Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH K2L DAN HUKUM

PENGAWASAN NORMA K3 INSTALASI LISTRIK, PESAWAT


LIFT, DAN PENYALUR PETIR

DISUSUN OLEH :
NURUL ISLAMIYAH MALLAWAKKANG
32121046
1B D3 TEKNIK LISTRIK

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan Rahmat-Nya
yang melimpah sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
“Kesehatan dan Keselamatan Kerja”. Pada kesempatan ini pula penyusun
menayampaikan rasa terima kasih kepada dosen mata kuliah K3.
Dalam penyusunan makalah ini penulis sadar bahwa banyak kekurangan dan
ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan dan saran yang
bersifat membangun sehingga tercapainya kesempurnaan isi maupun penulian makalah
ini. Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yg terlibat dalam
pembuatan makalah ini.

Makassar, Juni 2022

Penulis

3
3
DAFTAR ISI

LEMBAR SAMPUL
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………3
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………...4
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………..5
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………5
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………………6
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengawasan Norma K3 Instalasi Listrik…………………………………………..……7
2.2. Pengawasan Norma K3 Instalasi Pesawat Lift……………………………………..…..14
2.3. Pengawasan Norma K3 Instalasi Penyalur Petir……………………………………..…17
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan……………………………………………………………………………..22
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara berkembang, hal ini ditunjukan dengan
banyaknya pembangunan yang sedang dilakukan di Indonesia. Dewasa ini kita
melihat bahwa pertumbuhan industri, perkantoran, teknologi dan perdagangan di
Indonesia semakin meningkat. Salah satu tolok ukur peningkatannya adalah
perekonomian Indonesia yang saat ini semakin meningkat. Peningkatan
perekonomian di Indonesia tidak lepas dari keterlibatan tenaga kerja. Namun dalam
pelaksanaannya seringkali terjadi kecelakaan yang menimpa tenaga kerja. Hal ini
tidak lepas dari buruknya penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja(K3).
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja.
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No.1 Tahun 1970 tentang
keselamatan kerja dituliskan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan
perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan kesejahteraan hidup
dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. Begitu juga dengan setiap
orang lain yang berada di tempat kerja terutama di perusahaan, perlu terjamin pula
keselamatannya.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian
materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi
secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada
masyarakat luas.
Jenis kecelakaan kerja sendiri banyak sekali, antara lain kecelakaan kerja
industri, kecelakaan kerja listrik, kecelakaan kerja lingkungan hidup dan sebagainya.
Untuk mengantisipasi kecelakaan kerja tersebut kita harus menerapkan K3 yang
terkait dengan kecelakaan tersebut. Salah satunya adalah K3 listrik untuk
menghindari kecelakaan kerja listrik.
1. 2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa masalah penting
anatara lain sebagai berikut:
1. Bagaimana pengawasan yang tepat dalam pemasangan instalasi listrik

5
2. Bagaimana pegawasan yang tepat dalam pemasangan instalasi lift
3. Bagaimana pengawasan yang sesuai dalam pemasangan instalasi petir
1. 3. Tujuan
Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui :
a. Pengertian pengawasan K3 listrik
b. Dasr hukum K3 listrik
c. Sumber bahaya listrik petir dan lift
d. Sistem proteksi petir
e. Sistim pengamanan listrik
f. Syarat-syarat K3 listrik
g. Sistem pengawasan K3 listrik,instalasi penyalur petir dan lift.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1. Pengawasan Norma K3 Listrik


A. Landasan Hukum mengenai K3 Listrik
1). Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
Yang diatur oleh Undang-Undang ini ialah keselamatan kerja dalam segala
tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun udara,
yang berada di wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Ketentuan-ketentuan
tersebut berlaku dalam tempat kerja dimana salah satunya ialah dibangkitkan, diubah,
dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagi atau disalurkaan listrik, gas, minyak atau air. Diputar
film, dipertunjukan sandiwara atau diselenggarakan rekreasi lainnya yang memakai
peralatan, instalasi listrik atau mekanik.

2). PUIL 2011

PUIL memberikan persyaratan untuk desain, pemasangan dan verifikasi instalasi


listrik. Persyaratan ini dimaksudkan untuk menetapkan keselamatan manusia, ternak dan
harta benda terhadap bahaya dan kerusakan yang dapat timbul pada pemakain secara
wajar instalasi listrik dan untuk menetapkan fungsi yang tepat dari instalasi tersebut.

3). Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 12 tahun 2015 tentang K3 Listrik di Tempat
Kerja

Ruang lingkup peraturan ini adalah pada pelaksanaan K3 listrik yang meliputi
kegiatan perencanaan, pemasangan, penggunaan, perubahan, pemeliharaan, pemasangan
dan pengujian. Sedangakn pada persyaratan K3 dilaksanakan pada kegiatan
pembangkitan listrik, transimisi listrik, distribusi listrik dan pemanfaatan listrik.

