Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK

NAMA : ARY .N. LISTIYANTO

NIM : C.431.20.0024

KELAS : TEKNIK ELEKTRO SORE “ A “

LABOLATORIUM ELEKTRONIKA DASAR

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

UNIVERSITAS SEMARANG
PERCOBAAN I

HUKUM KIRCHOFF

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN

a. Mengetahui Teknik pemasangan pemasangan alat ukur

b. Mengukur arus dan tegangan pada percobaan hokum kirchoff

1.2 ALAT DAN BAHAN

a. Multimeter

b. Catu daya

c. Modul praktikum

d. Jemper

1.3 DASAR TEORI

Hukum kirchoff ada 2 ( dua ) yaitu :

a) Hukum kirchoff 1, yang dinamakan juga hukum arus kirchoff

( kirchoff current Law = KCL )

b) Hokum kirchoff 2, yang dinamakan juga tegangan kirchoff ( kirchoff

voltage Law = KVL )

A. Hukum arus kirchoff

Hukum ini menyatakan bahwa jumlah aljabar semua arus pada suatu titik

sambung ( simpul ) adalah sama dengan nol. Atau dengan katalain “jumlah arus

semua yang memasuki sebuah titik sambung adalah sama dengan jumlah arus
yang meninggalkan titik sambung tersebut”. Hal ini dapat di ilustrasikan

sebagai berikut :

I2

I1 I4

I5
I3

Gambar 1.1. Hukum Arus Kirchoff

Secara matematisdapat ditulis sebagai :


5

∑ ¿=0 atau
n =1

I1 + I4 - I2 - I3 - I5 = 0

Keterangan :

a) Arus yang memasuki titik sambung bertanda positif

b) Arus yang meninggalkan titik sambung bertanda negative

B) Hukum Tegangan Kirchoff

Hukum tegangan kirchoff menyatakan bahwa :” jumlah aljabar semua emf

( sumber ) pada suatu rangkaian tertutup adalah sama dengan jumlah drop tegangan

yang terdapat pada resistansi dalam rangkaian tersebut “ dan secara matematis ditulis

dengan :

∑ V =¿ ∑ IR ¿
Dimana :

∑V = jumlah aljabar dari semua emf

∑ IR = jumlah aljabar dari semua drop


Bila arah arus searah dengan arah arus yang keluar dari sumber maka sumber

bertanda positif dan sebaliknya bila arah arus yang keluar dari sumber maka sumber

bertanda negative. Sebelum melakukan perhitungan diambil sembarang arah arus,

bila diperoleh nilai arus negative, maka arah arus berlawanan dengan pemisalan arah

arus.

Gambar 1.2. hukum tegangan kirchoff

Dari gambar 1.2 diperoleh :

V1 – V2 = IR1 + IR2 + IR3


1.4 LANGKAH KERJA

A. pengukuran arus kirchoff

1. Rangkaian dibuat seperti gambar diatas pada aplikasi proteus

2. Resistor,voltmeter,dan amperemeter diatur sesuai contoh pada gambar

3. untuk mencari data tentukan besar tegangan baterai

4. untuk mengetahui data klik ( › ) pada aplikasi proteus

5. nilai hasil tegangan ditulis dalm kolom data percobaan

6. langkah 3,4,5 di ulangi sampai kolom data percobaan terisi seluruhnya.


BAB II

DATA DAN ANALISA

HUKUM KIRCHOFF

2.1 DATA PERCOBAAN

A. Hukum arus kirchoff

Gambar 1.3. rangkaian pecobaan hukum arus kirchoff

Sumber V1 V2 V3 A1 A2 A3 A4

tegangan (volt) (volt) (volt) (ampere (ampere (ampere (ampere)

) ) )
0 Volt 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
5 Volt 5,00 2,59 2,40 0,02 0,00134 0,00024 0,00002
10 Volt 10,00 5,19 4,81 0,04 0,00267 0,00048 0,00004
12 Volt 12,00 5,22 5,77 0,04 0,00321 0,00058 0,00005

A. Hukum tegangan kirchoff


Gambar 1.4. rangkaian percobaan hukum tegangan kirchoff

Sumber V1 V2 V3 V4 V5 A1

tegangan (volt) (volt) (volt) (volt) (volt) (ampere)


DC1=0V 0,00 5,00 -0,00061 0,00 4,99 0,00

DC2=5V
DC1=0V 0,00 10,00 -0,00122 0,01 9,98 0,00001

DC2=10V
DC1=0V 0,00 12,00 -0,00146 0,02 12,00 0,00001

DC2=12V
DC1=5V 5,00 0,00 0,00061 0,00 -4,99 0,00

DC2=0V
DC1=10V 10,00 0,00 0,00122 0,01 -9,98 0,00001

DC2=0V
DC1=12V 12,00 0,00 0,00148 0,02 -12,00 0,00001

DC2=0V
DC1=5V 5,00 10,00 -0,00061 -0,00912 4,99 0,00

ADC2=10

V
DC1=5V 5,00 12,00 -0,00085 -0,00128 8,99 0,00

DC2=12V
DC1=10V 10,00 12,00 -0,00024 -0,00385 2,00 0,00

DC2=12V
2.2 PERHITUNGAN

1. Percobaan 1 : Hukum arus kirchoff

 Sumber tegangan 5V

1 1 1 1
= + +
Rp 120 1800 1000000

75000+ 5000+ 9
¿
9000000

80009
¿ = 112,48Ω
9000000

Rtotal = 120𝛺 + 112,48𝛺

= 232,48𝛺

Vs 5V
I total = = =0,021 A
Rtotal 232,48 Ω

V1 = Vs = 5V

V2 = I total x R1

= 0,021A x 120𝛺 = 2,52 V

V3 = Itotal x Rp

= 0,021A x 112,48𝛺 = 2,36 V

Rp 112,48 Ω
I1 = x I total = x 0,021A = 0,019 A
R2 120 Ω
Rp 112,48 Ω
I2 = x I total = x 0,021A = 0,013 A
R3 1800 Ω

