Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

MESIN LISTRIK

“GENERATOR DC PENGUATAN TERPISAH”

OLEH:
AIDIL SYAPUTRA
15063026

DOSEN PEMBINA

Hansi Effendi, ST, M.Kom.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
Jobsheet 2. Generator DC Penguatan Terpisah

A. TUJUAN
Mampu merangkai, menjalankan dan menganalisa beberapa karakteristik generator dc
penguatan terpisah.

B. TEORI

Generator DC penguat terpisah yaitu sustu generator arus searah yang sumber arus
kumparan medannya diambil dari sumber tersendiri di luar generator.
Pada generator DC penguatan terpisah berlaku:
𝐸𝑚 = 𝐶. ∅. 𝑛
𝑉𝑡 = 𝐸𝑎 − 𝐼𝑎 . 𝑅𝑎 = 𝐼𝐿 . 𝑅𝐿
𝐼𝑎 = 𝐼𝐿
𝑉𝑓 = 𝐼𝑓 . 𝑅𝑓

Dimana:
𝐸𝑎 =Tegangan jangkar (V); 𝑉𝑓 =Tegangan terminal (V); 𝑉𝑓 =Tegangan Medan (V);
𝐼𝑎 = Arus jangkar (Ampere); 𝐼𝑓 = Arus medan (Ampere); 𝐼𝐿 = Arus beban (Ampere);
𝑅𝑎 = Tahanan jangkar (Ohm); 𝑅𝐿 = Tahanan beban (Ohm); 𝑅𝑓 = Tahanan medan (Ohm)
C= konstanta
Φ= fluks/kutub
n=putaran (rpm)

Bila tegangan sumber yang dihubungkan dengan kumparan medan generator


mempunyai harga yang tetap, maka arus medan 𝐼𝑓 yang mengalir akan tetap besarnya.
Demikian pula dengan besarnya nilai fluks yang dihasilkan oleh kutub. Jadi tidak ada
pengaruh penurunan tegangan terhadap besarnya fluks yang dihasilkan.
Bila kumparan jangkar dihubungkan dengan beban sebsar 𝑅𝐿 , maka pada jangkar
akan mengalir arus sebesar 𝐼𝑎 . Arus jangkar (𝐼𝑎 ) akan mengakibatkan jatuh tegangan
sebesar 𝐼𝑎 . 𝑅𝑎 (volt).
Juga pada sikat akan jatuh tegangan sebesar 𝐼𝑎 . 2. 𝑟ℎ (volt). Namun demikian jatuh
tegangan pada sikat sering diabaikan karena relatif kecil .
Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat ditulis persamaan sebagai berikut:
2 .𝜋.𝑛
Daya masukan pada generator adalah : 𝑃𝑖𝑛 = . 𝑇 (𝑤𝑎𝑡𝑡)
60
𝑃𝑜𝑢𝑡 𝑉𝑁𝐿 −𝑉𝐹𝐿
Efisiensi generator = 𝑥 100 %; Voltage regulation (𝑉𝑅 ) = 𝑥 100 %
𝑃𝑖𝑛 𝑉𝐹𝐿

Dimana: 𝑉𝑁𝐿 = Tegangan tanpa beban ; 𝑉𝐹𝐿 = Tegangan beban penuh

C. PERALATAN

1. M = Torsi meter listrik MV 100


2. G = Mesin DC MV 120
3. TG = Tachometer generator MV 153
4. R my = Shunt rheostat TS 500/440
5. 𝑅𝑎 = Resistor beban TB 40
6. 𝐼𝑎 = Ammeter 12 A
7. 𝐼𝑚 = Ammeter 1 A
8. V = Voltmeter 300 V
9. S = Switch TO 30