B. Pemilihan Perlengkapan Listrik


Setiap jenis perlengkapan listrik yang digunakan dalam instalasi listrik harus
memenuhi standar SNI/IEC dan/atau standar lain yang berlaku. Jika tidak ada standar
yang dapat diterapkan, maka jenis perlengkapan terkait harus dipilih dengan kesepakatan
khusus antara orang yang menentukan spesifikasi instalasi dan instalatur.
Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 33 Tahun 2015 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Listrik di Tempat Kerja mencantumkan bahwa kegiatan penilaian
dan pengukuran terhdap instalasi, perlengkapan dan peralatan listrik untuk memastikan

7
terpenuhnya standar bidang kelistrikan dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Selain itu juga pengujian merupakan kegiatan penilaian, perhitungan, pengetesan dan
pengukuran terhadap instalasi, perlengkapan dan peralatan listrik untuk terpenuhinya
standar bidang kelistrikan dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pemeriksaan
dan pengujian ini dilakukan pada kegiatan perencanaan, pemasangan, penggunaan,
perubahan, dan pemeliharaan untuk kegiatan pembangkitan, transmisi, distribusi dan
pemanfaatan listrik.
Pemeriksaan dan pengujian dilakukan yang pertama oleh Pengawas
Ketenagakerjaan spesialis bidang K3 Listrik, lalu ahli K3 bidang listrik pada perusahaan
dan / atau ahli K3 bidang listrik pada PJK3. Pengawasan dan pengujian dilakukan
sebelum diserahkan kepada pemilik/pengguna lalu dilaksanakan setelah ada perubahan
atau perbaikan dan dilakukan secara berkala. Hasil dari pemeriksaan digunakan sebagai
bahan pertimbangan pembinaan dan/atau tindakan hukum oleh pengawas
Ketenagakerjaan. Pengawasan pelaksanaan K3 ditempat kerja dilakukan oleh Pengawas
Ketenagakerjaan. Pengusaha atau pengurus yang tidak memenuhi ketentuan dalam
Peraturan Menteri ini akan di kenakan sanksi sesuai dengan Undang-undang no 1 Tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja dan Undang-undang No 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.

C. Potensi Bahaya Listrik


Arus listrik antara 15-30mA sudah dapat mengakibatkan karena sudah tidak
mungkin lagi untuk melepaskan pegangan. Pengaruh pengaruh lain dari arus listrik yang
mengalir melalui tubuh manusia ialah:panas yang timbuldalam tubuh, dan pengaruh
elektronika. Kecelakaan akibat lisrtrk dapat mengakibatkan:

- Kecelakaan pd manusia.
Arus listrik antara 15-30 mA sudah dapat mengakibatkan kematian. Pengaruh pengaruh
listrik yang mengalir melalui tusukialah panas yang timbul dalam tubuhdan pengaruh
elektronika.
Tegangan yang dianggap aman juga adakaitanya dengan tahanan kulit manusia. Untuk
kulit kering tahanan ini berkisar antara 100-500 k ohm. Tetapi kulit basah, misalnya
karena keringat dapat memiliki tahanan serendah1k ohm.juga luas permukaan yang
menyentuhikut mempengaruhi. Klau benda bertegangan dipegang penuh dengan tangan
pada arus kurang lebih 10mAakan sulit sekali dilepaskannya.
- Kerusakan instalasi serta kelengkapanya

Pada dasarnya bahaya listrik yang menimpa manusia di sebabkan oleh:

8
a. Bahaya sentuh langsung
Yang di maksud sentuh langsung adalah sentuh langsung pada bagian aktif perlengkapan
instalasi aktif
Bagian aktif perlengkapanatau instalasi listrikadalah bagian konduktif yang merupakan
bagian sikkrit listriknya yang dalam keadan pelayanan normal, umumnya bertegangan
atau di aliri listrik.
Bahaya sentuh langsung dapat diatasi dengan cara:
1) Proteksi dengan isolasi bagian aktif
 Bagian aktif harus seluruhnya tertutup dengan isolasi yang dapat merusaknya.
 Untuk perlengkapan buatan pabrik isolasi harus dengan standar yang relepan
untuk perlengkapan listrik tersebut
 Untuk perlenkapan lainya, proteksi harus dilengkapi dengan isolasi yang mampu
menahan stres yang mampu mengenainnya dalam pelayanan seprti pengaruh
mekanik, kimia listrik dan termal.
 Jika tempat kabel masuk kedalam perlengkapan listrik berada dalam jangkauan
maka lapisan isolasi dalam selubung kabel masuk kedalam kotak hubung atau
dalam hal tanpa kotak lubang ke dalam perlengkapan tersebut. Lapisan logam
pelindung kabel tidak boleh masuk kedalam kotak hubung, tetapi kedalam mof
ujung kabelatau mof sambungan kabel.
2) Proteksi dengan penghalan selungkup
Proteksi yang di berikan oleh selungkupterhadap sentuh langsungke bagian
berbahaya adalah proteksi manusia terhadap:
- Sentuh dengan bagian aktif tegangan rendah yang berbahaya
- Sentuh dengan bagian mekanik yang berbahaya.
- Mendekati bagian aktif tegangan tinggiyang berbahaya di bawah jarak yang
memadai di dalam selungkup.
Proteksi dapat diberikan:
- Oleh selungkup itu sendiri
- Oleh penghalang sebagai bagian dariselungkup atau oleh jarak
didalamselungkup
Bagian aktif harus berada di dalam selungkupatau di belakang penghalang yang
memberikan tingkat proteksi paling rendah IP 2x (akan dijelaskan sendiri).
Penghalang atauselungkup harus terpasang dengan kokoh di tempatkanya dan
mempunyai kesetabilan dan daya tahan yang memadai untuk
mempertahankantingkat proteksi yang di persyaratkan.