Rp 112,48 Ω
I3 = x I total = x 0,021A = 2,3 x 10-6A
R4 1000000 Ω

Rtotal 232,48 Ω
I4 = x I total = x 0,021A = 0,04 A
R2 120 Ω

Arus keluar – arus masuk = A4 – (A1-A2-A3)

= 0,04 A-(0,02-0,00134-0,00024)A

= 0,04A – 0,01842A

= 0,00158 A

 Sumber tegangan 10V

1 1 1 1
= + +
Rp 120 1800 1000000

75000+ 5000+ 9
¿
9000000

80009
¿ = 112,48Ω
9000000

Rtotal = 120𝛺 + 112,48𝛺

= 232,48𝛺

Vs 10V
I total = = =0,043 A
Rtotal 232,48 Ω

V1 = Vs = 10V
V2 = I total x R1

= 0,043A x 120𝛺 = 5,16 V

V3 = Itotal x Rp

= 0,043A x 112,48𝛺 = 4,83 V

Rp 112,48 Ω
I1 = x I total = x 0,043A = 0,04 A
R2 120 Ω

Rp 112,48 Ω
I2 = x I total = x 0,043A = 0,002 A
R3 1800 Ω

Rp 112,48 Ω
I3 = x I total = x 0,043A = 2,3 x 10-6 A
R4 1000000 Ω

Rtotal 232,48 Ω
I4 = x I total = x 0,043A = 0,08 A
R2 120 Ω

Arus keluar – arus masuk = A4 – (A1-A2-A3)

= 0,04 –(0,04-0,00267-0,00048)A

= 0,04 A – 0,03685 A

= 0,00315 A

 Sumber tegangan 12V


1 1 1 1
= + +
Rp 120 1800 1000000

75000+ 5000+ 9
¿
9000000

80009
¿ = 112,48Ω
9000000

Rtotal = 120𝛺 + 112,48𝛺

= 232,48𝛺

Vs 12V
I total = = =0,052 A
Rtotal 232,48 Ω

V1 = Vs = 12V

V2 = I total x R1

= 0,052A x 120𝛺 = 6,24 V

V3 = Itotal x Rp

= 0,052A x 112,48𝛺 = 5,85 V

Rp 112,48 Ω
I1 = x I total = x 0,052A = 0,048 A
R2 120 Ω

Rp 112,48 Ω
I2 = x I total = x 0,052A = 0,003 A
R3 1800 Ω

Rp 112,48 Ω
I3 = x I total = x 0,052A = 5,8 x 10-6 A
R4 1000000 Ω
Rtotal 232,48 Ω
I4 = x I total = x 0,052A = 0,1 A
R2 120 Ω

Arus keluar – arus masuk = A4 – (A1-A2-A3)

= 0,05 –(0,04-0,00321-0,00058)A

= 0,05 A – 0,03621 A

= 0,00313 A

2. Percobaan 2 : Hukum tegangan kirchoff

Rtotal = R1 +R2 + R3

= 120 + 1800 + 1000.000

= 1001920𝛺

 Sumber tegangan DC1 = 5V & DC2 = 0V

Vin 5−0
I1 = = = 4,9 x 10-6 A
Rtotal 1001920

V1 = 5V

V2 = 0V

V3 = I x R2 = 4,9 x 10-6 A x 120𝛺 = 5,8 x10-4 V

V4 = I x R3 = 4,9 x 10-6 A x 1800𝛺 = 8,2 x 10-3 V

V5 = I x R3 = 4,9 x 10-6 A x 1000000𝛺 = 4,9 V


 Sumber tegangan DC1=10V & DC2=0V

Vin 10−0
I1 = = = 9,9 x 10-6 A
Rtotal 1001920

V1 = 10V

V2 = 0V

V3 = I x R2 = 9,9 x 10-6 A x 120𝛺 = 1,1 x10-4 V

V4 = I x R3 = 9,9 x 10-6 A x 1800𝛺 = 1,7 x 10-3 V

V5 = I x R3 = 9,9 x 10-6 A x 1000000𝛺 = 9,9 V

 Sumber tegangan DC1=12V & DC2=0V

Vin 12−0
I1 = = = 1,1 x 10-5 A
Rtotal 1001920

V1 = 12V

V2 = 0V

V3 = I x R2 = 1,1 x 10-5 A x 120𝛺 = 1,3 x10-3 V

V4 = I x R3 = 1,1 x 10-5 A x 1800𝛺 = 1,9 x 10-2 V

V5 = I x R3 = 1,1 x 10-5 A x 1000000𝛺 = 11 V


2.3 ANALISA PERHITUNGAN

Berdasarkan Analisa nilai perbandingan dari pengukuran dan perhitungan terlihat

sangat berbeda atau tidak sesuai ketidak sesuaian ini diakibatkan beberapa paktor

yaitu melakukan percobaan yang kurang teliti dalam merangkai komponen ataupun

dalam pembacaan alat ukur.

2.4 TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Tentukan besarnya :

a. A4-(A1+A2+A3) dari percobaan A

b. V1-V2-(V3+V4+V5) dari percobaan B

2. Bandingkan hasilnya dengan teori yang anda ketahui. Bila ternyata berbeda

buatlah alasannya.

3. Apakah ada pengaruh pembalikan polaritas DC terhadap arus dan tegangan

pada masing- masing komponen pada percobaan 2.

4. Apa yang menjadi perbedaan utama Hukum Kirchoff pada rangkaian DC

dan AC?

