terindikasi mengalami
overload. Kemudian dilakukan pengukuran pada Transformator diantarannya perihal; Data
spesifikasi transformator distribusi 50 KVA, Data spesifikasi transformator distribusi 100
KVA, Single line gardu distribusi, Arus tiap fasa, Tegangan fasa – fasa.
Setelah data tersebut terpenuhi kemudian dilakukan pengolahan data guna melakukan
perhitungan. Setelah itu dilakukan analisis faktor utama yang menyebabkan transformator
overload. Kemudian setelah itu dilakukan uprating transformator atau penambahan kapasitas
Penanggulangan Overload Transformator Distribusi dengan Metode Uprating di Gardu PNBS
20 KV ULP Pangandaran SNETO – 297 daya transformator dari 50 kVA menjadi 100kVA.
Kemudian lakukan kembali pengukuran dan pengolahan data kembali guna memastikan bahwa
transformator setelah di uprating berfungsi dengan baik.
a. Pengolahan Data
Tahap ini penulis melakukan pengolahan data-data yang diperoleh dari hasil
pengumpulan data untuk melakukan uprating transformator. Data-data yang diperoleh
selanjutnya akan digunakan dalam perhitungan sebagai berikut :
- Perhitungan pembebanan transformator pada setiap jurusan
Berikut merupakan persamaan persamaan yang digunakan dalam menghitung
presentase pembebanan sebagai berikut :
SR = V x (IR jur 2 + IR jur 4)....................................................................................(1)
SS = V x (IS jur 2 + IS jur 4 )....................................................................................(2)
ST = V x (IT jur 2 + IT jur 4 )....................................................................................(3)
Keterangan :
S = Daya Semu
V = Tegangan
I = Arus jurusan yang akan dihitung
- Perhitungan presentase pembebanan
Menurut (Samsurizal & Benyamin Hadinoto 2020) dalam menghitung presentase
36
pembebanan suatu transformator dapat diketahui dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut :
% Pembebanan=( ) × 100% ........................................................(4)
Dimana:
S Total = Daya semu total tersalurkan (kVA)
S Transformator = Daya semu transformator (kVA)
- Perhitungan analisis pertumbuhan beban transformator menggunakan metode least
Oleh karena faktor pembebanan ini menjadi penyebab utama kerusakan pada overload
maka disini penulis hendak mencoba menganalisa mengenai perkiraan pembebanan
dalam beberapa tahun kedepan guna mengantisipasi berapa lama transformator ini akan
bekerja sesuai dengan standarnya, dan harus di uprating kembali. Perhitungannya
menggunakan Metode Least Square. Metode ini adalah metode yang digunakan untuk
menentukan persamaaan trend data yang mencakup analisa Time Series dengan dua
kasus data genap dan ganjil (Pangestu Subagyo, 2013). Adapun persamaan trend
dengan metode Least Square menurut (Sutjipto dkk, 2019) sebagai berikut :
Yn= a + bx.......................................................................................................(5)
Untuk mencari nilai a dan b dari persamaan trend dapat digunakan dua persamaan
normal sebagai berikut :
SNETO – 298 ∑ Y = n. a + b. ∑ X
∑ XY = a. ∑ X + b. ∑ x 2
Bila titik tengah data sebagai tahun dasar, maka ∑ X = 0 dan dapat dihilangkan dari
kedua persamaan diatas dan menjadi :
a = ∑ ..............................................................................................................(6)
b= ∑ ∑ ..............................................................................................................(7)
Dimana :
Yn = data berkala (Time Series)
X = variabel waktu
a =nilai trend pada tahun dasar
b = rata rata pertumbuhan nilai trend pada tiap tahun
Melihat daerah penelitian yang luas dan berbagai jenis transformator yang ada pada di
wilayah Pangandaran, penulis mengambil salah satu transformator yang telah dikategorikan
overload sebagai proyek penelitian. Transformator tersebut berada pada penyulang PNJG
37
dengan kode gardu PNBS. Gardu distribusi tenaga listrik PNBS terletak di Kampung Bojong
Salawe, Kec Parigi, Kab Pangandaran. Pada gardu ini terdapat sebuah transformator distribusi
berkapasitas 50 KVA yang mengalami overload. Daari data presentase pembebanan dalam 3
tahun terakhir presentase pembebanan selalu naik. Hal itu disebabkan karena jumlah pengguna
PLN di Kampung Bojong Salawe semakin banyak. Maka dari itu kapasitas yang ada pada
transformator distribusi di gardu PNBS sudah tidak cukup untuk menopang beban yang ada
saat ini, sehingga terjadi overload. Dalam mengatasi overload pada transformator distribusi ini
terdapat beberapa cara untuk mengatasinya selain dari uprating transformator. Namun ada hal
yang mendasari ULP Pangandaran memutuskan untuk uprating transformator pada Gardu
Distribusi PNBS ini, diantaranya adalah faktor finansial. Dengan metode uprating
transformator ini lebih sederhana dibanding dengan metode lainnya yaitu metode transformator
sisipan. Karena apabila menggunakan transformator sisipan dari segi investasi finansial lebih
besar dibanding uprating transformator. Selain itu harus mempertimbangkan lahan dan juga
materialnya. Dengan mempertimbangkan hal tersebut maka ULP Pangandaran memutuskan
untuk uprating transformator.