9
Jika diperlukan untuk penghalang atau membuka selungkup atau untuk melepas
bagian selungkup, maka hal ini hanya mungkin:
- Dengan menggunakan kunci atau perkakas.
- Sesudah memutuskan suplay ke bagian aktip yang d beri proteksi oleh
penghalang atau selungkup tersebut,dan pengembalian suplai hanya sesudah
pemasangan kembali atau penutup kembali penghalang atau selungkup
3) Proteksi dengan rintangan
Yang di maksud dengan rintangan di sini adalah untuk mencegah sentuh
tidak sengaja dengan bagian aktif tetapi tidak mencegah sentuh sengaja dengan cara
menghindari rintangan secara sengaja.
Rintangan harus dapat mencegah:
- Mendekatnya badan dengan tidak sengajake bagian aktif atau
- Sentuh tidak sengaja dengan bagian aktif selama opersi dari perlengkapan aktif
dalam pelayanan normal.
Rintangan dapat d lepas tanpa mengunakan kunci atau perkakas tetap harus
aman sehingga tercegah terlepasnya rintangan secara sengaja.
4) Proteksi dengan penempatan d luar jsangkauan.
Proteksi dengan penempatan d luar jangkauan hanya d maksudkan untuk
mencegah sentuh yang tidak d sengaja dengan bagian aktif. Bagian berbeda
potensialyang dapat dijangkau secara simultan harus berada d luar jangkauan tangan.
(dua bagiaan dapat di jangkau secara ssimultan jika berjarak tidak lebih dari 2,5
meterterhadap lainya)
5) Proteksi tambahan dengan Gawai Gengaman Arus Sisa (GPAS)
GPAS adalah gawai yang menggunakan pemutus yang peka terhadap arus
sisa, yang daapat memutus sirkit termasuk penghantar netral nya secara otomatis
dalam waktu tertentu.apabila terjadi karena kegagalan isolasi melebihi nilai tertentu,
sehingga tercegahlah bertahanya tegangan sentuhyang terlalu tinggi.
Penggunaan GPAS disinihanya di maksudkan untuk menambah tindakan
proteksilain terhadap kejut listrik dalam pelayanan normal. Penggunaan GPAS
dengan arus operasi sisapengenal tidak lebih dari 30mA,di kenal sebagai proteksi
tambahan dari kejut listrik dalam pelayanan normal, dalam hal ini kegagalan
tindakan proteksi lainya atau karena kecerobohan pemakai.
Pengguna gawai demikian bukan lah merupakan satu satunya cara proteksi
dan tidak meniadakan perlunya penerapan salah satu tindakan proteksi yg tidak
ditentukan dalam:

10
- Proteksi dengan isolasi bagian aktif.
- Proteksi dengan penempatan di luar jangkauan.
b. Bahaya sentuh tidak lansung
Yang di maksud dengan bahaya sentuh tidak langsung adalah sentuh pada BKT
perlengkapan atau intalasi listrik yang menjadi bertegangan akibat kegagalan isolasi.
BKT perlengkapan atau instalasi listrik adalah bagian konduktif yang tidak merupakan
bagian dari sirkitlistrik nya yang dalam pelayanan normal tidak bertegangan, tetapi bisa
menjadi bertegangan. Kegagalan tersebut di atas harus di cegah yaitu dengan cara:
- Perlengkapan listrik harus di rancang dan di buat dengan sangat baik.
- Bagian aktif harus d isolasi dengan bahan yang tepat
- Instalasi harus dipasang dengan baik.
Tindakan proteksi harus dilakukan dengan sebaik baiknya agar tegangan sentuh
yang terlalu tinggi (>50 volt) karena kegagalan isolasi tidak dapat terjadi atau tidak dapat
bertahan.
Khususnya pada tempat tempat yang basah atau lembab misalnya dalam industri
pertanian tegangan sentuh yang terlalu tinggiadalah tegangan yang >25 volt AC.
Proteksi dari sentuh tidak langsung (dalam kondisi gangguan )dapat dengan cara:
a. Proteksi dengan pemutusan suplai secara otomatis.
b. Proteksi dengan penggunaan perlengkapan kelas Iiatau dengan isolasi ekuivalen.
c. Proteksi dengan lokasi tidak konduktif.
d. Proteksi dengan ikatan penyama potensial lokal bebas pembumian.
e. Proteksi dengan sparasi listrik.
Penjelasan singkat dari masing masing proteksi dari sentuh tidak langsung adalah
sebagai berikut:
a. Proteksi dengan pemutusan suplai secara otomatis.
Pemutusan suplay secara otomatis dipersyaratkan jika dapat terjadi resiko efek
patofisiologi yang berbahaya dalam tubuh manusia ketika terjadi gangguan, karena
nilai dan durasi tegangan sentuh.
Tindakan proteksi ini memerlukan koordinasi jjenis pembumian sistem dan
karakteristik penghantar proteksi serta gawai proteksi.
Tindakan konvensional yang dapat diambil adalah:
1. Pemasangan gawai proteksiyang ecara otomatis harus memutus suplay ke sirkit
atau perlengkapan yang di beri proteksi gawai tersebut dari sentuh tak langsung
2. Pembumian
3. Sistem pembumian pengaman