5. Berikan kesimpulan dari hasil praktikum yang anda lakukan.


JAWAB

1. Tentukan besarnya :
A. Hukum arus kirchoff

Arus masuk – arus keluar

 Sumber tegangan 0 volt

A4 – ( A1 + A2 + A3 ) = 0 – (0,00 + 0,00 + 0,00)

= 0,00 mA

=0,00 × 10-3 A

 Sumber tegangan 5 volt

A4 – ( A1 + A2 + A3 ) = 0,00002– (0,02 + 0,00134 + 0,00024)

= 0,02156 A

 Sumber tegangan 10 volt

A4 – ( A1 + A2 + A3 ) = 0,00004 – (0,04 + 0,00267 + 0,00048)

= 0,04311 mA

 Sumber tegangan volt

A4 – ( A1 + A2 + A3 ) = 0,00005 – (0,04 + 0,00321 + 0,00058)

= 0,04374 A
B. Hokum tegangan kirchoff

Bedapotensial

 DC 1 = 0 volt & DC 2 = 5 volt

V1 - V2 –(v3 + v4 + v5) = 0,00 – 5,00 (-0,00061 + 0,00 + 4,99)

= -9,98939

 DC 1 = 0 volt & DC 2 = 10 volt

V1 - V2 –(v3 + v4 + v5) = 0,00 – 10,00 (-0,00122 + 0,01 + 9,98)

= -19,98878

 DC 1 = 0 volt & DC 2 = 12 volt

V1 - V2 –(v3 + v4 + v5) = 0,00 – 12,00 (-0,00146 + 0,002+ 12,00)

= -24,00054

 DC 1 = 5 volt & DC 2 = 0 volt

V1 - V2 –(v3 + v4 + v5) = 0,00 – 5,00 (0,00061 + 0,00 - 4,99)

= -0,01061

 DC 1 = 10 volt & DC 2 = 0 volt

V1 - V2 –(v3 + v4 + v5) = 0,00 – 10,00 (0,00122 + 0,01 - 9,98)

= -19,99122

 DC 1 = 12 volt & DC 2 = 0 volt


V1 - V2 –(v3 + v4 + v5) = 0,00 – 12,00 (0,00146 + 0,002 - 12,00)

= -0,00346

 DC 1 = 5 volt & DC 2 = 10 volt

V1 - V2 –(v3 + v4 + v5) = 5,00 – 10,00 (-

0,00061 - 0,00912 + 4,99)

= -9,98027

 DC 1 = 5 volt & DC 2 = 12 volt

V1 - V2 –(v3 + v4 + v5) = 5,00 – 12,00 -(-0,00085 - 0,00128 + 8,99)

= -15,98787

 DC 1 = 10 volt & DC 2 = 12 volt

V1 - V2 –(v3 + v4 + v5) = 10,00 – 12,00 (-0,00024 - 0,00385 + 2,00)

= -3,99591

2. Berdasarkan Analisa nilai perbandingan dari pengukuran dan perhitungan

terlihat sangat berbeda atau tidak sesuai ketidak sesuaian ini diakibatkan

beberapa paktor yaitu melakukan percobaan yang kurang teliti dalam

merangkai komponen ataupun dalam pembacaan alat ukur.

3. Ada

4. Arus DC adalah arus listrik yang memiliki arah konstan (searah) dalam

perambatannya. Arus yang sering disebut juga dengan arus lemah ini memiliki
bentuk setengah gelombang saja, gelombang atas maupun bawah.sedangkan

Arus AC adalah arus listrik yang memiliki arah periodik (bolak-baik) dalam

perambatannya. Arus AC disebut juga arus kuat. Jeni sarus ini memiliki

bentuk gelombang penuh yang berjalan secara periodik.

BAB III

PENUTUP

HUKUM KIRCHOFF

2.4 KESIMPULAN

Dalam percobaan hukum arus kirchoff dengam arus yang masuk sama dengan

arus yang keluar. Pada percobaan hukum arus kirchoff itu, arus akan bernilai

sama apabila beban suatu rangkaian disusun secara seri

Pada percobaan hukum tegangan kirchoff akan bernilai 0 jika penjumlahan

tegangan pada masing masing komponen penyusun yang membentuk satu lintasan

tertutup. Pada hukum tegangan kirchoff itu, tegangan akan bernilai sama apabila

beban pada suatu rangkaian disusun secara paralel.

Pada percobaan A (hukum arus kirchoff) secara teori dan secara percobaan dan

pengukuran hasilnya berbeda sedikit dengan selisih 0, bisa dikatakan wajar.

Sedangkan pada percobaan B (hukum arus kirchoff) secara teori perhitungan dan

pengukuran banyak berbeda, hal itu dimungkinkan karena kurang telitinya

membuat rangkaian maupun pembacaan .


2.5 DAFTAR PUSTAKA

https://blog.ruangguru.com/penjelasan-hukum-i-dan-ii-kirchoff

(Karina Dwi Adistiana, 20 Febuari 2018).

https://muh-amin.com/rangkaian-listrik-dc-seri-paralel-dan-hukum-kirchoff/

LAMPIRAN

PERCOBAAN 1
PERCOBAAN 1.1
PERCOBAAN II

TEORI SUPERPOSISI DAN ARUS LOOP

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. TUJUAN

 Menganalisa dan mengukur arus pada suatu rangkaian dengan teori

superposisi.

 Menganalisa dan mengukur arus pada suatu rangkaian dengan teori

arus loop.

1.2. ALAT DAN BAHAN

 Multimeter

 Catu daya

 Jemper

1.3. DASAR TEORI

1. Teori superposisi

Pada setiap rangkaian listrik, arus yang mengalir pada setiap komponen disebabkan

adanya sumber tegangan / arus. Bila rangkaian mempunyai beberapa sumber, maka

arus pada setiap komponen dapat di anggap terdiri dari arus-arus yang berasal dari

beberapa sumber tegangan yang ada pada rangkaian. Teori superposisi menyatakan

bahwa arus yang mengalir pada setiap komponen rangkaian yang mempunyai

beberapa sumber adalah aljabar dari arus pada komponen terebut apabila sumber

bekerja secara individu ( masing-masing ). Contoh rangkaian seperti terlihat pada


gambar 2.1. arus pada I1, I2 dan I3 adalah jumlah arus yang berasal dari sumber V1

dan V2.

gambar 2.1. contoh rangkaian superposisi

langkah – langkah penyelesaian adalah dengan menggantinya semua sumber

tegangan dengan rangkaian hubung singkat dan hubungan terbuka untuk

sumber arus, kecuali satu sumber yang dipilih sebagai sumber. Arus dihitung

berdasarkan hokum kirchoff dan selanjutnya dengan cara yang sama

dilakukan untuk sumber yang lain. Jumlah aljabar arus dari semua sumber

merupakan arus yang sebenarnya.