1. Data Single Line Diagram
Gambar 2 mernunjukkan Single Line Diagram 20 KV Feeder PNJG. Adapun untuk
Gardu PNBS berasal dari saluran PNJG. Saluran PNJG sendiri terdiri dari 107 gardu.
Yang semuanya berasal dari transformator gardu induk PND. Gardu PNBS terletak di
daerah Parigi, Kabupaten Pangandaran.
2. Data hasil pengukuran pada saat beban puncak
Pengukuran dilakukan untuk memperoleh nilai presentasi pembebanan puncak. Hasil
pengukuran beban puncak ditunjukkan pada Tabel 1 berikut.
38
Setelah mendapatkan data pengukuran pada Tabel 1 maka dilakukan pengolahan data,
maka dari itu dilakukan pengitungan secara manual untuk mengetahui presentase pembebanan.
Data Transformator Hasil Pengukuran Arus Kapasitas (KVA) Primer/ Sekunder Jur R S T 50
KVA 20 kV/ 400V 2 33 16 12 4 47 41 69 Total 80 57 81 Mohammad Trian Nugraha dan Dini
Fauziah SNETO – 300
3. Hasil perhitungan pembebanan transformator pada setiap jurusan
Pembebanan Transformator pada setiap jurusan dapat dihitung dengan rumus daya
semu dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
SR = 220V x (IR jur 2 + IR jur 4 )
= 220V x (33A + 47A)
= 17600 VA
SS = 220V x (IS jur 2 + IS jur 4 )
= 220V x (16A + 41A)
= 12540 VA ST
SR = 220V x (IT jur 2 + IT jur 4 )
= 220V x (12A + 69A)
= 17820 VA
Maka Pembebanan Total pada Transformator adalah :
STOT = SR + SS + ST
STOT = 17600 + 12540 + 17820
STOT = 47960 VA atau 48 KVA
Sehingga nilai pembebanan total pada Transformator di Waktu Beban Puncak sebelum
uprating adalah 48 KVA. Pada gardu distribusi PNBS ini sebelum dilakukannya uprating
transformator adalah 50 KVA. Namun seiring berjalannya waktu beban semakin bertambah
dan diperlukan kapasitas Transformator yang lebih besar. Maka pihak PLN memutuskan untuk
menambah kapasitas Transformator dari 50 KVA menjadi 100 KVA, Berikut merupakan hasil
perhitungan sebelum dan sesudah uprating transformator.
4. Hasil perhitungan presentase pembebanan sebelum uprating transformator
% Pembebanan = 𝑥 = 𝑥 = 96 % Dari perhitungan diatas terlihat bahwa pada saat
transformator mengalami overload maka peresentase pembebanan bernilai besar yakni
sebesar 96%. Apabila kita mengacu pada pada SPLN 50 : 1997 nilai tersebut sudah
melebihi standar yang ditetapkan yaitu sebesar 80%. Dan sudah masuk pada kriteria
darurat yaitu diatas 91% dan harus segera diganti.
39
5. Hasil perhitungan presentase pembebanan setelah uprating transformator
% Pembebanan = 𝑥 = 𝑥 = 48 % Dari hasil perhitungan pada transformator distribusi
PNBS sebelum dilakukan uprating transformator, hasil presentase pembebanan yang
didapatkan yakni 96 %. Namun setelah adanya uprating transformator dari 50 KVA
menjadi 100 KVA,maka hasil pembebanan pada transformator tersebut mengalami
perubahan. Berikut diagram perbandingan sebelum dan setelah uprating.
6. Analisis perbandingan setelah dilakukan uprating transformator
Dari gambar 3 dapat dilihat bahwa nilai persentase pembebanan pada Transformator
Distribusi PNBS mengalami perubahan setelah dilakukan uprating transformator dari
50 KVA menjadi 100 KVA, nilai pembebanan yang awalnya sebesar 96% menjadi 48%
sehingga dapat dikatakan terjadi penurunan persentase pembebanan sebesar 48%. Maka
kini setelah dilakukan uprating transformator, Gardu PNBS dapat beroperasi kembali.
7. Perhitungan Pertumbuhan Beban Transformator
Pada Tabel 3 merupakan grafik data laju pertumbuhan beban Transformator Distribusi
pada tahun 2016-2020. Pada tabel terlihat bahwa beban tidak selalu mengalami
peningkatan namun juga mengalamin penurunan yang disebabkan faktor faktor tertentu.