D. PROSEDUR

1. Merangkai dan menjalankan mesin

a. Hubungkan torsi meter MV 100 sebagai motor dan mesin DC MV 120 sebagai
generator sesuai dengan diagram rangkaian.
b. Catat spesifikassi generator DC seperti ditunjukka pada rating plate. Rating ini tidak
boleh dilampaui selama percobaan berlangsung.
c. Dosen atau teknisi mencek rangkaian percobaan.
d. Hidupkan switch dengan DC konstan atur shunt rheostat torsi meter sehingga dicapau
arus penguatan maksimum.
e. Set teganagn DC control variable menjadi no dan hidupkan switch tegangan DC
variable. Setelah itu naikkan tegangan rotor 230 V. mesin lalu akan hidup dan berputar
sampai mencapai 1500 rpm. Mesin seharusnya berputar sesuai dengan arah panah.
2. Pengukuran karakteristik tanpa beban E = f(If), sebagai contoh tegangan induksi tanpa

beban sebagai fungsi dari arus penguatan.

a. Atur torsi meter hingga kecepatannya 1400 rpm. Kecepatan ini harus dikontrol

konstan selama percobaan dan harus dicek secara terus menerus. Switch S harus

pada posisi off. Variasikan tegangan penguatan If dengan variasi 0.1 A mulai dari

nol ke maksimum dan pada setiap variasi tegangan catat If dan tegangan indusi yang

terbaca pada voltmeter V. masukkan nilainnya pada table 1.

b. Selanjutnya variasikan arus penguatan dari maksimum ke nol dan untuk setiap nilai

catat If dan V. amati bahwa dengan perubahan arus penguatan dari minimum ke

maksimum kemudian dari maksimum ke minimum akan terdapat perbedaan akibat

dari histerisis magetik dalam bagian besi esin. Amati kecepatannya.

c. Ulangi pengukuran a dan b diatas untuk kecepatan 1200 rpm.

3. Pengukuran karakteristik teganagan luar U=f(IL), sebagai contoh teganagan generator

sebagai fungsi dari arus beban IL.

a. Atur torsi meter hingga kecepatannya 1400 rpm. Kecepatan ini harus dikontrol

konstan selama percobaan dan harus dicek dari waktu ke waktu.

b. Atur shunt rheostat Rmy dari generator DC sehingga teganagan generator

mencapai 220 V. Switch S harus masih pada posisi off. Catat seting arus

penguatan If generator. Arus penguatan ini harus dijaga konstan selama

percobaan berlangsung dan harus di cek dari waktu-ke waktu.

c. Atur resisitor beban RL ke beban minimum. Gunakan hanya RL 1 fasa untuk

beban terendah. Hidupkan switch S dan dengan resisitor beban RL variasikan

arus beban IL dengan variasi 1A sampai arus rating. Untuk masing-masing

nilai baca arus dan tegangan V. Cek kecepatan dan arus penguatan.
E. DIAGRAM RANGKAIAN

Catatan : IB = IL = Arus beban (Ampere); Ra = RL = Tahanan Beban (Ohm);

Im = If = Arus medan (Ampere); Rmy = Rf = Tahanan medan (Ampere)

F. TABEL PERCOBAAN

Rating Generator DC MV153 (Catat informasi yang dibutuhkan yang ada pada name
plate peralatan yang digunakan)
Tabel 1. Karakteristik tanpa beban (V = f (If), n = konstan)

n = 1200 rpm n = 1400 rpm


Penambahan If Pengurangan If Penambahan If Pengurangan If
If(A) V (V) If (A) V (V) If (A) V (V) If (A) V (V)
0.0 20 0.5 220 0.0 25 0.5 250
0.1 80 0.4 210 0.1 85 0.4 240
0.2 138 0.3 190 0.2 160 0.3 220
0.3 180 0.2 150 0.3 205 0.2 180
0.4 205 0.1 90 0.4 235 0.1 105
0.5 220 0.0 20 0.5 250 0.0 25