2. Teori untul menghitung arus pada rangkaian adalah dengan menggunakan

teori arus loop.

Yang dimaksud dengan arus loop adalah arus yang mengalir pada suatu

rangkaian tertutup. Arah arus dimisalkan sembarang, asalkan dalam loop

tertutup.

Untuk menuliskan persamaan arus loop ini haruslah sesuai dengna ketentuan

hokum kirchoff untuk tegangan ( KVL ) sedangkan untuk arus digunakan

hokum kirchoff arus (KCL ) untuk lebih jelas dapat dilihat contoh seperti

gambar 2.2.
Gambar 2.2. contoh arus loop

Pada loop 1 :

V1 =I1R1+(I1-I2)R3

V1 =I1R1+I1 R3-I2 R3

V1 =I1(R1+R3)-I2R3 (2.1.)

pada loop 2 :

V2 =I2R2+(I2-I1)R3

V2 =I2R2+I2 R3-I1 R3

V2 =I2(R2+R3)-I1R3 (2.2.)

A. LANGKAH KERJA

1 Percobaan 1
a. Rangkaian dibuat seperti gambar.

b. Tegangan diberi sumber tegangan V1 dan V2 (5V & 12V / 10V & 10V / 12V

& 5V).

c. Pembacaan arus arah arus I1,I2,I3 dicatat.

d. Data dimasukkan.

Percobaan 2

a. Rangkaian dibuat seperti gambar.

b. Tegangan diberi sumber tegangan V1 (5V, 10V dan 12V)

c. DC1 tetap, dan DC2 dilepas dalam rangkaian digantikan dengan rangkaian

short circuit.

d. Pembacaan arus arah arus I1,I2,I3 dicatat.

e. Data dimasukkan.

Percobaan 3

a. Rangkaian dibuat seperti gambar.

b. Tegangan diberi sumber tegangan V1 (5V, 10V dan 12V)

c. DC2 tetap dan DC1 dilepas dalam rangkaian digantikan dengan rangkaian

short circuit.

d. Pembacaan arus arah arus I1,I2,I3 dicatat.

e. Data dimasukkan.
BAB II

DATA DAN ANALISA

TEORI SUPERPOSISI DAN ARUS LOOP

2.1. DATA PERCOBAAN

Percobaan Arus Dan Arah Arus

I1 I2

V1(V) V2(V) A A A
Arah Arah
(mA) (mA) (mA)

0V 5V -0,06  -1,28  -1,21

0V 10V -0,13  -2,56  -2,43

0V 12V -0,16  -3,07  -2,91

5V 0V 0,15  0,06  -0,08

10V 0V 0,29  0,13  -0,16

12V 0V 0,35  0,16  -0,19

5V 12V -0,01  -3,01  -2,99

10V 10V 0,16  -2,43  -2,59

12V 5V 0,29  -1,12  -1,41


Percobaan 1 Percobaan 2

I1 I2 I3
V1(V)
A Arah A Arah A Arah
5V 0,14  0,00  0,14 
10V 0,29  0,00  0,29 
12V 0,34  0,00  0,34 

Percobaan 3

I1 I2 I3
V2(V)
A Arah A Arah A Arah
5V 0,00  -3,00  3,00 
10V 0,00  -2,50  2,50 
12V 0,00  -1,25  1,25 

2.2. PERHITUNGAN

R1=3k  33  103

R2= 2k2  2,2  103

R3= 1k8  1,8  103


Loop I

V1= I1 R1 + (I1-I2) R3

= (R1 + R3 ) I1-I2 . R3

= ( 33  103 + 1,8  103) I1 – I2 . 1,8  103

=34,8  103 I1 -1,8  103 I2……….(1)

Loop II

V2= I2R2+ (I2-I1) R3

= (R2+ R1) I2-I1. R3

= ( 2,2  103 + 1,8  103) I2– I1. 1,8  103

=4  103 I2 -1,8  103 I1……….(2)