40
BAB III
METODE PENELITIAN
I = ....................................................................................... (2)
FL
√
Dimana:
IFL = arus beban penuh (A)
S = Daya transformator (kVA)
V = Tegangan sisi sekunder transformator (V)
c. Menghitung presentase pembebanan suatu transformator dapat
diketahui dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
%beban = (IRata-rata / IFL) X 100 % (3)
d. Rumus untuk menghitung rata-rata arus beban (IRata-rata ), yakni :
IRata-rata = (IR + IS + IT) / 3 (4)
Dimana :
IRata-rata = rata-rata arus beban (A)
IFL = arus beban
42
penuh (A)
IR = arus fasa R (A)
IS = arus fasa S (A)
IT = arus fasa T (A)
3. Flowchart Penelitian
Mulai
Data Beban
Gardu
Transformator
Overload >80%
Uprating
1. Daya Trafo 𝑺 √𝟑 𝑽 𝑰
𝑺
Arus beban penuh IFL = 𝑽 √𝟑
Rata – rata arus IRata-rata = (IR + IS + IT) / 3
% Beban = (IRata-rata / IFL) X 100 %
Transformator tidak
overload < 80%
Sel2e8s
ai
43
44
BAB IV
PEMBAHASAN
Penyebab trafo overload di komplek cemara asri dikarenakan beban yang terpasang pada
trafo melebihi kapasitas maksimum jadi trafo tersebut mengalami gangguan Sehingga akan
berpengaruh pada trafo yang menjadi panas dan mengakibatkan naiknya suhu lilitan pada
kumparan transformator. Kenaikan suhu lilitan dapat menyebabkan rusaknya isolasi lilitan
pada kumparan transformator yang beresiko pada kerusakan transformator dan dapat
mengakibatkan terputusnya penyaluran listrik ke konsumen. Pada awal tahun 2021 gardu
PNBS yang terletak di komplek cemara asri mengalami beban puncak mencapai 48 KVA.
Sedangkan kapasitas yang dimiliki oleh transformator gardu PNBS sebesar 50 KVA.
Presentase pembebanan mencapai 96%. Nilai ini sudah dinyatakan overload karena
melebihi presentase pembebanan yang ditetapkan oleh standar PLN yaitu sebesar 80%.
Dalam penelitian ini, uprating transformator digunakan untuk menanggulangi overload
pada transformator distribusi. Uprating transformator dilakukan dengan mengganti
transformator kapasitas asal 50 KV menjadi 100 KV. Berdasarkan hasil perhitungan
menggunakan metode Time Series, perkiraan beban puncak pada Gardu PNBS setelah
diuprating dari 50 kVA menjadi 100 KVA akan aman selama 10 tahun kedepan dan baru
akan melewati kapasitasnya pada tahun 2031 yaitu sebesar 80,26 kVA. Dan berdasarkan
pada SPLN 17A/79 sebelum tahun 2031 kapasitas dari transformator distribusi pada Gardu
PNBS harus sudah dinaikkan.
46
hari dan pada saat musim hujan berkisar pada bulan Januari, Juni, dan Desembar yaitu
sebanyak 98,26%.
Hal ini dikarenakan pada bulan itu pemakaian konsumen meningkat untuk setiap bulan
bahkan setiap tahunnya. Untuk kondisi seperti ini terus menerus maka mengurangi umur
trafo sehingga mengakibatkan kerusakan pada trafo itu sendiri dan akan menimbulkan
banyak kerugian yang berasal dari PLN dan masyarakat. Kriteria ini terjadi gangguan pada
trafo dimana terdapat tanda-tanda dilapangan akibat terjadinya beban lebih.
banyaknya trafo yang mengalami beban lebih (overload) seperti yang terlihan tabel di atas
maka tindakan yang harus segera dilakukan agar trafo bekerja secara efisien atau terlepas
dari rugi-rugi dengan cara penambahan kuantitas pengukuran trafo tindakan perbaikan
monitoring konsumen, pasang baru dan tambah daya atau dengan melakukan penanganan
serius terhadap penggunaan listrik illegal dan perawatan trafo distribusi. Dapat di lihat
bahwa gangguan hubung singkat terjadi pada trafo pasang luar yaitu 4 unit trafo yang
mengalami gangguan. surfei pada gangguan hubung singkat berdasarkan kapasitas adalah
50 kVA, dan 100 kVA dengan persentase 26,61%.