Tabel 2. Karakteristik tanpa beban (V = 𝑓 (𝑛). 𝐼𝑓 , 𝐼𝑓 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛)

n = 1200 rpm n = 1400 rpm


Penambahann Pengurangann Penambahan n Pengurangan n
n(rpm) V (V) n(rpm) V (V) n(rpm) V (V) n(rpm) V (V)
0 0 1400 235 0 0,2 1400 215
100 30 1300 220 100 30 1300 238
200 48 1200 205 200 50 1200 220
300 65 1100 191 300 68 1100 205
400 85 1000 178 400 86 1000 190
500 96 900 160 500 100 900 172
600 112 800 145 600 120 800 158
700 130 700 130 700 140 700 140
800 145 600 112 800 158 600 120
900 160 500 98 900 170 500 100
1000 180 400 80 1000 190 400 75
1100 190 300 65 1100 205 300 70
1200 205 200 45 1200 220 200 50
1300 220 100 29 1300 238 100 30
1400 235 0 0 1400 215 0 10
Tabel 3. Karakteristik Berbeban atau karakteristik Tegangan Luar
( 𝑉 = 𝑓(𝐼𝐿 ), 𝐼𝑓 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 (𝑚𝑖𝑠𝑎𝑙: 0.4 𝐴), 𝑛 = 1400 𝑟𝑝𝑚)

Pengukuran Perhitungan
𝐼𝐿 (𝐴)
V (volt) 𝑃𝑜𝑢𝑡 (VA) T (Nm) 𝑃𝑖𝑛 (watt) η (%) 𝑉𝑅 (%)
0 - - - - - -
1 132 120 1,8 263,76 45,49 62,87
2 125 240 3 439,6 54,9 72
3 120 350 4,6 674,05 51,92 79,16
4 115 430 5,8 846.89 50,77 86,95
5 110 510 7,2 1055,04 48,33 95,45

G. ANALISA DATA

1. Karakteristik tanpa beban

a. n = 1200 rpm dan n = 1400 rpm

Pada karakteristik tanpa beban ini dapat dilihat bahwa setiap peningkatan

nilai arus maka nilai tegangan yang dihasilkan meningkat. Seperti pada n = 1200

rpm, ketika arus dinaikkan dari 0,0 - 0,5 A, dari percobaan nilai tegangan terus

meningkat yakni dari 20 – 220 V, begitu juga pada kecepatan n = 1400 rpm yakni

dari 25 – 250 V. pada kondisi arus medan sama dengan nol pada voltmeter sudah

terbaca nilai tegangan ini disebabkan adanya magnet sisa, sehingga ketika diputar

tanpa ada arus pada medan yang mengalir, kumparan medan sudah menghasilkan

fluks. Dan juga mengapa ketika kecepatan 1200 dan 1400 rpm memiliki nilai

tegangan yang berbeda ini dapat dijelaskan dari rumus berikut :

Ea = K’ Φ n VT = Ea - IaRa

Dari rumus diatas dapat diliat antara tegangan induksi (Ea) dan kecepatan

(n) berbanding lurus, sehingga semakan naik kecepatan putaran generator maka

nilai tegangan induksi menigkat yang dihasilkan semakin besar. Dengan naiknya
nilai tegangan induksi maka nilai teganagan total yang dihasilkan juga akan

meningkat.

Dan sebab mengapa dengan naiknya nilai arus medan maka nilai tegangan

yang dihasilkan juga meningkat ini dikarenakan, jika nilai tahanan medan

berkurang menyebabkan nilai arus medan menigkat, sehingga flux yang

dihasilkan mesin juga menigkat akibatnya nilai tegangan induksi yang dihasilkan

(Ea) juga menigkat. Dengan naiknya nilai Ea maka nilai VT juga akan meningkat.

Ini dapat dilihat dari rumus berikut :

If = Vf/Rf Ea = K Φ ω , sehingga Vt = Ea - IaRa

b. If = 0.4 A dan If = 0.5 A

Sama halnya dengan penjelasan diatas, namun pada percobaan ini nilai

arus medannya yang dijaga konstan yakni pada nilai 0.4 dan 0.5 A dan

kecepatan putaran generator yang divariabelkan. Dari percobaan diketahui

semakin meningkatnya kecepatan maka nilai tegangan akan meningkat, seperti

pada nilai arus medan 0.4 A, dengan kecepatan putaran dari 0 – 1400 rpm nilai

tegangan terus naik yakni dari 0.2 – 210 V, begitu juga dengan If = 0.5 A, dari

nilai tegangan 0.2 – 215 A.