Tabel 1

 Sumber tegangan V1 = 0 v & V2= 5 v

34,8  103 I1 -1,8  102l2 =0 4

-1,8 103 I1 + 4 103l2 = 5 1,8


139,2  103 I1 -7,2 103l2 =0

-3,24  103 I1 -7,2 103l2 =9 +

135,96  103 I1=9

I1=0,066  103 A

-1,8 103 (0,066  103 ) + 4 103l2=0

4 103l2 = 0 + 0,1188

I2 = 0,0297  10-3 A

I2 = I 2 + I 1

= 0,0297  10-3 + 0,066  10-3

= 0,0957  10-3 A

 Sumber tegangan V1 = 0 v & V2= 10 v

34,8  103 I1 -1,8  102l2 =0 4

-1,8 103 I1 + 4 103l2 = 10 1,8

139,2  103 I1 -7,2 103l2 =0


-3,24  103 I1 +7,2 103l2 =18 +

135,96  103 I1=18

I1=0,13  10-3 A

-1,8 103 (0,13  10-3) + 4 103l2=10

l2 = 0 + 0,234

I2 = 2,5  10-3 A

I3 = I 2 + I 1

= 2,5  10-3 + 0,13  10-3

= 2,63  10-3 A

 Sumber tegangan V1 = 0 v & V2= 12 v

34,8  103 I1 -1,8  102l2 =0 4

-1,8 103 I1 + 4 103l2 = 12 1,8

139,2  103 I1 -7,2 103l2 =0

-3,24  103 I1 +7,2 103l2 =21,6 +

135,96  103 I1=21,6

I1=0,15  10-3 A
-1,8 103 (0,15  10-3 ) + 4 103l2=12

l2 = 12 + 0,27

I2 = 3,06  10-3 A

I3 = I 2 + I 1

= 3,06  10-3 + 0,15  10-3

= 3,21  10-3 A

Tabel 2

R2 // R3 = R2 . R3

R2 + R 3

= 2,2  103 . 1,8  103

2,2  102 + 1,8  103

= 990

R.Total = R1 + R2 // R3

= 33  103 + 990

= 33,99  103 

I total = V1
R total

I2 = R3
 I total
R2 + R 3

I3 = I 1 – I2

 Sumber tegangan V1 = 5V

I1 = I total = V

R.total

= 5

33,99  10-3

= 0,147  10-3 A

I2 = R3
 I total
R2 + R 3

= 1,8  103
 0,147  10-3
2,2  103 + 1,8  103
= 0,066  10-3 A

I3 = I 1 – I2

= 0,147  10-3 – 0,066  10-3

= 0,081  10-3 A

 Sumber tegangan V1 = 10V

I1 = I total = V

R.total

= 10

33,99  10-3

= 0,294  10-3 A

I2 = R3
 I total
R2 + R 3

= 1,8  103
 0,294  10-3
2,2  103 + 1,8  103
= 0,1323  10-3 A

I3 = I 1 – I2

= (0,294 – 0,1323)  10-3

= 0,1617  10-3 A

 Sumber tegangan V1 = 12V

I1 = I total = V

R.total

= 12

33,99  10-3

= 0,353  10-3 A

I2 = R3
 I total
R2 + R 3

= 1,8  103
 0,353  10-3
2,2  103 + 1,8  103
= 0,158  10-3 A

I3 = I 1 – I2

= (0,353 – 0,158)  10-3

= 0,195  10-3 A

2.3. ANALISA PERHITUNGAN

Arus Dan Arah Arus

1. Percobaan 1

Pada praktikum arus dan arah arus percobaan pertama melakukan beberapa

percobaan untuk membuktikannya, dimana praktikum menggunakan multimeter,

catur daya, dan jemper. Praktikum arus dan arah arus melakukan 3 kali

percobaan dengan sumber tegangan yang berbeda- beda. Sumber tegangan diberi

tegangan sebesar V1 = 5V & V2 = 12V, V1 = 10V & V2 = 10V, dan V1 = 12V

& V2 = 5V.

Pada perhitungan pertama dengan sumber tegangan sebesar V1 = 5V & V2 =

12V mendapatkan I1 = -0,01 x 10-3A; I2 = -3,01 x 10-3 A dan I3 = -2,99 x 10-3 A .

Perhitungan kedua dengan sumber tegangan V1 = 10V & V2 = 10V

mendapatkan I1 = 0,16 x 10-3A; I2 = -2,43 x 10-3A dan I3 = -2,59 x 10-3 A. Dan

perhitungan ketiga dengan sumber tegangan V1 = 12 V & V2 = 5V mendapatkan

I1 = 0,29 x 10-3A; I2 = -1,12 x 10-3A dan I3 = -1,41x 10-3 A.


Dengan analisis pada percobaan 1 ( arus dan arah arus ) data dengan

perhitungan mendapatkan hasil berbeda tetapi hanya sekitar 0, . Dalam

pengukuran selisih 0, itu wajar / bisa dikatakan wajar.

2. Percobaan 2

Pada praktikum percobaan ke 2 arus dan arah arus melakukan

beberapa percobaan untuk membuktikannya, dimana praktikum menggunakan

multimeter, catur daya, dan jemper. Praktikum arus dan arah arus melakukan 3

kali percobaan dengan sumber tegangan yang berbeda- beda. Sumber tegangan

diberi tegangan sebesar V1 = 5V, V1 = 10V, dan V1 = 12V.

Pada perhitungan pertama dengan sumber tegangan sebesar V1 = 5V

mendapatkan I1 = 0,14 x 10-3A; I2 = 0,0x 10-3A dan I3 = 0,14 x 10-3 A .

Perhitungan kedua dengan sumber tegangan V1 = 10V mendapatkan I1 = 0,29 x

10-3A; I2 = 0,0 x 10-3A dan I3 = 0,29 x 10-3A. Dan perhitungan ketiga dengan

sumber tegangan V1 = 12 V mendapatkan I1 = 0,34 x 10-3A; I2 = 0,0 x 10-3A dan

I3 = 0,34 x 10-3A.

Pada percobaan 3 ( arus dan arah arus ) hasilnya berbeda dengan teori, dalam

hal ini mungkin bisa saja dikarenakan salahnya pengukuran / pembacaan atau

bisa saja dalam melakukan / membuat rangkaian ada kesalahan.

3. Percobaan 3

Pada praktikum percobaan ke 3 arus dan arah arus melakukan

beberapa percobaan untuk membuktikannya, dimana praktikum menggunakan


multimeter, catur daya, dan jemper. Praktikum arus dan arah arus melakukan 3

kali percobaan dengan sumber tegangan yang berbeda- beda. Sumber tegangan

diberi tegangan sebesar V2 = 5V, V2 = 10V, dan V2 = 12V.

Pada perhitungan pertama dengan sumber tegangan sebesar V1 = 5V

mendapatkan I1 = 0,0 x 10-3 A; I2 = -3,00 x 10-3A dan I3 = 3,00 x 10-3A.