47
Hal ini di karenakan pada musim hujan biasanya disertai dengan angin kencang yang dapat
menumbangkan pohon dan tiang listrik sehiangga dapat menimbulkan gangguan hubung
singkat. Apabila terjadi hubung singkat maka terjadi peningkatan suhu pada lilitan trafo
sehingga menyebabkan kenaikan suhu pada minyak trafo. Hubung singkat menyebabkan
memburuknya isolasi trafo dan jika terus menerus demikian dapat menyababka kegagalan
isolasi trafo sehingga terjadi kerusakan besar pada traafo itu sendiri. Untuk mengatasi
ganguan hubung singkat dapat dilakukan dengan menggunakan fuse dengan ratting yang
tepat sehingga fuse dapat memutus arus hubung singkat sebelum arus tersebut mencapai
trafo sehingga dapat merusak trafo itu sendiri.
Arus Hubung Singkat Sisi Arus Hubung Singkat Sisi
Kapasitas Trafo (KVA) Primer 20 kVA Sekunder 400 kVA
3 Phasa 2 Phasa 3 Phasa 2 Phasa
50 15764,6 13652,54 1804,40 1562,6
100 3608,80 3125,3
Hasil perhitungan arus hubung singkat
Sesuai dengan SNI 04-0225-2000 Pasal 3.24.3, fuse harus memutus beban arus lebih
sebelum arus tersebut dapat menyebabkan kenaikan suhu yang merusak isolasi, sambungan,
terminasi atau sekeliling penghantar.
Gangguan trafo akibat sambaran petir banyak terjadi pada Tahun 2016 terjadi 5 gangguan
trafo distribusi akibat sambaran petir yang merupakan 33,26% dari total gangguan. Dapat di
lihat bahwa gangguan akibat sambaran petir di Komplek cemara asri terjadi pada bulan
Januari, Maret, September, November dan Desember. Dapat di simpulkan bahwa gangguan
akibat sambaran petir hanya terjadi pada musim hujan dimana banyak sambaran petir.
Kriteria dari gangguan trafo distribusi dimana arrester yang terpasang tidak dapat berfungsi
dengan baik sehingga arus petir bisa mengenai trafo.
48
Jumlah gangguan trafo akibat sambaaran petir
Tegangan lebih yang muncul akibat sambaran petir tidak dialihkan oleh arrester ketanah,
maka tegangan lebih tersebut akan mencapai trafo. Jika tegangan tersebut lebih besar dari
BIL isolasi trafo, maka tegangan lebih tersebut akan merusak isolasi lilitan trafo dan
mengakibatkan hubungan singkat antar lilitan sehingga mengakibatkan kerusakan pada
kumparan trafo. Untuk mencegah gangguan akibat sambaran petir dengan mengguanakan
arrester yang dapat berfungsi dengan baik, mengguanakan pemumian dengan tahanan tanah
dibawah 5 ohm. Sistem pemumian yang baik mempunyai peranan penting dalam
keberhasilan arrester mengalirkan arus petir kebumi.
50
keadaan aman. Cek pula ketersediaan silica gel pada breather sekurang-kurangnya tiga
perempat harus berwarna biru.
3. Kontrol perlerlengkapan trafo
Lakukan pengecekan perlengkapan secara menyeluruh untuk mengetahui perlengkapan
tersebut masih berfungsi dengan baik atau tidak.
4. Periksa sambungan kabel alias konduktor di terminal.
5. Pastikan ketinggian dari permukaan olinya masih berada di atas garis indicator
6. Apabila trafo diperlengkapi oleh relay pengaman maka periksa juga kondisi trafo dari
contact point.
7. Pemeliharaan trafo secara berkala
Trafo juga perlu dilakukan perawatan secara berkala, mulai dari perawatan harian,
mingguan, bulanan, 6 bulanan, dan perawatan tahunan.
51
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisa data yang penulis lakukan dari hasil penelitian dan pengujian,
maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Penyebab Trafo overload di Komplek Cemara Asri dikarenakan beban yang
terpasang pada trafo melebihi kapasitas maksimum sehingga mengalami gangguan.
2. Salah satu cara mengatasi overload pada Trafo distribusi yaitu dengan cara
Uprating Trafo yang mengalami overload atau beban diatas 80%
3. Dari hasil perhitungan manual didapatkan nilai persentase pembebanan Trafo
sebelum dilakukan Uprating Trafo yaitu 103,73% dan setelah dilakukan Uprating
Trafo yaitu 64,8%, sehingga mengalami penurunan sebanyak 38,93%
B. Saran
Dalam menentukan kapasitas Trafo untuk Uprating Trafo agar tidak hanya
mengandalkan hasil perhitungan saja, namun juga tetap dilakukan survey dan
mempertimbangkan pertumbuhan dan perkembangan beban untuk beberapa tahun ke
depan. Pemeliharaan beserta perawatan secara berkala terhadap Trafo perlu dilakukan
secara rutin agar mendapatkan hasil yang lebih baik bagi PLN maupun masyarakat
52
DAFTAR PUSTAKA
53
54
55