Ini dapat dibuktikan dari rumus berikut :

Ea = K’ Φ n VT = Ea - IaRa

Dari rumus diatas dapat diketahui semakin tingginya nilai putaran (n)

maka nilai tegangan induksi juga meningkat dan dengan naiknya nilai

tegangan induksi maka nilai tegangan total (Vt) juga akan meningkat.

Dan juga dengan nilai arus medan yang dinaikkan maka nilai tegangan

yang dihasilkan juga akan meningkat. Ini bisa dibukikan dengan rumus berikut

If = Vf/Rf Ea = K Φ ω , sehingga Vt = Ea - IaRa.


Dengan naiknya nilai arus medan maka nilai tegangan yang dihasilkan

juga meningkat ini dikarenakan, jika nilai tahanan medan berkurang menyebabkan

nilai arus medan menigkat, sehingga flux yang dihasilkan mesin juga menigkat

akibatnya nilai tegangan induksi yang dihasilkan (Ea) juga menigkat. Dengan

naiknya nilai Ea maka nilai VT juga akan meningkat

2. Karakteristik dengan beban (If = 0.4 dan n = 1400 rpm

Dengan semakin naiknya nilai pada beban maka nilai tahanan juga akan

semakin naik, sehingga tegangan Vt akan meurun.

3. Perhitungan Daya Input

2𝜋𝑛 𝑇 2𝑥 3.14 𝑥 1400 𝑥1,8


𝑃𝑖𝑛1 = = = 263,76 𝑤𝑎𝑡𝑡
60 60

2𝜋𝑛 𝑇 2𝑥 3.14 𝑥 1400 𝑥3


𝑃𝑖𝑛2 = = = 439,6 𝑤𝑎𝑡𝑡
60 60

2𝜋𝑛 𝑇 2𝑥 3.14 𝑥 1400 𝑥4,6


𝑃𝑖𝑛3 = = = 674,05 𝑤𝑎𝑡𝑡
60 60

2𝜋𝑛 𝑇 2𝑥 3.14 𝑥 1400 𝑥5,8


𝑃𝑖𝑛4 = = = 849,89 𝑤𝑎𝑡𝑡
60 60

2𝜋𝑛 𝑇 2𝑥 3.14 𝑥 1400 𝑥7,2


𝑃𝑖𝑛5 = = = 1055,01 𝑤𝑎𝑡𝑡
60 60

4.Perhitungan Efisiensi Motor


𝑃𝑜𝑢𝑡 120
𝜂1 = 𝑥 100 % = 𝑥 100 % = 45,49 %
𝑃𝑖𝑛 263,76

𝑃𝑜𝑢𝑡 240
𝜂2 = 𝑥 100 % = 𝑥 100 % = 54,9 %
𝑃𝑖𝑛 439,6

𝑃𝑜𝑢𝑡 350
𝜂3 = 𝑥 100 % = 𝑥 100 % = 51,92 %
𝑃𝑖𝑛 674,05

𝑃𝑜𝑢𝑡 430
𝜂4 = 𝑥 100 % = 𝑥 100 % = 50,77 %
𝑃𝑖𝑛 846,89
𝑃𝑜𝑢𝑡 510
𝜂5 = 𝑥 100 % = 𝑥 100 % = 48,33 %
𝑃𝑖𝑛 1055,04

5. Voltage Regulation (𝑉𝑅 )

𝑉𝑁𝐿 −𝑉𝐹𝐿 215−132


𝑉𝑅1 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 62,87 %
𝑉𝐹𝐿 132

𝑉𝑁𝐿 −𝑉𝐹𝐿 215−125


𝑉𝑅2 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 72 %
𝑉𝐹𝐿 125

𝑉𝑁𝐿 −𝑉𝐹𝐿 215−120


𝑉𝑅3 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 79,16 %
𝑉𝐹𝐿 120

𝑉𝑁𝐿 −𝑉𝐹𝐿 215−115


𝑉𝑅4 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 86,95 %
𝑉𝐹𝐿 115

𝑉𝑁𝐿 −𝑉𝐹𝐿 215−110


𝑉𝑅5 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 95,45 %
𝑉𝐹𝐿 110

H. TUGAS
1. Gambar karakteristik tanpa beban untuk penaikan dan penurunan 𝐼𝑚 pada kecepatan
1400 dan 1200 rpm secara berurutan pada diagram yang sama dengan 𝐼𝑚 sebagai
axis-nya.

