Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SISTEM KONTROL STARTING MOTOR INDUKSI DENGAN


METODE KONVENSIONAL

Makalah Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Tugas Mata Kuliah
Penerapan Sistem Kendali Kelistrikan Industri

DISUSUN

O
L
E
H:

Kelompok 1

Antonius Sembiring 1714210095


Glorisept Dwi Perbina 1714210165
Jago Pane 1614210016
Muhammad Iqbal Diry 1714210197
Paulina Magdalena 1714210154
Putra Andhika 1714210116
Risna Febriana 1714210159
Wahyudin Caniago 1714210161

PRODI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI
MEDAN
2021
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul SISTEM KONTROL
STARTING MOTOR INDUKSI DENGAN METODE KONVENSIONAL ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Penerapan Sistem Kendali Kelisfrikan Industri . Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan sangat berguna demi
kesempurnaan makalah ini.

Medan, 21 Januari 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................................2

Daftar Isi.....................................................................................................................................3

BAB I

PENDAHULUAN......................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................4
1.3 Tujuan..................................................................................................................................4

BAB II

PEMBAHASAN........................................................................................................................5

2.1 Konstruksi Motor Induksi....................................................................................................5

2.2 Prinsip Kerja Motor Induksi.................................................................................................8

2.3 Sistem Pengasutan................................................................................................................9

2.3.1 Pengasutan DOL (direct on line)....................................................................................9

2.3.3 Pengasutan Bintang Segitiga........................................................................................11

2.3.5 Pengasutan dengan transformator................................................................................13

2.3.4 Pengasutan dengan Tahanan Primer.............................................................................14

BAB III

PENUTUP................................................................................................................................15

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................16

3.2 Saran...................................................................................................................................17

Daftar Pustaka..........................................................................................................................18

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Motor induksi adalah salah satu jenis dari motor-motor listrik yang
bekerja berdasarkan induksi elektromagnet Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa arus
rotor motor ini bukan diperoleh dari sumber tertentu, tetapi merupakan anus yang terinduksi
sebagai akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating
magnetic field) yang dihasilkan oleh arus stator.
Belitan stator yang dihubungkan dengan satu sumber tegangan tiga fasa
akan menghasilkan medan magnet yang berputar dengan kecepatan sinkron
(ns=120f/2p). Medan putar pada stator tersebut akan memotong konduktor-konduktor pada
rotor, sehingga terinduksi arus, dan sesuai dengan hukum lentz, rotor pun akan turut berputar
mengikuti medan putar stator. Perbedaan putar relatif antara stator dan rotor disebut slip.
Bertambahnya beban akan memperbesar kopel motor, yang oleh karenanya akan
memperbesar pula arus induksi pada rotor, sehingga slip antara medan putar stator dan
putaran rotor pun akan bertambah besar. Jadi, bila beban motor bertambah, putaran rotor
cendrung menurun.

Adapun penggunaan motor induksi di industri ini adalah sebagai penggerak, seperti untuk
blower, kompresor, pompa, penggerak utama proses produksi atau mill, peralatan workshop
seperti mesin-mesin bor, grinda, crane, dan sebagainya.

Untuk dapat menjalankan motor induksi diperlukan suatu sistem pengasutan diantaranya
adalah metode konvensional dan metode otomatis

Sebuah motor induksi terdiri dari dua bagian utama yaitu rotor dan stator. Rotor merupakan
bagian yang berputar dan stator merupakan bagian yang diam.

1.2 Rumusan Masalah

1. Metode apa saja yang dapat digunakan dalam starting motor induksi secara konvensional ?

2. Bagaimana karakteristik masing-masing metode tersebut ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah

1.Menyelesaikan tugas mata kuliah Sistem Kendali Kelistrikan Industri

2.Menambah wawasan dibidang Sistem Kendali Kelistrikan Industri khususnya starting


motor induksi secara konvensional

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konstruksi Motor Induksi

a.      Stator

Stator mempunyai bagian :


 Gandar, fungsinya sebagai penopang dan sebagai pelindung bagian dalam mesin.
 Inti stator, terbuat dari laminasi logam yang disusun berlapis.
 Kumparan stator.

b. Rotor terdiri dari :


 Inti rotor
 Kumparan rotor

Adapun jenis rotor dalam motor induksi tiga fasa adalah :

 Rotor Belitan

Motor induksi jenis ini mempunyai rotor dengan belitan kumparan tiga fasa sama
seperti kumparan stator. Kumparan stator dan rotor juga mempunyai jumlah kutub yang
5
sama. Penambahan tahanan luar sampai harga tertentu, dapat membuat kopel mula mencapai
harga kopel maksimumnya.

