Disusun Oleh:
Luthfi Riduan Akbar C010321063
Lutpi Nurrahman C010321064
Mangandar doli turnip C010321066
3C Teknik Listrik
Dosen Pengajar
IR. Purhani Burhan M.T
II. Pendahuluan
Data yang tercetak pada nameplate sebuah transformator adalah data nominal dari trafo
tersebut. Data tegangan, arus, daya, dan frekuensi merupakan data nominal. Pada semua
kasus konversi energy, rugi-rugi selalu timbul di transformator. Efisiensi didefinisikan
sebagai hubungan antara dua daya aktif, yaitu daya aktif pada lilitan sekunder dan daya
aktif pada lilitan dan inti. Rugi-rugi lilitan didefinisikan sebagai rugi-rugi tembaga,
dimana arus yang melewati lilitan akan mendisipasikan panas I2. R karena adanya
tahanan dalam pada lilitan. Rugi-rugi inti diklasifikasikan sebagagi rugi hysteresis dan
arus eddy. Rugi hysteresis terjadi karena adanya ketidakklinieran rangkaian magnetic dan
fluks bocor. Rugi-rugi arus eddy disebabkan oleh adanya arus pusar pada lempengan-
lempengan inti besi transformator.
Persamaan yang menggambarkan efisiensi dari transformator dapat dilihat dibawah ini.
atau
Pout adalah daya keluaran di lilitan sekunder trafo. Pin adalah daya masukan di lilitan
primer trafo. PVFe adalah daya yang hilang di inti besi ( rugi-rugi inti ). Dan PVCu adalah
daya yang hilang di lilitan ( rugi-rugi tembaga ). Efisiensi biasanya dituliskan dalam
notasi persentanse. Artinya persamaan di atas harus dikalikan dengan 100% untuk
mendapatkan nilai persentase yang dimaksud.
Ada dua cara untuk mengukur efisiensi dari transformator. Kedua cara itu akan dicoba
pada eksperimen ini. Cara pertama adalah dengan melakukan pengukuran langsung.
Pengukuran daya dilakukan langsung pada lilitan primer dan lilitan sekunder. Hasilnya
dibandingkan untuk mendapatkan nilai efisiensi. Daya masukan yang diberikan dalam
pengukuran cara langsung ini adalah nominal.
Untuk trafo berskala besar, cara ini jarang dipakai karena tidak ada perbedaan yang
signifikan antara daya input dengan daya output. Mengacu pada fakta tersebut, artinya
efisiensi untuk trafo berskala besar lebih tinggi dibandingkan dengan efisiensi pada trafo
berskala kecil. Sebagai ilustrasi, trafo dengan daya 100 W biasanya memiliki efisiensi
88%, sedangkan trafo dengan daya nominal 100 MW biasanya memiliki efisiensi 99%.
Cara kedua yang dapat dilakukan untuk mengatur efisiensi adalah dengan mengukur rugi-
rugi yang terjadi pada operasi trafo. Seperti telah dibahas sebelumnya, rugi-rugi trafo
meliputi rugi-rugi inti dan rugi-rugi tembaga. Pengukuran rugi-rugi inti dilakukan dengan
percobaan tanpa beban. Pada keadaaan tanpa beban, tidak ada arus yang mengalir di
lilitan sekunder sehingga tidak ada rugi lilitan di sekunder. Arus tanpa beban di primer
cukup kecil sehingga dapat diabaikan. Maka dari itu, daya aktif yang terukur pada
keadaan tanpa beban ini menggambarkan rugi-rugi di inti besi transformator.
V. Langkah Kerja
1. Pengukuran efesiensi Transformator menggunakan inti trafo EI dengan cara langsung
a. Siapkan seluruh perlengkapan yang diperlukan sesuai dengan Gambar dibawah
ini.
Tabel 2
Trafo dengan perbandingan tegangan 230 : 230
Tabel 4
V1 : V2 = 230 : 230
VII. Kesimpulan
1) Transformator yang dihubungkan dengans ebuah beban akan mengalirkan arus yang
lebih besar dibandingkan dengan keadaan tanpa beban.
2) Transformator memiliki tahanan dalam yang menyebabkan timbulnya jatuh tegangan
apabila ada arus yang cukup besar melalui lilitan trafo.
3) Adanya tahanan dalam tembaga menyebabkan rugi-rugi pada transformator yang
dinamakan rugi-rugi tembaga.