11
4. Membumikan BKT dan BKT instalasi listrik sedemikian rupa sehingga apabila
terjadi kegagalan isolasi tercegah bertahanya tegangan sentuhyang terlalu tinggi
pada BKT tersebut karena terjadinya pemutusan suplay secara otomatis dengan
diberinya gawai proteksi.
b. Proteksi dengan menggunakan perlengkapan kelas II atau isolasi ekwivalen.
Tindakan ini di maksud kan untuk mencegah timbulnya tegangan berbahaya
padabagiab perlengkapan listrik yang dapat terjangkau melalui ganguan isolasi
dasarnya.
Penjelasan tentang kelas perlengkapan
a) Perlengkapan O
Yaitu perlengkapan yang proteksinya dari kejut listrik mengandalkan isolsi
dasar, hal ini menunjukan bahwa tidak ada sarana untuk bagian konduktip yang
dapat terjangkau (jika ada) ke penghantar proteksi pada pengawatan apasangan
tetap instalasi, sehingga kehandalan saat terjadi kegagalan pada isolasi dasarnya
dipercayakan pada lingkungan.
b) Perlengkapan kelas I
Yaitu perlengkapan yang proteksinya dari kejut listrik tidak hanya
mengandalkan isolasi dasarnya, tetapi juga mencakup tindakan pencegahan
penyelamatan tambahan dengan cara menyediakan sarana untuk hubungan
bagian konduktif yang dapat terjangkau ke penghantar proteksi (pembumian)
pada pengawatan pasangan tetap dari instasi, demikian sehingga bagian
konduktipyang dapat terjangkau tersebut tidak dapat menjadi
aktif(bertegangan)pada saat terjadinga kegagalan isolasi.
c) Perlengkapan kelasII
Yaiatu perlengkapan yang proteksinya dari kejut listrik tidak hanya
mengandalkan isolasi dasarnya,tetapi juga diberikan tindakan pencegahan
keselamatan tambahan seperti isolasi ganda atau isolasi diperkuat , maka tidak
ada ketentuan untuk pembumian proteksi atau ketergantungan dengan kondisi
instalasi.
d) Perlengkapan kelas III
Yaitu perlengkapan yang proteksinya dari kejut listrik mengandalkan pada
suplay tegangan ektra rendah (SELV) dan tegangan yang lebih tinggi dari SELV
tidak dibangkitkan.
Persyaratan dari proteksi dengan menggunakan perlengkapan isolasi ekwivalen
harus dilengkapi:

12
 Perlengkapan listrik yang mempunyai isolasi ganda atau diperkuat
(perlengkapan kelas II)
 Rakitan perlengkapan listrik buatan pabrik yang mempunyai isolasi total
dengan lambang R (IEC 439).
c. Proteksi dengan lokasi tidak konduktip
Yaitu tindakan proteksi untuk mencegah sentuh secara simultan dengan yang
dapat berbeda potensial karena kegagalan isolasi dasar bagian aktif. Penggunaan
perlengkapan kelas Odiijinkan jika semua kondisi berikut dipenuhi.
BKT harus disusun sedemikian rupa sehingga dalam keadaan biasa tidak akan
terjadi sentuh secara simultan antara orang dengan 2 BKT atau sebuah BKT dan
aktip BKE jika bagian ini berbeda potensial karena kegagalan isolasidasar dari
bagian aktif.
Dalam kondisi yang tidak konduktif tidak boleh ada penghantar proteksi. Hal ini
dapat dipenuhi jika lokasi mempunyai lantai dan didnding isolasi dan diterapkan
satu atau lebih susunan sebagai berikut:
 Jarak antara BKT dengan BKE sama dengan jarak antara BKT. Jarak ini cukup
jika jarak antara dua bagian tersebut tidak kurang dari 2meterjarak ini bisa
dikurangi menjadi 1,25 m diluar jangkauan tangan
 Penyisipan rintangan efektifnantara BKT dan BKEdari bahan isolasimempunyai
kuat mekanikyang cukup dan mampu menahan tegangan uji sekurang kurangnya
2000 volt.
d. Proteksi dengan ikatan penyama potensial lokal bebas bumi.
Ikatan penyama potensial lokal bebas bumi dimaksudkan untuk mencegah
timbulnya tegangan untuk yang berbahaya. Penghantar ikatan penyama potensial
harus menginterkoneksikan semua BKT dan BKE yang dapat terjangkau secara
simultan. Sistem ikatan penyama potensial lokal tidak boleh sentuh listrik secara
langsung deangan bumi melalui BKT atau BKE.
e. Proteksi dengan separasi listrik
Proteksi dengan separasi listrik adalah suatu tindakan proteksi dengan
memisahkan sirkit perlengkapan listrik dari jaringan sumber dengan menggunakan
transformator, pemisah atau motor generator.
Dengan demikian tercegahlah timbulnya tegangan sentuh yang terlalu tinggi pada
BKT perlengkapan pada proteksi, bila terjadi kegahgalan isolasi dalam perlengkapan
tersebut.
Proteksi dengan separasi listrik ini hanya akan efektif selama sirkit sekunder
tidak terjadi gangguan bumi.yang dimaksud sirkit sekunder dalam hal ini adalah
13
sirkit sekunder dari transformator pemisah atau sirkit generator dari motor generator.
Proteksi dengan separasi listrik hahya diperkenalkan pada tegangan jaringan sumber
maksimum 500 volt.
Direkomemdasikan agar hasil klai tegangan niminal sirkit dalam volt dengan
panjang sistem pengawatan daaalam meter tidak boleh melebihi 100.000 dan
panjang sistem pengawatan tidak boleh lebih dari 500 m. Kotak flexible dan kabel
semuharus dapat terlihat semua bagian panjangnya dan dapat terkena kerusakan
mekanis dan harus dari jenis tertentu.