Motor induksi dengan rotor belitan memungkinkan penambahan (pengaturan) tahanan


luar. Tahanan luar yang dapat diatur ini dihubungkan ke rotor melalui cincin (gambar 3.3)
selain untuk menghasilkan kopel mula yang besar, tahanan luar tadi diperlukan untuk
membatasi atus mula yang besar pada saat start. Disamping itu dengan mengubah-ubah
tahanan luar, kecepatan motor dapat diatur.

 Rotor Sangkar

Motor induksi jenis ini mempunyai motor dengan kumparan yang terdiri atas beberapa batang
konduktor yang disusun sedemikian rupa hingga mempunyai sangkar tupai seperti ini sangat.
Untuk membatasi arus mula yang besar, tegangan sumber harus dikurangi dan biasanya
digunakan ototransformator atau saklar Y – A. Tetapi berkurangnya arus akan berakibat
berkurangnya kopel

Gambar Rotor Sangkar

c.       Celah udara, untuk memberikan keleluasaan rotor untuk berputar.

d.      Sikat (carbon brush), hanya terdapat pada motor induksi rotor lilit yang berfungsi untuk
menghubungkan belitan rotor dengan tahanan tambahan

Medan Putar

Perputaran motor pada mesin arus bolak-balik ditimbulkan oleh adanya medan putar
(fluks yang berputar) yang dihasilkan dalam kumparan statornya. Medan putar ini terjadi
apabila kumparan stator dihubungkan dalam fasa banyak, umurnnya tiga fasa. Hubungan
dapat berupa bintang atau delta.

6
Gambar Medan Putar

Misalnya kumparan a-a; b-b; c-c dihubungkan 3 fasa, dengan fasa rnasing-masing 120° dan
dialiri arus sinusoid. Distribusi ia, ib, is sebagai fungsi waktu adalah seperti gambar pada
keadaan tl, t2, t3, dan 14 fluks resultan yang ditimbulkan oleh kumparan tersebut masing-
masing adalab seperti gambar 3.4 c, d, e, dan f. Pada t1 fluks resultannya mempunyai arah
sama dengan arah fluks yang dihasilkan oleh kumparan a-a; sedangkan t2 fluks resultannya
dihasilkan oleh kumparan b-b. Untuk t4, fluks resultannya berlawanan arah dengan fluks
resultan yang dihasilkan pada saat tl. Dari gambar 3.4 c, d, e, dan f tersebut terlihat
bahwa fluks resultan ini akan berputar satu kali. Oleh karena itu, untuk mesin dengan
jumlah kutub lebih dari dua, kecepatan sinkron dapat diturunkan sebagai berikut

Ns = 120.f/p
f = frekuensi
p = jumlah kutub

7
2.2 Prinsip Kerja Motor induksi

Prinsip kerja motor induksi adalah berdasarkan induksi elektromagnet, dimana


tegangan sumber diberikan pada kumparan stator, sehingga inti besi di stator menjadi magnet,
kemudian menginduksikan magnet tersebut ke rotor.

Dengan demikian, di kumparan rotor akan terinduksi tegangan karena kumparan


rotor merupakan loop tertutup, maka akan mengalir arus di kumparan rotor tersebut
yang berinteraksi dengan medan magnet di stator, sehingga timbullah gaya putar pada
rotor yang mendorong rotor untuk berputar dengan kecepatan sinkron dan akan
mengikuti persamaan

Dengan :

N= kecepatan putar dari medan putar stator dalam rpm

F = Frekuensi arus dan tegangan stator

P = Banyaknya kutub

Garis-garis gaya fluks dari stator tersebut yang berputar akan memotong panghantar-
panghantar rotor sehingga pada penghantar rotor tersebut timbul Gaya Gerak Listrik (GGL)
atau tegangan induksi.

Berhubung kumparan rotor merupakan rangkaian yang tertutup maka pada kumparan


tersebut mengalir arus. Arus yang mengalir pada penghantar rotor yang berada dalam medan
magnet berputar dari stator, maka pada penghantar rotor tersebut timbul gaya-gaya yang
berpasangan dan berlawanan arah, gaya tersebut menimbulkan torsi yang cenderung memutar
rotornya, rotor akan berputar dengan kecepatan (Nr) mengikuti putaran medan putar stator
(Ns).