KARAKTERISTIK PENAIKAN I F PADA


KECEPATAN 1200 RPM
Tegangan

250
TEGANGAN MOTOR (VOLT)

200
150
100
50
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
NILAI IF (AMPERE)
KARAKTERISTIK PENURUNAN IF PADA
KECEPATAN 1200 RPM
Tegangan

250
TEGANGAN MOTOR (VOLT)

200
150
100
50
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
NILAI IF (AMPERE)

KARAKTERISTIK PENAIKAN IF PADA


KECEPATAN 1400 RPM
Tegangan

300
TEGANGAN MOTOR (VOLT)

250
200
150
100
50
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
NILAI IF (AMPERE)

KARAKTERISTIK PENURUNAN IF PADA


KECEPATAN 1400 RPM
Tegangan

300
TEGANGAN MOTOR (VOLT)

250
200
150
100
50
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
NILAI IF (AMPERE)
2. Gambar karakteristik tanpa beban untuk penaikan dan penurunan kecepatan hingga
1400 secara berurutan pada diagram yang sama dengan 𝐼𝑙 sebagai axis-nya.
a. Tegangan (V)

130
128 128
125
123
120
TEGANGAN (V)
118
115 115
110
108
105
100
95
0 1 2 3 4 5
IL (A)

V (volt)

b. Torka

T (Nm)
8
7
TORKA (NM)

6 5.8
4 4.4
2.8
2 1.6 1.6
0
0 1 2 3 4 5
IL (A)

T (Nm)

c. Daya output

600
DAYA OUTPUT (WATT)

500
400
300
200
100
0
0 1 2 3 4 5
IL (A)

Pout
3. Gambar karakteristik tegangan luar untuk penguatan terpisah dengan 𝐼𝐵 sebagai
axis-nya.

KARAKTERISTIK TEGANGAN LUAR


Tegangan

135
TEGANGAN MOTOR (VOLT)

130
125
120
115
110
105
0 1 2 3 4 5 6
NILAI IB (AMPERE)

6. Karakteristik tanpa beban berbeda untuk penaikan dan penurunan arus penguatan

Sebab penguatan medan terhadap rotor yang telah berputar jauh lebih kecil jika
dibandingkan dengan penguatan medan jika rotor dalam keadaan diam. Dalam
keadaan motor diam maka diperlukan gaya lebih untuk memutar rotor. Sedang
jika rotor telah dalam keadaan berputar maka gaya yang diperlukan lebih kecil.

7. Tegangan menurun dengan kenaikan 𝐼𝐵 dengan penguatan yang terpisah (lihat


karakteristik tegangan luar)

Sebab dengan bertambahnya beban maka arus akan naik yang menyebabkan
tegangan suplai pun akan turun hal ini berdasarkan rumus dasar yang diungkapkan
dalam hokum Ohm yakni semakin besar arus maka tegangan akan menurun atau
dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut: 𝑉 = 𝐼 𝑥 𝑅
I. KESIMPULAN

Dari hasil percobaan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, dengan putaran motor
akan bertambah cepat jika tegangan dinaikkan. Semakin besar tegangan yang disuplai ke
motor maka putara motor pun akan semakin cepat. Tegangan yang dibutuhkan saat
menaikkan kecepatan motor berbeda dengan tegangan yang diperlukan saat menurunkan
kecepatan motor. Besaran beban yang dihubungkan ke motor mengakibatkan tegangan
motor akan berkurang sesuai dengan besarnya beban yang dihubungkan ke motor
tersebut. Besaran penurunan sesuai dengan hukum ohm, dimana apabila arus naik maka
tegangan akan turun.

J. DAFTAR PUSTAKA

Tim Labor Mesin Listrik. (2012). Jobsheet Praktikum Mesin Listrik Program Studi S1
Pendidikan Teknik Elektro.Padang: Jurusan Teknik Elektro FT-UNP

Stephen, J. Chapman. 2005. Electric Machinery Fundamental. American : Mc Graw Hils

Anda mungkin juga menyukai