2. 2. Pengawasan Norma K3 Instalasi Pesawat Lift


A. Pengertian Pesawat Lift

Pesawat lift merupakan sarana vertical yg dirancang dengan peragkat pengendali


otomatik dari dalam kereta atau dari lantai pemberhentian dan penumpang dapat
mengendalikan dengan mudah menuju lantai yg dikehendaki. Aspek kehandalan dan
keamanan merupakan factor dasar dalam pertimbangan perancangan pesawat lift.

B. Landasan hukum mengenai pesawat lift


a). Undang-undang No. 1 tahun 1997
Ruang lingkup (Psl 2.)
Setiap tempat, obyek atau proses di mana mengandung potensi bahaya. Potensi
bahaya yang ada pada pesawat lift, antara lain pada tahapan :
- Pekerjaan pemasangan,
- Pemeliharaan, maupun
- Dalam penggunaan
b). PERMENAKER NO. PER 03/MEN/1999
PENGENDALIAN K3 LIFT
Dasar pertimbangan
Pertimbangan teknis penetapan Peraturan K3 Lift (Menteri Tenaga Kerja No
Per 03/Men/1999) adalah bahwa Pesawat lift dinilai mempunyai potensi bahaya
tinggi,
Pasal 25
Pengurus yang membuat, memasang, memakai pesawat lift dan perubahan
teknis maupun administrasi harus mendapat ijin dari Menteri atau pejabat yang
ditunjuknya.
C. Persyaratan K3 Pesawat lift

14
Berikut ini adalah hal-hal yg harus diperhatikan dalam K3 lift syarat dan regulasinya
dalam lingkungan kerja lift :

1). Perencanaan

Dalam tahap perencanaan,pengawasan dilakukan pada saat penyerahan


gambar rencana.K3 lift syarat dan regulasinya lebih ditekankan pada fungsi dan
kegunaan lift tersebut sesuai dengan perhitungan traffic analysis yaitu perhitungan
jumlah dan populasi pengguna. Sedangkan gambar rencana meliputi gambar
konstruksi lengkap dengan detailnya,perhitungan konstruksi,spesifikasi dan sertifikasi
material. (Permen No.03/MEN/1999 Bab III Pasal 24 ayat (2) dan (4)).

2). Pemasangan

Tahap pemasangan,tahap assembling dari semua peralatan yg telah


direncanakan dan diproduksi sesuai dengan gambar rencana. Yg perlu diperhatikan
dalam tahapan ini adalah :

- Dipasang oleh perusahaan yg memiliki surat ijin instalatur


- Memiliki surat ijin pemasangan
- Pemasangan diawasi oleh supervisor yg kompeten dan memiliki SIO (Surat ijin
operasi) penyelia pengawas pemasangan lift
- Pemasangan dilaksanakan oleh teknisi yg memiliki SIO adjuster
- Dilaksanakan pemerikasaan dan pengujian oleh perusahaan riksa uji (PJK3 Riksa
Uji) dan disahkan oleh pengawas yg ditunjuk sebelum pesawat tersebut dipakai.

3). Pengoperasian

Setelah pesawat lift selesai dipasang dan telah memiliki surat izin
pemakaian lewat serangkaian riksa uji,maka pesawat lift tersebut layak untuk
digunakan. Berikut ini hal-hal yg perlu dilaksanakan agar pengoperasian pesawat lift
dapat berjalan dengan baik dan aman.