Perhitungan kedua dengan sumber tegangan V1 = 10V mendapatkan I1 = 0,00 x

10-3A; I2 = -2,50 x 10-3A dan I3 = 2,50 x 10-3 A. Dan perhitungan ketiga dengan

sumber tegangan V1 = 12V mendapatkan I1 = 0,00 x 10-3 A; I2 = -1,25 x 10-3A

dan I3 = 1,25 x 10-3 A.

Dengan analisis pada percobaan 3 ( arus dan arah arus ) data dengan

perhitungan mendapatkan hasil berbeda tetapi hanya sekitar 0, . Dalam

pengukuran selisih 0, itu wajar / bisa dikatakan wajar.

2.4. TUGAS

1 Jelaskan secara singkat metode lain untuk menghitung arus pada suatu

komponen

2 Berdasarkan data yang ada tentukankah besar dan arah arus I1,I2,I3 yang

sebenarnya dengan metode dengan metode arus loop

3 Apa yang menyebabkan terjadinya perbedaan anatara pengukuran dan

perhitungan
JAWAB

1. Untuk melakukan pengukuran arus listrik yang mengalir pada suatu rangkaian

kelistrikan dapat digunakan alat yang bernama ampere meter atau juga

menggunakan alat multimeter dengan selektor diarahkan pada skala ampere.

Untuk mengukur rangkaian yang dialiri arus DC maka skala pada ampere

meter ditepatkan pada skala DCA.

2. PADA ANALISA PERHITUNGAN

3. Penyebab terjadinya perbedaan anatara pengukuran dan perhitungan yaitu

dikarenakan tegangan yang di hantarkan berbeda dan adanya salah pembacaan

dalam menentukan nilai hasil pengukuran.


BAB III

PENUTUP

TEORI SUPERPOSISI DAN ARUS LOOP

2.5 KESIMPULAN

1. Dengan adanya teori loop dan teori superposisi, lebih memudahkan

perhitungan ketika dalam satu rangkaian memiliki sumber lebih dari 1.

2. Dalam perhitungan teori loop dan teori superposisi masih terdapat

sangkut  pautnya dengan penggunaan hukum ohm dan hukum

kirchoff.

3. Dalam percobaan teori loop dan teori superposisi terdapat lebih dari 1

sumber dengan tegangan yang berbeda, sehingga percobaan ini

membutuhkan 2 catu daya.

2.6 DAFTAR PUSTAKA

1. https://ezkhelenergy.blogspot.com/2011/07/teori-superposisi.html

2. https://www.academia.edu/25095633/laporan_praktikum_teori_superposisi_d
an_teori_loop

3. https://slideplayer.info/slide/2307949/
LAMPIRAN

PERCOBAAN 2

PERCOBAAN 2.1
PERCOBAAN 2.2
PERCOBAAN III

BAB I

TEORI THEVENIN DAN NORTON

1.1. TUJUAN

1. Mencoba rangkaian Thevenin dan Norton dan membandingkan dengan

hasil yang di peroleh dengan metode Analisis rangkaian yang lain.

1.2. ALAT DAN BAHAN

1. Catu daya

2. Multimeter

3. Modul percobaan

4. Jemper

1.3. DASAR TEORI

A. Teori Thevenin

Menurut teori suatu rangkaian dengan dua terminal dapat digantikan

dengan satu sumber tegangan yang disebut dengan tegangan Thevenin

( VTH ) dan satu tahanan ekuivalen Thevenin ( RTH ).

(a) Rangkaian awal (b) rangkaian ekuivalen thevenin

Gambar 3.1. penyederhanaan rangkaian


Tegangan Thevenin VTH adalah besarnya tegangan antara titik A dan B bila

R1 dilepas, sedangkan resistansi Thevenin adalah besarnya tahanan ekuivalen

antara A dan B dalam keadaan R1 dilepas dan sumber tegangan V dilepas dan

dihubungkan singkat ( tahanan dalam sumber dapat di abaikan ). Dari

rangkaian ekuivalen Thevenin diperoleh tegangan antara A dan B :

VTH
VAB = VL
RTH + RL

B. Teori Norton

Teori Norton ini digunakan pada suatu rangkaian untuk menghitung /

mengukur arus atau tegangan dari komponen yang ada dalam rangkaian

dengan menggunakan sumbertegangan pada teori Thevenin (VTH) dengan

sumber arus Norton (IN) dan resistansi Norton yang parallel dengan arus

Norton IN. sebagai contoh akan di ukur tegangan / arus pada A -B lihat

gambar 3.2.

(a) Rangkaian awal (b) rangkaian ekuivalen norton

Gambar 3.2. penyederhanaan rangkaian


Arus Norton (IN) diperoleh dengan mengukur arus hubung singkat antara titik A dan

B sedangkan resistansi Norton (RN) adalah besarnya tahanan ekuivalen antara titik A

dan B dalam keadaan RI dilepas dan sumber tegangan V dilepas dan dihubung

singkat ( tahanan dalam sumber dapat diabaikan ). Tegangan titik A – B adalah :

VAB = IN
RN + RL
RN + RL
1.4. LANGKAH KERJA

A. Teori Thevenin

Gambar 3.3. rangkaian percobaan teori Thevenin

1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 3.3.

2. Atur DC pada V = 12 volt

3. Catat tegangan pada VAB

4. untuk mengukur besar tegangan Thevenin lapas RL dan ukur tegangan antara

A dan B dan catat VTH ulangi untuk besar tegangan yang lain.

5. table dibuat seperti contoh pada modul

6. untuk mengukur besar tahanan Thevenin lepas tegangan DC dan kemudian

dihubung singkat dengan RI terbuka ukurlah tahanan A dan B dengan

menggunakan Ohmmeter digital atau dengan memberikan tegangan tertentu


antara A dan B kemudian mengukur arus yang keluar dari sumber tegangan

tersebut resistansi dihitung berdasarkan hokum Ohm.