8
2.3 Sistem Pengasutan

Masalah-masalah yang sering muncul pada sistem pengasutan secara umum adalah
arus awal
yang terlalu besar dan momen awal yang sering terlalu kecil. Untuk kebanyakan motor arus
awal adalah empat sampai tujuh kali besarnya arus nominal
Untuk motor-motor yang besar hal ini tidak dapat diijinkan karena akan mengganggu
jaringan, lagipula hal ini akan merusak motor itu sendiri. Selain itu konsumsi daya listrik juga
akan sangat tinggi dikarenakan arus start yang terlalu besar tadi.
Rumus arus awal adalah
E
( I ¿¿ 2)❑S =1 = 2 20 2 ¿
√ R2 + X 2
Dengan memperhatikan persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa salah satu cara untuk
menurunkan arus awal adalah dengan menurunkan E20, hal ini dapat dilakukan dengan
menurunkan tegangan apit. Dan cara yang kedua adalah dengan memperbesar nilai tahanan
R2. Hal ini dapat dilakukan pada jenis rotor belitan dengan menambahkan tahanan luar
melalui cincin gesernya.

2.3.1 Pengasutan DOL (direct on line)

9
Starting dengan metode ini menggunakan rangkaian kontrol listrik yang berfungsi
memberikan sebuah arus kepada motor listrik atau elmot secara penuh melalau kontaktor.
Jenis ini adalah jenis pengasutan yang umum dipakai terutama untuk daya motor dibawah 5
KW. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengasutan secara langsung (DOL) ini
antara lain :
1. Arus meningkat 5 s/d 7 kali arus beban penuh
2. Torsi hanya 1,5 s/d 2,5 kali torsi beban penuh.
3. Terjadi drop tegangan pada saat start awal
4. Untuk daya motor yang besar tidak disarankan untuk menggunakan pengasutan jenis ini.

Keterangan : Is = 5 s/d 7 kali In.


Pr = 2π.Ns.τ = k.τ
Dimana Pr adalah Daya input rotor.
Dan rugi-rugi tembaga (Pcu) = 3 x Protor
Jadi 3 I 22 R2=s . k . τ
2
I
Dimana I 2=I 1 , τ =
S
Jika If = Arus nominal beban penuh
Sf = Slip beban penuh
k . I .f 2
Maka f τ =
Sf
τ start Ist 2
Maka
τf [ ]
=
If
sf

Ketika pengasutan DOL maka arus starting adalah mirip arus hubung singkat (Ihs)
τ start Ihs 2
τf [ ]
=
If
sf =a2 sf

Ihs
Dimana a=
If
Gambar 1 memperlihatkan rangkaian
percobaan pengasutan DOL

10
Komponen Direct on line ( DOL )
Rangkaian pasti membutuhkan sebuah komponen Listrik untuk menunjang rangkaian
tersebut berjalan dengan sempurna. Apa saja komponen yang dibutuhkan rangkaian Direct
Online Stater ?, berikut List komponenya.

 MCB ( Miniatur Circuit Breaker )


 MCCB ( Moulded Case Circuit Breaker )
 Push Button.
 Thermal Overload Relay ( TOR )
 Kontaktor Coil 220V AC
 Pilot Lamp.
 Emergency Stop
 Kabel Kontrol 0.75 mm.

2.3.2 Pengasutan Bintang Segitiga

Metode Starting Star-Delta banyak digunakan untuk menjalankan dan meredam lonjakan arus
yang tinggi (Inrush Current) motor induksi rotor sangkar yang mempunyai daya di atas 5 Kw
(atau sekitar 7 HP)

11
Cara yang sering digunakan untuk menurunkan tegangan apit adalah dengan menggunakan
saklar bintang segitiga. Hubungan bintang digunakan untuk menurunkan tegangan yang
masuk ke kumparan stator, sedangkan pada saat motor berjalan normal, kumparan stator
dihubung delta. Metode ini cocok digunakan untuk motor-motor diatas 5,5 KW sampai 15
KW. Pada saat hubungan Bintang tegangan line ke netral dapat diformulasikan sebagai
Vf
berikut: V ¿ =
√3
Vf
Sehingga I ¿=I f
√ 3. Z

Sedangkan pada hubungan segitiga tegangan line ke netral dapat diformulasikan sebagai
V
berikut: I ¿=
Z
Vf
Sehingga I n=
√3
Formulasi hubungan torsi starting dan torsi beban penuh
Ist perphase = 1/√3 Ihs per phase
Ihs adalah arus saat hubungan segitiga dengan starting DOL
2 I 2f
τ st ≈ I (s=1)
st τf ≈
Sf
2 2
τ start I st I hs 2 1 I hs
τf
=
[ ]
If
Sf =
√3 I f
Sf =
[ ]
3 If
Sf

I hs dan I st adalah arus perphase

Gambar 2 adalah rangkaian percobaan pengasutan bintang segitiga.