- Pengoperasian dikelola dan diawasi oleh teknisi yg kompeten dan memiliki SIO
sebagai penyelia pengawas operasi lift.
- Dipergunakan dan dioperasikan dengan benar
- Dirawat dan diperbaiki secara benar oleh teknisi yg kompeten dan memiliki SIO
perawatan dan perbaikan.
- Memiliki manajemen kondisi darurat

4). Pemeliharaan
15
Mengingat elevator/lift adalah alat transportasi anglut manusia dan
barang,maka pekerjaan perawatan lift bukan merupakan pekerjaan yg sederhana
karena :

- Banyaknya variasi teknologi yg dipergunakan pada lift memerlukan


pengalaman penanganan yg mendalam
- Tingkat ketelitian yg tinggi untuk Sebagian besar peralatan,baik itu peralatan
mekanik (terutama perlatan mekanik diruang luncur) ataupun peralatan elektrik
(electronic ,computer) sangat memerlukan tingkat ketelitian dan perhatian yg
amat khusus.
D. Persyaratan Teknis Mesin dan Kamar Mesin
Adapun peryaratan untuk teknis mesin dan kamar mesin yaitu :
- Harus sesuai dengan SNI yg berlaku
- Rem membuka dengan magnet listrik dan dapat berhenti otomatis pada saat arus
listrik putus.
- Mesin harus dilengkapi dengan rem yg bekerja dengan tenaga pegas
1. Mesin dan kamar Mesin
a. Bangunan kamar kuat ,bebas air,tahan api minimal 1 jam
b. Luas kamar mesin ruang luncur minimal 1,5 x luas ruang luncur dan tinggi
minimal 2,2 m. Lift perumahan atau rumah tinggal
c. Cukup oenerangan dan vertilasi
d. Dilengkapi jalan masuk dengan membuka kea rah luar (0,7 x 2 m) dan dapat
terkunci
e. Terdapat mesin,alat pengendali kerja dan hubung bagi listrik
2. Tali Baja dan Teromol
a. Tali baja harus kuat, luwes, tidak boleh ada sambungan, semua utas tali seragam
dari satu sumber yang sama
b. Tali baja harus mempunyai angka Faktor keamanan untuk kecepatan lift
- 20 – 59 m/menit ----- 8 x kapasitas angkut
- 59 - 90 m/menit ----- 9,5 x kapasitas angkut
- 105 – 180 m/menit ----- 10,5 x kapasitas angkut
- 210 – 300 m/menit ----- 11,5 x kapasitas angkut
- 300 atau lebih ------ 12 x kapasitas angkut
c. Garis tengah tali baja penarik min 10 mm
d. Tali baja tidak boleh terbuat dari rantai
e. Lift tarikan gulung min mempunyai 2 tali baja penggerak

16
f. Lift Gesek min mempunyai 3 tali baja penarik.
3. Bangunan Ruang luncur dan lengkuk dasar
a. Konstruksi kuat, kokoh, tahan api tertutup rapat dari lantai bawah samapi
langit-langit ruang luncur
b. Bersih, bebas dari instalasi atau peralatan yg bukan bagian dari instalasi lift
c. Lift ekspress (non stop), ruang luncur harus terdapat pintu min 1 buah pada
setiap 3 lantai ( jarak 11 m)
d. Terdapat pintu darurat (70x140 cm), tahan api, hanya membuka keluar
e. Daun pintu ruang luncur harus tahan api min 1 jam dan menutup rapat.

2. 3. Pengawasan Norma K3 Instalasi Penyalur Petir

Instalasi penyalur petir ialah seluruh susunan sarana penyalur petir terdiri atas
penerima (Air Terminal/Rod), Penghantar penurunan (Down Conductor), Elektroda Bumi
(Earth Electrode) termasuk perlengkapan lainnya yang merupakan satu kesatuan
berfungsi untuk menangkap muatan petir dan menyalurkannya ke bumi. K3 instalasi
penyalur petir diatur oleh Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor 2 tahun 1989 dan
direvisi beberapa pasal pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor 31 Tahun 2015.

Petir, guruh atau halilintar adalah phenomena alam bermuatan listrik yang terjadi
secara alamiah. Sampai saat ini, petir walaupun memiliki tegangan dan arus yang sangat
besar belum dapat di manfaatkan energinya. Arus dan tegangan petiri yang sangat besar
itu sangat berbahaya. Kerana itu objek yang rawan bahaya sambaran petir harus
dilindungi dengan instalasi penyalur petir dan peralatan listrik yang rawan terhadap
pengaruh fluktuasi tegangan listrik yang tinggi harus diproteksi

Setiap instalasi penyalur petir harus diuji riksa secara berkala yang bisa dilakukan
oleh PJK3 uji riksa K3. Adapaun poin-poin pemeriksaannya meliputi:

1. elektroda bumi, terutama pada jenis tanah yang dapat menimbulkan karat;
2. kerusakan-kerusakan dan karat dan penerima, penghantar dan sebagainya;
3. sambungan-sambungan;
4. tahanan pembumian dan masing-masing elektroda maupun elektroda kelompok.

A. Landasan Hukum Mengenai K3 Instalasi penyalur petir


1). Peraturan Menteri tenaga kerja No. per 02/Men/1989 tentang instalasi penyalur petir.
Berlaku untuk system proteksi eksternal/proteksi bahaya sambaran langsung