B. Teori Norton

1. Buatlah rangkaian seperti pada percoban Thevenin

Gambar 3.4. rangkaian percobaan teori Norton

2. Atur tegangan DC pada V = 12V

3. Untuk mengukur arus Norton hubung singkatkan titik A dan B dengan

menggunakan amperemeter, catat IN = mA

4. Ulangi percobaan tersebut

5. Table dibuat seperti berikut

6. Resistansi Norton RN diukur sesuai dengan percobaan untuk

mengukur Thevenin.
BAB II

DATA DAN ANALISA

TEORI THEVENIN DAN NORTON

2.1. DATA PERCOBAAN

1. Percobaan 1 : (teori tevenin)

No Tegangan sumber ( volt ) Tegangan Thevenin (volt)


1 5 volt 6,04 103
2 9 volt 0,01 103
3 10 volt 0,01103
2. Percobaan 2 : (teori Norton)

No Tegangan sumber ( volt ) Arus Norton (mA)


1 5 volt 0,18103
2 9 volt 0,32103
3 10 volt 0,36103

2.2. PERHITUNGAN

1. TEORI TEVENIN

 Sumber tegangan 5 volt

(I1 +I2) R2 = V

(I1 +I2) 33  103 = 5

33  103 I1-33 103 I2 = 5………..(1)

(I2 -I1) R1-I2 (R2-R3+R4) =0

(I2 -I1) 33  103-I2 (1,8 103- 47 103 -1,8 103 =0

33  103 I2 - 33  103 I1 - 50,6 103 I2 = 0

- 33  103 I1 -83,6  103 I2 = 0………..(2)


Eliminasi pers 1 dan 2

33  103 I1-33 103 I2 = 5

- 33  103 I1 -83,6  103 I2 = 0 +

50,6 103 I2 = 5

I2 = 0,098  103 A

Substitusi pers 1

33  103 I1 - 33  103 (0,098  103) = 5

33  103 I1 = 5 + 3,243

I1 = 0,249 103 A

Vth = I2 – R4

= 0,098  103. 1,8  103

= 0,17 Volt

Rs = (Rp+ R2 + R3) R4

= (0 – 1,8  103 – 47  103) 1,8  103

= 1,735  103 Ohm

Rth= Rs + R5 – R6
= 0 – 1,735  103 + 22  103 - 4,7  103

= 28,435  103 Ohm

RL
Vab = × Vth
Rth + RL

2,210 3
= ×0,17
28,495103 −1,8 103

= 0,008 Volt

 Sumber tegangan 9 volt

I1 R 1 – I1 R 2 = V

(I1 +I2) 33  103 = 5

33  103 I1 - 33  103 I2 = 9………..(1)

-I1 R1 + I2 (R1 + R2 + R3 + R4) =0

-33  103 I1 + I2 (33  103 + 1,8  103 + 47  103 + 1,8  103) = 0

- 33  103 I1 + 83,6  103 I2 = 0……. (2)

33  103 I1 - 33  103 I2 = 9

- 33  103 I1 + 83,6  103 I2 = 0 +

50,6  103 I2  9

I2  0,17  10-3 A

33  103 I1  33  103 (0,17  10-3)  9

33  103 I1  9 + 5,61

I1 = 0,44  10-3 A
VTH = VR4

VR4 = I2 . R4

= 0,17  10-3 . 1,8 103

= 0,3 V

RTOTAL = (Rp + R2 + R3 ) // R4

= (0 + 1,8103 + 47103 ) // 1,8103

= 1,735  103 

RTH = RTOTAL + R5 + R6

= 1,735103 + 22103 + 4,7103

= 28,435103 

VAB = RL  Vth
Rth+ RL

= 18  103
 0,3
28,435 103 + 18  103

= 0,166 V

 Sumber tegangan

Loop I I 1 R 1 – I2 R 1 = V

33  103 – 33  103 = 10……(1)


Loop II - I 1 R1 + I2 ( R 1 + R 2 + R 3 + R 4 ) = 0

- 33  103 I1 + I2 (33  103 + 1,8  103 + 47  103 + 1,8 

103 ) = 0

- 33  103 I1 + 83,6  103 I2 = 0…….(2)

33  103 I1 – 33  103 I2 = 10

-33  103 I1 + 83,6  103 I2 = 0 +

50,6  103 I2 = 10

I2 = 0,49  10-3 A

33  103 I1 – 33  10 3 ( 0,19  10-3 ) = 10

33  103 I1 = 10 +6,27

I1 = 0,49  10-3 A

Vth = VR4

VR4 = I2 . R4

= 0,19  10-3 . 1,8  103 

= 0,342 V

R total = 1,735  10-3 . 1,8  103 

Rth = 28,435  103 

VAB = RL  Vth
Rth+ RL

= 18  103
 0,342
28,435 103 + 18  103

= 0,132 V

2.Teori Norton

 Sumber tegangan V = 5V

Loop I I 1 R 1 – I2 R 1 = V

33  103 I1 – 33  103 I2 = 5……(1)

Loop II - I 1 R1 + I2 ( R 1 + R 2 + R 3 + R 4 ) – I3 R4 = 0

- 33  103 I1 + I2 (33  103 + 1,8  103 + 47  103 + 1,8 

103 ) – 1,8  103 I3 = 0

- 33  103 I1 + 83,6  103 I2 – 1,8  103 I3 = 0…….(2)

Loop III -I2 R4 + I3 ( R5 + R6 + R4 ) = 0

-1,8  103 I2 + I3 ( 22  103 + 4,7  103 + 1,8  103 ) = 0

1,8  103 I2 + 28,5  103 I3 = 0…….(3)