12
Daftar Komponen Star-Delta 
 MCB ( Miniatur Circuit Breaker )
 MCCB ( Moulded Case Circuit Breaker )
 Push Button.
 Thermal Overload Relay ( TOR )
 Kontaktor Coil 220V AC
 Timer 
 Pilot Lamp.
 Emergency Stop
 Kabel Kontrol 0.75 mm.

2.3.3 Pengasutan dengan Tahanan Primer


Di sini tegangan yang diturunkan diperoleh dengan menggunakan tahanan yang dihubungkan
seri dengan setiap belitan stator selam periode start. Penurunan tegangan dalam tahanan dapat
dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan. Semakin banyak tingkatannya semakin
halus pula percepatan yang dihasilkan sehingga gangguan tegangan pada saluran lebih kecil.
Setelah periode start dengan tahanan selesai maka motor akan dihubungsingkatkan sehingga
motor akan bekerja dengan tegangan penuh. Perpindahan ini dilakukan dengan kontrol
otomatis dengan menggunakan timer. Keuntungan dari pengasutan ini adalah panas yang
ditimbulkan relatif sedikit yaitu 5%-10% dari panas yang akan timbul. Gambar 3
memperlihatkan rangkaian percobaan pengasutan dengan tahanan primer.

F2

ES1

K15M K16M

13
S16

Rd 43

S17
K7T
K15M

44 46
U10 V10 W10

K7T K15M

45 K16M
47
K7T
M K15M K16M
2.3.4 Pengasutan dengan transformator

Pengasutan dengan transformator ini dapat dilakukan dengan beberapa tingkatan, semakin
banyak tingkatan yang digunakan maka akan semakin baik pula perubahan arus start yang

14
terjadi sehingga kenaikan arus start dapat diminimalkan. Keuntungan yang dapat kita rasakan
dengan penggunaan tingkatan yang lebih banyak adalah akan mengurangi kerugiankerugian
panas yang timbul jika kita bandingkan dengan mempergunakan suatu hambatan R.
Namun kekurangan yang utama adalah transformator tegangan mempunyai harga yang
lebih tinggi daripada sebuah hambatan.

Tujuan dari pengasutan ini adalah untuk mengurangi tegangan awal yang diinduksikan pada
stator sehingga rangkaian ini biasa dikenal dengan nama pemampas awal kerja atau starting
compensator. Rangkaian ini dapat dioperasikan secara manual ataupun otomatis dengan
menggunakan rele yang dapat memberikan tegangan penuh setelah motor menjadi cepat.
Pada saat pengasutan tegangan terminal dari motor dikurangi 50% sampai 80% dari tegangan
penuh trafo, hal ini dimaksudkan untuk membuat arus asut kecil. Setelah percepatan
transformator tegangan diputuskan. Jika transformator bertapping dengan ratio
transformasi k maka :
kV
Tegangan fasa
√3
kV V
Sehingga I 2= =k
√3 Z √ 3 Z
I 2=k . I hs
I 2=k . s . I f
Arus dari catu daya
I 1=k . I 2
I 1=k 2 s . I f =k 2 I hs
2 2
V V
Maka τ 2 ≈ k
2
[ ]
√3
dimana τ 1 ≈
[ ]
√3
Maka τ 2=k 2 τ 1
I st =k I hs
Karena τst~Ist2 untuk slip = 1
2
I
If [ ]
Maka τ st = st S f
2
τ st 2 I st
Sehingga
τf
=k
If [ ]
Sf

Gambar 4 memperlihatkan rangkaian percobaan pengasutan dengan transformator

15
Daftar Komponen Auto transformer :
 MCB ( Miniatur Circuit Breaker )
 MCCB ( Moulded Case Circuit Breaker )
 Push Button.
 Thermal Overload Relay ( TOR )
 Kontaktor Coil 220V AC
 Timer
 Pilot Lamp.
 Emergency Stop
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Metode yang dapat dilakukan dalam starting motor induksi secara konvensional
anatara lain :
 Pengasutan DOL (direct on line)
 Pengasutan Bintang Segitiga
 Pengasutan dengan Tahanan Primer
 Pengasutan dengan transformator

3.2 Saran
Setelah memaparkan penjelasan diatas, penulis menyarankan agar sebaiknya pembaca
memperbanyak sumber bacaan agar dapat lebih memahami materi ini

16
Daftar Pustaka

https://www.plcdroid.com/2020/09/macam-macam-starting-motor-induksi-3.html
http://ejurnal.ppsdmmigas.esdm.go.id/sp/index.php/swarapatra/article/download/148/
150/
https://slideplayer.info/slide/13700098/

17
18

Anda mungkin juga menyukai