17
2). SNI 04-0225 2000 (PUIL 2000) sebagai rujukan untuk system proteksi
internal/proteksi bahaya sambaran tidak langsung.
B. Ruang Lingkup
Tempat kerja sebagaimana dimaksud yang perlu dipasangi instalasi penyalur petir dan
perlu dilakukan pemeriksaan dan pengujian berkala antara lain:
1. Bangunan yang terpencil atau tinggi dan lebih tinggi dari pada bangunan sekitarnya
seperti: menara-menara, cerobong, silo, antena pemancar, monumen dan lain-lain;
2. Bangunan dimana disimpan, diolah atau digunakan bahan yang mudah meledak atau
terbakar seperti pabrik-pabrik amunisi, gudang penyimpanan bahan peledak dan
lain-lain;
3. Bangunan untuk kepentingan umum seperti: tempat ibadah, rumah sakit, sekolah,
gedung pertunjukan, hotel, pasar, stasiun, candi dan lain-lain;
4. Bangunan untuk menyimpan barang-barang yang sukar diganti seperti: museum,
perpustakaan, tempat penyimpanan arsip dan lain-lain;
5. Daerah-daerah terbuka seperti: daerah perkebunan, Padang Golf, Stadion Olah Raga
dan tempat-tempat lainnya.
C. Proteksi Bahaya Sambaran Petir
1) Perlindungan Sambaran Langsung
Sambaran petir yang langsung mengenai struktur bangunan rumah, kantor
dan gedung, tentu saja hal ini sangat membahayakan bangunan tersebut berserta
isinya karena dapat menimbulkan kebakaran, kerusakan perangkat elektrik atau
elektronik atau bahkan korban jiwa. Maka dari itu setiap bangunan di wajibkan
memasang instalasi penangkal petir atau anti petir. Cara penanganannya adalah
dengan cara memasang terminal penerima sambaran petir serta instalasi pendukung
lainnya yang sesuai dengan standart yang telah di tentukan. Dengan memasang
instalasi penyalur petir pada bangunan. Jenis instalasi yang dapat dipasang yaitu
instalasi system Franklin, system sangkar Faraday, dan system elektro static.
2) Perlindungan Sambaran Tidak Langsung
Bahaya sambaran petir ini sering terjadi, petir menyambar dan mengenai
sesuatu di luar area bangunan tetapi berdampak pada jaringan listrik di dalam
bangunan tersebut, hal ini karena sistem jaringan distribusi listrik/PLN memakai
kabel udara terbuka dan letaknya sangat tinggi, bilamana ada petir yang menyambar
pada kabel terbuka ini maka arus petir akan tersalurkan ke pemakai langsung. Cara
penanganannya adalah dengan cara memasang perangkat surge arrester sebagai
pengaman tegangan lebih (over voltage). Instalasi surge arrester listrik ini dipasang
harus dilengkapi dengan grounding system.
18
Pengamanan terhadap suatu bangunan atau objek dari sambaran petir pada
prinsipnya adalah sebagai penyedia sarana untuk menghantarkan arus petir yang
mengarah ke bangunan yang akan kita lindungi tanpa melalui struktur bangunan
yang bukan merupakan bagian dari sistem proteksi petir atau instalasi penangkal
petir, tentunya harus sesuai dengan standart pemasangan instalasinya. Ada 2 jenis
kerusakan yang di sebabkan sambaran petir, yaitu :
1. Kerusakan Thermis, kerusakan yang menyebabkan timbulnya kebakaran.
2. Kerusakan Mekanis, kerusakan yang menyebabkan struktur bangunan retak,
rusaknya peralatan elektronik bahkan menyebabkan kematian.
D. Bagian – Bagian Penting Proteksi Instalasi Penyalur Petir
1) Penerima (Air Terminal)
Air Terminal atau yang biasa disebut finial adalah bagian yang secara langsung
menangkap sambaran petir diudara. Alat ini haruslah ditempatkan pada bagian
tertinggi dari struktur bangunan agar lebih efektif untuk menangkap petir.
a. Dipasang pada tempat yang akan tersambar.
b. Daerah terlindung
c. Tinggi lebih dari 15 cm dari sekitar
d. Jumlah dan jarak harus diatur (daerah perlindungan 112 derajat)
Penerima dapat berupa :
1. Logam bulat panjang yang terbuat dari tembaga
2. hiasan,-hiasan pada atap, tiang-tiang, cerobong logam yang disambung dengan
instalasi penyalur petir.
3. Atap –atap dari logam yang disambung secara elekteris
2) Hantaran Penurunan
Down condctor merupakan bagian yang berupa kebel yang fungsinya adalah
menyalurkan arus listrik dari petir yang ditangkap oleh air terminal dan
menghantarkannya ke grounding system. Syarat – syarat Pemasangan Penghantar
Penurunan
1. Dipasang sepanjang bubungan ke tanah.
2. Diperhitungkan pemuaian dan penyusutan.
3. Jarak antara alat pemegang penghantar maximal 1,5 meter.
4. Dilarang memasang penghantar penurunan dibawah atap dalam bangunan.
5. Jika ada, penurunan dipasang pada bagian yang terdekat pohon, menonjol.
6. Memudahkan pemeriksaan.
7. Jika digunakan pipa logam, pada kedua ujung harus disambung secara elektris.
8. Dipasang minimal 2 penurunan.
19
9. Jarak antar kaki penerima dan titik percabangan penghantar maximal 5 meter.
3) Hantaran Pembumian
Grounding System merupakan bagian yang fungsinya adalah untuk mengamankan
arus listrik dari petir yang diterima ke bumi atau tanah. Syarat Pembumian / Tahanan
Pembumian
a. Dipasang sedemikian sehingga tahan pembumian terkecil.
b. Sebagai elektroda bumi dapat digunakan
a) Tulang baja dari lantai kamar, tiang pancang (direncanakan).
b) Pipa logam yang dipasang dalam bumi secara tegak.
c) Pipa atau penghantar lingkar yang dipasang dalam bumi secara mendatar.
d) Pelat logam yang ditanam.
e) Bahan yang diperuntukkan dari pabrikan (spesifikasi sesuai standar)
c. Dipasang sampai mencapai permukaan air dalam bumi.
d. Masing-masing penghantar dari suatu instalasi yang mempunyai beberapa
penghantar harus disambungkan dengan elektroda kelompok.
e. Terdapat sambungan ukur.
f. Jika keadaan alam tidak memungkinkan,
a) Masing-masing penghantar penurunan harus disambung dengan penghantar
lingkar yang ditanam dengan beberapa elektro tegak atau mendatar sehingga
jumlah tahan pembumian bersama memenuhi syarat.
b) Membuat suatu bahan lain (bahan kimia dan sebagainya) yang ditanam
bersama dengan elektroda sehingga tahan pembumian memenuhi syarat.
g. Elektroda bumi yang digunakan untuk pembumian instalasi listrik tidak boleh
digunakan untuk pembumian instalasi penyalur petir.
E. Pemeriksaan dan Pengujian Instalasi Penyalur Petir
1. Setiap instalasi penyalur petir harus dipelihara agar selalu bekerja dengan tepat,
aman dan memenuhi syarat.
2. Instalasi penyalur petir petir harus diperiksa dan diuji :
a. Sebelum penyerahan dari instalatir kepada pemakai.
b. Setelah ada perubahan atau perbaikan (bangunan atau instalasi)
c. Secara berkala setiap dua tahun sekali.
d. Setelah ada kerusakan akibat sambaran petir.
3. Dilakukan oleh pegawai pengawas, Ahli K3 atau PJK3 Inspeksi.
4. Pengurus atau pemilik wajib membantu (penyedian alat)
Dalam pemeriksaan dan pengujian hal yang perlu diperhatikan :
a. Elektroda bumi, terutama pada jenis tanah yang dapat menimbulkan karat.
20
b. Kerusakan-kerusakan dan karat dari penerima, penghantar
c. Sambungan-sambungan
d. Tahanan pembumian dari masing-masing elektroda maupun elektorda
kelompok.
e. Setiap hasil pemeriksaan dicatat dan diperbaiki.
f. Tahanan pembumian dari seluruh sistem pembumian tidak boleh lebih dari 5
ohm.
g. Dilakukan pengukuran elektroda pembumian.