- 1,8  103 I2 + 28,5  103 I3 = 0

- 1,8  103 (0,099  103) + 28,5  103 I3 = 0

28,5  103 I3 = 0 + 0,1782

I3 = 0,0062  10-3 A

IN = I3 = 0,0062  10-3 A

R 2. R
RN= R5 + ( 4
¿
R 2+ R 4

1,8 103 . 1,810 3


= 22  10 + (
3
¿
1,810 3+1,8 103
= 22  103 + 0,9  103

= 22,9  103 

RL
IRL= ∈¿
RL+ RN

18103 −3
= 3 3
0,006210
1810 +22,9 10

= 0,0027  10-3 A

RP= 0

R5= ( RP + R2 + R3)//RP

= ( 0 + 1,8  103 + 47  103)//0

= 48,8  103 

RTN= R5 + R5 + R6

= 48,8  103 + 22  103 + 4,7  103

= 75,5  103 

 Sumber tegangan 9 volt

Loop I I 1 R 1 – I2 R 1 = V

33  103 I1 – 33  103 I2 = 9……(1)

Loop II - I 1 R1 + I2 ( R 1 + R 2 + R 3 + R 4 ) – I3 R4 = 0

- 33  103 I1 + I2 (33  103 + 1,8  103 + 47  103 + 1,8  103 ) –

1,8  103 I3 = 0

- 33  103 I1 + 86,3 103 I2 – 1,8  103 I3 = 0…….(2)

Loop III -I2 R4 + I3 ( R5 + R6 + R4 ) = 0

-1,8  103 I2 + I3 ( 22  103 + 4,7  103 + 1,8  103 ) = 0


1,8  103 I2 + 28,5  103 I3 = 0…….(3)

pers 1 dan 2

33  103 I1-33 103 I2 = 9

- 33  103 I1 -83,6  103 I2 -1,8  103 I3=0 +

50,6 103 I2 -1,8  103 I3=0= 5 ………… (4)

Pers 3 dan 4

- 1,8  103 I2 -33  103 I2= 0 1,8 -3,24  103 I2 +51,3  103 I3= 0

50,6 103 I2 - 1,8  103 I3 = 9 18,5 1442,1 103 I2 – 51,3 103 I3 =

256,5

1438,86 103 I2 = 256,5

I2= 0,178  10-3 A

2.3. ANALISA PERHITUNGAN

1. Percobaan 1 : Teori Thevenin


Pada percobaa teori Thevenin ini menggunakan sumber tegangan 5V, 9V, dan

10V.

Pada hasil table teori Thevenin di atas, pengukurang menggunakan satuan volt

dan hasilnya memiliki selisih yang masih wajar. Maka dapat disimpulkan

bahwa percobaan yang di lakukan sudah sesuai tujuan dan sudah sesuai

dengan teori Thevenin.

2.Percobaan 2 : Teori Norton

Pada percobaan teori Norton ini menggunakan sumber tegangan 5V, 9V dan
10V.
Pada hasil table teori Norton di atas, pengukurang menggunakan satuan
Ampere
. Dan dapat di amati bahwa hasil pada percobaan dan perhitungan memiliki
perbedaan. Namun selisihnya juga hanya (0), hal ini dimungkinkan kurang
teliti saat melakukan percobaan dan dalam membuat rangkaian.

2.4. TUGAS

1. Dengan menggunakan rangkaian pengganti sesuai dengan data yang


diperoleh (VTH dan RTH), hitunglah tegangan VAB dengan
menggunakan teori Thevenin.
2. Dengan cara yang sama lakukan untuk rangkaian pengganti Norton.
3. Bandingkan hasil yang diperoleh dari kedua percobaan dan juga
dengan hasil pengukuran langsung VAB dan juga perhitungan secara
teori.
4. Apa keuntungan pemakaian teori Thevenin dan Norton dalam
menentukan arus maupun tegangan
5. Berikan kesimpulan anda dari hasil praktikum yang anda kerjakan

JAWAB
1. Pada bagian perhitungan

2. =

3. Beberapa kegunaanya adalah apabila dilakuka pemindahan tegangan maka

arus pada tiap cabang akan bernilai sama. Pada perbandingan arus bolak-

balik bernilai konstan.


4. Pada bagian kesimpulan
BAB III

PENUTUP

TEORI SUPERPOSISI DAN ARUS LOOP

3.1. KESIMPULAN

Berdasarkan pecobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulakan bahwa :

 Untuk mengukur besarnya tegangan Thevenin digunakan voltmeter yang

diukur ketika hambatan bebannya dibuka. Hambatan Thevenin diukur dengan

menggunakan ohmmeter pada saat sumber tegangan dibuat nol dan hambatan beban

dibuka. Serta untuk mengukur arus Norton digunakan amperemeter pada saat beban

dihubung singkat.

 Beban memberikan pengaruh tehadap besarnya tegangan dan arus outpunya.

Semakin besar beban yang digunakan maka tegangannya pun semakin besar, dan

arus outputnya semakin kecil. 

 Tegangan thevenin di definisikan sebagai tegangan yang melewati terminal

beban saat hambatan beban terbuka

 Hambatan thevenin adalah hambatan yang diukur antar terminal saat seluruh

sumber dibuat nol (dihubung singkat)

 Pada rangkaian setara thevenin nilai tegangan keluaran tetap sama hasilnya

meskipun arus yang mengalir pada beda tegangan yang sama atau rangkaian setara.
3.2. DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/28544029/LAPORAN_PERCOBAAN_TEOREMA_THE

VENIN

Bakri, Abdul Haris, dkk. 2008. Dasar-Dasar Elektronika Buku 1. Makassar : Badan

Penerbit UNM.

Purwadi, Bambang dan Fadeli Abdurrahman. Elektronika I. Jakarta : Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan  direktorat jenderal Pendidikan Tinggi Proyek

Pendidikan Tenaga Akademik.

Sutrisno. 1986. Elektronika. Jilid 1. Bandung : Penerbit ITB.

Tim Elektronika Dasar. 2016. Penuntun Praktikum Elektronika Dasar 1. Makassar :

Jurusan Fisika FMIPA UNM

Modul dasar elektronika usm

LAMPIRAN

PERCOBAAN 3
PERCOBAAN 3.1

Anda mungkin juga menyukai