21
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Landasan Hukum Mengenai Norma K3 bidang Listrik terdiri dari:
a. UU No. 01 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
b. Permenaker No. 12 tahun 2015 tentang K3 Listrik
c. Permenaker No. 33 tahun 2015 tentang Perubahan Permenaker No.12
tahun 2015
d. Kepdirjen No. 47 tahun 2015 tentang Pembinaan Calon Ahli K3 Listrik
e. Kepdirjen No. 48 tahun 2015 tentang Pembinaan Teknisi K3 Listrik
f. PUIL 2011
2. Proteksi untuk keselamatan listrik terdiri dari: Proteksi dari kejut listrik,
Proteksi dari efek termal, Proteksi dari arus lebih, Proteksi terhadap arus
gangguan, Proteksi terhadap gangguan voltase dan tindakan terhadap
pengaruh elektromagnetik, serta Proteksi perlengkapan dan instalasi listrik
3. Landasan hukum mengenai instalasi pesawat lift diatur dalam : Undang-
undang No. 1 tahun 1997 yaitu Setiap tempat, obyek atau proses di mana
mengandung potensi bahaya. Potensi bahaya yang ada pada pesawat lift,
antara lain pada tahapan :
- Pekerjaan pemasangan,
- Pemeliharaan, maupun
- Dalam penggunaan
4. Poteksi bahaya sambaran petir dapat dilakukan dengan
a) Perlindungan sambaran langsung dengan memasang instalasi penyalur
petir pada bangunan seperti system franklin, system sangkar faraday, dan
system elektrostatik
b) Perlindungan sambaran tidak langsung dengan melengkapi peralatan
penyama tegangan pada jaringan instalasi listrik (Arrester)

22
DAFTAR PUSTAKA

PUIL 2011 (SNI No. 0225:2011/Amd 1:2013 tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik
2011 Amandemen 1)

Pakar Petir. 2018. “Bahaya Petir”. Diakses dari https://pakarpetir.co.id/bahaya-petir/

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 12 tahun 2015 tentang K3 Listrik Peraturan Menteri
Tenaga Kerja No. 33 tahun 2015 tentang Perubahan Permenaker No.12 tahun 2015

Permennaker No. 2 Tahun 1989 tentang pengawasan instalasi penyalur petir

Bazita Tekno. 2020. “Uji Instalasi Listrik dan Penyalur Petir”. Diakses dari
https://bazitainspeksindo.com/layanan/riksa-uji-instalasi-listrik-dan-penyalur-petir

23

Anda mungkin juga menyukai